Anda di halaman 1dari 7

PEMERIKSAAN LENGKAP

Pemeriksaan Subjektif (Anamnesa)


Merupakan proses tanya jawab dengan pasien untuk mendapatkan informasi
yang berhubungan dengan rencana perawatan, bukan prosedur sistematis.
Harus mencakup semua informasi yang berhubungan dengan alasan pasien
datang ke dokter gigi, termasuk informasi personal, perawatan sebelumnya, dan
dental experiences. Keluhan utama sebaiknya dijelaskan oleh pasien sendiri.
Namun jika pasien tidak dapat menjelaskan (contoh : anak-anak, pasien dgn
kelainan mental, dll) dapat dijelaskan oleh wali/orangtua.
a. Keluhan Utama
- Merupakan hal pertama yg dilakukan saat pasien datang untuk
mendapatkan perawatan.
- Dokter gigi harus memperhatikan keluhan utama pasien, hal ini bertujuan
untuk mendapatkan kepercayaan pasien sebelum dilakukan perawatan.
Jika tidak, pasien mungkin akan merasa frustasi karena dokter gigi terlihat
tidak mengerti atau tidak ingin mengerti sudut pandang pasien.
Keluhan utama biasanya mencakup salah satu dari 4 kategori berikut ini :

Comfort pain, sensitivity, swelling


Function kesulitan mastikasi atau berbicara
Sosial bau mulut atau odor
Penampilan fraktur, restorasi atau gigi yg kurang menarik, diskolorasi

Comfort

Jika pasien merasa nyeri, lokasi, karakter, keparahan, frekuensi, dan


penyebab nyeri tersebut. Jika terdapat pembengkakan, lokasi, ukuran,
konsistensi, dan warna harus diketahui, sekaligus sejak kapan
pembengkakan tersebut muncul dan apakah semakin membesar/mengecil.
Function
Kesulitan mengunyah dapat disebabkan oleh local problem seperti cusp yg
fraktur atau kehilangan gigi. Hal tersebut juga dapat mengindikasi maloklusi
atau disfungsi yang lebih general.
Aspek sosial & appearance cukup jelas.
b. Informasi Personal
Mencakup nama, alamat, nomor telepon, jenis kelamin, pekerjaan, jadwal
kerja, status perkawinan, status finansial pasien. Biasanya dapat diketahui
dalam 5 menit melalui percakapan kasual selama kunjungan awal.
- Umur semakin muda pasien, semakin baik prognosisnya dikarenakan
kemampuan penyembuhan jaringan yang lebih baik daripada pasien
dengan usia yang lebih tua.
- Jenis Kelamin pasien berjenis kelamin perempuan akan lebih
memperhatikan estetika sehingga ekspektasi perawatan menjadi lebih
tinggi.
- Suku, akan berhubungan dengan warna kulit, warna rambut, serta fiturfitur laindari wajah yang akan mempengaruhi pemilihan warna dan bentuk
protesa.
- Cosmetic Index, merupakan indeks ekspektasi estetika pasien. Indeks ini
digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu Kelas I (High), Kelas II (Moderate),
dan Kelas III (Low).
- Sifat Mental, dilakukan agar praktsi dapat memikirkan pendekatan yang
tepat untuk pasien berdasarkan sifat mental pasien.
c. Riwayat Medis
- Kondisi yg mempengaruhi metode perawatan, contoh : adanya kelainan yg
mengharuskan konsumsi antibiotik premedikasi, konsumsi steroid atau
antikoagulan, dan respon alergi terhadap obat atau dental material.
- Kondisi yg mempengaruhi rencana perawtan, contoh : terapi radiasi
sebelumnya jika diberikan pada area yg akan diekstraksi membutuhkan
tindakan khusus (hyperbaric oxygen) untuk mencegah komplikasi,
kelainan hemoragik, extremes of age, dan terminal illnes.
- Kondisi sistemik bermanifestasi oral. Seperti beberapa obat yang memiliki
efek samping kelainan temporomandibular atau menurunkan aliran saliva.
- Faktor resiko yg memungkinkan terjadinya infeksi silang antara dokter gigi
dan pasien. Contohnya pasien hepatitis B, AIDS, atau sifilis drg harus
melakukan universal precaution untuk semua pasien.
d. Riwayat Dental
Sebab kehilangan/kerusakan gigi
- Bila sebab kehilangan gigi karena karies, kemungkinan besar pasien
kurang memperhatikan
kebersihan mulutnya, dengan demikian
pengetahuan kesehatan giginya harus ditingkatkan.
- Bila disebabkan karena gigi goyang, penyakit sistemik dan penyakit
periodontal harus diperhatikan.

