Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

AKUT ABDOMEN

Oleh:
Anna Erliana O. 0510002
Dewi Maria 0510
Grady Garfendo 0710076
Kurnia Baraq 0710081
Yudi Agstinus 0710195

Pembimbing:
dr. Roys P., SpB, FINACS

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
2011

1
PENDAHULUAN

Akut abdomen merupakan suatu keadaan yang terjadi secara tiba-tiba dimana
gejala utama yang timbul adalah nyeri perut dan dapat mengancam nyawa serta
untuk penanggulangannya biasanya diperlukan tindakan pembedahan. Kejadian ini
akut abdomen ini sering ditemukan di lingkungan medis.

Umumnya penatalaksanaan pasien dengan nyeri akut abdomen tidak menjadi


hal yang mudah karena merupakan tantangan tersendiri bagi seorang dokter untuk
dapat menegakkan diagnosis penyebab akut abdomen. Keputusan untuk tindakan
pembedahan harus segera ditegakkan karena setiap keterlambatan yang terjadi dapat
menimbulkan penyulit yang berakibat meningginya angka morbiditas dan
mortalitas.

Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya bergantung kepada kemampuan


menentukan analisis yang baik dari data anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang diperoleh. Pengetahuan mendalam mengenai anatomi
dan fisiologi abdomen beserta isinya berperan penting dalam menyingkirkan sekian
banyak kemungkinan yang dapat menjadi penyebab nyeri perut akut.

Bila pasien masuk dengan nyeri abdomen yang hebat, dokter harus
mempunyai pola pemikiran untuk membuat diagnosis banding. Pentingnya
mempersempit diagnosis banding menjadi satu pilihan utama oleh karena
diperlukannya penetapan keputusan bilamana seorang pasien membutuhkan
tindakan operasi. Acuan utama pada nyeri abdomen adalah nyeri abdomen yang
sangat hebat, yang tampak pada pasien yang sebelumnya sehat dan berlangsung
sedikitnya selama 24 jam serta terkadang memerlukan tindakan operasi.

2
AKUT ABDOMEN

2.1. Definisi
Akut abdomen didefinisikan secara umum sebagai proses yang terjadi intraabdominal
yang menyebabkan rasa nyeri yang hebat dan timbul mendadak, yang dapat cepat memburuk
dan mengancam nyawa dan membutuhkan tindakan operasi.1,8
Merupakan keadaan yang membutuhkan keputusan atau penilaian yang cepat untuk
penatalaksanaannya. Istilah akut abdomen menunjukkan keadaan rasa sakit yang tiba-tiba dan
hebat pada abdomen yang berlangsung kurang dari 24 jam. 2
Ini merupakan keadaan yang membutuhkan diagnosis yang cepat dan spesifik.
Penatalaksanaannya biasanya membutuhkan tindakan operasi. 1

2.2. Etiologi
Keadaaankeadaan yang dapat menyebabkan akut abdomen dapat dibagi menjadi 6
bagian besar kategori :
1. Inflamasi
Kategori inflamasi ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bakterial dan kimiawi.
Contoh yang sering terjadi dari bakterial seperti appendicitis akut, divertikulitis, dan
beberapa kasus Pelvic Inflammtory Disease. Contoh yang kimiawi antara lain
perforasi, ulkus peptikum dimana kandungan asam lambung menyebabkan reaksi
peritoneal.
2. Mekanik
Contoh penyebab mekanik seperti keadaan obstruksi. Contohnya hernia inkarserata,
perlengketan, intussusepsi, malrotasi usus dengan volvulus, atresia kongenital atau
stenosis usus. Penyebab tersering obstruksi mekanik usus besar adalah Ca Colon.
3. Neoplasma
4. Vaskular
Kelainan vaskular yang menyebabkan keadaan akut abdomen contohnya adalah
thrombosis atau embolisme A. mesenterika. Ketika aliran darah terhenti, timbul
nekrosis jaringan, dengan ganggren usus yang terjadi pada usus.
5. Defek Kongenital
Suatu defek kongenital dapat melibatkan tindakan operasi segera kapan saja dari sejak
saat kelahiran (contoh: atresia duodenum, omphalocele atau hernia diaphragmatica)
sampai bertahun-tahun setelahnya seperti pada malrotasi usus kronik.

3
6. Trauma
Penyebab traumatik dari akut abdomen bervariasi dari luka tusuk dan tembak sampai
luka tumpul abdominal yang menyebabkan keadaan seperti ruptur lien. Riwayat
kejadian trauma harus jelas. 1

2.3. Diagnosis
Nyeri, anoreksia, mual, muntah dan demam merupakan manifestasi khas suatu
kelainan akut abdomen. Tanda penting pada pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan
'defence musculair' dan perubahan dalam peristaltik usus. Namun, pembeda kritis
bukan antara abdomen akut dan non-akut, tetapi antara abdomen bedah dan abdomen
nonbedah. Identifikasi abdomen bedah tergantung atas penggunaan tiga komponen
diagnostik dasar: anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes penyokong.

2.3.1. Anamnesis
Onset
Sejak kapan mulai dirasakan?
Berapa lama nyeri berlangsung?
Nyeri
Apakah nyeri yang dirasakan timbul secara tiba-tiba atau bertahap?
Dimanakan lokasi awal nyeri, dan dimanakah lokasi nyeri saat ini?
Apakah lokasi nyeri berpindah?
Apakan nyeri menyebar ke lokasi lain?
Seperti apa nyeri yang dirasakan?
Apa yang dapat mengurangi nyeri?
Apa yang memperberat nyeri?
Muntah
Kapan mulai timbul muntah?
Bagaimana hubungan antara muntah & nyeri?
Seberapa sering pasien muntah?
Apa yang dimuntahkan?
Riwayat penyakit dahulu
Pernahkan mengalami keluhan nyeri yang serupa?

4
Defekasi
Adakah perubahan dalam defekasi?
Kapan BAB terakhir & seperti apa?
Riwayat Menstruasi
Gejala Lainnya
Nafsu makan, gangguan menelan, penurunan berat badan, peningkatan lingkar
pinggang, demam
Gejala Akut Abdomen
Nyeri
Lokasi nyeri,
Onset dan progresifitas nyeri,
Jenis nyeri
Karakteristik
Yang mengurangi dan memperburuk

Lokasi nyeri : nyeri perut atas


Ulkus gaster atau duodenum
Cholecystitis, Cholangitis
Pancreatitis
Appendicitis (dini)
Hepatitis atau Abscess hepar
Extra abdomen :
o Pleuritis, Pneumonia lobaris inferior, Pneumothorax
o Pericarditis, Infark miokard, Angina
o Pyelonephritis, Colik renal
Nyeri Abdomen tengah:
Gangguan (dini)
Obstruksi usus halus atau gangren
Pancreatitis
Gastroenteritis
Emboli mesenterium/thrombosis
Diseksi aorta
Adenitis mesenterik

5
Diverticulitis sigmoid (dini)
Nyeri Abdomen bawah :
Obstruksi Colon atau gangren
Gangguan
Adenitis mesenterik
Divertikulitis
Abscess pyosalphinx yang pecah
Tortio tubo-ovarian
Kehamilan ektopik

Onset dan progresifitas nyeri


Nyeri generalisata yang teramat sangat berbahaya perforasi organ
berongga, ruptur aneurisma, kehamilan ektopik maupun abscess.
disertai gejala sistemik: takikardia, berkeringat, takipnea, dan syok.
Nyeri ringan yang berkembang jadi berat dalam 1-2 jam dapat :
Cholecystitis akut,
Pancreatitis akut,
Strangulasi usus,
Infark mesenterika,
Colik ginjal atau ureter,
Obstruksi usus halus letak tinggi

6
Nyeri gradual :
Appendicitis akut
Hernia inkarserata
Pancreatitis
Obstruksi usus halus letak rendah
Obstruksi usus besar
Ulkus peptikum tanpa komplikasi,
Gangguan sistem genitourinaria dan ginekologis.

