BAB I
1.1
Kata Sulit
1.2
Kata Kunci
sekali)
Saluran pembuang air tidak lancar
Barang barang bekas menjadi tempat jentik
Diagnosis komunitas dan prioritas masalah Metode Hanlon Kuantitatif
1.3
Identifikasi Masalah
1.4
Analisi Masalah
dr. Agnes Intership
di Puskesmas
Permasalahan
Lingkungan
aaaaaa
Prioritas
Edukasi &
Permasalahan
Preventif
Data
Puskesmas
Kelompok
Kelompok
C D
A
B
Saluran air
Diare
DBD
Diagnosis
Metode
Hanlon
Tingkat
Besarnya
Penanggulangan
PEARL
Kegawatan
Maslah
tidak lancarKemudahan
Kurang
Gizi
Barang-barang bekas
B
menjadi tempat jentik
1.5
Hipotesis
Dalam menyelesai kan permasalahan di puskesmas martapura dokter
memerlukan diagnosis komunitas dengan menggunakan metode Hanlon
Kuantitatif untuk menentukan prioritas masalaha.
1.6
Pertanyaan terjaring
1.
2.
3.
4.
5.
6.
puskesmas martapura?
7. Perbedaan diagnosis komunitas dengan diagnosis individu?
8. Bagaimana menentukan masalah dan prioritas serta sebutkan metode
metode nya!
9. Penatalaksanaan pada penyakit di pemicu?
BAB II
2.1
Diagnosis Komunitas
Diagnosis Komunitas adalah upaya yang sistematis yang meliputi
upaya pemecahan masalah kesehatan keluarga sebagai unit primer
komunitas dan masyarakat sebagai lokus penegakkan diagnosis komunitas.
b
c
d
e
f
kesehatan.
Menseleksi sampel yang dapat mewakili komunitas dalam wilayahnya.
Menyelenggarakan pengumpulan data di komunitas untuk mendapatkan
h
i
kesehatan.
Menganalisis data yang dihasilkan dari survei komunitas.
Membicarakan hasil interpretasi data dengan penduduk dan menyusun
j
k
2.2
1. Inisiasi
Dalam rangka untuk memulai sebuah proyek diagnosis komunitas,
sebuah komite khusus atau kelompok kerja harus dibentuk untuk
mengelola dan mengkoordinasikan proyek. Panitia harus melibatkan
pihak yang sesuai seperti departemen di pemerintah, tenaga kesehatan
dan organisasi non-pemerintah.
Pada tahap awal, penting untuk mengidentifikasi anggaran dan
sumber daya yang tersedia untuk menentukan lingkup diagnosis.
Beberapa hal umum yang dipelajari termasuk status kesehatan, gaya
hidup, kondisi kehidupan, kondisi sosial ekonomi, infrastruktur berupa
fisik dan sosial, ketidaksetaraan, serta pelayanan kesehatan masyarakat
dan kebijakannya. Setelah lingkup ditentukan, jadwal kerja untuk
melakukan diagnosis komunitas, produksi dan diseminasi laporan harus
ditetapkan.
2. Pengumpulan data dan analisis
Proyek ini harus mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif.
Selain itu, Sensus Penduduk dan statistik struktur ukuran populasi, jenis
kelamin dan usia misalnya data, layanan medis, kesehatan masyarakat,
pelayanan sosial, pendidikan, perumahan, keamanan dan transportasi
umum dan lain-lain dapat memberikan latar belakang dari kabupaten.
Adapun data masyarakat, dapat dikumpulkan dengan melakukan survei
melalui kuesioner self-administered, tatap muka wawancara, kelompok
fokus dan wawancara melalui telepon.
Dalam rangka untuk memastikan keabsahan temuan, sebuah
organisasi menjadi seperti seorang akademisi lembaga yang berguna
untuk melakukan penelitian. Metode pengambilan sampel harus
dirancang dengan baik dan ukuran sampel harus cukup besar untuk
menyediakan data yang cukup untuk menarik kesimpulan yang
terpercaya. Oleh karena itu, hasil studi yang diperoleh dapat meninjau
keadaan masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan kemudian dapat
dianalisis dan ditafsirkan oleh para ahli. Berikut adalah beberapa tips
praktis tentang analisis data dan presentasi :
- Informasi statistik yang terbaik disajikan sebagai tarif atau rasio untuk
perbandingan.
- Tren dan proyeksi berguna untuk memantau perubahan selama periode
waktu untuk perencanaan masa depan.
- Data kabupaten dapat dibandingkan dengan kabupaten lain atau
seluruh penduduk.
- Presentasi grafis lebih disukai untuk memudahkan pemahaman.
3. Diagnosis
Diagnosis masyarakat tercapai dari kesimpulan yang ditarik dari
analisis data. Biasanya terdiri dari tiga bidang :
-
4. Diseminasi
Produksi laporan diagnosis masyarakat bukan merupakan tujuan itu
sendiri, upaya harus dilakukan dalam komunikasi untuk memastikan
bahwa tindakan yang diambil sebagai target. Target penonton untuk
diagnosis masyarakat antara lain termasuk pembuat kebijakan, tenaga
kesehatan dan masyarakat umum di daerah tersebut.
Analisis Komunitas
Suatu proses pengkajian data untuk menetapkan kebutuhan, kekuatan,
hambatan,
kesempatan, kesiapan, dan tersedianya sarana.
Hasil Dari Analisis
Komunitas: Profil Komunitas.
Data yang didapatkan untuk Analisis komunitas :
o Demografis
-
o Sosio-ekonomi
Pekerjaan :
-
Jasa 12,22%
PNS/TNI/Polri 13,09%
Pedagang 14,84%
Kepadatan penduduk :
Jumlah pria sebanyak 19.872 jiwa, dan wanita sebanyak 19.025 jiwa
o Sumber daya dan pelayanan kesehatan
1) SDM :
-
D3 Perawat 12 orang
D3 Kebidanan 17 orang
D3 Sanitarian 3 orang
D3 Analisis 3 orang
Apoteker 1 orang
AA 2 orang
2) Sarana Prasarana :
-
Posyandu 38 buah
Polindes 7 buah
BPS 2 buah
o Kebijakan kesehatan
Strategi :
-
2.5
NPT= (A+B)C)D
Hasil Sesuai Pemicu
1. Daftar permasalaan kesehatan
Daftar permasalaan kesehatan kerja Puskesmas Martapura
No
Permasalahan
Jumlah
Pencapaian
Kesehatan
Demam
25
3,41%
548
160
74,76%
21,82%
Target
Berdarah
2
3
Dengue
Diare
Gizi
masalah
kesehatan
nilai
61-80
4
81-100
5
demam
berdarah
dengue
diare
gizi
2
1
1
x
x
1. Sangat murah
2. Murah
3. Cukup mahal
4. Mahal
5. Sangat mahal
Masalah
Nilai
Nilai
Nilai biaya
Rata- rata
kegawatan
Demam
urgensi
penanggulanga
nilai
n
3
3
2
4
3
2
3
3
2,5
berdarah
dengue
Diare
Gizi
Propriety
: kesesuaian (1/0)
Economic
Acceptabillity
Resources availabillity
Legality
P
1
E
1
A
1
R
1
L
1
Hasil Perkalian
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Berdarah
Dengue
Diare
Gizi
Masalah
NPD
NPT
Kesehatan
Demam Berdarah
(2+3)3 = 15
(2+3)3x1 = 15
Dengue
Diare
Gizi
(1 +3)3,5 = 14
(1+2,5)1,75=
(1 +3)3,5x1 = 14
(1+2,5)1,75x1 =
6,125
6,125
Diare
II
Gizi
III
Berdasarkan hasil rangking tersebut maka didapatkan demam
lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi.
Saran :
1. Sistem pelaporan kasus DBD perlu diperkuat agar bisa mendapatkan
data yang valid, dengan membangun sistem tukarmenukar data
antara data Puskesmas dan data RS.
2. Melakukan validasi data di semua level terutama pada daerah yang
sudah tidak melaporkan lagi kasus DBD untuk mengetahuiapakah
memang benar sudah tidak ada kasus atau memang tidak melaporkan
(sistem pencatatan dan pelaporan tidak berjalan
3. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui faktor risiko
suatu daerah mempunyai kasus DBD yang tinggi sehingga dapat
dilakukan pencegahan dan pengendalian penyakit.
4. Mengaktifkan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) oleh
Puskesmas, bekerja sama dengan masyarakat dengan mengaktifkan
Juru Pemantau Jentik (Jumantik) terutama untuk daerah dengan
endemis tinggi sepanjang tahun.
5. Perlu ditingkatkan upaya penyuluhan dan pendidikan terhadap
masyarakat agar selalu waspada terhadap DBD dan aktif melakukan
PSN.
6. Perlu dilakukan surveilans kasus dan surveilans vektor yang intensif
terutama pada tingkat masyarakat dan Puskesmas dengan bimbingan
Dinas Kesehatan Kab/kota.
7. Pada saat dideteksi jumlah kasus DBD terendah perlu dilakukan
Bulan Bakti Gerakan 3M secara serentak selama satu bulan,
sehingga rantai penularan virus dengue dari nyamuk-manusianyamuk dapat terputus.
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebagainya.
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi
negara-negara berkembang karena menurut World Healt Organisation
(WHO), penyakit Diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik,
karna access pada sanitasi masih terlalu rendah . Hal ini menimbulkan
masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan
ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional.
Beberapa masalah lingkungan yang berhubungan dengan vector
penyakit adalah :
1. Perubahan lingkungan fisik oleh kegiatan pertambangan,
pembangunan perumahan dan industry yang mengakibatkan timbulnya
tempat berkembang biaknya vector penyakit.
2. Pembangunan bendungan akan beresiko berkembang biaknya vector
penyakit.
3. System penyediaan air dengan perpipaan yang belum menjangkau
seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container untuk
penampungan penyediaan air.
