Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi


Pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang sangat penting di bidang
kedokteran gigi. Ini karena hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan
data dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan dapat
mencapai hasil yang optimal. 1

2.1.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi


Radiografi kedokteran gigi adalah teknik yang membantu dalam penegakan
diagnosa dan rencana pengobatan penyakit mulut seperti karies gigi, penyakit
periodontal dan patologi oral. Radiologi kedokteran gigi merupakan langkah awal
dalam pendeteksian tingkat keparahan penyakit. Dalam tindakan perawatan gigi
tertentu sangat baik jika dilakukan radiologi kedokteran gigi sebagai penunjang dari
pemeriksaan klinis sehingga tahapan atau langkah dalam pengobatan bisa dilakukan
sebaik mungkin. 5

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi


Radiografi di kedokteran gigi ada dua macam yaitu radiografi intra oral dan
radiografi ekstra oral.1,6

2.2.1 Radiografi Intra Oral


Radiografi intra oral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur di
sekitarnya. Pemeriksaan intra oral adalah pokok dari radiografi kedokteran gigi.1,5
Tipe radiografi intra oral yaitu :
a. Radiografi Periapikal
Radiografi ini bertujuan untuk memeriksa gigi (mahkota dan akar) serta
jaringan di sekitarnya. Teknik yang digunakan adalah paralleling dan bisecting.

Universitas Sumatera Utara

Pemeriksaan radiografi periapikal merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang


paling rutin dilakukan di bidang kedokteran gigi.1,5
Keuntungan teknik paralleling yaitu gambar yang dihasilkan sangat
representatif dengan gigi sesungguhnya, tanpa distorsi, mempunyai validitas yang
tinggi serta mudah dipelajari dan digunakan. Kerugian teknik paralleling yaitu sulit
meletakkan film holder, terutama anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut yang
kecil serta pemakaian film holder yang mengenai jaringan sekitar sehingga
mengurangi kenyamanan pasien.1,5,6
Keuntungan teknik bisecting yaitu teknik ini dapat digunakan tanpa film holder.
Kerugian teknik bisecting adalah mudah terjadinya distorsi.1,5,6
b. Interproksimal radiografi (bitewing radiografi)
Radiografi ini bertujuan untuk memeriksa mahkota, puncak tulang alveolar di
maksila dan mandibula, daerah interproksimal dalam satu film yang sama. Film yang
dipakai adalah film khusus.1,5,6
Keuntungan dari interproksimal radiografi yaitu karies dini lebih cepat
terdeteksi, puncak tulang alveolar mudah terlihat dan lebih meringankan pasien yang
sering mengalami reflek muntah. Manakala kerugian dari interproksimal radiografi
yaitu tidak terlihat regio periapikal dan ujung akar serta pasien sulit mengoklusikan
kedua rahang (mulut terlalu terbuka) sehingga puncak tulang alveolar tidak terlihat.
c. Oklusal radiografi
Radiografi ini bertujuan untuk melihat area yang lebih luas yaitu maksila atau
mandibula dalam satu film. Oklusal radiografi juga digunakan untuk melihat lokasi
akar, gigi supernumerary, gigi yang tidak erupsi (gigi impaksi), salivary tone di
saluran kelenjar submandibular, evaluasi dari perluasan lesi seperti kista, tumor, atau
keganasan di mandibula dan maksila, evaluasi basis sinus maksilaris, evaluasi fraktur
di maksila dan mandibula, pemeriksaan daerah cleft palate serta mengukur perubahan
dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. Film yang digunakan adalah
film khusus.6

