Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis
1. Defenisi
Diabetes Mellitus adalah penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di
negara berkembang ditandai dengan glukosa darah yang tinggi karena
tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin atau keduanya.
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner and Suddarth, 2002)
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik yang melibatkan berbagai
sistem fisologis yang pling kritis adalah melibatkan metabolism glukosa
(Cheryl and Mery,2006).
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana tubuh penderitanya tidak
bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya
pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang bertugas
mengangkat gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk
memasok energi.
(Vitahealth, 2004 : 13)
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya
gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat lemak
dan protein dalam tubuh disebabkan kurangnya produksi hormon insulin
yang diperlukan dalam proses pengubah gula menjadi tenaga serta sintesis
lemak yang mengakibatkan terjadinya hiperglikemia (Enang Hanywati,
2001).
Diabetes Tipe I (IDDM) adalah bila tubuh perlu pasokan insulin dari luar,
karena sel-sel dari pulau-pula langerhans telah mengalami kerusakan,
sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin.
Diabetes Tipe II (NIDDM) adalah tipe diabetes yang umum dijumpai, juga
sering disebut diabetes yang dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai

NIDDM jenis diabetes ini mewakili sekitar 90% dari seluruh kasus
diabetes.
2. Anatomi dan Fisiologi
Pankreas adalah sekumpulan kelenjar yang distrukturnya sangat mirip
dengan kelenjar ludah, panjangnya 15 cm, lebar 5 cm mulai dari
duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata 60-90 gr terbentang pada
vertebrata lumbalis I dan II di belakang lambung.
Bagian-bagian dari pankreas :
a. Kepala pankreas; terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan
didalam lekukan duodenum yang melingkarinya.
b. Badan pankreas; merupakan bagian utama dan organ ini letaknya di
belakang lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri yang sebenarnya
menyentuh limpa.
1 Head of pancreas
2 Uncinate process
3 Pancreatic notch
4 Body of pancreas
5 Anterior surface
6 Inferior surface
7 Superior margin
8 Anterior margin
9 Inferior margin
10 Omental tuber
11 Tail of pancreas
12 Duodenum

(Brunner and Suddarth, 2002)

Fungsi pankreas :

a. Fungsi eksokrin, yang berbentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit.
b. Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epithelium yang terbentuk
pulau-pulau

kecil

kepulauan

langerhans

yang

bersama-sama

membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin.


c. Fungsi sekresi eksternal yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke
duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di
intestinum.
d. Fungsi sekresi internal yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau
langerhans sendiri yang berlangsung dialihkan ke peredaran darah
sekresinya disebut hormon insulin dan hormon glikogen, hormon
tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu metabolisme hidrat
arang.
Hasil sekresi berupa :
a. Hormon insulin, ini langsung dialirkan ke dalam darah tanpa melewati
duktus sel-sel kelenjar yang dihasilkan insulin ini termasuk sel-sel
kelenjar endokrin.
b. Getah pankreas
Sel-sel yang memproduksi getah pankreas ini termasuk kelenjar
endokrin, getah pankreas ini dikirim ke dalam duodenum duktus
pankreatikus, duktus ini bermuara pada papilla vatesi yang terletak
pada dinding duodenum.
3. Etiologi
a. Diabetes Tipe I
Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas kombinasi faktor
genetik, imunologi dan juga lingkungan (misalnya : infeksi virus).
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat untuk menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.

Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses


terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :
-

Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes
sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut.
Terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya
berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

Obesitas
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
maka kena diabetes, kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak
pankreas), sedangkan obesitas (gemuk berlebihan/mengakibatkawn
gangguan kerja insulin/potensi insulin).

Riwayat keluarga
Diabetes dapat menurun, menurut Ishlak sesudah keluarga yang
mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan
tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik tetapi
resikonya terkena diabetes yang tergantung pada faktor kelebihan
berat badan, stres dan kurang bergerak.

Gaya hidup stres


Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
manis-manis dan berlemak tinggi untuk mengakibatkan kadar
serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara
untuk meredakan stresnya.

4. Patofisiologi
a. Diabetes Tipe I
Ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel beta pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan di dalam hati dalam bentuk
glikogen melainkan dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia.

Konsentrasi glukosa yang tinggi menyebabkan ginjal tidak menyerap


kembali semua glukosa yang terasing sehingga muncul dalam urine
(glukouria) glukosa yang diekskresikan di dalam urin disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan disebut diuresis
osmotic akibat terjadinya peningkatan dalam berkemih (poliuria) rasa
haus yang berlebihan (polidipsi).
Defisiensi insulin dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan dan pasien mengalami
peningkatan selera makan (polipagia) akibat menurunnya simpanan
kalori dan mengakibatkan kelemahan dan kelelahan, sehingga dengan
pemberian insulin bersamaan dengan cairan dan elektrolit sesuai
dengan kebutuhan tubuh akan memperbaiki dan cepat untuk mengatasi
hiperglikemia serta ketoasidosis, diet dan latihan disertai dengan
pemantauan kadar glukosa dalam darah.
b. Diabetes Tipe II
Terjadi resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin reaksi entrasel
akibatnya makin tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan gangguan toleransi glukosa terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat normal atau meningkat dimana sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Ini sering terjadi pada usia
diatas 40 tahun, obesitas, kelelahan, iritabilitas luka pada kulit yang
lama sembuh, infeksi saluran kemih, gangguan pandangan (kabur).
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : kelainan mata,
neuropati perifer, kelainan vascular perifer.
(Brunner and Suddarth, 2002 : 1223-1224).
c. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum
kehamilannya hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi
hormon-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa
darah pada wanita menderita diabetes tipe II.

5. Gambaran Klinis
a. Tanda/gejala klinik
1) Polidipsi (banyak minum)
2) Poliuri (banyak kencing)
3) Poliphagia (banyak makan)
4) Adanya perasaan haus yang terus menerus.
5) Sering buang air kecil (kencing) dalam jumlah yang banyak.
6) Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
7) Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun pada
pasien penderita berat.
8) Terjadinya penurunan berat badan.
9) Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau
kaki.
10) Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tidak kunjung sembuh.
11) Hilangnya kesadaran diri.
b. Pemeriksaan diagnostik medis
1) Gula darah
a. Gula darah puasa lebih dari 126 mg%
b. Gula darah 2 jam post prandial lebih dari 200 mg%.
c. Gula darah acak (adrandom) 200 mg%.
d. Gangguan intoleransi glukosa
(1) Puasa lebih dari 120 mg%.
(2) 2 jam post prandial 140-200 mg/dl.
2) Test toleransi glukosa oral (TT60)
Hanya diambil 2 sampel darah yaitu 1 dan 2 jam sesudah 75 gr
glukosa.
3) pem amylase dan lipase untuk mengetahui penyebab diabetes
mellitus yang bersumber dari pankreas menghasilkan insulin
kurang dari 60%.
4) Pemeriksaan urin untuk melihat adanya gula dalam urin.
5) Kolesterol plasma puasa 240 mg%.
6) Trigliserida plasma darah 250 mg%.

Adapun kriteria diagnostik WHO diabetes mellitus pada orang dewasa


yang tidak hamil dilakukan 3x pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu (random) lebih dari 200 mg%.
2) Glukosa plasma puasa/nuditer lebih dari 14 mg%, 11 mmol/L1.
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 mgr karbohidrat (2 jam PP 200 mg/dl).
(Brunner and Suddarth, 2002 : 1225)
6. Penatalaksanaan
Tujuan :
a. Mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
neuropatik.
b. Mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hiperglikemia
dan gangguan serius pada pola aktivitas protein.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1) Diet
Tujuan :
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita.
b) Mengarahkan ke berat badan normal.
c) Memberikan sejumlah diet gizi yang cukupo untuk memelihara
tingkat kesehatan yang optimal.
d) Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita diabetes mellitus.
e) Mempertahankan KGD sekitar normal.
f) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati.
g) Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita.
h) Menarik dan mudah diterima penderita.
2) Olahraga atau latihan fisik
Tujuan :
a) Untuk menurunkan berat badan normal/ideal.
b) Mengontrol kadar gula darah.

c) Memperlancar jantung.
d) Mengurangi stres.
e) Memacu pengaktifan produksi insulin.
3) OAD (Oral Anti Diabetis)
Untuk menurunkan atau menormalkan KGD baik berupa insulin
ataupun obat-obat yang membantu insulin agar bekerja lebih keras,
pemeliharaan kaki, kegiatan jasmani, pengaturan saat sakit.
4) Penkes
a) Meningkatkan pengetahuan
Memahami untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan yaitu
waktu, lama prosesnya tidak sama untuk setiap orang.
b) Mengubah sikap
Merupakan bagian dari kepribadian, sikap, kencenderungan
tertentu berpikir cara pemberian obat, jenis pengobatan, olah raga.
c) Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan.
Untuk mewujudkan sikap yang nyata terhadap keteraturan
berolahraga karena keterbatasan waktu.
7. Komplikasi Akut dan Komplikasi Kronis
a. Komplikasi akut
Sebelum menunjukkan tanda-tanda OKA, penderita sering mengeluh
poliuri, polidipsi, selama beberapa hari yang disertai dengan mual
muntah, tidak ada nafsu makan, dan kadang-kadang sakit perut.
Pemeriksaan darah pada penderita OKA menunjukkan hiperglikemia,
gula darahnya berkisar 200-1000 mg/dl, selain terdapat peningkatan
kadar keton plasma <7,2 dan HCO3 15 mEq, tanda-tanda dehidrasi
takipnea (nafas cepat), dan aseton halitosis (nafas berbau seperti
aseton).
Gejala akut timbul akibat kurangnya konsumsi cairan yang dapat
dipercepat dengan adanya infeksi stroke, infark, jantung atau gangguan
pencernaan dengan adanya kekurangan cairan dan mengakibatkan
gangguan kesadaran penderita.

10

Gejala hipoglikemia ringan sering terjadi pada penderita yang lambat


makan

dan

penderita

yang

meningkatkan

latihan

(olahraga)

menunjukkan gejala pada orang yang menderita kelaparan.


Contoh : keringat dingin, gemetar, berdebar-debar pusing atau sakit
kepala ringan, bila tidak cepat diatasi, penderita akan merasa
berputar-putar dan dapat pingsan.
b. Komplikasi kronis
Komplikasi kronis bersifat menahun pada umumnya terjadi pada
penderita yang telah mengidap penyakit diabetes melitus selama 5-10
tahun dan mempunyai dan golongan komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler.
Komplikasi mikrovaskuler yang merupakan komplikasi khas dari
diabetes lebih disebabkan hipoglikemia yang tidak terkontrol
komplikasi makrovaskuler lebih disebabkan karena kelainan kadar
lipid darah, bisa mengakibatkan hipertrigliseridemia.
B. Konsep Dasar Gerontik
1. Defenisi Gerontologi dan Geriatrik
a. Gerontologi
Gerontologi : ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai
masalah atau faktor yang menyangkut lanjut usia.
Gerontologi : Pengetahuan yang mencakup gejala bidang persoalan
mengenai orang berusia lanjut yang didasarkan pada
hasil penyelidikan ilmu antropologi, antropometri,
sosiologi, pekerjaan sosial, kedokteran, geriatri,
psikiatrik geriatrik, psikologi dan ekonomi. (Pergeri)
Gerontologi : Ilmu

yang

mempelajari

seluruh

aspek menua.

(Kozier, 1987)
Gerontologi : Ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah
yang mungkin terjadi pada lanjut usia. (Miller, 1990)

11

b. Geriatrik
Geriatrik : Cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada masalah
kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia.
(Black dan Jacob, 1997)
Geriatrik nursing : Praktek

perawatan

yang

berkaitan

dengan

penyakit pada proses menua. (Kozier, 1987)

2. Tujuan Gerontologi dan Geriatri


a. Tujuan Gerontologi
1) Membantu individu lansia memahami adanya perubahan pada
dirinya berkaitan dengan proses menua
2) Membantu mempertahankan identitas kepribadian lansia
3) Mempertahankan

memelihara

dan

meningkatkan

derajat

kesehatan lansia baik jasmani, rohani maupun sosial secara


optimal
4) Memotivasi

dan

menggerakkan

masyarakat

dalam

upaya

meningkatkan kesejahteraan lansia


5) Memenuhi kebutuhan lansia sehari-hari
6) Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
7) Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan keberadaan dalam masyarakat.
(Wahyudi Nugroho, 2008)

b. Tujuan Geriatrik
1) Mempertahankan derajat kesehatan pada lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya

sehingga

terhindar

dari

penyakit

atau

gangguan
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental

12

3) Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan


menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka
menemukan kelainan
4) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita

suatu

penyakit

atau

gangguan

masih

dapat

mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu


pertolongan
5) Bila para lansia sudah tidak dapat disembuhkan lagi dan sudah
sampai pada status terminal maka memberi bantuan moral dan
perhatian yang maksimal sehingga kematian berlangsung dengan
tenang.
(Wahyudi Nugroho, 2008)

3. Proses Menua
Menua : suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan

untuk

memperbaiki

diri/mengganti

diri

dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak


dapat bertahan terhadap jejas (infeksi) dan memperbaiki
perusakan yang diderita. (Boedhi Darmojo, Buku Ajar Geriatri,
1994)

4. Batasan Umur Menurut Beberapa Ahli


a. Menurut WHO
Usia pertengahan (middle age) : 45 59 tahun
Lanjut usia (elderly, 60 74 tahun)
Lanjut usia tua (old, 75 90 tahun
Usia sangat tua (very old, diatas 90 tahun)
b. Menurut Bee (1996)
1) Usia 18 25 tahun

: Masa dewasa muda

13

2) Usia 25 40 tahun

: Masa dewasa awal

3) Usia 40 65 tahun

: Masa dewasa tengah

4) Usia 65 75 tahun

: Masa dewasa lanjut

5) Usia > 75 tahun

: Masa dewasa sangat lanjut

c. Menurut Hurlock (1979)


1) Early old age

: 60 70 tahun

2) Advanced old age : 70 tahun ke atas


d. Menurut Burn Side (1979)
1) Young old

: 60 69 tahun

2) Middle age old

: 70 79 tahun

3) Old-old

: 80 89 tahun

4) Very old-old

: > 90 tahun

5. Perubahan Akibat Proses Menua


Perubahan fisik dan fungsi
a. Sel
Jumlah sel menurun
Ukuran sel lebih besar
Jumlah tubuh dan cairan intra seluler berkurang
Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati menurun
Jumlah sel otak menurun
Mekanisme perbaikan sel terganggu
Otak menjadi atropi, beratnya berkurang 5-10%
Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
b. Sistem persyarafan
Menurun hubungan persyarafan
Berat orak menurun 10-20%

14

Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap


stres
Saraf panca indra mengecil
Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang
Kurang sensitif terhadap sentuhan
Defisit memori
c. Sistem pendengaran
Gangguan pendengaran
Membran timpani menjadi atropi
Terjadi pengumpulan serumen
Fungsi pendengaran semakin menurun
Tinitus (bising yang bersifat mendengung)
Vertigo
d. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar
menghilang
Kornea lebih berbentuk sferis
Lensa lebih suram
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar
Penurunan/hilangnya daya akomodasi
Lapang panjang menurun
Daya membedakan warna menurun
e. Sister kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Elastisitas dinding aorta menurun
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
Curah jantung menurun

15

Kehilangan elastisitas pembuluh darah


Tekanan darah menjadi lebih tinggi akibat resistensi pembuluh
darah perifer meningkat
f. Sistem pernafasan
1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi
2) Aktivitas silia menurun
3) Paru kehilangan elastisitas
4) Ukuran alveoli melebar
5) Berkurangnya elastisitas bronkis
6) O2 pada arteri menurun

g. Sistem pencernaan
1) Kehilangan gigi
2) Indar pengecap menurun
3) Esofagus melebar
4) Rasa lapar menurun
5) Peristaltik lemah
6) Hati semakin mengecil
h. Sistem reproduksi
Wanita
1) Vagina mengecil
2) Ovari menciut
3) Atropi payudara
4) Atropi vulva
5) Selaput lendir vagina menurun
Pria
1) Testis masih memproduksi meskipun mengalami penurunan
2) Dorongan sex menetap sampai usia 76 tahun
(Wahyudi Nugroho, 2008)

16

6. Penyakit Umum Pada Lansia


Dua belas penyakit The National Old Peoples Welfare Council
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Bronkitis kronis
4) Gangguan pada tungkai
5) Gangguan pada sendi panggul
6) Anemia
7) Demensia
8) Gangguan penglihatan
9) Kecemasan
10)Dekompensasi cordis
11)Diabetes Melitus
12)Gangguan defekasi
(Wahyudi Nugroho, 2008)

Sedangkan penyakit lansia di Indonesia ada 7 macam


1) Penyakit sistem pernapasan
2) Penyakit sistem kardiovaskuler
3) Penyakit sistem pencernaan
4) Penyakit sistem urogenetalia
5) Penyakit sistem endokrin
6) Penyakit sistem persendian/tulang
7) Penyakit akibat proses keganasan
(Wahyudi Nugroho, 2008)

17

1. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari
hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan : diare muntah, masukan
dibatasi, mual, kacau mental.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan penggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme lemak/protein),
penurunan masukan oral anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri
abdomen, perubahan kesadaran, status hipermetabolisme pelepasan
hormon stres (misal : epinefrin, kortisol dan hormon pertunbuhan)
proses infeksi.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi
pernafasan yang ada sebelumnya atau ISK.
4) Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan
dengan perubahan kimia endogen ketidakseimbangan glukosa insulin
dan/atau elektrolit.
5) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi/metabolik
perubahan kimia darah : insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan
energi, status hipermetabolik/infeksi.
6) Ketidakberdayaan

berhubungan

dengan

penyakit

jangka

panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang


lain.
7) Kurang

pengetahuan

(kebutuhan

belajar),

mengenai

penyakit

prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang


pemajanan/

mengingat

kesalahan

mengenal sumber informasi.

18

interpretasi

informasi,

tidak

2. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotic (dari hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan :
diare muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.
Hasil yang diharapkan :
1. Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil.
2. Nadi perifer diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran
urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan
lamanya/intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang
sangat berlebihan.
Rasionalisasi : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume
total. Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada
beberapa waktu sebelumnya (beberapa jam sampai
beberapa hari). Adanya proses infeksi mengakibatkan
demam

dan

keadaan

hipermetabolik

yang

meningkatkan kehilangan air tidak karat mata.


2. Pola nafas seperti adanya pernafasan kussmaul atau pernafasan yang
berbau keton.
Rasionalisasi : Paru-paru

mengeluarkan

asam

karbonat

melalui

pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis


respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasan
yang berbau aseton berhubungan pemecahan asam
aseton-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
3. Frekuensi dan kualitas pernafasan penggunaan otot bantu nafas dan
adanya periode apnea dan munculnya sianosis.
Rasionalisasi : Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan
pola dan frekuensi pernafasan mendekati normal. Tetapi
peningkatan kerja pernafasan dangkal, pernafasan cepat

19

dan munculnya sianosis mungkin merupakan indikasi


dari kelelahan pernafasan dan/atau mungkin pasien itu
kehilangan

kemampuannya

untuk

melakukan

kompensasi pada asidosis.


4. Suhu, warna kulit atau kelembabannya.
Rasionalisasi : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan
hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan
kulit

yang

kemerahan,

kering

mungkin

sebagai

cerminan dari dehidrasi.


5. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasionalisasi : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat.
6. Pantau masukan dan pengeluaran catat berat jenis urine.
Rasionalisasi : Memberikan

perkiraan

kebutuhan

akan

cairan

pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang


diberikan.
7. Ukur berat badan setiap hari.
Rasionalisasi : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status
cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberi cairan pengganti.
8. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui
oral sudah dapat diberikan.
Rasionalisasi : Mempertahankan dehidrasi/volume sirkulasi.
9. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman,
selimuti pasien dengan selimut tipis.
Rasionalisasi : Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap
pasien lebih lanjut akan dapat meningkatkan kehilangan
cairan.
10. Kaji adanya perubahan mental/sensori.

20

Rasionalisasi : Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa


yang tinggi atau yang rendah (hiperglikemia atau
hipoglikemia) elektrolit
penurunan

perfusi

yang

serebral

abnormal, asidosis,
dan

berkembangnya

hipoksia, penyebab yang tidak tertangani, gangguan


kesadaran dapat terjadi. Predisposisi (pencetus) aspirasi
pada pasien.
11. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah
dan distensi lambung
Rasionalisasi : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas
lambung yang sering akan menimbulkan muntah dan
secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan
dan elektrolit.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan

ketidakcukupan

insulin

penggunaan

glukosa

oleh

peningkatan

metabolisme

(penurunan

jaringan

ambilan

mengakibatkan

lemak/protein),

penurunan

masukan oral anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri


abdomen, perubahan kesadaran, status hipermetabolisme
pelepasan hormon stres (misal : epinefrin, kortisol dan
hormon pertunbuhan) proses infeksi.
Hasil yang diharapkan :
1. Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.
2. Menunjukkan tingkat energi biasanya.
3.Mendemonstrasikan

berat

badan

stabil

atau

penambahan

kearahrentang biasanya/yang diinginkan dengan nilai laboratorium


normal.
Intervensi :
1. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.

21

Rasionalisasi : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk


absorbsi atau utilisasinya).
2.Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Rasionalisasi : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan teraupetik
3.Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien dan
elektrolit) dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui pemberian cairan melalui oral. Dan selanjutnya terus
mengupayakan pemberian makanan yang lebih padat sesuai dengan
yang dapat ditoleransi
Rasionalisasi : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien
sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
4.Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasionalisasi : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan
dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang.
5.Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
Rasionalisasi : Meningkatkan

rasa

keterlibatannya

memberikan

informasi kepada keluarga untuk memahami kebutuhan


nutrisi pasien, catatan : berbagai metode bermanfaat
untuk perencanaan diet meliputi pergantian daftar
menu, sistem perhitungan kalori, indeks glikemia atau
seleksi awal menu
6.Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan.
Rasionalisasi : Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula
darah akan berkurang, dan sementara diberikan insulin

22

maka

hipoglikemia

mungkin

terjadi

tanpa

memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran ini secara


potensial dapat mengancam kehidupan yang harus
dikaji dan ditangani secara cepat melalui tindakan
protokol yang direncanakan. Catatan : DM tipe I yang
telah

berlangsung

lama

mungkin

tidak

akan

menunjukkan tanda-tanda hipoglikemia seperti biasanya


karena respon normal terhadap gula darah yang rendah
mungkin dikurangi.
7.Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger
stick.
Rasionalisasi : Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat
(menunjukkan keadaan saat dilakukan pemeriksaan
daripada memantau gula dalam urine reduksi urine)
yang tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi
kadar gula darah dan dapat dipengaruhi oleh ambang
ginjal pasien secara individual atau adanya retensi
urine/ginjal. Catatan : beberapa penelitian telah
menemukan bahwa glukosa urine 20% berhubungan
dengan gula darah antara 140-360 mg/dl
8.Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, PH
dan HCO3.
Rasionalisasi : Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian
cairan dan terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian
insulin dosis optimal glukosa kemudian dapat masuk
kedalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Ketika
hal ini terjadi, kadar aseton akan menurun dan asidosis
dapat dikoreksi.
9.Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV, secara
intermitten atau secara kontinu, seperti bolus IV diikuti dengan tetesan

23

yang kontinu melalui alat pompa kira-kira 5-10 unit perjam sampai
glukosa darah mencapai 250 mg/dl.
Rasionalisasi : Insulin reguler memiliki awaitan cepat dan karenanya
dengan cepat pula dapat membantu memindahkan
glukosa ke sel darah pemberian melalui IV merupakan
rute pilihan utama karena absorbsi dari jaringan
subkutan

mungkin

tidak

menentu/sangat

lambat.

Banyak orang percaya/ berpendapat bahwa metode


kontinu ini merupakan cara yang optimal untuk
mempermudah transisi pada metabolisme karbohidrat
dan menurunkan insiden hipoglikemia.
10.Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin
normal.
Rasionalisasi : Larutan glukosa ditambah setelah insulin dan cairan
membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl. Dengan
metabolisme karbohidrat mendekati normal perawatan
harus

diberikan

untuk

menghindari

terjadinya

hipoglikemia.
11.Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Rasionalisasi : Saat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian
diet

untuk

memenuhi

kebutuhan

nutrisi

pasien,

menjawab pertanyaan dan dapat pula membantu pasien


atau

orang

terdekat

dalam

mengembangkan

perencanaan makan.
12.Berikan diet 60% karbohidarat, 20% protein, dan 20% lemak
dalam penataan makan/pemberian makanan tambahan.
Rasionalisasi : Kompleks karbohidrat (seperti jagung, wortel, brokoli,
buncis, gandum dan lain-lain). Menurunkan kadar
glukosa/kebutuhan

insulin,

menurunkan

kadar

kolesterol darah dan meningkatkan rasa kenyang.


Pemasukan

makanan

24

akan

dijadwalkan

sesuai

karakteristik

insulinnya

spesifik

(misal

efek

puncaknya) dan respon pasien secara individual.


Catatan : makanan tambahan dari kompleks karbohidrat
terutama sangat penting dan jika insulin diberikan
dalam dosis terbagi untuk menghindari hipolikemia
selama tidur dan potensial respon romogyl.
13.Berikan obat metaklopramit (reglan) tetrasiklin.
Rasionalisasi : Dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala yang
berhubungan

dengan

mempengaruhi

saluran

neuropati
cerna

otonom
yang

yang

selanjutnya

meningkatkan pemasukan melalui oral dan observasi


zat makanan ( nutrien).

Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar


glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada
sirkulasi, infeksi pernafasan yang ada sebelumnya atau ISK.
Hasil yang diharapkan :
-

Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko


tinggi

Mendemonstrasikan teknik perubahan gaya hidup untuk mencegah


terjadinya infeksi.

Intervensi :
1.Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam,
kemerahan, adanya pus pada luka, sputum, purulen, urine warna keruh
atau berkabut.
Rasionalisasi : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya
telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat
mengalami infeksi nasokomial.

25

2.Tingkat upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik


pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien
sendiri.
Rasionalisasi : Mencegah

timbulnya

nasokomial)

infeksi

silang

(infeksi

kadar gulosa yang tinggi dalam darah

akan menjadi media terbaik baik bagi pertumbuhan


kuman.
3.Pertahankan

teknik

aseptif

pada

prosedur

invasif

(seperti

pemasangan infus, kateter folley dan sebagainya) pemberian obat


intravena

dan

memberikan

perawatan

pemeliharaan,

lakukan

pengobatan melalui IV sesuai indikasi.


Rasionalisasi : Mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih.
Pasien mungkin memiliki resiko yang serius jika terjadi
retensi urine pada awal dirawat. Catatan : pasien DM
wanita lansia merupakan kelompok utama yang paling
beresiko terjadi infeksi saluran kemih/vagina.
4.Pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik. Ajarkan
pasien wanita untuk membersihkan daerah perinealnya dari depan ke
arah belakang setelah eliminasi.
Rasionalisasi : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan
pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan
pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5.Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh,
masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen
kering dan tetap kencang (tidak berkerut).
Rasionalisasi : Ronchi mengindikasikan adanya akumulasi sekret yang
mungkin berhubungan dengan pneumonia/bronkitis
(mungkin sebagai pencetus dari DKA), edema paru <
bunyi krekels, mungkin sebagai akibat dari pemberian
cairan yang terlalu cepat/berlebihan dari GJK.
6.Posisi pasien pada posisi semi fowler

26

Rasionalisasi : Memberi kemudahan bagi paru untuk berkembang


menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
7.Lakukan perubahan posisi dan anjurkan pasien untuk batuk
efektif/nafas dalam jika pasien sadar dan kooperatif. Lakukan
pengisapan lendir pada jalan nafas dengan menggunakan teknik steril
sesuai keperluannya.
Rasionalisasi : Membantu dalam menventilasikan semua daerah paru
dan memobilisasi sekret. Mencegah agar sekret tidak
statis, dengan terjadinya peningkatan terhadap resiko
infeksi.
8.Berikan tissu dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau
untuk penampungan sputum atau sekret yang lainnya.
Rasionalisasi : Mengurangi penyebaran infeksi.
9.Anjurkan untuk makan dan minum adekuat (pemasukan makanan
dan cairan yang adekuat) 3000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi.
Rasionalisasi : Menurunkan

kemungkinan

terjadinya

infeksi

meningkatkan aliran urine untuk mencegah urine yang


statis

dan

membantu

dalam

mempertahankan

PH/keasaman urine yang menurunkan pertumbuhan


bakteri dan pengeluaran organisme dari sistem organ
tersebut.
10.Lakukan pemeriksaan kultur dan sentivitas sesuai dengan indikasi.
Rasionalisasi : Untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat
memilih/ memberikan terapi antibiotik yang terbaik.
11.Berikan obat antibiotik yang sesuai.
Rasionalisasi : Penanganan awal dapat membantu mencegah terjadinya
sepsis.
Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual
berhubungan

dengan

perubahan

kimia

endogen

ketidakseimbangan glukosa insulin dan/atau elektrolit.

27

Hasil yang diharapkan :


1.Mempertahankan tingkat mental biasanya.
2.Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasionalisasi : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal,
seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi
fungsi mental.
2.Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya misal : terhadap tempat, orang dan waktu. Berikan
penjelasan yang singkat dengan bicara perlahan dan jelas.
Rasionalisasi : Menurunkan

kebingungan

dan

membantu

untuk

mempertahankan kontak dengan realitas.


3.Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu
istirahat pasien.
Rasionalisasi : Meningkatkan tidur pasien menurunkan rasa letih dan
dapat memperbaiki daya pikir.
4.Pelihara aktivitas rutin pasien, pasien rekonsisten mungkin, dorong
untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasionalisasi : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan
dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada
lingkungannya.
5.Lindungi pasien dari cedera (gunakan pengikat) ketika tingkat
kesadaran pasien terganggu. Berikan bantalan lunak pada pagar tempat
tidur dan berikan jalan nafas buatan yang lunak jika pasien
kemungkinan mengalami kejang.
Rasionalisasi : Pasien

mengalami

disorientasi

merupakan

awal

kemungkinan timbulnya cedera. Terutama malam hari


dan perlu pencegahan sesuai indikasi. Munculnya
kejang perlu diantisipasi untuk mencegah trauma fisik,
aspirasi dan sebagainya.

28

6.Berikan tempat tidur yang lembut, pelihara kehangatan kaki/tangan,


hindari

terpajan

air

panas

atau

dingin

atau

penggunaan

dan

menurunkan

bantalan/pemanas.
Rasionalisasi : Meningkatkan

rasa

nyaman

kemungkinan kerusakan kulit karena panas. Catatan :


munculnya dingin yang tiba-tiba pada tangan/kaki dapat
mencerminkan adanya hipoglikemia, yang perlu untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kadar gula darah.
7.Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.
Rasionalisasi : Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa
keseimbangan dipengaruhi.
8.Pantau nilai laboratorium seperti glukosa darah, osmolaritas darah,
Hb/Ht, ureum kreatinin.
Rasionalisasi : Ketidakseimbangan

nilai

laboratorium

ini

dapat

menurunkan fungsi mental. Catatan : jika cairan diganti


dengan cepat, kelebihan cairan dapat masuk ke sel otak
dan menyebabkan gangguan pada tingkat kesadaran
(intoksikasi air).
9.Bantu dengan memblok syaraf setempat, mempertahankan unit
TENS.
Rasionalisasi : Dapat memberikan rasa nyaman yang berhubungan
dengan neuropati.
Diagnosa 5 : Kelelahan

berhubungan

dengan

penurunan

produksi

energi/metabolik perubahan kimia darah : insufisiensi


insulin,

peningkatan

kebutuhan

energi,

status

hipermetabolik/infeksi.
Hasil yang diharapkan :
1.Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
2.Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi didalam
aktivitas yang diinginkan.

29

Intervensi :
1.Diskusikan dengan pasien kebutuhan dan aktivitas buat jadwal
perencanaan

dengan

pasien

dan

identifikasi

aktivitas

yang

menimbulkan kelelahan.
Rasionalisasi : Pendidikan

dapat

meningkatkan

memberikan

tingkat

aktivitas

motivasi

untuk

meskipun

pasien

mungkin sangat lemah.


2.Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup,
tanpa diganggu.
Rasionalisasi : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.Pantau

nadi,

frekuensi

pernafasan

dan

tekanan

darah

yang

dapat

sebelum/sesudah melakukan aktivitas.


Rasionalisasi : Mengindikasikan

tingkat

aktivitas

ditoleransi secara fisiologis.


4.Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat
dan sebagainya.
Rasionalisasi : Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan
dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap
kegiatan.
5.Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Rasionalisasi : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif
sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
Diagnosa 6 : Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan
pada orang lain.
Hasil yang diharapkan :
1.Mengakui perasaan putus asa.
2.Mengidentifikasikan cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

30

3.Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara


mandiri mengambil/tanggung jawab untuk beraktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.Anjurkan

pasien/keluarga

untuk

mengespresikan

perasaannya

tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.


Rasionalisasi : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan
cara pemecahan masalah.
2.Akui normalitas dari perasaan.
Rasionalisasi : Pengendalian bahwa reaksi normal dapat membantu
pasien untuk memecahkan masalah dan mencari
bantuan sesuai kebutuhan kontrol terhadap DM
merupakan

pekerjaan

yang

terus-menerus

yang

bertindak sebagai penyakit konstan terhadap munculnya


penyakitnya

serta

ancaman

terhadap

kehidupan/kesehatan pasien.
3.Kaji bagaimana pasien telah menangani masalahnya di masa lalu,
identifikasi fokus kontrol.
Rasionalisasi : Pengetahuan

gaya

individu

membantu

untuk

menentukan kebutuhan terhadap tujuan penanganan


pasien yang mempunyai fokus pusat kontrol internal
biasanya memperlihatkan cara untuk meningkatkan
kontrol terhadap program pengobatan sendiri. Pasien
yang bertindak dengan lokus eksternal ingin dirawat
oleh orang lain atau mungkin akan mengendalikan
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya.
4.Berikan

kesempatan

perhatiannya

pada

keluarga

untuk

mengeskpresikan

dan didiskusikan cara mereka dapat membantu

sepenuhnya terhadap pasien.


Rasionalisasi : Meningkatkan

perasaan

terlibat

dan

memberikan

kesempatan keluarga untuk memecahkan masalah untuk


membantu mencegah terulangnya (kambuhnya penyakit
pada pasien tersebut).

31

5.Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.


Rasionalisasi : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari
orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan
perasaan frustasi/kehilangan kontrol diri dan mungkin
mengganggu kemampuan koping.
6.Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang
terdekat
Rasionalisasi : Tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan untuk
mengendalikan diabetik yang sering kali memindahkan
fokus hubungan. Perkembangan psikologi/neuropati
viseral mempengaruhi konsep diri (terutama fungsi
peran seksual) mungkin menambah keadaan stres.
7.Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan
perawatannya seperti ambulasi, waktu beraktivitas dan seterusnya.
Rasionalisasi : Mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa
pengendalian

dapat dilatih pada saat perawatan

dilakukan.
8.Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam
perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan
usaha yang dilakukan.
Rasionalisasi : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
Diagnosa 7 : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang

pemajanan/mengingat

kesalahan

interpretasi

informasi, tidak mengenal sumber informasi.


Hasil yang diharapkan :
1.Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya.
2.Mengidentifikasi hubungan anda gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebabnya.
3.Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan.

32

4.Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program


pengobatan.
Intervensi :
1.Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk pasien.
Rasionalisasi : Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan
sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam
proses belajar.
2.Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat
dan cara untuk melakukan makan di luar rumah.
Rasionalisasi : Kesadaran tentang penyakitnya kontrol diet akan
membantu

pasien dalam merencanakan makanan

mentaati program serat dalam memperlambat absorbsi


glukosa yang akan menurun fluktuasi kadar gula dalam
darah, tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan
pada

saluran

cerna,

flatus

meningkat

dan

mempengaruhi absorbsi vitamin/ mineral.


3.Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan
lamanya dosis insulin yang diresepkan bila disesuaikan dengan pasien
atau keluarga.
Rasionalisasi : Pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat
meningkatkan penggunaan yang tepat. Algoritme dosis
dibuat yang masuk dalam perhitungan dosis obat yang
dibuat selama evaluasi rawat inap. Jumlah dan jadwal
aktivitas fisik biasanya perencanaan makanan dengan
melibatkan orang terdekat/sumber untuk pasien.
4.Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah
setiap hari, waktu dan dosis obat, diet, aktivitas, perasaan/sensasi
peristiwa dalam hidup
Rasionalisasi : Membantu dalam menciptakan gambaran nyata dari
keadaan pasien untuk melakukan kontrol penyakitnya

33

dengan lebih baik dan meningkatkan perawatan diri/


kemandiriannya.
5.Buat jadwal latihan/aktivitas yang teratur dan identifikasi hubungan
dengan penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian.
Rasionalisasi : Waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya dengan
kerja puncak insulin. Makanan kudapan harus diberikan
sebelum atau selama latihan sesuai kebutuhan dan rotasi
injeksi harus menghindari kelompok otot yang akan
digunakan untuk aktivitas (misal : daerah abdomen
lebih dipilih daripada paha atau lengan sebelum
melakukan jogging atau berenang) untuk mencegah
percepatan ambilan insulin.
6.Identifikasi gejala hipoglikemia (misal : lemah, pusing, letargi, lapar,
peka rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala dan
perubahan mental) dan jelaskan penyebabnya.
Rasionalisasi : Dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal
dan

mencegah/mengurangi

kejadiannya.

Catatan:

hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan


fenomena fajar (indikasi perlunya insulin tambahan)
atau respon balik pada hipoglikemia selama tidur (efek
remogyl) yang memerlukan penurunan dosis insulin
atau perubahan diet (misal : pemberian makanan
kudapan pada malam hari). Pemeriksaan kadar gula
darah

pada

jam

pagi

membantu

dalam

mengidentifikasi masalah yang spesifik.


7.Demonstrasikan teknik penanganan stres, seperti latihan nafas dalam
bimbingan imajinasi, mengalihkan perhatian.
Rasionalisasi : Meningkatkan relaksasi dan pengendalian terhadap
respon stres yang dapat membantu untuk membatasi
peristiwa ketidakseimbangan glukosa/insulin.
8.Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat.

34

Rasionalisasi : Dukungan kontinu biasanya penting untuk menopang


perubahan gaya hidup meningkatkan penerimaan atas
diri sendiri.

35

Anda mungkin juga menyukai