Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI MUTU

Disusun oleh :

Kelompok 3
IIM SUHAEMI (3351141024)
MARLIANA (3351141074)
RESTU PLORINDA (3351141093)
KELAS : B

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI-BANDUNG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini penyakit semakin banyak menyebar dan bermacam-macam
yang akan menyerang kapan saja dan siapa saja yang pada saat itu daya tahan
tubuhnya menurun sehingga tidak bisa melawan penyakit tersebut. Penyakit
muncul tidak diketahui darimana datangnya namun ketika penyakit itu datang
ada gejala-gejala awal yang sering datang biasanya sebagai tanda atau respon
dari tubuh dimana daya tahan tubuh sedang terganggu atau adanya benda
asing yang masuk dalam tubuh, seperti demam.
Demam adalah suatu keadaan saat tubuh melebihi 370C yang
disebabkan oleh penyakit atau peradangan, demam juga bisa merupakan
pertanda bahwa sel antibody kita sedang melawan suatu virus atau bakteri.
Demam yang terlalu tinggi atau lebih dari 400C tidak baik, karena akan
menyebabkan kerusakan otak atau kejang pada anak, oleh karena itu demam
harus diturunkan. Obat-obat penurun panas atau demam ada banyak, salah
satunya adalah ibuprofen yaitu yang berkhasiat sebagai antipiretik dan
analgetik.
Ibuprofen banyak digunakan oleh beberapa masyarakat untuk
menurunkan

demam

karena

ibuprofen

selain

menurunkan

demam,

parasetamol juga dapat meredakan rasa sakit yang ditimbulkan bersamaan


dengan demam, misalnya pusing atau sakit kepala.Ibuprofen rasanya sangat
pahit, maka ibuprofen ini dibuat dalam bentuk sediaan tablet.
Tablet merupakan salah satu sediaan formasi yang paling banyak
dibuat atau diproduksi dewsa ini.karena bentuk tablet dapat menjamin
kesetabilan sifat fisika dan kimia bahan obat. Sebab dia merupakan sediaan
kering,mudah

dalam

pengemasan,pengepakan,

transportasi

dan

penggunannya. Disamping itu takaran obatnya pun ckup teliti dan serba sama
untuk setiap tablet.
Makanya dewasa ini telah diperkirakaan paling tidak 40% dari seluruh
obat yang beredar di pasaran di buat dalam bentuk tablet ini.Dan Pada

umumnya sebagian besar bahan obat yang dikenal dalam bidang farmasi
dapat diproses menjadi menjadi tablet.
Secara garis besar bahan obat yang digunakan per oral atau lewat
mulut untuk sediaan tablet terdiri dari bahan obat yang tidak larut an bekerja
local pada saluran pencernaan (seperti antasida dan absorben) dan bahan yang
larut,terdisolusi dalam usus dan bekerja local pada saluran pencernaan
(seperti antasida dan absorben) dan bahan yang larut terdisalusi dalam usus
dan bekerja secara sistematik.
1.2 Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menguji mutu sediaan
farmasi dalam bentuk sediaan tablet ibuprofen 200 mg.
1.3 Manfaat Percobaan
Setelah melakukan praktikum evaluasi tablet ini diharapkan dapat
memberikan informasi apakah suatu sediaan farmasi telah memenuhi
persyaratan buku pedoman yang berlaku salah satunya Farmakope Indonesia.
Selain itu untuk mengetahui apakah tablet ibuprofen yang diuji sudah
memenuhi persyaratan sehingga dapat melindungi masyarakat dari sediaan
tablet yang tidak memenuhi persyaratan cara pembuatan obat yang baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1

Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan


atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan
dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV,
1995).

Menurut USP XXVI, Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung
substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau kompresi. Sedangkan
Menurut British Pharmacopolea, tablet adalah sediaan padat yang mengandung
satu dari beberapa bahan aktif dan biasanya dibuat dengan mengempa sejumlah
partikel yang seragam.
Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

persyaratan
Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
Memilki keseragaman bobot
Secara visual memiliki penampilan yang memenuhi persyaratan
Memiliki waktu hancur dan laju disolusi memenuhi persyaratan
Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
Bebas dari kerusakan fisik
Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu

tertentu
10. Harus memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.

2.1.2

Keseragaman Ukuran
Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu
menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya. Kecuali

dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 kali tebal tablet.
2.1.3

Kekerasan Tablet
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet
yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur
dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus
mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan
transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hordness tester (Banker and
Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan
dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan (Parrott, 1971).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasa tablet
diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester dan Strong cobb hardness tester.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan
saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet
yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan
disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya
tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun

hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau
lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang
diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki
kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg
masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusiyang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji
kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap
batch yang kemudian diukur kekerassannya dengan alat pengukur
kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable
adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).
2.1.4

Kerapuhan(Friability)Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur

ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu


pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya
adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar
dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit.
Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan
menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet

tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan


(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua
kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan
(Andayana, 2009).
2.1.5

Keragaman Bobot

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan
untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih
zat aktif (Depkes RI, 1995).
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak
berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang
merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman
bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa
mengandung zat aktif atau inaktifyang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan
asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket
dicantumkan cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet : tidak satu tablet pun yang

bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A
dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot ratarata yang ditetapkan kolom B.

