Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) FISIKA

BERBASIS REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING,


COOPERATING, TRANSFERRING) PADA POKOK BAHASAN IMPULS
DAN MOMENTUM UNTUK SISWA SMA KELAS XI IPA
Miftachul Choiriyah, Kadim Masjkur, dan Yudyanto
Universitas Negeri Malang
E-mail: gofreshtach@gmail.com
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk (1) menghasilkan lembar kegiatan siswa
(lks) berbasis REACT pada pokok bahasan impuls dan momentum (2)
mendeskripsikan kelayakan produk pengembangan lks berbasis REACT.
Penelitian ini disusun dengan memodifikasi sepuluh langkah penelitian dan
pengembangan berdasarkan Borg dan Gall dan mengacu pada model penelitian
prosedural deskriptif. Langkah penelitian ini ada 3 tahapan utama yang meliputi:
(1) tahap studi pendahuluan yang terdiri dari (a) studi kepustakaan dan (b)
pengamatan lapangan; (2) tahap pengembangan yang terdiri dari (a) penyusunan
draft awal, (b) validasi para ahli dan (c) evaluasi dan revisi draft produk; (3)
Pengujian yang terdiri dari (a) uji coba terbatas, (b) revisi produk berdasarkan hasil
uji coba terbatas. Berdasarkan analisis data hasil penilaian LKS berbasis REACT
dari validator menggunakan teknik nilai rata-rata, diperoleh nilai rata-rata
kelayakan sebesar 3,30 yang termasuk pada kriteria layak. Dari analisis hasil
ujicoba terbatas pada 31 siswa diperoleh nilai rata-rata kelayakan 3,37 yang
memenuhi kriteria layak. Untuk tes hasil belajar diperoleh persentase ketuntasan
77,4% termasuk dalam kriteria baik, dan kemampuan kerja ilmiah diperoleh
kemampuan persentase keberhasilan kelas dalam semua aspek adalah 79,52%,
persentase ini masuk dalam kriteria baik.
Kata Kunci: pengembangan lembar kegiatan siswa, fisika SMA, REACT, Impuls
dan Momentum.

Fisika masih menjadi pelajaran yang dianggap kurang menyenangkan dan


sulit dipahami oleh sebagain besar siswa. Ketika mengerjakan soal-soal fisika,
siswa merasa kesulitan dan melakukan kesalahan. Berdasarkan penelitian yang
berjudul Profil Kesalahan Siswa SMA dalam Pengerjaan Soal pada Materi
Impuls dan Momentum diperoleh bahwa jenis kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal pada materi Impuls dan Momentum adalah karena
kesalahan strategi (36%), kesalahan terjemahan (84%), kesalahan konsep (68%),
kesalahan hitung (60%), dan kesalahan tanda (48%) (Rufaida: 2012). Dari data
persentase profil kesalahan siswa ini, nampak bahwa materi Impuls dan
Momentum masih menjadi materi yang sulit bagi siswa. Kesulitan ini bisa
disebabkan dari faktor internal siswa ataupun faktor eksternal. Faktor internal
bisa berupa kurangnya motivasi belajar siswa. Faktor eksternal bisa pada proses
pembelajaran yang kurang mendukung siswa untuk berproses aktif membangun
sendiri pengetahuannya, mengaitkan dengan kehidupan nyata dan menerapkan
pengetahuan pada konteks baru.
1

