TINJAUAN PUSTAKA
Kapasitas inspirasi adalah banyaknya udara yang dapat dihirup setelah taraf
ekspirasi biasa hingga pengembangan paru-paru secara maksimal (sekitar
3.500 mililiter). Kapasitas respirasi sama dengan volume tidal ditambah
dengan volume cadangan inspirasi.
6. Kapasitas Residu Fungsional
Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara di dalam paru-paru pada
akhir respirasi biasa. Kapasitasnya berkisar 2.300 mililiter. Kapasitas residu
fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah dengan
volume residu.
7. Kapasitas Vital
Kapasitas vital adalah volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar
paru-paru selama sistem pernapasan pada manusia. Kapasitas vital adalah
volume cadangan inspirasi ditambah dengan volume tidal ditambah lagi
dengan volume cadangan ekspirasi. Volume kapasitas vital kira-kira 4.600
mililiter.
8. Kapasitas Paru-Paru Total
Kapasitas paru-paru total adalah seluruh udara yang dapat ditampung oleh
paru-paru. Kapasitas paru-paru total adalah kapasitas vital ditambah dengan
volume residu. Kapasitas paru-paru total berkisar 5.800 mililiter.
B. PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinsikan sebagai
penyakit atau gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi
berupa ostruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan
tidak sepenuhnya reversible. Obstruksi ini berkaitan dengan respon
inflamasi abnormal paru terhadap partikel asing atau gas yang
berbahaya. Pada PPOK, bronkitis kronik dan emfisema sering
ditemukan bersama, meskipun keduanya memiliki proses yang
berbeda. Akan tetapi menurut PDPI 2010, bronkitis kronik dan
emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK, karena bronkitis kronik
merupakan
diagnosis
klinis,
sedangkan
emfisema
merupakan
KLASIFIKASI
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi
kronik adalah sebagai berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai
dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus
dan
termanifestasikan
bentuk
batuk
kronis
dalam
dan
: stafilokokus,
paru
mengalami
kerusakan
dan
meningkatkan
hipertropi
dan
hiperplasia
(5)Mukus
yang
kental
dan
pembesaran
nafas
mengalami
kollaps,
dan
udara
penurunan
ventilasi
asidosis.
(6)Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi
perfusi
abnormal
timbul,
dimana
terjadi
penurunan
nafas
berulang
pada
masa
kanak
kanak
dengan PPOK
lebih
menetap. Keluhan
sesak
inilah
yang
biasanya
membawa
perfusi
adalah
distribusi
darah
yang
sudah
atau
disfungsional
serta
metaplasia. Perubahan-
menyebabkan
edema
jaringan. Proses
ventilasi
terutama
progresif
merusak
struktur-struktur
penunjang
di
paru. Akibat
pasif
setelah
inspirasi. Dengan
demikian,
apabila
tidak
terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan
saluran udara kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan
berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada
PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi
makrofag untuk melepaskan
2010). Selama
eksaserbasi
akut,
10
Setiono W (2014)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan rutin
a. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan
atau VEP1/KVP ( % ).
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai
untuk
menilai
beratnya
PPOK
dan
memantau
perjalanan penyakit.
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin
dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat
dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti
b. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
c. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan
penyakit paru lain
Pada emfisema terlihat gambaran :
Hiperinflasi
Hiperlusen
Ruang retrosternal melebar
Diafragma mendatar
Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye
drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
Normal
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
2. Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
a. Faal paru
Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF),
Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat
DLCO menurun pada emfisema
Raw meningkat pada bronkitis kronik
Sgaw meningkat
Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
b. Uji latih kardiopulmoner
Sepeda statis (ergocycle)
Jentera (treadmill)
Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
c. Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil
PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan
d. Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral
(prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari
selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1 pasca bronkodilator >
20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat
kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid
e. Analisis gas darah
Terutama untuk menilai :
Gagal napas kronik stabil
Gagal napas akut pada gagal napas kronik
f. Radiologi
CT - Scan resolusi tinggi
12
yang
ditandai
oleh
rendah
pada
emfisema
herediter
diobservasi
terutama
13
pada
klien
dengan
dyspnea
ini
sangat
berat,
potensial
mengancam
melaksanakan
aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK
berikut:
1. Meniadakan
faktor
etiologi/presipitasi,
adalah
misalnya
sebagai
segera
pertolongan
berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada
infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba
harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai
hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat
bronkodilator.
untuk
melatih
penderita
agar
bisa
40.56/hari
Augmentin
(amoksilin
dan
asam
Pemberiam
antibiotik
seperti
kotrimaksasol,
untuk
mengatasi
obstruksi
jalan
napas,
15
a.
Antibiotik
ampisilin
untuk
kemoterapi
preventif
jangka
panjang,
40,25-0,5/hari
dapat
menurunkan
kejadian
eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung
tingkat
reversibilitas
obstruksi
kesulitan
bekerja,
perut yang diteruskan sampai bronkioli sehingga kolaps saluran nafas saat ekspirasi
dapat dicegah. Pernapasan pursed lips breathing ternyata dapat memperbaiki
pertukaran gas yang dapat dilihat dengan membaiknya saturasi oksigen arteri. Purselips breathing juga memperbaiki pola nafas dan meningkatkan volume tidal. Selain
itu, pursed-lips breathing bertujuan memberikan manfaat subjektif pada penderita
yaitu mengurangi sesak, rasa cemas dan tegang karena sesak.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2007), Metode Penelitian Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika.
Notoadmodjo, S. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nursalam, (2003) Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.
http://www.spektrumonline.bpn-ismki.org/2014/05/latihan-pernapasan-kunciutama.html
http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2014/01/kapasitas-paru-paru-pada-manusiamateri.html
http://www.klikparu.com/2013/02/penyakit-paru-obstruktif-kronik-ppok.html
http://jatiarsoeko.blogspot.co.id/2012/04/nafas-dalam-dan-batuk-efektif.html
18