Anda di halaman 1dari 7

UploadLibrary

Askep Kejang dan Demam Pada Anak MINGGU, 14 FEBRUARI 2010 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada
saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang
demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,
kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu,
napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak
akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun
jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik
untuk membahas tentang penyakit kejang demam dan dapat mengaplikasikan dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada anak. B. Tujuan penulisan 1. Tujuan
umum Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien dengan gangguan
sistem saraf yaitu kejang demam 2. Tujuan khusus Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. definisi
penyakit kejang demam pada anak. 2. etiologi penyakit kejang demam pada anak.

3. manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak . 4. patofisiologi penyakit kejang
demam pada anak. 5. komplikasi penyakit kejang demam pada anak. 6. pemeriksaan
diagnostik penyakit kejang demam pada anak . 7. penatalaksanaan penyakit kejang demam
pada anak. 8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam.
BAB II
TINJAUAN TEORI I. Konsep dasar Kejang Demam A. Pengertian Kejang Demam Kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih
dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000) Kejang
demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim. 1989) Kejang Demam (KD)
adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini
disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954) Kejang demam adalah
terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan
kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam
(Walley
and Wongs edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut
kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995). Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem
saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam
ini terjadi pada usia 6 bulan

5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah,
2008)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima
tahun. Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah
infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997;
229). B. Etiologi Kejang Demam Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta
Kedokteran belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam
ialah demam yag tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh : 1. Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA) 2. Gangguan metabolik 3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf
misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis. 4. Keracunan obat 5. Faktor herediter 6. Idiopatik.
(Arif Mansjoer. 2000) C. Patofisiologi Kejang Demam

D. Klasifikasi Kejang Demam Menurut Livingston ( 1954) Kejang demam di bagi atas dua :
Kejang demam sederhana : Kejang demam yang berlangsung singkat. Yang digolongkan
kejang demma sederhana adalah a. kejang umum b. waktunya singkat c. umur serangan
kurang dari 6 tahun d. frekuensi serangan 1-4 kali per tahun e. EEG normal Sedangkan
menurut subbagian saraf anak FKUI, memodifikasi criteria livingston untuk membuat
diagnosis kejang demam sederhana yaitu : a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai
4 tahun b. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit. c. Kejang bersifat umum. d.
Kejang timbul dalam 16 jam pertama e. Pemeriksaan neurologist sebelum dan sesudah kejang
normal f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan. g. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
(Taslim. 1989) E. Manifestasi klinis Gejala berupa 1. Suhu anak tinggi. 2. Anak pucat / diam
saja
3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan. 4. Umumnya kejang demam
berlangsung singkat. 5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya
sentakan atau kekakuan fokal. 6. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri ) 7. Kejang
dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit 8. Seringkali kejang berhenti sendiri.
(Arif Mansjoer. 2000) F. Komplikasi Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat
mengakibatkan : 1. Kerusakan sel otak 2. Penurunan IQ pada kejang demam yang
berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral 3. Kelumpuhan
(Lumbatobing,1989) G. Pemeriksaan laboratorium 1. EEG Untuk membuktikan jenis kejang
fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1
minggu atau kurang setelah kejang. 2. CT SCAN Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis:
infark, hematoma, edema serebral, dan Abses. 3. Pungsi Lumbal Pungsi lumbal adalah
pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk
meneliti kecurigaan meningitis 4. Laboratorium Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit,
Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan

penyakit kejang demam. (Suryati, 2008), ( Arif Mansyoer,2000), (Lumbatobing,1989) H.


Penatalaksanaan Medis Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan
yaitu : 1. Pengobatan Fase Akut Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar
oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu,
pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan
pemberian antipiretik. Obat yang paling cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang
diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan
kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum
diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi
jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan
diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5
menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB
secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus
dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan
iritasi vena. Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan
langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1
tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital dosis
rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk
hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum
membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa
dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan
kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin
dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal. 2. Mencari dan mengobati
penyebab Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian
kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama. 3.
Pengobatan profilaksis Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam
atau (2) profilaksis terus menerus
dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam
dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap
pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia,
mengantuk dan hipotonia. Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya
kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah
terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital
4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat
dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang
terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan Profilaksis terus menerus dapat
dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu : 1. sebelum kejang demam
yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan (misalnya serebral palsi
atau mikrosefal) 2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan
neurologist sementara dan menetap. 3. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau
saudara kandung. 4. bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam satu episode demam. Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan
ingin memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu

anak demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik. ( Arif
Mansyoer,2000)
II. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian Menurut Doenges (1993 ) dasar data pengkajian pasien adalah : a. Aktifitas /
Istirahat Gejala : Keletihan, kelemahan umum Keterbatasan dalam beraktifitas / bekerja yang
ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat / pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.
Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun
sekelompok otot. b. Sirkulasi Gejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosis
Posiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan. c.
Eliminasi Gejala : Inkontinensia episodik. Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih
dan tonus sfingter. Posiktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik urine /
fekal ). d. Makanan dan cairan Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang
berhubungan dengan aktifitas kejang. e. Neurosensori Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas
kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral. f.
Nyeri / kenyaman Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal. Tanda :
Sikap / tingkah laku yang berhati

hati. Perubahan pada tonus otot. Tingkah laku distraksi / gelisah. g. Pernafasan Gejala : Fase
iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat, peningkatan sekresi mukus. Fase
posiktal : apnea. B. Pemeriksaan diagnostik 1. Periksa darah / lab : Hb. Ht, Leukosit,
Trombosit 2. EEG 3. Lumbal punksi 4. CT-SCAN

C. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
2. Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d Peningkatan Sekresi Mukus
3. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu tubuh
4. Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat kejang
5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat. D.
Intervensi keperawatan
1. Dx 1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan klien terpenuhi. Kriteria hasil : - TTV
stabil - Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat. -Turgor kulit
baik - membrane mukosa mulut lembab Intervensi : 1. Ukur dan catat jumlah muntah yang
dikleuarkan, warna, konsistensi. R/ : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan tubuh 2.
Berikan makanan dan cairan R/ : memnuhi kebutuhan makan dan minum 3. Berikan support
verbal dalam pemberian cairan R/ : meningkatkan konsumsi cairan klien 4. Kolaborasi
berikan pengobatan seperti obat antimual. R/ : menurunkan dan menghentikan muntah klien
5. Pantau Hasil Pemeriksaan Laboratorium R/ Untuk mengetahui status cairan klien. 2. Dx 2
Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d Peningkatan Sekresi Mukus Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas efektif

About

Browse books

Site directory

About Scribd

Meet the team

Our blog

Join our team!

Contact Us

Partners

Publishers

Developers / API

Legal

Terms

Privacy

Copyright

Support

Help

FAQ

Accessibility

Press

Purchase help

AdChoices

Memberships

Join today

Invite Friends

Gifts

Copyright 2016 Scribd Inc. .Terms of service.Accessibility.Privacy.Mobile Site.Site


Language:
Askep Kejang Demam Pada Anak
Apr 12, 2014 by Randy Junior
1.1K views
Embed
More information
scribd

Anda mungkin juga menyukai