Anda di halaman 1dari 16

Pembimbing : dr. Sukirman Sp.

PENDAHULUAN

Trauma kimia pada mata merupakan kegawatdaruratan di bidang penyakit mata, terutama
yang melibatkan kornea.1 Trauma kimia pada mata memerlukan perawatan segera, sebelum
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. 2 Trauma kimia dapat disebabkan oleh
bahan alkali kuat maupun bahan asam kuat.
Pengaruh bahan kimia tersebut sangat tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan
3
kimia. Oleh karena itu trauma karena asam dan basa kuat lebih berbahaya. Trauma karena
bahan alkali dua kali lebih sering dibandingkan karena bahan asam, karena alkali lebih banyak
digunakan dalam industri dan rumah tangga. 2 Trauma yang disebabkan oleh bahan alkali lebih
cepat merusak dan menembus kornea dibandingkan bahan asam. Trauma asam kuat dapat
menyebabkan pengendapan dan penggumpalan protein, sementara trauma basa dapat
menyebabkan penghancuran jaringan kolagen kornea. 3 Pada trauma kimia basa dapat menembus
ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik, karena sifat bahan basa yaitu koagulasi sel dan
proses penyabunan yang disertai dengan dehidrasi. 3
Penatalaksanaan yang diberikan terutama melakukan irigasi secepatnya dengan bahan
fisiologis atau air bersih. Irigasi sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama, paling
sedikit 15-30 menit.3 Selain itu perlu juga ditentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata, hal
ini bisa didapatkan dari anamnesis serta pemeriksaan dengan kertas lakmus untuk menentukan
sifat bahan, apakah sifat asam kuat atau basa kuat. Hal ini penting dilakukan karena dalam
tatalaksana diperlukan langkah untuk menetralisasi bahan. Trauma kimia yang parah
memerlukan perawatan yang lama dan intensif di rumah sakit serta kunjungan rawat jalan yang
juga berlangsung lama. Pemulihan dan rehabilitasi membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Sebagai akibat dari kehilangan penglihatan sesisi atau kedua-duanya maka pasien bisa
kehilangan kemampuan mengemudi, kehilangan pekerjaan dan menjadi tergantung dengan orang
lain. 1,4

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 1
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

DAFTAR ISI

Pendahuluan.1

Daftar Isi..2

Daftar Gambar.3

Tinjauan Pustaka Trauma Kimia Pada Mata...4

I. Definisi4
II. Epidemiologi...4
III. Etiologi5
III.1 Trauma Asam..5
III.2 Trauma Basa5
IV. Pathogenesis6
V. Klasifikasi7
VI. Diagnosis.8
VI.1 Gejala Klinis...8
VI.2 Pemeriksaan Fisik...9
VI.3 Pmeriksaan Penunjang....9
VII. Diagnosis Banding.10
VIII. Tatalaksana10
IX. Komplikasi....13
X. Prognosis13
Daftar Pustaka15

DAFTAR GAMBAR

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 2
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

Gambar 1. Klasifikasi trauma kimia7

Gambar 2 Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH.10

Gambar 3 Simblefaron...13

Gambar 4 Phtisis Bulbi..13

Gambar 5 Cooked Fish Eye Appearance...14

TINJAUAN PUSTAKA

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 3
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

TRAUMA KIMIA PADA MATA

I. Definisi
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena
dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan
penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat
terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola
mata tersebut.5
Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7 yang
dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan
dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia
tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda.5
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium,
industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan
memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat rumah tangga. Setiap trauma
kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia
merupakan tindakan yang harus segera dilakukan.6

II. Epidemiologi
Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami
gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan
sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap
hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma
mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan
pekerjaan terjadi setiap tahunnya.7,8
Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih
besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19
juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan
bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi
bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4.
Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena
pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat
mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak
pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.8

III.Etiologi
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada
wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2 macam
bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang bersifat basa. Bahan kimia

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 4
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat basa bila mempunyai
pH > 7.9

III.1 Trauma Asam


Asam terdisosiasi menjadi ion-ion Hidrogen dan anion di kornea. Molekul hidrogen
merusak permukaan bola mata dengan merubah pH, sedangkan anion menyebabkan
denaturasi, presipitasi dan koagulasi protein pada epitel epitel kornea yang
terpajan.2,3 Presipitasi dan koagulasi permukaan bola mata disebut nekrosis
koagulatif. Koagulasi protein mencegah terjadinya penetrasi asam lebih dalam,1,4 sehingga
10

bila konsentrasi tidak tinggi tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Umumnya
kerusakan yang terjadi bersifat nonprogresif dan hanya pada bagian superfisial saja.4
Asam hidrofluorat adalah pengecualian dalam kasus trauma akibat asam. Asam
hidrofluorat adalah asam lemah yang dapat melewati membran sel dengan cepat, dalam
keadaan tetap tidak terionisasi,1 sementara ion fluoride berpenetrasi lebih baik ke stroma
dibanding asam lainnya sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih parah di segmen
anterior.4 Karena itu asam hidrofluorat bekerja seperti basa, menyebabkan
nekrosis liquefactive. Ion fluoride yang dilepaskan ke dalam sel dapat menginhibisi enzim
glikolitik dan dapat bergabung dengan kalsium dan magnesium, membentuk kompleks tidak
larut. Nyeri lokal yang hebat diduga sebagai akibat dari kegagalan imobilisasi kalsium, yang
kemudian mendorong stimulasi syaraf oleh perpindahan potassium.1
Komplikasi paling serius dari trauma asam adalah jaringan parut konjungtiva dan kornea,
vaskularisasi kornea, glaukoma dan uveitis.11 Biasanya trauma akibat asam akan normal
kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu. 3

III.2 Trauma Basa


Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata. Ion hidroksil
membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak, sedangkan kation berinteraksi
dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan. Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon
inflamasi, yang merangsang pelepasan enzim proteolitik, sehingga memperberat kerusakan
jaringan. Interaksi ini menyebabkan penetrasi lebih dalam melalui kornea dan segmen
anterior. Hidrasi lanjut dari glikosaminoglikan menyebabkan kekeruhan kornea. 4 Kolagenase
yang terbentuk akan menambah kerusakan kolagen kornea.3 Berlanjutnya aktivitas
kolagenase menyebabkan terjadinya perlunakan kornea.11
Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril sehingga terjadi perubahan
pada jalinan trabekulum yang selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Mediator inflamasi yang dikeluarkan pada proses ini merangsang pelepasan
prostaglandin yang juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. 4,11 Basa yang
menembus dalam bola mata akan dapat merusak retina sehingga akan berakhir dengan
kebutaan penderita.3
IV. Etiologi
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada
wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2 macam
bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang bersifat basa. Bahan kimia

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 5
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat basa bila mempunyai
pH > 7.9

III.1 Trauma Asam


Asam terdisosiasi menjadi ion-ion Hidrogen dan anion di kornea. Molekul hidrogen
merusak permukaan bola mata dengan merubah pH, sedangkan anion menyebabkan
denaturasi, presipitasi dan koagulasi protein pada epitel epitel kornea yang
terpajan.2,3 Presipitasi dan koagulasi permukaan bola mata disebut nekrosis
koagulatif. Koagulasi protein mencegah terjadinya penetrasi asam lebih dalam,1,4 sehingga
10

bila konsentrasi tidak tinggi tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Umumnya
kerusakan yang terjadi bersifat nonprogresif dan hanya pada bagian superfisial saja.4
Asam hidrofluorat adalah pengecualian dalam kasus trauma akibat asam. Asam
hidrofluorat adalah asam lemah yang dapat melewati membran sel dengan cepat, dalam
keadaan tetap tidak terionisasi,1 sementara ion fluoride berpenetrasi lebih baik ke stroma
dibanding asam lainnya sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih parah di segmen
anterior.4 Karena itu asam hidrofluorat bekerja seperti basa, menyebabkan
nekrosis liquefactive. Ion fluoride yang dilepaskan ke dalam sel dapat menginhibisi enzim
glikolitik dan dapat bergabung dengan kalsium dan magnesium, membentuk kompleks tidak
larut. Nyeri lokal yang hebat diduga sebagai akibat dari kegagalan imobilisasi kalsium, yang
kemudian mendorong stimulasi syaraf oleh perpindahan potassium.1
Komplikasi paling serius dari trauma asam adalah jaringan parut konjungtiva dan kornea,
vaskularisasi kornea, glaukoma dan uveitis.11 Biasanya trauma akibat asam akan normal
kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu. 3