Menurut teori belajar konstruktivistik, belajar merupakan proses aktif dari


siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya dan mencari makna dari setiap
materi atau konsep yang telah dipelajari (Yuliati: 2008). Hal ini bertujuan agar
belajar siswa menjadi lebih bermakna, ingatan dan pemahaman siswa tentang
suatu materi atau konsep menjadi lebih lama, serta mampu menerapkan
pemahaman mereka pada konteks yang lain.
Salah satu model pembelajaran yang memberikan ruang bagi siswa untuk
lebih banyak terlibat dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran
REACT. Pembelajaran REACT menghasilkan output mudah beradaptasi, mampu
bekerjasama, terampil mengaplikasikan pengetahuan dan inovatif (Yuliati: 2008).
Diantara tahapan REACT siswa dibelajarkan untuk melakukan penggalian,
pencarian dan penemuan konsep yang akan dipelajari melalui kegiatan praktikum
dengan bekerja secara tim.
Terdapat fakta, dari penelitian yang dilakukan oleh Novika pada 2009,
bahwa melalui penerapan model pembelajaran REACT terjadi peningkatan nilai
rata-rata mata pelajaran fisika pada siswa kelas XI IPA-1 SMAN 1 Jenangan,
Kabupaten Ponorogo. Awalnya nilai rata-rata yang dicapai siswa pada mata
pelajaran fisika adalah 45,67%. Setelah diterapkan model pembelajaran REACT
nilai rata-rata yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika sebesar 80,75%.
Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan menjadi lebih
efektif apabila guru menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik
materi fisika dan model pembelajaran yang digunakan. Salah satu bentuk bahan
ajar adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Penggunaan LKS diharapkan dapat
membantu meningkatkan efektifitas dan kelancaran dalam proses pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan bahan ajar cetak yang sampai saat
ini masih banyak digunakan oleh guru. Berdasarkan pengamatan lapangan yang
dilakukan peneliti terhadap beberapa LKS yang beredar. Diantaranya LKS yang
diterbitkan oleh Sagufindo Kinarya Edisi 2012/2013, LKS yang diterbitkan oleh
Grahadi pada 2011, LKS yang diterbitkan oleh Intan Pariwara pada 2011, LKS
yang diterbitkan oleh Graha Pustaka pada 2011 dan LKS yang diterbitkan oleh
Arya Duta pada 2011.

Dari pengamatan terhadap kelima LKS ini peneliti memperoleh beberapa


hal yaitu, LKS kurang mendukung siswa untuk terlibat aktif dalam proses
membangun pengetahuannya sendiri. Dengan LKS yang ada kecenderungannya
guru menyampaikan materi di kelas kemudian meminta siswa untuk mengerjakan
beberapa soal di LKS. Proses pembelajaran cenderung monoton dan pasif.
LKS juga kurang memberikan contoh aplikasi materi fisika dalam
kehidupan sehari-hari. LKS berisi ringkasan materi dan cenderung langsung
memberikan rumus-rumus, sehingga siswa langsung menggunakan rumus-rumus
yang dicantumkan. Efeknya siswa hanya menghafalkan rumus, lalu ketika
diberikan masalah yang agak rumit dan sedikit berbeda dengan contoh yang
diberikan, siswa kesulitan menggunakan rumus-rumus dan bingung
menyelesaikannya. Dan LKS belum menunjukkan pentingnya bekerja sama dalam
penyelesaian suatu masalah, kecenderungannya siswa mengerjakan soal-soal
secara individual. Selain itu, masih sangat sedikit LKS yang secara khusus
menyajikan suatu materi fisika yang dikembangkan secara terstruktur berbasis
suatu model pembelajaran.
Untuk mendukung proses pembelajaran yang menggunakan REACT
dibutuhkan LKS yang sesuai. LKS yang disusun dapat dirancang dan
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan
dihadapi (Widjajanti: 2008). Dalam hal ini peneliti memilih untuk
mengembangkan LKS berbasis REACT khususnya pokok bahasan Impuls dan
Momentum. Karena pada saat ini belum ada LKS yang secara khusus menyajikan
materi Impuls dan Momentum yang secara terstruktur dikembangkan berbasis
REACT.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian research and development (R&D) atau
penelitian pengembangan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model prosedural, model ini bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkahlangkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk (Setyosari, 2010: 222).