Jenis nyeri
Nyeri viseral
Nyeri viseral perangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut.
Tarikan / peregangan /kontraksi yang berlebihan pada otot iskemia nyeri
Tidak dapat dengan tepat menunjukkan letak nyeri
Foregut : lambung, duodenum, sistem hepatobilier, pancreas nyeri di ulu
hati atau epigastrium
Midgut : usus halus dan usus besar sampai pertengahan Colon transversum
nyeri disekitar umbilicus.
Hindgut : pertengahan usus besar dari Colon transversum hingga Colon
sigmoid nyeri di sekitar perut bawah
Nyeri somatik
Perangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi.
Nyeri seperti ditusuk atau disayat dan pasien dapat menunjukkan secara tepat letaknya
dengan jari.
Nyeri pindah
Berkembang sesuai dengan proses patologinya.
Nyeri pada permulaan, lokasinya dapat berbeda dengan lokasi nyeri pada saat
penderita berobat.

Nyeri alih / referal


Suatu segmen persarafan melayani >1 daerah
Rasa nyeri pada daerah yang jauh dari lokasi organ yang mengalami stimulus

7
Organ atau struktur Saraf Tingkat
Persarafan
Bagian tengah diafragma N. frenikus C 3-5
Tepi diafragma, lambung, Pancreas, Pleksus seliakus Th 6-9
kandung empedu, usus halus
Apendiks, Colon proksimal, organ panggul Pleksus mesenterikus Th 10-11
Colon distal, rektum, ginjal, ureter, testis N. splanknikus Th 11 L1
kaudal
Buli-buli, rektosigmoid Pleksus hipogastrikus S2 - S4

Jenis nyeri :
Karakteristik nyeri
Nyeri Kontinu
rangsangan peritoneum
parietal
dirasakan terus-menerus
karena berlangsung terus
misalnya reaksi radang

Nyeri Kolik
Nyeri viseral karena spasme
otot polos organ berongga & hambatan pasase dalam organ tsb
Trias kolik : nyeri perut yang kumatan, mual muntah, gerak paksa.
Keadaan yang memperberat dan memperingan
Posisi yang nyaman
berbaring terlentang tanpa bergerak pada peritonitis
berjalan dengan membungkuk Appendicitis,
pasien berbaring dengan kaki menekuk peradangan yang merangsang M. psoas
(Appendicitis, Abscess M. psoas)
Nyeri yang bertambah pada saat bernafas : nyeri Pleuritis, Peritonitis, Abscess
peritoneum, distensi abdomen karena obstruksi intestinal, Cholecystitis
Karakteristik dari muntah
tidak disertai cairan empedu : Stenosis pylorus.
berulang bercampur empedu : awal obstruksi usus halus proksimal.

8
pada obstruksi usus halus distal dan obstruksi usus besar, muntah yang terjadi
didahului dengan rasa mual yang berkepanjangan, akhirnya muntah disertai faeces.
Waktu muntah
sangat berat dan persisten : strangulasi dari usus halus atau Pancreatitis akut.
timbul pada puncak nyeri: kolik renal atau kolik intestinal.
Pada akut abdomen biasanya muntah timbul setelah rasa nyeri, sedangkan pada
gastroenteritis, muntah timbul mengawali rasa nyeri.

Konstipasi
obstruksi usus besar akan bisa BAB dan flatulen sama sekali,
obstruksi pada usus halus dapat tidak menimbulkan konstipasi.

Diare
Diare yang disertai darah Colitis ulserativa, Crohns disease, disentri Basiler atau
Amuba.
Nyeri abdomen yang disertai BAB dengan lendir dan darah intussusepsi.
Jaundice kelainan pada traktus hepatobilier
Hematokezia atau hematemesis lesi gastroduodenal
Hematuria kolik uretra, sistitis
Disuria pielitis, adanya batu, hidronefrosis akut, Abscess pelvis yang mengenai
Vesika urinaria, Abscess appendiks yang mengiritasi Ureter kanan.
menstruasi KET dan Endometriosis.
PID Leukorrhea dan Dismenore

Observasi umum
nyeri kolik banyak bergerak
nyeri parietal (Appendicitis, Peritonitis) diam

GEJALA SISTEMIK
Demam
Abdomen
Inspeksi
distensi abdomen.
distensi abdomen dengan bekas luka op adhesi usus halus.

9
gerak peristaltik yang tampak pada dinding abdomen obstruksi usus.
Auskultasi
bising usus meningkat yang disertai kolik obstruksi pada usus halus atau
adanya Pancreatitis pd fase awal.
bising usus yang menurun obstruksi usus tahap lanjut ataupun Peritonitis
difus.
Palpasi
nyeri tekan abdomen iritasi/peradangan pada Peritoneum dibawahnya
nyeri lepas iritasi/peradangan pada Peritoneum
deffence muskular bervariasi tergantung perangsangan, jenis iritan
Pemeriksaan Laboratorium
Hb rendah perdarahan yang tersembunyi.
leukositosis infeksi.
syok hipovolemik. pemeriksaan elektrolit, ureum dan kreatinin
Analisis Gas Darah hipotensi, peritonitis generalisata, Pancreatitis, dan sepsis untuk
mengantisipasi terjadinya asidosis
Peningkatan amilase serum Pancreatitis
kelainan hepatobilier tes fungsi hati ( bilirubin serum, alkali fosfatase, SGOT,
SGPT, albumin dan globulin)

Foto Rontgen
bayangan udara pada rongga abdomen.
udara bebas bawah difragma perforasi organ berongga
air fluid level obstruksi intestinal
Obliterasi bayangan M. psoas perdarahan dari cedera ginjal, Pyomiositis M.psoas,
Abscess M.psoas, ataupun Abscess retroperitoneal.
Bayangan opak sepanjang canalikuli dan Tractus urinarius batu saluran kemih.
Appendicitis akut : peradangan dari Appendix vermikularis atau umbai cacing yang
terjadi secara akut
infeksi bakteri
sumbatan lumen Appendix merupakan faktor faktor pencetus
Konstipasi menaikan tekanan intracaecal sumbatan fungsional appendix &
meningkatnya pertumbuhan kuman flora normal Colon
Demam ringan 37,5 -38,50C, bila suhu tinggi kemungkinan sudah terjadi perforasi.

10
Kembung pada penderita dengan perforasi
Penonjolan pada perut kanan bawah berupa massa atau Abscess peripendikuler
nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik McBurney
Rovsing sign (+)
Blumberg sign (+)
Colok dubur
Untuk mengetahui letak appendiks dilakukan uji psoas dan uji obturator

Pemeriksaan fisik
Demam ringan 37,5 -38,50C, bila suhu tinggi kemungkinan sudah terjadi perforasi.
Kembung pada penderita dengan perforasi
Penonjolan pada perut kanan bawah berupa massa atau Abscess peripendikuler
nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik McBurney
Rovsing sign (+)
Blumberg sign (+)
Colok dubur
Untuk mengetahui letak appendiks dilakukan uji psoas dan uji obturator
jumlah leukosit mengikat membantu menegakkan diagnosis

11
USG dapat meningkatkan akurasi diagnosis

Kurang lebih 10 % penderita nyeri akut abdomen berusia sangat tua dan sangat muda.
Pasien di atas usia 65 tahun mempunyai dua kali insidensi penyakit bedah (30%) sebagai
sebab nyeri abdomennya dibandingkan pasien di bawah usia 65 tahun. Pada kelompok usia
dewasa, wanita lebih sering menderita nyeri abdomen dibanding pria, tetapi pria yang me-
nampilkan gejala ini mempunyai insidens penyakit bedah yang lebih tinggi. Sistem
genitourinarius lazim menyebabkan nyeri abdomen pada wanita. Dalam urutan penyajian
lebih jarang, sebab genitourinarius yang lazim pada wanita meliputi penyakit peradangan
pelvis, infeksi tractus urinarius, dismenore dan kehamilan ektopik. 1
Rasa nyeri merupakan keluhan utama yang jelas pada pasien akut abdomen, sangat
penting untuk mengetahui asal, lokasi, penjalaran, dan sifat nyerinya. Ada tiga jenis mulainya
nyeri abdomen: ekplosif (tiba-tiba), cepat dan perlahan-lahan.
Pasien yang mendadak dicekam nyeri eksplosif menderita sekali, contoh: pecahnya
viskus berongga ke dalam cavitas peritonealis bebas atau 'vascular accident' berkelanjutan.
Kolik berasal dari ginjal dan saluran empedu bisa dimulai mendadak, tetapi jarang
menyebabkan nyeri begitu parah, sehingga pasien tak berdaya. Pasien dengan nyeri yang
cepat dimulai dan yang cepat memburuk mungkin menderita pankreatitis akuta, trombosis
mesenterica atau strangulasi usus halus. Pasien dengan nyeri yang dimulai perlahan-lahan
mungkin menderita peradangan peritoneum (peritonitis), seperti yang terlihat dalam
appendicitis atau divertikulitis.
Keparahan nyeri ditandai sebagai menyiksa, parah, tumpul atau seperti kolik. Nyeri
menyiksa tidak berespon terhadap narkotik menggambarkan suatu lesi vaskular akut seperti
ruptur aneurisma abdominalis atau infark usus. Pasien infark usus halus khas menderita nyeri
melebihi proporsi gambaran fisik dan laboratorium. Nyeri yang parah tetapi mudah diken-
dalikan oleh obat merupakan khas peritonitis akibat viskus yang pecah atau pankreatitis akuta.
Nyeri tumpul, samar-samar yang sukar dilokalisasi, menggambarkan suatu proses peradangan
dan merupakan tanda awal appendicitis. Nyeri kolik yang ditandai sebagai kram dan dorongan
('rush') menggambarkan gastroenteritis. Nyeri akibat obstruksi usus halus mekanik juga
bersifat kolik, tetapi mempunyai pola berirama dengan interval bebas nyeri bergantian dengan
kolik hebat. Dorongan peristaltik bisa terdengar selama kolik hebat Dorongan peristaltik yang
menyertai gastroenteritis tidak perlu terkoordinasi dengan nyeri kolik.1
Gambaran klinik sangat penting, berhubungan dengan lokasi distribusi nyeri pada
organ yang terkena. Tempat nyeri abdomen mencerminkan jenis rangsangan saraf dan asal

12
embriologi organ. 8 Persepsi nyeri abdominal, awalnya nyeri bersifat visceral kemudian
menjadi somatis. Viscera abdominal dan viscera peritoneum dipersarafi oleh saraf sensoris
dari T5 L3. Aliran saraf yang menuju ke viscera tersebut sangat sedikit sehingga rasa
nyerinya itu samar-samar sehingga sulit menentukan lokasi nyerinya. 1
Sensasi nyeri yang sukar dilokalisasi dari abdomen diperantarai melalui susunan
saraf autonom yang berhubungan dengan visera intraabdomen disebut nyeri viscera.
Penyebab nyeri visceral adalah tegangan pada serabut otot yang disebabkan oleh regangan
dari dindingnya, spasme otot atau regangan dari kapsul organ. Kontraksi peristaltik yang kuat
timbul untuk mencegah terjadinya obstruksi. Rasa nyeri yang berhubungan dengan obstruksi
itu terasa hebat dan dapat timbul kram tetapi bersifat intermitten, dengan adanya interval
tanpa rasa nyeri yang disebut kolik. Iskemik dari otot visceral menimbulkan rasa sakit karena
ususnya kehilangan kemampuan peristaltik dan menjadi terdistensi. Nyeri visceral dengan
penyebab iskemik paling sering terjadi akibat strangulasi usus pada hernia atau volvulus.
Penyebab yang jarang contohnya thrombosis mesenterika akut.1
Peritoneum parietale yang membatasi ruang abdominal dengan permukaan difragma
mendapat persarafan sensoris dari saraf somatis dar T6L1. Ketika peritoneum parietale
teriritasi, timbul nyeri somatik. Nyeri somatik bersifat terlokalisasi dan terjadi spasme pada
kelompok ototnya dan dipersarafi berasal dari sumber asal nyerinya. Contohnya rasa nyeri
dan spasme otot di RLQ biasanya yang dihubungkan dengan appendicitis disebabkan oleh
inflamasi peritoneum parietal di RLQ. Tanda pada abdomen pada perforasi ulkus peptikum
nyerinya bersifat menyeluruh karena adanya difusi cairan asam pada ruang peritoneal yang
menyebabkan iritasi hebat pada seluruh peritoneum parietal.
Nyeri alih adalah rasa nyeri yang terjadi pada tempat lain dari asal nyeri yang
dipersarafi dari segmen persarafan yang sama. Nyeri visceral dibagi menjadi tiga lokasi pada
abdomen. Lokalisasi nyerinya menunjukkan organ yang terkena. Nyeri Epigastric
dihubungkan dengan organ yang dipersarafi oleh T6-T8, lambung, duodenum, pankreas,
hepar serta saluran biliaris dan peritoneum parietal yang berhubungan. Nyeri perimubilical
berhubungan dengan persarafan dari T9-T10 dan termasuk usus halus, appendix, dan ureter
bagian atas. Nyeri Hipogastric berhubungan dengan persarafan dari T11- T12, Colon,
kandung kemih, bagian bawah ureter dan uterus. 1,6

Bagan persarafan sensoris yang mempersarafi organ visceral


6

Organ Jalur persarafan Tingkat Sensoris


Hepar, Limpa, dan bagian N. phrenicus C3- C5

13
tengah Diafragma
Difragma perifer, lambung, Pleksus celiaca dan N T6 T9
pankreas, kantung empedu dan splanchnicus
usus halus
Appendix, colon, dan organ Pleksus mesenterica dan N. T10 T11
dalam pelvis splanchnicus
Colon sigmoideum, N. splanchnicus bagian T11 L1
rektum,ginjal,ureter dan testis terendah
Kandung kemih dan Pleksus hipogastrika S2-S4
Rectosigmoid

Nyeri 'flank' dan nyeri dalam angulus costrovertebralis berhubungan dengan batu ginjal
atau ureter atau dengan pyelonephritis. Nyeri ginjal bisa juga disertai dengan nyeri dalam
testis ipsilateral. Iritasi diaphragma bisa menyebabkan nyeri dalam daerah distribusi C4.
Sehingga proses peradangan hati atau limpa atau kumpulan cairan subdiaphragma akibat
ulkus perforata bisa mengalihkan nyeri ke bahu. 8

2.3.2. Pemeriksaan Fisik


Bila pasien datang dengan nyeri abdomen, maka anamnesis yang tepat dan teliti
merupakan dasar yang penting untuk diagnosis., tetapi keputusan tentang apakah dioperasi
atau tidak, dibuat atas dasar pemeriksaan fisik yang harus dilakukan dengan teliti dan
sistematik. 8
6 langkah pemeriksaan fisik mencakup :
(1) inspeksi,
(2) auskultasi,
(3) perkusi
(4) palpasi,
(S) pemeriksaan rectum/genitalis
(6) pemeriksaan tanda khusus

Inspeksi
-
Posisi penderita.
Pada kolik yang berat penderita tidak dapat berbaring dengan tenang.
Penderita dengan peritonitis berbaring tenang dengan kedua lututnya ditekuk
meskipun ada rasa nyeri yang hebat.

14
-
Ekspresi muka penderita
-
Frekuensi dan gerakan respirasi
-
Ketegangan m.rectus abdominis
- 9
"darmsteifung " (gerakan peristaltik yang tampak pada abdomen).
Auskultasi 9,1
Pada auskultasi harus diperhatikan suara peristaltiknya. Peristaltik dapat meningkat,
berkurang ataupun hilang sama sekali dengan adanya atau dicurigai akut abdomen.
Peristaltik dikatakan hilang kalau tidak ada suara peritoneal setelah kita mendengarkan
selama beberapa-menit. Tidak ada peristaltik berarti ada ileus paralitik disebabkan oleh
karena iritasi peritoneal yang difus. Sedangkan hiperperistaltik biasanya dijumpai dalam 3
bentuk :
a. Adanya borborygmi yang konstan dan cukup keras serta dapat bervariasi dalam
intensitas, tetapi tidak ada pola tertentu. Itu terdapat pada gastroenteritis akut atau
gangguan pencernaan yang disebabkan oleh gangguan makanan. Peristaltik ini
iramanya tidak tertentu dan variasi intensitasnya terjadi tanpa adanya perubahan rasa
tidak enak di daerah abdomen.
b. Yang lebih jarang lagi tetapi jauh lebih penting adalah suara yang disebabkan oleh
kontraksi ritmis dari intestinum. Ini dijumpai pada obstruksi mekanis yang akut. Pada
keadaan ini, perut sunyi antara dua periode kolik kemudian terdengar borborygmi yang
berangsur-angsur naik intensitasnya: borborygmi ini naik sampai puncak suara yang
paling keras (crescendo), kemudian berangsur-angsur menghilang sampai hanya
terdengar bunyi yang sangat lemah. Penderita menyadari akan timbulnya kejang-
kejang dengan rasa nyeri yang bertambah dan berkurang bersamaan dengan aktivitas
peristaltik. Jika seseorang sudah pernah mendengar crescendo peristaltik yang ritmis
pada sumbatan mekanis akut, ia tidak akan dapat salah mendiagnosisnya.
c. Pada obstruksi partiil yang kronis di usus halus bagian bawah dan ju ga pada fase
penyembuhan dari suatu peritonitis yang difus, suara tinggi seperti bergema dapat
didengarkan karena adanya kontraksi yang periodik: dari usus yang teregang oleh
cairan di dalam rongga ususnya. Di sini tidak ada irama yang teratur pada
peristaliknya. Dapat disertai atau tanpa gejala-gejala kekejangan abdomen.
Suatu bising yang terdengar di episgastrium dapat merupakan tanda penting ischemia
usus kronis. Bruit (bising) pada sisi kiri atau kanan dari garis tengah pada abdomen atas
dapat menunjukkan adanya sumbatan vasa darah ginjal yang berarti. Penemuan suatu

15
bising sangat penting dalam penilaian nyeri abdomen yang samar-samar dan berulang-
ulang.
9, 1
Perkusi
Perkusi yang dilakukan secara halus bermanfaat untuk menentukan daerah nyeri. Juga ini
kerap kali mengungkapkan adanya daerah keredupan yang tidak terduga sebelumnya yang
ada bersama dengan daerah nyeri; ini menunjukkan adanya massa tak dikenal yang
menggeser intestinum. Adanya tanda-tanda shifting dullness (pekak beralih) dapat
merupakan ciri dari perdarahan intra-abdominal setelah suatu trauma pada abdomen. Perlu
diselidiki dengan cermat luasnya daerah pekak hepar dan vesica urinaria.
Palpasi 9,1
Pertama-tama penderita diminta untuk batuk. Kalau ada peradangan peritoneum yang
akut, dengan batuk ini biasanya akan ditimbulkan rasa nyeri yang hebat yang terbatas pada
daerah peradangan. Pemeriksaan dengan cara menimbulkan rasa nyeri dengan batuk ini
sangat bermanfaat; penderita diminta menunjukkan dengan ujung jarinya tempat yang
tepat dimana timbul rasa nyeri tadi. Dengan cara demikian dapat dilokalisir tempat
peradangan tanpa mengadakan palpasi sebelumnya. Jadi pemeriksa dapat menghindari
agar tidak menyentuh daerah ini sampai bagian lain pemeriksaan abdomen telah selesai
dikerjakan.
Penemuan suatu kekejangan dan membedakan antara kejang yang disengaja (atas
keinginan sendiri) dengan kejang spontan. Harus diperhatikan bahwa jangan disakiti.
Pertama-tama tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat. Kejangnya kedua musculus
rectus abdominis dapat dipalpasi dengan cara ini. Tempat yang terasa nyeri dengan batuk
tadi diperiksa setelah semua pemeriksaan selesai kita lakukan.
Cara memeriksa spasmus abdomen. Keseluruhan bagian dari tangan kiri,
diletakkan pada abdomen pada daerah kwadran yang paling jauh dari daerah sakit dan
nyeri tekan: ini harus dilakukan selembut mungkin dalam waktu yang cukup lama untuk
meyakinkan bahwa penderita benar-benar tak kesakitan. Kemudian penderita disuruh
bernapas dalam, sedang jari-jari tangan kiri pemeriksa yang bersinggungan dengan
musculus rectus abdominis, ditekan secara lembut dengan tangan kanan pemeriksa. Pada
saat expirasi bila ada spasmus volunter dari musculus rectus akan selalu teraba di bawah
tangannya: sedang pada spasmus involunter atau spasmus yang sesungguhnya tidak akan
teraba. Otot tersebut akan teraba kaku, padat, tegang seperti bangunan papan. Tidak
perlu di sini mendorong tangan terlalu dalam pada abdomen agar supaya teraba
kekakuan tersebut, dan si pemeriksa tidak boleh menimbulkan rasa sakit.

16
Cara palpasi abdomen yang salah.
Kekakuan yang luas pada kedua musculus rectus menunjukkan adanya iritasi
peritoneal yang difus. Sedangkan spasme segmental pada sebuah m.rectus (spasmus
terbatas pada satu kwadran) dijumpai pada peritonitis yang awal. Tetapi karena tidak ada
ruangan yang rnembatasi penyebaran cairan peritoneum ke satu sisi abdomen, maka
kekakuan yang luas di sepanjang salah satu musculus rectus dengan kelumpuhan flassid
sepenuhnya pada musculus rectus lainnya tidak bisa terjadi sebagai akibat peritonitis atau
iritasi peritoneum. Kekakuan unilateral yang luas (extensif) asalnya dari re fleks. Ini
terkadang ditemukan pada nyeri renal yang akut tetapi mekanismenya belum dimengerti.
Palpasi kedua musculi recti secara bersamaan bermanfaat dalam menilai luas dan sifat
ketegangan abdomen.
Penentuan daerah rasa nyeri tekan. Daerah yang tepat dengan nyeri tekan pada
abdomen, bisa ditentukan dengan pasti dengan palpasi secara halus dengan satu jari
tangan. Appendicitis akut atau cholecystitis akut biasanya berbatas tegas pada daerah
organ itu kecuali kalau telah ada komplikasi peritonitis yang difus. Pemeriksaan ini hanya
bisa dilakukan dengan palpasi yang cermat dan lembut dengan satu jari. Jangan meme-
riksa dengan seluruh permukaan tangan kita; sebab dengan cara ini kita tidak dapat
menentukan luas dan lokalisasi yang tepat. Pemeriksaan dengan perkusi ringan pada
abdomen bisa dilakukan untuk menentukan lokalisasi nyeri tekan.

17
Penentuan daerah rasa nyeri tekan. Daerah yang tepat dengan nyeri tekan pada abdomen,
bisa ditentukan dengan pasti dengan palpasi secara halus dengan satu jari tangan

Palpasi abdomen perlu diikuti dengan pemeriksaan pada daerah pinggang, angulus
costovertebralis dan bagian bawah cavum thoracis. Gunakanlah hanya satu jari saja untuk
memeriksa daerah-daerah ini dengan cermat. Palpasi yang kuat dengan satu jari pada
spatium intercostale bagian bawah kadang-kadang akan menimbulkan rasa sakit yang
kadang-kadang mudah dikelirukan dengan kelainan-kelainan di atas diaphragma. Pada
pemeriksaan rasa nyeri di daerah costovertebral, pemeriksa menggunakan satu jarinya un -
tuk meraba daerah antara columna vertebralis dan costa keduabelas. Rasa sakit di daerah
ini pathognomonis untuk proses peradangan ren, sedangkan rasa nyeri tekan lebih lateral
di atas costa-costa atau di atas tepi pinggang dapat menjadi tanda berbagai keadaan.

Dalam memeriksa nyeri tekan pada daerah angulus costovertebralis maka jari pemeriksa secara
tepat harus diletakkan di antara costa ke12 dan otot-otot vertebral.

Penemuan suatu massa. Pemeriksa sudah menetapkan tempat nyeri tekan tadi tanpa
menimbulkan kesakitan pada penderitanya. Juga sudah ditentukan adalah spasme otot-otot

18
dinding perut dan bagaimana luasnya. Setelah ini dicoba melakukan palpasi abdomen
secara lebih dalam. Kalau ada kekakuan otot-otot dinding perut, palpasi ini tidak akan
dapat kita lakukan. Tetapi walaupun tidak ada kekakuan kita tetap sukar meraba alat-alat
atau massa dalam perut kalau ada rasa nyeri pada penderita. Akan tetapi, dengan palpasi
yang sangat lembut tanpa menyakiti penderita sehingga timbul kekakuan yang disengaja,
seorang klinikus yang berpengalaman dapat menemukan dengan tegas batas-batas massa
yang nyeri tekan seperti vesica fellea yang tegang atau abscess appendicitis.
Perlu kita adakan palpasi pada akut abdomen untuk kedua kalinya setelah
pemberian morphine atau di kamar bedah setelah dinarkose. Jika selalu taat pada
peraturan ini maka massa-massa yang tadinya terabaikan sering dapat diketahui. Juga,
cara ini memungkinkan penilaian yang jauh lebih tepat tentang sifat massa yang sudah
diketahui.
Meraba pulsus. Sifat dan frekuensi nadi merupakan tanda yang penting dari beratnya
penyakit akut abdomen. Pulsus yang lambat, penuh dan reguler tidak akan
mengesampingkan kemungkinan infeksi peritoneal yang hebat, tetapi menunjukkan bahwa
penderita memberi respon baik. Sedangkan nadi meninggi sedang, cepat, tidak teratur,
merupakan sifat khas dari infeksi abdominal yang progresif. Ini merupakan salah satu
tanda yang mengkhawatirkan, walaupun penemuan abdomen minimal. Pulsus yang sangat
cepat dan kecil biasa terdapat pada peritonitis lanjut.
Sesudah pemeriksaan abdomen dilakukan, daerah inguinofemoral dan organ genitalia
externa supaya diperiksa dengan teliti, sehingga tidak mengabaikan adanya hernia
incarcerata strangulasi.
Selama pemeriksaan ini perlu juga meraba arteria femoralis, sebab tidak adanya atau
tidak simetrisnya pulsasi arteria ini (kanan dan kiri), pada keadaan di mana terdapat rasa
nyeri abdomen yang berat dapat merupakan salah satu tanda aneurysma dissectans aorta
abdominalis.
9,1
Pemeriksaan Pelvis dan Rectum
Ini dilakukan paling akhir, tetapi jangan sekali-kali dilupakan. Kelainan pada
cavum Douglas lebih mudah kita raba dengan posisi lithotomi daripada posisi lateral.
Palpasi pada rectum dan cavum Douglas hendaknya kita lakukan secara sistematis; dengan
cara ini lokasi rasa nyeri yang tepat dapat ditentukan dan ini dapat menjadi keterangan
yang berarti dalam menegakkan diagnosis. Juga prostat dan vesicula seminalis perlu
diperhatikan sebab peradangan pada alat-alat ini mempunyai gejala seperti akut abdomen.
Pada wanita, bisa dijumpai pulsasi arteria uterina yang meningkat yang merupakan tanda

19
kehamilan atau krepitasi pada ligamentum latum yang terjadi pada cellulitis bacillus gas
sesudah suatu septik abortus. Diagnosis yang benar dan kadang kadang keselamatan jiwa
penderita bisa tergantung pada hal-hal terperinci semacam itu. Pemeriksaan pelvis dan
rectum supaya diulangi sekali lagi setelah diadakan narkose, jika ada alasan untuk
menunjukkan lesi pelvis.

6,9
Pemeriksaan pemeriksaan Khusus
a. Nyeri batuk.
b. Rebound tenderness (Nyeri tekan lepas).
Rasa nyeri ditimbulkan dengan tekanan yang kuat pada abdomen di tempat yang jauh
dari proses inflamasi yang kita curigai, kemudian tekanan kita lepaskan dengan tiba-
tiba. Tatkala dinding abdomen kembali ke posisi semula, rasa sakit terjadi pada tem -
pat tekanan maupun tempat inflamasinya sendiri. Nyeri tekan lepas yang di sebarkan
ke sisi lain, yang merupakan sisi lesi, merupakan bukti penyokong yang bermanfaat
akan adanya iritasi peritoneal akut yang terbatas di daerah nyeri. Sama bermaknanya
dengan nyeri batuk tadi dan lebih dapat dipercaya karena nyeri tekan lepas ini ada,
meski tidak ada nyeri batuk.
Nyeri tekan lepas yang terdapat dimana-mana menunjukkan iritasi peri toneal yang
difus. Tidak perlu mengerjakan pemeriksaan pada peritonitis difusa yang jelas, sebab
tindakan ini akan memperberat rasa nyeri si penderita. Pada kasus-kasus yang
meragukan terutama penderita-penderita gemuk dengan otot yang tebal dan omentum
yang tebal, "rebound phenomen" sangat berharga untuk menentukan luasnya proses-
proses radang.
c. Iliopsoas test.
Penderita diminta memfleksikan articulatio coxae melawan tahanan yang kita
berikan. Kalau ada proses radang yang letaknya dekat dengan m.psoas, dengan
pemeriksaan tadi penderita akan merasa sakit. Gangguan dalam derajat rendah dapat
diketahui dengan menyuruh panderita berbaring pada sisi yang berlawanan dan
mengextensikan paha pada posisi yang terkena seluas-luasnya.

20
Iliopsoas test

d. Obturator test.
Di sini paha dilipat 90 kemudian diadakan endorotasi dan exorotasi. Rasa nyeri pada
hipogastrium dapat ditimbulkan jika ada massa radang yang letaknya bersentuhan
dengan m.obturator internus. Hal ini mungkin positif jika ada appendicitis pelvis
ataupun timbunan cairan atau darah dalam pelvis.

Obturator test
Perkusi tinju pada dinding thorax anterior bawah. Hasil positif terdapat pada bermacam-
macam keadaan termasuk hepatitis akut. Tanda ini juga positif jika ada cholecystitis
akut.
Perkusi dengan genggaman tangan (Tinju) pada dinding thorax anterior bagian bawah. Intensitas
pukulan dapat dikontrol dengan baik dan memungkinkan untuk melaksanakan cara maneuver ini
dengan kelembutan. Penderita akan merasakan rasa sakit sekejap yang tajam pada keadaan di
mana ada proses inflamasi akut di bawah diaphragma atau hepar pada sisi kanan atau di sekitar
lien dan lambung pada sisi kiri.
e. Nyeri tekan kontralateral. Kadang-kadang sukar membedakan penyakit intrathoracal
yang menyebabkan nyeri abdominal dengan rigiditas atau proses peradangan akut

21
pada abdomen kuadran atas. Tekanan pada sisi berlawanan yang agak dalam menuju
ke arah sisi yang terkena akan memberikan rasa sakit kalau proses ini
intraabdominal, sedang kalau prosesnya di atas diaphragma tidak akan memberi rasa
sakit.
f. Inspiratory arrest (Murphy). Ini ciri khas pada cholecystitis akut. Penderita bernapas
panjang pada saat mana kita adakan tekanan yang dalam pada dinding abdomen kira-
kira di daerah vesica fellea. Kalau hepar turun maka vesica fellea akan teraba oleh
jari kita dan penderita akan merasakan suatu nyeri yang hebat dengan akibat
pernapasan segera berhenti. Dapat positip pada hepatitis akut atau hepar kongestif,
akibat kegagaian jantung akut.
g. Perubahan warna umbilicus (cullen). Warna kulit umbilicus yang kebiru-biruan
mungkin terlihat jika ada hemoperitoneurn yang luas. Ini biasanya merupakan
petunjuk mengenai suatu kehamilan ektopik yang ruptur. Tetapi tanda ini juga positif
pada setiap keadaan di mana ada darah yang banyak pada cavum peritonii. Tetapi
"Cullen" yang negatif bukan berarti tidak adanya perdarahan intraperitoneal. 9

6, 7, 8
2.3.3. Pemeriksaan Penunjang
2.3.3.1. Pemeriksaan Laboratorium
Hitung darah lengkap dan elektrolit serum rutin dilakukan pada pasien yang menderita
nyeri abdomen. Inflamasi intra abdominal dapat meningkatkan peninggian leukosit
meskipun itu tidak selalu benar. Bahkan yang lebih penting dari hitung darah awal adalah
kecenderungan ke arah peningkatan hitung leukosit progresif, yang menunjukkan progresi -
vitas proses peradangan atau sepsis. Pergeseran ke kiri pada hapusan darah tepi merupakan
indikasi kuat lain bagi keadaan peradangan dibandingkan dengan hitung leukosit.
Jika pasien mengalami dehidrasi, riwayat muntah dan diare atau jika mereka
mengkonsumsi obat seperti diuretik yang dapat meningkatkan jumlah serum elektrolit,
seperti konsentrasi serum sodium, potassium, nitrogen urea darah, kreatinin, glukosa,
klorida, dan karbondioksida. Sebagai tambahan, pemeriksaan laboratorium ini dapat
mendeteksi diabetes, gagal ginjal, atau penyakit sistemik lainnya. Pemeriksaan serum
amilase dan lipase dapat membantu mengevaluasi nyeri perut atas akibat pankreatitis.
Meskipun peningkatan serum amilase menyertai pankreatitis tetapi bisa juga menyertai
penyakit lain seperti perforasi ulkus duodenum dan obstruksi usus. Pasien dengan nyeri
perut kanan atas harus dilakukan pemeriksaan bilirubin, alkaline phosfatase, dan serum
transaminase karena kemungkinan dari obstruksi jaundice atau hepatitis akut.

22
Pemeriksaan urine penting dilakukan dan memberikan informasi klinik bermanfaat.
Urinalisis dapat mendeteksi kemungkinan infeksi traktus urinarius, hematuria, proteinuria,
atau hemokonsentrasi. Wanita dengan usia subur yang menderita akut abdomen atau
hipotensi harus memeriksa konsentrasi serum atau urine human chorionic gonadotropin. 8

2.3.3.2 Pemeriksaan X-Ray 6, 7, 8


Film yang didapat dalam seri abdomen akuta secara tradisional merupakan tes
konfirmasi yang terlazim diminta pada pasien ini. Foto polos masih berguna di beberapa
penyakit. X-Ray dapat mendeteksi pneumoperitoneum lebih baik daripada pemeriksaan
radiographic lainnya. Pemeriksaan foto thorax tegak dapat mengetahui adanya udara 1
cm dari diafragma yang masuk ke cavitas peritoneal. Untuk beberapa pasien yang tidak
dapat berdiri pemeriksaan abdomen dengan sikap dekubitus lateral juga dapat
mengetahui pneumoperitoneum.
Gambaran radiografi dengan posisi pasien miring ke kiri dapat mendeteksi 510 ml
udara di bawah dinding abdominal lateral. Udara bebas dalam cavum peritoneal
menunjukkan adanya perforasi pada saluran pencernaan. Perforasi ulkus duodenum
biasanya menimbulkan udara masuk ke dalam cavum peritoneal. Kurang lebih 75%
pasien dengan perforasi ulkus duodenum secara radiografis menunjukkan adanya
pneumoperitoneum. Perforasi lambung dan colon dapat menyebabkan
pneumoperitoneum yang luas. Jumlah pneumoperitoneum juga tergantung pada lama dan
kebocoran perforasi. Foto polos abdomen dapat menunjukkan gambaran
pneumoperitoneum yang luas. Gambaran filmnya menunjukkan perbedaan lapisan serosa
dan mukosa dari dinding usus artinya udara bebas terletak pada permukaan serosa.
Hidropneumoperitoneum ekstensif tampak sebagai gambaran air fluid level. Posisi
supine dapat menunjukkan kumpulan udara di antara dinding abdomen yang tidak
tampak pada usus.
Foto polos dapat juga menunjukkan kalsifikasi abnormal. Kurang lebih 10% batu
empedu dan 90% batu ginjal mengandung kalsium yang cukup yang memberikan
gambaran radioopak. Appendicolith dapat mengkalsifikasi dan secara radiografis tampak
pada 5% pasien appendicitis. Kalsifikasi pankreatitis yang ditandai dengan pankreatitis
kronis tampak pada foto polos, dan kalsifikasi vaskuler dapat membantu evaluasi
aneurisma aorta abdominal, aneurisma areteri visceral, dan atherosklerosis pembuluh
darah visceral.

23
Foto polos abdomen posisi telentang dan tegak dapat menunjukkan obstruksi
gaster; obstruksi usus halus proksimal, tengah, dan distal; dan obstruksi colon.

6, 7, 8
2.3.3.3. Ultrasonografi
Pemeriksaan Ultrasonografi berguna pada pasien dengan nyeri akut abdominal karena
dapat memberikan evaluasi yang cepat, aman, murah pada hepar, kandung empedu, ductus
biliaris, limpa, pankreas, appendix, ginjal, ovarium, dan uterus. USG transabdominal dan
intravaginal dapat membantu evaluasi ovarium, adneksa dan uterus. USG juga dapat
mendeteksi distribusi cairan intra abdominal. USG Colour Doppler membantu evaluasi
pembuluh darah intra abdominal dan retroperitoneal. Aneurisma arteri aorta dan visceral,
thrombosis vena, fistula arteriol venosus, dan kelainan vaskular lainnya dapat dievaluasi
dengan ultrasound. Sayangnya, pada pasien abdominal akut biasanya terdapat udara dalam
jumlah banyak pada abdomen yang mengganggu gambaran sonografi organ abdomen
tetapi tulang, udara dan lemak tidak mengganggu gambaran CT-Scan. Karena itu CT-Scan
menjadi pemeriksaan yang utama pada akut abdomen.

2.3.3.4. CT-Scan 6, 7, 8
Pemeriksaan CT Scan segera untuk abdomen sekarang sering dilakukan. Pemeriksaan
ini terbukti sangat berguna untuk mengevaluasi keluhan abdomen pada pasien yang belum
jelas indikasinya untuk laparotomi atau laparoskopi. CT-Scan sangat berguna dalam
mengidentifikasi udara bebas intraperitoneal yang sangat sedikit dan lokasi daerah inflamasi
yang memerlukan tindakan operasi segera (appendicitis, abscess tubovarian) atau tunda
operasi (diverticulitis, pankreatitis, abscess hepatikum).

3,6,7,8
2.4 . Differensial Diagnosis
Kelainan Pada Saluran Pencernaan :
o Nyeri abdomen yang nonspesifik
o Appendicitis
o Obstruksi usus halus dan usus besar
o Perforasi ulkus peptikum
o Hernia incarcerata
o Perforasi usus
o Diverticulum Meckel

24
o Boerhaave's syndrome
o Diverticulitis
o Inflammatory bowel disorders
o Mallory-Weiss syndrome
o Gastroenteritis
o Gastritis akut
o Adenitis mesenterica
o Infeksi parasit
Kelainan pada hepar, limpa dan traktus biliaris
o Cholecystitis akut
o Cholangitis akut
o Hepatic abscess
o Ruptur tumor hepar
o Ruptur spontan limpa
o Infark splenicus
o Kolik biliaris
o Hepatitis akut
Kelainan pankreas
o Pancreatitis akut
Kelainan saluran kemih
o Kolik ureter atau ginjal
o Pyelonephritis akut
o Cystitis akut
o Infark Renalis
Kelainan ginekologis
o Ruptur kehamilan ektopik
o Tumor Ovarium
o Ruptur kista folikel ovarium
o Salpingitis akut
o Dysmenorrhea
o Endometriosis
Kelainan vaskuler

25
o Ruptur aneurisma aorta dan visceral
o Colitis iskhemik akut
o Thrombosis mesenterica
Kelainan peritoneal
o Abscess intra abdominal
o Peritonitis primer
o Peritonitis tuberculosa
Kelainan retroperitoneal
o Perdarahan peritoneal

26
2.4.1 Tanda- tanda pembeda pada nyeri abdomen bagian atas
Appendicitis Cholecystitis Perforasi Pankreatitis Pneumonia dan Oklusi
akut akut ulkus akut Pleurisy coronary
peptikum
Umur Biasanya < 40 > 40 tahun 30 50 tahun 30 50 tahun Semua umur > 40 tahun
tahun

Jenis Pria = Wanita Wanita , gemuk Jarang pada Terutama pada Pria = Wanita Pria
kelamin wanita wanita

Nyeri Epigastric; Hebat; menjalar 60 70 % ada Onsetnya tiba- Pada abdomen Menusuk;
menjalar ke RLQ; ke punggung riwayat ulkus; tba setelah bagian atas, tidak menjalar ke
sejalan dengan dan bahu; onsetnya tiba- makan banyak; terlokalisasi; bahu dan
penyebarannya berkurang tiba; nyerinya nyerinya hebat diperingan dengan lengan kiri
dengan terus dan konstan; membelat otot
antispasmodik menerus; menjalar ke pernapasan
punggung
Muntah Tidak ada, namun Banyak muntah Tidak banyak Selalu Tidak ada Reflex
selalu terjadi muntah
anoreksia
Penamp Tidak nyeri Tampak lelah Tampak Tampak Tampak Dyspnea;
ilan sampai terjadi karena nyeri kesakitan; kesakitan,terlihat gelisah;pernapasan sianosis;
peritonitis tidak shock bila terjadi grunting gelisah sekali;
menggerakka nekrosis berkeringat;
n perutnya; tekanan darah
tampak shock subnormal
Suhu 99 100F; dapat 99 102 F subnormal Subnormal saat 100 103 F Normal
lebih tinggi onset; sampai
setelah terjadi selanjutnya subnormal
perforasi bervariasi
Rasa Terlokalisasi di Terlokalisasi di Diffuse . Epigastric; Epigastric; tidak Bagian atas
tidak RLQ RUQ banyak pada rebound; menetap; tidak ada abdomen; tapi
enak abdomen menurunnya pembatasan dapat berubah
bagian suara peristaltik gerakan pernapasan dan tidak
atas,kakau abdominal menetap
seperti papan,
tidak ada
suara
peristaltik
Laborat Leukositosis Leukositosis Leukositosis Meningkatnya Sangat leukositosis Leukositosis,
orium serum amilase EKG sangat
membantu
X-Ray Tidak ada Dapat Udara bebas Sentinel Loop X-Ray thorax Tidak ada
gunanya menunjukkan pada 85% 4 usus halus dilakukan gunanya.
batu atau jam setelah
kantung onset
empedu yang
tidak terlihat

Tanda- tanda pembeda pada nyeri abdomen bagian bawah


Appendicitis Obstruksi ureter Salpingitis acuta Kehamilan Diverticulitis
acuta ektopik
Umur Biasanya < 40 < 40 tahun < 40 tahun < 40 tahun > 40 tahun
tahun
Jenis kelamin Pria = Wanita Pria = Wanita Wanita Wanita Pria
Nyeri Epigastric; Berat; seperti Dull; nyeri tetap di Tajam; seperti Kram, nyeri
berpindah ke ditusuk; dimulai LQ; serangan ditusuk LLP; diare
RLQ; konstan dari area lumbar; berulang; nyerinya ( biasanya tidak
dengan menjalar ke hebat; sakit terdiagnosis
eksaserbasi daerah scrotum; punggung; dysuria sampai terjadi
dysuria; frekuensi ruptur )
Menstruasi - - Tidak berubah atau Tidak -
menorrhagia menstruasi; 15
25 % tidak
teratur
Suhu 90 100 F Normal 99 102 F Normal 99 101 F
sebelum perforasi
Rasa tidak Terlokalisasi di Costovetebral; Bilateral LQ; Unilateral LQ; LLQ; berulang;
enak RLQ; berulang tidak di abdomen suprapubic; berulang massa +/- ,
berulang distensi +/-
Pemeriksaan Rasa tidak - Rasa tidak nyaman Rasa tidak -
pelvis dan nyaman di pada pergerakan nyaman yang
Rectal sebelah kanan cervix; sedang pada
pengeluaran pergerakan
purulent cervix; keluar
darah ( berwarna
coklat
kehitaman )
Laboratorium Sedimen normal; Hematuria; Kultur cairan Aschheim- Leukositosis
leukositosis leukositosis - vagina atau cervix Zondek bisa
postif untuk positif atau tidak;
gonococcus; pungsi cul de sac
sedimen sedikit terdapat darah
meningkat
X-Ray Tidak berguna 95 % melihat Tidak membantu Tidak membantu Tidak membantu
batu; Pyelogram meskipun
IV dapat barium X ray
membantu dapat
menunjukkan
diverticulosis
2.5 Penatalaksanaan Akut Abdomen
2.5.1. Penatalaksanaan secara umum 12
1. Puasa

2. Dekompresi lambung dengan cara pemasangan NGT

3. Rehidrasi dengan pemasangan infus

4. Pemasangan Kateter

5. Pemeriksaan Laboratorium:

- Darah rutin

- Amilase, Lipase

- Na, K

- Ureum, Kreatinin

- GDS

6. Rontgen

Foto 2 posisi : - BNO Tegak dan BNO Datar, atau

- LLD dan BNO Datar

Foto 3 posisi : BNO Tegak, LLD, BNO Datar


2.5.2. Penatalaksanaan akut abdomen berdasarkan kegawatan dan gejala
klinis 1

Prioritas Mekanisme Gambaran klinik Penatalaksanaan

I. Nyeri, kolaps, shock Perforasi,hemorrha Nyeri hebat tiba-tiba, Resusitasi segera dan tindak
(catastrophic) seperti ge, shock atau tahap seperti suportif, operasi segera jika
ulkus perforasi,ruptur thrombosis,nekrosi shock, perasaan tidak ada indikasi
kehamilan ektopik, s enak di abdomen,
pankreatitis akut, tegang,reaksi sistemik
thrombosis mesenterica, yang hebat, silent
ruptur aneurisma dan lain- abdomen
lain.
II. Nyeri (intermittent), colic Obstruksi dari Nyeri kram rekuren, Tegakkan diagnosis jika
seperti obstruksi intestinal organ muskular muntah, distensi, noisy memungkinkan, koreksi
akut, kolik obstruksi yang lemah (otot abdomen, reaksi sistemik keseimbangan sistemik,
biliaris, kolik uereter. polos), strangulasi yang ringan sampai berat, operasi segera jika ada
dapat impending -Ray dapat digunakan indikasi
atau ada
III. Nyeri, rasa tidak enak, Iritasi oleh bakteri, Nyeri yang bervariasi, Diagnosis klinik biasanya
inflamasi seperti kimia, faktos biasanya meningkat, rasa memungkinkan, operasi
appendicitis akut, ischemic tidak nyaman yang segera pada appendicitis,
cholecystitis akut, terlokalisasi, lalu diffuse persiapkan waktu untuk
diverticulitis akut, dengan ruptur, spasme semua terapi (cairan,
salpingitis akut otot, biasanya terdapat antibiotik, operasi)
massa, reaksi sistemik
dari yang sedang sampai
berat.

2.5.3. Penyakit spesifik penyebab akut abdomen berdasarkan kategori dari kegawatan dan kebutuhan 1, 4

Operasi Non Operasi


Catastrophe Ruptur organ yang lemah yang Pankreatitis akut
(Prioritas I) spontan atau trauma (ulkus Thrombosis coronary
peptikum, kehamilan ektopik) Dissecting aneurysm (dengan
dengan perdarahan hebat. diagnosis cepat dan keadaan yang
Ruptur organ yang solid terutama memungkinkan dapat dilakukan
trauma (limpa, hati, ginjal) operasi)
Oklusi vaskular akut (kerusakan
mesenterika, obstruksi stragulasi)
Perdarahan hebat, ulkus peptikum,
varises oesophagus.

Colic (Prioritas Obstruksi intestinal akut Kolik biliaris, kolik renal,


II) Appendicitis acuta (kolik dari gastroenteritis, impaksi fecal
fecolith pada lumen)
Inflamasi Appendicitis akut Adenitis mesenterica
(Prioritas III) Cholecystitis akut Enteritis regional
Diverticulitis akut Pelvic Inflammatory Disease
Ruptur folikel ovarium
(Mttelschemrz)
Infeksi traktus urinarius
Pneumonia dan pleuritis
2.6. Peritonitis
2.6.1. Definisi

Peritonitis adalah inflamasi yang terjadi pada sebagian atau seluruh


peritoneum.11Peritonitis adalah penyebab tersering utama kematian pada akut
abdomen. Organisme yang infeksius dapat mencapai peritoneum melalui cara
berikut :10
1. Melalui luka dari dinding abdomen
2. Melalui aliran darah.
3. Dari visceral abdomen ( penyebab tersering )
4. Melalui diafragma(sangat jarang) atau penyebaran limfatik(sangat jarang ).
Organisme tersering dari darah adalah pneumococcus, yang dapat menyebabkan
keadaan peritonitis primer. Organisme dapat mencapai peritoneum dari viscera
melalui (1) Ruptur viscera (2) melalui dinding viscera yang rusak. Pada wanita
terdapat jalur tambahan yaitu melalui tuba fallopi yang terinfeksi. Kadang
kadang terdapat abscess lokal yang berasal dari ekstra atau intraperitoneal dari
organ yang sakit, yang akhirnya akan pecah sehingga masuk ke cavum
peritoneum dan menyebabkan peritonitis. 10

2.6.2. Etiologi 10
1. Perforasi
-
Appendix vermiformis
-
Ulkus gaster atau duodenum
-
Ulkus typhoid atau tuberculosis dari usus halus
-
Divertikulum pada colon
-
Kandung empedu atau duktus biliaris
2. Ganggren
-
Intussusepsi
-
Volvulus

3. Penyebaran infeksi dari


-
Pyosalpinx
-
Uterus yang terinfeksi
-
Pyonephrosis
4. Ruptur dari
-
Abscess hati
-
Abscess limpa
Bentuk peritonitis lain yang jarang dapat terjadi dari masuknya empedu atau urine
ke dalam cavum peritoneal.

2.6.3. Gejala & Tanda 10


Gejala peritonitis sangat bervariasi tergantung dari bagian dan luas peritoneal
yang terkena, sumber infeksi, dan onset.
Gejalanya berupa :
1. Nyeri yang hebat di abdomen
2. Muntah
3. Mual
4. Demam
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : 9, 11
Inspeksi :
-
Penderita tampak sakit, gelisah, wajahnya pucat
-
Posisi pasien tidak bergerak / takut bergerak karena semakin sakit
-
Perut terlihat tegang
-
Pernapasan cepat dan dangkal
Auskultasi :
-
Bising usus menurun / hilang
Perkusi :
-
Nyeri perkusi
-
Pada peritonitis Tuberculosa ada fenomena papan catur
Palpasi :
-
Nyeri Tekan
-
Nyeri lepas
-
Perut terasa seperti papan
-
Defense Musculair
Rectal Toucher :
-
Nyeri pada seluruh lingkaran

2.6.4. Pemeriksaan Penunjang 11


1. Pemeriksaan Laboratorium
-
Darah Rutin, ditemukan leukositosis
-
Pemeriksaan Cairan peritoneum (untuk melihat eritrosit,leukosit
dan bakteri,bila penyebabnya trauma )
2. Pemeriksaan X- Ray
-
Ada free air di cavum peritoneum pada posisi BNO tegak dan LLD
-
Ada free air di sub difragma pada foto Thorax AP - Lateral

2.6.5. Penatalaksanaan 11
1. Puasa
2. Dekompresi dengan pemasangan NGT
3. Rehidrasi dengan pemasangan infus
4. Pemberian oksigen
5. Pemasangan kateter
6. Pemberian Antibiotik spectrum luas secara intravena
7. Operasi
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.ece.ncsu.edu/imaging/MedImg/SIMS/Module2/GE2_4.html
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Acute_abdomen
3. http://www.vin.com/proceedings/Proceedings.plx?
CID=WSAVA2003&PID=pr06540&O=Generic
4. http://www.gehealthcare.com/usen/education/proff_leadership/products/msuc
mea.html
5. http://www.netterimages.com/image/1648.htm
6. Lawrence W. Way, Gerard M. Doherty. 2003. Current Surgical Diagnosis and
Treatment. 11th edition. Vol I. California: McGraw-Hill companies. hlm 503
16.
7. Michael J. Zinner, Seymour I. Schwartz, Harold Ellis. 2001. Maingots
Abdominal Operations. Tenth Edition. Vol I. Singapore: McGraw-Hill
International. hlm 351 59
8. Tomnsend, Beauchamp, Evers, Mattox.2004. Sabiston Textbook of Surgery,
The Biological Basis of Modern Surgical Practice. 17th edition. Philadelphia:
Elsevier Saunders Inc. hlm 1219 30.
9. Dunphy J. Englebert, Botsford T W. 1998. Pemeriksaan Fisik Bedah. Edisi 5.
Philadelphia: WB Saunders Company. hlm 172 81
10. Cope, Zachary. 2005. Early Diagnosis of The Acute Abdomen. Edisi 21. New
York: Oxford University Press. hlm 233 41
11. http://en.wikipedia.org/wiki/Peritonitis#Treatment

Anda mungkin juga menyukai