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Radiografi Ekstra Oral


Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari
kepala dan rahang karena film berada di luar mulut.6
Tipe radiografi ekstra oral sebagai berikut:
a. Panoramik
Radiografi ini akan memperlihatkan daerah mandibula dan maksila yang lebih
luas dalam satu film yang bertujuan untuk melihat perluasan suatu lesi atau tumor,
fraktur rahang dan fase gigi bercampur.
Keuntungan dari panoramik yaitu gambar meliputi tulang wajah dan gigi, dosis
radiasi lebih kecil, nyaman untuk pasien, cocok untuk pasien yang susah membuka
mulut, waktu yang digunakan pendek biasanya tiga sampai empat menit, sangat
membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada pasien klinik, membantu
menegakkan diagnosa yang meliputi tulang rahang secara umum, evaluasi terhadap
trauma, dan perkembangan gigi geligi pada fase gigi bercampur, evaluasi terhadap
lesi, keadaan rahang dan gigi terpendam.6
Kelemahan dari panoramik yaitu detail gambar yang tampil tidak sebaik
radiografi periapikal intra oral, tidak dapat digunakan untuk mendeteksi karies yang
kecil, dan pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam interpretasi.
b. Lateral jaw
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka,
diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.6
c. Lateral cephalometric
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat
trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat
digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum
keras.6
2.3 Prosedur Pembuatan Radiografi Kedokteran Gigi
Prosedur yang harus dilalui dalam pembuatan radiografi kedokteran gigi adalah
permintaan untuk melakukan radiografi, adanya izin dari dokter gigi di bagian

Universitas Sumatera Utara

radiologi kedokteran gigi, melakukan teknik radiografi, persiapan proteksi radiasi,


pemilihan film dan sensor serta melakukan exposure.

2.3.1 Permintaan untuk Melakukan Radiografi


Penggunaan radiografi kedokteran gigi hanya dapat dilakukan atas permintaan
tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang disertai
dengan jenis radiografi, elemen gigi atau rahang, diagnosa dan hasil pemeriksaan
klinis.

2.3.2 Proteksi Radiasi Terhadap Pasien


Untuk proteksi ini, perlu diperhatikan:11
1. Pasien harus memakai apron pelindung.
2. Pemeriksaan sinar-X hanya atas permintaan seorang dokter.
3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya
tembusnya lebih kuat.
4. Daerah

yang

disinar

harus

sekecil

mungkin,

misalnya

dengan

mempergunakan konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar


tembus).
5. Waktu peyinaran sesingkat mungkin.
6. Alat-alat kelamin diberi perlindungan.
7. Pasien

hamil,

terutama

trimester

pertama

dan

trimester

ketiga

dipertimbangkan tidak melakukan pemeriksaan radiografi.

2.3.3 Proteksi Radiasi Terhadap Operator


Untuk proteksi ini diperhatikan:11
1. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung, yang berlapis Pb
dengan ketebalan maksimum 0,5mm Pb.
2. Operator tidak harus memegang film radiografi selama penyinaran.
3. Operator tidak berada didalam ruangan atau berada di belakang penghalang
yang cocok atau dinding selama penyinaran.

Universitas Sumatera Utara

4. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang kepala.


5. Berdiri minimal 6 kaki (1.8288 meter) dari pasien dan di lokasi yang bebas
dari jalur sinar X selama penyinaran.

2.3.4 Proteksi Radiasi Terhadap Lingkungan


Untuk proteksi ini diperhatikan: 1
1. Dinding proteksi berlapis Pb dengan ketebalan ekivalen 2mm Pb.
2. Pintu ruang pesawat sinar-X harus diberi penahan radiasi yang cukup
sehingga terproteksi dengan baik.
3. Ruang operator dan tempat pesawat sinar-X sebaiknya dibuat terpisah atau
bila berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan
dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.