Bila karena benturan, kadang-kadang perlu dilakukan roentgen foto untuk


mengetahui apakah masih ada sisa akar gigi yang tertinggal, atau adakah
tulang yang tajam.
Pencabutan terakhir
Waktu/kapan pencabutan terakhir perlu diketahui untuk memperkirakan
kecepatan resorbsi tulang alveolar dan pergeseran gigi atau penyakit
sistemik.
Pemakaian gigi tiruan
Pasien yang pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan lebih mudah
dibandingkan pasien yang belum pernah. Namun pasien ini biasanya senang
membanding-bandingkan protesa lamanya dengan protesa yang baru. Untuk
itu, perlu dilihat dan diperhatikan protesa lamanya. Apabila tidak
mengganggu prinsip dasar perawatan, protesa yang baru jangan terlalu
berbeda dengan protesa lama, baik desain, macam, dan jenisnya.
Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga perlu ditanyakan, kapan
mulai dipakai, apa yang disukai dan yang tidak disukai dari gigi tiruan
lamanya, supaya diketahui apa yang dikehendaki oleh pasien.
Tujuan membuat gigi tiruan
Untuk mengetahui tujuan utama (motivasi) pembuatan gigi tiruannya, untuk
estetika (misalnya seorang pemain sinetron, guru), fungsi pengunyahan
(orang tua, penderita penyakit lambung), fungsi bicara (penyiar, imam) dll,
atau hanya memenuhi permintaan orang lain.

Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Umum
-

General appearance
Gaya berjalan untuk mendeteksi penyakit neuromuskular
Berat badan
Warna kulit mengindikasi gejala anemia atau jaundice
Tanda-tanda vital seperti respirasi, nadi, suhu, dan tekanan darah (pasien
prosto biasanya berusia lanjut resiko penyakit kardiovaskular lebih
tinggi)

Pemeriksaan Intraoral
Meliputi jaringan lunak, gigi, dan jaringan pendukung gigi seperti lidah, floor of
the mouth, vestibulum, pipi, palatum, dan abnormalitas lainnya yg terdeteksi di
dalam rongga mulut.
a. OH Pasien dikategorikan menjadi baik/sedang/buruk
Ketika GTSL digunakan, gigi yang masih ada dan jaringan di sekitarnya
harus mendapatkan prosedur OH yang konsisten dan teliti supaya derajat
OH nya normal. Status OH pasien sebelum perawatan prostodontik
merefleksikan apakah pasien sudah melakukan pemeliharaan OH dengan
tepat dan mengikuti instruksi dan/atau mengerti dari perawatan sebelumnya.
Jika OH pasien kurang baik, perlu dilakukan DHE termasuk mengontrol
plak dan pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal.
Jika pasien bersedia kooperatif dan bertanggung jawab untuk mengontrol
plak, prognosis perawatan menjadi compromised.

b. Kalkulus, jika terdapat kalkulus harus dilakukan scaling terlebih dahulu


mengembalikan kesehatan jaringan periodontal.
c. Stain untuk penentuan warna yg terdapat pada detil protesa.
d. Saliva diobservasi
berdasarkan
kualitas
(encer/normal/kental) dan
kuantitasnya (sedikit/normal/banyak) mempengaruhi retensi terutama
untuk gigi tiruan lengkap.
e. Lidah, cara pemeriksaan : pasien diinstruksikan untuk menyebutkan huruf M
secara berulang.
Ukuran lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan
dan pemasangan gigi tiruan. Pasien akan merasakan ruang lidahnya sempit,
sehingga terjadi gangguan bicara dan kestabilan protesa.
Posisi lidah yang paling menguntungkan adalah posisi Wright kelas I
posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah berfungsi sebagai
pedoman penyusunan gigi anterior.
Mobilitas lidah yang aktif/tinggi akan mengganggu retensi dan stablisasi
gigi tiruan.
f. Refleks muntah untuk mengetahui sensitivitas muntah pasien.
Pemeriksaan ini mempengaruhi proses pencetakan gigi pasien. Jika
hipersensitivitas, dapat diatasi dengan menyemprotkan anestesi ke palatum
pasien saat proses pencetakan. Cara lain adalah dengan mengalihkan
perhatian pasien pada hal-hal lain, mengajak pasien mengobrol dll.
Cara pemeriksaan : posterior lidah ditekan dengan menggunakan kaca
mulut.
g. Mukosa mulut : sehat/ada kelainan
Mukosa palatal, edentulous ridge, lidah, pipi, floor of the mouth, dan
vestibulum harus diperiksa. Lokasi dan appearance (jika ada) ulserasi, area
inflamasi, atau lesi yang mencurigakan tercatat dan dibuat differential
diagnosis.
Infeksi fungal pada mukosa di bawah GTP/GTSL pasien yang sudah pernah
menggunakan protesa, biasanya maksila perlu dilakukan terapi
antimikotik sebelum perawatan prosto.
Infeksi jamur kandida biasanya mengindikasi papillary hyperplasia
palatum.
h. Gigitan, ada dan stabil maksila dan mandibula dapat dikatupkan dengan
baik dengan 3 titik temu (1 anterior, 2 posterior) ada dan tidak stabil lihat
banyaknya gigi yg aus sehingga titik kontak tidak meyakinkan.
Selain itu, pemeriksaan gigitan juga mencakup observasi adanya
overbite, overjet, openbite, maupun crossbite pada pasien. Pencatatan
overbite dan overjet yang tidak normal adalah yang lebih dari 4 mm.
Hubungan rahang ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk pada
dasar vestibulum anterior rahang atas dan ibu jari pada dasar vestibulum
anterior rahang bawah.
- Ortognati, bila ujung kedua jari terletak segaris vertikal
- Retrognati, bila ujung ibu jari lebih ke arah pasien
- Prognati, bila ujung jari telunjuk lebih ke arah pasien
i. Artikulasi, dibedakan menjadi 3 yaitu :
- Cuspid Protected Occlusion, merupakan bentuk artikulasi dimana gigi
kaninus mencegah gigi-gigi posterior berkontak saat gerak ekskrusif
mandibula.

Group Function, merupakan bentuk artikulasi dimana kontak antara gigi


geligi maksila dan mandibula terjadi pada beberapa gigi yang simultan
bertindak sebagai suatu grup untuk mendinstribusikan kekuatan oklusal.
Balanced Occlusion, dimana terdapat kontak oklusal gigi anterior dan
posterior secara simultan dan bilateral pada saat gerak lateral.

Kontak prematur diperiksa dengan meletakkan kertas artikulasi di


seluruh permukaan oklusal gigi dalam mulut pasien, kemudian pasien
diminta untuk mengatupkan mulutnya berulang kali dalam keadaan oklusi.
Perhatikan tanda-tanda merah atau biru yang terjadi pada gigi geligi di
dalam mulut. Bila ada warna yang lebih gelap, tebal, dan atau lebar, berarti
pada daerah tersebut terjadi kontak prematur yang harus diperbaiki dengan
cara occlusal adjustment.
Selanjutnya pasien diminta untuk menggerakkan rahangnya ke lateral
kiri, kanan, dan ke depan. Bila pasien tidak dapat melakukan gerakan ini,
berarti ada gigi, tambalan, atau restorasi yang menghambat. Daerah mana
yang menghambat atau menyebabkan blocking dapat diketahui dengan
melihat jejas warna yang lebih gelap. Bila terlihat adanya blocking pada gigi
kaninus, jangan cepat-cepat diasah, karena kemungkinan itu adalah cuspid
protected occlusion yang harus dipertahankan.
j.

Daya kunyah, dibedakan menjadi daya kunyah yg normal dan besar..


Bila terlihat banyak gigi-geligi yang aus atau atrisi dengan faset yang tidak
tajam dan permukaan yang mengkilap, kemungkinan tekanan kunyah pasien
ini besar. Pada keadaan ini, apalagi bila ridge sudah rendah, hindarilah
pemakaian elemen gigi porselen terutama untuk gigi posterior, dan bidang
oklusal gigi-gigi jangan dibuat terlalu besar.
k. Bad oral habits, antara lain :
Bruxism dan clenching gigi tiruan mudah aus, tidak stabil, dan dapat
menjadi etiologi TMD.
Lip biting mempengaruhi pemilihan warna dan material protesa.
Mendorong lidah dan mengunyah satu sisi mengurangi stabilitas
protesa.
Pemeriksaan Lainnya
Vestibulum
Vestibulum adalah ruangan yang terdapat di antara mukosa
bukal/labial prosesus alveolaris dan pipi/bibir. Kedalamannya diperiksa
menggunakan kaca mulut nomor 3 yang dimasukkan ke dalam ruangan
tersebut.
Bila pada regio tersebut terdapat gigi yang hilang, pengukuran
dilakukan pada regio yang tidak bergigi, yaitu batas atas diukur dari puncak
prosesus alveolaris (alveolar crest) sampai ke dasar vestibulum (batas
mukosa bergerak dan tidak bergerak). Sedangkan bila masih ada gigi geligi,
batas atasnya adalah servikal gigi, dan batas bawahnya adalah dasar
vestibulum.

Vestibulum dikatakan dalam bila pada pemeriksaan, lebih dari


setengah kaca mulut terbenam, dikatakan sedang bila setengah kaca mulut
terbenam, dan dikatakan dangkal bila yang terbenam kurang dari setengah
kaca mulut. Vestibulum yang menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan
adalah yang dalam, karena sayap gigi tiruan dapat dibuat lebih panjang,
sehingga menambah retensi.
Prosessus alveolaris
Bentuk prosesus alveolaris berpengaruh terhadap retensi dan
stabilisasi gigi tiruan lepas, serta pemilihan desain pontik pada gigi tiruan
cekat.
Ketinggian prosesus alveolaris mencerminkan besarnya resorpsi yang
terjadi. Bila resorpsi besar, prosesus menjadi rendah. Hal tersebut diperiksa
dengan cara dibandingkan dengan gigi sisa di sebelahnya. Bila pasien sudah
tidak mempunyai gigi sama sekali, tingginya diukur dengan menggunakan
kaca mulut nomor 3 seperti pada pemeriksaan kedalaman vestibulum.
Tahanan jaringan berpengaruh terhadap cara pencetakan. Cara
pemeriksaannya adalah dengan menekankan burnisher pada mukosa di atas
prosesus alveolaris. Bila burnisher tidak terlalu terbenam, dan warna mukosa
menjadi pucat, maka mukosa dikatakan keras, atau tahanan jaringannya
rendah. Bila burnisher bisa ditekan lebih dalam, mukosa dikatakan lunak,
atau tahanan jaringannya tinggi. Mukosa dikatakan flabby bila mukosa bisa
bergerak dalam arah bukolingual saat ditekan dengan burnisher.
Tahanan jaringan pada usia muda, biasanya rendah karena mukosanya
masih padat. Sedangkan pada pasien yang sudah pernah memakai gigi
tiruan yang kurang baik, mukosanya cenderung menjadi lunak dan flabby.
Tahanan jaringan yang tinggi biasanya terdapat pada regio gigi yang baru
dicabut, dan pada regio retromolar pad pada kasus free-end.
Frenulum
Frenulum adalah tempat perlekatan otot bibir / pipi / lidah terhadap
prosesus alveolaris. Frenulum dikatakan tinggi bila perlekatan ototnya
mendekati puncak prosesus alveolaris, dikatakan rendah bila menjauhi, dan
sedang bila berada di tengah antara puncak prosesus alveolaris dengan
dasar vestibulum.
Frenulum yang tinggi dapat mengurangi retensi gigi tiruan lepas
karena mengganggu sayap gigi tiruan.
Palatum
Bentuk dan dalam palatum berkaitan dengan retensi dan stabilisasi
gigi tiruan lepas. Torus yang besar akan mengganggu stabilitas gigi tiruan.
Pada torus yang besar, agar tidak terjadi fulkrum, dilakukan relief pada saat
dilakukan pencetakan fisiologis.

Palatum molle merupakan jaringan lunak di bagian posterior palatum


durum.
Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut
aponeurisis, sebagai tempat posterior palatal seal (postdam).
Tuberositas maksila
Disebut juga tuberositas maxillare atau alveolar tubercle. Daerah ini
ditutup oleh jaringan fibrous dengan ketebalan yang berbeda-beda. Disebut
kecil bila tuber ini lebih kecil dari prosesus alveolaris, dan besar bila tuber
melebar atau menonjol ke arah oklusal atau lateral. Tuber yang besar dapat
mengganggu retensi gigi tiruan.
Undercut
Undercut biasanya mengganggu perluasan basis protesa yang dapat
mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan, serta menghalangi
pemasukan dan pengeluaran gigi tiruan. Bila diperkirakan akan
mengganggu, perlu dilakukan alveolotomi atau alveolektomi sebelum
dilakukan pencetakan untuk pembuatan model kerja.
Ruang retromylohyoid
Ruang ini berada di antara prosesus alveolaris rahang bawah dan lidah.
Kriteria penentuannya adalah sama dengan vestibulum, yaitu dengan
menggunakan kaca mulut nomor 3.
Ruang retromilohiod yang dalam
memungkinkan sayap lingual gigi tiruan penuh dibuat lebih panjang,
sehingga dapat menambah retensi dan stabilitasnya.
Bentuk lengkung rahang
Bentuk lengkung rahang segitiga adalah yang paling menyulitkan
terutama saat penyusunan elemen gigi tiruan penuh yang tidak mengganggu
artikulasi dan selanjutnya tidak mengganggu stabilisasi.
Ruang gigi tiruan
Ruang gigi tiruan adalah jarak vertikal antara prosesus alveolaris
rahang atas dan rahang bawah. Ruang gigi tiruan yang besar adalah
menguntungkan dalam hal penyusunan gigi, dan penentuan tinggi bidang
oklusal.
Perlekatan dasar mulut
Diperlukan untuk menentukan panjang sayap lingual gigi tiruan rahang
bawah, yang akan mempengaruhi stabilisasi gigi tiruan.

Sumber :
-

Panduan Pengisian Rekam Medik Prostodonsia FKG UI


Rosenstiel

Anda mungkin juga menyukai