Oleh:
NS. INTAN PUTRI, S.KEP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar
dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes RI, 2009).
Kanker payudara dimulai di jaringan payudara, yang terdiri dari kelenjar untuk produksi
susu, yang disebut lobulus, dan saluran yang menghubungkan lobulus ke puting. Sisa dari
payudara terdiri dari lemak, jaringan ikat, dan limfatik (American Cancer Society, 2011).
Menurut the American Cancer Society, payudara merupakan tempat nomor satu
tumbuhnya kanker pada wanita.
Kanker payudara pada stadium awal, jika diraba, umumnya tidak menemukan
adanya benjolan yang jelas pada payudara. Namun sering merasakan ketidaknyamanan
pada daerah tersebut (Tim Cancer Helklien, 2010). Sedangkan pada Stadium lanjut
gejalanya antara lain, jika diraba dengan tangan, terasa ada benjolan di payudara; jika
diamati bentuk dan ukuran payudara berbeda dengan sebelumnya; ada luka eksim di
payudara dan puting susu yang tidak dapat sembuh meskipun telah diobati; keluar darah
atau cairan encer dari puting susu; puting susu masuk memuntir kedalam payudara; kulit
payudara berkerut seperti kulit jeruk (Mangan, 2009).
Menurut WHO (2008), prevalensi kejadian kanker payudara di dunia dianggarkan
kurang lebih 16% daripada semua kasus kanker pada wanita. Diperkirakan kurang lebih
510 000 wanita meninggal dunia pada tahun 2004 dan 69% daripada angka tersebut
merupakan kejadian yang berlaku di negara yang berkembang.
Insidens kanker di Indonesia masih belum dapat diketahui secara pasti, karena
belum ada registrasi berbasis populasi yang dilaksanakan. Tetapi dari data Globocan
2002, IARC (International Agency for Research on Cancer) didapatkan estimasi insidens
kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan.
Fenomena yang sering terjadi dimasyarakat menurut Kepala Instalasi Pendidikan
dan Latihan RS Kanker Dharmais adalah klien-klien kanker di Indonesia, datang dengan
stadium lanjut. Alasannya, tidak mengetahui gejala dini kanker payudara, atau malu
memeriksakanuntuk diri bahkan kurang peduli atau tidak mau tahu. Banyak juga yang
berkunjung ke paranormal dahulu sebelum mau berobat ke dokter (Tapan, 2005).
Berdasarkan data dari rekam medis RS Kanker Dharmais tahun 2010, saat ini
kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan. Di RS
Dharmais sendiri, kanker payudara menduduki peringkat pertama dari 10 kanker terbesar.
Hampir 85% klien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut.
Jumlah klien kanker payudara yang datang dalam stadium dini (stadium I dan II) adalah
13,42%, stadium III sebesar 17% dan lebih banyak (29,98%) datang dengan stadium
lanjut (stadium IV). Klien paling banyak datang dengan kekambuhan yaitu sebesar
39,66% (Purwanto, 2010). Padahal jika kanker payudara ditemukan dalam stadium awal,
maka tingkat kesembuhan klien akan sangat baik.
Berdasarkan data di atas, perawat tertarik untuk membahas kasus kanker payudara
pada Ny. S di ruang Anyelir Rumah Sakit Kanker Dharmais.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara di
ruang poli onkologi
b. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kanker payudara
2. Merumuskan diagnosa keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
3. Mampu membuat perencanaan terhadap klien dengan kanker payudara
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
5. Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan terhadap
klien dengan kanker payudara
6. Mampu melakukan persiapan klien pulang asuhan keperawatan terhadap klien
dengan kanker payudara.
BAB II
LANDASAN TEORI
I.
A. Definisi
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak,
maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bisa bermestastase pada bagianbagian tubuh lain. Metastase biasa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun
diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati,
kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara. Kanker payudaraadalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun
jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
Kanker payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen
yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono,
2006).
II.
Epidemiologi
Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya,
sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara
yang sedang berkembang (Moningkey, 2000).
Kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher
rahim. Diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena kanker payudara dan 70% dari
penderita memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut (Ana, 2007).
The American Cancer Society memperkirakan hampir 1,4 juta kasus baru kanker
payudara invasif pada tahun 2008. Selama 25 tahun terakhir, tingkat insidensi kanker
payudara telah meningkat secara global, dengan tingkat tertinggi di negara-negara barat.
Selain kanker payudara invasif, 62.280 kasus baru pada kanker payudara in situ terjadi di
kalangan wanita di tahun 2009. Sekitar 85% di antaranya karsinoma duktal in situ
(DCIS). (Swart, 2010)
Secara keseluruhan, angka kejadian tahunan pada wanita Amerika-Afrika (119,4
dari setiap 100.000) dan/ perempuan Hispanik Latina (89,9 dari setiap 100.000) telah
stabil sejak awal 1990-an dan lebih rendah daripada kejadian tahunan kanker payudara
pada wanita kulit putih (141,1 dari setiap 100.000). Namun, Amerika - Afrika lebih
mungkin untuk dapat didiagnosis dengan tumor stadium lanjut (> 5 cm), dibandingkan
perempuan kulit putih. Tingkat insidensi di antara perempuan Asia dan Kepulauan Pasifik
terus meningkat sebesar 1,5% per tahun (89 dari setiap 100.000) tapi masih jauh lebih
rendah daripada wanita kulit putih. Namun, tingkat kematian karena kanker payudara
telah terus menurun pada wanita sejak tahun 1990. (Swart, 2010)
III.
Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang
menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara.
Beberapa faktor resiko tersebut adalah:
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko
tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat,
maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,51%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen
tersebut,
maka
kemungkinan
menderita
kanker
payudara
sangat
besar.
Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah
p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2.
Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan. Faktor hormonal
juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi
selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan
beralkohol sehari memiliki peningkatan resiko yang sangat kecil. Mereka yang
minum alkohol 2-5 kali sehari memiliki risiko sekitar 1 kali dari wanita yang tidak
minum alkohol. Dengan secara teratur mengkonsumsi alkohol maka fungsi organ
hati akan semakin lemah sehingga daya tahan tubuh akan menurun yang pada
akhirnya menyebabkan semakin tingginya resiko menderita kanker.
10. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
11. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko
tinggi menderita kanker payudara.
12. Penyinaran.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa
kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
13. Faktor resiko lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus
besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara.
IV.
Pencegahan
Pencegahan kanker payudara ada 3 macam pencegahan antara lain sebagai
berikut:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah
memiliki faktor risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan
melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah
menurunkan insidens kanker payudara yang dapat dilakukan dengan:
a. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
b. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolah raga.
c. Menghindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.
d. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat
e. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu atau tempe.
Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein
yang berfungsi sebagai estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan
menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan
menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan
merangsang tumbuhnya sel kanker.
f. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang
mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia seperti jeruk, wortel, tomat,
labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko untuk
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal
merupakan populasi beresiko dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
perkembangan. Skrining melalui mamografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua
penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mamografi pada
wanita yang sehat merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara.
Skrining dengan mamografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan
antara lain wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer
risk assement survey.
Wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk melakukan mamografi setiap
tahun. Wanita normal mendapat rujukan mamografi setiap 2 tahun sampai mencapai
usia 50 tahun. Kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang
melakukan pemeriksaan Sadari dibandingkan yang tidak Sadari. Sensitivitas Sadari
untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mamografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75% (Bustan, 2007).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuain dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup
penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk kualitas hidup penderita serta
mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.
Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak
terhadap ketahanan hidup penderita. Tindakan kemoterapi dengan sitostatika pada
penderita kanker perlu dilakukan apabila telah bermetastasis jauh. Pengobatan pada
stadium ini akan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif (Luwia, 2003).
V.
Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat
karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan
kanker payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial dan paling sering
terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan
sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada
ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudarat elah bermetastase. Kebanyakan
dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua
yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolanbenjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006).
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kira-kira 12% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut.
Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan
jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan
tulang (Price, 2006). Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung ke
jaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Kanker payudara
tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat maupun yang jauh antara lain
limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel
epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan
ekspansi paru tidak optimal.
Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh,
integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut.
Pengalaman operatif dibagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos
operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron
endocrine. Respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari
ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah,
maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi.
Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syock. Respon
metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolism untuk memproduksi
energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk
membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan
protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal.
VI.
VII.
Patoflow
Manifestasi Klinis
Penemuan dini kanker payudara masih sulit, kebanyakan ditemukan jika sudah
teraba oleh klien atau sudah stadium lanjut (Wilensky dan Lincoln, 2008). Gejala umum
kanker payudara adalah:
pada
lebih
kelenjar
dari
2-2,25
getah
cm,
bening
dan
tidak
terdapat
ketiak.
Pada
stadium
3. Stadium III
Tumor sudah cukup besar 3-5 cm, sel kanker hampir menyebar keseluruhtubuh,
dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Biasanyapengobatan hanya dilakukan
penyinaran dan kemoterapi (pemberian obatyang dapat membunuh sel kanker).
Kadang-kadang juga dilakukanoperasi untuk mengangkat payudara bagian yang parah.
Benjolan sudahmenonjol ke permukaan kulit dan pecah/berdarah.
4. Stadium IV
Tumor sudah berukuran besar >5 cm, sel kanker telahmenyebar/bermestastase ke
seluruh organ tubuh, dan biasanya penderitamulai lemah. Pengobatan payudara sudah
tidak ada artinya lagi. Biasanyapengobatan dilakukan dengan terapi hormonal dengan
syarat EstrogenReseptor (ER) atau Progesteron Reseptor (PR) positif karena
penderitaterlalu
lemah
dengan
syarat
mempertimbangkan
kemoterapi
yang
sudahdidapat sebelumnya.
Klasifikasi penyebaran TNM menurut Price, 2006 adalah:
Tahap 0
Tis
N0
M0
Tahap I
T1
N0
M0
Tahap IIA
T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
T2
N1
M0
T3
N1
M0
T0
N2
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T4
Sembarang N
M0
Sembarang T
N3
M0
Sembarang T
Sembarang N
M1
Tahap IIB
Tahap IIIA
Tahap IIIB
Tahap IV
Keterangan:
T
: tumor primer
Tis : Karsinoma insitu: karsinoma intraduktal, karsinoma lobular insitu, atau penyakit
paget puting susu dengan atau tanpa tumor
Prognosis
Kelangsungan hidup klien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti
karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas, keinginan
untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator
terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini.
Stadium I
: 5 10 tahun 90-80%
Stadium II
: 70-50%
Stadium III : 20-11%
Stadium IV : 0%
IX.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
Dilakukan beberapa hari setelah menstruasi selesai. Disaat payudara tidak dalam
keadaan membengkak dan tegang seperti pada waktu mens.
a. Langkah Pertama
Berdiri didepan cermin, dada dibusungkan dan tangan diletakkan di pinggang.
Perhatikan ukuran, bentuk dan warna payudara, serta puting. Wajib memeriksakan
ke dokter, jika ada kulit payudara pada satu tempat masuk kedalam, berkerut,
kemerahan, terdapat luka yang sulit menyembuh atau membengkak. Puting susu
retraksi/masuk kedalam atau letak abnormal.
b. Langkah Kedua
Kemudian angkat tangan, perhatikan payudara seperti pada langkah pertama
diatas. Kemudian tekan/ pencet puting susu. Jika ada cairan abnormal yang keluar,
maka segeralah periksakan diri ke dokter.
c. Langkah Ketiga
Berbaring dengan tangan (pada sisi yang sama dengan payudara yang akan
diperiksa), diletakkan dibawah kepala. Tangan kiri dipakai untuk memeriksa
payudara kanan begitu sebaliknya. Raba seluruh payudara (seperti pada gambar)
mulai dari atas kebawah, sisi kiri ke sisi dalam, dari lekukan ketiak sampai kearah
payudara. Bisa juga mulai dari puting, dengan arah melingkar terus sampai ke sisi
luar lingkaran payudara. Pastikan seluruh payudara terdeteksi, raba dengan
kekuatan yang ringan, halus tapi mencapai seluruh kedalaman payudara (bisa
merasakan tulang iga dibelakang payudara).
d. Langkah Keempat
Langkah terakhir, lakukan dengan berdiri atau duduk. Lakukan perabaan seperti
pada langkah ke tiga. Beberapa wanita sering melakukan pada waktu mandi,
karena lebih mudah melakukan perabaan payudara dalam keadaan kulit payudara
basah. Secara berkala memeriksakan diri ke dokter, terutama jika mempunyai
faktor resiko terkena kanker payudara.
2. Pemeriksaan laboraturium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
dalam serum/ plasma, pemeriksaan sitologi.
3. Tes diagnostik lain:
a. Non invasif: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
b. Invasif: Bioklieni, aspirasi bioklieni (FNAB), true cut/ care bioklieni, insisi
bioklieni, eksisi bioklieny
X.
Penatalaksaan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan
meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah
terapi imunologi (antibodi). (Smeltzer dan Bare, 2002).
Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi
perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
1. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan
yang dilakukan pada klien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis
tumor, umur dan kondisi kesehatan klien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat
tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker
atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy).
Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi
tambahan seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
3. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan
dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium
akhir.
4. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit
(tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara
tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche,
obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga
hanya menyerang sel kanker saja.
5. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk klien seperti ini, trastuzumab,
antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat
pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Klien sebaiknya juga menjalani tes
HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
HER2 adalah protein yang diproduksi oleh gen yang berpotensi menyebabkan
kanker. protein ini bertindak sebagai antena yang menerima sinyal pada sel-sel
kanker menyebar cepat dan mematikan.
Keberadaan HER2 dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang semakin
memburuk dan waktu pengulangan jauh lebih cepat pada semua tahap perkembangan
kanker payudara, sehingga menjadi hal penting bagi klien yang telah didiagnosis
dengan kanker payudara untuk memeriksa status HER2 mereka.
d.Telinga:normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan
tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e.Hidung:bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut:mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g.Leher:biasanya terjadi pembesaran KGB.
h.Dada:adanya kelainan kulit berupa peau dorange, dumpling, ulserasi atau tandatanda radang.
i. Hepar:biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas:biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
5. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a. Persepsi klien dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Nutrisi Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan
terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan
mengandung MSG.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu
karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Kognitif dan Persepsi Klien
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g. Perseklieni dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
sebagai wanita normal.
h. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi sosial.
i. Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputusasaan.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
2.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan ruang gerak ditandai
3.
4.
5.
6.
(kemoterapi)
Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah, efek kemoterapi atau
7.
8.
C. Perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
a. Tujuan: Nyeri menjadi berkurang atau hilang.
b. Kriteria hasil: Mengekpresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan; tampak rileks,
mampu tidur/ istirahat dengan tenang.
c. Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala 0 - 10),
perhatikan petunjuk verbal dan non verbal
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi derajatketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk/keefektifananalgesik
b. Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
Rasional:
memberikan
keyakinan
bahwa
sensasi
bukan
imajinasi
fleksi/ekstansi
siku,
promosi/suspensi
pergelangan,menekuk,
membantu
meminimalkan
edema,
Perubahan konsep diri, harga diri rendah berhubungan dengan gangguan body image/
gangguan citra diri
a. Tujuan: Menumbuhkan konsep diri yang positif.
reaksi,
termasukperasaan
mungkin
tidak
memuaskan
Gangguan
integritas
kulit/jaringan
berhubungan
terputusnya
untuk
kontuinitas
meningkatkan
Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah, efek kemoterapi atau
radiologi misal, kehilangan rambut.
a. Tujuan: mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh.
b. Kriteria hasil: mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan
diri dalam situasi.
c. Intervensi:
1) Berikan dukungan yang ada dan di gunakan oleh klien/ orang terdekat selama
fase pengobatan.
Rasional: meskipun beberapa klien beradaptasi menyesuaikan diri dengan efek
kanker atau efek kemoterapi harus banyak dukungan.
2) Gunakan sentuhan selama interaksi dan mempertahankan kontak mata
dan
membantu
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tgl Masuk
: 2 Desember 2016
Tujuan Pengobatan : Kemoterapi AC siklus IV
I.
Demografi
a. Identitas
Nama
: Ny. S
Umur
: 42 tahun
No RM
: 18.30.13
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Pangkalan 2 RT 003 RW 002 Cikiwul Bantar Gebang
Status
: Menikah dengan 3 orang anak
BB/ TB
: 72 kg/ 159 cm (LPB: )
Diagnosis Medis : Ca Mamae stadium III ( T3, N2, M0 )
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat ini merasa tangan kanan terasa pegal, kebas dan
berat jika diangkat.
c. Riwayat Kesehatan
1) Alasan Utama Datang Ke RS
Pada saat klien masuk rumah sakit tanggal 2 Desember 2016 dan melakukan
pengkajian, klien mengatakan ada benjolan sebesar kelereng di bawah payudara
kanan pada bulan Juni 2015, pada saat diraba benjolan terasa nyeri dan
punggung belakang terasa pegal. Dua hari kemudian klien memeriksakan ke
rumah sakit Bekasi. Dilakukan biopsi pada payudara kemudian dinyatakan hasil
nya kanker ganas.dokter hanya memberikan obat nyeri dan tidak menyarankan
untuk terapi lain. Atas inisiatif sendiri klien datang ke Rumah Sakit Dharmais,
disarankan dokter untuk melakukan pemeriksaan ulang laboratorium, USG,
Mamografi, Rontgen Foto dan dan disarankan menjalani program kemoterapi.
Klien lebih memilih pengobatan alternative selama 10 bulan, tetapi klien
merasakan kondisi tubuh semakin menurun. Pada tanggal 8 Juni 2016 klien
memeriksakan kondisi payudaranya kembali di RS Kanker Dharmais. Dokter
menyarankan agar payudaranya segera
diseksi aksila) dan radiasi. Pada saat radiasi klien mengeluhkan ada benjolan di
ketiak kiri dan leher kiri. Radiasi dihentikan sementara dan klien disarankan
untuk melakukan pemeriksaan ulang laboratorium, USG, Mamografi, Rontgen
foto dan menjalani program kemoterapi terlebih dahulu.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang.
Klien datang ke ruang rawat singkat RS Kanker Dharmais pada tanggal 2
Desember 2016 pukul 08.30 wib sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat
sebelumnya yaitu dengan tujuan melakukan kemoterapi AC ke IV. Klien
mengatakan sebelumnya telah menjalani kemoterapi 1,2,dan 3 di rawat singkat.
Saat datang klien dalam kondisi terpasang CVC di subklavikula kiri, ada
benjolan pada payudara kiri, mobilisasi masih bisa berjalan sendiri.
Klien merupakan klien dengan pembiayaan BPJS yang ditempatkan di kamar
124. Kemoterapi yang dij
alani klien dilakukan melalui jalur intravena pada CVC dengan diawali
pemberian cairan NaCl, pre medikasi berupa dexametason 10 mg + 3 cc NaCl
yang diberikan secara bolus, ondansentron 8 mg + 3 cc NaCl yang diberikan
secara bolus. Pemberian obat AC dimulai pada pukul 10.30 WIB dan berakhir
pada pukul 14.30 WIB.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu.
Klien mengatakan sudah diberikan pengobatan kemoterapi AC selama 3 kali.
Kemo I
: 29/9/2016
Kemo II
Kemo III
: 21/10/2016
: 11/11/2016
5
6
Klien mengatakan tidak menyukai makanan ber-MSG dan yang dibakar. Sebelum
sakit klien makan 3x sehari dengan menu sayur dan lauk pauk. Setelah sakit, nafsu
makan klien tidak ada penurunan, namun setelah kemoterapi klien mengeluhkan mual
dan muntah selama 2-3 hari, sehingga nafsu makan klien berkurang, namun tidak ada
penurunan berat badan. Setelah sakit klien makan seperti biasa 3xsehari dengan menu
sayur dan lauk pauk. IMT klien saat ini: 72/ (1,59)2 = 28,57 (gemuk berat)
Keterangan: IMT normal pada perempuan: 18,7-23,9
Range IMT:
- kurus (berat): <17,0
- Kurus (ringan): 17,0-18,4
- Normal : 18,5-25,0
- Gemuk (ringan) : 25,1-27,0
- Gemuk (berat) : > 27
3. Eliminasi
Klien mengatakan BAB lancar 1x perhari. Selama kemoterapi tidak ada keluhan susah
BAB, saat di rawat singkat RSKD ini klien BAK sebanyak 2x.
4. Aktifitas dan latihan
Selama di rumah, klien mengatakan mengalami hambatan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Klien merasa cepat lelah dan lemah setelah kemoterapi dilakukan sehingga
semua aktivitas dibatasi. Klien mengatakan adanya hambatan untuk menggerakan
tangan kanan saat beraktifitas sehingga aktifitas di rumah dibantu oleh anak-anaknya.
5. Kognitif dan persepsi
Klien mengatakan tahu tentang penyakitnya yaitu kanker payudara namun belum tahu
dengan pasti penyebab hingga ia menderita kanker payudara. Klien mengatakan
awalnya takut untuk menjalani kemoterapi. Saat ini klien memasrahkan sepenuhnya
kepada tim medis untuk melakukan pengobatan agar penyakitnya sembuh.
6. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan selama di rumah klien suka terbangun di malam hari karena nyeri
pada payudara sebelah kiri, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 3.
Klien biasa tidur ke kanan karena jika miring kekiri payudara kiri terasa nyeri. Klien
tidur mulai jam 22.00 WIB dan bangun jam 05.00 WIB dan siang hari dapat tidur 1-2
jam.
7. Persepsi dan konsep diri
Citra Diri : klien mengatakan dirinya tidak ada mengalami penurunan berat badan.
Klien mengatakan efek kemoterapi rambut rontok tidak membuatnya sedih karena
II.
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hematokrit
Hasil
10.9 (L)
3.50 (L)
269
4.26
32.5 (L)
Nilai normal
12,0 16,0
5,0 10,0
150 400
4,00 5,00
37 43
Satuan
g/dL
103/L
103/L
103/L
%
Terapi
1. NaCl 500 mL
2. Dexametasone 10 mg
3. Ondansentron 8 mg
4. Doxorubicin 101 mg dalam D5% 100 ml
5. Cyclofosfamid 1041 mg dalam NaCl 0,9% 250 ml
Protokol Kemoterapi AC pada Ny.N:
No Waktu
1. 11.30
2.
12.30
B. Analisa Data
Obat/ cairan
Infuse Nacl 0,9%
Jumlah
250 cc
Kecepatan
30tpm
Data
Masalah
Keperawatan
Nyeri
DS :
-
Klien
mengatakan
kanannya
terasa
bahwa
nyeri
lengan
apabila
Etiologi
Agen
cidera
biologis:
di
Ca
mamae
gerakkan.
-
DO :
-
TTV:
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,4oC
Pernapasan : 24 x/menit
Mengkaji skala nyeri
P: klien
melakukan aktifitas
Q: klien mengatakan nyeri rasa di tusuktusuk benda tanjam.
R: klien mengatakan nyeri jika benjolan
pada payudara kiri diraba
S: klien mengatakan skala nyeri nya 3
T: Nyeri dirasakan jika klien pada saat
tidur berbaring ke kiri
DS :
-
Gangguan mobilitas
klien
mengeluh
sedikit fisik
Keterbatasan
ruang
ditandai
upaya
bergerak
gerak
menolak
untuk
C. Prioritas Masalah
1. Nyeri b.d agen cidera biologis: Ca mamae
2. Gangguan mobilitas fisik b.d keterbatasan ruang gerak ditandai menolak upaya untuk
bergerak
3. Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya terhadap informasi kanker: ca mamae
III.
Intervensi
N
Tgl/ Jam
Dx.
Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawata
n
1.
Nyeri
b.d
Desembe
Agen cidera
r 2016
biologis: Ca
Skala
berkurang
Dapat
nyeri 1. Observasi
nyeri
teknik
relaksasi
bila
menurunkan
keluhan
nyeri
dan
meningkatkan nyeri
muncul
Klien secara verbal 3. Kaji faktor yang
melaporkan
jam
sekali
2. Anjarkan
mengidentifikasi
Mamae
4-6
skala
berkurang
Melaporkan
tidur baik
nyeri
meningkatkan dan
menurunkan nyeri
pola 4. Manajemen
lingkungan,
berikan
lingkungan
terang,
yang
batasi
pengunjung
5. Kolaborasi
pemberian
analgetik
skala
2.
Gangguan
Desembe
mobilitas
klien
jika
nyeri
meningkat
mampu 1. Tinggikan lengan
sakit
sesuai
r 2016
fisik
yang
indikasi,
berhubunga
memampukanmelak
melakukan
ukan aktivitas
gerak
dengan
mulai
rentang
pasif(untuk
keterbatasan
fleksi/ekstansi
ruang gerak
promosi/suspensi
ditandai
pergelangan,meneku
menolak
k,
upaya untuk
segera mungkin
Rasional:
bergerak
siku,
ekstensi
jadi)
meningkatkan aliran
balik
vena,
mengurangi
kemungkinan.
3.
Kuangnya
Desembe
pengetahuan
menyatakan
pengetahuan
r 2016
b.d
pemahaman tentang
klien
terpaparnya
penyakit, kondisi,
keluarga
terhadap
prognosis dan
penyakit
program pengobatan
patofisiologi dari
penyakit
dan
mampu
bagaimana
hal
melaksanakan
ini berhubungan
prosedur yang
dengan anatomi
dijelaskan secara
dan
benar
tepat.
kurang
yang
diderita
yaitu
ca
mame
2.
mampu menjelaskan
kembali
apa
1.
yang
3.
Kaji
tingkat
dan
Jelaskan
fisiologi,
Gambarkan
tanda dan gejala
dijelaskan
yang
biasa
perawat/tim
muncul
pada
kesehatan lainnya
penyakit, dengan
Gambarkan
proses penyakit,
dengan cara yang
tepat
5.
Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengan cara yang
tepat
6.
Sediakan
informasi
klien
pada
tentang
kondisi penyakit,
dengan cara yang
tepat
7.
Diskusikan
pilihan
terapi
atau penanganan
Implementasi
No dx.
1
Tanggal/ Jam
2 Desember 2016
Implementasi
11.00 WIB
11.30 WIB
Mengajarkan teknik relaksasi jika nyeri muncul
11.40 WIB
Menganjurkan
11.45 WIB
11.55 WIB
keluarga
melakukan
manajemen
dengan
tidak
banyak
mengangkat
atau
2 Desember 2016
09.30 WIB
09.40 WIB
10.00 WIB
12.10 WIB
2 Desember 2016
13.40 WIB
14.10 WIB
14.25 WIB
14.45 WIB
dapat terjadi
Memberikan informasi pada klien tentang kondisi
penyakit sesuai dengan tingkat pengetahuan klien
Mengevaluasi tingkat kemampuan klien
II
Evaluasi
Tanggal/
jam
2
Desembe
Evaluasi
S:
-
Klien
mengatakan
menggunakan
r 2016
dapat teknik
nyeri.
Klien mengatakan saat nyeri
dan nutrisi
Monitor skala nyeri tiap
berkurang
Keluarga klien mengatakan
membantu
klien
saat
beraktifitas di rumah
Klien mengatakan setelah
melakukan latihan gerak pasif
pada tangan kanan, klien
dapat menggerakan tangan
kanan
sedikit
lebih
daripada sebelumnya
Klien
mengatakan
menghindari
aktif
akan
makanan
pemicu kanker
Klien
mengatakan
tidak
ekstravasasi
selama
kemoterapi berlangsung
O:
- Kesadaran composmentis
- TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,4oC
darah
lengkap
Pantau hasil lab
Lakukan latihan gerak
pasif
Kolaborasi
pemberian
antibiotik,
analgetik,
Pernapasan : 24 x/menit
Klien dan keluarga tampak
kiri skala 3
Klien
tampak
mampu
Nyeri akut
Gangguan mobilitas fisik
Kurang pengetahuan
Setelah
diberikan
asuhan
pada
klien
berkurang
Setelah diberikan
gerak
pasif
klien
dapat
latihan
dapat
aktif
daripada
sebelumnya
Setelah diberikan penyuluhan
pada
klien
dan
keluarga
menghindari
yang
dapat
kembali
4
pemicu
memunculkan
penyakit
kanker
payudara
Melakukan kolaborasi dengan
dokter
untuk
pemberian
dan
rencana
kemoterapi selanjutnya
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bisa bermestastase pada bagianbagian tubuh lain. Metastase biasa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun
diatas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati,
kulit, dan bawah kulit.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang
menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara, antara
lain: usia, pernah menderita kanker payudara,riwayat keluarga yang menderita kanker
payudara, faktor genetik dan hormonal, menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12
tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau
belum pernah hamil dan lain-lain.
Pencegahan kanker payudara ada 3 macam pencegahan antara lain pencegahan
primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.
Pemeriksaan penunjang pada kanker payudarameliputi: pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), pemeriksaan laboraturium (morfologi sel darah, LED, test fal marker
(CEA) dalam serum/ plasma, pemeriksaan sitologi), dan test diagnostik lain (non invasive
dan invasive).
Penatalaksanaan pada kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan
meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah
terapi imunologi (antibodi).
B. Saran
Sebagai kaum wanita yang lebih banyak mempunyai resiko terkena kanker
payudara, sebaiknya sedini mungkin untuk melakukan pemeriksaan payudara baik secara
mandiri (pemeriksaan SADARI) atau melakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan.
Karena kanker payudara pada stadium awal, jika diraba, umumnya tidak menemukan
adanya benjolan yang jelas pada payudara.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8: Volume 2. Jakarta:
EGC
Bustan, M.N. Dr.(2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Iowa Interventions Project. (1996). Nursing Interventions Classification (NIC). 2 nd ed. Mosby.
Inc
Iowa Outcomes Project. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). 2 nd ed. Mosby. Inc
Nanda. (2009) . Nursing Diagnoses: Defenitions and Classification (NANDA) 2009-2011.
Willey-Blackwell.
Gale, Danielle. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta:EGC
Luwia, M. (2003). Problematika dan Keperawatan Payudara. Cetakan I. Jakarta: Kawan
Pustaka
Mangan Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka
Price, Anderson. (1995).Patofisiologi Proses Penyakit. Edisi 4. Buku Kedua. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzannec. C. Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi
8: Vol. 2. Jakarta: EGC
Simposium Keperawatan. (2003).Kemoterapi. Semarang
Tapan, E.(2005).Kanker, Antioksidan dan TerapiKomplementer. Jakarta: P.T. ElexMedia
Komputindo
www.medicastore.com