PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kondisi kegawat daruratan dapat terjadi dimana saja, dan kapan saja.
Sudah menjadi tugas petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut,
walaupun begitu tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat
terjadi pada daerah yang sulit dijangkau petugas kesehatan, maka pada
kondisi tersebut, peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum
ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting ( Sudiharto &
Sartono, 2011 dalam Lontoh, Kolong, Wongkar 2013).
Kematian terjadi biasanya karena ketidak mampuan petugas kesehatan
untuk menangani penderita pada fase gawat darurat (golden period). Ketidak
mampuan tersebut bisa disebabkan oleh tingkat keparahan, kurang
memadainya peralatan, belum adanya sistem yang terpadu dan pengetahuan
dalam penanggulangan darurat yang masih kurang, pertongan yang tepat
dalam menangani kasus kegawatdaruratan adalah basic live support (Bantuan
Hidup Dasar) (Dahlan, Kumaat, Onibala, 2014).
Jalan napas sangat penting kita pertahankan supaya oksigenasi dari
atmosfer yang masuk dan karbondioksida yang keluar dapat berjalan lancer.
Oksigenasi yang tidak lancer salah satunya bias disebabkan karena adanya
sumbatan jalan napas ( obstruksi jalan napas ), hal ini bisa dikatakan sebagai
pembunuh tercepat jika dibandingkan dengan permasalahan pada breathing
dan circulation. Breathing dapatdioptimalkanjika airway sudah paten atau
baik.Sumbatan jalan napas itu sendiri dibedakan menjadi sumbatan total dan
parsial (YAD 118, 2011)
Korban jika mengalami sumbatan total itu bisa dalam keadaan sadar
maupun tidak sadar. Seperti halnya pada korban saat makan kemudian
tertelan benda asing (makanan) yang menyumbat jalan napas secara tiba-tiba,
maka akan terjadi sumabatan total akut. Sumbatan total juga bisa terjadi
secara perlahan (insidious) yang diawali dari sumbatan parsial terlebih
dahulu, misalnya adanya akumulasi darah di jalan napas yang tidak ditangani
dengan segera. Sumbatan karena benda asing pada jalan napas sering disebut
dengan istilah Foreign Body Airway Obstruction (FBAO) (YAGD 118, 2011).
Di Universitas Muhammadiyah Jember terdapat Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) seperti Korps Sukarela (KSR) yang menjadi kesatuan unit PMI dan
menjadi wadah bagi anggota biasa dan perseorangan yang atas kesadaran
sendiri menyatakan menjadi anggota KSR, seharusnya sudah memiliki
kemampuan dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar (BHD) secara
baik dan benar karena sudah mengikuti Diklat 120 jam yang merupakan
ketentuan wajib dari Palang Merah Indonesia bagi anggota Korps Sukarela,
sehingga KSR diharapkan menjadi Bystander dalam melaksanakan kegiatankegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana terutama di
wilayah kampus Universitas Muhammadiyah Jember.
Dari uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup
Dasar Terhadap Kemampuan Menolong Korban Obstruksi Jalan Napas Pada
Anggota KSR di Universitas Muhammadiyah Jember.
1.2 RumusanMasalah
Adakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar Dengan
Kemampuan Menolong Korban Obstruksi Jalan Napas Pada Anggota KSR di
Universitas Muhammadiyah Jember ?