2.3.5 Monitoring Terhadap Paparan Radiasi


Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap
prinsip proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus

personil
diterapkan

dengan benar. Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan waktu paparan
sehingga dengan mengurangi waktu paparan separuhnya maka mengurangi dosis
separuhnya. Oleh karena berkas sinarX berbeda setelah melalui bahan, maka
intensitas radiasi berkurang.1
Metode yang paling popular pemantauan radiasi adalah film badge sebab alat
tersebut sangat praktis dan ekonomis. Biasanya, setiap orang menggunakan satu film
badge dibawah apron dan yang lain pada bagian leher baju yang berada di luar apron
tersebut.1
Petugas proteksi
penggunaan film badge

radiasi
tersebut

(PPR)

harus diberitahu

sehingga

laporan

tentang

paparan

kesepakatan
radiasi

dapat

diinterpretasikan secara benar. Pilihan lokasi tersebut bergantung pada apakah


paparan tersebut maksimum atau paparan seluruh tubuh lebih penting.6,16,18

Universitas Sumatera Utara

Menurut peraturan pemerintah No. 63 tahun 2000 setiap instalasi yang


menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Manajemen Keselamatan Radiasi,
yang meliputi (Depkes RI, 2006) :
1. Organisasi Proteksi Radiasi
Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion wajib
membentuk organisasi proteksi radiasi agar dalam pemanfaatan tenaga nuklir
semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan sesuai
ketentuan.
2. Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas
Untuk mengetahui besar dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maka
dilakukan pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib menggunakan
dosimeter perorangan baik yang dapat dibaca langsung maupun yang tidak
dapat dibaca langsung sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.
3. Peralatan Proteksi Radiasi
Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion harus
menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis
perorangan, pemantauan daerah kerja dan pemantauan lingkungan yang dapat
berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.
4. Pemeriksaan Kesehatan
Setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat dan minimal
berusia 18 tahun. Pengusaha instalasi harus menyelenggarakan pemeriksaan
yang meliputi; pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala
selama masa kerja, dan pemeriksaan kesehatan pada waktu pemutusan
hubungan kerja. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan pemeriksaan khusus.
5. Penyimpanan Dokumentasi
Dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil pemantauan daerah kerja, hasil
pemantauan lingkungan, dan kartu kesehatan pekerja harus disimpan paling
tidak selama tiga puluh tahun terhitung sejak pekerja radiasi bekerja.

Universitas Sumatera Utara

6. Jaminan Kualitas
Program

jaminan

kualitas

harus

dilakukan

sejak

dari

perencanaan,

pembangunan, pengoperasian dan perawatan.


7. Pendidikan dan Pelatihan.
Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.

2.3.6 Pemilihan Film dan Sensor


1. Film
Dibidang kedokteran gigi, terdapat dua jenis film yang digunakan yaitu :
a. Non-screen film (film intra oral)
Jenis film yang digunakan untuk film intra oral dimana dibutuhkan kualitas
gambar yang baik dan detail anatomi yang jelas. Ukuran film yang sering digunakan
antara lain 31 x 41 mm (untuk periapikal), 22 x 35 mm (bitewing) dan 57 x 76 mm
(untuk foto oklusal).10
Film intra oral di kedokteran gigi tersedia dalam dua kelompok kecepatan D
dan E. Secara klinis, kelompok E hampir 2x lebih cepat dari film kelompok D dan
sekitar 50x lebih cepat dari film biasa. Pengurangan dosis pasien hingga 60%
dibandingkan film E dan 77% film D didapat bila menggunakan radiografi intra oral
digital direct.
Film ini dikemas dalam satu paket yang terdiri dari :
i.

Pembungkus luar dari plastik lunak yang berfungsi untuk melindungi dari
cairan saliva yang dapat mengkontaminasi film.

ii.

Kertas hitam yang berfungsi untuk melindungi film dari cahaya yang dapat
merusak film, dan mencegah masuknya saliva ke film.

iii.

Lead foil terletak dibelakang film, yang berfungsi untuk mencegah adanya sisa
radiasi yang dapat melewati film menuju ke jaringan pasien.

iv.

Film, ang terdiri dari :


Plastik base merupakan bahan dasar yang transparent dan terbuat dari

selulosa asetat dengan ketebalan 0,2 mm.