Bobot rata-rata
25 mg atau kurang
26 mg s/d 150 mg
151 s/d 300 mg
Lebih dari 300 mg

Penyimpanan bobot rata-rata (%)


A
B
15 %
30 %
10 %
20 %
7,5 %
15 %
5%
10 %

Menurut Depkes RI (1995), untuk penetapan keseragaman sediaan dengan


cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan sebagai
berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang
saksama 10 tablet, satu per satu dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan
kadar yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung
jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif
terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan
keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10
satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman kandungan terletak
antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku
relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Depkes RI, 1995).
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang
tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga
125,0% dari yang tertera pada etiket atau jika simpangan baku relatif lebih besar

dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, dilakukan uji 20 satuan
tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak
diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada
satuan yang terletak diluar rentang 75,0% hingga 125,0% dariyang tertera pada
etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%
(Depkes RI, 1995).
2.1.6

Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur

menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang


terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalahdisintegration tester,
yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman,
2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas
dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan
menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang
waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak >
15 menit (Nugrahani, 2005)
2.2

Keseragaman Sediaan

2.3

Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi

yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul,
kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat
yang

dapat

digunakan

untuk

uji

disolusi,

untuk

uji

disolusi

tablet

paracetamoldigunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji


kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet
Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis
bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam
rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator
yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat
pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah paracetamol yang terlarut dengan
mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding paracetamol
BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm.
Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% paracetamol dari jumlah
yang tertera pada etiket (Lachman dkk, 2008).
2.4

Monografi
Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau khas lemah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat ( anonim, 1995)
Khasiat : Analgetik
Dosis : 400 mg tiap 4-6 jam (Charles, 2009)

2.4.1

Nama dan Struktur Kimia


Ibuprofen
Ibuprofen atau asam 2-(-4-Isobutilfenil) asam propionat dengan
rumus molekul C13H18O2 dan bobot molekul 206.28, rumus bangun
dari ibuprofen adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur Kimia Ibuprofen

Ibuprofen berupa serbuk hablur putih, hingga hampir putih, berbau


khas lemah. Ibu profen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
tidak lebih dari 103,0 % C13H18O2 dihitung terhadap zat anhidrat. Ibu
profen prakits tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol,
dalam metanol, dalam aseton, dan dalam kloroform; sukar larut dalam
etil asetat. ( FI. IV, 1995 ).
Ibuprofen merupakan obat anti radang non steroid, turunan asam
arilpropionat yang mempunyai aktivitas antiradang dan analgesik
yang tinggi, terutama digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat
peradangan pada berbagai kondisi rematik dan arthritis. Ibuprofen
dapat menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna, diabsorpsi
cepat dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi terjadi dalam 1-2 jam
setelah pemberian oral, dengan waktu paruh sekitar 2 jam, dosis: 400
mg 3-4 dd (Katzung, B.G., 2010; Siswandono dan Soekardjo, B.,
2000). Sembilan puluh persen (90%) ibuprofen terikat dalam protein
plasma. Ekresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari
dosis yang diabsorbsi akan dieksresi melalui urin sebagai metabolit
atau konjugatnya. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilat dan
karboksilasi (Wilmana P.F., dan Gan S.,2011).

Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara


langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang
mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga
mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa
sakit

seperti

bradikinin,

histamin,

serotonin,

prostasiklin,

prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat


merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan
Soekardjo, B., 2000).
2.4.2

Indikasi dan Terapi Dosis


Ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang ringan hingga
sedang, khususnya nyeri oleh karena inflamasi seperti yang terdapat pada
arthritis dan gout(Trevor, et al., 2005; Anderson, et al., 2002). Untuk
mengurangi nyeri ringan hingga sedang dosis dewasa penggunaan
ibuprofen per oral adalah 200-400 mg, untuk nyeri haid 400 mg per oral
kalau perlu. Untuk arthritis rheumatoid 400-800 mg. Untuk demam pada
anak-anak 5 mg/ kg berat badan, untuk nyeri pada anak-anak 10 mg/ kg
berat badan, untuk arthritis juvenil 30-40 mg/ kg berat badan/hari
(Anderson, et al.,2002).

2.4.3

Farmakokinetik
Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat melalui saluran pencernaan dengan
bioavailabilitas lebih besar dari 80%. Puncak konsentrasi plasma dapat
dicapai setelah 1-2 jam. Ibuprofen menunjukkan pengikatan (99%) yang
menyeluruh dengan protein plasma (Anderson, 2002).Pada manusia sehat

volume distribusi relatif rendah yaitu (0,15 0,02 L/kg).Waktuparuh


plasma berkisar antara 2-4 jam. Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi
akan dieksresi melalui urin sebagai metabolit atau konyugatnya. Metabolit
utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi (Stoelting, 2006;
Katzung, 2010; Sinatra, et al., 1992).
2.4.4

Farmakodinamik
Mekanisme kerja ibuprofen melalui inhibisi sintesa prostaglandin
danmenghambat siklooksigenase -I (COX I) dan siklooksigenase -II (COX
II). Namuntidak seperti aspirin hambatan yang diakibatkan olehnya
bersifat reversibel. Dalam pengobatan dengan ibuprofen, terjadi penurunan
pelepasan mediator dari granulosit, basofil dan sel mast, terjadi penurunan
kepekaan terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi
limfokin dan limfosit T, melawan vasodilatasi dan menghambat agregasi
platelet (Stoelting, 2006).
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

IV.1. Alat
Hardness tester, friabilator, alat penguji waktu hancur, jangka sorong,
spektrofotometri UV-Vis, timbangan analitik, labu ukur 25 ml,50ml,100ml, pipet
tetes, pipet volume 1ml,2ml,3ml,4ml,5ml,10ml, gelas ukur, beaker glass, corong,
mortir dan stamper.
IV.2. Bahan

Baku pembanding Pyridoxine Hydrochloride, tablet Pyridoxine Hydrochloride,


aquadest, dan kertas saring.

