Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat menular disebabkan

oleh virus campak. Gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk dan
bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan
dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Gejala khas
merupakan bercak kemerahan di kulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh,
dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 47 hari,
kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan.1
Di dunia, kematian akibat campak yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak
777.000 dan 202.000 di antaranya di negara ASEAN serta 15% kematian campak
tersebut di Indonesia.1 Insiden kasus campak di Indonesia tahun 2007 untuk golongan
umur kurang dari 1 tahun sebesar 48,9 per 100.000 orang tahun, umur 1 hingga 4
tahun sebesar 36,6 per 100.000 orang tahun, dan umur 5 hingga 14 tahun sebesar 18,2
per 100.000 orang tahun. Bahkan sampai dengan tahun 2009 masih dijumpai kejadian
luar biasa campak di beberapa propinsi di Indonesia.2
Pada sidang WHA (World Health Assembly) tahun 1988, ditetapkan kesepakatan
global untuk dilakukan reduksi campak (RECAM) pada tahun 2000. Di Indonesia,
program imunisasi campak dimulai pada tahun 1982 dan masuk dalam
pengembangan program imunisasi. Pada tahun 1991, Indonesia dinyatakan telah
mencapai UCI secara nasional yang berdampak positif terhadap penurunan insidens
campak pada balita. Selama periode 1992 1997 terjadi penurunan dari 20,08 per
10.000 orang menjadi 3,4 per 10.000. Walaupun imunisasi campak telah mencapai
UCI, tetapi dibeberapa daerah masih mengalami kejadian luar biasa (KLB) Campak,
terutama di daerah dengan cakupan imunisasi rendah.3
1

Pada tahun 2003 WHO-SEARO membuat strategi dan penanggulangan dengan tujuan
utama menurunkan angka kematian campak sebanyak 50% pada tahun 2005
dibandingkan dengan angka kematian pada tahun 1999. Strategi tersebut berupa
akselerasi surveilans campak, akselerasi respons KLB, cakupan rutin imunisasi
campak tinggi (cakupan 90% di 100% kabupaten/kota) dan pemberian dosis kedua
campak. Pada tahun 2007, WHO juga menekankan pentingnya upaya imunisasi
campak tambahan, yang menjangkau anak-anak yang belum pernah divaksinasi dan
belum pernah menderita penyakit campak, serta menyediakan kesempatan kedua
untuk kasus kegagalan vaksinasi campak. Hal tersebut diharapkan dapat menurunkan
proporsi kerentanan dengan cepat, mencegah KLB campak, dan dapat membantu
mengeliminasi penularan penyakit campak.1
1.2.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah penyuluhan ini adalah untuk mensosialisasikan

dan meningkatkan kesadaran penduduk Kelurahan Pekan Labuhan tentang


pentingnya mengetahui campak, mempererat hubungan dengan penduduk Kelurahan
Pekan Labuhan dalam hal memberikan penyuluhan, dan untuk memenuhi persyaratan
dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Puskesmas Pekan
Labuhan, Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Kedokteran Pencegahan,
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
1.3.

Manfaat
Makalah penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis

dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
Campak.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Penyakit Campak
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa
Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam
bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus,
dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan
saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang
berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.3,4
2.2 Etiologi
Virus campak berasal dari genus Morbilivirus dan famili Paramyxoviridae.
Virion campak berbentuk spheris, pleomorfik, dan mempunyai sampul (envelope)
dengan diameter 100-250 nm. Virion terdiri dari nukleokapsid yaitu heliks dari
protein RNA dan sampul yang mempunyai tonjolan pendek pada permukaannya.
Tonjolan pendek ini disebut pepfomer, dan terdiri dari hemaglutinin (H) peplomer
yang berbentuk bulat dan fusion (F) peplomer yang berbentuk seperti bel (dumbbellshape). Berat molekul dari single stranded RNA adalah 4,5 X 10.
Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak
aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama
beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka infektivitasnya akan hilang.

Reservoir penyakit campak adalah manusia dengan suseptbiIitas pada semua orang
(universal). Penularan kepada kontak yang rentan melalui penghamburan butir-butir
cairan saluran nafas mulai han ke-9 sampai ke-l0 (pada beberapa kasus kejadian pata

hari ke-7) setelah pemaparan, pada permulaan periode prodromal yang sering kali
terjadi sebelum diagnosa kasus awal berhasil ditegakkan. Masa penularan ini
berangsur-angsur berkurang dan berakhir pada hari ke-4 dari masa timbul ruam.
Diperkirakan bahwa pada umur 5 tahun paling sedikit 90% dan anak-anak yang
belum mendapat vaksinasi telah menderita campak. Virus campak hanya dapat
ditularkan dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif di alam bebas sekitar 34
jam pada suhu kamar.5

2.3 Patofisiologi
Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret
hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung
mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari
sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam. Virus campak
menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi,
replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia
yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul
viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses
peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronkial paru. Juga
terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
4

penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C :
coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala
panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi
(pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat
dan

menimbulkan

gejala

klinik

ensefalitis.

Setelah

masa

konvelesen,

hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah


menjadi deskuamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya
terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.5,6
2.4 Gejala Klinis
Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:
2.4.1. Stadium kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal
yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa
prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran
penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.
2.4.2. Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah
koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum
mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang
berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di
belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka
5

bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya
mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
2.4.3. Stadium konvalesensi
Erupsi

berkurang

(hiperpigmentasi)

yang

meninggalkan

bekas

lama-kelamaan

akan

yang

berwarna

menghilang

lebih

sendiri.

tua

Selain

hiperpigmentasi, sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu


menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.6

2.5 Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnese, gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium.
A) Kasus Campak Klinis
Kasus Campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh
berbentuk makula papular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38C atau
lebih (terasa panas) dan disertai salah satu gejala bentuk pilek atau mata merah.
B) Kasus Campak Konfirmasi
Kasus Campak konfirmasi adalah kasus Campak klinis disertai salah satu kriteria
yaitu:
a. Pemeriksaaan laboratorium serologis (IgM positif atau kenaikan titer antiantibodi 4
kali) dan atau isolasi virus Campak positif.
6

b. Kasus Campak yang mempunyai kontak langsung dengan kasus konfirmasi, dalam
periode waktu 1 2 minggu.4,5
2.6 Penatalaksanaan
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat yang secara
langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat di tempat
tidur dan kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi cukup
cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki
kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin A
100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi pemberian vitamin A
ditambah dengan 1500 IU tiap hari. Bila terdapat komplikasi, maka dilakukan
pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti :
a) Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka
perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
b) Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan kebutuhan untuk
mengurangi oedema otak, di samping pemberian kortikosteroid, perlu dilakukan
koreksi elektrolit dan ganguan gas darah.
c) Bronkopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4
dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral.
Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.
d) Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena
dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.6
e)
2.7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya
tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi. Hal yang tidak diinginkan
adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita,
keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti
berikut.

a) Bronkopneumonia
Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia.
Bronkopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh Pneumococcus,
Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan
maka Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda,
anak dengan kurang kalori protein.
b) Otitis Media Akut
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah.
Gendang telinga biasanya hiperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika
terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi
otitis media purulenta.
c) Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologik yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke 4 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000
kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat
melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke
dalam otak.
d) Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami
muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel
mukosa usus.5

2.8. Pencegahan
8

a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor predisposisi
atau resiko terhadap penyakit campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah
anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak
memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit campak. Edukasi kepada orang tua
anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang
perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling
nutrisi dan penataan rumah yang baik.

b. Pencegahan Primer
Sasaran dan pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok
beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi berpotensi untuk terkena
penyakit campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-fktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya campak dan upaya untuk mengeliminasi faktorfaktor tersebut. Antara pencegahan primer adalah:

i. Penyuluhan
Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
campak. Disamping kepada penderita campak, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan.
ii. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan
vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 15 bulan.
Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini

diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak boleh diberikan
pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, dan penderita leukemia.
Vaksin campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin
measles-mumps-rubella (MMR). Vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan,
sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan
penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2C - 8C atau
4C serta vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif.
Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi
orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit
sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari
komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi
penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang
baik antara pasien dengan dokter. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit campak. Pelayanan
kesehatan yang holistik dan terintegrasi antara disiplin terkait juga sangat diperlukan,
terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu.4,5

10

BAB 3
KESIMPULAN
Campak adalah salah satu penyakit infeksi menular yang sering menyerang anakanak yang angka kejadiannya cukup tinggi di dunia. Campak merupakan penyakit
yang disebabkan oleh virus RNA dari family Paramixiviridae, genus Morbilivirus.
Penyakit ini ditandai dengan demam, koryza, konjungtivitis , batuk , dan tanda
koplik. Penularan penyakit ini dapat terjadi ketika sesorang yang daya tahan tubuhnya
menurun menghirup percikan yang mengandung virus dari sekret nasofaring pasien.
Pencegahan penyakit campak amat penting. Di Indonesia sampai saat ini pencegahan
penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan
pada bayi berumur 9 15 bulan.

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Salim,A., Basuki H.N., Syahrul, F. (2007) 'Indikator Prediksi Kejadian Luar
Biasa (KLB) Campak Di Provinsi Jawa Barat', The Indonesian Journal of
Public Health,Vol.4(3), pp. 112-116.
2. Meilani, R., Budiati R.E. (2013) 'Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Campak di Puskesmas Purwosari Kabupaten Kudus', Jurnal Keperawatan
Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, Vol.2(1).
3. Depkes. 2006. Pedoman Pencegahan Kejadian Luar Biasa. Jakarta
4. CDC (2013) Measles in Indonesia, USA: Centers for Disease Control and
Prevention.
5. Swart D., Rik L. (2007) 'The Pathogenesis of Measles Revisited', Pediatric
Infectious Disease Journal, Vol.27(10).
6. Sabella, C. (2010) 'Measles: Not just a childhood rash', Cleveland Clinic
Journal of Medicine, Vol.77(3), pp. 207-213.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • EPILEPSI
    EPILEPSI
    Dokumen18 halaman
    EPILEPSI
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Konsensus Skizofrenia
    Konsensus Skizofrenia
    Dokumen94 halaman
    Konsensus Skizofrenia
    Fika Amalia
    67% (3)
  • BAB I Stroke
    BAB I Stroke
    Dokumen2 halaman
    BAB I Stroke
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Stroke
    Daftar Pustaka Stroke
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka Stroke
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Epilpsi
    Epilpsi
    Dokumen17 halaman
    Epilpsi
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Referat Transfusi Darah
    Referat Transfusi Darah
    Dokumen32 halaman
    Referat Transfusi Darah
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen1 halaman
    Tugas 1
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • CASE REPORT Thalasemia Naya
    CASE REPORT Thalasemia Naya
    Dokumen14 halaman
    CASE REPORT Thalasemia Naya
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Case Repor1
    Case Repor1
    Dokumen8 halaman
    Case Repor1
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Itp Fix
    Itp Fix
    Dokumen28 halaman
    Itp Fix
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen50 halaman
    Anak
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Morbili 2
    Morbili 2
    Dokumen24 halaman
    Morbili 2
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka 2
    Tinjauan Pustaka 2
    Dokumen17 halaman
    Tinjauan Pustaka 2
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Via
    Jurnal Via
    Dokumen6 halaman
    Jurnal Via
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Bab III Diare
    Bab III Diare
    Dokumen20 halaman
    Bab III Diare
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • TB Paru Anak
    TB Paru Anak
    Dokumen20 halaman
    TB Paru Anak
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Bab III-tinjauan Pustaka
    Bab III-tinjauan Pustaka
    Dokumen19 halaman
    Bab III-tinjauan Pustaka
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Bab III-tinjauan Pustaka - DBD Anak
    Bab III-tinjauan Pustaka - DBD Anak
    Dokumen25 halaman
    Bab III-tinjauan Pustaka - DBD Anak
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Case Report - CKD 1
    Case Report - CKD 1
    Dokumen8 halaman
    Case Report - CKD 1
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Case Report CKD 3
    Case Report CKD 3
    Dokumen1 halaman
    Case Report CKD 3
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Follow Up Pasien Dokter Muda
    Follow Up Pasien Dokter Muda
    Dokumen3 halaman
    Follow Up Pasien Dokter Muda
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Camp Akk
    Camp Akk
    Dokumen15 halaman
    Camp Akk
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii KDS
    Bab Iii KDS
    Dokumen15 halaman
    Bab Iii KDS
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Bab III-tinjauan Pustaka - DBD Anak
    Bab III-tinjauan Pustaka - DBD Anak
    Dokumen25 halaman
    Bab III-tinjauan Pustaka - DBD Anak
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Campak Vaksinasi
    Campak Vaksinasi
    Dokumen28 halaman
    Campak Vaksinasi
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Referat Morbili
    Referat Morbili
    Dokumen12 halaman
    Referat Morbili
    Dwi Listyowati
    Belum ada peringkat
  • Makalah Referat Fraktur Terbuka
    Makalah Referat Fraktur Terbuka
    Dokumen28 halaman
    Makalah Referat Fraktur Terbuka
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ikterus Obstruktif
    Tugas Ikterus Obstruktif
    Dokumen21 halaman
    Tugas Ikterus Obstruktif
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat
  • Referat Struma Fix
    Referat Struma Fix
    Dokumen36 halaman
    Referat Struma Fix
    Hanarisha Putri Azkia
    Belum ada peringkat