Anda di halaman 1dari 24

TEORI BELAJAR PERILAKU

Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah


DASAR DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN FISIKA I

DISUSUN OLEH
Kelompok 1

1. Ferdi Saputra
2. Jesi Pebralia
3. Lira Vantari
4. Sulastri Wahyuningsih
5. Septiana Sari
6. Rizka Amelia

DOSEN PENGASUH
Dr. Ketang Wiyono, S.Pd., M.Pd.

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa,
karena atas berkat rahrmat dan karunia yang telah diberikan kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Teori Belajar Perilaku ini tepat pada waktunya.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan
makhluk hidup lainnya, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren
pembelajaran. Teori belajar perilaku merupakan salah satu dari banyak teori yang saat ini
sering digunakan. Teori belajar perilaku adalah sebuah teori belajar yang menekankan
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil dari proses belajar. Dan alasan teori
belajar perilaku ini dipaparkan tidak lain untuk memudahkan mengenali dan memahami
teori belajar perilaku yang lebih baik serta mengetahui kelebihan dan kelemahan dari
teori belajar perilaku. Melalui makalah ini diharapkan rekan-rekan sekalian tidak hanya
memahami secara teori, namun juga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak,begitu pula dengan makalah yang kami
buat ini masih jauh dari kata sempurna.Maka dari itu kami mengharapkan partisipasi dari
rekan-rekan sekalian untuk memberikan kritik dan saran demi tercapainya kesempurnaan
pada makalah kami ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas
segala bantuan dan perhatian dari semua pihak, kami ucapkan terima kasih.

Inderalaya, 29 September 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................
2
DAFTAR ISI...................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
.................................................................................................................
4
1.2 Rumusan
Masalah
.................................................................................................................
5
1.3 Tujuan
.................................................................................................................
6
BAB II ISI
2.1 Pengertian
Teori
Belajar
Perilaku
..................................................................................................................
7
2.2 Evolusi
Teori
Belajar
Perilaku
..................................................................................................................
8
2.3

Prinsip-prinsip
Teori
Belajar
Perilaku
..................................................................................................................

15
2.4 Teori
Belajar
Sosial
..................................................................................................................
18
2.5 Kekuatan
dan
Kelemahan
Teori
Belajar
Perilaku
..................................................................................................................
21

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................
23
3.2 Saran.............................................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
24

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh
pengalaman. Paling sedikit ada lima macam perilaku perubahan pengalaman, dan
dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Pertama pada
tingkat emosional yang paling primitive, terjadi perubahan perilaku diakibatkan
dari berpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus
terkondisi.Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu
waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi.Bentuk
belajar macam inilah yang disebut belajar responden, dan menolong kita untuk
memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi bidang-

bidang studi. Yang kedua belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwaperistiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu . Yang ketiga, kita
belajar dngan konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku
itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar semacam
ini disebut operant.Keempat, pengalaman belajar sebagai hasilobservasi manusia
dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model, dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.
Kelima, belajar kognitif , bila kita melihat dan memahami peristiea-peristiwa di
sekitar kita dan dengan insait, belajar menyelami pengertian.
Teori-teori belajar dikelompokkan menjadi teori-teori belajar sebelum
abad ke-20 dan teori-teori belajar selama abad ke-20.pengelompokan ini
dilakukan, karena teori-teori sebelum abad ke-20 dikembangkan berdasarkan
pemikiran filosofi atau spekulatif, tanpa dilandasi eksperiman. Kedadam teoriteori belajar sebelum abad ke-20 termasuk teori disiplin mental, teori
pengembangan alamiah, dan teori apersepsi. Teori-teori belajar abad ke-20 dibagi
menjadi dua, yaitu keluarga perilaku atau behavioristik yang meliputi teori-teori
stimulus respond an keluarga Gestalt-Fiald yang meliputi teori-teori kognitif.
Untuk memperdalam mengenai teori-teori belajar abad ke-20, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai teori-teori belajar perilaku yang focus
pembahasannya meliputi: evolusi teori-teori perilaku, prinsip-prinsip teori-teori
belajar perilaku, teori belajar social, dan kekuatan-kekuatan dan kelemahankelemahan teori belajar perilaku.

I.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan teori belajar perilaku ?


Jelaskan teori belajar perilaku meneurut para ahli ?
Jelaskan prinsip prinsip dari teori belajar perilaku ?
Deskripsikan teori belajar sosial sebagai model lain dari teori belajar
perilaku ?
5

Apa saja kekeuatan dan kelemahan dari teori belajar perilaku ?

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

Mengetahui pengertian dari teori belajar perilaku


Mengetahui beberapa pendapat para ahli mengenai teori belajar perilaku
Memahami prinsip-prinsip dari teori belajar perilaku
Mendeskripsikan teori belajar social sebagai model lain dari teori belajar

perilaku
Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari teori belajar perilaku

BAB II
ISI
TEORI BELAJAR PERILAKU
Teori belajar perilaku adalah upaya membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan antara
lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu teori belajar perilaku
disebut juga teori belajar behavioristik. Dalam kenyataannya tingkah laku
berhubungan erat dengan kebiasaan, meskipun keduanya memiliki perbedaan.
Kebiasaan adalah satu proses kegiatan yang berulang ulang. Kebiasaan
mengandung tiga unsur yang saling berkaitan. Pertama, unsur pengetahuan yaitu
pengetahuan yang bersifat toeritis mengenai sesuatu yang ingin dikerjakan.
Kedua, unsur keinginan yaitu adanya motivasi atau kevenderungan untuk
melakukan sesuatu. Ketiga,

unsur

keahlian maksudnya kemampuan atau

kesanggupan untuk melakukannya. Jika ketiga unsur tersebut berpadu pada suatu
perbuatan maka perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kebiasaan.
Tingkah laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas, yaitu tidak
hanya mencakup kegiatan motorik saja seperti berbicara, berjalan, lari-lari,
berolah raga bergerak dan lain-lain, akan tetapi juga mebahas macam macam
fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, pengenalan kembali,
penampilan emosi emosi

dalam bentuk menangis atau tersenyum dan

seterusnya. Sedangkan tingkah laku menurut Bimo Walgito adalah aktivitas yang
ada pada individu atau organisme yang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi
sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenai organisme
tersebut, tingkah laku atau aktivitas total merupakan jawaban atau respon terhadap
stimulus yang mengenainya.
Perbedaan antara kebiasaan dan tingkah laku yaitu perilaku berawal dari
kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang. Dimana suatu kegiatan yang dianggap
baik akan diakui bahkan dilakukan.

A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik


Menurut teori belajar behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain,
belajar

merupakan

bentuk

perubahan

yang

dialami

siswa

dalam

hal

kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum
dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunyapun
sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat
mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia
belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Dalam contoh diatas,
stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar
perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara cara tertentu, untuk membantu
belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik, apa yang
terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus
dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja
yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah
faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat

timbulnya

respon.

Bila

penguatan

ditambahkan

(positive

reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya,
ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia
akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan
penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar.Bila tugas tugas
dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktivitas belajarnya, maka
pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam
belajar.Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan
(ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya
respons.
B. Evolusi Teori Belajar Perilaku
Studi secara ilmiah tentang belajar baru dimulai pada akhir abad ke-19.
Dengan menggunakan teknik-teknik dari sains (physical sciences), para ahli mulai

melakukan eksperimen eksperimen untuk memahami bagaimana manusia dan


hewan belajar.
a. Teori Belajar Menurut Ivan Pavlov
Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah
proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimeneksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh
pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari
perilakunya .Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral
dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan
tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti
yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan
menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah
sesuai dengan apa yang di inginkan.
Tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi,
yaitu

refleks-refleks

yang

terjadi

setelah

adanya

proses

kondisioning

(conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan


rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang
berkondisi. Sebagai contoh, bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol
antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu
membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng,
siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah
dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi
Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus
alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya.
9

Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang


membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak
yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat
tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
b. Teori Belajar Menurut E.L. Thorndike : Hukum Perilaku
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika
belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
Dalam sejumlah eksperimen eksperimennya, Thorndike menempatkan
kucing kucing dalam kotak kotak.Dari kotak kotak ini kucing kucing itu
harus keluar untuk memperoleh makanan.Ia mengamati, bahwa sesudah selang
waktu kucing kucing itu belajar bagaimana dapat keluar dari kotak kotak itu
lebih cepat dengan mengulangi perilaku perilaku yang mengarah pada keluar,
dan tidak mengulangi perilaku perilaku yang tidak efektif. Dari eksperimen
eksperimen ini, Thorndike mengembangkan hukumnya, yang dikenal dengan
10

Hukum Pengaruh atau Law of Effect. Hukum Pengaruh Thorndike


mengemukakan, bahwa jikasuatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang
memuaskan dalam lingkungan kemungkinan bahwa tindakan itu diulangi dalam
situsi situasi yang mirip akan meningkat. Tetapi bila suatu perilaku diikuti oleh
suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan
kemungkinan bahwa perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi konsekuensi
konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu saat, memegang peranan penting
dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.
c. Teori Belajar Menurut Watson
Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah
Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia
mengakui adanya perubahan perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun ia menganggap hal hal tersebut sebagai faktor yang tak
perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan perubahan mental
dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah
seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
Watson adalah behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empiric semata, yaitu sejauh dapat diamati dan
diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat
diramalkan perubahan perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang
melakukan tindak belajar. Para tokoh aliran behavioristik cenderung untuk tidak
memperhatikan hal hal yang tidak diukur dan tidak dapat diamati, seperti
perubahan perubahan mental yang terjadi ketika belajar, walaupun demikian
mereka tetap mengakui hal itu penting.
d. Teori Belajar Menurut Clark Hull

11

Clark Hull juga menggunakan variable hubungan antara stimulus dan


respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi
Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama
untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull
mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah
penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga
stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,
walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam macam
bentuknya. Dalam kenyataannya, teori teori demikian tidak banyak digunakan
dalam

kehidupan

praktis,

terutama

setelah

Skinner

memperkenalkan

teorinya.Namun teori ini masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen


di laboratorium.
e. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Demikian juga dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel
hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.
Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan
kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark dan
Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya
sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam
stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.Guthrie juga percaya bahwa
hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepatakan mampu merubah kebiasaan
dan

perilaku

seseorang.

Namun

setelah

Skinner

mengemukakan

dan

mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcement) dalam teori


belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.

12

f. Teori Belajar Menurut Skinner


Konsep konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu
mengungguli konsep konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun
dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif.
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan
tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh
sebelumnya. Ia mengatakan bahwa respon yang diberikan oleh siswa tidaklah
sesederhana itu. Sebab, paad dasarnya stimulus stimulus yang diberikan kepada
seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus stimulus
tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga
dengan respon yang dimunculkan inipun akan mempunyai konsekuensi
konsekuensi. Konsekuensi konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan
mempengaruhi atau menjadi pertimbnagan munculnya perilaku. Oleh sebab itu,
untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu
memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami
respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan
timbul sebagai akibat dari respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa
dengan menggunakan perubahan perubahan mental sebagai alat untuk
menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab, setiap
alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian dan seterusnya.
Pandangan teori belajar behavioristik ini cukup lama dianut oleh para guru
dan pendidik.Namun dari semua pendukung teori ini, teori skinerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Program program pembelajaran yang berpijak pada konsep hubungan stimulusrespon (program pembelajaran yang menerapkan teori skinner) :
1. Teaching Machine
2. Pembelajaran Berprogram
13

3. Modul dan program pembelajaran lainnya.

Skinner dan tokoh tokoh lain pendukung teori behavioristik memang


tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan belajar. Namun apa
yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung
membatasi siswa untuk bebas berpikir dan berimajinasi. Menurut Guthrie
hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa
alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu ;
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara.
Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian
dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan
buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat
mendorong si terhukum melakukan hal hal lain yang kadangkala lebih
buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya pada apa yang disebut dengan penguat negatif.
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada
bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul
berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai
stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.
Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan kesalahan.Jika siswa
tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan.
Tetapi jika sesuatu yang tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan
kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong
siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguat
negatif. Lawan dari penguat negatif adalah penguat positif (positive
reinforcement).Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon.Namun bedanya
adalah bahwa penguat positif itu ditambahkan, sedangkan penguat negatif adalah
dikurangi agar memperkuat respons.
14

Pandangan behavioristik tidak sempurna, kurang dapat menjelaskan


adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman
penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak
yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama,
ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas
sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui
adanya stimulus dan respon yang dapat diamati.Mereka tidak memperhatikan
adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur unsur yang
diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukkan atau shaping, yaitu membawa siswa
menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk
tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang berpengaruh
dalam hidup ini yang mempengaruhi proses belajar. Jadi pengertian belajar tidak
sesederhana yang dilukiskan oleh teori behavioristik.
C. Prinsip-prinsip Teori Belajar Perilaku
Beberapa prinsip yang melandasi teori-teori perilaku antara lain : konsekuensikonsekuensi, kesegeraan (immediacy) konsekuensi-konsekuensi, pembentukan
(shaping).
1. Konsekuensi-konsekuensi
Prinsip yang paling penting dari teori-teori belajar perilaku ialah, bahwa
perilaku berubah menurut konsekuensi-konsekuensi langsung.Konsekuensikonsekuensi

yang

menyenangkan

memperkuat

perilaku,

sedangkan

konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan melemahkan perilaku. Bila


seekor tiukus yang lapar menerima butiran makanan waktu ia menekan sebuah
papan, tikus itu akan menekan papan itu lebih kerap kali. Tetapi bila tikus itu
menerima denyutan listrik, tikus itu akan menekan papan itu makin berkurang,
atau berhenti sama sekali.

15

Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya disebut


reinforser, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut
hukuman (punishers).
a. Reinforser-reinforser
Reinforser-reinforser dapat dibagi menjadi dua golongan: primer dan
sekunder. Reinforser primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia,
misalnya makanan, air, keamanan, kemesraan, dan seks.Reinforser sekunder
merupakan reinforser yang memperoleh nilainya setelah diasosiasikan dengan
reinforser primer atau reinforser lainnya yang sudah mantap. Uang baru
mempunyai nilai bagi seorang anak bila ia mengetahui, bahwa uang itu dapat
digunakannya untuk membeli makanan, misalnya. Angka-angka dalam rapor baru
mempunyai nilai bagi siswa, bila orang tuanya memberikan perhatian dan
penilaian, dan pujian orang tua mempunyai nilai sebab pujian itu terasosiasi
dengan kasih saying, kemesraan, dan reinforser-reinforser lainnya.Uang dan
angka rapor adalah contoh-contoh reinforser sekunder, sebab keduanya tidak
mempunyai nilai sendiri, melainkan baru mempunyai nilai setelah diasosiasikan
dengan reinforser primer atau reinforser lainnya yang lebih mantap.
Ada tiga kategori dasar reinforser sekunder, yaitu reinforsr sosial (seperti
pujian, senyuman, atau perhatian), reinforser aktivitas (seperti pemberian mainan,
permainan, atau kegiatan-kegiatan yang menyenangkan), dan reinforser simbolik
(seperti uang, angka, bintang, atau points yang dapat ditukarkan untuk reinforserreinforser lainnya).
Kerap kali, yang digunakan di sekolah merupakan hal-hal yang diberikan
pada siswa-siswa.Reinforser-reinforser ini disebut reinforser positif, dan berupa
pujian, angka, dan bintang.Tetapi, ada kalanya untuk memperkuat perilaku ialah
dengan membuat konsekuensi perilaku pelarian dari situasi yang tidak
menyenangkan, misalnya, seorang guru dapat membebaskan para siswa dari
pekerjaan rumah, jika mereka berbuat baik dalam kelas.Jika pekerjaan rumah
diangap siswa sebagai suatu tugas yang tidak menyenangkan, maka bebas dari
pekerjaan rumah ini merupakan reinforser.Reinforser-reinforser yang berupa
pelarian dari situasi yang tidak menyenangkan disebut reinforser negative.