IV.3 Prsedur Percobaan


1.

Organoleptis : Rupa, Bau dan Rasa.


Tablet diamati secara visual, apakah terjadi ketidakhomogen zat warna
atau tidak, bentuk tablet, permukaan cacat atau tidak dan harus bebas dari
noda atau bintik-bintik.

2.

Sifat Fisika Kimia


a. Keseragaman Ukuran.
Perbandingan diamater dan tebal tablet (FI III). Diambil secara acak
20 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka
sorong. Menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang 1 1/3 tebal tablet.
b. Kekerasan
Dilakukan menggunakan hardness tester terhadap 20 tablet yang
diambil secara acak. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan
tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg.
Satuan kekerasan adalah kg/cm2. Ditentukan kekerasan rata-rata dan
standar deviasinya. Syarat : tablet besar : 7 8 kg/cm 2. Dan tablet
kecil :4 6 kg/cm2.
c. Friabilitas
Dilakukan dengan menggunakan alat friabilator terhadap 20 atau 40
tablet yang diambil secara acak. Diameter yang diuji adalah
kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu
tertentu. Friabilator dipengaruhi oleh sudut tablet yang kasar, kurang
daya ikat serbuk, terlalu banyak serbuk halus, pemakaian bahan yang
tidak tepat, massa cetak terlalu kering. Tablet uji : 40 tablet ( bobot
< 250 mg ) dan 20 tablet ( > 250 mg ).
Tablet yang diambil secara acak dibersihkan satu-satu dengan sikat
halus lalu ditimbang (a). Masukkan semua tablet kedalam alat, lalu

di putar sebanyak 100 putaran. Lalu tablet dibersihkan lagi dan


ditimbang (b). Tablet yang baik memilki friabilator kurang dari 1 %.

F =a bx 100 %
a
Keterangan :
-

F : Friabilatas
a : bobot tablet sebelum uji
b : bobot tablet setelah uji

d. Keseragaman Bobot ( FI III)


Diambil 20 tablet secara acak lalu timbang masing-masing tablet.
Hitung bobot rata-rata dan penyimpanga terhadap bobot ratarata.tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A,
dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot
rata-rata lebih dari harga pada kolom B.

Bobot rata-rata
< 25 mg

Penyimpangan bobot rata-rata (%)


A
B
15%
30%

26 mg - 150 mg

10%

20%

7,5%

15%

5%

10%

150 mg - 300 mg
>300 mg

e. Keseragaman Sediaan ( FI III )


Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul
lunak berisi cairan, atau pada produk yang mengandung zat aktif 50
mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot, satuan

sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika ada dalam jumlah lebih
kecil, ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan.
Prosedur Uji Keragaman Bobot
Ambil 20 satuan tablet dan lakukan sebagai berikut :
Timbang seksama 10 tablet satu persatu dan hitung bobot
rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti
yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah
zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan
zat aktif terdistribusi homogen.
Kriteria Penerimaan
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
persyaratan keseragaman dosis dipenuhi, jika jumlah zat aktif
dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang
ditetapkan dari cara keragaman bobot atau keseragaman
kandungan terletak antara 85,0 % hingga 115,0 % dari yang
tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari
atau sama dengan 6,0%. Jika 1 satuan terletak diluar rentang
85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada etiket dan
tidak ada satu satuan terletak antara 75,0% hingga 125,0%
dari yang tertera pada etiket atau jika simpangan baku relatif
lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi,
lakukan uji 20 satuan tablet tambahan. Persyaratan dipenuhi
jika tidak lebih dari 1 satuan teblet dari 30 tablet terletak
diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada
etiket dan tidak ada satuan yang terletak diluar rentang
75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari
7,8%.
f. Waktu Hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada
etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet
isap atau kunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat

secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Digunakan 6 tablet


atau lebih. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau
bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur
sempurna bisa sisa sediaan yang tertinggal pada kasa uji merupakan
masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas ( tidak ada bagian
tablet yang tertinggal diatas kasa kecuali ; fragmen-fragmen bahan
<pembantu> kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang
tidak larut. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai
hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal diatas kasa. Waktu
yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15
menit untuk tablet yang tidak bersalut.
Prosedur Uji Waktu Hancur Untuk Tablet Tidak Bersalut :
Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan
jalankan alat, gunakan air bersuhu 370 + 20 sebagai media
kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masingmasing monografi. Keranjang dinaik turunkan secara
teratur 30 kali tiap menit. Pada akhir batas waktu seperti
yang tertera dalam monografi FI, angkat keranjang dan amati
semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya : tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna.
Keterangan : lihat monografi zat aktif, perhatikan perbedaan
untuk tablet tidak bersalut dan tablet bersalut.
g. Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan
tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus
dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin
lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila
pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan

dalam masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur


tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka
digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti pada uji
pelepasan obat.
Prosedur Disolusi
Masukkan sejumlah volume media disolusi. Seperti yang
tertera dalam masig-masing monografi kedalam wadah,
parang alat, biarkan media disolusi hingga suhu 37 0 + 0,50.
Masukkan 1 tablet atau 1 kapsul kedalam alat, hilangkan
gelembung udara dari permukaan sediaan uji dan segera
jelaskan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang
ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil
cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan media
disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau daun
dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah.
Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masingmasing monografi.

BAB IV
HASIL PERCOBAAN
1. Organoleptis
Bentuk
Warna
Bau
Rasa
Homogenitas
Permukaan Tablet

Kaplet padat
Putih
Khas amoxicilin
Pahit
Homogen
Kasar

2. Kekerasan Tablet
Tablet Ibuprofen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kekerasan Tablet (Kg/cm2)


10
11
11
11
11
12
10
9
9
11
12
10

13
14
15
16
17
18
19
20
Rata-rata

11
8
12
13
11
11
11
12
10,8
: Kekerasan tablet 10,8 kg/cm2 dimana syarat tablet

Keterangan

besar adalah sekitar 7-10 kg/cm2, maka kekerasan


tablet amoxcicilin 500 mg tidak memenuhi syarat.
3. Friabilitas
Bobot tablet sebelum uji : 14,151 (a)
Bobot tablet setelah uji : 14,0123 (b)
ab
x 100
Maka
:f=
a
f=

14,1 5114,0123
x 100
14,1 51

f=

0,0003
x 100
14,251

f = 0,98%
Keterangan
: persyaratan friabilitas tablet adalah <1%, maka
friabilitas tablet amoxicilin 500 mg memenuhi
syarat.
4. Keseragaman Bobot
Persyaratan keseragaman bobot
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot Rata-rata
A
B
< 25 mg
15 %
30 %
26 150 mg

10 %

20 %

151 300 mg

7,5 %

15 %

> 300 mg

5%

10 %

Tablet
Amoxicilin

Berat Tablet
(g)

%
Penyimpangan

500 mg
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rata-rata
Keterangan

0,7115
0,6970
0,6985
0,6
0,7138
0,704
0,7071
0,7013
0,6883
0,7034
0,7042
0,6941
0,7003
0,6995
0,6932
0,6869
0,6918
0,6955
0,7017
0,7004
0,6992

1,76
0,31
0,96
1,46
2,09
0,17
1,13
0,30
1,56
0,60
0,71
0,72
0,15
0,04
0,85
1,75
1,06
0,53
0,36
0,17
0,834

: Tablet Amoxicilin 500 mg memenuhi persyaratan


keseragaman bobot dengan tidak boleh ada 2 tablet
yang masing-masing menyimpang dari bobot ratarata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A (5%) dan tidak boleh ada satupun tablet
yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
kolom B (10%)

5. Waktu Hancur
Jumlah tablet yang di uji
Waktu hancur tablet ibuprofen
Keterangan

: 6 tablet
: 2 menit 14 detik

: menurut Farmakope Indonesia edisi III untuk


tablet tidak bersalut memiliki waktu hancur 15
menit. Oleh karena itu, tablet amoxicilin 500 mg
memenuhi syarat.

6. Penetapan Kadar Tablet amoxicilin 500 mg


Tablet
1
2
3
Rata-rata

Kandungan
94,133 %
102,351 %
104,229 %
100,237 %

Keterangan

: Kandungan amoxicilin dalam


tablet amoxicilin 500 mg

memenuhi syarat farmakope edisi V.


Tablet
Amoxicilin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
SD
RSD
Keterangan

Bobot Tablet
(mg)
704,1
698,8
700,9
700,6
692,2
692,2
707,3
681,9
697,5
706,3
698,2

% kadar Amoxicilin
101,08 %
100,32 %
100,62 %
100,58 %
99,14 %
99,14 %
101,54 %
97,89 %
100,13 %
100,39 %
100,183
1,150
1,147 %

: Menurut Farmakope Indonesia edisi V tablet


amoxicilin mengandung tidak kurang dari 90% dan
tidak lebih dari 110% sehingga, dari 10 tablet
amoxicilin telah memenuhi persyaratan sesuai
dengan farmakope V, dan % RSD memenuhi
persyaratan, karena tidak lebih dari 6% dan nilai SD
memenuhi syarat dengan literatur lebih dari sama
dengan 6.

BAB V

PEMBAHASAN
Pada praktikum uji mutu ini bahan aktif yang digunakan adalah ibuprofen
200 mg. Evaluasi uji mutu dari tablet ibuprofen 200 mg berdasarkan standar
Farmakope Indonesia memenuhi persyaratan tablet, evaluasi tersebut meliputi
pemeriksaan fisik antara lain organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman
bobot, kekerasan tablet, kerapuhan tablet (friabilitas), uji waktu hancur, dan
analisis kadar yang terdiri dari uji keragaman bobot dan disolusi tablet.
Ibuprofen (asam 2-(4- isobutyl-fenil)-propionat) adalah sejenis obat yang
tergolong dalam kelompok antiinflamasi non-steroid. Ibuprofen dengan khasiat
analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang cukup baik namun memiliki
kelarutan yang praktis tidak larut dalam air.
Evaluasi uji mutu tablet ibuprofen ini secara keseluruhan tidak ada yang
tidak memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia. Analisis kadar pada tablet
ibuprofen 200 mg mengandung sebanyak 93,1571% dari bobot tablet yang tertera
pada etiket, hal ini menunjukkan bahwa tablet tersebut memenuhi syarat
Farmakope Indonesia edisi IV yaitu tablet ibuprofen mengandung tidak kurang
dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Keragaman bobot tablet ibuprofen 200 mg memenuhi syarat Farmakope
Indonesia edisi IV dimana dari 10 tablet ibuprofen jumlah zat aktifnya
mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.
Sediian tablet yang diberikan peroral, agar dapat diabsorbsi maka tablet
tersebut harus terlarut (terdisolusi) atau terdispersi dalam bentuk molekuler. Tahap
pertama untuk tablet agar dapat terlarut adalah tablet terbasahi terlebih dahulu
kemudian tablet harus hancur (terdisintegrasi). Obat yang diberikan peroral
disolusi merupakan kecepatan pembatas dari proses absorpsi, maka kecepatan
disolusi berpengaruh pada absorbsi dan akan mempengaruhi onset, durasi dan
intensitas respon.
Disolusi tablet ibuprofen 200 mg menggunakan media dapar fosfat pH 7,2
dalam waktu 30 menit memenuhi persyaratan yaitu tablet ibuprofen 200 mg pada