Pada penelitian ini diambil 3 tahapan utama yang dilaksanakan meliputi:


(1) tahap studi pendahuluan yang terdiri dari (a) studi kepustakaan dan (b)
pengamatan lapangan; (2) tahap pengembangan yang terdiri dari (a) penyusunan
draft awal, (b) validasi para ahli dan (c) evaluasi dan revisi draft produk; (3)
Pengujian yang terdiri dari (a) uji coba terbatas, (b) revisi produk berdasarkan
hasil validasi uji coba terbatas.
Jenis data yang terdapat di dalam penelitian dan pengembangan ini berupa
jenis data hasil validasi oleh pakar dan uji coba terbatas pada peserta didik,
diperoleh data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh berdasarkan
masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan dari para validator. Data
kuantitatif diperoleh berdasarkan hasil kuesioner yang berupa skor penilaian
produk dengan format skala linkert. Data kuantitatif yang dihimpun berdasarkan
angket atau kuesioner merupakan hasil penilaian dari validator. Dan jenis data
hasil uji coba terbatas di kelas diperoleh data tes hasil belajar dan kemampuan
kerja ilmiah siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari angket validasi ahli, angket respon siswa, soal uji kompetensi dan
lembar penilaian kemampuan kerja ilmiah siswa.Teknik analisis data yang
digunakan untuk menganalisis data kualitas produk yang dihasilkan dalam
penelitian ini adalah dengan perhitungan rata-rata.
Dalam menghitung data hasil validasi, dikembangkan jenjang kualifikasi
kriteria kelayakan. Kriteria penilaian menggunakan skor 1-4, dimana skor 1
menunjukkan skor terendah dan skor 4 menunjukkan skor tertinggi. Penentuan
rentang skala pada kriteria penilaian dapat diperloleh dengan cara mengurangi
skor tertinggi dengan skor terendah kemudian membagi hasilnya dengan skor
tertinggi. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh rentang 0,75. Kriteria
kelayakan nilai rata-rata hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Kelayakan Nilai Rata-rata Hasil Validasi


Rata-rata
3,26 4,00
2,51 3,25
1,76 2,50
1,00 1,75

Kategori Validasi
Layak
Cukup layak
Kurang layak
Tidak layak

(diadaptasi dari Arikunto, 2010:


285)

Nilai

skor yang diperoleh x100%


skor maksimum

Data hasil belajar diperoleh dari

penilaian terhadap pengerjaan soal-soal uji kompetensi oleh siswa. Data tes hasil
belajar dianalisis menggunakan rumusan sebagai berikut.
Persentase siswa yang tuntas

banyak siswa yang tuntas


x100%
banyak siswa dalam kelas

kriteria penilaian kecakapan akademik dpaat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Kriteria Kecakapan Akademik
Persentase Ketuntasan
80%
60 79,9 %
50 59,9 %
< 50 %

Klasifikasi
Sangat baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik

(diadaptasi dari Widyoko, 2009: 45)

Data kemampuan kerja ilmiah siswa diperoleh saat siswa melakukan


praktikum pada tahapan experiencing. Menghitung keberhasilan kelas dalam
semua aspek kemampuan kerja ilmiah, menggunakan rumus sebagai berikut.
P

jumlah skor seluruh siswa dalam semua aspek


100%
jumlah skor seluruh siswa ideal dalam semua aspek

Tabel 3 Kriteria Kemampuan Kerja Ilmiah


Persentase Ketuntasan
Klasifikasi
92 - 100%
Sangat baik
75 - 91%
Baik
50 -74 %
Cukup Baik
25 - 49 %
Kurang Baik
0 24%
Tidak Baik
(diadaptasi dari Arikunto 2010: 352)

HASIL DAN PEMBAHASAN

LKS Impuls dan Momentum materi tersebut dikembangkan berdasarkan


SK dan KD dari Standar Isi dan Depdiknas yang kemudian dijabarkan menjadi
indikator dam pemetaan kebutuhan materi. LKS Fisika berbasis REACT ini
disusun berdasarkan SK, KD dan pengembangan indikator yang disesuaikan
dengan KTSP SMA.
LKS Impuls dan Momentum berbasis REACT dikemas dalam bentuk
buku. Komponen yang dikembangkan yaitu halaman muka (cover), kata
pengantar, daftar isi, pendahuluan, kegiatan siswa, uji kompetensi dan daftar
pustaka.
Dari analisis data hasil evaluasi terhadap LKS oleh guru, diperoleh hasil
evaluasi seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Evaluasi Terhadap LKS Oleh Guru
No

Validator

Aspek yang Dinilai

1
2

Kesesuaian Uraian Materi dengan SK dan KD


Keakuratan Materi

V1
3,75
3,40

3
4

Mendorong Keingintahuan
Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia

4,00
3,33

Ratarata

V2
3,00
3,00

V3
3,25
3,20

3,33
3,20

3,00
3,00

4,00
3,33

3,67
3,22

Keterangan
Layak
Cukup
Layak
Layak
Cukup
Layak

5 Ketepatan Penggunaan Istilah dan Simbol

3,00 3,50 3,5


0

3,33

Layak

Keefektifan dan Kelugasan

3,00

3,50

3,00

3,17

Kekomunikatifan

3,00

3,00

3,00

3,00

Kesesuaian dengan Perkembangan Peserta Didik

3,00

3,00

3,50

3,17

Teknik Penyajian Materi

3,14

3,29

3,29

3,24

10
11
12
13
14
15

Pendukung Penyajian
Penyajian Pembelajaran
Evaluasi
Keterlaksanaan
Metode REACT
Didaktik

3,33
4,00
3,00
3,00
3,40
3,00

3,33
4,00
3,00
4,00
3,00
3,00

3,33
3,00
3,50
4,00
3,40
3,33

3,33
3,67
3,17
3,67
3,27
3,11

16
17

Konstruksi
Teknis

3,40
3,17

3,30
3,33

3,30
3,33

3,33
3,28

Cukup
Layak
Cukup
Layak
Cukup
Layak
Cukup
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Cukup
Layak
Layak
Layak

3,30

Layak

Rata-rata Total

Keterangan:
V1
: Validator 1 (Ahmad Masruri S.Pd)
V2
: Validator 2 (Agus Sigid W S.Pd)

V3

: Validator 3 (Dra. Dewi Insani M.Pd)

Hasil nilai rata-rata tota dari kelayakanl LKS sebesar 3,30, nilai rata-rata
kelayakan ini memenuhi kategori layak. Kritea yang memenuhi kriteria layak
yaitu kesesuaian uraian dengan SK dan KD dengan nilai kelayakan 3,33,
mendorong keingintahuan dengan nilai kelayakan 3,67, ketepatan penggunaan
istilah dan simbol dengan nilai kelayakan 3,33, pendukung penyajian dengan nilai
kelayakan 3,33, penyajian pembelajaran dengan nilai kelayakan 3,67, evaluasi
dengan nilai kelayakan 3,17, keterlaksanaan dengan nilai kelayakan 3,67, metode
REACT dengan nilai kelayakan 3,27, konstruksi dengan nilai kelayakan 3,33 dan
teknis dengan nilai kelayakan 3,28. Oleh karena itu, dari analisis data evaluasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis REACT tidak
memerlukan perbaikan yang signifikan dan layak untuk digunakan dalam proses
pembelajaran.
Perbaikan untuk meningkatkan menjadi kategori layak diperlukan untuk
aspek yang masih dalam kategori cukup layak, yaitu untuk aspek keakuratan
materi dengan nilai kelayakan 3,20, kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia
dengan nilai kelayakan 3,22, keefektifan dan kelugasan dengan nilai kelayakan
3,17, kekomunikatifan dengan nilai kelayakan 3,00, kesesuaian dengan
perkembangan peserta didik dengan nilai kelayakn 3,17, teknik penyajian materi
dengan nilai kelayakan 3,24, dan didaktik dengan nilai kelayakan 3,11. Perbaikan
ini menjadi bahan untuk evaluasi dan revisi produk LKS berbasis REACT.
Dari analisis data hasil angket respon terhadap LKS oleh siswa, diperoleh
hasil seperti yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Angket Respon Terhadap LKS oleh Siswa
Aspek yang Direspon oleh Siswa
Kognitif
Afektif
Psikomotor
Percaya Diri
Introspeksi
Objektifitas
Rata-rata Total

