Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah
sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang
akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk

bernafas

dan

tumbuh.

Tanah

juga

menjadi

habitat

hidup

berbagai

mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup
dan bergerak. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai
penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapattererosi.
Tanah tidaklah merupakan tumpukan bahan yang padat dan bahan organik sebagai suatu
sistem yang mati atau statis, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang hidup dan
dinamis dimana tanah memiliki produktivitas tanah yang diartikan sebagai kemampuan
tanah untuk menghasilkan produksi tanaman yang optimum dengan tidak mengurangi
kesuburan tanah yang sangat dipengaruhi oleh ketebalan solum tanah tersebut. Bahan
organik tersusun dari bahan - bahan sisa tumbuhan dan hewan, jasad-jasad hidup mikro
maupun makro organisme dan humus. Pori-pori tanah yang berupa ruangan berisi udara
dan air tanah sangat penting perananya bagi tanaman.
Tanah dengan nilai produktivitas tanah yang tinggi, tidak hanya terdiri dari komponenkomponen padat, cair, dan udara (gas) saja, akan tetapi harus mengandung jasad hidup
tanah yang cukup banyak. Dengan adanya jasad hidup tanah ini maka tingkat kesuburan
tanah akan dipengaruhinya, karena jasad hidup memegang peranan penting dalam
proses-proses pelapukan bahan.
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah: solum, tekstur, struktur, kadar air tanah,
drainase dan porisitas tanah, dll. Sifat kimia tanah meliputi: kadar unsur hara tanah, pH,
kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), kemasaman dapat

dipertukarkan (Al dan H), dan lain-lain. Sedangkan sifat biologi tanah meliputi: bahan
organik tanah, flora dan fauna tanah (khususnya mikroorganisme penting yaitu bakteri,
fungi dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan
polusi tanah.
Oleh karena itu, diadakan praktikum sampling tanah untuk mengetahui cara
pengambilan sampel tanah secara fisik, mengetahui pengaruh nilai pH dan kelembaban
pada tanah, mengetahui pengaruh nilai pH dan kelembaban pada tanah dan mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhinya.
.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui pH dan kelembaban tanah rata-rata di lokasi Sampling.
2. Untuk mengetahui pengaruh nilai pH dan kelembaban pada tanah.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH dan kelembaban tanah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanah


Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung di
muka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama
waktu yang sangat panjang, dan mewujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan
morfologi tertakrifkan (Schroeder,1984). Selain itu tanah dalam arti lain yaitu semua
bahan, organik dan anorganik yang ada di atas lapisan batuan tetap (Yuliprianto, 2010).
Bahan tanah tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral, bahan padat
organik, air, dan udara. Bahan padat mineral terdiri atas bibir batuan dan mineral primer,
lapukan batuan dan mineral, serta mineral sekunder. Bahan padat organik terdiri atas
sisa dan rombakan jasad, terutama tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup penghuni
tanah, termasuk akar tumbuhan hidup. Air mengandung berbagai zat terlarut sehingga
disebut juga larutan tanah (Yuliprianto, 2010).
Struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang penting karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman serta tidak langsung berupa perbaikan peredaran air, udara dan
panas, aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakan
bahan organik, dan mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam. Tanah
yang berstruktur baik akan membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman
secara optimal, sedangkan tanah yang berstruktur jelek akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman. Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di
dalamnya terdapat penyebaran ruang pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori di
dalam dan di antara agregat yang dapat diisi air dan udara dan sekaligus mantap
keadaannya. Agregat tanah sebaiknya mantap agar tidak mudah hancur oleh adanya
gaya dari luar, seperti pukulan butiran air hujan. Dengan demikian tahan erosi sehingga
pori-pori tanah tidak gampang tertutup oleh partikel-partikel tanah halus, sehingga
infiltrasi tertahan dan run-off menjadi besar. Struktur tanah yang jelek tentunya