16

Suatu prinsip perilaku penting ialah, kegiatan yang kurang diingini dapat
ditingkatkan dengan menggabungkannya pada kegiatan-kegiatan yang lebih
disenangi atau diingini. Sebagai contoh misalnya, seorang guru berkata pada
muridnya Jika kamu telah selesai mengerjakan soal ini, kamu boleh keluar. atau
Bersihkan dahulu mejamu, nanti Ibu bacakan cerita. Kedua contoh ini
merupakan contoh-contoh dari suatu prinsip yang dikenal dengan Prinsip
Premack (Premack, 1965).
b. Hukuman (punisher)
Konsekuensi-konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku disebut
hukuman.Para teoriwan perilaku berbeda pendapat mengenai hukuman ini.Ada
yang berpendapat, bahwa hukuman itu hanya temporer, bahwa hukuman
menimbulkan sifat menentang atau agresi.Ada pula teoriwan-teoriwan yang tidak
setuju dengan pemberian hukuman. Pada umumnya mereka setuju bahwa
hukuman itu hendaknya digunakan, bila reinforsemen telah dicoba dan gagal, dan
bahwa hukuman diberikan dalam bentuk selunak mungkin, dan hukuman
hendaknya selalu digunakan sebagai bagian dari suatu perencanaan yang teliti,
tidak dilakukan karena frustasi.
2. Kesegeraan (immediacy) konsekuensi-konsekuensi
Salah satu prinsip dalam teori belajar perilaku ialah, bahwa konsekuensikonsekuensi yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku
dari pada konsekuensi-konsekuensi yang lambat datangnya.
Prinsip kesegeraan konsekuensi-konsekuensi ini penting artinya dalam
kelas.Khususnya bagi murid-murid sekolah dasar, pujian yang diberikan segera
setelah anak itu melakukan suatu pekerjaan dengan baik, dapat merupakan suatu
reinforser yang lebih kuat dari pada angka yang diberikan kemudian.
3. Pembentukan (shaping)
Selain kesegeraan dari reinforsemen, apa yang akan diberi reinforsemen
juga perlu diperhatikan dalam mengajar. Bila guru membimbing siswa menuju
pencapaian tujuan dengan memberikan reinforsemen pada langkah-langkah yang

17

menuju pada keberhasilan, maka guru itu menggunakan teknik yang disebut
pembentukan.
Istilah pembentukan atau shaping digunakan dalam teori-teori belajar
perilaku dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan baru atau perilakuperilaku dengan memberikan reinforsemen pada para siswa dalam mendekati
perilaku akhir yang diinginkan.
Ringkasan dari langkah-langkah dalam pembentukan perilaku baru adalah sebagai
berikut:

Pilihlah tujuan buat tujuan itu sekhusus mungkin.


Tentukan sampai di mana siswa-siswa itu sekarang. Apakah kemampuan-

kemampuan mereka?
Kembangkan satu seri langkah-langkah yang dapat merupakan jenjang
untuk membawa mereka dari keadaan mereka sekarang ke tujuan yang

telah ditetapkan.
Berilah umpan balik selama pelajaran berlangsung.

D. Teori Belajar Sosial


Teori belajar social merupakan perluasan teori belajar perilaku yang
tradisional.Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini
menerima sebagian besar prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih
banyak

penekanan pada efek-efek isyarat pada perilaku dan proses mental

internal.dalam teori belajar social akan menggunakan penjelasan reinforcement


eksternal dan belajar kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar
denan orang lain. Melalui observasi tentang dunia social kita, melalui interpretasi
kognitif dari dunia itu, banyak sekali informasi dan penampilam keahlian yang
kompleks dapat dipelajari.
Dalam pandangan belajar social, manusia itu tidak didorong oleh
kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus
lingkungan.Namun, fungsi psikologis diterangkan sebagai interaksi yang kontinu
dan timbal balik dari determinan lingkungan (Bandura, 1977:11-12).
Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang
dihadapkan pada seseorang, tidak random; lingkungan-lingkungan itu kerap kali

18

dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.Suatu perspektif belajar
sosial menganalisis hubungan kontinu antara variable-variabel lingkungan, ciriciri pribadi, dan perilaku terbuka dan tertutup seseorang.
Konsep-konsep utama teori belajar sosial
1. Pemodelan (Modelling)
Fenomena pemodelan yaitu meniru perilaku orang lain dan pengalaman
vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain.
Bandura merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia tidak
dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi melainkan manusia itu belajar dari
suatu model.Misalnya, guru olahraga mendemonstrasikan loncat tinggi,
kemudian para siswa menirunya. Bandura menyebut ini no-trial learning
sebab para siswa tidak harus melalui proses pembentukan, tetapi dapat
segera menghasilkan respons yang benar.
2. Fase belajar
Menurut Bandura (1977), ada empat fase belajar dari model, yaitu fase
perhatian, retensi, reproduksi dan motivasi.
Fase Perhatian
Pada umumnya para siswa memberikan perhatian pada model-model yang
menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan popular.Inilah sebabnya
mengapa banyak siswa meniru pakaian, tata rambut dan sikap-sikap para
bintang film, misalnya.
Fase Retensi
Belajar observasional terjadi berdasarkan kontiguitas.Dua kejadian
contiguous yang diperlukan ialah perhatian pada penampilan model dan
penyajian

simbolik

dari

penampilan

itu

dalam

memori

jangka

panjang.Bandura mengemukakan bahwa peranan kata-kata, nama-nama,


atau bayangan yang kuat yang dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang
dimodelkan dalam mempelajari dan mengingat perilaku sangatlah penting.
Pengulangan tidak selalu harus terbuka.Pengulangan tertutup dari
perilaku yang dipelajari melalui belajar observasional kerap kali dilakukan
oleh para mahasiswa calon guru yang mempersiapkan pelajaran mereka
yang pertama.

19

Dari guru pamong, mahasiswa sebagai calon guru belajar


bagaimana berdiri di muka kelas, bagaimana memberikan pelajaran
pendahuluan, menuliskan konsep atau kata-kata baru di papan tulis,
memberikan giliran pada siswa-siswa, memberikan rangkuman, dan lain
sebagainya.sebelum mahasiswa itu memberikan pelajarannya, dalam
pikirannya

ia

membayangkan

persiapan

yang

telah

dibuatnya.

Pengulangan tertutup semacam ini menolong mahasiswa itu mengingat


unsur-unsur pokok pola perilaku yang harus dikuasai.Pengulangan tertutup
ini menolong terbentuknya kesesuaian antara perilaku mahasiswa itu dan
perilaku model.
Fase Reproduksi
Dalam fase ini bayangan atau kode-kode simbolik verbal dalam memori
membimbing penampilan yang sebenarnya dari perilaku yang baru
diperoleh.Fase reproduksi mengizinkan model atau instruktur untuk
melihat apakah komponen-komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai
oleh yang belajar.Ada kalanya hanya sebagian dari suatu urutan perilaku
yang diberi kode yang benar dan dimiliki.Misalnya, seorang guru mungkin
menemukan
memecahkan

bahwa

setelah

persamaan

memodelkan

kuadrat,

prosedur-prosedur

beberapa

siswa

hanya

untuk
dapat

memecahkan sebagian dari persamaan itu.Mereka mungkin membutuhkan


pertolongan dalam menguasai seluruh urutan untuk memecahkan
persamaan kuadrat itu.Kekurangan penampilan hanya dapat diketahui bila
siswa-siswa diminta untuk menampilkan.Itulah sebabnya fase reproduksi
diperlukan.
Fase Motivasi
Para siswa akan meniru suatu model sebab mereka merasa bahwa dengan
berbuat demikian, mereka akan meningkatkan kemungkinan untuk
memperoleh reinforcement.
Dalam kelas, fase motivasi belajar observasional kerap kali terdiri
atas pujian atau angka untuk penyesuaian dengan model guru. Para siswa
memperhatikan model itu, melakukan latihan dan menampilkannya sebab
mereka mengetahui bahwa inilah yang dikuasai guru dan menyenangkan
guru.
20

3. Belajar Vicariuos
Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prinsip belajar vicarious.Bila
seorang murid berkelakuan baik dan memuji mereka karena pekerjaan
mereka yang baik itu. Anak yang nakal melihat bahwa bekerja
memperoleh reinforcement sehingga ia pun kembali bekerja.
4. Pengaturan Sendiri
Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunya
sendiri, mempertimbangkan perilaku itu terhadap kriteria yang disusunnya
sendiri, kemudian memberi reinforcement atau hukuman pada dirinya
sendiri.
Respons-respons kognitif kita terhadap perilaku kita sendiri
mengizinkan kita untuk mengatur perilaku kita sendiri.Dengan mengamati,
kita mengumpulkan data tentang respons-respons kita. Melalui standarstandar panampilan yang sudah terinternalisasi, kerap kali dipelajari
melalui observasi , kita pertimbangkan perilaku kita. Dengan memberi
hadiah atau menghukum kita sendiri, kita dapat mengendalikan perilaku
kita secara efektif.Kita tidak perlu dikendalikan oleh kekuatan lingkungan
atau keinginan yang dating dari dalam.Kita dapat belajar menjadi manusia
social yang berkepribadian.Dengan menerapkan gagasan-gagasan dari
teori belajar social pada diri kita sendiri, kita dapat menjadi guru dan siswa
yang lebih baik.
E. Kekuatan dan Kelemahan Teori-teori Perilaku
Telah diuraikan beberapa teori-teori perilaku. Sebagaimana setiap teori
tidak akan pernah sempurna demikian halnya dengan teori-teori peilaku. Di
samping kekuatan-kekuatannya ada pula kelemah-kelemahannya.
Prinsip-prinsip yang melandasi teori-teori perilaku kedudukannya kuat
dalam psikologi, dan hal ini telah ditunjukkan dalam berbagai situasi.Prinsipprinsip ini berguna untuk menjelaskan sebagian besar dari perilaku manusia dan
bahkan lebih berguna dalam mengubah perilaku.

21

Proses-proses belajar yang kurang tampak, seperti pembentukan konsep,


belajar dari buku, pemecahan masalah, dan berfikir, sukar untuk diamati secara
langsung sehingga kurang diteliti oleh para teoretikus perilaku. Proses proses ini
termasuk ke dalam domain belajar kognitif.
Teori-teori belajar perilaku dan kognitif kerap kali dikemukakan sebagai
model-model yang bersaing dan bertentangan.Sebenarnya lebih baik melihat
kedua macam teori ini sebagai teori-teori yang menanggapi masalah-masalah yang
berbeda, jadi lebih bersifat komplimenter dari pada bersaing.
Teori belajar perilaku ini sangat cocok dalam pemerolehan kemampuan
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan
spontanitas,

kelenturan daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok

diterapkan untuk melatih anak anak yang masih membutuhkan peran orang tua.
Namun, penting untuk diketahui bahwa ruang lingkup teori belajar
perilaku terbatas. Dengan pengecualian teoritikus teoritikus sosial, para
teoritikus belajar perilaku terutama memusatkan pada perilaku yang tampak.
Pandangan teori belajar perilaku ini hanya mengakui adanya stimulus-respon yang
dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur unsur yang diamati tersebut. Menurut
pandangan teori belajar peilaku, siswa dipandang sebagai pembelajar yang pasif
dan kurang memberikan ruang gerak yang bebas untuk siswa dalam
mengembangkan potensi dirinya.
Kekurangan teori belajar ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat
pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang
pasif, murid hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru
sebagai sentral dan bersifat otoriter. Teori belajar ini juga cenderung mengarahkan
siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan produktif. Pandangan
teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukkan atau shaping, yaitu
membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

22

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penjelasan di atas adalah :
Teori belajar perilaku adalah upaya membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan antara
lingkungan dengan tingkah laku pembelajar.
Terdapat tiga jenis prinsip dari teori belajar perilaku yaitu konsekuensikonsekuensi, kesegeraan dan pembentukan.
Adapun yang dimaksud dengan teori belajar sosial merupakan perluasan
teori belajar perilaku yang tradisional.
Kekuatan teori belajar perilaku adalah prinsip-prinsip yang melandasi
teori-teori perilaku kedudukannya kuat dalam psikologi.
Kelemahannya adalah untuk proses belajar yang kurang tampak sukar
diamati.
III. 2 Saran
Setelah membahas dan mengkaji tentang teori belajar perilaku, adapun
beberapa saran yang ingin disampaikan penulis dari pembahasan materi ini
diantaranya:
1. Teori belajar perilaku ini berguna dalam membentuk tingkah laku
individu. Teori belajar perilaku ini sangat cocok dalam pemerolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur kecepatan spontanitas, kelenturan daya tahan.

23

2. Dalam menerapkan teori belajar perilaku, peran orang tua juga


dibutuhkan dalam melatih anak anak yang masih membutuhkan peran
orang tua.
.

Daftar Pustaka
Dahar, Ratna Willis. 1995. Teoriteori Belajar. Jakarta : Gramedia.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
www.infodiknas.com (Diakses selasa 25 september 2012)
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179542-pengertian-tingkahlaku/#ixzz27s4An4GC (Diakses jumat 28 september 2012)
www.infodiknas.com/024-teori-belajar-perilaku/ (Diakses jumat 28 september 2012)

24

Anda mungkin juga menyukai