Rata-rata
3,26
3,52
3,53
3,05
3,39
3,48
3,37

Keterangan
Layak
Layak
Layak
Cukup Layak
Layak
Layak
Layak

Hasil nilai rata-rata total dari kelayakan LKS sebesar 3,37, nilai rata-rata
ini memenuhi kategori layak. Aspek yang memenuhi kategori layak yaitu kognitif
dengan nilai kelayakan 3,26, afektif dengan nilai kelayakan 3,52, psikomotor

dengan nilai kelayakan 3,53 instropeksi dengan nilai kelayakan3,39 dan


objektifitas dengan nilai kelayakan 3,48. Perbaikan diperlukan untuk aspek yang
masih dalam kategori cukup layak, yaitu untuk aspek percaya diri dengan nilai
kelayakan 3,05. Perbaikan ini dilakukan pada tahap revisi produk llks berbasis
REACT sehingga mengalami peningkatan menjadi layak.
Dari analisis data tes hasil belajar diperoleh hasil seperti yang disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6

Ringkasan Hasil Tes Belajar

Nilai
Jumlah Siswa
70
7
75
6
80
10
85
6
90
2
Total siswa 31
Siswa tidak lulus
Siswa lulus

Keterangan
Tidak lulus
Lulus
Lulus
Lulus
Lulus
7 siswa
24 siswa

banyak siswa yang tuntas


x100%
banyak siswa dalam kelas

24
X 100%
31
P 77,4%
P

Berdasarkan Tabel 6 diperoleh siswa yang

tidak lulus dengan nilai 70 sebanyak 7 siswa dan siswa yang lulus dengan rentang
nilai 75 90 sebanyak 24 siswa. Persentase siswa yang tuntas belajar yaitu,

Berdasarkan tabel kriteria penilaian kecakapan akademik, persentase


ketuntasan 77,4% termasuk dalam kriteria baik.
Dari analisis data hasil kerja ilmiah siswa diperoleh hasil seperti yang
disajikan Tabel 7.
Tabel 7

Ringkasan Hasil Kerja Ilmiah Siswa

Kegiatan
Melakukan pengamatan
Menggunakan alat praktikum
Mengumpulkan data
Menyusun kesimpulan
Membuat dan melaporkan hasil pengamatan
Total Skor

Jumlah
Skor
99
102
93
95
104
493

Persentase

Klasifikasi

79,84
82,26
75,00
76,61
83,87

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

jumlah skor seluruh siswa dalam semua aspek


jumlah skor seluruh siswa ideal dalam semua aspek
493
P
100%
620
P 79,52%
Berdasarkan
P

Tabel 7 diperoleh bahwa kemampuan keseluruhan siswa tiap aspek baik, yaitu
untuk aspek melakukan pengamatan secara keseluruhan siswa memperoleh skor
99, menggunakan alat praktikum secara keseluruhan siswa memperoleh skor 102,
mengumpulkan data secara keseluruhan siswa memperoleh skor 93, menyusun
kesimpulan secara keseluruhan siswa memperoleh skor 95 dan membuat dan
melaporkan hasil pengamatan secara keseluruhan siswa memperoleh skor 104.
Untuk skor persentase keberhasilan kelas dalam semua aspek sebagai berikut.
jumlah skor seluruh siswa dalam semua aspek
jumlah skor seluruh siswa ideal dalam semua aspek
493
P
100%
620
P 79,52%
P

Persentase keberhasilan kelas dalam semua aspek adalah 79,52%, persentase ini
masuk dalam kriteria baik.

10

Hasil kelayakan LKS Fisika berbasis REACT secara umum menunjukkan


hasil yang baik. Komentar dan saran dari validator dipertimbangkan sebagai
bahan revisi agar lks menjadi lebih baik.
PENUTUP
Kesimpulan
Pengembangan LKS Fisika berbasis REACT ini dibatasi hanya pada
materi impuls dan momentum. Materi tersebut dikembangkan berdasarkan SK dan
KD dari Standar Isi dan Depdiknas yang kemudian dijabarkan menjadi indikator
dam pemetaan kebutuhan materi. LKS Fisika berbasis REACT ini disusun
berdasarkan SK, KD dan pengembangan indikator yang disesuaikan dengan
KTSP SMA. LKS Fisika berbasis REACT dikemas dalam bentuk buku.
Komponen yang dikembangkan yaitu halaman muka (cover), kata pengantar,
daftar isi, pendahuluan, kegiatan siswa, uji kompetensi dan daftar pustaka. Untuk
kegiatan siswa dikembangkan empat sub pokok bahasan yaitu (1) Konsep Impuls
dan Momentum, (2) Hubungan Impuls dan Momentum, (3) Hukum Kekekalan
Momentum dan (4) Jenis-Jenis Tumbukan. Keempat sub poko bahasan ini
dikembangkan berdasarkan tahapan pada model pembelajaran REACT
Berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan oleh para ahli, LKS
berbasis REACT memperoleh nilai rata-rata kelayakan untuk semua aspek sebesar
3,30, nilai rata-rata kelayakan ini memenuhi kategori layak. Berdasarkan hasil
ujicoba terbatas yang dilakukan di kelas XI IPA-C SMAN 2 Tuban yang terdiri
dari 31 siswa diperoleh nilai rata-rata total untuk semua aspek sebesar 3,37 yang
memenuhi kriteria layak. Secara keseluruhan produk akhir yang dihasilkan yaitu
LKS berbasis REACT pada Pokok Bahasan Impuls dan Momentum memenuhi
kriteria layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu, pada saat
siswa menggunakan LKS berbasis REACT siswa memperoleh ketuntasan belajar
yang baik dan kemampuan kerja ilmiah memenuhi kriteria baik.
Saran
Berdasarkan pada hasil pengembangan LKS berbasis REACT, diberikan
beberapa saran sebagai berikut.

11

1. Lembar kegiatan siswa berbasis REACT pada pokok bahasan Impuls dan
Momentum akan lebih optimal jika digunakan pada saat proses pembelajaran
di kelas dengan menggunakan model pembelajaran REACT.
2. Lembar kegiatan siswa berbasis REACT pada pokok bahasan Impuls dan
Momentum masih perlu untuk diuji cobakan terbatas lagi pada sub pokok
bahasan Konsep Impuls dan Momentum, Hubungan Impuls dan Momentum,
Hukum dan Hukum Kekekalan Momentum. Agar diperoleh kelayakan yang
lebih valid untuk semua sub pokok bahasan.
3. Untuk proses pengembangan LKS lebih lanjut, peneliti sarankan agar para
peneliti dapat mengembangkan LKS berbasis REACT pada pokok bahasan lain
yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat itu.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Borg, Walter R & Gall, Meredith D. 1983. Educational Reseacrh. London:
Logman Inc.
Chasanah, Risdiyani. 2011. PR Fisika untuk SMA Kelas 11 Semester 1. Klaten:
Intan Pariwara
Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
Novika, Fanin Dya. 2009. Penerapan Strategi REACT untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas XI
IPA-1 SMAN 1 Jenangan Kabupaten Ponorogo. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FMIPA UM
Rufaida, S.A. 2012. Profil Kesalahan Siswa SMA dalam Pengerjaan Soal pada
Materi Impuls dan Momentum. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: UNS
F-KIP Prog. Studi Pendidikan Fisika
Sunarno. 2011. SIMPATI (Sarana Pasti Meraih Prestasi) SMA Fisika untuk
Semester 1. Surakarta: Grahadi
Tim Penulis. 2011. LKS FISIKA SMA Kelas XI IPA Semester 1. Depok: Arya Duta
Tim Penyusun. 2011. Ringkasan Materi dan Latihan Soal TUNTAS (Tuntunan ke
UniversitasI). Bekasi. Graha Pustaka
Tim Penyusun. 2012. Buku Pintar Belajar Fisika untuk SMA/MA Kelas XI-A.
Jakarta: Sagufindo Kinarya.
Widjajanti, Endang. 2008. Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan
KTSP Bagi Guru SMK/MAK. Yogyakarta: UNY Press
Yuliati, L. 2008. Model-model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktek.
Malang: Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai