Anda di halaman 1dari 8

Bab 3

Contoh Kasus
Penjabaran mengenai kasus dalam hubungan Negara, warga Negara dan agama,
seperti:
3.1 Kasus Ahok diminta pindah agama jika ingin jadi Gubernur
Seperti yang dapat kita lihat, di dunia dewasa ini banyak sekali terjadi konflik
tentang keagamaan, khusus nya di Indonesia. Hingga saat ini, masih terjadi
kesenjangan[1] yang dipengaruhi oleh perbedaan agama dan banyak orang masih
belum mendapatkan hak beragama.
Kasus ini menjadi sangat menarik dalam penelitian kami, karena seorang
pejabatpun menerima ketidak adilan beragama. Dari sebelum menerima jabatan
sebagai Wakil Gubernur, pria yang akrab dipanggil dengan sebutan Ahok ini
sering menerima kecaman karena alasan agama. Dan bahkan setelah menjabat
Basuki mendapat desakan untuk berpindah agama. Desakan ini diberikan oleh
Front Pembela Islam (FPI). FPI menyatakan bahwa Basuki Tjahja Purnama tidak
pantas menjalankan 12 tugas yang berkaitan langsung dengan agama Islam yang
merupakan tugas dari wakil gubernur. Dalam desakannya ini FPI memberi dua
pilihan terhadap Basuki, yaitu tidak menjabat sebagai wakil gubernur atau Basuki
harus bersedia masuk Islam.
Pada kasus yang menimpa Ahok ini dapat kita cermati bahwa keadilan di
Indonesia adalah hal yang masih sulit ditegakkan bahkan untuk seorang pejabat
sekalipun. Ahok menerima perlakuan berbeda dan tekanan- tekanan dari
masyarakat walau ia telah secara resmi menjadi wakil gubernur, memenuhi
seluruh persyaratan serta kewajiban agar layak menjabat sebagai seorang wakil
gubernur dan bahkan ia telah membuktikan kompetensi melalui pengalamanpengalamannya. Setelah memenui kewajiban- kewajibannya agar layak sebagai
seorang wakil gubernur Ahok masih tidak diakui dan masih mendapat tekanantekanan karena alasan agama serta menerima desakan untuk berpindah agama. ,
sedangkan dalam Undang-undang dasar 1945, pasal 28E ayat 1 dan 2 berbunyi :
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilik pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali. **)
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **).

12

13

3.2 Kasus konflik antar agama


3.2.1 Akar permasalahan dan penyebab konflik antar agama di poso
sulawesi tengah
Kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah ini secara umum merupakan
konflik horizontal antar kelompok masyarakat setempat. Dilihat dari sisi dinamika
kelompok (in group-outgroup), sikap keberpihakan dan identitas keagamaan dari
para warga dan tokoh-tokoh yang terlibat, secara kasat mata terlihat bahwa dalam
konflik kerusuhan Poso melibatkan kelompok muslim (putih) di satu pihak dan
kelompok Kristiani (merah) di pihak yang lain. Namun begitu tidak berarti bahwa
secara otomatis agama merupakan faktor utama penyebab konflik. Agama
dalam konflik tersebut lebih banyak berperan sebagai faktor pengiring yang
meningkatkan eskalasi konflik. Identitas keagamaan telah dimananfaatkan sebagai
alat yang efektif untuk mencari dukungan, legitimasi dan memperkuat posisi
masing-masing kelompok yang berkepentingan. Sementara penyebab utamanya
diduga kuat adalah faktor-faktor di luar agama, yakni berbagai kesenjangan di
bidang politik, ekonomi, hukum, tidak efektifnya pemerintahan dan aparat
keamanan, serta dampak suasana globalisasi dan reformasi yang cenderung makin
liar dan tak terkendali.
3.2.2 Faktor penyebab konflik Poso
Dalam laporan Pemda Poso tertanggal 7 Agustus 2001 dinyatakan antara lain
bahwa kerusuhan Poso diawali sebuah kasus kriminalitas biasa (perkelahian)
antara beberapa oknum pemuda. Namun dalam waktu singkat berkembang
sedemikian rupa menadi isu SARA, sehingga mengundang konflik massa yang
tidak terkendali dan mengakibatkan timbulnya kerusuhan. Berkembangnya
masalah kriminalitas tersebut menjadi isu SARA tidak berjalan dengan sendirinya,
tetapi telah dimananfaatkan dan direkayasa sedemikian rupa menadi sebuah isu
SARA oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan latar belakang
kepentingan tertentu. Karena itu persoalan yang memicu timbulnya kerusuhan
bukanlah masalah SARA, tetapi masalah kriminalitas yang dikemas dalam
simbol-simbol SARA.[1][2]
Dari laporan jurnalistis, konflik Poso disebut sebagai tragedi tiga babak.
Kerusuhan pertama berlangsung tanggal 25-30 Desember 1998, yang kedua 15-21
April 2000, sedangkan kerusuhan ketiga tanggal 23 Mei-10 Juni 2001. Rentetan
peristiwa kerusuhan Poso menurut paparan Sinansari Ecip dan Darwin Daru,
konflik Poso dimulai dari kerusuhan pertama pada tanggal 25 Desember 1998
(kebetulan Natal dan bulan puasa) karena pertikaian dua pemuda yang berbeda
agama.Pertikaian itu terus berlanjut hingga mengundang kelompok massa untuk
melakukan aksi yang anarkis.
Konflik individual ini kemudian melibatkan kelompok pemuda agama (masingmasing perwakilan dari korban dan pelaku yang berbeda agama) yang berlanjut ke
pembakaran toko dan rumah-rumah warga yang sebelumnya tidak
terlibat.Terjadinya konflik dan perilaku kekerasan dalam masyarakat tergantung

14

dari sumber potensi konflik yang ada. Ada beberapa faktor yang dapat memicu
terjadinya konflik, selain agama, yaitu ketidakadilan ekonomi, ketidakstabilan
politik, serta ketimpangan sosial. Meskipun konflik Poso mengatasnamakan
agama sebagai penyebab konfliknya, namun harus dilihat terlebih dahulu apakah
benar agama sebagai faktor dibalik konflik tersebut. Untuk itulah, dibutuhkan
pemahaman terlebih dahulu mengenai kondisi masyarakat Poso yang menjadi
poin terjadinya konflik.
a. Faktor Politik
Meskipun pemicu awal munculnya konflik di Poso ini adalah karena pertikaian
pemuda namun sebenarnya terdapat muatan politik berkaitan dengan suksesi
bupati. Ketidakpuasan politik inilah yang menjadi akar permasalah konflik. Pada
1998, ketika mantan Bupati Poso Arief Patanga akan mengakhiri masa
kepemimpinannya, terlihat sinyalemen terjadinya gesekan di tingkat politisi partai
yang menginginkan perubahan kepemimpinan. Pergesekan antara politisi partai
akhirnya merambah hingga ke tingkat akar rumput. Akhirnya muncullah
kelompok-kelompok di masyarakat yang berlawanan haluan dengan kebijakan
politisi partai.
Terendusnya praktik korupsi yang dilakukan oleh kroni-kroni Bupati Arief
Patanga membuat yang bersangkutan berupaya mengalihkan isu. Korupsi Korupsi
bermula dari pemberian dana kredit usaha tani (KUT) sebesar Rp 5 miliar pada
1998 oleh pemerintah pusat. Saat ada upaya pengungkapan kasus korupsi itu,
orang-orang yang terlibat korupsi menggalang massa untuk melakukan aksi untuk
mengalihkan isu korupsi yang berkembang. Bahkan ada selebaran yang berisi
penyerangan tokoh Kristen yang sengaja diedarkan ke masyarakat. Hal itu
kemudian semakin memperuncing konflik masyarakat yang beragama Islam dan
Kristen.
Kekerasan yang terjadi tersebut tidak mendapat respons yang memadai dari aparat
keamanan. Kegiatan itu terlihat dibiarkan sehingga terus terjadi dan meluas.
Karena pembiaran oleh aparat, eskalasi kekerasannya meningkat hingga terjadi
pembakaran rumah penduduk, gereja, dan masjid. Bahkan terjadi pembantaian di
Pesantren Walisongo, Sintuwelemba, yang lokasinya di tengah-tengah komunitas
Kristen.
b. Faktor Ekonomi
Poso telah dimasuki pendatang Kristen dan Islam sejak masa pra-kolonial, namun
proporsi migrasi yang signifikan baru terjadi pada masa orde baru. Hal itu terjadi
sejak dibangunnya prasara jalan trans-Sulawesi dan pembangunan berbagai
pelabuhan laut dan udara yang semakin memudahkan perpindahan penduduk.
Tanpa disadari proses pembangunan ekonomi di Poso membawa dampak bagi
orang Kristen setempat yakni proses Islamisasi yang cepat dan kesenjangan
ekonomi. Keadaan ini lebih dipertajam lagi dengan banyaknya angka
pengangguran kaum terpelajar karena sempitnya atau langkanya lapangan konflik
yang sesuai dengan pendidikan yang pernah ditempuh.

15

Akibat urbanisasi dan kesenjangan ekonomi, politik dan budaya antara umat
beragama ini menyebabkan perubahan pola-pola hubungan antar umat beragama
terutama antara Muslim dan Kristiani.Pertumbuhan urbanisasi yang cepat akan
mengantarkan masyarakat ke arah modernisasi sering terjadi konflik nilai-nilai
tradisional yang masih kuat dengan nilai-nilai baru yang belum mapan di
masyarakat. Konflik nilai tersebut berpengaruh besar terhadap perilaku
masyarakat dan dapat mendorong masyarakat ke proses desintegrasi,alienasi,
disorienttasi, disorganisasi, segmentasi dan lain sebagainya.
Umat Islam yang hidup di Poso tidak rela dan tidak senang kalau melihat pemudapemuda Kristen yang minum-minuman keras serta mabuk-mabukan di jalan,
apalagi di bulan suci Ramadhan. Oleh karena itu sasaran pengrusakan atau amuk
massa Islam tatkala gagal mencari pemuda Kristen yang memukul pemuda Islam
di masjid adalah Toko Lima, tempat penjualan minuman keras terbesar di Poso.
Peristiwa inilah merupakan awal mula bentrok fisik antara massa Islam dan
Kristen. Peristiwa hari Jumat tanggal 26 Desember 1998 inilah yang merupakan
pelampiasan emosi keagamaan antara Islam dan Kristen yang berpangkal pada
perbedaan dan kesenjangan sistem nilai budaya antara komunitas tersebut
Dari pernyataan diatas dapat dianalisis bahwa konflik yang terjadi di Poso diawali
dengan pertengkaran antar pemuda.Dari pertengkaran antar pemuda tersebut
menjadi meluas takkala kedua orang yang berkonflik berbeda agama yang satu
bergam islam yang satu beragama Kristen.Sebenarnya konflik tersebut hanya
sedikit yang disebabkan oleh perbedaab agama namun karena ada pihak ang
mempunyai kepentingan maka konflik tersebut berubah menjadi konflik antar
agama.Konflik antar kedua agama ini mengakibatkan kerusakan pada beberapa
tempai ibadah seperti gereja dan masjid.Konflik ini terjadi bertepatan pada saat
bulan ramadhan yang tentunya pada bulan tersebut umat muslim sedang
menjalankan ibadah puasa.Namun di lain pihak orang kristen di poso malah
bermabuk-mabukan di bulan yang bagi orang muslim adalah bulan suci.Melihat
kejadiaan ini orang-orang muslim di poso marah dan melampiaskan
kemarahannya pada toko yang menjual miras terbesar diposo.Selain itu konflik
yang terjadi di Poso juga disebabkan oleh perbedaan dan kesenjangan sistem nilai
antar komunitas tersebut dan kerena adanya kecemburuan sosial.Konflik yang
terjadi di Poso juga dimanfaatkan oleh kelompok berkempentingan untuk
mengalihkan isu yang pada saat itu sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh
masyarakat yaitu masalah korupsi yang dilakukan oleh bupati Poso.
3.2.3 Solusi konflik antar agama di Poso
Untuk menyelesaikan konflik di Poso, telah dilakukan Deklarasi Malino untuk
Poso (dikenal pula sebagai Deklarasi Malino I). Deklarasi itu ditandatangani pada
20 Desember 2001 oleh 24 anggota delegasi kelompok Kristen (merah) dan 25
anggota dari delegasi kelompok Islam (putih). Terdapat 10 poin dalam
kesepakatan tersebut, yakni:

16

1)
2)

Menghentikan semua bentuk konflik dan perselisihan.


Menaati semua bentuk dan upaya penegakan hukum dan mendukung
pemberian sanksi hukum bagi siapa saja yang melanggar.
3) Meminta aparat negara bertidak tegas dan adil untuk menjaga keamanan.
4) Untuk menjaga terciptanya suasana damai menolak memberlakukan keadaan
darurat sipil serta campur tangan pihak asing.
5) Menghilangkan seluruh fitnah dan ketidakjujuran terhadap semua pihak dan
menegakkan sikap saling menghormati dan memaafkan satu sama lain demi
terciptanya kerukunan hidup bersama.
6) Tanah Poso adalah bagian integral dari Indonesia. Karena itu, setiap warga
negara memiliki hak untuk hidup, datang dan tinggal secara damai dan
menghormati adat istiadat setempat.
7) Semua hak-hak dan kepemilikan harus dikembalikan ke pemiliknya yang sah
sebagaimana adanya sebelum konflik dan perselisihan berlangsung.
8) Mengembalikan seluruh pengungsi ke tempat asala masing-masing.
9) Bersama pemerintah melakukan rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi
secara menyeluruh.
10) Menjalankan syariat agama masing-masing dengan cara dan prinsip saling
menghormati dan menaati segala aturan yang telah disetujui baik dalam
bentuk UU maupun dalam peraturan pemerintah.
Setelah Deklarasi Malino untuk Poso diberlakukan, konflik terbuka
antarkelompok di Poso berhasil dihentikan sementara. Namun dalam
perjalannanya, kekerasan di Poso masih kerap terjadi. Berbagai kasus
bermunculan seperti teror, upaya mengadu domba yang dapat dilihat melalui
penembakan-penembakan misterius, pembunuhan, peledakan bom, bahkan
dengan tulisan-tulisan di dinding rumah penduduk yang sifatnya provokasi. Pada
2002 hingga 2005 telah terjadi setidaknya 10 kali teror bom yang merenggut
puluhan nyawa. Peristiwa tersebut kembali menimbulkan rasa trauma, saling
curiga dan meningkatkan sensitivitas di tingkat masyarakat.
Penyelesaian konflik di Poso yang dilakukan oleh pemerintah selama ini lebih
mengedepankan pendekatan keamanan daripada komunikasi. Karena itu apa yang
diinginkan oleh pihak-pihak yang bertikai serta akar penyebab konflik tidak
pernah tersentuh. Akhirnya yang terjadi siatuasi keamanan di Poso bersifat
fluktuatif. Agar keamanan di Poso bersifat permanen, perlu dilakukan mediasi
kedua pihak yang bertikai yakni masyarakat beragama Islam dengan yang
beragama Kristen, dan dimediatori oleh pemerintah pusat sebagai pihak yang
netral. Selain itu perlu pendekatan budaya mengingat Poso adalah daerah yang
sangat heterogen. Terlebih sebelumnya, masyarakat Poso baik yang asli maupun
pendatang hidup berdampingan dengan damai dengan mengusung nilai-nilai
kearifan lokal.
Agar kehidupan umat beragama kembali rukun dan harmonis maka sebagai maka
cara yang paling baik dan utama dilakukan adalah bersilaturahmi dengan pemeluk
agama lain termasuk dalam menjalankan pelayanan sosial mereka.Selain itu kita
haru menghilangkan rasa curiga dengan pemeluk agama lain.Tapi yang lebih
penting adalah bertoleransi.Jika dipikir-pikir buat apa kita berkonflik dan

17

mencurigai ini merupakan sesuatu yang tidak ada untungnya bahkan


menimbulkan kerugian.Akibat fatal dari adanya konflik antar umat beragama
adalah kehancuran persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.Yang ini dapat
merusak nila-nilai pancasila sila pertama.
3.2.4

Cara Mencegah konflik antar agama

Cara mencegah konflik yang utama adalah bertoleransi antar umat beragama di
Indonesia populer dengan istilah kerukunan hidup antar umat beragama. Istilah
tersebut merupakan istilah resmi yang dipakai oleh pemerintah. Kerukunan hidup
umat beragama merupakan salah satu tujuan pembangunan bidang keagamaan di
Indonesia. Gagasan ini muncul terutama dilatar belakangi oleh meruncingnya
hubungan antar umat beragama. Adapun sebab musabab timbulnya ketegangan
intern umat beragama, antar umat beragama, dan antara umat beragama dengan
pemerintah dapat bersumber dari berbagai aspek sebagai berikut:
1) Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau
missi.
2) Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan
agama pihak lain.
3) Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain.
4) Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan
toleransi dalam kehidupan masyarakat.
5) Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat
beragama,antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan
pemerintah.
6) Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan
pendapat (Depag, 1980: 38).
Secara universal konflik antar agama bisa dicegah dengan beberapa aspek yaitu:
1) Sikap yang diterjemahkan dalam:
a) sikap saling menahan diri terhadap ajaran,keyakinan dan kebiasaan
golongan agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan
ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri;
b) sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut dengan
sungguh-sungguh ajaran agamanya
c) sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.
2) Perbuatan yang diwujudkan dalam
a) usaha untuk memahami ajaran dan keyakinan agama orang lain
b) usaha untuk mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan
sebijaksana mungkin untuk tidak menyinggung keyakinan agama lain;
c) untuk saling membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk
mengatasi keterbelakangan bersama
d) usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga
terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai kemajuan
bersama(Tarmizi Taher, 1997: 9).

18

Selanjutnya agar pembinaan kehidupan beragama tetap dalam kerangka


pembinaan dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
1) Peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dalam rangka menumbuhkan kesadaran beragama bagi setiap pemeluknya.
Kesadaran beragama itu tidak saja mewujud dalam kepekaan moral,
melainkan juga dalam kepekaan sosial, sehingga dengan demikian tidak
membuat fanatisme dan eksklusivisme,melainkan menumbuhkan toleransi
sosial dan sikap terbuka.
2) Negara menjamin kebebasan beragama dan bahkan berusaha membantu
pengembangan kehidupan beragama dalam rangka pembangunan. Masingmasing umat beragama memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk
menjalankan dan mengembangkan kehidupan agama mereka
3.3 Sikap yang harus dikembangkan agar nilai-nilai dalam Sila Pertama
tetap terwujud
Ada beberapa sikap yang bisa dikembangkan agar nilai-nilai yang terkandung
dalam sila pertama tetap terwujud yaitu:
1) Saling menghormati antar umat beragama.
Sikap saling hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda merupakan suatu
hal yang harus dilakukan. Sesuai dengan UUD 1945, dalam kehidupan
bermasyarakat harus ada sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaanya, sehingga terbina kerukunan hidup yang toleran tanpa
adanya sikap arogansi dari salah satu penganut agama.
2) Mempelajari sejarah pancasila dan memperkenalkan sejarah sejak dini.
Salah seorang budayawan Indonesia yaitu Sujiwo Tejo mengatakan bahwa
untuk memajukan bangsa ini kita harus melihat kebelakang, karena masa
depan bangsa Indonesia ada dibelakang. Maksudnya kita harus
menengok kembali sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Sila pertama
dalam pancasila sejak awal perumusannya memang sudah menemui
kendala dibandingkan sila-sila lainnya yaitu mengenai pernyataan
menjalankan syariat islam. Dengan kita mengetahui sejarah
dirumuskannya pancasila, maka pemikiran untuk memunculkan kembali
masalah-masalah intoleransi yang berujung pada demo dan kekerasan
tidak akan terjadi.
3) Menjalankan perintah agama sesuai ajaran yang dianut masing-masing.
Dalam menjalankan perintah agama harus sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Selain larangan hokum untuk mengintervensi agama lain, di
dalam ajaran agama pun pasti ada larangan yang harus dipatuhi pada

19

setiap pemeluknya untuk menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya


sendiri tanpa harus mencampuri ajaran agama lain. Seperti dalam agama
islam yaitu dalam Al Quran surat al kafirun ayat 6 yang artinya bagimu
agamamu bagiku agamaku. Dalam ayat tersebut sangat jelas untuk
menjalankan ibadah sesuai ajaran masing-masing.
4) Membina kerjasama dan tolong menolong antar umat ber-agama.
Dalam membina kerukunan beragama tidak hanya terfokus pada
menjalankan ibadah sesuai ajaran masing-masing, namun pada kehidupan
bermasyarakat pasti ada interaksi sosial. Jadi saling tolong menolong dan
kerjasama antar umat beragama akan berdampak timbulnya kerukunan
antar agama.
5) Menghilangkan rasa fanatik dan egois dalam beragama.
Rasa fanatik dan egois harus dihilangkan karena dari rasa tersebut akan
menimbulkan kesombongan dan merasa ajaran agamanya saja yang harus
dijalankan sehingga memaksa semua orang untuk mematuhi aturan yang
diajarkan oleh salah satu agama.
6) Lebih memperdalam pemahaman tentang agama dan pancasila.
Kurangnya pemahaman akan agama dan nilai-nilai pancasila membuat
sebagian orang menjadi intoleran terhadap agama lain walaupun niatya
untuk mengkritisi suatu hal yang berhubungan dengan toleransi beragama
bahkan menghapus pancasila dari Indonesia. Tanpa dipahami dari
beberapa orang tersebut, sebenarnya nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila juga sesuai dengan ajaran semua agama yang menyeru untuk
kebaikan. Maka dari itu, sejak dini seseorang harus diberi ilmu agama dan
pengetahuan nilai pancasila agar tercipta manusia cerdas dan bermoral.
7) Menindak tegas ajaran atau aliran baru
Peran pemerintah dalam mengembangkan nilai pada sila pertama bisa
dengan mencegah aliran ataupun agama-agama baru yang bisa memecah
belah umat agama lain. Tindak lanjutnya bisa dengan menyaring setiap
aliran dan agama yang muncul.

Anda mungkin juga menyukai

  • Transistor
    Transistor
    Dokumen22 halaman
    Transistor
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Semi Kon Duk Tor
    Semi Kon Duk Tor
    Dokumen30 halaman
    Semi Kon Duk Tor
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen17 halaman
    Penda Hulu An
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Field Effect Transistor
    Field Effect Transistor
    Dokumen32 halaman
    Field Effect Transistor
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Transistor
    Transistor
    Dokumen22 halaman
    Transistor
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Alat Pengendali Industri
    Alat Pengendali Industri
    Dokumen22 halaman
    Alat Pengendali Industri
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Modul 2
    Modul 2
    Dokumen9 halaman
    Modul 2
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Modul 5
    Modul 5
    Dokumen7 halaman
    Modul 5
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Transistor
    Transistor
    Dokumen22 halaman
    Transistor
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 KWN
    Bab 1 KWN
    Dokumen1 halaman
    Bab 1 KWN
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Modul 1
    Modul 1
    Dokumen10 halaman
    Modul 1
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Modul 4
    Modul 4
    Dokumen9 halaman
    Modul 4
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Teori Dualitas
    Teori Dualitas
    Dokumen16 halaman
    Teori Dualitas
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 KWN
    Bab 1 KWN
    Dokumen1 halaman
    Bab 1 KWN
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen8 halaman
    Bab 3
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen2 halaman
    Bab 4
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Uji Sampel Tunggal
    Uji Sampel Tunggal
    Dokumen13 halaman
    Uji Sampel Tunggal
    Marhamah Amah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • 7297 Modul 5 (MRP)
    7297 Modul 5 (MRP)
    Dokumen45 halaman
    7297 Modul 5 (MRP)
    Ganjar Rohman
    Belum ada peringkat
  • Uji Sampel Tunggal
    Uji Sampel Tunggal
    Dokumen13 halaman
    Uji Sampel Tunggal
    Marhamah Amah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Tommy Saputra Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Analisis Varian Satu Arah
    Analisis Varian Satu Arah
    Dokumen21 halaman
    Analisis Varian Satu Arah
    Akbar 'Kanserio' Bahar
    Belum ada peringkat