menit ke-15 menunjukkan kadar yang lebih dari 70% yang berarti tablet tersebut
dalam waktu kurang dari 30 menit dapat melarut dengan sempurna.

BAB VI
KESIMPULAN

1. Semua tahapan pengujian yang meliputi organolptis,keseragaman bobot,


keseragaman ukuran, friabilitas, dan waktu hancur pada tablet

Ibuprofen

200

mg (sampel) menunjukkan bahwa sampel sudah memenuhi persyaratan.


2. Pengujian keragaman bobot pada sampel menunjukkan bahwa semua
tablet uji sudah memenuhi persyaratan kadar tablet ibuprofen yaitu 90%110%.
3. Hasil uji disolusi dari tablet ibuprofen 200 mg menunjukkan bahwa tablet
ibuprofen dalam waktu kurang dari 30 menit dapat melarut sempurna,
yaitu pada waktu 15 menit tablet ibuprofen 200 mg larut sebanyak
89,591%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi keempat, 3. Jakarta : Departemen


KesehatanRepublik Indonesia.
Anonim,1995. Farmakope Indonesia Edisi keempat. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan.
Andayana N. 2009. Teori Sediaan Tablet.(cited 2010 Des 13)Available at :
http:// pembuatan_tablet_nutwuri_andayanahtml
Anderson, P.O., Konoben, J.E., dan Troutman, W.G. 2002. Handbook of Clinical Drug
Data. Edisi X. New York: McGraw-Hill.
Charles, dkk. 2009. Drug Information Handbook. Apha.Ohio.Lexi-Com inc.Parrot, L.E.,
1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Burgess
Publishing Co, USA.
Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig, 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
Ketiga. Jakarta : UI Press
Nugrahani I 2005 Karakterisik Granul dan Tablet Propranolol Hidroklorida dengan
Metode Granulasi Peleburan (cited 2010 Des 13)
Available at:http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf
Sulaiman2007 Perbandingan Availabilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk Generik
Dan Produk Dagang (cited 2010 Des27)
Available from :http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf
Payan, D.G dan Katzung, B.G. 2010. Obat Anti-Inflamasi Non Steroid; Analgesik
Nonopioid; Obat yang digunakan pada Gout. Didalam Buku : Katzung, B.G.
Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi IX. Jakarta : Badan Penerbit FK Universitas
Sriwijaya
Wilmana P.F & Gan, S. 2011. Analgesik-Anapiretik, Analgesik Anti-Inflamasi
NonSteroid, dan Gangguan Sendi Lainnya. Didalam Buku : Gan, G.S, Nafrialdi,
R.S, Elysabeth. (Ed). Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI.
Siswandono dan Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal. Edisi II. Surabaya : Airlangga
University Press.
Stoelting, R.K., dan Hillier, S.C. 2006. Pharmacology & Physiology in Anesthetic
Practice. Edisi IV. Philadelphia: Lipincott William & Wilkins.
LAMPIRAN

1). Perhitungan
a. Keseragaman Bobot
Bobot rata-rata
: 413,66 cm
Bobot rataratabobot tablet n
x 100
Rumus penyimpangan:
Bobot ratarata

Tablet Ibuprofen
1

Bobot Tablet (mg)


410,7

Penyimpangan
=
413,66410,7
x 100
413,66

411,8

= 0,71%
=
413,66411,8
x 100
413,66

414

= 0,44%
413,66414
x 100
=
413,66

412

= 0,08%
413,66412
x 100
=
413,66

421,2

= 0,40%
=
413,66421,2
x 100
413,66

414

= 1,82%
413,66414
x 100
=
413,66

412

= 0,08%
413,66412
x 100
=
413,66

412,7

= 0,40%
=

413,66412,7
x 100
413,66
9

411,8

= 0,23%
=
413,66411,8
x 100
413,66

10

412,7

= 0,44%
=
413,66412,7
x 100
413,66

11

414,6

= 0,23%
=
413,66414,6
x 100
413,66

12

413,5

= 0,227%
=
413,66413,5
x 100
413,66

13

417,8

= 0,03%
=
413,66417,8
x 100
413,66

14

15

412

417,4

= 1,0%
413,66412
x 100
=
413,66
= 0,40%
=
413,66417,4
x 100
413,66

16

411,7

= 0,90
=

413,66411,7
x 100
413,66
17

411,6

= 0,47
=
413,66411,6
x 100
413,66

18

411,9

= 0,49%
=
413,66411,9
x 100
413,66

19

415,8

= 0,42%
=
413,66415,8
x 100
413,66

20

414

= 0,5
413,66414
x 100
=
413,66
= 0,08%

b. Kurva Kalibrasi Ibuprofen


Konsentrasi ibuprofen berdasarkan hukum lambert beer
Mr Ibuprofen
: 206
Ibuprofen
: 380 mol/L dalam pelarut NaOH dan max 264
A
: 0,3 - 0,8 diambil nilai tengah yaitu 0,5
Maka perhitungan : A = .b.c
0,5 = 380.1.c
0,5
c = 380
c
c
c
c

