Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Microsporidia, Hospes dan Nama Penyakit


Microsporidia termasuk phylum Microspora. Phylum ini mengandung lebih dari 100 genus dan
1000 spesies. Kasus infeksi parasit ini pada manusia dilaporkan pada tahun 1959, yaitu pada
seorang laki-laki Jepang dengan sakit kepala, kejang-kejang dan demam rekuren. Pada
pemeriksaan cairan serebrospinal ditemukan microsporidia genusEncephalitozoon.
Ada 7 genus yang dapat menginfeksi manusia yaituEnterocytozoon, Encephalitozoon, Nosema,
Trachipleistophora, Pleistophora, Microsporidium danBrachiola.
Hospes dan nama penyakit
Microsporidia ditemukan pada invertebrata dan vertebrata termasuk insekta, ikan, burung, dan
mamalia (lihat tabel 1). Penyakit yang ditimbulkannya disebut mikrosporidiosis.
Tabel 1.
SPESIES

HOSPES

TEMPAT INFEKSI

Enterocytozoon bieneusi

manusia, babi, primata

epitel

usus

halus,

epithel

saluran dan kandung empedu,


hati, yang jarang polip hidung
dan epitel bronchial.

Encephalitozoon cuniculi

mamalia termasuk manusia

hati, peritoneum, ginjal, usus,


mata

Encephalitozoon hellem

manusia, burung betet

epitel

kornea,

konjungtiva,

dan

polip

hidung,

halus

sampai

ginjal.

Encephalitozoon intestinalis

manusia

epitel

usus

kolon, makrofag pada lamina


propria,

ginjal,

mata

dan

kandung empedu.

Trachipleistophora hominis

manusia

otot

skelet,

epithel

otot

jantung,

kornea,

ginjal,

nasofaring.

Trachipleistophora

manusia

anthropophthera

otak,

ginjal,

jantung,

pancreas, tiroid, paratiroid,


hati, limpa, sumsum tulang.

Pleistophora spp

manusia, ikan

otot skelet

Vittaforma corneae (Nosema

manusia

stroma kornea

Nosema ocularum

manusia

stroma kornea

Microsporidium ceylonensis

manusia

stroma kornea

corneum)

Microsporidium africanum

manusia

stroma kornea

Distribusi geografik : Parasit ini ditemukan di seluruh dunia.


2.2 Morfologi dan Daur hidup
Microsporidia adalah parasit obligat intraseluler yang mempunyai 2 fase perkembangan yaitu
fase skizogoni (merogoni) dan fase sporogoni . Microsporidia berukuran 1-20 mikron. Spora
dapat berbentuk sferis, oval atau memanjang. Enterochytozoon merupakan microsporidiaterkecil
dengan ukuran spora 1,5 X 0,5 m. Encephalitozoonberbentuk elips, berukuran 2,5 X 1,5 m,
Nosema berbentuk oval, berukuran 4 X 2 m, Pleitophora berbentuk oval dan berukuran 2,8 X
3,4 m.
Gambar 1. spora microsporidia
Infeksi dimulai dengan masuknya spora ke dalam sel hospes. Tempat utama infeksi adalah sel
epitel traktus respiratorius. Setelah terjadi penonjolan polar filamen dan pengeluaran isi spora ke
dalam sel hospes, parasit akan membelah diri melalui proses merogoni yang diikuti diferensiasi
menjadi

spora

(sporogoni).

Merogoni

dan

sporogoni

berbeda

di

antara

spesies Microsporidia yang menginfeksi manusia. Merogoni dan sporogoni E.bieneusi terjadi
dalam sitoplasma sel hospes, sedangkan pada Encephalitozoon spp., terjadi di dalam vakuol
parasitoforus. Sporoplasma yang masuk ke dalam sel hospes akan bermultiplikasi dan
berkembang biak dengan cara kariokinesis menjadi meron berinti banyak. Meron berinti banyak
dengan cara belah pasang. Membran sel meront membentuk sporon. Sporon membelah dan
membentuk sporoblas. Pada akhir sporogoni, sporoblas akan mengalami sitokinesis (pembelahan
sel yang lambat) dan menghasilkan spora matang. Sel hospes yang terinfeksi pecah dan
mengeluarkan spora. Spora yang dikeluarkan dapt menginfeksi sel lain di sekitarnya atau ke
lingkungan melalui tinja, urin atau sekresi saluran pernapasan. Infeksi E.bieneusiterutama
berlokasi pada usus halus, walaupun traktus bilier dapat terkena. Tempat infeksi kedua yang

sering adalah ginjal, hati, sinus dan otak. Infeksi terjadi dengan menelan atau inhalasi spora,
transplasental atau melalui trauma.
Gambar 2. Skema daur hidup

2.3 Patologi dan gejala klinis


Lesi dan respons imun yang ditimbulkan oleh Microsporidiatergantung pada status imun hospes.
Pada hospes imunokompeten infeksi dapat menjadi kronis subklinis (asimtomatik). Pada hospes
imunokompromais, infeksi dapat mengakibatkan kematian. Microsporidia dapat menyebabkan
berbagai penyakit pada manusia dan melibatkan berbagai sistem organ yaitu intestinal, mata,
otak, jantung, hati, sinus, paru, otot, dan ginjal baik pada hospes imunokompeten maupun
imunokompromais. Pada infeksi intestinal, frekuensi tinja yang dikeluarkan berkisar 1-20 kali
per hari dengan konsistensi cair, tidak berdarah dan tidak mengandung leukosit. Bila ada infeksi
pada kandung empedu dapat disertai nyeri abdomen, muntah dan demam.

E.bieneusi adalah pathogen intestinal yang lebih sering ditemukan pada pasien AIDS; terutama
menginfeksi enterosit usus halus (yeyunum dan duodenum) dan sel epitel saluran empedu.
Parasit kemudian bereplikasi dan meyebabkan atrofi vili, hyperplasia kripta, inflitrasi
mononuclear. Selain itu juga terjadi malabsorbsi D-xylose dan aktifitas enzim disakaridase
menurun. E.bineusi juga dapat menginfeksi sel epitel duktus pankreatikus. Gejala klinis yang
sering ditemukan pada mikrosporidiosis yang disebabkan oleh E.bieneusi danE.intesitinal adalah
diare . Diare yang disebabkan olehMicrosporidia pada orang yang imunokompeten bersifat selflimiting. E.bieneusi merupakan penyebab diare kronis pada pasien AIDS dan juga sering
menyebabkan kolangitis atau kolesistitis.

Encephalitozoon spp menginfeksi usus halus yang mengakibatkan peradangan dan kerusakan sel
usus. Parasit ini kemudian menyebar dan menginfeksi hampir setiap organ yang menimbulkan
lesi fokal dan granulomatosa. Pada pasien AIDS dengan jumlah CD4+ < 100 sel/l darah sering
menimbulkan diare kronis, malabsorpsi disertai demam, anoreksia, berat badan menurun.
Infeksi Encephalitozoonpada saluran napas bagian atas dapat menimbulkan gambaran patologi
rhinitis, sinusitis dan polip hidung. E.intestinalismerupakan Microsporidia kedua tersering yang
menginfeksi manusia setelah E.bieneusi dan juga dapat menginfeksi kolon. Infeksi
dengan Encephalitozoon dan Trachipleistophora

sppdapat

menimbulkan

sinusitis,

keratokonjungtivitis, hepatitis, peritonitis, nefritis, ensefalitis dan pneumonia. Pada pasien


imunokompromais dengan infeksi Pleistophora spp dapat menimbulkan miositis.
Infeksi Microsporidia pada mata ada 2 bentuk klinis yaitucorneal stromal keratitis dan epithelia
keratopathy dengan

keratokonjungtivitis.

Pada

pasien

HIV, keratokonjungtivitis

dapat

disebabkan oleh Encephalitozoon spp (E.hellem, E.cuniculi, E.intestinalis) yaitu peradangan


konjungtiva bilateral dan keratopathy epithelial punctuate bilateral yang menyebabkan tajam
penglihatan menurun. E.hellem danE.cuniculi adalah Microsporidia yang lebih sering ditemukan
pada pasien AIDS dengan kelainan mata. Spora dapat ditemukan pada epitel konjungtiva pasien
AIDS . Pada orang dengan imunokompeten, infeksi Encephalitozoon tidak meluas sampai epitel
konjungtiva

maupun

kornea,

tidak

seperti

infeksi

dengan Vittaforma

corneum dan N.ocularumyang dapat menimbulkan infeksi stroma kornea yang dalam bahkan
dapat terjadi ulkus kornea. Spesies lain yang dapat menimbulkan keratokonjungtivitis
adalah T.hominis , M.ceylonensis dan M.africanum.

2.4 Diagnosis, Pengobatan dan Epidemiologi


i.

Diagnosis
Microsporidia pada umumnya berdasarkan pemeriksaan dengan mikroskop cahaya atau elektron,
metode molekuler dan uji serologi. Berbagai spesimen klinis yang dapat digunakan untuk
diagnosis mikrosporidiosis adalah : tinja, urin, sputum, bilasan bronkoaveolar, sekresi nasal,
cairan serebrospinal dan biopsi jaringan. Pada pasien dengan Mikrosporidiosis diseminata,

sebaiknya spesimen urin selalu diperiksa. Spora mikrosporidia sering dikeluarkan secara
periodik, maka untuk pemeriksaan urin sebaiknya urin 24 jam. Pemeriksaan 3 tinja dalam sehari
selama 3 hari perlu untuk menetapkan diagnosis mikropsoridiosis. Aspirasi duodenum juga dapat
digunakan untuk diagnosis infeksi intestinal.
ii.

Pengobatan
Albendazol untuk untuk Microsporidia invasive terutama genus Encephalitozoon. Kerja
albendazol menghambat polimerisasi mikrotubul selama pembelahan inti sehingga mencegah
pemisahan kromosom. Dengan demikian pembelahan parasit dihambat dan mempunyai efek
parasitosid. Pada infeksi E.intestinalis albendazol diberikan dengan dosis 400 mg, 2 kali sehari
selama 2-4 minggu atau 1-2 bulan, sedangkan pada infeksi E.cuniculi diberikan 2 x 400 mg per
hari selama 3-4 minggu. Dosis albendazol untuk anak 15 mg/kg berat badan per hari diberikan 2
kali sehari selama 2-4 minggu. Relaps dapat terjadi 1-2 bulan setelah pemberian albendazol
selama 4 minggu. Albendazol pada binatang bersifat teratogenik, sehingga sebaiknya dihindari
pada ibu hamil dan menyusui.

Fumagillin merupakan antibiotik yang diproduksi oleh jamur Aspergillus fumigates. Jika
diberikan secara sistemik dengan dosis 20 mg 3 kali sehari selama 2 minggu efektif untuk infeksi
E.bieneusi dan secara topical dapat mengobati keratokonjungtivitis yang disebabkan oleh
Encephalitozoon spp. Pasien yang mendapat fumagillin sebaiknya dimonitor hitung sel darah
selama terapi dan hitun platelet setiap hari. Pengobatan dihentikan bila hitung platelet turun di
bawah 75.000/mm3. Pemeriksaan dilakukan setiap bulan untuk mengetahui adanya relaps.

Itrakonazol, metronidazol, isetionat propamidin topical digunakan untuk infeksi epitel kornea.
iii.

Epidemiologi
Parasit

dapat

hidup

di

air

pada

suhu

40C

selama

lebih

dari

tahun.

Transmisi Microsporidia terutama melalui fekal-oral atau urino-oral. Transmisi transplasental


sering pada karivora, tetapi belum dibuktikan pada manusia. Walaupun jarang, juga pernah
dilaporkan infeksi melalui trauma. Microsporidiameningkat pada orang yang imunokompeten
terutama padatravellers diarrhea.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada

genus Microsporidia yang

Encephalitozoon,

dapat

Nosema,

menginfeksi

yaitu Enterocytozoon,

Trachipleistophora,

Microsporidium danBrachiola. Penyakit


disebutmikrosporidiosis. Microsporidia pada

manusia

Pleistophora,

yang
umumnya

berdasarkan

ditimbulkannya
pemeriksaan

dengan

mikroskop cahaya atau elektron, metode molekuler dan uji serologi. Berbagai spesimen klinis
yang dapat digunakan untuk diagnosis mikrosporidiosis adalah : tinja, urin, sputum, bilasan
bronkoaveolar, sekresi nasal, cairan serebrospinal dan biopsi jaringan.

3.2 Saran
Diharapkan teman-teman mahasiswa keperawatan untuk dapat memahami materi yang disajikan
dalam laporan ini. Sehingga dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan kelak nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Sutanto, Inge dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.

Mikrosporidiosis: Sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh kelompok tertentu protozoa yang
spora bentuk (Microsporidia) misalnya Encephalitozoon, Enterocytozoon, Nosema, Pleistophora,
Trachipleistophora, Vittaforma, Enterocytozoon bieneusi, Enterocytozoan) Septata) intestinalis). Protozoa
menyerang dan hidup di dalam sel host.Spora rilis ke dalam saluran pencernaan di mana mereka
dikeluarkan dan dapat menginfeksi hewan lain. Infeksi ini sering tanpa gejala pada orang sehat tetapi
dapat menyebabkan gejala serius yang mempengaruhi berbagai bagian tubuh pada orang
immunocompromised. (http://www.rightdiagnosis.com/m/microsporidiosis/basics.htm)
Mikrosporidiosis adalah parasitosis disebabkan oleh Microsporidia (protozoa parasit). Kejadian tahunan
mikrosporidiosis tidak diketahui dan distribusi geografis Microsporidia masih harus didefinisikan. Pasien

imunodefisiensi (orang dengan HIV, dan pasien yang telah mengalami transplantasi sumsum tulang atau
organ) merupakan target utama. Hasil infeksi pada diare kronis yang menyebabkan penurunan berat badan
yang parah. Microsporidia adalah parasit eukariotik uniseluler tanpa mitokondria dan bertanggung jawab
untuk infeksi oportunistik. Microsporidia secara ketat parasit intraseluler. Tahap awal aseksual proliferasi
(merogony) diikuti dengan tahap mensosialisasikan (sporogoni) yang mengarah ke pengembangan
spora. Spora kecil (1 sampai 3 pM tergantung pada spesies) merupakan bentuk yang paling tahan dan
menyebarkan dan ditandai dengan filamen kutub, yang memungkinkan mereka untuk melubangi dinding sel
dan menyuntikkan bahan nuklir. Mereka mengembangkan terutama dalam sel usus tetapi juga dapat
berkembang pada adiposit, sel epitel dan sel darah.Beberapa genera telah dilaporkan pada manusia, di
antaranya Encephalitozoondan Enterocytozoon adalah yang paling umum. Kontaminasi mungkin terjadi
setelah menelan spora yang terkandung dalam air atau makanan. Kontaminasi interhuman langsung juga
kemungkinan. Diagnosa didasarkan pada identifikasi spora melalui pengujian laboratorium. Diferensial
diagnosis termasuk genera lain dari Microsporidia. Pengobatan dengan Albendazole adalah ditoleransi
dengan baik dan sukses, kecuali untuk pasien dengan infeksi Enterocytozoon bieneusi,yang hanya fumagillin
efektif

tetapi

hematotoxic. Prognosis

bisa

berat

pada

(http://www.orpha.net/consor/cgi-bin/OC_Exp.php?lng=en&Expert=2552)

pasien

imunodefisiensi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • pmk762016 PDF
    pmk762016 PDF
    Dokumen63 halaman
    pmk762016 PDF
    Zola Zesay
    Belum ada peringkat
  • pmk762016 PDF
    pmk762016 PDF
    Dokumen63 halaman
    pmk762016 PDF
    Zola Zesay
    Belum ada peringkat
  • 1 09 220vitiligo
    1 09 220vitiligo
    Dokumen10 halaman
    1 09 220vitiligo
    Ayu Wilistika
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Parasit
    Infeksi Parasit
    Dokumen1 halaman
    Infeksi Parasit
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen7 halaman
    Bab Ii
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • KTI Syok Sepsis
    KTI Syok Sepsis
    Dokumen15 halaman
    KTI Syok Sepsis
    Ade Rio Suhardani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • SK Abies
    SK Abies
    Dokumen10 halaman
    SK Abies
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Komunikasi Kedokteran Bram
    Komunikasi Kedokteran Bram
    Dokumen5 halaman
    Komunikasi Kedokteran Bram
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Bab II SP Penyakit Ginjal Kronik
    Bab II SP Penyakit Ginjal Kronik
    Dokumen13 halaman
    Bab II SP Penyakit Ginjal Kronik
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • SP Neuro SGD 6 Isi Last Editt
    SP Neuro SGD 6 Isi Last Editt
    Dokumen8 halaman
    SP Neuro SGD 6 Isi Last Editt
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • SP Fix Bab1-4 Edit
    SP Fix Bab1-4 Edit
    Dokumen18 halaman
    SP Fix Bab1-4 Edit
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • Petunjuk Rabies
    Petunjuk Rabies
    Dokumen15 halaman
    Petunjuk Rabies
    Ary Dewi
    50% (2)
  • Mitral Stenosis
    Mitral Stenosis
    Dokumen20 halaman
    Mitral Stenosis
    Angga Satria Utama
    100% (1)
  • BAB 1 Fix
    BAB 1 Fix
    Dokumen12 halaman
    BAB 1 Fix
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat
  • 10.radikal Bebas - Qoqom1
    10.radikal Bebas - Qoqom1
    Dokumen12 halaman
    10.radikal Bebas - Qoqom1
    Fiddien Indera
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Angga Satria Utama
    Belum ada peringkat