4. Sistem drainase pemukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi
syarat sehingga menjadi tempat perindukan penyakit.
5. Sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan
sampah sarang vektor penyakit.
6. Perilaku sebagian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang
sehat, nyaman dan aman masih belum memadai.
7. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian vector
penyakit secara kimiawi, beresiko timbulnya keracunan dan
pencemaran lingkungan.
Pentingnya lingkungan yang sehat telah dibuktikan oleh WHO dengan
penyelidikan-penyelidikan diseluruh dunia dimana didapatkan bahwa angka
Saran :
1. Perlunya dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat, khususnya
masyarakat di wilayah puskesmas mengenai pentignya sanitasi
lingkungan misalnya penyediaan air bersih, pengelolaan sampah,
pengelolaan air limbah dan pemanfaatan jamban keluarga serta
dampaknya terhadap kesehatan salah satunya adalah dapat
menyebabkan diare
2. Menyarankan kepada pemerintah untuk memenuhi keterbatasan
masyarkat dalam upaya memaksimalkan sanitasi lingkungan.
Hasil penelitian Yahya dkk (1996) menunjukkan tingkat sosio
ekonomi yang kurang lebih sama di tiga daerah penelitian tidak menjamin
status gizi keluarga yang sama baiknya, melainkan terdapat faktor non
ekonomi seperti tipe pola kekerabatan mempunyai kontribusi terhadap
keadaan gizi keluarga.
Parameter
Individu
Komunitas
Informasi
Bagaimana riwayat
Bagaimana proses
yang penting
perjalanan penyakit
lebih spesifik,
perkembangan,
lingkungan, perilaku
dimana keluarga,
menjadi perhatian/
komunitas dan
sasaran
masyarakat yang
menjadi perhatian /
sasarannya.
Langkah-
Anamnesa, pemeriksaan
Analisis situasi,
langkah
fisik, pemeriksaan
identifikasi masalah,
kegiatan
penunjang, pemeriksaan
penyebab masalah,
diagnostik, pengobatan,
prioritas masalah,
perawatan dan
alternatif pemecahan
masalah, penyusunan
program kerja,
pelaksanaan,
pengawasan dan
monitoring, serta
evaluasi.
Sasaran
Individual
kegiatan
Keluarga unit
terkecil, komunitas
dan masyarakat
Desain studi
Identifikasi masalah
Penentuan prioritas
2.8
2.9
Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan
sedang dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan anak
tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:
Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu untuk
meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI,
berikan juga 100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak
menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B, dan C untuk
melanjutkan
Rencana pengobatan C
Rencana pengobatan C digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat
berat. Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika
keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam
berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai.
DBD
Prinsip penanganan :
1. Masa krisis DBD adalah hari ke 3 sampai ke 5 demam (umumnya).
Oleh karena itu peranan anamnese yang cermat sangat penting.
2. Pemberian cairan yang optimal dengan menghitung initial loading
dose dan maintenance yang tepat. Untuk itu Berat Badan harus
ditimbang, dan anamnese Berat Badan sebelum sakit (kalau ada).
3. Patokan secara umum, penderita dianggap mengalami dehidrasi
sedang, dengan taksiran kehilangan cairan 5- 8 % dari Berat Badan.
4. Pemantauan keadaan klinis yang cermat dan pemantauan
laboratorium yang yang akurat dan tepat waktu.
Penatalaksanaan Penderita
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
3. Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan
tetesan 20 cc / Kg BB / Jam diguyur, atau secara praktis : 1 1,5
liter di guyur (cor), selanjutnya 5 cc / Kg BB / Jam atau 50 cc / Kg
BB / 24 jam, atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan
cairan rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih
baik
4. Keadaan klinis di monitor : TD, Nadi, Pernafasan tiap 30 menit,
Suhu ( minimal 2 kali sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik
suhu pada status), jumlah urine perjam (sebaiknya 50 cc / jam).
5. Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan,
seperti parasetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu
tubuh 38,50 C dan Metoklopramide bila terjadi muntah-muntah.
Data demografi:
Jumlah penduduk 57.261 jiwa; 30.100 jiwa (52,56%), 27.161 jiwa
(47,44%), kepadatan penduduk 1:500 jiwa.
Sarana Prasarana
Puskesmas Martapura Induk 1 buah.
Posyandu 38 buah.
Polindes 7 buah.
BPS 2 buah
SDM
Dokter Umum 4 orang
D3 Perawat 12 orang
D3 Kebidanan 17 orang
D3 Sanitarian 3 orang
D3 Analis 3 orang
Apoteker 1 orang
AA 2 orang
Kepadatan Penduduk
Pada tahun 2014, penduduk berjumlah 55.008, dengan jumah KK
(kepala keluarga) 11.412
Permasalahan
kesehatan
Jumlah
Pencapaian
Demam berdarah
dengue
25
3,41%
Diare
548
74,76%
Gizi
160
160%
Target
Demam
berdarah
dengue
2140
(2)
4160
(3)
6180
(4)
Nilai
81100
(5)
Diare
Gizi
Diare
Gizi