Anda di halaman 1dari 16

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK HERBA PEGAGAN

(CENTELLA ASIATICA L. URBAN) DENGAN HPMC SH 60


SEBAGAI GELLING AGENT DAN UJI PENYEMBUHAN
LUKA BAKAR PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:
ULLYA NUR WAHYU HIDAYAH
K 100 090 051

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2013

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK HERBA PEGAGAN


(CENTELLA ASIATICA L. URBAN) DENGAN HPMC SH 60 SEBAGAI
GELLING AGENT DAN UJI PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA
KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN
GEL FORMULATION OF HERB CENTELLA ASIATICA L. URBAN
EXTRACT WITH HPMC SH 60 AS GELLING AGENT AND TEST WOUNDS
HEALING BURN IN MALE RABBIT SKIN BACK
Ullya Nur Wahyu Hidayah*, T.N. Saifullah Sulaiman**, Tanti Azizah S.*
*Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
**Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara Yogyakarta 55281
ABSTRAK
Pegagan (Centella asiatica L. Urban) mengandung asiaticoside suatu
saponin yang berperan dalam proses pembentukan kolagen yaitu protein struktur
yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variasi konsentrasi gelling agent hidroksipropil metil
selulosa (HPMC) terhadap sifat fisik sediaan gel dan lama penyembuhan luka
bakar pada kelinci jantan New Zealand White.
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan acak lengkap sama
subjek, menggunakan lima ekor kelinci jantan New Zealand White untuk uji
penyembuhan luka bakar, dan masing-masing punggung kelinci dibagi menjadi
enam perlakuan yaitu : kontrol positif (Bioplasenton), kontrol negatif (tanpa
perlakuan), kontrol basis HPMC (tanpa ekstrak), dan tiga formula dengan ekstrak
herba pegagan dengan gelling agent HPMC masing-masing konsentrasi 8%, 9%,
dan 10%. Gel yang dioleskan pada punggung kelinci 0,3 gram dengan
pemakaian satu kali sehari sampai diameter luka sama dengan nol atau sampai
sembuh. Data lama penyembuhan luka bakar sampai 100% dianalisis
menggunakan Anava satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%.
Penambahan konsentrasi gelling agent HPMC berpengaruh pada semakin
meningkatnya viskositas, memperlama daya melekat, dan menurunkan daya
menyebar serta waktu penyembuhan luka bakar semakin lama. Gel ekstrak herba
pegagan dengan gelling agent HPMC konsentrasi 8% (17,60 1,14 hari) paling
efektif menyembuhkan luka bakar dibandingkan dengan konsentrasi 9% (19,40
1,14 hari) dan konsentrasi 10% (20,40 1,14 hari).
Kata kunci : Centella asiatica L. Urban, gel, hidroksipropil metil selulosa, luka
bakar
ABSTRACT
Pegagan (Centella asiatica L. Urban) contain saponin asiaticoside, which
is a structural protein. The compound plays a role in the wound healing process