Pengenceran

= 0,001315 mol/L x 206


= 0,27105 g/L
= 2,7105 x 105 g/L
= 27 g/mL

Kurva Panjang Gelombang ibuprofen

Perhitungan kurva kalibrasi


Konsentrasi

Absorbansi
0,223
0,3052
0,3721
0,4553
0,517
0,605
0,663

6 ppm
8 ppm
10 ppm
12 ppm
14 ppm
16 ppm

Kurva Ibuprofen Pembanding


0.7
f(x) = 0.04x + 0.08
R = 1

0.6
0.5
0.4
Absorban 0.3

Linear ()

0.2
0.1
0
2

10 12 14 16 18

Konsentrasi

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Ibuprofen

c. Perhitungan Pembuatan Dapar Fosfat pH 7,2


Menurut Farmakope Indonesia edisi III dalam 200 mL dapar fosfat pH 7,2
mengandung NaOH 34,7 mL dan KH2PO4 50 mL, maka apabila membuat
dapar sebanyak 8 liter :
8000mL
x 34,7 mL
NaOH
= 200 mL
= 1388 mL
0,2 M =

massa 1000
x
40
1388

Massa = 11,104 gram

KH2PO4

8000mL
x 50 mL
200 mL

= 2000 mL
0,2 M =

massa 1000
x
136,07 2000

= 54,428 mL
d. Uji Keragaman Bobot
413,66 mg add 100 ml
4000 ppm

1 mL add 50 mL
80 ppm

2 mL add 10 mL

16 ppm

Kadar ibuprofen dalam tablet ibuprofen


Hasil kurva kalibrasi
: y = 0,0369 x + 0,08
Absorban
0,3534
0,3627
0,3489

X1
X2
X3

Faktor pengenceran
50 10
x
= 100 x 1
2
= 25.000
1). y = 0,3534

Kadar tablet X1
2). y = 0,3627

y = 0,0369 x + 0,08
0,3534 = 0,0369 x + 0,08
0,35340,08
x=
0,0369
= 7,4092g/mL x faktor pengenceran
= 7,4092g/mL x 25.000
= 185,2304 mg
185,2304 mg
x 100
=
200 mg
= 92,6152 % b/b
y = 0,0369 x + 0,08
0,3627 = 0,0369 x + 0,08
x=

Kadar tablet X1
3). y = 0,3489

0,36270,08
0,0369

= 7,6613g/mL x faktor pengenceran


= 7,6613g/mL x 25.000
= 192,5312 mg
192,5312 mg
x 100
=
200 mg
= 92,2656 % b/b
y = 0,0369 x + 0,08
0,3627 = 0,0369 x + 0,08
x=

0,34890,08
0,0369

= 7,2873g/mL x faktor pengenceran


= 7,2873g/mL x 25.000

Kadar tablet X1

= 182,1816 mg
182,1816 mg
x 100
=
200 mg

= 91,1572 % b/b
92,6152+ 95,7656+91,1572
3

= 93,1571% b/b

Keragaman bobot dari 10 tablet ibuprofen


% kadar

Tablet Ibuprofen
1
2
3
4
5
6
7
8
9

bobot tablet
x kadar tablet ( )
bobot tablet ratarata

Perhitungan
410,7
x 93,1517
413,66

Hasil % kadar
92,48514 %

411,8
x 93,1517
413,66

92,73285 %

414
x 93,1517
413,66

93,22826 %

412
x 93,1517
413,66

92,77789 %

412
x 93,1517
413,66

92,77789 %

412,7
x 93,1517
413,66

92,93552 %

414,6
x 93,1517
413,66

93,36338 %

417,8
x 93,1517
413,66

94,08398 %

417,4
x 93,1517
413,66

93,99391 %

10

e. Disolusi
Kurva kalibrasi
Volume disolusi
Faktor pengenceran

Menit
ke-5

415,8
x 93,1517
413,66

93,6336 %

: y = 0,0369 + 0,08
: 900 mL dapar fosfat pH 7,2
25
: 1

A
0.2843

Ibuprofen terlarut

Tablet 1
: 0,2843
= 0,0369 + 0,08
= 5,5366 g/mL
=
x vol . media disolusi x faktor pengenceran
1000

% Ibuprofen terlarut

5,5366 g /mL x 900 x 25


1000

= 124,573 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

124,573 mg
x 100
200 mg

= 62,2865 %
Menit
ke-10

A
0.3849

Faktor koreksi

b
b

: 0.3849
= 0,0369 + 0,08
= 8,2628 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

124,573 mg x 10
900

= 1,3842 mg

% Ibuprofen terlarut

8,2628 x 900 x 25
1000

= 185,913 mg + 1,3841 mg
= 187,2972 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

187,2927 mg
x 100
200 mg

= 93,648 %
Menit
ke-15

A
0.3831

Faktor koreksi

b
b

: 0,3831
= 0,0369 + 0,08
= 8,2141 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

187,2972 mg x 10
900

= 2,0810 mg
8,2141 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 184,8173 mg + 2,0810 mg
= 186,8982 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

186,8982 mg
x 100
200 mg

= 93,4491 %
Menit
ke-20

A
0.3508

Faktor koreksi

b
b

: 0,3508
= 0,0369 + 0,08
= 7,3387 g/mL
=

Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil


volume media disolusi
Ibuprofen terlarut

% Ibuprofen terlarut

186,8982 mg x 10
900

= 2,0766 mg
7,3387 x 900 x 25
=
1000
= 165,1207mg + 2,0766 mg
= 167,1973 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

167,1973 mg
x 100
200 mg

= 83,5986 %
Menit
ke-25

A
0.3625

: 0,3625
= 0,0369 + 0,08
= 7,6558 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Faktor koreksi
=

167,1973 mg x 10
900

= 1,8577 mg
7,6558 x 900 x 25
=
1000

Ibuprofen terlarut

% Ibuprofen terlarut

= 172,1132 mg + 1,8577 mg
= 174,1132 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

174,1132 mg
x 100
200 mg

= 87,0566 %
Menit

b
b

: 0,3516

b
b

ke-30

0.3516

Faktor koreksi

= 0,0369 + 0,08
= 7,3604 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
vol ume media disolusi
=

Ibuprofen terlarut

174,1132 mg x 10
900

= 1,9346 mg
7,3604 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 165,609 mg + 1,9346 mg
= 167,5436 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

167,5436 mg
x 100
200 mg
b
b

= 83,7718 %
Menit
ke-5

A
0,3135

Ibuprofen terlarut

Tablet 2
: 0,3135
= 0,0369 + 0,08
= 6,3279 g/mL
=
x vol . media disolusi x faktor pengenceran
1000

% Ibuprofen terlarut

6,3279 g /mL x 900 x 25


1000

= 142,378 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

142,378 mg
x 100
200 mg

= 71,189 %
Menit

: 0,3547

b
b

ke-10

0.3547

Faktor koreksi

= 0,0369 + 0,08
= 7,445 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

142,378 mg x 10
900

= 1,5819 mg
7,445 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 167,5 mg + 1,5819 mg
= 169,082 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

169,082 mg
x 100
200 mg

= 84,5401 %
Menit
ke-15

A
0,3660

Faktor koreksi

b
b

: 0,3660
= 0,0369 + 0,08
= 7,7506 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

169,082 mg x 10
900

= 1,862 mg
7,7506 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 174,391 mg + 1,862 mg
= 176,2514 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

176,2514 mg
x 100
200 mg

b
b

= 88,126 %
Menit
ke-20

A
0.3691

Faktor koreksi

: 0,3691
= 0,0369 + 0,08
= 7,835 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volum e media disolusi

Ibuprofen terlarut

176,2514 mg x 10
900

= 1,9376 mg
7,835 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 176,2504 mg + 1,9376 mg
= 178,2182 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

178,2182 mg
x 100
200 mg

= 89,11 %
Menit
ke-25

A
0.3606

Faktor koreksi

b
b

: 0,3606
= 0,0369 + 0,08
= 7,6043 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

178,2182 mg x 10
900

= 1,9802 mg
7,6043 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 171,096 mg + 1,9802 mg
= 173,0762 mg

mgibuprofenterlarut
x 100
dosis pada etiket

173,0762 mg
x 100
200 mg

= 86,5381 %
Menit
ke-30

A
0.3553

: 0,3553
= 0,0369 + 0,08
= 7,4607 g/mL
=

Faktor koreksi

Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil


volume media disolusi
=

Ibuprofen terlarut

% Ibuprofen terlarut

173,0762 mg x 10
900

= 1,9377 mg
7,4602 x 900 x 25
=
1000
= 167,8658 mg + 1,9377 mg
= 169,8035 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

169,8035 mg
x 100
200 mg

= 84,9017 %
Menit
ke-5

A
0,2025

Ibuprofen terlarut

b
b

b
b

Tablet 3
: 0,2025
= 0,0369 + 0,08
= 3,3197 g/mL
=
x vol . media disolusi x faktor pengenceran
1000

% Ibuprofen terlarut

3,3197 g /mL x 900 x 25


1000

= 74,6591 mg

mgibuprofenterlarut
x 100
dosis pada etiket

74,6591 mg
x 100
200 mg

= 37,3475 %
Menit
ke-10

A
0.334

Faktor koreksi

b
b

: 0,334
= 0,0369 + 0,08
= 6,8835 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

74,6591 mg x 10
900

= 0,8299 mg
6,8835 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 154,8780 mg + 0,8299 mg
= 155,7079 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

155,7079 mg
x 100
200 mg

= 77,8539 %
Menit
ke-15

A
0.3389

Faktor koreksi

b
b

: 0,3389
= 0,0369 + 0,08
= 7,0162 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

7,0162 mg x 10
900

= 1,7286 mg

% Ibuprofen terlarut

7,0162 x 900 x 25
1000

= 157,8658 mg + 1,7286 mg
= 159,5944 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

159,5944 mg
x 100
200 mg

= 79,7933 %
Menit
ke-20

A
0.355

Faktor koreksi

b
b

: 0,355
= 0,0369 + 0,08
= 7,4525 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

159,5944 mg x 10
900

= 1,7540 mg
7,4525 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 167,6829 mg + 1,7540 mg
= 169,4369 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

189,4369 mg
x 100
200 mg

= 84,7185 %
Menit
ke-25

A
0.3362

Faktor koreksi

b
b

: 0,3362
= 0,0369 + 0,08
= 6,9431 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

189,4369 mg x 10
900

= 1,8631 mg
6,9431 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 156,2195 mg + 1,8631 mg
= 158,0826 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

158,0826 mg
x 100
200 mg

= 79,0413 %
Menit
ke-30

A
0.3475

Faktor koreksi

b
b

: 0,3475
= 0,0369 + 0,08
= 7,2493 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

158,0862 mg x 10
900

= 1,7357 mg
7,2493 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 163,1097 mg + 1,7357 mg
= 164,8454 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

164,8454 mg
x 100
200 mg

= 82,4227 %

Menit

A
0,2426

b
b

Tablet 4
: 0,2426
= 0,0369 + 0,08

ke-5

Ibuprofen terlarut

= 4,4065 g/mL
=
x vol . media disolusi x faktor pengenceran
1000

% Ibuprofen terlarut

4,4065 g /mL x 900 x 25


1000

= 99,1463 mg
mgibuprofen ter larut
x 100
=
dosis pada etiket
=

99,1463 mg
x 100
200mg

= 49,5731 %
Menit
ke-10

A
0.3542

Faktor koreksi

b
b

: 0,3542
= 0,0369 + 0,08
= 7,4208 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

99,1463 mg x 10
900

= 1,1016 mg
7,4208 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 167,1951 mg + 1,1016 mg
= 168,2967 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

168,2967 mg
x 100
200 mg

= 84,1483 %
Menit
ke-15

A
0.3732

b
b

: 0,3732
= 0,0369 + 0,08
= 7,9458 g/mL

Faktor koreksi

=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

% Ibuprofen terlarut

168,2967 mg x 10
900

= 1,8577 mg
7,9458 x 900 x 25
=
1000
= 178,7804 mg + 1,8577 mg
= 180,6381 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

180,6381 mg
x 100
200 mg

= 90,3191 %
Menit
ke-20

A
0.3527

Faktor koreksi

b
b

: 0,3527
= 0,0369 + 0,08
= 7,3902 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

180,6381 mg x 10
900

= 1,9864 mg
7,3902 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 166,2804 mg + 1,9864 mg
= 168,2668 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

168,2668 mg
x 100
200 mg

= 84,1334 %
Menit
ke-25

A
0.3513

Faktor koreksi

b
b

: 0,3513
= 0,0369 + 0,08
= 7,3523 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media d isolusi

Ibuprofen terlarut

168,2668 mg x 10
900

= 1,8475 mg
7,3523 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 165,4268 mg + 1,8475 mg
= 167,2743 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

167,2743 mg
x 100
200 mg

= 83,6372 %
Menit
ke 30

A
0.3397

Faktor koreksi

b
b

: 0,3397
= 0,0369 + 0,08
= 7,0379 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

167,2743 mg x 10
900

= 1,8380 mg
7,0379 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 158,3536 mg + 1,8380 mg
= 160,1916 mg

mgibuprofenterlarut
x 100
dosis pada etiket

160,1916 mg
x 100
200 mg

= 80,0958 %
Menit
ke-5

A
0,2332

Ibuprofen terlarut

b
b

Tablet 5
: 0,2332
= 0,0369 + 0,08
= 4,1517 g/mL
=
x vol . media disolusi x faktor pengenceran
1000

% Ibuprofen terlarut

1,1517 g /mL x 900 x 25


1000

= 93,4146 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

93,4146 mg
x 100
200 mg

= 46,7073 %
Menit
ke-10

A
0.3667

Faktor koreksi

b
b

: 0,3667
= 0,0369 + 0,08
= 7,4986 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

93,4146 mg x 10
900

= 1,0379 mg
7,4986 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 168,7195 mg + 1,0379 mg

= 169,7574 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

169,7574 mg
x 100
200 mg

= 84,877 %
Menit
ke-15

A
0.3927

Faktor koreksi

b
b

: 0,3927
= 0,0369 + 0,08
= 8,4742 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

169,7574 mg x 10
900

= 1,8746 mg
8,4742 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 190,6707 mg + 1,8746 mg
= 192,5454 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

192,5454 mg
x 100
200 mg

= 96,2727 %
Menit
ke-20

A
0.3676

Faktor koreksi

b
b

: 0,3676
= 0,0369 + 0,08
= 7,794 g/mL
=
Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

192,5454 mg x 10
900

= 2,1185 mg
7,794 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 175,3658 mg + 2,1185 mg
= 177,4844 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

177,4844 mg
x 100
200 mg

= 88,7422 %
Menit
ke-25

A
0.3545

Faktor koreksi

b
b

: 0,3545
= 0,0369 + 0,08
= 7,4390 g/mL
=
Berat ibuprofe n seblmnya x vol disolusi diambil
volume media disolusi

Ibuprofen terlarut

177,4844 mg x 10
900

= 1,9485 mg
7,4390 x 900 x 25
=
1000
% Ibuprofen terlarut

= 167,3780 mg + 1,9485 mg
= 169,3266 mg
mgibuprofenterlaru t
x 100
=
dosis pada etiket
=

169,3266 mg
x 100
200 mg

= 84,6633 %
Menit
ke-30

A
0.3626

Faktor koreksi

b
b

: 0,3626
= 0,0369 + 0,08
= 7,6585 g/mL
=

Berat ibuprofen seblmnya x vol disolusi diambil


volume media disolusi
Ibuprofen terlarut

% Ibuprofen terlarut

169,3266 mg x 10
900

= 1,8597 mg
7,6586 x 900 x 25
=
1000
= 172,3170 mg + 1,8597 mg
= 174,1768 mg
mgibuprofenterlarut
x 100
=
dosis pada etiket
=

174,1768 mg
x 100
200 mg

= 87,0884 %

Rata-rata hasil disolusi


Menit
5
10
15
20
25
30

% Ibuprofen terlarut
53,4206 %
85,0157 %
89,591 %
86,591 %
84,514 %
83,656 %

b
b

Anda mungkin juga menyukai