Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Fungi ( bahasa latin dari jamur ) adalah organism eukariotik, pembawa
spora, hanya sedikit mengandung klorofil dan bereproduksi baik secara
seksual maupun aseksual.1
Otomikosis atau yang dikenal juga dengan fungal otitis externa
merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada telinga luar, terutama pinna
(auricular) dan meatus acusticus externus. Otomikosis sering terjadi di
Negara tropis dan subtropis, dan pada kebanyakan kasus, jamur penyebab
tersering infeksi ini merupakan isolat dari Aspergillus (niger, fumingatus,
flavenscens dan albus) atau Candida spp.2,3
Kasus otomikosis tersebar di seluruh belahan dunia. Sekitar 5-25% dari
total kasus otitis eksterna merupakan kasus otomikosis. Frekuensi terjadinya
infeksi

ini

bervariasi

berdasarkan

perbedaan

area

geografis

yang

dihubungkan dengan faktor lingkungan (temperature dan kelembaban) dan


dihubungkan juga dengan musim.4,5,6
Otomikosis bisa terjadi dengan atau tanpa gejala. Gejala yang paling
sering terjadi adalah pruritus. Namun dapat pula terjadi gejala lain seperti
otalgia, otorhea, kehilangan pendengaran dan tinnitus. Faktor predisposisi
terjadinya otomikosis meliputi hilangnya lapisan serumen, kelembaban yang
tinggi, peningkatan temperature dan trauma lokal, yang biasanya sering

disebabkan oleh kebiasaan membersihkan telinga menggunakan cotton buds


dan penggunaan alat bantu dengar.2,7
serumen didalam telinga memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang
berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Olahraga air misalnya
berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan terjadinya otomikosis
oleh karena paparan ulang dengan air sehingga kanal menjadi lembab dan
mempermudah pertumbuhan jamur. Dapat juga diakibatkan penggunaan
antibiotik dan steroid sehingga menekan flora normal.6
1.2. TUJUAN
1.2.1. Untuk mengetahui secara rinci tentang otomikosis
1.2.2. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang diperlukan
1.2.3. Untuk mengetahui penegakkan diagnosa dan penanganan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI
2.1.1 Telinga Luar

Organ pendengaran dibagi menjadi telinga luar, tengah dan dalam. Daun
telinga yang berada disamping kepala hanya sebagian dari organ pendengaran
sebenarnya dan merupakan lipatan kulit yang terdiri dari tulang rawan. Hanya
cuping telinga atau lobulus yang tidak memiliki tulang rawan, tetapi terdiri
dari jaringan lemak dan jaringan fibrosa.8,9

(gambar)

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus. Auricula
atau pinna merupakan bagian terluar dari telinga luar dan mengelilingi lubang
meatus acusticus externus. Auricula berfungsi mengumpulkan gelombang
suara dan menghantarkan gelombang tersebut ke meatus acusticus. Meatus
acusticus

externeus

memiliki

panjang

lebih

kurang

menghubungkan auricula dengan membran timpani.9,10

2,5

cm

yang

Meatus dilapisi oleh kulit dan sepertiga bagian luarnya mempunyai


rambut, kelenjar sebasea dan glandula seruminosa. Glandula ini adalah
modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan sekret lilin berwarna coklat
kekuningan yang disebut serumen. Rambut dan serumen ini mencegah
masuknya benda asing dan berfungsi menolak air. Kelenjar sebasea pada
telinga berkembang baik pada konka, ukiuran diameternya 0,5-2,2 mm.
kelenjar ini banyak terdapat pada liang telinga luar bagian tulang rawan,
dimana kelenjar ini berhubungan dengan rambut, dan terletak secara
berkelompok pada bagian superfisial kulit. Batas akhir untuk telinga luar
adalah membran timpani.10
2.2 OTOMIKOSIS
2.2.1. DEFINISI
Otomikosis merupakan penyakit inflamasi telinga luar yang disebabkan
oleh infeksi jamur, dan dapat menyebabkan inflamasi difus di kulit meatus
yang bisa menyebar ke auricula maupun lapisan epidermal membran timpani.
Berdasarkan waktu, otomikosis didefinisikan sebagai infeksi akut, subakut,
maupun kronik akibat ragi dan filamentosa jamur yang dapat merusak epitel
squamosa meatus acusticus external dan komplikasinya jarang melibatkan
telinga tengah.5,11
2.2.2. EPIDEMIOLOGI
Distribusinya diseluruh dunia merupakan penyakit kosmopolit yang
terutama terdapat di daerah panas, lembab dan berdebu di mana infeksi

biasanya terjadi secara kontak langsung.connant memperkirakan bahwa tidak


lebih dari 15-20% infeksi telinga merupakan infeksi jamur yang sebenarnya.12
Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada
daerah dengan cuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan
olahraga. 1 dari 8 kasus infeksi telinga luar disebabkan oleh jamur. 90%
infeksi jamur ini disebabkan oleh Aspergillus spp, dan selebihnya adalah
Candida spp. Angka prevalensi otomikosis ini dijumpai pada 9% dari seluruh
pasien yang mengalami gejala dan tanda otitis eksterna. Di United Kingdom
(UK), diagnosis otitis eksterna akibat jamur ini sering ditegakkan pada saat
berakhirnya musim panas.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006,
otomikosis dijumpai lebih banyak pada wanita (terutama ibu rumah tangga)
dari pada pria.13
2.2.3. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak dari otomikosis adalah Aspergillus dan candida.
Aspergillus flavus (28%) merupakan jamur yang paling banyak menginfeksi,
diikuti Aspergillus fumingates (6%), sedangkan Candida merupakan jamur
terbanyak kedua yaitu Candida parapsilosis (22%), Candida albicans (14%)
dan jamur lain yakni Penissilium spp (4%), Paelomyces spp (2%). 14
Golongan jamur lain yang dapat ditemukan yakni Allerchia bodyii,
Scapulariopsis dan Mucor.

Gambar 2.2 Morfologi Aspergillus sp secara mikroskopik


Beberapa faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi terjadinya otomikosis
antara lain :
a. Infeksi jamur ditempat lain seperti vaginitis, candidiasis, dll
b. Faktor lingkungan (iklim panas dan lembab)
c. Pasien paska pembedahan operasi mastoid
d. Pasien dengan status immunokompromised (AIDS, DM, dll)
e. Penggunaan antibiotik topikal dan steroid
f. Berenang
g. Trauma pada telinga
h. Pemakaian alat bantu dengar
i. Kegagalan mekanisme pertahanan di telinga
j. Infeksi sekunder akibat bakteri
2.2.4. PATOFISIOLOGI
Serumen telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari membran timpani melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu
6

mekanisme pembersihan dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah
membran timpani sehingga kotoran menumpuk. Penimbunan sel-sel kulit yang
mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam
saluran ketika mandi dan berenang. Kulit yang basah dan lembab pada saluran
telinga lebih mudah terinfeksi oleh jamur.5
Jamur tumbuh subur pada daerah beriklim tropik dengan suhu 12-35 oC.
Siklus hidup jamur yang ditemukan di liang telinga adalah sekitar 2 minggu.
Berenang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi pada banyak
kasus. Hal ini disebabkan karena berenang memberikan kelembaban yang
cukup tinggi sehingga jamur dapat tumbuh menjadi banyak atau dapat
menurunkan resistensi kulit melalui maserasi yang menyediakan medium yang
baik bagi pertumbuhan jamur.19
Jamur tumbuh pada lapisan permukaan atas epitel dan pertumbuhannya
menyebabkan gatal dan rasa tidak nyaman pada telinga. Reaksi lokal sewaktuwaktu dapat menjadi reaksi atopik yang berat jika pasien sangat rentan
terhadap jenis jamur. Vesikulasi dan ulserasi dapat terjadi.20
Urutan perubahan patologik yang diakibatkan oleh jamur pada dinding
liang telinga sebagi berikut :
1. Terjadi implantasi pada liang telinga luar
2. Diikuti oleh pertumbuhan organism yang kecepatannya tergantung kepada
keadaan temperatur, kelembaban atau iritasi yang sudah ada sebelumnya.
3. Invasi pada epitel mengelupas secara alami terjadi untuk mengatasi infeksi
dengan melepaskan sel-sel epitel bagian atas.

4. Akibat lanjut pengelupasan epitel menyebabkan liang telinga penuh


dengan debris.
5. Terjadi ulserasi superfisial dan dermatitis eksematosa jika proses patologik
ini berlanjut terus. Perubahan ini tidak selalu melalui tingkatan seperti di
atas. Kadang-kadang infeksi jamur mengakibatkan perubahan yang sangat
ringan sehingga terabaikan oleh penderita.20
Infeksi jamur pada liang telinga mengakibatkan inflamasi, eksfoliasi
epitel superfisial, massa debris yang mengandung hifa, supurasi dan nyeri.
Karakteristik yang paling banyak ditemukan pada pemeriksaan telinga adalah
munculnya debris tebal berwarna putih keabu-abuan.18
2.2.5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis
eksterna pada umumnya yaitu otalgia dan rasa penuh ditelinga sebagai gejala
yang paling banyak dijumpai, kemudian diikuti dengan gatal, otorrhea dan
kurangnya pendengaran pada telinga.14
Pada Pemeriksaan fisik, liang telinga akan tampak berwarna merah,
ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini kebagian luar akan dapat meluas
sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang
terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai
kedalam, sampai kemembran timpani, maka akan dapat mengeluarkan cairan
serosanguinos.14
Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati juga
adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang

berwana putih dan panjang dari permukaan kulit, hilangnya pembengkakan


signifikan pada dinding kanalis, dan area melingkar dari jaringan granulasi
diantara kanalis eksterna atau pada membran timpani serta cairan yang encer.14

Gambar 2.3 Otomikosis

2.2.6. PENEGAKKAN DIAGNOSA


Diagnosa didasarkan pada :
a. Anamnesis
Adanya keluhan rasa gatal, nyeri dalam telinga, adanya sekret yang keluar
dari telinga. Kecendrungan beraktifitas yang berhubungan dengan air
misalnya berenang, menyelam dan sebagainya.15
b. Pemeriksaan Klinis
Dapat ditemukan gejala dan tanda, antara lain :

Rasa gatal
Hal ini disebabkan terjadinya eksfoliasi kulit oleh jamur yang tumbuh
sehingga terjadi pengelupansan kulit yang kemudian bercampur dengan
jamur itu sendiri membentuk masa debris yang basah. Masa basah ini
selanjutnya mengirirtasi kulit liang telinga yang suah terkelupas
sehingga timbul rsa gatal.

Sakit pada telinga


Keluhan sakit pada dasarnya merupakan keluhan lanjutan setelah gatal
dan liang telinga dikorek-korek, sehingga membuat trauma dan dapat
menimbulkan reaksi radang yang diikuti infeksi bakteri.

Perasaan tidak enak


perasaan tidak enak pada liang telinga dirasakan difus sehingga
penderita sendiri sukar untuk menerangkannya.

Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran biasanya ringan akibat adanya massa seperti
bisa yang besar pada liang telinga yang terutama disebabkan oleh jamur
Aspergillus niger.

Telinga berair
Cairan telinga dapat bervariasi mulai dari serous seropurulent sampai
pada cairan berwarna krem dan kehitam-hitaman.

Tinitus
10

Keluhan ini sering menetap dan sangat mengganggu penderita sehingga


sering menyebabkan penderita dating berobat tanpa disertai gejala atau
lainnya yang berarti. Tinitus ini mungkin hanya disebabkan oleh
sumbatan debris dalam liang telinga yang menekan gendang telinga.
Keluhan ini akan hilang setelah debris ini diangkat.
c. Pemeriksaan Penunjang

Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang telinga KOH 10%
akan tampak hifa-hifa lebar, bersemptum dan kadang-kadang dapat
ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.14

Pembiakan : skuama dibiakkan pada media agar saboraud dan


diletakkan pada suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu
berupa koloni filament berwarna putih, dengan mikroskop ttampak hifahifa lebar ddan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan
spora berjejer melekat pada permukaannya.14

2.2.7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering ,
jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan
barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas.
Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan.15
Pengobatan yang dapat diberikan seperti :
1. Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang
telinga biasanya dapat menyembuhkan.

11

2.

Larutan Iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung antibiotik


dan steroid yang diteteskan ke liang telinga.

3. Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik,


seperti preparat yang mengandung nystatin, ketokonazole, klotrimazole,
dan anti jamur yang diberikan secara sistemik.
Tabel 2.1 Obat dan Sediaan Topikal21
Obat Anti Jamur
Clotrimazole 1%

Sediaan
Cream

Pemakaian
1 kali sehari selama 2 minggu

Bifonazole 1%
Micconazole 2%
Ketokonazole 2%
Cresylate
Aluminium asetat 0,5%
Fluconazole
Asam boric
Asam asetat 1%
Cyclopirox olamine 11%
Econazole 1%

Solutio
Cream
Cream
Solusio
Solusio
Solusio
Solusio
Solusio
Cream
Cream

1 kali perhari (4-15 hari)


2 kali sehari selama 2-4 minggu
2-3 minggu
3 kali perhari (1-3 minggu)
1-3 minggu
0,2% 3 kali (21 hari)
5 tetes, 3 kali sehari
3-5 tetes, 6 kali perhari
1 minggu
1 kali (2 minggu)

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak


secara komplit mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen
diatas tidak menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps
kembali. Hal ini menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan anti
jamur topikal, juga harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius eksternus
itu sendiri, yakni dengan tidak melakukan manuver-manuver pada daerah
tersebut, mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban,
mendapatkan terapi yang adekuat ketika menderita otitis media, juga
menghindari situasi apapun yang dapat merubah homeostasis lokal. Semuanya

12

apabila dijalankan dengan baik, maka akan membawa kepada resolusi komplit
dari penyakit ini.16
2.2.8. KOMPLIKASI
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari
membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang
terjadi, dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi
membran timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari
membran timpani sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka
insiden terjadinya perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian
berkisar antara 12-16% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala
dini untuk memprediksi terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran
timpani sepertinya merupakan konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial
dari telinga luar ataupun merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari
kulit sekitarnya.17
2.2.9. PROGNOSIS
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat
terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi
( penyembuhan ) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko
kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya
tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius
eksternus masih terganggu.1

13

BAB III
KESIMPULAN
1. Otomikosis merupakan penyakit inflamasi telinga luar yang disebabkan oleh
infeksi jamur, dan dapat menyebabkan inflamasi difus di kulit meatus yang
bisa menyebar ke auricula maupun lapisan epidermal membran timpani.
2. Penyebab terbanyak dari otomikosis adalah Aspergillus dan candida.
3. Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis eksterna
pada umumnya yaitu otalgia dan rasa penuh ditelinga sebagai gejala yang
paling banyak dijumpai, kemudian diikuti dengan gatal, otorrhea dan
kurangnya pendengaran pada telinga.

14

4. Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering, jangan
lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dan dianjurkan
pemakaian anti fungal.

15

Anda mungkin juga menyukai