DISUSUN OLEH
Kelompok 1
1. Ferdi Saputra
2. Jesi Pebralia
3. Lira Vantari
4. Sulastri Wahyuningsih
5. Septiana Sari
6. Rizka Amelia
DOSEN PENGASUH
Dr. Ketang Wiyono, S.Pd., M.Pd.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa,
karena atas berkat rahrmat dan karunia yang telah diberikan kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Teori Belajar Perilaku ini tepat pada waktunya.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan
makhluk hidup lainnya, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren
pembelajaran. Teori belajar perilaku merupakan salah satu dari banyak teori yang saat ini
sering digunakan. Teori belajar perilaku adalah sebuah teori belajar yang menekankan
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil dari proses belajar. Dan alasan teori
belajar perilaku ini dipaparkan tidak lain untuk memudahkan mengenali dan memahami
teori belajar perilaku yang lebih baik serta mengetahui kelebihan dan kelemahan dari
teori belajar perilaku. Melalui makalah ini diharapkan rekan-rekan sekalian tidak hanya
memahami secara teori, namun juga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak,begitu pula dengan makalah yang kami
buat ini masih jauh dari kata sempurna.Maka dari itu kami mengharapkan partisipasi dari
rekan-rekan sekalian untuk memberikan kritik dan saran demi tercapainya kesempurnaan
pada makalah kami ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas
segala bantuan dan perhatian dari semua pihak, kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
2
DAFTAR ISI...................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
.................................................................................................................
4
1.2 Rumusan
Masalah
.................................................................................................................
5
1.3 Tujuan
.................................................................................................................
6
BAB II ISI
2.1 Pengertian
Teori
Belajar
Perilaku
..................................................................................................................
7
2.2 Evolusi
Teori
Belajar
Perilaku
..................................................................................................................
8
2.3
Prinsip-prinsip
Teori
Belajar
Perilaku
..................................................................................................................
15
2.4 Teori
Belajar
Sosial
..................................................................................................................
18
2.5 Kekuatan
dan
Kelemahan
Teori
Belajar
Perilaku
..................................................................................................................
21
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh
pengalaman. Paling sedikit ada lima macam perilaku perubahan pengalaman, dan
dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Pertama pada
tingkat emosional yang paling primitive, terjadi perubahan perilaku diakibatkan
dari berpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus
terkondisi.Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu
waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi.Bentuk
belajar macam inilah yang disebut belajar responden, dan menolong kita untuk
memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi bidang-
bidang studi. Yang kedua belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwaperistiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu . Yang ketiga, kita
belajar dngan konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku
itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar semacam
ini disebut operant.Keempat, pengalaman belajar sebagai hasilobservasi manusia
dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model, dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.
Kelima, belajar kognitif , bila kita melihat dan memahami peristiea-peristiwa di
sekitar kita dan dengan insait, belajar menyelami pengertian.
Teori-teori belajar dikelompokkan menjadi teori-teori belajar sebelum
abad ke-20 dan teori-teori belajar selama abad ke-20.pengelompokan ini
dilakukan, karena teori-teori sebelum abad ke-20 dikembangkan berdasarkan
pemikiran filosofi atau spekulatif, tanpa dilandasi eksperiman. Kedadam teoriteori belajar sebelum abad ke-20 termasuk teori disiplin mental, teori
pengembangan alamiah, dan teori apersepsi. Teori-teori belajar abad ke-20 dibagi
menjadi dua, yaitu keluarga perilaku atau behavioristik yang meliputi teori-teori
stimulus respond an keluarga Gestalt-Fiald yang meliputi teori-teori kognitif.
Untuk memperdalam mengenai teori-teori belajar abad ke-20, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai teori-teori belajar perilaku yang focus
pembahasannya meliputi: evolusi teori-teori perilaku, prinsip-prinsip teori-teori
belajar perilaku, teori belajar social, dan kekuatan-kekuatan dan kelemahankelemahan teori belajar perilaku.
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
perilaku
Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari teori belajar perilaku
BAB II
ISI
TEORI BELAJAR PERILAKU
Teori belajar perilaku adalah upaya membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan antara
lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu teori belajar perilaku
disebut juga teori belajar behavioristik. Dalam kenyataannya tingkah laku
berhubungan erat dengan kebiasaan, meskipun keduanya memiliki perbedaan.
Kebiasaan adalah satu proses kegiatan yang berulang ulang. Kebiasaan
mengandung tiga unsur yang saling berkaitan. Pertama, unsur pengetahuan yaitu
pengetahuan yang bersifat toeritis mengenai sesuatu yang ingin dikerjakan.
Kedua, unsur keinginan yaitu adanya motivasi atau kevenderungan untuk
melakukan sesuatu. Ketiga,
unsur
kesanggupan untuk melakukannya. Jika ketiga unsur tersebut berpadu pada suatu
perbuatan maka perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kebiasaan.
Tingkah laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas, yaitu tidak
hanya mencakup kegiatan motorik saja seperti berbicara, berjalan, lari-lari,
berolah raga bergerak dan lain-lain, akan tetapi juga mebahas macam macam
fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, pengenalan kembali,
penampilan emosi emosi
seterusnya. Sedangkan tingkah laku menurut Bimo Walgito adalah aktivitas yang
ada pada individu atau organisme yang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi
sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenai organisme
tersebut, tingkah laku atau aktivitas total merupakan jawaban atau respon terhadap
stimulus yang mengenainya.
Perbedaan antara kebiasaan dan tingkah laku yaitu perilaku berawal dari
kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang. Dimana suatu kegiatan yang dianggap
baik akan diakui bahkan dilakukan.
merupakan
bentuk
perubahan
yang
dialami
siswa
dalam
hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum
dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunyapun
sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat
mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia
belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Dalam contoh diatas,
stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar
perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara cara tertentu, untuk membantu
belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik, apa yang
terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus
dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja
yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah
faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat
timbulnya
respon.
Bila
penguatan
ditambahkan
(positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya,
ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia
akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan
penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar.Bila tugas tugas
dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktivitas belajarnya, maka
pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam
belajar.Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan
(ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya
respons.
B. Evolusi Teori Belajar Perilaku
Studi secara ilmiah tentang belajar baru dimulai pada akhir abad ke-19.
Dengan menggunakan teknik-teknik dari sains (physical sciences), para ahli mulai
refleks-refleks
yang
terjadi
setelah
adanya
proses
kondisioning
11
kehidupan
praktis,
terutama
setelah
Skinner
memperkenalkan
perilaku
seseorang.
Namun
setelah
Skinner
mengemukakan
dan
12
yang
menyenangkan
memperkuat
perilaku,
sedangkan
15
16
Suatu prinsip perilaku penting ialah, kegiatan yang kurang diingini dapat
ditingkatkan dengan menggabungkannya pada kegiatan-kegiatan yang lebih
disenangi atau diingini. Sebagai contoh misalnya, seorang guru berkata pada
muridnya Jika kamu telah selesai mengerjakan soal ini, kamu boleh keluar. atau
Bersihkan dahulu mejamu, nanti Ibu bacakan cerita. Kedua contoh ini
merupakan contoh-contoh dari suatu prinsip yang dikenal dengan Prinsip
Premack (Premack, 1965).
b. Hukuman (punisher)
Konsekuensi-konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku disebut
hukuman.Para teoriwan perilaku berbeda pendapat mengenai hukuman ini.Ada
yang berpendapat, bahwa hukuman itu hanya temporer, bahwa hukuman
menimbulkan sifat menentang atau agresi.Ada pula teoriwan-teoriwan yang tidak
setuju dengan pemberian hukuman. Pada umumnya mereka setuju bahwa
hukuman itu hendaknya digunakan, bila reinforsemen telah dicoba dan gagal, dan
bahwa hukuman diberikan dalam bentuk selunak mungkin, dan hukuman
hendaknya selalu digunakan sebagai bagian dari suatu perencanaan yang teliti,
tidak dilakukan karena frustasi.
2. Kesegeraan (immediacy) konsekuensi-konsekuensi
Salah satu prinsip dalam teori belajar perilaku ialah, bahwa konsekuensikonsekuensi yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku
dari pada konsekuensi-konsekuensi yang lambat datangnya.
Prinsip kesegeraan konsekuensi-konsekuensi ini penting artinya dalam
kelas.Khususnya bagi murid-murid sekolah dasar, pujian yang diberikan segera
setelah anak itu melakukan suatu pekerjaan dengan baik, dapat merupakan suatu
reinforser yang lebih kuat dari pada angka yang diberikan kemudian.
3. Pembentukan (shaping)
Selain kesegeraan dari reinforsemen, apa yang akan diberi reinforsemen
juga perlu diperhatikan dalam mengajar. Bila guru membimbing siswa menuju
pencapaian tujuan dengan memberikan reinforsemen pada langkah-langkah yang
17
menuju pada keberhasilan, maka guru itu menggunakan teknik yang disebut
pembentukan.
Istilah pembentukan atau shaping digunakan dalam teori-teori belajar
perilaku dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan baru atau perilakuperilaku dengan memberikan reinforsemen pada para siswa dalam mendekati
perilaku akhir yang diinginkan.
Ringkasan dari langkah-langkah dalam pembentukan perilaku baru adalah sebagai
berikut:
kemampuan mereka?
Kembangkan satu seri langkah-langkah yang dapat merupakan jenjang
untuk membawa mereka dari keadaan mereka sekarang ke tujuan yang
telah ditetapkan.
Berilah umpan balik selama pelajaran berlangsung.
18
dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.Suatu perspektif belajar
sosial menganalisis hubungan kontinu antara variable-variabel lingkungan, ciriciri pribadi, dan perilaku terbuka dan tertutup seseorang.
Konsep-konsep utama teori belajar sosial
1. Pemodelan (Modelling)
Fenomena pemodelan yaitu meniru perilaku orang lain dan pengalaman
vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain.
Bandura merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia tidak
dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi melainkan manusia itu belajar dari
suatu model.Misalnya, guru olahraga mendemonstrasikan loncat tinggi,
kemudian para siswa menirunya. Bandura menyebut ini no-trial learning
sebab para siswa tidak harus melalui proses pembentukan, tetapi dapat
segera menghasilkan respons yang benar.
2. Fase belajar
Menurut Bandura (1977), ada empat fase belajar dari model, yaitu fase
perhatian, retensi, reproduksi dan motivasi.
Fase Perhatian
Pada umumnya para siswa memberikan perhatian pada model-model yang
menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan popular.Inilah sebabnya
mengapa banyak siswa meniru pakaian, tata rambut dan sikap-sikap para
bintang film, misalnya.
Fase Retensi
Belajar observasional terjadi berdasarkan kontiguitas.Dua kejadian
contiguous yang diperlukan ialah perhatian pada penampilan model dan
penyajian
simbolik
dari
penampilan
itu
dalam
memori
jangka
19
ia
membayangkan
persiapan
yang
telah
dibuatnya.
bahwa
setelah
persamaan
memodelkan
kuadrat,
prosedur-prosedur
beberapa
siswa
hanya
untuk
dapat
3. Belajar Vicariuos
Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prinsip belajar vicarious.Bila
seorang murid berkelakuan baik dan memuji mereka karena pekerjaan
mereka yang baik itu. Anak yang nakal melihat bahwa bekerja
memperoleh reinforcement sehingga ia pun kembali bekerja.
4. Pengaturan Sendiri
Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunya
sendiri, mempertimbangkan perilaku itu terhadap kriteria yang disusunnya
sendiri, kemudian memberi reinforcement atau hukuman pada dirinya
sendiri.
Respons-respons kognitif kita terhadap perilaku kita sendiri
mengizinkan kita untuk mengatur perilaku kita sendiri.Dengan mengamati,
kita mengumpulkan data tentang respons-respons kita. Melalui standarstandar panampilan yang sudah terinternalisasi, kerap kali dipelajari
melalui observasi , kita pertimbangkan perilaku kita. Dengan memberi
hadiah atau menghukum kita sendiri, kita dapat mengendalikan perilaku
kita secara efektif.Kita tidak perlu dikendalikan oleh kekuatan lingkungan
atau keinginan yang dating dari dalam.Kita dapat belajar menjadi manusia
social yang berkepribadian.Dengan menerapkan gagasan-gagasan dari
teori belajar social pada diri kita sendiri, kita dapat menjadi guru dan siswa
yang lebih baik.
E. Kekuatan dan Kelemahan Teori-teori Perilaku
Telah diuraikan beberapa teori-teori perilaku. Sebagaimana setiap teori
tidak akan pernah sempurna demikian halnya dengan teori-teori peilaku. Di
samping kekuatan-kekuatannya ada pula kelemah-kelemahannya.
Prinsip-prinsip yang melandasi teori-teori perilaku kedudukannya kuat
dalam psikologi, dan hal ini telah ditunjukkan dalam berbagai situasi.Prinsipprinsip ini berguna untuk menjelaskan sebagian besar dari perilaku manusia dan
bahkan lebih berguna dalam mengubah perilaku.
21
diterapkan untuk melatih anak anak yang masih membutuhkan peran orang tua.
Namun, penting untuk diketahui bahwa ruang lingkup teori belajar
perilaku terbatas. Dengan pengecualian teoritikus teoritikus sosial, para
teoritikus belajar perilaku terutama memusatkan pada perilaku yang tampak.
Pandangan teori belajar perilaku ini hanya mengakui adanya stimulus-respon yang
dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur unsur yang diamati tersebut. Menurut
pandangan teori belajar peilaku, siswa dipandang sebagai pembelajar yang pasif
dan kurang memberikan ruang gerak yang bebas untuk siswa dalam
mengembangkan potensi dirinya.
Kekurangan teori belajar ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat
pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang
pasif, murid hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru
sebagai sentral dan bersifat otoriter. Teori belajar ini juga cenderung mengarahkan
siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan produktif. Pandangan
teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukkan atau shaping, yaitu
membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
22
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penjelasan di atas adalah :
Teori belajar perilaku adalah upaya membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan antara
lingkungan dengan tingkah laku pembelajar.
Terdapat tiga jenis prinsip dari teori belajar perilaku yaitu konsekuensikonsekuensi, kesegeraan dan pembentukan.
Adapun yang dimaksud dengan teori belajar sosial merupakan perluasan
teori belajar perilaku yang tradisional.
Kekuatan teori belajar perilaku adalah prinsip-prinsip yang melandasi
teori-teori perilaku kedudukannya kuat dalam psikologi.
Kelemahannya adalah untuk proses belajar yang kurang tampak sukar
diamati.
III. 2 Saran
Setelah membahas dan mengkaji tentang teori belajar perilaku, adapun
beberapa saran yang ingin disampaikan penulis dari pembahasan materi ini
diantaranya:
1. Teori belajar perilaku ini berguna dalam membentuk tingkah laku
individu. Teori belajar perilaku ini sangat cocok dalam pemerolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur kecepatan spontanitas, kelenturan daya tahan.
23
Daftar Pustaka
Dahar, Ratna Willis. 1995. Teoriteori Belajar. Jakarta : Gramedia.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
www.infodiknas.com (Diakses selasa 25 september 2012)
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179542-pengertian-tingkahlaku/#ixzz27s4An4GC (Diakses jumat 28 september 2012)
www.infodiknas.com/024-teori-belajar-perilaku/ (Diakses jumat 28 september 2012)
24