Universitas Sumatera Utara

Lapisan adhesif (gelatin) yang mengfiksasi emusi melekat pada dasar

bahan.
Lapisan pelindung (protective layer) yang berfungsi melindungi emulsi

dari kerusakan mekanis.


Emulsi kristal AgBr.

b. Screen film (film ekstra oral)


Saat ini, jenis film ini dikombinasikan penggunaannya dengan intensifying
screens pada casssette. Keuntungannya adalah digunakan tingkat exposure yang
pendek dari sinar-X, sehingga dosis radiasi yang diberikan ke pasien menjadi rendah.
Namun, kualitas gambar yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan nonscreen film. Ukuran screen film, terdiri dari 15 cm x 30 cm (panoramik), 24 cm x 30
cm (cephalometry) dan 13 cm x 15 cm (carpal bone).11
Bagian-bagian screen film sebenarnya sama dengan bagian non-screen film,
tapi screen film memiliki :11
i.

Emulsi AgBr pada film ini lebih sensitif terhadap cahaya biasa dari sinar-X.

ii.

Terdapat beberapa emulsi yang produksinya sensitif terhadap cahaya biru,


cahaya hijau dan cahaya merah. Tingkat sensitifitas tergantung dari jenis
intensifying screen yang digunakan, yaitu :
Standard emulsi AgBr (sensitif terhadap cahaya biru)
Modifikasi emulsi AgBr dengan ultraviolet sensitizer (sensitif terhadap

cahaya ultraviolet)
Emulsi orthochromatic (sensitif terhadap cahaya hijau)
Emulsi panchromatic (sensitif terhadap cahaya merah)

2. Sensor
Digital Imaging merupakan hasil interaksi sinar-X dengan elektron dalam
sensor pixel elektronik (elemen gambar), konversi data analog ke data digital,
prosesing komputer dan display gambar tampak pada layar komputer. Digital
imaging ini ada dua metode pengambilan gambarnya yaitu direct digital imaging dan
indirect digital imaging.6

Universitas Sumatera Utara

a. Direct Dental Imaging


Metode direct digital imaging memproduksi gambaran dinamik yang
menyediakan tampilan gambar secara langsung, peningkatan kualitas gambar,
penyimpanan, retrieval dan transmisi. Sensor digital lebih sensitif dibanding film dan
menghasilkan paparan radiasi yang lebih rendah. Sensor direct digital imaging ada
charged-couples device (CCD) atau complementary mental oxidesemiconductor
active pixel sensor (CMOS-APS). CCD digunakan dalam bidang kedokteran gigi
untuk radiografi intra oral, panoramik dan sefalometri. Detektor CCD mempunyai
permukaan aktif yang lebih kecil areanya dibandingkan detektor lain.6
b. Indirect Digital Imaging
Metode Indirect digital imaging menyiratkan gambar yang telah terpapar secara
analog dan dikonversikan menjadi format digital. Teknik indirect dental imaging
menggunakan scan optical yang bisa memproses gambar transparan serta perangkat
lunak yang sesuai untuk menghasilkan citra digital. Contoh sensor gambar yang
digunakan dalam metode indirect ini adalah PSP (Photo Stimuable Phosphor Plates).
Foto ini diambil di plat fosfor sebagai informasi analog dan diubah menjadi format
digital ketika plat diproses. PSP terdiri dari dasar poliester dilapisi dengan emulsi
halida kristal yang mengubah radiasi sinar-X menjadi energi yang tersimpan.

2.3.7 Melakukan Exposure


Dalam melakukan exposure, kita harus memperhatikan dosis radiasi, kV dan
mA yang akan diterima oleh pasien. White (1990) mereferensikan publikasi ICRP.
Penggunaan E-speed film dan rare-earth intensifying screen digunakan pada
radiografi intra oral dan panoramik. Putaran (diameter 60 mm) kolimasi digunakan
pada radiografi intra oral.
Istilah dosis dan paparan banyak digunakan tetapi sering disalah artikan. Dosis
dapat diukur pada jaringan tertentu atau organ misalnya kulit, mata, sumsum tulang
atau untuk seluruh tubuh, sedangkan paparan biasanya mengacu ke peralatan
pengaturan seperti waktu, nA, kV. Sebuah ukuran yang umum digunakan dosis dalam
servei adalah dosis masuk, diukur dalam milligray (myg).

Universitas Sumatera Utara

Tingkat referensi (DRLs), berdasarkan survei dosis masuk, dapat ditetapkan


sebagai standar terhadap penggunaan peralatan sinar-X yang dapat dinilai sebagai
bagian dari jaminan kualitas.
Tabel 1. Dosis efektif dan resiko dari setiap teknik radiografi kedokteran gigi.1

Teknik sinar-X

Dosis Efektif (Sv)

Dosis

resiko

terkena

kanker fatal (perjuta)


Radiografi

intra

oral 1-8,3

0,02-0,6

(bitewing/periapikal)
Oklusal anterior maksila

0,4

Panoramik

3,85-30

0,21-1,9

Radiografi

lateral 2-3

0,34

sefalometri
Cross-sectional

1-189

1-14

CT-scan mandibula

364-1202

18,2-88

CT-scan maksila

100-3324

8-242

Menurut Eric Whaites (2007), dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi yaitu
dapat dilihat pada tabel 2.
10

Tabel 2. Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi.

Jenis foto

Dosis efektif (Sv)

Lateral

0,1

Bitewing/periapikal

0,001-0,003

Oklusal

0,008

Panoramik

0,004-0,03

Lateral sefalometri

0,002-0,003

CT mandibulan

0,36-1,2

CT maksila

0,1-3,3

Skull/kepala

0,03

Universitas Sumatera Utara

2.4 Efek Negatif Radiasi Sinar-X


Dalam keselamatan radiasi dikenal Health Physics yaitu prinsip untuk
mencegah timbulnya efek non stokastik dan efek stokastik dengan meminimalkan
paparan terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografi.
Efek radiasi pada manusia merupakan hasil dari rangkaian proses fisik dan
kimia yang terjadi segera setelah terpapar dosis radiasi yang tinggi (10-15 detik),
kemudian diikuti dengan proses biologi dalam tubuh. Proses biologi meliputi
rangkaian perubahan pada tingkat molekuler, seluler atau perubahan pada sel.
Bergantung pada dosis radiasi yang diterima oleh tubuh.6

2.4.1 Efek Non Stokastik (Deterministik)


Efek non stokastik adalah efek somatik yang meningkat dalam keparahan
akibat dosis radiasi yang melebihi ambang batas. Efek in berasal dari dosis radiasi
yang cukup besar melebihi kebutuhan dalam radiologi diagnostik, dapat timbul
segera setelah terpapar atau beberapa bulan atau tahun setelah paparan. Contohnya
adalah Erythema, kerontokan rambut, pembentukan katarak dan berkurangnya.
a. Efek radiasi pada membran mukosa mulut
Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya pada bagian nasofaring akan
memperngaruhi sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan
terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai
nyeri pada saat menelan, mulut kering dan kehilangan cita rasa. Keadaan ini
seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.1
b. Efek radiasi pada jaringan dan organ
Radiosensitivitas pada jaringan atau organ tubuh diukur dengan adanya respon
terhadap radiasi. Kehilangan moderat sel tidak mempengaruhi fungsi organ tubuh.
Namun, dengan hilangnya sejumlah besar sel semua organisme terpengaruh sehingga
dapat dilihat. Tingkat keparahan perubahan ini tergantung pada dosis radiasi yang
diberikan.1,6

Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Efek Stokastik


Efek stokastik terjadinya suatu efek karena fungsi dan dosis radiasi yang
diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang yang termasuk dalam kelompok ini
kanker. Efek stokastik akibat dari perubahan sel-sel individual subletal dalam DNA.
Konsekuensi yang paling penting dari kerusakan tersebut adalah karsinogenesis. Efek
yang ditimbulkan meskipun sangat kecil kemungkinannya juga dapat terjadi.
a. Karsinogenesis
Radiasi menyebabkan kanker dengan mengubah DNA. Mekanisme yang paling
mungkin adalah radiasi mutasi gen. tindakan radiasi sebagai promotor, merangsang
sel untuk berkembang biak sehingga mengubah sel premaligna menjadi lebih ganas.
Mutasi gen mungkin juga melibatkan hilangnya fungsi dalam kasus gen supresor
tumor. Data tentang radiasi kanker terutama berasal dari populasi orang yang telah
terkena radiasi tingkat tinggi, namun, pada prinsipnya, bahkan dosis rendah radiasi
dapat memulai pembentukan kanker dalam satu sel.1,9
b. Leukemia
Insiden Leukemia (selain leukemia lumphocytic kronis) meningkat setelah
terpapar radiasi pada sumsum tulang. Bagi individu yang terpapar di bawah usia 30
tahun, risiko untuk pengembangan leukemia setelah sekitar 30 tahun. Bagi individu
terpapar sebagai orang dewasa, risiko tetap ada sepanjang hidup. Leukemia muncul
lebih cepat dari kanker karena semakin tingginya tingkat pembelahan sel dan
diferensiasi sel-sel induk hematopoietik dibandingkan dengan jaringan lain. Orang
yang lebih muda dari 20 tahun lebih berisiko daripada orang dewasa.1,12
c. Kanker tiroid
Insiden karsinoma tiroid (muncul dari epitel folikular) meningkat pada manusia
setelah terpapar. Hanya sekitar 10% atau kurang dari individu yeng terkena kanker
dapat menyebabkan kematian.1,12

Universitas Sumatera Utara

d. Kanker esophangeal
Data yang berkaitan dengan kanker esophangeal relatif jarang. Kanker ini
banyak ditemukan di Jepang pada mereka yang selamat dari bom atom dan penderita
diobati dengan radiasi x untuk ankylosing spondylitis.
e. Kanker kelenjar ludah
Insiden tumor kelenjar saliva meningkat pada pasien yang melakukan terapi
radiasi untuk penyakit kepala dan leher. resiko yang tertinggi pada penderita yang
melakukan terapi radiasi sebelum usia 20 tahun.
Radiasi dapat menghentikan pertumbuhan sel dalam jumlah besar atau
kerusakan subletal pada sel-sel individu yang menghasilkan pembentukan sel
kanker.11 Efek deterministik dengan efek stokastik dapat dibedakan dengan melihat
tabel 1.
Tabel 3. Perbedaan Efek Stokastik dengan Non Stokastik.8

Efek deterministik
Contoh

Mukositis

akibat

Efek stokastik

terapi Radiasi dapat menyebabkan

radiasi di rongga mulut

kanker

Radiasi dapat membentuk


katarak
Menyebabkan

Kematian sel

Merusak DNA

Batas dosis ambang

Ya, Membunuh sel yang Tidak, bahkan satu foton dapat


cukup diperlukan sehingga menyebabkan perubahan pada
menyebabkan respon klinis

Efek
dosis

klinis

dan Efek
dengan

klinis

DNA yang memicu kanker

sebanding Efek klinis tidak tergantung


dosis. dosis.

Semakin besar dosis maka Tidak ada respon; individu


semakin besar efeknya

memiliki efek baik atau tidak

Universitas Sumatera Utara

Kemungkinan

Semua

individu Frekuensi

efek

sebanding

memiliki efek dan menunjukkan efek ketika dengan dosis.


dosis

dosis di atas ambang

Semakin besar dosis semakin


besar efek yang ditimbulkan.

Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita


terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu
fakultas kedokteran gigi di Malaysia

Penggunaan radiografi
kedokteran gigi

Izin pembuatan
radiografi

Dosis

Proteksi
radiografi

Bahaya radiasi

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai