Anda di halaman 1dari 10

1.

Dokter Layanan Primer


a) Family/Community Physicians
Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga

Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring di tingkat primer
sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan dokter spesialis
di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan rawat inap,
diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif dengan
mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta
pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia
serta faktor-faktor lainnya.
(The American Academy of Family Physician, 1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981)
Karakteristik Dokter Keluarga
Lynn P. Carmichael (1973)
Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan

Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat

Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya

Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit

Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan


penyakit
Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)
Pelayanan responsif dan bertanggung jawab

Pelayanan primer dan lanjut

Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi

Memandang pasien dan keluarga

Melayani secara maksimal


IDI (1982)
Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat

Pelayanan menyeluruh dan maksimal

Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan

Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya

Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya

Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga


Skala kecil:
Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga
Mewujudkan keluarga sehat sejahtera
Skala besar:
Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi
seluruh rakyat Indonesia
Dokter Keluarga di Indonesia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak
tahun 1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990
melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter
Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi
anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat
pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada
tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama
World of National College and Academic Association of General Practitioners / Family
Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese
Dokter Keluarga Indonesia.

1. Kebijakan pemerintah dalam mempromosikan


2. level Minimal/optimal pada kompetensi dan fasilitas Perawatan
3. level Minimal/optimal pada kompentensi dan Layanan ifrastruktur
4. Penerimaan kesejawatan dalam kesehatan
5. Mekanisme dalam memantau
6. Perbaruan periode pada kompetensi
7. pelayanan kesehatan perempuan
pelayanan KB
penyalahgunaan zat
8. program penilaian kardiovaskular
9. meresepkan herbal
10. nutrisi medis dan terapi
11. Menjaga rekam medis
12. Daerah tangkapan air untuk keluarga / dokter umum ini
13. Gaji, Perles dan status keluarga / umum
14. Mekanisme untuk pemantauan
15. memperbarui periodik kompetensi
16. Dirancang khusus belajar modul, bahan, garis bantuan
17. data base penelitian
18. Peran Keluarga / Dokter Komunitas di Primer
19. Memperkuat kurikulum sarjana dan pelatihan
20. Membangun kedokteran keluarga
21. Reorientasi kurikulum kedokteran komunitas atau pencegahan
22. Mengembangkan modul Kurikulum Family Medicine
23. berbasis masyarakat
24. multispesialis
25. Mengembangkan Materi Pelatihan
26. Modul kotak, MIT: Video konseling, ruang kelas virtual, internet
27. chatting dasar

28. Mengembangkan Fakultas Kedokteran Keluarga


29. Mengembangkan Departemen Kedokteran Keluarga
b) Flight Surgeon
Dokter Penerbangan (Flight Surgeon) adalah dokter umum atau dokter spesialis yang
telah mengikuti dan lulus dari pendidikan dokter penerbangan. Dokter penerbangan adalah
dokter pengawas [Medical Assesor/IVLA) dan dokter penguji kesehatan (Medical
Examiner /ME]. Dokter pengawas (Medical Assesor/IVLA) adalah dokter Spesialis
Kedokteran Penerbangan dan atau dokter Flight Surgeon yang memiliki kualifikasi dan
pengalaman di bidang kesehatan penerbangan yang diberi tugas dan fungsi oleh Direktur
Jenderal untuk melakukan pengawasan dan sebagai konsultan terhadap dokter penguji
kesehatan. Dokter penguji kesehatan personel penerbangan (Designated Medical
Examiner/DME) adalah dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan (SpKP) atau dokter Flight
Surgeon (FS) yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan penerbangan untuk melakukan
pengujian kesehatan.
Menteri Perhubungan RI. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR PM 186 TAHUN 2015 TENTANG PENUNJUKAN
(DESIGNATED) PENYELENGGARA PENGUJIAN KESEHATAN PERSONEL
PENERBANGAN.(Online,30Juni2016)

http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2015/PM_186_Tahun_2015.pdf.

c) Dokter Okupasi
Kedokteran okupasi melakukan intervensi kesehatan yang ditujukan kepada para pekerja dan
lingkungan kerjanya, yang bersifat pencegahan primer (health promotion, specific
protection), sekunder (early detection and prompt treatment), dan tersier (disability limitation,
rehabilitation, prevention of premature death). Kedokteran okupasi melakukan penilaian
tentang berbagai risiko dan bahaya (hazard) di tempat kerja bagi kesehatan pekerja, dan
menerapkan upaya pencegahan penyakit dan cedera, serta meningkatkan kesehatan populasi
pekerja. Dokter okupasi melakukan upaya menurunka risiko, mencegah terjadinya penyakit
dan cedera akibat kerja, dengan menerapkan ventilasi setempat, penggunaan peralatan
protektif perorangan, perubahan cara bekerja, dan vaksinasi. Dokter okupasi melakukan
surveilans kesehatan melalui skrining/ pemeriksaan kesehatan secara berkala (Agius dan
Seaton, 2005). Dokter okupasi juga melakukan pencegahan tersier, yakni melakukan upaya
pelayanan medis perorangan pasca penyakit untuk membatasi kecacatan, disfungsi sisa, dan
kematian, melakukan rehabilitasi, dan mencegah rekurensi penyakit, untuk memulihkan dan
meningkatkan derajat kesehatan masing-masing pekerja. Tetapi dokter okupasi juga
memberikan pelayanan medis langsung kepada pekerja yang sakit. Dokter okupasi menaksir
besarnya masalah dan memberikan pelayanan kuratif untuk mengatasi masalah penyakit yang
dialami pekerja. Dokter okupasi melakukan penatalaksanaan medis terhadap gangguangangguan penyakit penting yang berhubungan dengan pekerjaan, mencakup pernapasan,
kulit, luka bakar, kontak dengan agen fisik atau kimia, keracunan, dan sebagainya. Dokter
okupasi menganalisis absensi pekerja, dan menghubungkannya dengan faktorfaktor
penyebab.
Semua kegiatan kedokteran okupasi tersebut ditujukan untuk melindungi, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Derajat kesehatan yang optimal memberikan
kontribusi bagi kinerja perusahaan, seperti produktivitas, laba (profitability), dan
kelangsungan hidup (survival) (Segal, 1999). Peningkatan derajat kesehatan pekerja akan
meningkatkan produktivitas laba, dan kelangsungan hidup perusahaan.

Daftar pustaka :
Agius R , Seaton A (2005). Practical occupational medicine. UK: Hodder Headline/Arnold
Publishers National University of Singapore (2004). Family medicine posting. Family
medicine primer 2004. Singapore: Department of Community, Occupation and Family
Medicine. National University of Singapore.
d) Dokter kelautan
KEDOKTERAN KELAUTAN
Dokter spesialis Kedokteran Kelautan adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatankedokteran kepada komunitas kelautan dan bawah air dan termasuk masyarakat umum yang
berdomisili di wilayah pantai dan pulau-pulau kecil serta terpencil, dengan menerapkan
prosedur standar ilmu kedokteran dan prosedur tindakan khusus kedokteran kelautan secara
profesional dan kompeten.
Komponen Kompetensi Profesional
Pendidikan Kedokteran Spesialis Kelautan dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi
profesional, yang telah dirumuskan memiliki 7 komponen, yakni perawatan pasien,
pengetahuan kedokteran, keterampilan interpersonal dan komunikasi, profesionalisme,
pembelajaran dan pengembangan berdasar praktik, serta kemampuan praktik dalam system,
dan azas etika kedokteran, moral dan medikolegal seta keselamatan pasien dan lingkungan
kerja.
1. Perawatan pasien (Patient Care)
Kemampuan untuk mengumpulkan informasi yang esensial dan akurat dengan anamnesis,
pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang;
Kemampuan untuk menentukan prosedur diagnosis dan terapi dan memahami
keterbatasan diri, untuk melakukan konsultasi;
Kemampuan untuk merencanakan dan menginformasikan tata laksana pasien kepada
pasien dan keluarga.
2. Pengetahuan kedokteran (Medical Knowledge)
Memiliki akses untuk informasi kedokteran yang relevan dengan tugas profesinya, serta
memahami telaah kritis untuk menggunakan evidence yang mutakhir dalam tata laksana
pasien.
3. Kemampuan komunikasi (Interpersonal and
Communication Skills) Memiliki
keterampilan untuk berkomunikasi sehingga dapat melakukan komunikasi yang efektif
dengan pasien, keluarga, serta organisasi profesi.
4. Profesionalisme
Memperlihatkan komitmen kuat untuk bertindak dan bertanggung jawab secara
profesional, mentaati prinsip-prinsip etika, serta menghormati kebinekaan (diversity).
5. Belajar dari praktik (Practice-based learning)
Melakukan evaluasi terus menerus terhadap aktivitas praktiknya, dengan keinginan untuk
belajar dari kesalahan dan pengalaman. Dalam proses ini juga diperlukan kemampuan untuk
menggunakan evidence ilmiah, melakukan telaah kritis, serta menerapkannya dalam tata
laksana pasien.
6.Menjalankan Praktek di dalam kerangka sistem (Systems-based Practice) Karena aktivitas
pelayanan merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar, dan praktik kedokteran selalu
mempunyai alternatif untuk pemecahan masalah, maka dokter harus dapat memperlihatkan
kemampuan untuk praktik yang cost-effective dalam sistem pelayanan tempat ia bekerja.
7.Menjalankan Praktek dengan landasan etika kedokteran, moral, medikolegal serta
keselamatan pasien dan lingkungan kerja dan mematuhi kebijakan pemerintah dan
kesepakatan perhimpunan. Pelayanan kesehatan Spesialis Kedokteran Kelautan meliputi:

Medical check-up untuk kelaikan berlayar maupun bekerja di bawah air.


Diagnosa dan pengobatan untuk penyakit dan kecelakaan kelautan.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja industri maritim dan bawah air. Radio
medical advice / telemetri (kapal-kapal / industri yang memerlukan konsultasi kedaruratan
medis).
Penanggulangan SOLAS 74 (Save Our Life at Sea).
PROGRAM P2KB DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN KELAUTAN
Peserta Program P2KB
Setiap dokter Spesialis Kelautan yang berpraktik, berhak memperoleh kesempatan untuk
menjalani program P2KB yang dilaksanakan oleh PERDOKLA. Program ini merupakan
bagian yang tak terpisahkan dar proses resertifikasinya.
Program Pembelajaran dalam P2KB PERDOKLA
Program P2KB ditetapkan oleh Pendidikan Dokter Spesialis, dengan mempertimbangkan
kebutuhan pelayanan kedokteran nasional, dan sedapat mungkin didasarkan pada bukti ilmiah
dan bukti di lapangan berkonsultasi dengan mempertimbangkan stakeholder dalam
menetapkan materi.
Jenis Kegiatan dalam P2KB PERDOKLA
Penggolongan kegiatan pendidikan (pembelajaran) dalam P2KB:
1. Kegiatan pendidikan mandiri, adalah kegiatan pembelajaran pribadi yang dilakukan secara
mandiri guna mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan profesi
pribadi sendiri.Kegiatan ini mendorong seseorang pribadi untuk melakukan upaya
pembelajaran tentang suatu tema yang berkaitan dengan bidang ilmu pengetahuan kedokteran
kelautan, contoh membaca suatu artikel di jurnal, majalah dan atau menelusuri artikel di situs
internet, dan mengikuti suatu sesi pendidikan pelatihan investigasi kecelakaan di laut.
2. Kegiatan pendidikan internal, adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan bersama
teman sekerja dan merupakan bagian kegiatan yang terstruktur di lingkungan kerja baik
bersifat klinis maupun non klinis.
3. Kegiatan pendidikan eksternal, adalah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh
kelompok lain diluar lingkungan kerjanya, kegiatan ini dapat berskala regional, nasional
hingga internasional, seperti:
Kegiatan pengabdian masyarakat dan profesi, yaitu kegiatan kerja profesi yang dilakukan
dengan tujuan untuk kemaslahatan umum ataumasyarakat profesinya, contoh: kegiatan
penyuluhan kesehatan,menjadi anggota pengurus PERDOKLA, anggota panitia lokakarya
PERDOKLA.
Kegiatan publikasi ilmiah, yaitu kegiatan yang menghasilkan sebuah karya tulis yang
dipublikasikan dalam media cetak, seperti jurnal kedokteran, majalah kesehatan atau
diterbitkan sebagai sebuah buku, atau menyajikan karya tulis di dalam sidang ilmiah
kedokteran yang terakreditasi.
Kegiatan pengembangan ilmu, yaitu kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan yang
berhubungan dengan kegiatan akademik baik yang berkaitan dengan pengajaran dan
pendidikan atau pelatihan seperti menjadi tenaga pengajar termasuk menghasilkan soal-soal
ujian, menjadi supervisor dan instruktur di instansi pendidikan, menjadi pembimbing
mahasiswa bidang kedokteran kelautan, melakukan penelitian, dan lainnya yang berkaitan
http://p2kb.idionline.org/index.php?
uPage=dl.dl_handler&smod=dl&sp=public&type=juknis&id=55.

2. B.PENYELENGGARAANRENCANAPENGEMBANGANTENAGA
KESEHATAN

PenyelenggaraanRencanaPengembanganTenagaKesehataninimerupakan
tanggungjawabsemuakomponenbangsa,baikpemerintahsecaralintassektor
termasukpemerintahdaerahdanmasyarakattermasukswasta.
Sesuaidengantugas,fungsisertakewenangannyamasingmasing,para
pemangkukepentinganmelakukanperandanberkontribusidalam
pengembangantenagakesehatansebagaiberikut:
1.Dukunganpengembangantenagakesehatan
a.DewanPerwakilanRakyat(DPR):sebagaipembahasdanmengesahkan
peraturanperundangandankebutuhananggarandalampelaksanaan
pengembangantenagakesehatan.
b.KementerianKoordinatorBidangKesejahteraanRakyat(Kemenkokesra):
mengkoordinasikandanmenyerasikanperandankontribusisemua
pemangkukepentingandalampengembangantenagakesehatan.
c.KementerianKeuangan(Kemenkeu):mengupayakanketersediaan
anggaranuntukmendukungpengembangantenagakesehatan.
d.KementerianDalamNegeri:mengkoordinasikandanmelakukan
pembinaanterhadapPemerintahDaerahdalampengembangantenaga
kesehatandidaerah,baikdiprovinsimaupunkabupaten/kota.
2.Perencanaankebutuhantenagakesehatan
a.KementerianKesehatan(Kemenkes):mengkoordinasikandan
melaksanakanperencanaankebutuhantenagakesehatan,baikjumlah
maupunjenisnyagunapenyelenggaraanpembangunankesehatandan
pelayanankesehatanbagirakyat.
b.Kemenkesjugamelaksanakandanmengkoordinasikanpenyusunan
kebijakandanNSPK(norma,standar,prosedurdankriteria)
pengembangantenagakesehatanyangmeliputiperencanaankebutuhan
tenagakesehatan,pendayagunaantenagakesehatan,sertapembinaan
danpengawasanmututenagakesehatan.
c.SektorlainnyadalampemerintahantermasukTNI/POLRI,pemerintah
daerahprovinsidanpemerintahdaerahkabupaten/kota,sertaswasta
memberikanmasukandanusulankebutuhantenagakesehatan.
d.SektorlainnyadalampemerintahantermasukTNI/POLRIdanPemerintah
Daerahsertaswastamemberikanmasukandalampenyusunankebijakan
danNSPK(norma,standar,prosedurdankriteria)pengembangantenaga
kesehatanyangmeliputiperencanaankebutuhantenagakesehatan,
pendayagunaantenagakesehatan,sertapembinaandanpengawasan
mututenagakesehatan.
3.Pengadaan/pendidikantenagakesehatan
a.KementerianPendidikanNasional(Kemendiknas):mengkoordinasikan
danbertanggungjawabdalampengadaan/pendidikantenagakesehatan,
baikjumlahmaupunjenisnyasesuaidengankebutuhantenagakesehatan
untukpenyelenggaraanpembangunankesehatandanpelayanan
kesehatanbagirakyat.
b.Kemendiknasjugamelaksanakandanmengkoordinasikanpenyusunan
kebijakandanNSPK(norma,standar,prosedurdankriteria)
pengembangantenagakesehatanyangmenyangkutpengadaan/
pendidikantenagakesehatan.

c.Kemendiknasmelaksanakanpembinaandanpengawasanterhadap
institusipendidikantenagakesehatan,termasukpengaturandalam
perizinanpembukaaninstitusipendidikandanprogramstuditenaga
kesehatan.
d.Kemenkesmemberikanrekomendasiteknissesuaibidangnyadalam
pemberianizinpembukaaninstitusipendidikandanprogramstuditenaga
kesehatankepadaKemendiknas.Kemenkesmelakukankoordinasidalam
penyusunanstandarpelayanankesehatan,yangdapatdipergunakan
sebagaiacuandalampenyusunanstandarkompetensidanstandar
pendidikantenagakesehatan.
4.Pendayagunaantenagakesehatan
a.Kemenkesmemfasilitasirekrutmentenagakesehatanyangdilakukanoleh
semuapemangkukepentinganpengembangantenagakesehatan,baik
pemerintahsecaralintassectortermasukTNI/POLRIdanmasyarakat
termasukswasta.
b.Kemendagrimelakukanpembinaanterhadappemerintahdaerahprovinsi
danpemerintahdaerahkabupaten/kotadalamdistribusidanpemnfaatan
tenagakesehatandidaerah.
c.KemenkesdanKemennakertransbekerjasamadalamrangka
pendayagunaantenagakerjakesehatanIndonesia(TKKI)untuk
pemenuhanpermintaantenagakesehatandariluarnegeri.
d.KementerianPendayagunaanAparaturNegaradanReformasiBirokrasi
(KemenpanRB)berkoordinasidenganBadanKepegawaianNegara
(BKN)dalampenyediaanformasiPegawaiNegeriSipil(PNS)untuk
memenuhikebutuhantenagakesehatan.
e.Semuapemangkukepentingandalampengembangantenagakesehatan,
baikpemerintahsecaralintassektortermasukTNIdanPOLRIdanswasta
sebagaipenggunatenagakesehatan,melaksanakanpengembangankarir
tenagakesehatantermasukcontinuingprofessionaldevelopment.
5.Pembinaandanpengawasanmututenagakesehatan
a.KemenkesbekerjasamadenganKKI,KFN,MTKI,organisasiprofesi
kesehatan,asosiasiinstitusipendidikantenagakesehatandanasosiasi
fasilitaspelayanankesehatanmelaksanakanpembinaandan
pengawasanmututenagakesehatan.
b.KemenkesbekerjasamadenganKemennakertransmelakukanpembinaan
danpengawasanmutuTKKIdanpengawasanterhadapTKWNA.
c.KemendiknasbekerjasamadenganKemenkes,KKI,KFN,MTKI,
organisasiprofesikesehatan,asosiasiinstitusipendidikantenaga
kesehatandanasosiasifasilitaspelayanankesehatanmelaksanakan
pembinaandanpengawasanterhadapinstitusipendidikantenaga
kesehatanmelaluikegiatanakreditasi.
C.KERJASAMAINTERNASIONAL
Kerjasamainternasionaldalampengembangantenagakesehatandapat
dilaksanakandalampengadaan/pendidikantenagakesehatan,pendayagunaan
tenagakesehatan,sertapembinaandanpengawasanmututenagakesehatan.
Kerjasamainternasionaldalampendidikantenagakesehatandapatdilakukan
antarainstitusipendidikantenagakesehatandiIndonesiadenganinstitusi
pendidikantenagakesehatandiNegaralain,dengankoordinasiKementerian

PendidikanNasional.
Kerjasamainternasionaldalampendayagunaantenagakesehatan,utamanya
dalampengirimanTKKIkenegaralain,diupayakandalamkerjasamaantar
pemerintahan(GovernmenttoGovernment).DalamhaliniKemenkes
berkoordinasidenganKementerianTenagaKerjadanTransmigrasi
(Kemenakertrans)dalammelakukankerjasamadengannegaralain.Kerjasama
iniperlumencakuppulapembinaandanpengawasanmutuTKKIyangbekerjadi
luarnegeri.
http://www.who.int/workforcealliance/countries/inidonesia_hrhplan_2011_2025.pd
f.

3. 5 Level Prevention (5 Tingkat Pencegahan) :


1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit
penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara
meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan
pada seseorang yang sehat.
Contoh :

Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)

Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih,


pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan menengah ke


atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.

Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.

Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.

Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.

Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general


and specific protection)
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit,
menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap
prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada
seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu.
Contoh :

Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit


dengan adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )

Isolasi terhadap penderita penyakit


burung ditempatkan di ruang isolasi.

Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja dengan
menggunakan alat perlindungan diri.

Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun


maupun alergi.

Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan jumsih jumat


bersih untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama sama.

Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS

menular,

misalnya

yang

terkena

flu

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan
segera dengan terapi yang tepat.
Contoh :

Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda tanda anemia diberikan tablet Fe dan
dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi

Mencari penderita dalam masyarakat


pemeriksaan darah, rontgent paru.

Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular
(contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan
pengobatan.

Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker

dengan

jalan

pemeriksaan.Misalnya

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)


Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang
telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta
mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Contoh :

Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat

Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan


gerakan-gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat.

Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan


perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar
mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.
Contoh :

Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.


Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lainlain.
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan. Misalnya
dengan tidak mengucilkan mantan PSK di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.

Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah


cacat mampu mempertahankan diri.

Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah
ia sembuh dari suatu penyakit

Daftar Pustaka : Afrina Aziz Manap.Five Level Of Prevention. Jakarta : BTP,2011. (Online,
29 Juni 2016)

Anda mungkin juga menyukai