PENDAHULUAN
ini
bervariasi
berdasarkan
perbedaan
area
geografis
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
2.1.1 Telinga Luar
Organ pendengaran dibagi menjadi telinga luar, tengah dan dalam. Daun
telinga yang berada disamping kepala hanya sebagian dari organ pendengaran
sebenarnya dan merupakan lipatan kulit yang terdiri dari tulang rawan. Hanya
cuping telinga atau lobulus yang tidak memiliki tulang rawan, tetapi terdiri
dari jaringan lemak dan jaringan fibrosa.8,9
(gambar)
Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus. Auricula
atau pinna merupakan bagian terluar dari telinga luar dan mengelilingi lubang
meatus acusticus externus. Auricula berfungsi mengumpulkan gelombang
suara dan menghantarkan gelombang tersebut ke meatus acusticus. Meatus
acusticus
externeus
memiliki
panjang
lebih
kurang
2,5
cm
yang
mekanisme pembersihan dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah
membran timpani sehingga kotoran menumpuk. Penimbunan sel-sel kulit yang
mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam
saluran ketika mandi dan berenang. Kulit yang basah dan lembab pada saluran
telinga lebih mudah terinfeksi oleh jamur.5
Jamur tumbuh subur pada daerah beriklim tropik dengan suhu 12-35 oC.
Siklus hidup jamur yang ditemukan di liang telinga adalah sekitar 2 minggu.
Berenang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi pada banyak
kasus. Hal ini disebabkan karena berenang memberikan kelembaban yang
cukup tinggi sehingga jamur dapat tumbuh menjadi banyak atau dapat
menurunkan resistensi kulit melalui maserasi yang menyediakan medium yang
baik bagi pertumbuhan jamur.19
Jamur tumbuh pada lapisan permukaan atas epitel dan pertumbuhannya
menyebabkan gatal dan rasa tidak nyaman pada telinga. Reaksi lokal sewaktuwaktu dapat menjadi reaksi atopik yang berat jika pasien sangat rentan
terhadap jenis jamur. Vesikulasi dan ulserasi dapat terjadi.20
Urutan perubahan patologik yang diakibatkan oleh jamur pada dinding
liang telinga sebagi berikut :
1. Terjadi implantasi pada liang telinga luar
2. Diikuti oleh pertumbuhan organism yang kecepatannya tergantung kepada
keadaan temperatur, kelembaban atau iritasi yang sudah ada sebelumnya.
3. Invasi pada epitel mengelupas secara alami terjadi untuk mengatasi infeksi
dengan melepaskan sel-sel epitel bagian atas.
Rasa gatal
Hal ini disebabkan terjadinya eksfoliasi kulit oleh jamur yang tumbuh
sehingga terjadi pengelupansan kulit yang kemudian bercampur dengan
jamur itu sendiri membentuk masa debris yang basah. Masa basah ini
selanjutnya mengirirtasi kulit liang telinga yang suah terkelupas
sehingga timbul rsa gatal.
Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran biasanya ringan akibat adanya massa seperti
bisa yang besar pada liang telinga yang terutama disebabkan oleh jamur
Aspergillus niger.
Telinga berair
Cairan telinga dapat bervariasi mulai dari serous seropurulent sampai
pada cairan berwarna krem dan kehitam-hitaman.
Tinitus
10
Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang telinga KOH 10%
akan tampak hifa-hifa lebar, bersemptum dan kadang-kadang dapat
ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.14
2.2.7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering ,
jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan
barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas.
Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan.15
Pengobatan yang dapat diberikan seperti :
1. Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang
telinga biasanya dapat menyembuhkan.
11
2.
Sediaan
Cream
Pemakaian
1 kali sehari selama 2 minggu
Bifonazole 1%
Micconazole 2%
Ketokonazole 2%
Cresylate
Aluminium asetat 0,5%
Fluconazole
Asam boric
Asam asetat 1%
Cyclopirox olamine 11%
Econazole 1%
Solutio
Cream
Cream
Solusio
Solusio
Solusio
Solusio
Solusio
Cream
Cream
12
apabila dijalankan dengan baik, maka akan membawa kepada resolusi komplit
dari penyakit ini.16
2.2.8. KOMPLIKASI
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari
membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang
terjadi, dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi
membran timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari
membran timpani sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka
insiden terjadinya perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian
berkisar antara 12-16% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala
dini untuk memprediksi terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran
timpani sepertinya merupakan konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial
dari telinga luar ataupun merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari
kulit sekitarnya.17
2.2.9. PROGNOSIS
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat
terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi
( penyembuhan ) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko
kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya
tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius
eksternus masih terganggu.1
13
BAB III
KESIMPULAN
1. Otomikosis merupakan penyakit inflamasi telinga luar yang disebabkan oleh
infeksi jamur, dan dapat menyebabkan inflamasi difus di kulit meatus yang
bisa menyebar ke auricula maupun lapisan epidermal membran timpani.
2. Penyebab terbanyak dari otomikosis adalah Aspergillus dan candida.
3. Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis eksterna
pada umumnya yaitu otalgia dan rasa penuh ditelinga sebagai gejala yang
paling banyak dijumpai, kemudian diikuti dengan gatal, otorrhea dan
kurangnya pendengaran pada telinga.
14
4. Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering, jangan
lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dan dianjurkan
pemakaian anti fungal.
15