Anda di halaman 1dari 9

MANUSIA, KESERAGAMAN, DAN

KESETARAAN

A.

Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia


1.
Makna Keseragaman Manusia
Keseragaman berasal dari kata ragam. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) ragam berarti, 1. tingkah, cara; 2.macam, jenis; 3. musik, lagu, langgam; 4. warna,
corak; 5. laras (tata bahasa). Merujuk pada arti nomor dua di atas, ragam berarti jenis,
macam. Keragaman menunjukkan adanya banyak macam, banyak jenis. Keragaman manusia
yang dimaksud di sini yakni manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia
adalah mahkluk individu yang setiap individu memiliki ciri khas tersendiri. Perbedaan itu
terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan
hasrat.
Selain individu terdapat juga keragaman sosial. Jika keragaman individu terletak pada
perbedaan secara individu atau perorangan sedangkan keragaman sosial terletak pada
keragaman dari masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam
kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami
masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang (Azyumardi
Azra, 2003).
Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai
fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor
penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi
pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
Keragaman adalah kondisi dimana di dalamnya terdapat berbagai perbedaan baik ras,
agama, dan keyakinan, sedangkan kesederajatan adalah sama tingkatan (pangkat,
kedudukan), dimana adanya perbedaan tetap berada pada satu tingkatan atau kedudukan yang
sama
Keragaman adalah perbedaan yang indah, sehingga dalam keragaman kita harus
berpikir keindahan yang sangat unik. Karena jika kita tidak melihat suatu perbedaan kita
tidak akan melihat suatu keindahan karena tidak ada perbandingan. Sayang banyak individu
melihat perbedaan atau keragaman yang berada disekitar mereka adalah sesuatu yang salah.

Seharusnya mereka dapat berpikir bagaimana kita dapat menilai sesuatu jika kita tidak dapat
membandingkan sesuatu. Aneh tapi itulah kenyataan, kita akan mengerti sesuatu itu indah, itu
baik, itu bagus ketika kita sudah menemukan sesuatu pembanding untuk membandingkan
sesuatu yang kita nilai. Oleh sebab itu marilah kita berpikir keindahan saat kita menemukan
perbedaan sehingga kita dapat memberikan sesuatu yang bearti dalam kehidupan kita. Dan
itulah hakikat dari keragaman dan perbedaan.
2.
Manusia Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga dapat disebut
kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama
tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau
tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber dari
pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang
sama yaitu sebagai mahkluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Dihadapan
Tuhan, semua manusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya. Yang
membedakan nantinya adalah tingkatan ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak
dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia.Kesetaraan dalam derajat
kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata-pranata sosial,
terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil
mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata.
Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan
meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan atas asal
rasial, sukubangsa, kebangsawanan, atau pun kekayaan dan kekuasaan.
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan
ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

B.

Permasalahan Keragaman Dan Kesetaraan Dalam Bermasyarakat


Di Indonesia, berbagai konflik antarsukubangsa, antarpenganut keyakinan keagamaan,
ataupun antarkelompok telah memakan korban jiwa dan raga serta harta benda, seperti kasus
Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia belum
menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian dan demokratis.
Persoalan-persoalan tersebut sering muncul akibat adanya dominasi sosial oleh suatu
kelompok. Adanya dominasi sosial didasarkan pada pengamatan bahwa semua kelompok
manusia ditujukan kepada struktur dalam sistem hirarki sosial suatu kelompok. Di dalamnya
ditetapkan satu atau sejumlah kecil dominasi dan hegemoni kelompok pada posisi teratas dan
satu atau sejumlah kelompok subordinat pada posisi paling bawah. Di antara kelompokkelompok yang ada, kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikan yang lebih besar
dalam pembagian nilai-nilai sosial yang berlaku. Adanya dominasi sosial ini dapat
mengakibatkan konflik sosial yang lebih tajam.

Negara-bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dapat
disebut sebagai masyarakat multikultural. Berbagai keragaman masyarakat Indonesia
terwadahi dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbentuk dengan
karakter utama mengakui pluralitas dan kesetaraan warga bangsa. NKRI yang mengakui
keragaman dan menghormati kesetaraan adalah pilihan terbaik untuk mengantarkan
masyarakat
Indonesia
pada
pencapaian
kemajuan
peradabannya.
Cita-cita yang mendasari berdirinya NKRI yang dirumuskan para pendiri bangsa telah
membekali bangsa Indonesia dengan konsepsi normatif negara bangsa Bhinneka Tunggal Ika,
membekali hidup bangsa dalam keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Hal tersebut
merupakan kesepakatan bangsa yang bersifat mendasar.
Konstitusi secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang berkesetaraan.
Pasal 27 menyatakan: Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan adalah rujukan yang melandasi seluruh produk hukum dan ketentuan moral
yang
mengikat
warga
negara.
Keberagaman bangsa yang berkesetaraan akan merupakan kekuatan besar bagi kemajuan dan
kesejahteraan negara bangsa Indonesia. Negara bangsa yang beragam yang tidak
berkesetaraan, lebih-lebih yang diskriminatif, akan menghadirkan kehancuran.

1.

Problematika Diskriminasi

Diskriminasi adalah tindakan yang melakukan pembedaan terhadap individu atau kelompok
karena status, kelas ekonomi, dan kondisi fisik. Faktor-faktor yang menyebabkan
diskriminasi antara lain:
Persaingan yang semakin ketat di berbagai bidang
Adanya tekanan dari yang kuat pada yang lemah
Ketidak berdayaan kaum miskin

2.

Masalah SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan)

Sara adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentiment
identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.
Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan
pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan dalam tindakan SARA. Tindakan ini
melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia.
Sara dapat di golongkan menjadi 3 kategori :
Individual : Adalah tindakan SARA yang dilakukan oleh individu maupun kelompok.
Termasuk dalam kategori ini adalah tindakan atau pernyataan yang bersifat menyerang,
melecehkan, menghina identitas diri orang lain maupun golongan.
Institusional : Adalah tindakan SARA yang dilakukan oleh institusi termasuk Negara,
baik secara langsung maupun tidak langsung dan sengaja atau tidak sengaja.
Kultural : Adalah penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif melaalui struktur
budaya masyaraka

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERAGAMAN

Faktor lainnya yang menyebabkan adanya


keragaman di Indonesia, adalah:
a. Keadaan geografis Indonesia Kedatangan nenek moyang masyarakat
Indonesia menurut sejarah dari Yunan, wilayah Tiongkok bagian Selatan,
yang datang bergelombang, menyebar,dan mendiami sekitar 13.600
pulau. Keadaan geografis yang terpisah-pisah mengakibatkan mereka
mengembangkan pola perilaku bahasa dan ikatan-ikatan kebudayaan
yang berbeda satu sama lainnya
b. Pengaruh kebudayaan asing Masuknya kebudayaan Hindu dan Budha
dari Cina dan India, pengaruh Islam dari pedagang Gujarat dan Arab
terjadi pencampuran lewat perkawinan, asamilasi akulturasi sehingga
membentuk ras, sub ras agama dan kepercayaan yang berbeda
c . Iklim yang berbeda Iklim yang berbeda antara daerah satu dan dearah
lainnya membentuk pola-pola perilaku dan sistem mata pencarian yang
berbeda
d. Perbedaan latar belakang pendidikan Adanya kelompok-kelom[pok
masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan kriteriakriteria yang mengakibatkan keragaman
e. Adanya kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan
untuk menciptakan kriteria-kriteria yang mengakibatkan keragaman
Akibat dari Keragaman Perbedaan menciptakan ketegangan
hubungan antar anggota masyarakat. Hal ini disebabkan oleh sifat dasar
masyarakat yang beragam menurut Van de Berghe : Terjadinya
segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda Memiliki struktur sosial yang terbagi kedalam
lembaga-lembaga yang bersifat non komplementer Kurang
mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang
nilai-nilai sosial yang bersifat dasar Secara relatif seringkali terjadi konflik
diantara kelompok satu dengan yang lainnya Secara relatif integrasi sosila
tumbauh diatas paksaan dan

C.

KERAGAMAN SEBAGAI KEKUATAN DAN KELEMAHAN


1.
Keragaman Sebagai Kekuatan
Keanekaragaman; ethnis, agama, adat istiadat, kebiasaan, bahasa daerah dan lainnya di
Indonesia yang tumbuh dan berkembang sebagai nilai-nilai yang mengakar dalam kelompok
kelompok masyarakat adalah sebagai kekuatan. Apabila dikelola dengan baik untuk
menimbulkan kekuatan bangsa yang besar. Bagi pemimpin aspek inilah merupakan peluang
dalam memainkan pola kepemimpinan yang bagaimana harus dilakukan dalam menghadapi
masyarakat tertentu.

Selanjutnya keragaman tersebut akan menumbuhkan keterikatan keterikatan akan


bidang; hukum, aturan atau dogma dogma agama yang dianut masyarakat. Karena itu seorang
pemimpin perlu memahami kondisi tersebut dalam memimpin masyarakat tertentu.
Disamping munculnya konflik konflik kepentingan antar kelompok tersebut dengan
pembinaan rasa kesatuan bangsa (nation building) harus diutamakan dalam memimpin
kelompok masyarakat dan masyarakat bangsa.

2.

Keragaman sebagai kelemahan


Keanekaragaman atau kemajmukan; ethnis, agama, adat istiadat, kebiasaan dll,
apabila tidak dapat dibina dalam satu kesatuan yang bulat bukan tidak mungkin
akanmenimbulkan perpecahan. Dimulai dari perpecahan kecil menjadi semakin besar bila
tidak pernah diantisipasi dengan upaya kepemimpinan dengan memperhatikan budaya untuk
mempersatukan mereka dalam pembangunan menuju masyarakat yang sejahtera. Perpecahan
yang cukup rawan; masalah keragaman agama, adat istiadat, perbedan suku/etnis/ras,
perbedaan kebiasaan dll.

D.

Penyakit Budaya
Perubahan sikap hidup yang kurang terkontrol akibat peningkatan status sosial ternyata
telah membawa dampak signifikan pada kesehatan kita. Walaupun kita semakin mengerti
akan pengaruh makanan yang kita konsumsi setiap harinya telah banyak membuat kita
menjadi sakit (penyakit degenerativ khususnya), ternyata hal ini tidak banyak membangun
kesadaran kita. Setidaknya, kesadaran yang ada tidak cukup mendorong kita bertindak positif
untuk mengambil sikap yang benar.
Secara singkat, penyakit-penyakit degenerativ adalah penyakit budaya yang sebagian
besar timbul karena diri sendiri melalui cara kita makan, minum, merokok, kurang olah raga
dan sebagainya. Jadi apa yang kita lakukan setiap jam, setiap hari mempunyai peran sangat
besar dalam menentukan kesehatan kita, apakah kita akan sakit, menderita penyakit bahkan
kematian. Tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan, bahwa tanpa disadari kita sedang
melakukan bunuh diri beramai-ramai.

E.

Emansipasi Wanita
Emansipasi wanita merupakan gagasan perjuangan R.A. Kartini dan para pemudi tempo
dulu. Sampai kini, masih didengung oleh kaum mudi (baca: wanita) dalam memperjuangkan
hak kesetaraan dengan kaum pria. Memang kehadiran wanita perlu diperhitungkan dalam
kondisi apa pun di zaman modernsasi initerbebas dari belenggu ruang gerak sempit
Gerakan emansipasi wanita telah berjasa besar dalam menghantarkan kaum wanita
Indonesia menuju mimbar kehormatan dan gerbang kebebasan, harus dipahami kebebasan
bukan berarti kebablasan. Realita melintas ditengah-tengah kehidupan modern, bahwa wanita
tidak lagi dipandang sebelah mata, lebih dihargai dan dihormati. Dewasa ini, tak dapat
dinapikkan telah banyak kaum wanita dalam meniti karier, pendidikan bahkan jabatan
melebihi kaum pria, memang sudah menjadi tuntutan zaman.
Seperti pada pemilu 2004 lalu keterwakilan wanita diperhitungkan, dengan mengacu pada
Pasal 65 ayat 1 UU Nomor 12 Tahun 18 Februari 2003 Setiap partai politik peserta pemilu
dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota untuk
setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurangkurangnya 30%
Ketentuan dari UU diatas merupakan tindak lanjut dari konvensi Persatuan BangsaBangsa (PBB), soal penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Selain itu,

Uni Antar Parlemen (Inter Parliamentary Union) pada tahun 1997 di New Delhi
mendeklarasikan Hak politik perempuan harus dianggap sebagai satu kesatuan dengan hak
asasi manusia. Oleh karena itu, politik perempuan tidak dapat dipisahkan dari hak asasi
manusia.
Di satu sisi UU tersebut membawa kemajuan bagi perempuan untuk duduk di legislatif
selama ini merasa termarginalkan dari panggung politik. Di sisi lain, tuntutan kuota sama
dengan melestarikan ketidakberdayaan. Sebuah ironi, meminjam istilah Abu RidhoKetua
SIDIK Foundationmaksud hati kuota akan membawa pembebasan, tapi apa daya
terperangkap oleh kuaota itu sendiri; pembatasan.

F. Kemajemukan dalam Dinamika Sosial Budaya


Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat
majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat
majemuk (plural society)pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang
mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang
berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah
satuan politik.
Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas , dipertanyakan validitasnya sekarang ini
sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di
suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan:
1.
Etnik dan ras atau asal usul keturunan.
2.
Bahasa daerah.
3.
Adat Istiadat atau perilaku.
4.
Agama.
5.
Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.
Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:
1.
Penghasilan atau ekonomi.
2.
Pendidikan.
3.
Pemukiman.
4.
Pekerjaan.
5.
Kedudukan social politik.
Keragaman atau kemajemukkan, masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras, etnik,
agama, pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan, dan sebagainya. Pada bagian ini akan
diulas tentang kemajemukan masyarakat Indonesia karena unsur-unsur ras dan etnik.
1.
Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza.Pertama kali istilah ras
diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan tentang
pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk
wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik
atau biologis.
Berdasarkan karakter biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam berbagai ras.
Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung,

dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut berdasarkan ciri
fisik biologis. Ciri utama pembeda antarras antara lain ciri alamiah rambut pada badan, warna
alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan penutup mata, bentuk hidung serta bibir,
bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan. Misalnya, ras Melayu secara umum bercirikan
sawo matang, rambut ikal, bola mata hitam, dan berperawakan badan sedang. Ras negro
bercirikan kulit hitam dan berambut keriting.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatik. Secara biologis,
konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik seseorang atau sekelompok orang
ke dalam suatu kelompok tertentu yang secara genetik memiliki kesamaan fisik, seperti
warna kulit, mata, rambut, hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya
mewakili faktor tampilan luar.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras
atas tiga kelompok, yaitu kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat
(1990) membagi ras di dunia ini dalam 10 kelompok, yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid,
Australoid, Polynesia, Malenesia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen.
2.
Etnik atau suku bangsa
Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau kesatuan
hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena kontinuitas dan rasa identitas
yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar
secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai budaya, membentuk
jaringan komunikasi dan interaksi sendiri dan menentukan sendiri ciri kelompok yang
diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
Bila merujuk pendapat F. Baart di atas, identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari
unsur-unsur suku bangsa bawaan(etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahiran)
atau hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan kepercayaan
(religi), kesamaan mitologi, dan kesamaan totemisme.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang besar.
Berapa persis jumlah etnik di Indonesia sukar ditentukan. Sebuah buku pintar Rangkuman
Pengetahuan Sosial Lengkap menuliskan jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400
buah (Sugeng HR, 2006). Klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia biasanya didasarkan
sistem lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum
adat di Indonesia (Koentjaraningrat, 1990). Keanekaragaman kelompok etnik ini dengan
sendirinya memunculkan keanekaragaman kebudayaan di Indonesia. Jadi, berdasarkan
klasifikasi etnik secara nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.

G. VISI NKRI ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN


Manusia indonesia setelah memasuki Era Reformasi menuang Visi Bangsa Indonesia yang
dituangkan dalam TAP MPR No. I/MPR/1999 yang berbunyi:
VISI: Mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai demokratis, berkeadilan, berdaya
saing, maju dan sejahtera dalam wadah NKRI yang didukung oleh manusia Indonesia yang
sehat, mandiri, iman, takwa, berahlak mulia, cinta tanah air berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai IPTEK memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin. (dalam Asep
Syamsulbachri: 2004: 3).

H. PERMASALAHAN DALAM KERAGAMAN DAN KESETARAAN

Keragaman membutuhkan komunikasi antar budaya


Dalam konteks NKRI akibat dari keragaman tadi ternyata komunikasi antar budaya
sangat penting.
Komunikasi antar budaya yang efektif harus memperhatikan 4 syarat yaitu: Pertama,
menghormati budaya lain sebagai manusia, kedua, menghormati budaya lain apa
adanya, ketiga, menghormati hak budaya lain unruk bertindak yang berbeda, keempat,
komunikator, harus menyenangi hidup bersama dengan orang dari budaya lain.
(Schram dalam Rahmat 1998: 67).

Hal penting dalam kesetaraan


Kesetaraan dalam praktiknya masih terdapat kendala keikhlasan kelompok mayoritas
dalam mengkomodir kesetaraan yang dituntut kelompok minoritas, termasuk
kesetaraan gender dalam kehidupan birokrasi dan politisi yang memberi porsi 30 %
bagi kaum perempuan, tapi dalam kenyataan untuk Indonesia kuota ini tidak pernah
tercapai.
Kesetaraan sebagai manusia yang secara kodrati memiliki kesamaan derajat dengan
manusia lain yang sama-sama memiliki peradaban.
Multi etnik dan multi kultur merupakan potensi kuat dalam kerukunan bermasyarakat,
sekaligus rentan terhadap Disintegrasi Bangsa jika ada satu kelompok yang
mendominasi kelompok lain.
Kesadaran Individu sebagai manusia dapat dengan terbuka menerima manusia lain
yang berbeda dengan mengedepankan Alturisme, toleransi akan mengokohkan
integrasi etnis dalam wadah NKRI.
Pengingkaran atas hal tersebut diatas mengarah pada tanda-tanda runtuhnya suatu
negara.
Pembinaan nilai keragaman dan kesetaraan sangat tepat dilakukan melalui proses
pendidikan sepanjang hayat.

KESIMPULAN
Keragaman adalah perbedaan yang indah, sehingga dalam keragaman kita harus
berpikir keindahan yang sangat unik. Karena jika kita tidak melihat suatu
perbedaan kita tidak akan melihat suatu keindahan karena tidak ada
perbandingan. Sayang banyak individu melihat perbedaan atau keragaman yang
berada disekitar mereka adalah sesuatu yang salah. Seharusnya mereka dapat
berpikir bagaimana kita dapat menilai sesuatu jika kita tidak dapat
membandingkan sesuatu. Aneh tapi itulah kenyataan, kita akan mengerti sesuatu
itu indah, itu baik, itu bagus ketika kita sudah menemukan sesuatu pembanding
untuk membandingkan sesuatu yang kita nilai. Oleh sebab itu marilah kita
berpikir keindahan saat kita menemukan perbedaan sehingga kita dapat

memberikan sesuatu yang bearti dalam kehidupan kita. Dan itulah hakikat dari
keragaman dan perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai