PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Mastitis infeksi dapat terjadi ketika bakteri
memasuki payudara sementara menyusui. Puting susu dapat menjadi retak atau
sakit akibat menyusui. Hal ini dapat terjadi bila posisi bayi pada saat menyusui
tidak sesuai. Mastitis dapat mempengaruhi satu atau kedua payudara. Kadangkadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis. Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang
berat dan memerlukan biaya yang sangat besar. Penelitian terbaru menyatakan
bahwa mastitis dapat meningkatkan resiko penularan HIV melalui menyusui.
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik
menyusui yang buruk merupakan penyebab yang penting. Perawat dan konsultan
menyusui yang praktek di klinik mungkin menjadi orang pertama yang berbicara
dengan ibu mengenai gejala-gejala yang menunjukkan indikasi awal mastitis.
Nasihat yang diberikan pada awal pertemuan dapat mencegah suatu kondisi yang
berkembang menjadi abses, terutama jika si ibu berpikir salah bahwa ia harus
berhenti menyusui atau ia sudah melakukannya. Mastitis biasanya merupakan
infeksi, jinak, sembuh sendiri, dengan beberapa konsekuensi untuk menyusui bayi.
LBM II
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
NYERI PAYUDARA
Pasien wanita, 30 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada
payudara kiri yang dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Pasien mengaku awalya
muncul benjolan seperti bisul yang semakin lama semakin membesar disertai rasa
nyeri yang makin hebat. Satu hari yang lalu benjolan tersebut pecah dan
mengeluarkan cairan berwarna putih kekuningan seperti nanah. Setelah benjolan
pecah, nyeri pada payudara kiri dirasakan berkurang. Pasien juga mengeluhkan
nyeri pada putting saat menyusui dan payudara sebelah kiri dirasakan agak
membengkak dibanding payudars kanan.
Pasien mengatakan 4 bulan yang lalu dia melahirkan anak pertamanya. Sejak
saat itu dia rutin memberikan ASI untuk anaknya, tetapi belakangan ini anaknya
tampaknya hanya mau menyusui pada payudara kanannya saja. Sehingga
payudara kiri seringkali bengkak dan terasa sakit. Pasien tidak pernah memompa
ASI meskipun dirasa payudara membengkak. Pada pemeriksaan payudara
didapatkan payudara kiri edema dan hiperemis dengan adanya luka terbuka yang
mengeluarkan pus. Ditemukan pula adanya inverted nipple dan cracked nipple.
Tidak ada gambaran pseudo Doranges.
2.2 TERMINOLOGI
2.2.1 Inverted Nipple
2.2.2 Cracked Nipple
2.2.3 Pseudo Doranges
2.3 PERMASALAHAN
2.3.1 Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Payudara ?
2.3.2 Bagaimana Fisiologi Menyusui ?
2.3.3 Bagaimana Interpretasi Pada Skenario?
2.3.4 Apa saja Diagnosis Banding pasien pada scenario?
LBM II
Page 2
2.3.5
Inverted Nipple atau Puting susu terbenam adalah Puting susu yang
tidak dapat menonjol dan cenderung masuk kedalam sehingga ASI tidak
dapat keluar dengan lancar.
2.4.2
2.4.3
Saat
kehamilan,
kelenjar
mammae
mencapai
LBM II
Page 3
LBM II
Page 4
b.
Fisiologi Payudara
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai
hormon. Esterogen diketahui merangsang perkembangan duktus
mamilaris.
Progesteron
memulai
perkembangan
lobulus-lobulus
LBM II
Page 5
Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting
susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi
prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.
Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi
berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi intensitas dan
LBM II
Page 6
Refleks mengisap
Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau
pengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung lidah.
Refleks ini melibatkan lidah, dan pipi.
Refleks menelan
Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola,
sehingga
LBM II
Page 7
menyusui, jadi segera setelah lahir harus segera menyusui agar tidak
terjadi statis atau bendungan ASI. Saat bayi menyusui segera setelah lahir
atau di peluk oleh ibu maka akan terbentuk organisme flora yang akan
menghambat pertumbuhan organisme yang bersifat patogenik hal ini di
sebut dengan inferensial bakterial, jika organisme yang bersifat patogenik
tersebut berkembang, akan menyebabkan reaksi inflamasi, dan dapat
masuk ke payudara, selain oleh bakteri dapat juga terjadi karena non
bakterial, dimana bendungan ASI yang sudah ada akan menyebakan
plasma masuk ke dalam ASI dan akan terjadi reaksi imun. sehingga akan
menyebabkan keluhan keluhan yang ada di skenario, dimana akan
terkirim sinyal kimiawi ke otak yang akna menyebabkan makrofag datang
ke tempat infeksi tersebut, hasilnya akan menyebabkan adanya nanah atau
pus, dan akan di stimulasinya mediator inflamasi yaitu prostaglandin dan
leukotrien yang menyebabkan sel mast mengeluarkan histamin, histamin
akan menyebakan vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan tampak
eritema, dan juga peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
akumulasi cairan sehingga tampak edema dan dapat muncuk bisul,
kemudian nyeri karena adanya bisul atau edema akan menekan saraf
perifer yang ada di sekitar sehingga menimbulkan persepsi nyeri, dan
adanya mediator inflamasi menyebabkan terstimulasinya saraf yang ada
sehingga menimbulkan persepsi nyeri yang akan di terus kan melalui divisi
aferen (input dari perifer ke SSP) dan kemudian di teruskan ke divisi
eferen (dari SSP ke perifer) sehingga timbul rasa nyeri akibat impulsnya
yang sebelumnya
melewati korteks
somatosensorik.
2.5.4 Diagnosis Banding pasien pada skenario
a.
Mastitis
Definisi
LBM II
Page 8
dan
Staphylococcus
albus.
Escherichia
coli
dan
LBM II
Page 9
membesar,
bengkak
dan
sakit
(nyeri
lokal),
rekuren:
terjadi
karena
keterlambatan
atau
tidak
b.
LBM II
Abses Payudara
Definisi
Page 10
LBM II
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak
steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
Page 11
infeksi.
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
Terdapat gangguan system kekebalan.
Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat
menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung
nanah)
LBM II
Page 12
c.
Fibroadenoma
Definisi
Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang
terutama terdapat pada wanita muda, dan jarang ditemukan setelah
menopause. Fibroadenoma adalah kelainan pada perkembangan
payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal
pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel
yang melapisi saluran air susu di payudara.
Fibroadenoma merupakan jenis tumor jinak mamma yang paling
banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak
ditemukan pada kelompok umur muda.
Etiologi
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara
pasti, namun berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko
yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain:
1) Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau
frekuensi terjadinya FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada
wanita usia muda < 30 tahun. terutama terjadi pada wanita dengan
usia antara 15-25 tahun.
2) Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan
usia perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak.
3) Paritas dan Riwayat Menyusui Anak
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama
meningkat pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui
memiliki peran yang penting dalam perlindungan terhadap risiko
kejadian FAM.
LBM II
Page 13
4) Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena
kepekaan terhadap peningkatan hormon estrogen. Penggunaan
kontrasepsi yang komponen utamanya adalah estrogen merupakan
faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM.
5) Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari
normal merupakan faktor risiko terjadinya FAM.
6) Riwayat Keluarga
Tidak
ada
faktor
genetik
diketahui
mempengaruhi
risiko
LBM II
Page 14
biasanya
Kanker Payudara
Definisi
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker dapat tumbuh di dalam kelenjar susu,
saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara.
Umur penderita kanker payudara termudaadalah 20 sampai 29
tahun, yang tertua adalah 80 sampai 89 tahun, yang terbanyak adalah
berumur 40 sampai 49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral
atas.
Etiologi
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan.
Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor
yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk
terjadinya kanker payudara.
Faktor-faktor resiko tersebut adalah :
LBM II
Page 15
Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker
payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria
hanya 1% dari seluruh kanker payudara.
Faktor usia
Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker payudara meningkat dua
kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50
tahun.
Riwayat keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor
resiko terjadinya kanker payudara.
Faktor genetik
Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1
dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka
probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar80%.
Faktor hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif,
terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat
kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
Usia menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko
kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan
dari estrogen.
LBM II
Page 16
Menopause
Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker
payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan
meningkatkan resiko kanker payudara 3 %.
Tidak Menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama
mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker
payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan
sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.
LBM II
Page 17
fisiologis.
Gejala retraction
Gejala retraction merupakan penarikan ke dalam oleh puting
payudara.
Nipple discharge
Yang disebut sebagai Nipple discharge ialah cairan yang
dikeluarkan puting payudara secara spontan dan memberikan bekas
2.5.5
atau
tidak,
yang
disebabkan
oleh
kuman
disebut
juga
mastitis
laktasional
atau
mastitis
LBM II
Page 18
Etiologi
Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Stasis
ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau
berkembang menuju infeksi. Gunther pada tahun 1958 menyimpulkan
dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di
dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat
mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan bahwa infeksi, bila terjadi,
bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media
pertumbuhan bakteri. Thomsen dan kawan-kawan pada tahun 1984
menghasilkan bukti tambahan tentang pentingnya stasis ASI. Mereka
menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari payudara dengan
tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut ini :
LBM II
Page 19
ASI
yang
efektif,
mastitis
noninfeksiosa
sering
Stasis ASI
Stasis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari
payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera
setelah melahirkan atau saat bayi tidak mengisap ASI, yang
dihasilkan oleh sebagian atau seluruh payudara. Penyebabnya
termasuk pengisapan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan
yang tidak efektif, pembatasan frekuensi atau durasi menyusui dan
sumbatan pada saluran ASI. Situasi lain yang mempengaruhi
predisposisi terhadap stasis ASI, termasuk suplai ASI yang sangat
berlebihan, atau menyusui untuk kembar dua atau lebih. Berikut
faktor-faktor penyebab stasis asi :
a
Bendungan payudara
Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir,
sehingga stasis ASI terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI
yang segera pada tahap awal mastitis, atau kongesti, untuk
LBM II
Page 20
Frekuensi menyusui
Tahun 1952, Illingworth dan Stone secara formal menunjukkan
dalam uji coba dengan kontro1, bahwa insiden stasis asi dapat
dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas.
Hubungan antara pembatasan frekuensi dan durasi menyusui
dan mastitis telah diuraikan oleh beberapa penulis. Banyak
wanita menderita mastitis bila mereka tidak menyusui atau bila
bayi mereka, tidak seperti biasanya, tertidur semalaman dan
waktu antar menyusui semakin lama.
LBM II
Page 21
Infeksi
a Organisme penyebab infeksi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis
dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif
LBM II
Page 22
Rute infeksi
Bagaimana
infeksi
memasuki
payudara
belum
Patofisiologi
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di
dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera
LBM II
Page 23
darah).
Organisme
Staphylococcus
aureus,
Kadangkadang
ditemukan
yang
Escherecia
pula
paling
coli
mastitis
dan
sering
adalah
Streptococcus.
tuberkulosis
yang
Manifestasi Klinis
1) Bendungan
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan,
ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat
penuh. Hal ini bersifat fisiologis, dan dengan pengisapan yang
efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih
dengan cepat. Namun, dapat berkembang menjadi bendungan, dan
kedua kondisi ini sering membingungkan. Pada bendungan,
payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan.
Aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat,
dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara
menjadi bengkak dan edematous. Payudara penuh yang bersifat
fisiologis maupun penuh karena bendungan, biasanya mengenai
kedua payudara. Namun, terdapat beberapa perbedaan penting,
LBM II
Page 24
yaitu:
dalam 24 jam.
2) Sumbatan saluran payudara
Stasis ASI lokal, mempengaruhi sebagian payudara, seperti
sebuah lobus, sering menunjukkan sumbatan saluran payudara.
"Bendungan payudara fokal", atau "saluran payudara tersumbat
merupakan istilah lain yang kadang-kadang digunakan. Kondisi ini
dianggap akibat dari obstruksi benda padat, tetapi dapat pula hanya
akibat pengeluaran ASI yang tidak efisien dari bagian payudara
tersebut. Tanda klinis berupa benjolan yang sangat nyeri pada satu
payudara, sering dengan bercak kemerahan pada kulit di atasnya.
Hanya sebagian dari satu payudara yang terkena. Wanita biasanya
tidak demam dan merasa sehat.
Beberapa wanita dengan sumbatan saluran ASI melaporkan
adanya bahan partikel pada air susu yang diperas. Pada kasus ini
mungkin terdapat sumbatan sejati pada saluran ASI. Gejala hilang
dengan cepat ketika materi partikel yang keras dikeluarkan, dan
ASI keluar dari bagian payudara yang terkena. Granula putih yang
dapat ditemukan pada ASI yang terkumpul diduga terbentuk dari
LBM II
Page 25
campuran kasein dan materi lain yang mengeras oleh garam yang
mengandung kalsium. Materi yang tampak berlemak atau seperti
benang, kadang-kadang berwarna coklat atau kehijauan, juga
kadang-kadang keluar dari saluran yang tampak tersumbat, diikuti
dengan hilangnya gejala. Kondisi yang berhubungan adalah
tampaknya bintik putih pada ujung puting susu, biasanya
berdiameter sekitar 1 mm pada bagian payudara dengan saluran
yang tersumbat. Bintik putih dapat sangat nyeri selama pengisapan.
Sumbatan cepat hilang bila bintik putih dibuang, misalnya, dengan
menggunakan jarum steril atau diusap dengan handuk. Bintik putih
diduga akibat pertumbuhan epitel yang berlebihan (membentuk
sebuah bula), atau akumulasi materi partikel atau berlemak.
Keadaan lain yang tidak lazim berhubungan adalah galaktokel.
Galaktokel adalah kista yang terisi susu, diduga merupakan
perkembangan dari saluran ASI yang tersumbat. Galaktokel timbul
sebagai pembengkakan yang bulat licin pada payudara, awalnya
hanya terisi dengan susu, kemudian dengan materi yang kental
seperti krim bila cairan diabsorbsi. Bila pembengkakan diperas,
cairan seperti susu dapat keluar dari puting susu. Diagnosis dapat
dibuat dengan aspirasi atau ultrasound. ASI dapat diaspirasi, tetapi
kista biasanya terisi lagi setelah beberapa hari, dan diperlukan
aspirasi ulangan. Galaktokel dapat dibuang secara bedah dengan
anestesi lokal. Menyusui tidak perlu dihentikan.
3) Mastitis noninfeksiosa
Bila ASI tidak dikeluarkan dari sebagian atau seluruh
payudara, produksi ASI melambat dan akhirnya berhenti. Namun,
proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan
selesai dalam 2-3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI
dapat menyebabkan respons peradangan. Sitokin, baik inflamasi
LBM II
Page 26
dan
antiinflamasi
normal
ditemukan
dalam
ASI.
Sitokin
LBM II
Page 27
dalam
ASI,
dan
peningkatan
konsentrasi
Page 28
puting
pecah-pecah.
Mastitis
infeksiosa
telah
LBM II
Page 29
payudara atau
Diagnosis
Dokter mendiagnosis mastitis berdasarkan anamnesis tentang
gejala-gejala yang dialami, riwayat sebelumnya, dan pemeriksaan fisik.
Tanda lainnya yang cukup jelas adalah adanya bentuk prisma segitiga
tidak beraturan (wedge ) pada payudara, yang sakit bila disentuh.
Selain itu, dokter juga akan memeriksa apakah ada abses (komplikasi
yang timbul bila mastitis tidak ditangani dengan tepat). Jika diagnosis
sulit, belum pasti atau terjadi mastitis rekuren dapat dilakukan
pemeriksaan:
Kultur ASI atau cairan puting
Biopsi pada daerah yang terkena
Ultrasound payudara
Mammogram atau x-ray
Kultur ASI, menyediakan koloni bakteri untuk bertumbuh.
Identifikasi bakteri penyebab dapat dilihat melalui mikroskop. Pada
saat yang sama tes dapat dilakukan untuk menentukan antibiotik apa
yang paling efektif untuk melawan bakteri penyebab.
g.
Penatalaksanaan
1 Sumbatan saluran payudara
Penanganan dilakukan dengan memperbaiki pengeluaran ASI, dan
LBM II
Page 30
pengeluaran
ASI
dari
bagian
tersebut,
payudara
meradang,
pemijatan,
kadang-kadang,
Mastitis
Jika dengan semua usaha pencegahan, mastitis tetap terjadi,
maka ia harus ditangani dengan cepat dan adekuat. Bila
penanganan ditunda, penyembuhan kurang memuaskan. Terdapat
peningkatan risiko abses payudara dan kekambuhan. Prinsipprinsip utama penanganan mastitis adalah:
LBM II
Page 31
Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan
membuat frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat
sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ia mungkin
telah mendapat nasihat yang membingungkan dari petugas
kesehatan, mungkin disarankan untuk berhenti menyusui, atau
tidak diberi petunjuk apapun. Ia dapat menjadi bingung dan
cemas, dan tidak ingin terus menyusui. Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan,
bahwa
ASI
dari
payudara
yang
terkena
tidak
akan
dibutuhkan
untuk
penanganan,
dan
bagaimana
walaupun
sudah
diberikan
antibiotik
kecuali
LBM II
Page 32
Terapi Antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada:
Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta
menunjukkan infeksi
Gejala berat sejak awal
Terlihat puting pecah-pecah
Gejala tidak membaik setelah
12-24
jam
setelah
LBM II
Antibiotik
Dosis
Eritromisin
Flukloksasilin
Dikloksasilin
Amoksasilin
Sefaleksin
Terapi Simtomatik
Page 33
mengurangi
inflamasi
dan
nyeri.
Parasetamol
Komplikasi
Abses payudara
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah
payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi,
maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih
3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG
payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang
terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus
dengan bimbingan USG karena dapat bersifat kuratif. Hal ini dapat
mengurangi nyeri dibanding insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan
dengan anastesia lokal. Pada abses yang sangat besar terkadang
diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus
mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya. Bila
payudara yang dibedah sudah sembuh, maka bayi diwajibkan
menyusui payudara yang terkena agar mencegah stasis asi atau menjadi
mastitis berulang.
LBM II
Page 34
i.
Prognosis
Umumnya prognosis dari mastitis adalah baik.
BAB III
PENUTUP
LBM II
Page 35
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada skenario bahwa kelompok kami menyimpulkan bahwa
diagnosis kerja pada skenario adalah mastitis dengan komplikasi abses payudara,
karena tanda dan gejala yang terdapat di skenario seperti nyeri, bisul yang berisi
pus/nanah, edema, hiperemis, inverted nipple, dan cracked nipple merupakan
manifestasi klinis dari mastitis dan berdasarkan faktor resikonya seperti bayi yang
hanya mau menyusui pada salah satu payudara saja lebih mengarah kepada
mastitis di bandingkan diagnosa banding lainnya, sementara pernyataan yang
terdapat di skenario yaitu pasien tidak pernah memompa ASI meskipun di rasa
payudara membengkak, bisa di masukkan ke dalam kategori bahwa tidak
mendapatkan penanganan yang baik atau di telantarkan yang merupakan dapat
menjadi penyebab munculnya abses payudara, sehingga akan di dapatkan
diagnosis mastitis dengan komplikasi abses payudara.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo: 2011.p. 412-416.
Inch S, Xylander S. Mastitis : penyebab dan penatalaksanaan. Newyork : World
LBM II
Page 36
LBM II
Page 37