III.2 Trauma Basa


Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata. Ion hidroksil
membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak, sedangkan kation berinteraksi
dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan. Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon
inflamasi, yang merangsang pelepasan enzim proteolitik, sehingga memperberat kerusakan
jaringan. Interaksi ini menyebabkan penetrasi lebih dalam melalui kornea dan segmen
anterior. Hidrasi lanjut dari glikosaminoglikan menyebabkan kekeruhan kornea. 4 Kolagenase
yang terbentuk akan menambah kerusakan kolagen kornea.3 Berlanjutnya aktivitas
kolagenase menyebabkan terjadinya perlunakan kornea.11
Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril sehingga terjadi perubahan
pada jalinan trabekulum yang selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Mediator inflamasi yang dikeluarkan pada proses ini merangsang pelepasan
prostaglandin yang juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. 4,11 Basa yang
menembus dalam bola mata akan dapat merusak retina sehingga akan berakhir dengan
kebutaan penderita.3
Proses penyembuhan dapat terjadi pada epitel kornea dan stroma melalui
proses migrasi sel epitel dari stem cells pada daerah limbus. Kolagen stroma
yang rusak akan difagositosis dan dibentuk kembali. 2
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan
yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 6
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

a. Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal sebagai
berikut:
Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi
pembuluh darah pada limbus.
Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi
permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada epitel kornea dengan
perforasi dan ulkus kornea bersih.
Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan
presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea
Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan
iris dan lensa.
Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
b. Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:
Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel
epitelial yang berasal dari stem cell limbus.
Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis kolagen
yang baru.13

V. Klasifikasi
Gradasi dan prognosis trauma kimia ditentukan berdasarkan kerusakan
kornea dan iskemia limbus. Iskemia limbus merupakan faktor klinis yang sangat
penting karena menunjukkan level kerusakan pada pembuluh darah di limbus dan
mengindikasikan kemampuan stem sel kornea (yang terdapat di limbus) untuk
regenerasi kornea yang rusak. Oleh karena itu, pada trauma kimia mata putih
lebih berbahaya dibanding mata merah.
Ada 2 jenis klasifikasi derajat trauma kimia yang sering digunakan pada
praktek sehari-hari. Derajat beratnya trauma kimia (menurut Roper-Hall) dibagi
atas : 2

Grade I : kornea jernih, tidak terdapat iskemia limbus (prognosis sangat


baik)
Grade II : kornea hazy tetapi detail iris masih tampak, dengan iskemia
limbus < sepertiga
(prognosis baik)
Grade III :detail iris tidak terlihat, iskemia limbus antara sepertiga sampai
setengah
Grade IV : kornea opak, dengan iskemia limbus lebih dari setengah
(prognosis sangat buruk)

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 7
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

Gambar 1 Klasifikasi Trauma Kimia: (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4.13

VI. Diagnosis
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan
trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan
anamnesa singkat.

VI.1 Gejala Klinis

Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis dibandingkan
atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri dengan derajat yang
bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya.12
Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan atau gas kimia
pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa mengganjal di mata,
pandangan kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar. 4
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat
segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea. Sedangkan pada
trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian.
Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma
asam.14
Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan kimia, hal ini
dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata.
Waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan, serta
penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis yang
dapat membantu dalam diagnosis.12

VI.2 Pemeriksaan Fisik

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 8
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda setelah dilakukan irigasi yang banyak pada
mata yang terkena dan pH mata telah netral. Setelah dilakukan irigasi, dilakukan
pemeriksaan dengan seksama terutama melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia
limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemberian anestesi
topikal.
Tanda-tanda yang dapat ditemui pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi adalah :
Defek epitel kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai kerusakan seluruh
epitel. Kerusakan semua epitel kornea dapat tidak meng-up take fluoresin secepat abrasi
kornea sehingga dapat tidak teridentifikasi.
Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih sampai opasifikasi total
sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.
Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang penyembuhannya
tidak baik.
Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk flare dan cells. Temuan ini biasa terjadi
pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang lebih dalam.
Peningkatan tekanan intraocular.
Kerusakan / jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini menyebabkan
kesulitan menutup mata sehingga meng-exsposepermukaan bola yang telah terkena
trauma.
Inflamasi konjungtiva.
Iskemia perilimbus.
Penurunan tajam penglihatan . Terjadi karena kerusakan epitel, kekeruhan kornea,
banyaknya air mata.

Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat ditemukan berupa
kemosis, edema pada kelopak mata, luka bakar derajat satu pada kulit sekitar, serta adanya
sel dan flare pada bilik mata depan. Pada kornea dapat ditemukan keratitis punktata sampai
erosi epitel kornea dengan kekeruhan pada stroma. Sedangkan pada derajat berat mata tidak
merah, melainkan putih karena terjadinya iskemia pada pembuluh darah konjungtiva.
Kemosis lebih jelas, dengan derajat luka bakar yang lebih berat pada kulit sekitar mata, serta
opasitas pada kornea.12

VI.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola
mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai
pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk
mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan.
Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan
intraocular.15

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 9
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

Gambar 2 Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH15

VII. Diagnosis Banding


Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata, terutama
yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis, konjugtivitis, hemoragik
akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain.

VIII. Tatalaksana

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis
trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma
okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan
struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang. Trauma kimia merupakan
satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti.
Tatalaksana trauma kimia mencakup:
Penatalaksanaan Emergency13
Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus
dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit
2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat diberikan anastesi
topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu yang lama
lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang terhubung dengan
sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.
Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang
terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya
perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.
Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea.
Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial
tear (air mata buatan).

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 10
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M


Selanjutnya, tatalaksana untuk trauma kimia derajat ringan hingga sedang meliputi: 12

1. Fornices diswab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau glass


rod untuk membersihkan partikel, konjungtiva dan kornea yang nekrosis yang
mungkin masih mengandung bahan kimia. Partikel kalsium hidroksida lebih mudah
dibersihkan dengan menambahkan EDTA.

2. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) dapat diberikan untuk mencegah spasme
silier dan memiliki efek menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah dan
mengurangi inflamasi.

3. Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis untuk infeksi. (tobramisin,


gentamisin, ciprofloxacin, norfloxacin, basitrasin, eritromisin)

4. Analgesik oral, seperti acetaminofen dapat diberikan untuk mengatasi nyeri.

5. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30 mmHg dapat diberikan


Acetazolamid (4x250 mg atau 2x500 mg ,oral), betablocker (Timolol 0,5% atau
Levobunolol 0,5%).

6. Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak dilakukan pressure patch).

Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi, meliputi: 12
1. Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai tekanan
intraokular dan penyembuhan kornea.
2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing.
3. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.
4. Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari; eritromisin 2-4 kali
sehari).
5. Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per hari).
Steroid dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang menghambat
reepitelisasi. Hanya boleh digunakan selama 7-10 hari pertama karena jika lebih lama
dapat menghambat sintesis kolagen dan migrasi fibroblas sehingga proses
penyembuhan terhambat, selain itu juga meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis
kornea (keratolisis). Dapat diganti dengan non-steroid anti inflammatory agent.
6. Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan TIO
bisa terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade jaringan trabekulum oleh debris
inflamasi.
7. Diberikan pressure patch di setelah diberikan tetes atau salep mata.
8. Dapat diberikan air mata artifisial.

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 11
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

Selain pengobatan tersebut diatas, pemberian obat-obatan lain juga bermanfaat dalam
menurunkan proses inflamasi, meningkatkan regenerasi epitel dan mencegah ulserasi kornea.
Obat tambahan yang biasa diberikan:2

Asam askorbat : berfungsi untuk meningkatkan produksi kolagen, diberikan secara


topikal dan sistemik. Beberapa riset menunjukkan pemberian topikal asam askorbat
10% terbukti dapat menekan perforasi kornea. Akan tetapi, tatalaksana ini baru
digunakan pada tahap eksperimental (asam askorbat topikal 10% , setiap 2 jam dan
sistemik 4x 2 g per hari).1

Asam sitrat : merupakan inhibitor kuat terhadap aktivitas neutrofil. Pemberian topikal
10% setiap 2 jam selama 10 hari.

Tetrasiklin : membantu menghambat proses kolagenase, menghambat neutrofil dan


mengurangi ulserasi. Biasanya pemberian secara topikal dan sistemik (doksisiklin 2 x
100 mg).2

Untuk tatalaksana trauma oleh asam hidrofluorat, medikasi yang optimum masih
belum dilakukan. Beberapa studi menggunakan 1% calcium gluconate sebagai media
irigasi atau untuk tetes mata. Bahan bahan mengandung Magnesium juga digunakan
pada kasus ini. Sayangnya, masih sedikit penelitian yang mendukung efektifitas terapi
terapi tersebut. Irigasi mengunakan magnesium klorida terbukti tidak bersifat toksik
terhadap mata. Efek positif dari terapi ini dilaporkan masih dapat ditemukan
walaupun pada pemberian 24 jam setelah cedera, dimana medikasi lainnya sudah
tidak berguna. Beberapa penulis merekomendasikan penggunaan sebagai tetes mata
setiap 2 3 jam atas pertimbangan irigasi dapat mengiritasi mata dan menimbulkan
ulserasi kornea.1

Injeksi subkonjungtival kalsium glukonat dan kalsium klorida tidak


direkomendasikan karena terbukti tidak bermanfaat dalam terapi.1

Terapi bedah dini penting untuk revaskularisasi limbus, restorasi populasi sel limbus
dan membentuk fornises. Sedangkan terapi bedah lanjutan meliputi graft konjungtiva
atau membran mukosa, koreksi deformitas kelopak mata, keratoplasti, serta
keratoprostheses.2

Pembedahan13
Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus,
mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur
berikut dapat digunakan untuk pembedahan:
Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan
vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea.
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dari donor
(allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal.

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 12
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis

Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:


Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan
simblefaron.
Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk
memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan
hasil dari graft konvensional sangat buruk.

IX. Komplikasi
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis
trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara
lain:13
1. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,
sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler.
3. Sindroma mata kering.
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.
Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-
lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak
traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup.
6. Entropion dan phthisis bulbi
7.

Gambar 3 Simblefaron13 Gambar 4 Phtisis Bulbi13


X. Prognosis
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma
tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu
indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada
pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 13
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana
prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.16
Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat
menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi
pada kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaucoma sekunder.16

Gambar 5 Cooked Fish Eye Appearance16

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 14
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

DAFTAR PUSTAKA

1. Weaver C. Occular burns. Emedicine [online] 2011 October [diakses 22 Februari


2014]. Available from URL:http://emedicine.medscape.com/article/798696-overview

2. Kanski Jack J, editor. Clinical ophtalmology a sistemic approach.7th ed. Elsevier; 2011

3. Ilyas S. Trauma mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI. 2010.h.271-3

4. Randleman JB. Ophthalmologic Approach to Chemical eye burns.Emedicine [online]


2007 October [diakses 22 Februari 2014]. Available from:
http://www.emedicinehealth.com/chemical_eye_burns/articleem.htm

5. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.

6. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.Jakarta. 2000.

7. Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries diunduh pada tanggal
22 Februari 2014. http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/

8. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints. Diunduh


tanggal 22 Februari 2014. http://www.acep.org/content.aspx?id=26712

9. Broocker G, Mendicino ME, Stone CM. Injury to the eye. In: Mattox KL, Fellicino DV,
Moore EE, editors. Trauma. 4th ed. New York: Mc-Graw Hill; 2000.p.406-7.

10. Asbury T, Sanitato JJ. Trauma. In : Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, editors. General
Ophtalmology. 17th . Lange; 2007.

11. Rhee DJ, Pyfer MF, editors. The Wills Eye Manual: office and emergency room diagnosis
and treatment of eye disease. 3rdedition. Philadelphia: Lippincott
Williams&Wilkins;1999.p.19-22.

12. Gerhard K. Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd. Stuttgart New York. 2006.

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 15
Pembimbing : dr. Sukirman Sp. M

Referat Trauma Kimia Pada Mata Oleh DSF 61108017 UNIBA Page 16

Anda mungkin juga menyukai