by the formation of collagen. This research was conducted to determine the effect
of variations in the concentration of gelling agent hydroxypropyl methylcellulose
(HPMC) on the physical properties of gel and the duration of wound healing of
burns on New Zealand White male rabbits.
This research was an experimental design with the same subject, using five
New Zealand White male rabbits to test the wound healing of burns, and the backs
of each rabbit were divided into six treatment i.e : positive control (Bioplasenton),
negative control (no treatment), control HPMC base (no extract), and three
formula with herbal extracts of Centella asiatica with a concentration of gelling
agent HPMC 8%, 9%, and 10% respectivelly. Gel was applied to the back of
rabbits with the use 0.3 grams once daily until the wound diameter equal to zero
or until healed. The data was analyzed by one way anava with a 95% confidence
level.
The result showed that the gelling agent HPMC concentration effect on the
increased the viscosity, and decreased the spreadability and the burn wound
healing time is a longer. Gel herb pegagan extract (Centella asiatica L. Urban)
with a gelling agent HPMC concentration of 8% (17,60 1,14 days) most
effectively heal burns compared to the concentration of 9% (19,40 1,14 days)
and concentration 10% (20,40 1,14 days).
Keywords: Centella asiatica L. Urban, gel, hydroxypropyl methylcellulose, burns.
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
termal atau suhu (Grace & Borley, 2007). Luka bakar dapat terjadi di mana saja
dan dapat dialami oleh siapa saja. Penyebab luka bakarpun bermacam-macam
diantaranya api, uap panas, cairan panas, bahkan bahan kimia, aliran listrik.
Pengobatan secara tradisional sebagai penyembuh luka bakar akhir-akhir ini
banyak digunakan, salah satunya adalah herba pegagan (Centella asiatica L.
Urban) (Wasito, 2011). Penggunaan tradisional herba pegagan sebagai obat luka
bakar yaitu dengan mencuci bersih herba pegagan segar, digiling dan langsung
ditempelkan pada bagian yang luka (Sudarsono et al., 2002).
Pegagan mengandung asiaticoside (Sikarrepaisan et al., 2008) merupakan
saponin yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan
dalam proses penyembuhan luka (MacKay & Miller, 2003), senyawa fenolik,
flavonoid, minyak atsiri. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
aktivitas pegagan sebagai antimikrob, antifungi, dan antioksidan (Lee &
Vairappan, 2011), serta antikanker (Kim et al., 2009). Penggunaan herba pegagan

sebagai

obat

penyembuh

luka

bakar

dapat

dipermudah

dengan

memformulasikannya dalam sediaan gel. Kandungan air yang tinggi dalam basis
gel dapat menyebabkan terjadinya hidrasi pada stratum corneum sehingga akan
memudahkan penetrasi obat melalui kulit (Kibbe, 2004).
Hasil penelitian Rismana (2010) hasil uji efek penyembuhan luka bakar gel
ekstrak herba pegagan 0,5 % dengan gelling agent konsentrasi kitosan 1,5%
menunjukkan bahwa sediaan gel tersebut mampu menyembuhkan luka bakar
setelah 22 hari. Penelitian Suratman et al., (1996) menggunakan ekstrak herba
pegagan 3% dan 5% dengan gelling agent karbopol 940 sebesar 2% mampu
menyembuhkan luka bakar setelah 11 hari.
Derivat selulosa sebagai basis gel salah satunya adalah hidroksipropil
metilselulose (HPMC) (Gibson, 2001). Hidroksipropil metilselulose adalah
turunan selulosa eter semisintetik yang telah digunakan secara luas sebagai
polimer hidrofilik dalam sistem pemberian obat oral dan topikal (Rogers, 2009).
Pemilihan basis HPMC dikarenakan penampakan gel jernih dan kompatibel
dengan bahan-bahan lain, kecuali oxidative materials (Gibson, 2001) serta dapat
mengembang terbatas dalam air sehingga merupakan bahan pembentuk hidrogel
yang baik (Suardi et al., 2008). Selain itu substitusi pada metil memberi satu ciri
unik HPMC yaitu kekuatan gel dan gel terbentuk pada suhu 60-90C tergantung
substitusi polimer dan konsentrasi pada air (Roger, 2009). Hasil penelitian Madan
& Singh (2010) menyebutkan basis HPMC memiliki kemampuan daya sebar yang
lebih baik dari karbopol, metilselulosa, dan sodium alginat, sehingga mudah
diaplikasikan ke kulit. Gel yang baik mempunyai waktu penyebaran yang singkat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tentang
formulasi gel ekstrak herba pegagan dengan variasi konsentrasi menggunakan
basis gel yang berbeda yaitu HPMC untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat
fisik gel dan proses penyembuhan luka bakar pada punggung kelinci jantan.

METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat pembuat luka (penginduksi panas/ lempeng logam dengan diameter 2
cm yang dihubungkan pada sebuah solder), termometer, stopwatch, jangka
sorong, alat-alat gelas (Pyrex), Viscotester RION (VT-04E RION), rotary
evaporator (Reidolph).
Simplisia herba pegagan (CV. Merapi Farma Herbal), HPMC SH 60
(Bratachem), metilparaben (Bate Chemical Co.Ltd.), propilparaben (Bate
Chemical Co.Ltd.), propilenglikol (Bratachem), bioplasenton, hewan uji yaitu
kelinci jantan New Zealand White, dan etanol 96%.
Jalannya Penelitian
1. Perolehan Tanaman
Simplisia tanaman herba pegagan diperoleh dari CV. Merapi Farma Herbal
yang telah dikeringkan dengan panas matahari selama 5 hari.
2. Pembuatan Ekstrak Herba Pegagan
Simplisia herba pegagan 500 mg di maserasi menggunakan 10 liter etanol
96% selama 3 hari sambil sesekali diaduk, dilanjutkan evaporasi, dan didapatkan
ekstrak kental setelah diuapkan di waterbath.
3. Pembuatan Gel Ekstrak Herba Pegagan dengan Gelling Agent HPMC
Tabel 1. Formula Pembuatan Gel Ekstrak Herba Pegagan
Komposisi
F1
F2
F3
Ekstrak (g)*
3
3
HPMC (g)**
8
8
9
Metilparaben (g)
0,18
0,18
0,18
Propilenglikol (g)
15
15
15
Propilparaben (g)
0,15
0,15
0,15
Aquadest ad (mL)
100
100
100

F4
3
10
0,18
15
0,15
100

* Konsentrasi ekstrak pegagan yang digunakan didapatkan dari penelitian Suratman et al., (1996)
**Variasi konsentrasi HPMC yang digunakan didapatkan setelah melakukan uji pendahuluan

Gel diformulasikan sesuai komposisi pada tabel 1, ditimbang masing-masing


bahan. HPMC didispersikan ke dalam 30 ml air pada suhu (80-90C) hingga
mengembang dan diaduk sampai terbentuk liat (gel). Pengadukan harus dalam
keadaan dingin yaitu di dalam baskom yang telah diberi es batu. Metilparaben dan
propilparaben dicampur dalam propilenglikol 15 ml lalu ekstrak dimasukkan

hingga tercampur. Campuran tersebut dimasukkan dalam campuran HPMC liat


dan diaduk sampai homogen. Ditambah air dingin hingga didapat 100,0 gram gel,
kemudian dikemas dalam tube yang tertutup rapat.
4. Uji Sifat Fisik Gel Ekstrak Herba Pegagan
Uji sifat fisik gel antara lain pemeriksaan organoleptis, pH, viskositas, waktu
lekat, daya sebar, dan homogenitas.
5. Uji Stabilitas Gel Ekstrak Herba Pegagan
Gel ekstrak herba pegagan diuji stabilitasnya pada suhu kamar dengan
mengamati warna, bau, konsistensi, pH, dan viskositas setiap hari ke-0, ke-7, ke14, ke-21, ke-28, ke-35, ke-42.
6. Pembuatan Luka Bakar

A
1
2
3
4

B
3
4
5
6

C
6
2
1

D
5

4
1
2

E
3

6
5
3

Gambar 1. Model lokasi pembuatan luka bakar di bagian kulit punggung kelinci
Keterangan :
1 : Tidak diberi perlakuan
2 : Kontrol positif (Bioplacenton)
3 : Formula 1 (HPMC 8%)
4 : Formula 2(HPMC 8%+ekstrak)
5 : Formula 3 (HPMC 9%+ekstrak)
6 : Formula 4 (HPMC 10%+ekstrak)

A : Kelinci ke-1
B : Kelinci ke-2
C : Kelinci ke-3
D : Kelinci ke-4
E : Kelinci ke-5

Pembuatan luka bakar dilakukan dengan alat penginduksi panas suhu


80C, selama 5 detik. Sebelum diinduksi bulu pada bagian punggung dicukur
terlebih dahulu dan dianestesi menggunakan etil klorida dengan cara
disemprotkan pada kulit yang akan dibuat luka bakar. Alat penginduksi panas
berupa lempeng logam dengan diameter 2 cm yang dihubungkan dengan sebuah
elemen panas yang mempunyai daya 40 Watt dan tegangan 220 Volt. Jarak
masing-masing luka bakar 5 cm (Suratman et al., 1996).

7. Pengujian Lama Penyembuhan Luka Bakar Gel Ekstrak Herba Pegagan


Digunakan 5 hewan uji kelinci jantan yang punggungnya telah dibuat luka
bakar, kemudian diolesi sebanyak 0,3 gram gel sekali sehari, lalu ditutup dengan
kain kasa steril dan plester.

Analisis Data
1. Data uji sifat fisik dianalisis dengan menggambar grafik.
2. Data yang diperoleh dari penelitian berupa data diameter luka (cm) yang
diukur dengan jangka sorong.
3. Lama waktu penyembuhan luka bakar 100% dianalisis secara statistik dengan
uji Kolmogorov-Smirnov, Levene Test, anova satu jalan, dan dilanjutkan
dengan uji LSD (Least significant Different) dengan taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pembuatan Ekstrak Herba Pegagan
Hasil maserasi 500 gram herba pegagan diperoleh ekstrak kental berwarna
coklat pekat kehijauan sebesar 50,62 gram dengan rendemen 10,12% b/b,
sehingga sudah sesuai dengan standar dimana hasil rendemen tidak kurang dari
7,2% (DepKes, 2008). Sediaan ekstrak liat dalam keadaan dingin dan sukar
dituang dengan bau khas pegagan.
2. Hasil Uji Sifat Fisik Gel Ekstrak Herba Pegagan
a. Hasil Uji Organoleptis, pH, dan Homogenitas
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptis , Homogenitas dan pH Gel Ekstrak Herba Pegagan
Formula
Uji Sifat
Fisik
F1
F2
F3
F4
Konsistensi
Kental
Kental
Kental
Kental
Putih
Hijau
Hijau
Hijau
Warna
Kekuningan
Kehitaman
Kehitaman
kehitaman
Bau
Khas Basis
Khas Pegagan
Khas Pegagan
Khas Pegagan
Homogenitas
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
pH
5
5
5
5
Keterangan :
F1 : Kontrol basis (HPMC 8%)
F2 : Gel HPMC 8% + ekstrak

F3
F4

: Gel HPMC 9% + ekstrak


: Gel HPMC 10% + ekstrak

Pada uji organoleptis gel diamati secara visual dengan mengamati


konsistensi, warna, dan bau sediaan. Gel tanpa penambahan ekstrak (kontrol

b
basis)
berw
warna putih kekuningann dengan baau khas bassis HPMC sedangkan
d
dengan
penaambahan eksstrak gel berrwarna hijau
u pekat sertaa menunjukk
kan adanya
b khas peggagan dengaan warna gell yang tidak berubah denngan adanyaa perbedaan
bau
k
konsentrasi
HPMC.
H
Salah
h satu syaraat sediaan geel adalah hoomogen. Syaarat homogeenitas tidak
b
boleh
mengaandung bahaan kasar yanng bisa dirabba (Syamsunni, 2006). Ho
omogenitas
s
sedian
gel dapat dilihaat secara viisual dengan
n hasil penggujian semuua formula
d
dihasilkan
warna
w
merataa serta tidak ditemukan adanya
a
partiikel di dalam
m gel. Hasil
u homogen
uji
nitas menunjjukkan tidakk adanya peengaruh variaasi konsentrrasi HPMC
t
terhadap
hom
mogenitas geel.
Penggukuran pH sangat pentting dalam pembuatan
p
ssediaan topiikal karena
p yang terrlalu asam atau
pH
a
basa akaan mudah mengiritasi
m
k
kulit
dan meenyebabkan
k
kulit
menjad
di kering. Pada
P
sediaaan gel ektraak herba pegagan denggan adanya
v
variasi
konssentrasi gelling agent tidak memp
pengaruhi pperubahan pH.
p
Semua
f
formula
mem
miliki pH yang
y
sama yyaitu 5, dalaam artian m
masih dalam
m range pH
n
normal
kulitt sehingga bila
b digunakaan akan menningkatkan kkenyamanan
n pada kulit
d
dengan
lukaa bakar. Ini dikarenakann sifat dari HPMC
H
yang netral, tahaan terhadap
p
pengaruh
assam dan baasa sehinggaa dapat men
njaga kestabbilitas pH gel
g (Roger,
2
2009).
U Viskositaas
b. Hasil Uji
Viskositas (d.Pas)

1000
800
600
400
200
0
F1

F2

F3

F4

Formula
Gambar 2.. Diagram Visskositas Gel Ekstrak Herbaa Pegagan
Keterangaan :
F1
F2

: Kontrol basiis (HPMC 8%


: Gel HPMC 8%
8 + ekstrak

F3
F4

: Gel HPMC 9% + ekstrak


: Gel HPMC 10%
% + ekstrak

Peninngkatan viskkositas sediaaan gel ekstraak herba peggagan dipeng


garuhi oleh
k
kenaikan
koonsentrasi gelling
g
agent HPMC (G
Gambar 2). Pada formu
ula dengan
p
penambahan
n ekstrak viiskositas meenjadi meniingkat dibannding dengaan formula
k
kontrol
basis (tanpa ekstrak). Ini dikkarenakan viskositas darri ekstrak (4
4000 d-Pas)
y
yang
sifatny
ya mengentaalkan, semakkin besar koonsentrasi H
HPMC yang digunakan
m
maka
sediaaan akan sem
makin kentaal. Viskositaas menyatakkan tahanan dari suatu
c
cairan
untuk mengalir,, semakin ttinggi viskoositas makaa semakin besar
b
pula
t
tahanannya
(Martin et al., 2008).. Hal ini disebabkan
d
vviskositas sediaan gel
t
tergantung
p
pada
struktuur dan berat molekul baahan pembenntuk gel atauu basis gel
y
yang
digunaakan. HPMC
C merupakaan polimer turunan selulosa (Gibsson, 2001).
M
Menurut
Errawati et al,, 2005 padaa dispersi polimer
p
turuunan selulosaa, molekul
p
polimer
massuk ke dalam
m rongga yyang dibentuuk oleh molekul air meenyebabkan
t
terjadinya
ik
katan hidrogen antara gugus hidrooksil (-OH)) dari polim
mer dengan
m
molekul
air. Ikatan hidroogen ini yanng berperan dalam
d
hidrassi pada proses swelling
d suatu poolimer, sehin
dari
ngga peninggkatan konseentrasi HPMC menyebabbkan gugus
h
hidroksil
yaang berikataan semakin banyak sehhingga viskoositas sediaaan semakin
m
meningkat.

Waktu Daya Lekat (detik)

U Waktu Melekat
M
c. Hasil Uji
14
12
10
8
6
4
2
0
F
F1

F2

F3

F4

Formula
a

Gambar 3. Diaggram Hasil Daaya Melekat Gel


G Ekstrak H
Herba Pegagan
n
Keterangaan :
F1
F2

: Kontrol basiis (HPMC 8%)


: Gel HPMC 8%
8 + ekstrak

F3
F4

: Gel HPMC 9% + ekstrak


: Gel HPMC 10%
% + ekstrak

Penaambahan eksstrak pada fformula dappat meningkkatkan waktuu lekat gel


d
dibandingka
an dengan formula koontrol basis (tanpa eksstrak). Ini disebabkan
d
v
viskositas
daari ekstrak herba
h
pegagaan yang kenttal (4000 d-P
Pas) akan beerpengaruh
p
pada
viskossitas gel yaang semakiin kental pula, sehinggga waktu lekat
l
yang
d
dibutuhkan
semakin lam
ma. Hasil daaya melekat pada setiap formula meenunjukkan
a
adanya
peniingkatan waaktu melekatt gel dengan
n adanya peenambahan konsentrasi
k
H
HPMC
(Gaambar 3). Hal ini diisebabkan HPMC
H
dappat mengem
mbang dan
m
membentuk
d terbentuk
koloid denggan penambaahan air panaas (Roger, 2009). Koloid
k
karena
zat teerdispersinya mengabsorbsi medium
m pendisperssinya sehinggga menjadi
k
kental
dan bersifat len
ngket, makka dapat dissimpulkan dengan men
ningkatnya
k
konsentrasi
HPMC kooloid yang terbentuk semakin baanyak sehinngga akan
m
meningkatka
an kekentalaan gel yang mengakibatk
m
kan meningkkatnya daya lekat
l
gel.

Luas Penyebaran (mm)

d. Hasil Luas
L
Penyeb
baran
16
1
1
14
1
12
1
10
8
6
4
2
0
1
F1

F2

F3

F4

Formu
ula
Gambar
G
4. Diaagram Luas Penyebaran
P
Geel Ekstrak Heerba Pegagan
Keterangaan :
F1
F2

: Kontrol basiis (HPMC 8%)


: Gel HPMC 8%
8 + ekstrak

F3
F4

: Gel HPMC 9% + ekstrak


: Gel HPMC 10%
% + ekstrak

yebaran gel dengan peemberian beeban yang sama


s
pada
Hasil luas peny
masing-massing formulaa menunjukkkan semakinn tinggi konnsentrasi HP
PMC maka
luas penyeb
barannya seemakin menuurun (Gambbar 4). Hal ini disebabk
kan seiring
dengan penningkatan baasis kadar aair yang terrkandung daalam formula menjadi
sedikit yanng menyebabbkan daya m
menyebar menjadi
m
turuun. Daya seebar bukan
merupakan data absollut karena ttidak ada literatur
l
yanng menyatak
kan angka

pastinya. Jadi data hasil daya menyebar merupakan data yang relatif (Suardi et
al., 2008)
3. Uji Stabilitas Gel Ekstrak Herba Pegagan
Tabel 3. Hasil Uji Stabilitas Gel Ekstrak Herba Pegagan Berbagai Konsentrasi
Karakteristik
Formula
Penyimpanan hari ke0
7
14
21
28
35
pH
F1
5
F2
5
F3
5
F4
5
Viskositas
F1
300
(dPa-s)
F2
450
F3
700
F4
900
Bau
F1
Khas basis
F2
Bau pegagan
F3
Bau pegagan
F4
Bau pegagan
Warna
F1
Putih kekuningan
F2
Hijau kehitaman
F3
Hijau kehitaman
F4
Hijau kehitaman
Konsistensi
F1
Kental
F2
Kental
F3
Kental
F4
Kental
Keterangan :
F1
: Kontrol basis (HPMC 8%)
F2
: Gel ektrak + HPMC 8%
: menunjukkan tidak adanya perubahan

F3
F4

42
-

: Gel ektrak + HPMC 9%


: Gel ektrak + HPMC 10%

Salah satu ciri-ciri sedian semipadat yang baik adalah stabil, baik selama
penyimpanan dan pemakaiannya karena dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu.
Hasil pemeriksaan stabilitas secara organoleptis selama penyimpanan 42 hari
menunjukkan bahwa tidak terjadinya perubahan homogenitas, warna, bau,
viskositas, dan pH, ini menunjukkan bahwa interaksi antara bahan aktif dan bahan
pembawa dalam pembentukan sediaan gel tidak mengakibatkan perubahan
apapun. Hal ini menunjukkan bahan-bahan dalam formula gel tidak mengalami
penguraian selama penyimpanan, ini dikarenakan sifat HPMC yang netral, tahan
terhadap asam dan basa, punya pH stabil antara 3-11, tahan terhadap serangan
mikroba dan tahan panas (Suardi et al., 2008). Selain itu adanya metilparaben dan
propilparaben sebagai pengawet sangat diperlukan karena gel mempunyai kadar
air yang tinggi. Kadar air yang tinggi ini merupakan medium yang baik bagi

p
pertumbuhan
n jasad ren
nik, sehinggga adanya pengawet
p
juuga membaantu dalam
m
menjaga
kestabilan seddiaan gel. Sediaan gel yang baik m
mempunyai kestabilan
d
dalam
jangkka waktu yanng lama dan tidak dipeng
garuhi oleh lingkungan lu
uar.
4. Hasil Pengujian Effek Penyem
mbuhan Luk
ka Bakar
Padaa penelitian ini
i kontrol ppositif yang digunakan aadalah Bioplacenton.
K
Kontrol
neggatif dimakssudkan untuuk mengetah
hui kecepataan penyemb
buhan luka
b
bakar
tanpa dilakukan pemberian
p
obbat (tidak dib
beri perlakuuan). Kandunngan dalam
p
pegagan
yanng berperann penting daalam proses penyembuhhan luka baakar adalah
a
asiaticoside
(Sikarrepaiisan et al.,, 2008) meerupakan saaponin yangg memacu
p
pembentuka
n kolagen, yaitu prottein struktuur yang beerperan dalaam proses
p
penyembuha
an luka (MacKay & Milller, 2003), mampu mennurunkan fibbrosis pada
l
luka
sehinggga mencegaah pembentuukan bekas luka
l
baru. H
Hasil uji pennyembuhan
l
luka
bakar pada
p
keenam
m sediaan menunjukkan
m
n adanya peerbedaan waaktu dalam
p
penyembuha
an luka, seddangkan padda ketiga seediaan denggan variasi konsentrasi
k
H
HPMC
mennunjukkan bahwa
b
semakkin tinggi konsentrasi
k
H
HPMC makka semakin
l
lama
waktuu yang dib
butuhkan unntuk kesem
mbuhan lukka bakarnyaa. Hal ini
d
disebabkan
semakin tinggi konseentrasi HPM
MC maka semakin tiinggi pula
v
viskositasny
ya, sehinggaa semakin laama kecepattan absorbsii obat yang masuk ke

Lama Kesembuhan Luka


Bakar
(hari)

d
dalam
kulit.
30
25
20
15
10
5
0
Kontro
ol (+) Kontrol ()

F1

F2

F3

F4

mula
Form
Gam
mbar 5. Diagraam Kesembuh
han Luka Bak
kar
Keterrangan :
F1
: Kontrol basiis (HPMC 8%)
: Gel ektrak + HPMC 8%
F2
: Gel ektrak + HPMC 9%
F3

F4
: Gel ektrak + HP
PMC 10%
Kontrol (+)) : Bioplacenton
Kontrol (-) : Tidak diberi perrlakuan

Pada gambar 5 kontrol negatif memberi kesembuhan hampir setara dengan


kontrol basis, ini dikarenakan jaringan sel yang rusak dapat beregenerasi dengan
sendirinya, sehingga penyembuhan secara spontan tanpa pemberian obat dapat
terjadi. Kontrol negatif dengan formula penambahan ekstrak memperlihatkan
perbedaan lama penyembuhan luka bakarnya. Ini disebabkan adanya zat aktif
asiaticoside yang terkandung di ekstrak yang memicu proses penyembuhan luka
semakin cepat. Rata-rata waktu penyembuhan luka bakar yang paling cepat :
kontrol positif > formula 2 > formula 3 > formula 4 > formula 1 > kontrol negatif.
Pada penelitian ini gel ekstrak herba pegagan dengan basis HPMC 8%
merupakan formula yang paling efektif dalam memberikan efek dibanding dengan
sediaan gel ekstrak herba pegagan basis HPMC 9% dan 10%. Dapat disimpulkan
bahwa dengan peningkatan konsentrasi HPMC viskositasnya semakin besar yang
akan mempengaruhi lama penyembuhan luka bakar, menurunkan luas
penyebaran, meningkatkan waktu melekat, tanpa mempengaruhi perubahan pH
pada sediaan gel ekstrak herba pegagan.

KESIMPULAN
1. Variasi konsentrasi gelling agent HPMC mempunyai pengaruh terhadap sifat
fisik gel ekstrak herba pegagan (viskositas, daya menyebar, daya melekat).
Kenaikan konsentrasi gelling agent HPMC menyebabkan peningkatan
viskositas dan daya melekat, memperkecil daya sebar, tanpa mempengaruhi
perubahan pH dan homogenitas sediaan gel ekstrak herba pegagan serta
mempengaruhi lama penyembuhan luka bakar secara signifikan.
2. Formula 2 mempunyai kemampuan menyembuhkan luka bakar paling efektif
(17,60 1,14 hari) dibandingkan formula 3 (19,40 1,14 hari) dan formula 4
(20,40 1,14 hari).

SARAN
Perlu penelitian lanjutan tentang formula gel ekstrak herba pegagan
dengan

metode

optimasi

agar

menghasilkan

formula

yang

terbaik.

DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia,
113-115, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Erwati, Tristiana, Rosita, N. , Hendroprasetyo, W. & Dien R. J., 2005, Pengaruh
Jenis Basis Gel Dan Penambahan NaCl (0.5% -b/b) Terhadap Intensitas
Echo Gelombang Ultrasonik Sediaan Gel Untuk Pemeriksaan USG
(Acoustic Coupling Agent), Airlangga Journal of Pharmacy, 5 (2).
Gibson, M., 2001, Pharmaceutical Preformulation and Formulation, 546-550,
CRC Press, United States of America.
Grace, A. P. & Borley, N. R., 2007, Ilmu Bedah Edisi III, 87, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Kibbe, A. H., 2004 Handbook of Pharmaceutical Exipients , Third Edition, 18-19,
462-469, 629-631, Pharmaceutikal Press, London.
Kim, W. J., Kim, J., Veriansyah B., Kim, J. D., Lee, S. G. & Winata, R. R. T.,
2009, Extraction of Bioactive Components from Centella asiatica Using
Subcritical Water, The Journal of Supercritical Fluid, 48, 211-216.
Lee, T. K. & Vairappan C. S., 2011, Antioxidant, Antibacterial and Cytotoxic
Activities of Essential Oils and Ethanol Extracts of Selected South East
Asian Herbs, J Med Plant Res, 5 (21), 5284-5290.
MacKay D. & Miller A. L., 2003, Nutritional Support for Wound Healing,
Alternative Medicine Review, 8, 369-370.
Madan, J. & Sigh, R., 2010, Formulation and Evaluation of Aloevera Gels,
Int J Ph Sci,2 (2), 551-555.
Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A., 2008, Farmasi Fisik, Edisi Ketiga,
Penerbit UI Press, Jakarta.
Rismana, E., 2010, Pengembangan Formulasi Sediaan Wound Healing
Menggunakan Bahan Aktif Kitosan Dan Ekstrak Pegagan, BPPT,
Jakarta.
Rogers, T.L., 2009, Hypromellose, Rowe, R. C., Paul J. S., & Marian E. Q., Sixth
Edition, 326-329, Handbook of Pharmaceutical Excipient, Pharmaceutical
Press, USA.
Sikarrepaisan P., Suksamrarn A. & Supaphol P., 2008, Electrospun Gelatin Fiber
Mats Containing A Herbal Centella asiatica Extract and Release
Characteristic of Asiaticoside, Nanotechnology, 2.
13

Suardi M., Armenia & Maryawati A., 2008, Formulasi dan Uji klinik Gel Anti
Jerawat Benzoil Peroksida-HPMC, Karya Ilmiah, Fakultas Farmasi
Universitas Andalas, Sumatra Barat.
Sudarsono, D. G., Subagus W., Imono A. D. & Purnomo, 2002, Tumbuhan Obat
II, 42-45, Penerbit Pusat Studi Obat Tradisional UGM, Yogyakarta.
Suratman, Sumiwi, S. A. & Gozali, D., 1996, Pengaruh Ekstrak Antanan dalam
Bentuk Salep, Krim, dan Jelly Terhadap Penyembuhan Luka Bakar,
Cermin Dunia Kedokteran, (108), 31-36.
Syamsuni, H., 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, 104, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Teti & Fina, 2011, Formulasi Gel Pengupas Kulit Mati yang Mengandung Sari
Buah Nanas (Ananas comosus L) antara 17 sampai 78%, Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 104-109.
Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Alam, 78-80, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai