dan
Sub Sistem Pembiayaan Kesehatan
1. PENDAHULUAN
5. PENUTUP
2 2
Pasal 28H (1), (2) , (3)
Pasal 28 H ayat 3 Setiap orang berhak atas Jaminan Sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
UUD 45 bermanfaat".
PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN SJSN (JKN)
-
BPJS KES
Menurut Pasal 1 (4) UU No. 24/2011
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang
telah membayar iuran.
Menurut Pasal 1 (6) UU No. 24/2011
Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur
oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah.
Menurut Pasal 1 (13) Perpres No. 111/2013
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang
dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja
dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan
Menurut Pasal 2 Perpres No. 111/2013
Peserta Jaminan Kesehatan meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan; dan
b. Bukan PBI Jaminan Kesehatan.
Menurut Pasal 1 (1) UU No. 24/2011
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang
selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial.
Menurut Pasal 6 (1) UU No. 24/2011
BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf a menyelenggarakan
program jaminan kesehatan.
Menurut Pasal 1 (14) Perpres No. 111/2013
Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
Menurut Pasal 1 (4) Permenkes No. 59/2014
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya
disingkat FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non
spesialistik untuk keperluan observasi, promotif, preventif,
diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan
kesehatan lainnya.
Menurut Pasal 1 (5) Permenkes No. 59/2014
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang
selanjutnya disingkat FKRTL adalah fasilitas kesehatan
yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi
rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan
dan rawat inap di ruang perawatan khusus.
Menurut Pasal 1 (1) Perpres No. 111/2014
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintah.
Menurut Pasal 1 (1) Perpres No. 32/2014
Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya disingkat
JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Menurut Pasal 2 Permenkes No. 59/2014
Tarif pelayanan kesehatan pada FKTP meliputi:
a. Tarif Kapitasi; dan
b. Tarif Non Kapitasi
Menurut Pasal 15 Permenkes No. 59/2014
(1) Tarif pelayanan kesehatan di FKRTL,
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara
BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas
Kesehatan dengan mengacu pada standar tarif
INA-CBGs.
1. Tarip Kapitasi
Menurut Pasal 1 (1) Permenkes No. 59/2014
Tarip Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan
yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan
jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan
2. Tarip Non Kapitasi
Menurut Pasal 1 (2) Permenkes No. 59/2014
Tarip Non Kapitasi adalah besaran pembayaran
klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan
jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan
3. Tarip INA-CBGs
Menurut Pasal 1 (3) Permenkes No. 59/2014
Tarif Indonesian Case Based Groups yang
selanjutnya disebut Tarif INA-CBGs adalah
besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan
kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan
kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan
prosedur.
PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PELAKSANAAN JKN
(UU No 40/2004 tentang SJSN & UU No. 24/2011 tentang BPJS)
BPJS KESEHATAN
Menentukan besaran
iuran REGULATOR
Menentukan peserta PBI
PESERTA FASKES
15
KEBERLANGSUNGAN PROGRAM JKN
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
IURAN
ADVERSE
SELECTIO TINGKAT
N SUSTAINA UTILISASI
BILITAS
JKN
BENEFIT TARIF
KEPUASAN FASKES
FRAUD
17 17
021 500 400
GAMBARAN 10 DIAGNOSA TERBANYAK GAMBARAN 10 DIAGNOSA TERBANYAK
RAWAT JALAN TINGKAT LANJUTAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUTAN
PESERTA BPJS KESEHATAN TAHUN 2014 PESERTA BPJS KESEHATAN sd JUNI 2015
NASIONAL DIVISI REGIONAL VIII
18
GAMBARAN 10 DIAGNOSA TERBANYAK GAMBARAN 10 DIAGNOSA TERBANYAK
RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN
PESERTA BPJS KESEHATAN TAHUN 2014 PESERTA BPJS KESEHATAN sd JUNI 2015
NASIONAL DIVISI REGIONAL VIII
80-84
Peserta usia lanjut
70-74
beresiko terkena
60-64 penyakit
50-54 degeneratif dengan
40-44 komplikasi
30-34
20-24
10-14 STRENGHTENING
0-4 PRIMARY CARE
(10,000,000) (5,000,000) - 5,000,000 10,000,000
Laki-Laki Wanita
21 21
021 500 400
PERPRES NO. 111 TAHUN 2013
Peserta
Rujuk/Rujuk Balik
FKTP
Kegawat-
daruratan
Rumah Sakit
Kapitasi
Klaim
Kantor Cabang
BPJS Kesehatan
24
RUJUKAN BERJENJANG
REGULASI
Pasal 3
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal
25
PERMENKES No. 001 Tahun 2012
Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Pasal 4
1. Pelayanan kesehatan dilaksanakan berjenjang, sesuai kebutuhan medis
dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas
rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama
4. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan
ayat (4) dikecualikan pada keadaan darurat, bencana, kekhususan
permasalahan kesehatan pasien dan pertimbangan geografis
26
REGULASI
PERMENKES No. 001 Tahun 2012
Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Pasal 5
1. Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan
peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial
dan pemberi pelayanan kesehatan
2. Peserta asuransi komersial mengikuti aturan yang berlaku
sesuai dengan ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap
mengikuti pelayanan kesehatan yang berjenjang
3. Setiap orang yang bukan pekerja jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan sosial, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat mengikuti sistem rujukan
27
REGULASI
BAB IV
4. Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara
berjenjang, efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali
mutu dan kendali biaya.
5. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan
tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Pelayanan tingkat ketiga hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua
atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat,
kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan
geografis dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.
29
PIRAMIDA PELAYANAN
KESEHATAN BERBASIS RUJUKAN
Quantitas
BERJENJANG
Primer
Equity besar
Sekunder
(aksesibel bagi semua Equity = tergantung Tersier
golongan) income
Equity
Biaya terjangkau Biaya mahal Biaya sangat mahal
Penanganan Penanganan
spesialistik subspesialistik
Cost
(Referensi: Starfield B, 1999)
www.bpjs-kesehatan.go.id
Contoh Skema
Rujukan Berjenjang
34
Strategi Pelayanan
Promotif Preventif BPJS
DIABETES MELLITUS
HIPERTENSI
DASAR LENGKAP
VAKSINASI
RIWAYAT KESEHATAN
DIABETES MELLITUS
Alat kontrasepsi dasar HIPERTENSI
dan vaksin untuk DETEKSI KANKER SERVIKS
imunisasi dasar tidak DETEKSI KANKER
PAYUDARA
ditanggung dalam sistem
pembiayaan BPJS PELAYANAN KB
Kesehatan PELAYANAN EFEK
penyediaan ditanggung SAMPING
dalam program
pemerintah
Skrining Riwayat
Kesehatan
Peserta BPJSK: Peningkatan benefit (Promotif & Preventif), Peningkatan kualitas kesehatan
Paparan BPJS Kesehatan:
Resmi PT Askes (Persero)Pengelompokan & pencegahan risiko sakit dan strategi pengendalian biaya
www.ptaskes.com
Fokus, Rutin, Pantau Prolanis
INTEGRASI PELAYANAN, PANDUAN KLINIS, FOKUS PADA PASIEN, BERBASIS PELAYANAN PRIMER
PPDM Tipe 2
Penanganan komprehensif
pada penyakit DM Tipe 2
Penatalaksanaan berdasarkan
Panduan Klinis yang disusun
bersama PERKENI
PPHT
Penanganan komprehensif
pada penyakit Hipertensi
Penatalaksanaan berdasarkan
Panduan Klinis yang disusun
bersama PAPDI, PERNEFRI dan
PERKI
Skema Pengelolaan Penyakit Kronis
Penyakit Kronis (DM Tipe 2 &
Hipertensi )
big trigger untuk penyakit
lainnya penyerap biaya mahal
(kardiovaskular, stroke, dsb) RS (Spesialis)
Peserta penyandang penyakit kronis
Kontrol rujukan
# laksanakan - Pelayanan komprehensive & berjenjang RUJUK BALIK
pola hidup sehat # (Panduan Klinis Evidence Based) ke Faskes
- Database peserta - Rujukan ke Spesialis Primer
- Aktifitas Penunjang Program - Edukasi Kesehatan Mentor &
(media promkes, klub RISTI, - Monitoring Status Kesehatan konsultan bagi
dsb) - Peresepan obat kronis Faskes Primer
Panduan Klinis
Organisasi Profesi
DM (PERKENI); HIPERTENSI (PERHIMPUNAN HIPERTENSI)
PROLANIS BPJS Kesehatan
Edukasi/Konsultasi
Medis
Pemantauan
Kesehatan
Prolanis Reminder
Pelayanan Obat
secara rutin
Mentoring Faskes
Primer oleh Faskes
Lanjutan
PROLANIS BPJS Kesehatan
Edukasi/Konsultasi Medis
Dilakukan setiap bulan minimal 1x
atau sesuai kebutuhan peserta
Pemantauan Kesehatan
Dilakukan secara rutin dengan mengacu pada Panduan
Klinis yang telah disusun bersama Organisasi Profesi
43 43
021 500 400
PERAN FKTP DALAM SISTEM KESEHATAN
FASKES TINGKAT PERTAMA BERPERAN PENTING DALAM SISTEM KESEHATAN