Anda di halaman 1dari 18

A.

B.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN EMULSI
JENIS-JENIS EMULSI
MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA
TEORI DAN PERSAMAAN
KESTABILAN EMULSI
CARA PEMBUATAN EMULSI
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN EMULSI
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

1
2
3
3
3
4
4
6
8
8
9
10
10
11
11
12

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul EMULSI.
Tidak lupa Sholawat serta Salam kita ucapkan kepada Nabi Besar Muhamad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang
kami miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
dan pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan dapat diterima oleh Ibu Dra.
Sabiha Ramdlani J, selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia ini.

Banjarbaru, Desember 2014


Syahminan Ridhani

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri atas dua fase cairan yang tidak saling melarutkan,
dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk globula (fase terdispersi) di dalam cairan lainnya
(fase kontinyu). Berdasarkan jenis fase kontinyu dan fase terdispersinya dikenal dua tipe emulsi
yaitu emulsi tipe O/ W dan tipe W/ O.
Didalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan campuran dua atau lebih bahan
kimia yang tergolong ke dalam emulsifier dan stabilizer. Tujuan dari penambahan emulsifier
adalah untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial) sehingga
mempermudah terbentuknya emulsi.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah tentang Emulsi ini adalah untuk memberikan pengertian,
jenis-jenis emulsi dan

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EMULSI
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang meruapakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau
larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak sebagai fase
pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil
menjadi tetesan besardan akhirnya menjadi suatu fase tunggal yang memisah (Levine, 1983).
Emulsi merupakan preparat farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair yang sebetulnya tdk
dapat bercampur (immicible) biasanya air dengan minyak lemak. Salah satu dari zat cair tersebut
tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan dengan zat
pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan). Sedang menurut Farmakope Indonesia edisi ke
III, emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat terdispersi
dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfactan yang cocok. Dalam
batas emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar
atau kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi
minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi m/a. Sebaliknya emulsi yang
mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal
sebagai emulsi a/m. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak
dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan air atau suatu preparat dalam air. Umumnya
untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat
pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat

bervariasi dan emulsi farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat)
(Ansel, 1989).
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh
emulsa yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsa
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi
buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga
emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim
setengah padat. Umumnya krim minyak dalam airdibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada
suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya
solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume fase internal
terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya
krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya hanya 15%.
Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal setengah
padat (Atmadja, 2000).
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama surfakatan
pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan dan juga
meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan agregat tetesan.
Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya
akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah
daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk
krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan
pembentukan krim (Moechtar, 1989).
Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak dalam
air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering
ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau bakteriostatik. Bakteri
ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan
pengemulsi alam seperti tragakan dan gom (Oktavia, 2006).
Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran
kecil kedalam zat cair lain (fase internal)); Fase kontinyu (zat cair yang berfungsi sebagai bahan
dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal)); dan Emulgator (zat yang digunakan
dalam kestabilan emulsi). Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal
ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi 2 : Emulsi tipe w/o (emulsi yang terdiri
dari butiran air yang tersebar ke dalam minyak, air berfungsi sebagai fase internal & minyak
sebagai fase eksternal) dan Emulsi tipe o/w (emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang
tersebar ke dalam air) (Ansel, 1989).
B. JENIS-JENIS EMULSI
1. Emulsi Gas
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair seperti
hairspray, asap rokok dan obat nyamuk semprot dapat membentuk sistem koloid dengan bantuan
bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek
Tyndall, gerak Brown.
2. Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan
campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar

dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.
Contohnya adalah pada susu. Sifat emulsi cair yang penting ialah: demulsifikasi dan
pengenceran.
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi,
penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
3. Emulsi Padat (Gel)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contohnya mentega.
Gel yang dibedakan menjadi gel elastic dan gel non elastic dimana gel elastic ikatan
partikelnya tidak kuat sedangkan non elastic ikatan antar partikelnya membentuk ikatan kovalen
yang kuat

C. MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA


1. Mekanisme Secara Kimia
Mekanisme secara kimia dapat kita jelaskan pada emulsi air dan minyak. Air dan minyak
dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi ditambahkan, karena
kebanyakan emulsi adalah disperse air dalam minyak dan dispersi minyak dalam air, sehingga
emulgator yang digunakan harus dapat larut dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi
tersebut adalah senyawa organik yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofobik, bagian
hidrofobik akan berinteraksi dengan minyak sedangkan yang hidrofilik dengan air sehingga
terbentuklah emulsi yang stabil. (Sukardjo,1989)
2. Mekanisme Secara Fisika
Secara fisika emulsi dapat terbentuk karena adanya pemasukan tenaga misalnya dengan
cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka fase terdispersinya akan tersebar merata ke
dalam medium pendispersinya. (Sukardjo,1989)
D. TEORI DAN PERSAMAAN
Satu variable penting dalam uraian emulsi - emulsi adalah fraksi volum , dalam dan luar
fase.Untuk tetesan bentuk bola radius , fraksi volume diberikan sejumlah densitas n, waktu
untuk volum bentuk bola = 43 n/3 .Banyak sifat sifat emulsi ditandai ole jumla volumnya.
Tetesan emulsi karena lemah atau tidak stabil nilai fraksi volume bisa diantara 3- 6
untuk kebanyakan sistem emulsi.
Konduktivitas dari emulsi sendiri dapat ditentukan dengan teori klasik (Maxwell)
Dimana K, Km dan Kd adalah konduktivitas spesifik dari emulsi,medium pendispersi dan
fase terdispersi.
Dalam sistem koloi akan terjadi peningkatan dielektrika, salah satu model untuk
menentukan konstanta dieletrika tipe emulsi adalah:

Tipe M/A

Tipe A/M

Dimana dan s adalah permitivitas dengan frekuensi tinggi dan statis.T waktu
tenggang dan luas pendistribusian, serta adalah komponen polarisasi.
E. KESTABILAN EMULSI
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang
disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang
lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan
kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi
terjadi dalam waktu yang sangat singkat .
Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1. Gaya tarik-menarikdikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini menyebabkan
partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap.
2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik yang
bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid.
Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut :
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi.
F. CARA PEMBUATAN EMULSI
1. Dengan Mortir dan Stampel
Sering digunakan untuk membuat minyak lemak dalam ukuran kecil
2. Botol
Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol pengocokan
dilakukan terputus putus untuk memberi kesempatan emulgator bekerja.
3. Mixer
Partikel fase dispersi dihaluskan dengan memasukkan kedalam ruangan yang didalamnya
terdapat pisau berputar denagn kecepatan tinggi.
4. Homogenizer
Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel
mempunyai ukuran yang sama.
G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN EMULSI
Kelebihan :
1. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu menjadi sediaan
yang homogen dan bersatu.
2. Mudah ditelan.
3. Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat
Kekurangan :
1. Kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet.
2. Takaran dosis kurang teliti.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan
medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan
yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat pengemulsi
atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan
pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau
bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk butir-butir
halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator. Emulgator sendiri bisa
berasal dari alam maupun buatan.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., (2000). Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi Dan Emulsi. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta
Ansel, H.C., (1989). Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press: Jakarta
Atmadja. (2000). Studi Pemurnian Dan Karakterisasi Emulsifaier Campuran Mono Dan
Diasilgliserol Yang Diproduksi Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit Dengan
Teknik Esterifikasi Enzimatis Menggunakan Lipase Rhizomucor Miehe. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor: Bogor
Levine, I., (1983). Physical Chemistry. Second Edition. Mcgraw-Hill Book Company: New
York
Moechtar. (1989). Farmasi Fisika Bagian Larutan Dan Sistem Dispers. , Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta
Oktavia, e. 2006. studi pendahuluan polimerisasi emulsi opal (colorant emulsion) polistirenaKo-Polibutil akrilat. Program magister departemen kimia FMIPA UI: Depok
Sukardjo. (1989). Kimia Fisika. Penerbit Rineka Cipta: Yogyakarta
Diposkan 2nd December 2014 oleh Dany Ridhany
0

Tambahkan komentar

Official Blogspot of Dany

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

1.
Dec

Makalah Emulsi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

3
3
4

PENGERTIAN EMULSI
JENIS-JENIS EMULSI
MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA
TEORI DAN PERSAMAAN
KESTABILAN EMULSI
CARA PEMBUATAN EMULSI
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN EMULSI

4
6
8
8
9
10
10

BAB III PENUTUP

11

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

11
12

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul EMULSI.
Tidak lupa Sholawat serta Salam kita ucapkan kepada Nabi Besar Muhamad SAW
yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan
ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan dapat diterima oleh Ibu
Dra. Sabiha Ramdlani J, selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia ini.

Banjarbaru, Desember 2014

Syahminan Ridhani

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri atas dua fase cairan yang tidak saling
melarutkan, dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk globula (fase terdispersi) di
dalam cairan lainnya (fase kontinyu). Berdasarkan jenis fase kontinyu dan fase
terdispersinya dikenal dua tipe emulsi yaitu emulsi tipe O/ W dan tipe W/ O.
Didalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan campuran dua atau
lebih bahan kimia yang tergolong ke dalam emulsifier dan stabilizer. Tujuan dari
penambahan emulsifier adalah untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase
(tegangan interfasial) sehingga mempermudah terbentuknya emulsi.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah tentang Emulsi ini adalah untuk memberikan
pengertian, jenis-jenis emulsi dan

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EMULSI
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang meruapakan fase terdispersi dan
larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air.
Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau

bahan seperti minyak sebagai fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak.
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besardan akhirnya menjadi
suatu fase tunggal yang memisah (Levine, 1983).
Emulsi merupakan preparat farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair yang
sebetulnya tdk dapat bercampur (immicible) biasanya air dengan minyak lemak. Salah
satu dari zat cair tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang
lain distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan). Sedang
menurut Farmakope Indonesia edisi ke III, emulsi merupakan sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan
zat pengemulsi atau surfactan yang cocok. Dalam batas emulsi, fase terdispers dianggap
sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar atau kontinu. Emulsi yang
mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan
biasanya diberi tanda sebagai emulsi m/a. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase
dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai
emulsi a/m. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak
dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan air atau suatu preparat dalam air.
Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian dari
emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada konstituennya,
viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa disiapkan sebagai
cairan atau semisolid (setengah padat) (Ansel, 1989).
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsa yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan
lain-lain. Emulsa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam)
dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana
terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti
putih telur (Anief, 2000).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam airdibuat pada suhu tinggi,
berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat
akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan
volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat
setengah padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan
fase internal hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya
diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat (Atmadja, 2000).
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama
surfakatan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar
permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan
pembenrukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang
relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara
normal kerapatan minyak lebih rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan
minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin

besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim (Moechtar,
1989).
Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak
dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih
sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik dan nonionik,
gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti tragakan dan gom (Oktavia, 2006).
Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal)); Fase kontinyu (zat cair yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal)); dan Emulgator
(zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Berdasarkan macam zat cair yang
berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi 2 :
Emulsi tipe w/o (emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke dalam minyak, air
berfungsi sebagai fase internal & minyak sebagai fase eksternal) dan Emulsi tipe o/w
(emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air) (Ansel, 1989).
B. JENIS-JENIS EMULSI
1. Emulsi Gas
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol
cair seperti hairspray, asap rokok dan obat nyamuk semprot dapat membentuk
sistem koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga
mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2. Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi
cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat
cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu.
Sifat emulsi cair yang penting ialah: demulsifikasi dan pengenceran.
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses
sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium
pendispersinya.
3. Emulsi Padat (Gel)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat.
Contohnya mentega.
Gel yang dibedakan menjadi gel elastic dan gel non elastic dimana gel
elastic ikatan partikelnya tidak kuat sedangkan non elastic ikatan antar
partikelnya membentuk ikatan kovalen yang kuat

C. MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA


1. Mekanisme Secara Kimia
Mekanisme secara kimia dapat kita jelaskan pada emulsi air dan minyak. Air dan
minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi ditambahkan,
karena kebanyakan emulsi adalah disperse air dalam minyak dan dispersi minyak dalam
air, sehingga emulgator yang digunakan harus dapat larut dalam air maupun minyak.
Contoh pengemulsi tersebut adalah senyawa organik yang mempunyai gugus hidrofilik
dan hidrofobik, bagian hidrofobik akan berinteraksi dengan minyak sedangkan yang
hidrofilik dengan air sehingga terbentuklah emulsi yang stabil. (Sukardjo,1989)
2. Mekanisme Secara Fisika
Secara fisika emulsi dapat terbentuk karena adanya pemasukan tenaga misalnya
dengan cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka fase terdispersinya akan
tersebar merata ke dalam medium pendispersinya. (Sukardjo,1989)

D. TEORI DAN PERSAMAAN


Satu variable penting dalam uraian emulsi - emulsi adalah fraksi volum , dalam
dan luar fase.Untuk tetesan bentuk bola radius , fraksi volume diberikan sejumlah
densitas n, waktu untuk volum bentuk bola = 4 3 n/3 .Banyak sifat sifat emulsi
ditandai ole jumla volumnya.
Tetesan emulsi karena lemah atau tidak stabil nilai fraksi volume bisa diantara
3- 6 untuk kebanyakan sistem emulsi.
Konduktivitas dari emulsi sendiri dapat ditentukan dengan teori klasik (Maxwell)
Dimana K, Km dan Kd adalah konduktivitas spesifik dari emulsi,medium
pendispersi dan fase terdispersi.
Dalam sistem koloi akan terjadi peningkatan dielektrika, salah satu model untuk
menentukan konstanta dieletrika tipe emulsi adalah:

Tipe M/A

Tipe A/M

Dimana dan s adalah permitivitas dengan frekuensi tinggi dan statis.T waktu
tenggang dan luas pendistribusian, serta adalah komponen polarisasi.
E. KESTABILAN EMULSI

Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi
yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah
dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat
akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan
teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .
Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1.

Gaya tarik-menarikdikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini


menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan
mengendap.
2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan
ganda elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi
koloid.
Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut :
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi.
F. CARA PEMBUATAN EMULSI
1. Dengan Mortir dan Stampel
Sering digunakan untuk membuat minyak lemak dalam ukuran kecil
2. Botol
Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol
pengocokan dilakukan terputus putus untuk memberi kesempatan emulgator bekerja.
3. Mixer
Partikel fase dispersi dihaluskan dengan memasukkan kedalam ruangan yang
didalamnya terdapat pisau berputar denagn kecepatan tinggi.
4. Homogenizer
Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel
mempunyai ukuran yang sama.
G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN EMULSI
Kelebihan :
1. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu
menjadi sediaan yang homogen dan bersatu.
2. Mudah ditelan.
3. Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat
Kekurangan :
1. Kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet.
2. Takaran dosis kurang teliti.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair
dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi
merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya
terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil
dalam cairan yang lain.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak
mau bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam
bentuk butir-butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator.
Emulgator sendiri bisa berasal dari alam maupun buatan.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., (2000). Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi Dan Emulsi. Gadjah Mada
University
Press: Yogyakarta
Ansel, H.C., (1989). Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press: Jakarta
Atmadja. (2000). Studi Pemurnian Dan Karakterisasi Emulsifaier Campuran Mono Dan
Diasilgliserol Yang Diproduksi Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit Dengan
Teknik Esterifikasi Enzimatis Menggunakan Lipase Rhizomucor Miehe. Skripsi.
Institut
Pertanian Bogor: Bogor
Levine, I., (1983). Physical Chemistry. Second Edition. Mcgraw-Hill Book Company:
New
York
Moechtar. (1989). Farmasi Fisika Bagian Larutan Dan Sistem Dispers. , Universitas
Gadjah
Mada: Yogyakarta
Oktavia, e. 2006. studi pendahuluan polimerisasi emulsi opal (colorant emulsion)
polistirenaKo-Polibutil akrilat. Program magister departemen kimia FMIPA UI: Depok
Sukardjo. (1989). Kimia Fisika. Penerbit Rineka Cipta: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai