Contoh Kasus
Penjabaran mengenai kasus dalam hubungan Negara, warga Negara dan agama,
seperti:
3.1 Kasus Ahok diminta pindah agama jika ingin jadi Gubernur
Seperti yang dapat kita lihat, di dunia dewasa ini banyak sekali terjadi konflik
tentang keagamaan, khusus nya di Indonesia. Hingga saat ini, masih terjadi
kesenjangan[1] yang dipengaruhi oleh perbedaan agama dan banyak orang masih
belum mendapatkan hak beragama.
Kasus ini menjadi sangat menarik dalam penelitian kami, karena seorang
pejabatpun menerima ketidak adilan beragama. Dari sebelum menerima jabatan
sebagai Wakil Gubernur, pria yang akrab dipanggil dengan sebutan Ahok ini
sering menerima kecaman karena alasan agama. Dan bahkan setelah menjabat
Basuki mendapat desakan untuk berpindah agama. Desakan ini diberikan oleh
Front Pembela Islam (FPI). FPI menyatakan bahwa Basuki Tjahja Purnama tidak
pantas menjalankan 12 tugas yang berkaitan langsung dengan agama Islam yang
merupakan tugas dari wakil gubernur. Dalam desakannya ini FPI memberi dua
pilihan terhadap Basuki, yaitu tidak menjabat sebagai wakil gubernur atau Basuki
harus bersedia masuk Islam.
Pada kasus yang menimpa Ahok ini dapat kita cermati bahwa keadilan di
Indonesia adalah hal yang masih sulit ditegakkan bahkan untuk seorang pejabat
sekalipun. Ahok menerima perlakuan berbeda dan tekanan- tekanan dari
masyarakat walau ia telah secara resmi menjadi wakil gubernur, memenuhi
seluruh persyaratan serta kewajiban agar layak menjabat sebagai seorang wakil
gubernur dan bahkan ia telah membuktikan kompetensi melalui pengalamanpengalamannya. Setelah memenui kewajiban- kewajibannya agar layak sebagai
seorang wakil gubernur Ahok masih tidak diakui dan masih mendapat tekanantekanan karena alasan agama serta menerima desakan untuk berpindah agama. ,
sedangkan dalam Undang-undang dasar 1945, pasal 28E ayat 1 dan 2 berbunyi :
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilik pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali. **)
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **).
12
13
14
dari sumber potensi konflik yang ada. Ada beberapa faktor yang dapat memicu
terjadinya konflik, selain agama, yaitu ketidakadilan ekonomi, ketidakstabilan
politik, serta ketimpangan sosial. Meskipun konflik Poso mengatasnamakan
agama sebagai penyebab konfliknya, namun harus dilihat terlebih dahulu apakah
benar agama sebagai faktor dibalik konflik tersebut. Untuk itulah, dibutuhkan
pemahaman terlebih dahulu mengenai kondisi masyarakat Poso yang menjadi
poin terjadinya konflik.
a. Faktor Politik
Meskipun pemicu awal munculnya konflik di Poso ini adalah karena pertikaian
pemuda namun sebenarnya terdapat muatan politik berkaitan dengan suksesi
bupati. Ketidakpuasan politik inilah yang menjadi akar permasalah konflik. Pada
1998, ketika mantan Bupati Poso Arief Patanga akan mengakhiri masa
kepemimpinannya, terlihat sinyalemen terjadinya gesekan di tingkat politisi partai
yang menginginkan perubahan kepemimpinan. Pergesekan antara politisi partai
akhirnya merambah hingga ke tingkat akar rumput. Akhirnya muncullah
kelompok-kelompok di masyarakat yang berlawanan haluan dengan kebijakan
politisi partai.
Terendusnya praktik korupsi yang dilakukan oleh kroni-kroni Bupati Arief
Patanga membuat yang bersangkutan berupaya mengalihkan isu. Korupsi Korupsi
bermula dari pemberian dana kredit usaha tani (KUT) sebesar Rp 5 miliar pada
1998 oleh pemerintah pusat. Saat ada upaya pengungkapan kasus korupsi itu,
orang-orang yang terlibat korupsi menggalang massa untuk melakukan aksi untuk
mengalihkan isu korupsi yang berkembang. Bahkan ada selebaran yang berisi
penyerangan tokoh Kristen yang sengaja diedarkan ke masyarakat. Hal itu
kemudian semakin memperuncing konflik masyarakat yang beragama Islam dan
Kristen.
Kekerasan yang terjadi tersebut tidak mendapat respons yang memadai dari aparat
keamanan. Kegiatan itu terlihat dibiarkan sehingga terus terjadi dan meluas.
Karena pembiaran oleh aparat, eskalasi kekerasannya meningkat hingga terjadi
pembakaran rumah penduduk, gereja, dan masjid. Bahkan terjadi pembantaian di
Pesantren Walisongo, Sintuwelemba, yang lokasinya di tengah-tengah komunitas
Kristen.
b. Faktor Ekonomi
Poso telah dimasuki pendatang Kristen dan Islam sejak masa pra-kolonial, namun
proporsi migrasi yang signifikan baru terjadi pada masa orde baru. Hal itu terjadi
sejak dibangunnya prasara jalan trans-Sulawesi dan pembangunan berbagai
pelabuhan laut dan udara yang semakin memudahkan perpindahan penduduk.