sebaliknya dengan keadaan diatas. Dan kegiatan yang berupa pengolahan tanah,
pembajakan, pemupukan termasuk pengapuran dan pupuk organik, lebih berhubungan
dengan aspek struktur daripada aspek tekstur tanah (Sarief, 1986).
Di dalam tanah banyak ditemukan ribuan jenis hewan dan mikroorganisme, dari yang
berukuran sangat kecil (bakteri, fungi dan protozoa/invisibee mikro-biota) hingga biota
yang berukuran sangat besar seperti cacing tanah, kutu, tikus, kaki seribu dan
megafauna. Aktivitas biologi organisme tanah terkonsentrasi di topsoil. Komponen
biologi menempati tempat yang tipis atau halus (<0.5%) dari total volume tanah dan
membuat kurang dari 10% total bahan organik tanah. Komponen hidup ini terdiri dari
akar tumbuhan dan organisme tanah. Cacing tanah sering membentuk bagian utama
biomassa hewan tanah dan dapat mempresentasikan hampir 50% biomassa hewan tanah
di tanah padang rumput, dan hingga 60% tanah hutan. Cacing tanah dapat memperbaiki
penyatuan bahan organik di bawah permukaan tanah, meningkatkan jumlah air
tersimpan dalam agregat tanah, memperbaiki infiltrasi air, aerasi dan penetrasi akar dan
meningkatkan aktivitas mikroorganisme. Partikel tanah yang digerakkan ke berbagai
posis oleh akar, cacing tanah, baik melalui siklus kering atau basah dan melalui
kekuatan lain sehingga membentuk struktur tanah. Produksi kotoran mesofauna juga
menyumbang pembentukan struktur tanah partikel dan ruangruang yang terbentuk di
antara partikel (Yuliprianto, 2010).

2.2 Unsur Hara Tanaman


Unsur hara tanaman adalah unsur yang diserap oleh tumbuhan. Unsur kimiawi yang
dianggap esensial sebagai unsur hara tanaman adalah jika memenuhi tiga kriteria
sebagai berikut:
a. Unsur ini harus terlibat langsung dalam penyediaan nutrisi yang dibutuhkan
tanaman.
b. Unsur ini tersedia agar tanaman dapat melengkapi siklus hidupnya.
c. Jika tanaman mengalami defesiensi hanya dapat diperbaiki dengan unsur tersebut.
Hanafiah (2007: 252)

Unsur hara makro esensial jika dibutuhkan dalam jumlah besar, biasanya diatas 500
ppm dan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, biasanya kurang dari 50 ppm disebut
mikro esensial. Yang tergolong ke dalam unsur hara makro antara lain Nitrogen,
hidrogen, oksigen, fosfor, kalium, belerang, kalsium dan magnesium. Sedangkan unsur
hara mikro antara lain boron, besi, mangan, tembaga, seng, molibdenum, dan khlorin.
Jumlah besar yang dibutuhkan tanaman unsur hara tanaman dibedakan menjadi unsur
hara makro dan mikro. Unsur makro terdiri atas:
a. Carbon, Oksigen, dan Hidrogen (C, O, H)
Carbon, Oksigen, da Hidrogen, merupakan bahan baku dalam pembentukan jaringan
tubuh tanaman. Berada dalam bentuk H2O (air), H2CO3 (asam arang), dan CO2
1 Carbon (C)
Penting sebagai pembangun bahan organik, karena sebagian besar bahan kering
2

tanaman terdiri dari bahan organik, diambil dalam bentuk CO2.


Oksigen (O)
Terdapat dalam bahan organik sebagai atom dan termasuk pembangun bahan

organik, diambil dalam bentuk CO2.


Hidrogen (H)
Merupakan elemen pokok pembangun bahan organik, supplai dari air.

b. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada
umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagianbagian
vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat
menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanamannya. Fungsi nitrogen bagi
tanaman adalah sebagai berikut:
1 Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
2 Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang
3
4
5

lebih hijau (pada daun muda berwarna kuning).


Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman.
Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan.
Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.

Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO 3- (nitrat) dan NH4+
(amonium), akan tetapi nitrat ini segera tereduksi menjadi amonium. Kekurangan
unsur Nitrogen dapat terlihat dimulai dari daunnya, warnanya yang hijau agak
kekuningan selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap. Jaringan daun mati daun

mati inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah
kecoklatan. Pada tanaman dewasa pertumbuhan yang terhambat ini akan
berpengaruh pada pembuahan, yang dalam hal ini perkembangan buah tidak tidak
sempurna, umumnya kecil-kecil dan cepat matang. Kandungan unsur N yang rendah
dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya
membran-sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil.
c. Fosfor
Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4-, dan HPO4. Secara umum, fungsi dari
fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
1 Dapat mempercepat pertubuhan akar.
2 Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
3
4

tanaman dewasa.
Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.
Dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

Fosfor didalam tanah dapat digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu bentuk organis dan
bentuk anorganis. Di dalam tanah fungsi P terhadap tanaman adalah sebagai zat
pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organis. Dan sebaliknya hanya
sebagian kecil saja yang terdapat dalam bentuk anorganis sebagai ion-ion fosfat.
Fungsi fosfat dalam tanaman adalah dapat mempercepat pertumbuhan akar semai,
mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan produk biji-bijian dan dapat
memperkuat tubuh tanaman padi-padian sehingga tidak mudah rebah.
Bagian-bagian tubuh tanaman yang bersangkutan dengan pembiakan generatif,
seperti daun-daun bunga, tangkai-tangkai sari, kepala-kepala sari, butir-butir tepung
sari, daun buah seta bakal biji ternyata mengandung P. Jadi, unsur P banyak
diperlukan untuk pembentukan bunga dan buah. Defisiensi unsur hara ini akan
menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang, seperti
misalnya pada tanaman serelia (padi-padian, rumput-rumputan penghasil biji yang
dapat dimakan, jewawut, gandum, jagung), daun-daunnya berwarna hijau tua/keabuabuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah,
selanjutnya mati. Tangkai-tangkai daun kelihatan lancip-lancip. Pembentukan buah
jelek, merugikan hasil biji.

d. Kalium
Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Kalium banyak
terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein,
inti-inti sel tidak mengandung kalium. Zat kalium mempunyai sifat mudah larut dan
hanyut, selain itu mudah difiksasi dalam tanah. Zat Kalium yang tidak diberika
secara cukup, maka efisiensi N dan P akan rendah, dengan demikian maka produksi
yang tinggi tidak dapat diharapkan. Kalium berperan membantu:
1 Pembentukan protein dan karbohidrat.
2 Mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman.
3 Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit.
4 Meningkatkan kualitas biji/buah.
Defisiensi gejala yang terdapat pada daun, pada awalnya tampak agak mengkerut
dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya sejak ujungdan tepi daun tampak
menguning, warna seperti ini tampak pula diantara tulang-tulang daun, pada
akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor, berwarna coklat, dan jatuh kemudian
mengering dan mati. Gejala yang terdapat pada batang yaitu batangnya lemah dan
pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil. Gejala yang tampak pada buah,
misalnya buah kelapa dan jeruk yaitu buahnya banyak yang berjatuhan sebelum
masak, sedang masak buahnya berlangsung lambat. Bagi tanaman yang berumbi
yang mengalami defisiensi K hasil umbinya sangat kurang dan kadarhidrat arangnya
demikian rendah
.
e. Kalsium
Kalsium diserap dalam bentuk Ca++, sebagian besar terdapat dalam daun berbentuk
kalsium pektat yaitu bagian lamella pada dinding sel. Selain itu terdapat juga pada
batang, berpengaruh baik dalam pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. Kalsium
terdapat pada tanaman yang banyak mengandung protein. Beberapa fungsi kalsium
yaitu:
1 Kalsium dapat menetralkan asam-asam organik yang dihasilkan pada
2
3

metabolisme.
Kalsium penting bagi pertumbuhan akar.
Kalsium dapat menetralkan tanah asam, dapat menguraikan bahan organik,
tersedianya pH dalam tanah tergantung pada kalsium.

Defisiensi unsur Ca menyebabkan terhambatnya pertumbuhan system perakaran.


Gejala yang tampak pada daun, dimana daun-daun muda selain berkeriput
mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi
kuning) dan warna ini menjalar diantara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun
pada beberapa tempat mati. Kuncup-kuncup yang telah tumbuh mati. Defisiensi
unsur Ca menyebabkan pertumbuhan tanaman demikian lemah. Karena pengaruh
terkumpulnya zat-zat lain yang banyak pada sebagian dari jaringan-jaringannya, dan
menyebabkabkan distribusi zat-zat yang penting bagi pertumbuhan bagian yang lain
terhambat (tidak lancar).
f. Magnesium
Magnesium diserap dalam bentuk Mg++, merupakan bagian dari klorofil. Mg ini
termasuk unsur yang tidak mobil dalam tanah. Kadar Mg di dalam bagianbagian
vegetatif dapat dikatakan rendah daripada kadar Ca, akan tetapi di dalam bagianbagian generatif malah sebaliknya. Mg banyak terdapat dalam buah dab juga dalam
tanah. Ada beberapa faktor seperti temperatur, kelembapan pH, dan beberapa faktor
lainnya dapat mempengaruhi tersedianya Magnesium di dalam tanah. Defisiensi Mg
menimbulkan gejala-gejala yang tampak pada bagian daun, terutama daun-daun tua.
Klorosis tampak diantara tulang-tulang daun, sedangkan tulang-tulang daun itu
sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur
berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan. Daun-daun ini
mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin,
karena itu banyak yang yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan
mengkerut. Defiensi Mg menimbulkan pengaruh pertumbuhan biji.
g. Sulfur (S)
Sulfur diserap dalam bentuk SO4-. Sulfur yang larut dalam air akan segera diserap
akar tanaman, karena zat ini sangat diperlukan tanaman (terutama tanaman-tanaman
muda) pada pertumbuhan pemula dan perkembangannya. Pada kenyataannya S yang
dibutuhksn banyak terdapat didalam tanah, sehingga tanah jarang menderita
kekurangan S, bahkan terjadi kadang-kadang keracunan S. Pada tanah pertanian
banyak ditemukan bentuk senyawa belerang lain antara lain, belerang organis, sulfat
yang larut dalam air, sulfat yang terabsorbsi, sulfat yang tidak larut (BaSO4) dan
sulfat yang tidak larut yang bersenyawa dengan CaCO3.

Defisiensi S gejalanya klorosis terutama pada daun-daun muda, perubahan warna


tidak berlangsung serempak, melainkan pada bagian daun selengkapnya, warna
hijau makin pudar berubah menjadi hijau sangat muda, kadang mengkilap keputihputihan dan kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun
selengkapnya.
(Sutejo, 1995)
Sedangkan yang termasuk unsur hara mikro adalah:
a. Besi (Fe)
Zat besi penting dalam pembentukan hijau daun (klorofil), pembentukan zat
karbohidrat, lemak, protein, dan enzim. Tersedianya zat besi dalam tanah secara
berlebihan, misalnya karena pemupukan dengan zat ini yang overdosis, dapat
membahayakan bagi tanaman yaitu keracunan. Sebagai pupuk zat besi ini dipakai
dalam bentuk larutan yang disemprotkan melalui daun atau dalam bentuk bubuk
yang diinjeksikan pada tanah.
b. Borium
Borium

diserap

tanaman

dalam

bentuk

BO3

dan

berperan

dalam

pembentukan/pembiakan sel terutama pada titik tumbuh pucuk, juga dalam


pertumbuhan tepungsari, bunga dan akar. Kekurangan unsur ini dapat berpengaruh
pada kuncup-kuncup pucuk yang tumbuh dan akibatnya dapat mematikan. Juga
pertumbuhan meristem akan terganggu, dapat menyebabkan terjadinya kelainankelainan dalam pembentukan berkas pembuluh. Sehingga pengangkutan makanan
menjadi terganggu, dan pembentukan tepung sarinya menjadi jelek. Kekurangan
Borium banyak terjadi pada tanah berpasir dan tanah-tanah yang kaya akan kapur.
c. Mangan (Mn)
Mangan diserap tanaman dalam bentuk Mn+. Mangan diperlukan oleh tanaman
untuk pembentukan zat protein dan vitamin terutama vitamin C. Mn juga penting
untuk mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua. Tersedianya Mn
bagi tanaman tergantung pada pH tanah, dimana pH rendah Mangan akan banyak
tersedia. Kelebihan Mn bisa dikurangi dengan cara menambah zat fosfor dan kapur.