Tanpa disadari proses pembangunan ekonomi di Poso membawa dampak bagi
orang Kristen setempat yakni proses Islamisasi yang cepat dan kesenjangan
ekonomi. Keadaan ini lebih dipertajam lagi dengan banyaknya angka
pengangguran kaum terpelajar karena sempitnya atau langkanya lapangan konflik
yang sesuai dengan pendidikan yang pernah ditempuh.
15
Akibat urbanisasi dan kesenjangan ekonomi, politik dan budaya antara umat
beragama ini menyebabkan perubahan pola-pola hubungan antar umat beragama
terutama antara Muslim dan Kristiani.Pertumbuhan urbanisasi yang cepat akan
mengantarkan masyarakat ke arah modernisasi sering terjadi konflik nilai-nilai
tradisional yang masih kuat dengan nilai-nilai baru yang belum mapan di
masyarakat. Konflik nilai tersebut berpengaruh besar terhadap perilaku
masyarakat dan dapat mendorong masyarakat ke proses desintegrasi,alienasi,
disorienttasi, disorganisasi, segmentasi dan lain sebagainya.
Umat Islam yang hidup di Poso tidak rela dan tidak senang kalau melihat pemudapemuda Kristen yang minum-minuman keras serta mabuk-mabukan di jalan,
apalagi di bulan suci Ramadhan. Oleh karena itu sasaran pengrusakan atau amuk
massa Islam tatkala gagal mencari pemuda Kristen yang memukul pemuda Islam
di masjid adalah Toko Lima, tempat penjualan minuman keras terbesar di Poso.
Peristiwa inilah merupakan awal mula bentrok fisik antara massa Islam dan
Kristen. Peristiwa hari Jumat tanggal 26 Desember 1998 inilah yang merupakan
pelampiasan emosi keagamaan antara Islam dan Kristen yang berpangkal pada
perbedaan dan kesenjangan sistem nilai budaya antara komunitas tersebut
Dari pernyataan diatas dapat dianalisis bahwa konflik yang terjadi di Poso diawali
dengan pertengkaran antar pemuda.Dari pertengkaran antar pemuda tersebut
menjadi meluas takkala kedua orang yang berkonflik berbeda agama yang satu
bergam islam yang satu beragama Kristen.Sebenarnya konflik tersebut hanya
sedikit yang disebabkan oleh perbedaab agama namun karena ada pihak ang
mempunyai kepentingan maka konflik tersebut berubah menjadi konflik antar
agama.Konflik antar kedua agama ini mengakibatkan kerusakan pada beberapa
tempai ibadah seperti gereja dan masjid.Konflik ini terjadi bertepatan pada saat
bulan ramadhan yang tentunya pada bulan tersebut umat muslim sedang
menjalankan ibadah puasa.Namun di lain pihak orang kristen di poso malah
bermabuk-mabukan di bulan yang bagi orang muslim adalah bulan suci.Melihat
kejadiaan ini orang-orang muslim di poso marah dan melampiaskan
kemarahannya pada toko yang menjual miras terbesar diposo.Selain itu konflik
yang terjadi di Poso juga disebabkan oleh perbedaan dan kesenjangan sistem nilai
antar komunitas tersebut dan kerena adanya kecemburuan sosial.Konflik yang
terjadi di Poso juga dimanfaatkan oleh kelompok berkempentingan untuk
mengalihkan isu yang pada saat itu sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh
masyarakat yaitu masalah korupsi yang dilakukan oleh bupati Poso.
3.2.3 Solusi konflik antar agama di Poso
Untuk menyelesaikan konflik di Poso, telah dilakukan Deklarasi Malino untuk
Poso (dikenal pula sebagai Deklarasi Malino I). Deklarasi itu ditandatangani pada
20 Desember 2001 oleh 24 anggota delegasi kelompok Kristen (merah) dan 25
anggota dari delegasi kelompok Islam (putih). Terdapat 10 poin dalam
kesepakatan tersebut, yakni:
16
1)
2)
17
Cara mencegah konflik yang utama adalah bertoleransi antar umat beragama di
Indonesia populer dengan istilah kerukunan hidup antar umat beragama. Istilah
tersebut merupakan istilah resmi yang dipakai oleh pemerintah. Kerukunan hidup
umat beragama merupakan salah satu tujuan pembangunan bidang keagamaan di
Indonesia. Gagasan ini muncul terutama dilatar belakangi oleh meruncingnya
hubungan antar umat beragama. Adapun sebab musabab timbulnya ketegangan
intern umat beragama, antar umat beragama, dan antara umat beragama dengan
pemerintah dapat bersumber dari berbagai aspek sebagai berikut:
1) Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau
missi.
2) Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan
agama pihak lain.
3) Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain.
4) Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan
toleransi dalam kehidupan masyarakat.
5) Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat
beragama,antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan
pemerintah.
6) Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan
pendapat (Depag, 1980: 38).
Secara universal konflik antar agama bisa dicegah dengan beberapa aspek yaitu:
1) Sikap yang diterjemahkan dalam:
a) sikap saling menahan diri terhadap ajaran,keyakinan dan kebiasaan
golongan agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan
ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri;
b) sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut dengan
sungguh-sungguh ajaran agamanya
c) sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.
2) Perbuatan yang diwujudkan dalam
a) usaha untuk memahami ajaran dan keyakinan agama orang lain
b) usaha untuk mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan
sebijaksana mungkin untuk tidak menyinggung keyakinan agama lain;
c) untuk saling membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk
mengatasi keterbelakangan bersama
d) usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga
terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai kemajuan
bersama(Tarmizi Taher, 1997: 9).
18
19