defisiensi Mn gejalanya daun-daun muda di antara tulang-tulang daun secara


bersamaan terjadi klorosis, dari warna hijau menjadi kuning dan selanjutnya putih
.
d. Tembaga (Cu)
Unsur tembaga diserap oleh akar tanaman dalam bentuk Cu++. Tembaga sangat
diperlukan dalam pembentukan enzim-enzim dan juga pembentukan hijau daun
(klorofil). Pada umumnya tanah jarang sekali kekurangan Cu, apabila terjadi maka
akan berpengaruh pada daun yaitu daun bercoreng-coreng (belang), ujung daun
memutih, dan juga pada pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal.
e. Seng (Zn)
Zn diserap tanaman dalam bentuk Zn++. Dalam keadaan yang sedikit Zn sudah
cukup untuk tanaman dan apabila kelebihan dapat menjadi racun bagi tanaman.
Kekurangan Zn terjadi pada tanah-tanah yang asam sampai sedikit netral. Defisiensi
Zn dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat.
f. Molibdenum (Mo)
Mo diserap akar tanaman dalam bentuk MoO4 (ion Molibdat). Mo dalam tanah
terdapat dalam bentuk MoS2. Tersedianya Mo bagi tanaman dipengaruhi oleh pH.
Dalam hal ini apabila pH rendah maka tersedianya Mo bagi tanaman akan kurang.
Mo diperlukan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Defisiensi unsur ini
menimbulkan beberapa gejala pada tanaman, antara lain pertumbuhannya tidak
normal, terutama pada sayur-sayuran. Secara umum daun-daunnya mengalami
perubahan warna, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum
mengering dan mati.
g. Klorida (Cl)
Cl memberikan pengaruh yang jelek terhadap kualitas tepungnya. Defisiensi Cl
dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal (terutama pada
tanaman sayuran), daun akan nampak kurang sehat dan berwarna tembaga.
Kebutuhan kuantitatif tergantung pada jenis tanaman budidaya, tingkat hasil panen,
dan nutrisi tertentu tersebut. Status nutrisi dalam jaringan tumbuhan dan
pertumbuhan tanaman sehubungan dengan status tersebut dapat dideskripsikan
sebagai defisiensi, peralihan, cukup, dan beracun. Konsentrasi kritis jaringan
didefinisikan sebagai konsentrasi tepat dibawah konsentrasi yang memberikan

pertumbuhan optimum. Dilihat dari fungsi utamanya bagi tanaman, unsur-unsur


hara ini dapat dikelompokkan menjadi:
1 Hara komponen: C, H, O, N, dan S yang peran utamanya sebagai komponen
2

utama dari bahan-bahan organik.


Hara energi: P, Mg dan B yang berperan dalam reaksi transfer energi dan

translokasi karbohidrat.
Hara keseimbangan ionik: K, Mg, Ca, dan Cl yang berfungsi tak spesifik, atau
sebagai komponen spesifik dari senyawa-senyawa organik, atau untuk

mempertahankan keseimbangan ionik.


Hara enzimatik: Cu, Fe, mn, Mo dan Zn yang berperan dalam transport elektron

dan sebagai katalis reaksi-reaksi atau ativitas enzimatik (juga K, Ca, Mg).
Hara fiksasi: Fe, Mo dan Co yang berperan dalam proses fiksasi N2-bebas pada

tanaman legum.
Hara klorofil: N, Mg, Fe, Cu, dan Zn yang berperan sebagai penyusun atau

7
8

dalam sintesis khlorofil.


Hara produksi oksigen: Mn dan Cl yang berperan dalam sistem produksi O2.
Hara mekanikal: k, Ca, dan Mn yang berperan secara struktural atau fisik
tanaman.

(Sutejo, 1995)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Pengukuran pH dan Kelembaban

Titik
1

Kedalaman
0-10
10 20 cm
0-10

2
3

10 20 cm
0-10
10 20 cm

pH
6,8
P1 = 5,2
P2 = 4,9
P3 = 4,6
Rata-rata = 4,9
4,9
P1 = 4,2
P2 = 3,9
P3 = 4,1
Rata-rata = 4,06
4,3
P1 = 4,2

Kelembaban
5,9 %
P1 = 20 %
P2 = 30 %
P3 = 25 %
Rata-rata = 21,7 %
50 %
P1 = 20 %
P2 = 15 %
P3 = 10 %
Rata-rata = 15 %
20 %
P1 = 25 %

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan (Lanjutan)

0-10
4

10 20 cm

(Data Primer, 2016)

4.2 Perhitungan
4.2.1 Titik 1
4.2.1.1 Kedalaman 0 - 10 cm
a. pH rata-rata = 6,8
b. Kelembaban rata-rata = 5,9 %
4.2.1.2 Kedalaman 20 - 30 cm

a. pH rata-rata =
=

a1+ b1+ c 1
3
5,2+ 4,9+4,6
3

= 4,9
a1+ b1+ c 1
3

b. Kelembaban rata-rata =

20+ 30+25
3

= 21,7 %
4.2.2 Titik 2
4.2.2.1 Kedalaman 0 - 10 cm

P2 = 4,6
P3 = 4,4
Rata-rata = 4,4
4
P1 = 4,2
P2 = 4,3
P3 = 4,3
Rata-rata = 4,27

P2 = 50 %
P3 = 15 %
Rata-rata = 30 %
(WET)
P1 = 65 %
P2 = 100 %
P3 = 65 %
Rata-rata = 76,7 %

a. pH rata-rata = 4,9
b. Kelembaban rata-rata = 50 %
4.2.2.2 Kedalaman 20 - 30 cm

a. pH rata-rata =
=

a1+ b1+ c 1
3
4,2+3,9+4,1
3

= 4,06
a1+ b1+ c 1
3

b. Kelembaban rata-rata =

20+ 15+10
3

= 15 %
4.2.3 Titik 3
4.2.3.1 Kedalaman 0 - 10 cm
a. pH rata-rata = 4,3
b. Kelembaban rata-rata = 20 %

4.2.3.2 Kedalaman 20 - 30 cm

a. pH rata-rata =
=

a1+ b1+ c 1
3
4,2+4,6+ 4,4
3

= 4,4
b. Kelembaban rata-rata =

a1+ b1+ c 1
3
25+ 50+15
3

= 30 %

4.2.4 Titik 4
4.2.4.1 Kedalaman 0 - 10 cm
a. pH rata-rata = 4
b. Kelembaban rata-rata = 100 % (WET)
4.2.4.2 Kedalaman 20 - 30 cm

a. pH rata-rata =
=

a1+ b1+ c 1
3
4,2+4,3+ 4,3
3

= 4,27
b. Kelembaban rata-rata =

a1+ b1+ c 1
3

65+ 100+65
3

= 76,7 %

4.2.5 Rata-Rata Total Pengukuran


4.2.5.1

x Total pH Semua Titik

pH (kedalaman 0-10 cm) + x pH (kedalaman 20-30 cm)

= 6

(6 ,8 + 4,9 + 4 , 3 +4 ) + ( 4,9 + 4,06 + 4,4 +4,27 )


= 8

= 4,703

4.2.5.2

x Total Kelembaban Semua Titik

Kelembaban (kedalaman 0-10 cm) + x Kelembaban (kedalaman 20-30 cm)


6
x

( 5,9 % + 50 % + 20 % +100 % ) +(`21,7% + 15% + 30% +76,7% )


= 8

= 39,91 %

4.3 Pembahasan
Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam sampling tanah, seperti metode
diagonal, metode zig-zag dan metode acak. Metode diagonal dilakukan dengan cara
menetapkan 1 titik sebagai titik pusat pada lahan yang akan diambil contoh tanahnya.
Metode zig zag dilaksanakan dengan menetukan titik-titik yang akan digunakan sebagai
tempat pengambilan dan metode acak dilaksanakan dengan menentukan titik-titik
pengambilan contoh tanah secara acak, tetepi menyebar rata di seluruh bidang tanah.
Pada praktikum kali ini, pengukuran sampling tanah dilakukan di Jogging Track,
Universitas Mulawarman Samarinda. Dan menggunakan metode Random atau acak
dengan membagi plot lahan sampel secara vertikal. Kemudian dalam 1 sisi plot dibagi
menjadi 3 titik dengan jarak yang relatif sama sehingga terlihat simetris. Kelebihan dari
metode ini adalah kita dapat mengambil sampel dengan acak sehingga kita dapat
memperkirakan kelembaban tanah yang ada dalam plot tersebut. Pengukuran sampling
tanah dilakukan untuk mengetahui pH dan kelembaban tanah dari lahan sampel
penelitian. Agar kita dapat mengetahui dan mengenal lebih lanjut mengenai sifat fisik,
kimia dan biologi tanah tersebut. Pengukuran sampling tanah dilakukan pada kedalaman
yang berbeda-beda Karena pH dan kelembaban tanah pada setiap titik kedalaman
tertentu akan menunjukan hasil yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
dari horizon yang terdapat dalam tanah. Oleh Karena itu pelu dilakukan pada tingkatan
kedalaman yang berbeda agar dapat diketahui pH dan kelembaban rata-rata pada suatu
titik.

2
1

Gambar 4.1 Denah Titik Sampling Metode Acak

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan diketahui bahwa pH pada lahan


sampling rata-rata pada kedalaman 0-10 cm untuk titik 1 = 6,8, titik 2 = 4,9, titik 3 = 4,3
dan titik 4 = 4. pH tanah pada kedalaman 20-30 cm untuk titik 1 = 4,9, titik 2 = 4,06,
titik 3 = 4,4 dan titik 4 = 4,27. Jadi, pH rata-rata pada semua titik adalah 4,7 hasil ini
mengindikasikan bahwa pH tanah pada lahan sampling asam. Sedangkan kelembaban
tanah pada lahan sampling pada kedalaman 0 - 10 cm titik 1 = 5,9%, titik 2 = 50 %, titik
3 = 20 % dan titik 4 = 100 %. Kelembaban tanah pada kedalaman 20 - 30 cm untuk
titik 1 = 21,7% , titik 2 = 15%, titik 3 = 30% dan titik 4 = 76,7 %. Jadi, kelembaban
rata-rata total pada semua titik adalah 39.91% yang menunjukkan kelembaban tanah
pada dalam keadaan kering. Terjadi fluktuasi nilai pH dan kelembaban tanah pada lahan
sampel yang disebabkan oleh persebaran unsur penyusun yang tidak merata sehingga
nilai pH dan kelembaban pada setiap titiknya bervariasi.
Pengaruh nilai pH pada tanah adalah pada tanah yang memiliki tingkat keasaman yang
tinggi, unsur magnesium, kalsium dan fosor akan terikat secara kimiawi sehingga tidak
dapat diserap oleh tanaman. Pada kondisi seperti itu, unsur aluminium dan mangan akan
bersifat racun dan merugikan tanaman. Pemberian pupuk tidak akan efektif dan tidak
efisien karena unsur hara tidak diserap oleh tanaman. Tanaman akan tumbuh tidak
normal dan produktifitas rendah dengan kualitas yang buruk.

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan
mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi
pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akarakar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari
daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin
terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara
dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O 2 sehingga dapat mengakibatkan
tanaman mati.
Faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah bahan induk, tipe vegetasi, jumlah curah
hujan (iklim), bahan organik, dan aktivitas manusia. Faktor pertama yaitu bahan induk,
bahan induk yang masam mendorong terbentuknya tanah masam sedangan bahan induk
basis akan membentuk tanah bersifat basis sehingga pHnya bersifat basa. Faktor kedua
yaitu tipe vegetasi, tipe vegetasi hutan akan cenderung lebih masam disbanding tanah
dengan vegetasi rumput. Faktor iklim mempengaruhi pH pada variabel (curah hujan),
jika curah hujan tinggi berpengaruh membentuk tanah yang bersifat masam sedangkan
curah hujan yang rendah atau di daerah kering tanah cenderung bersifat basis. Faktor
selanjutnya adalah bahan organik, bahan organik yang tinggi akan membentuk tanah
yang bersifat masam karena banyaknya asam-asam organik hasil proses humifikasi.
Faktor terakhir yang mempengaruhi pH tanah adalah aktivitas manusia. Pengaruh
tersebut akibat aktivitas dalam hal pemupukan. Jika tanah diberi pupuk bersifat
psiologis masam akan menurunkan pH, sedangkan bila pupuk yang digunakan
amelioran yang bersifat basis, maka pH tanah akan meningkat
Komponen tanah yang mempengaruhi kelembaban tanah permukaan adalah ketersedian
air di dalam tanah tersebut. Ketersediaan air di dalam tanah tergantung pada
kemampuan tanah menahan air ini akan mempengaruhi kelembaban tanah permukaan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kelembaban tanah permukaan adalah tekstur
tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik, dan kedalaman solum tanah. Tesktur
tanah biasanya mengacu pada jumlah fraksi tanah yang dikandunganya. Ada empat
golongan tekstur yang utama, yaitu pasir, geluh, debu, dan lempung. Semakin halus

tekstur tanahnya, semakin tinggi pula kemampuan tanah dalam menahan air. Struktur
tanah adalah kecenderungan butir butir tanah membentuk gumpalan tanah atau
menunjukan keremahan tanah. Struktur tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah, bahan
organik, tipe mineral serta kegiatan biologis, terutama kegiatan biologis jamur dan
cacing tanah. Struktur tanah yang lepas lepas dan gembur akan mempunyai
kemampuan yang rendah dalam mengikat air, sehingga kandungan airnya rendah pula.
Sedangkan struktur tanah gumpal biasanya memiliki kemampuan yang kuat untuk
menahan air. Kadar bahan organik akan mempengaruhi struktur tanah dan selanjutnya
mempengaruhi porositas tanah. Bahan organik mampu mengikat tanah berstruktur
gembur atau lepas lepas menjadi tanah berstruktur kuat dan gumpal. Dengan demikian
akan mengurangi porositas tanah dan meningkatkan kemampuan mengikat air.
Kedalaman solum tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan air. Tanah
yang lebih dalam akan lebih tinggi kemampuannya dalam menahan air dibanding
dengan tanah yang lebih tipis. Tanah yang dangkal biasanya berstruktur gembur dan
mudah tereosi, selain itu biasanya bervegetasi jarang sehingga faktor pendukung
penahan air berkurang. Sejumlah faktor lainnya seperti tumbuhan dan iklim mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap sejumlah air di dalam tanah. Penyerapan air oleh akar
tumbuhan dan kemampuan menghasilkan bahan organik merupakan faktor yang
mempengaruhi kelembaban tanah permukaan. Temperatur dan kelembaban udara
merupakan variabel perubahan iklim berpengaruh terhadap kelembaban tanah
permukaan.
Kendala pada praktikum sampling tanah kali ini adalah keterbatasan alat yang
digunakan seperti Soil Tester dan Handbor, sehingga praktikan harus bergantian
menggunakan alat tersebut dan memakan waktu yang lama pada praktikum ini.
Pada praktikum kali ini factor kesalahan yang terjadi adalah kurangnya teliti dalam
mengukur kedalaman tanah, selain itu pada saat Soil Tester belum stabil namun sudah
dicatat hasil pengukurannya.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari pengukuran dan perhitungan diperoleh rata-rata total pH tanah rata-rata pada
kedalaman 0-10 cm untuk titik 1 = 6,8, titik 2 = 4,9, titik 3 = 4,3 dan titik 4 = 4, pH
tanah pada kedalaman 20-30 cm untuk titik 1 = 4,9, titik 2 = 4,06, titik 3 = 4,4 dan
titik 4 = 4,27. Jadi, pH rata-rata pada semua titik adalah 4,7. Sedangkan
kelembaban tanah pada lahan sampling pada kedalaman 0 - 10 cm titik 1 = 5,9%,
titik 2 = 50 %, titik 3 = 20 % dan titik 4 = 100 %. Kelembaban tanah pada
kedalaman 20 - 30 cm untuk titik 1 = 21,7%, titik 2 = 15%, titik 3 = 30% dan titik 4
= 76,7 %. Jadi, kelembaban rata-rata total pada semua titik adalah 39.91%.
2. Pengaruh nilai pH pada tanah adalah pada tanah yang memiliki tingkat keasaman
yang tinggi, unsur magnesium, kalsium dan fosor akan terikat secara kimiawi
sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman, sedangkan pengaruh kelembaban atau
air pada tanah adalah berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH adalah tipe vegetasi, jumlah curah hujan,
drainase tanah internal, dan aktivitas manusia. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelembaban tanah ialah tekstur tanah, temperatur, iklim, vegetasi
dan kegiatan manusia.

5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan sampling tanah ditempat yang berbeda setiap kelompok,
sehingga hasil yang didapat juga bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah, K.A,. 2007, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Grafindo Persada, Jakarta.


2. Mul Mulyani Sutejo,. 1995, Pupuk dan Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta.
3. Sarief, E.S,. 1985, Ilmu Tanah Pertanian, Pustaka Buana, Bandung.
4. Yulipriyanto,. 2010, Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya, Graha Ilmu,
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai