Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Sejauh ini lebih dari 6,5 juta perempuan di Indonesia jadi populasi rawan
tertular HIV. Lebih dari 30% diantaranya melahirkan bayi yang tertular HIV. Pada
tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang dilahirkan
dan itu terinfeksi HIV. Sampai tahun 2006 diperkirakan 4.360 anak terkena HIV
dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2320 anak terkena
HIV. Kebanyakan wanita mengurus keluarga dan anak-anaknya selain mengurus
diri sendiri, sehingga gangguan kesehatan pada wanita akan mempengaruhi
seluruh keluarganya. Wanita dengan HIV/AIDS harus mendapatkan dukungan dan
perawatan mencakup penyuluhan yang memadai tentang penyakitnya, perawatan,
pengobatan, serta pencegahan penularan pada anak dan keluarganya. (1)
Penularan HIV ke bayi dan anak bisa dari ibu ke anak, penularan melalui
darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual pada anak). Penularan
dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar
(85%) berusia subur (15-44 tahun) sehingga terdapat resiko penularan infeksi
yang bias terjadi pada saat kehamilan. Prevalensi penularan dari ibu ke bayi dalah
0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan gejala AIDS
sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50%.
Tingkat transmisi AIDS dapat dikurangi dari 25% - 30% menjadi kurang
dari 2% (berkurang > 90%) kalau pakai obat antiretoviris (ARV) pada Trismester
terakhir kehamilan, selama persalinan, dan kelahiran dan bayi diobati
pascapersalinan selama 6 minggu dan tidak disusui. Aturan/resiman yang sangat
efektif ini belum ada di Negara-negara sedang berkembang.

Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) pertama kali ditemukan


pada anak tahun 1983 di Amerika Serikat, yang mempunyai beberapa perbedaan
dengan infeksi HIV pada orang dewasa dalam berbagai hal seperti cara penularan,
pola serokonversi, riwayat perjalanan dan penyebaran penyakit, faktor resiko,
metode diagnosis, dan manifestasi oral.
Dampak acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pada anak terus
meningkat, dan saat ini menjadi penyebab pertama kematian anak di Afrika, dan
peringkat keempat penyebab kematian anak di seluruh dunia. Saat ini World
Health Organization (WHO) memperkirakan 2,7 juta anak di dunia telah
meninggal karena AIDS.
Kasus pertama AIDS di Indonesia ditemukan pada tahun 1987 di Bali
yaitu seorang warga negara Belanda. Sebenarnya sebelum itu telah ditemukan
kasus pada bulan Desember 1985 yang secara klinis sangat sesuai dengan
diagnosis AIDS dan hasil tes Elisa 3 (tiga) kali diulang, menyatakan positif,
namun hasil Western Blot yang dilakukan di Amerika Serikat ialah negatif
sehingga tidak dilaporkan sebagai kasus AIDS.
Transmisi HIV secara vertikal dari ibu kepada anaknya merupakan jalur
tersering infeksi pada masa kanak-kanak, dan angka terjadinya infeksi perinatal
diperkirakan sebesar 83% antara tahu 1992 sampai 2001. Di Amerika Serikat,
infeksi HIV perinatal terjadi pada hampir 80% dari seluruh infeksi HIV pediatri.
Infeksi perinatal sendiri dapat terjadi in-utero, selama periode peripartum, ataupun
dari pemberian ASI, sedangkan transmisi virus melalui rute lain, seperti dari
transfusi darah atau komponen darah relatif lebih jarang ditemukan. Selain itu,
sexual abuse yang terjadi pada anak juga dapat menjadi penyebab terjadinya
infeksi HIV, di mana hal ini lebih sering ditemukan pada masa remaja.(1)

BAB II PEMBAHASAN
II.1. DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Artinya bahwa HIV berbeda dengan
AIDS tetapi HIV memungkinkan untuk menjadi pencetus terjadinya AIDS.
Sampai saat ini masih ditemukan beberapa kontraversi tentang ketepatan
mekanisme perusakan sistem imun oleh HIV.
Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang termasuk dalam
familia retrovirus yaitu kelompok virus berselubung (envelope virus) yang
mempunyai enzim reverse transcriptase, enzim yang dapat mensintesis kopi
DNA dari genon RNA. Virus ini masuk dalam sub familia lentivirus
berdasarkan kesamaan segmen genon, morfologi dan siklus hidupnya. Sub
familia

lentivirus

mempunyai sifat dapat menyebabkan

infeksi laten,

mempunyai efek sitopatik yang cepat, perkembangan penyakit lama dan dapat
fatal. (2)

II.2. ETIOLOGI
Virus penyebab defisiensi imun yang dikenal dengan nama Human
Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu virus RNA dari famili Retrovirus dan
subfamili Lentiviridae. Sampai sekarang baru dikenal dua serotype HIV yaitu
HIV-1 dan HIV-2 yang juga disebut lymphadenopathy associated virus type2 (LAV-2) yang hingga kini hanya dijumpai pada kasus AIDS atau orang sehat di
Afrika,dan spektrum penyakit yang ditimbulkannya belum banyak diketahui. HIV1, sebagai penyebab sindrom defisiensi imun (AIDS) tersering, dahulu dikenal

juga

sebagai human

cell-lymphotropic

virus

type

III (HTLV-

III), lymphadenipathy-associated virus (LAV) dan AIDS-associated virus.


Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau
melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T,
karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel
Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap
hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam
tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan
dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. (3)

II.3. PATOFISIOLOGI INFEKSI HIV


Sistem imun manusia sangat kompleks, kerusakan pada salah satu
komponen sistem imun akan mempengaruhi sistem imun secara keseluruhan. HIV
menginfeksi sel Thelper yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya,
makrofag, sel dendritik, organ limfoid. Fungsi penting sel T helper antara lain
menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai stimulasi pertumbuhan dan
pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi, sehingga
penurunan sel T CD4 menurunkan imunitas dan menyebabkan penderita mudah
terinfeksi.
Ketika HIV masuk melalui mukosa, sel yang pertama kali terinfeksi ialah
sel dendritik. Kemudian sel-sel ini menarik sel-sel radang lainnya dan mengirim
antigen tersebut ke sel-sel limfoid. HIV mempunyai target sel utama yaitu sel
limfosit T4, yang mempunyai reseptor CD4. Setelah masuk ke dalam tubuh, HIV
akan menempel pada sel yang mempunyai molekul CD4 pada permukaannya.
Molekul CD4 ini mempunyai afinitas yang sangat besar terhadap HIV, sehingga
limfosit CD4 dihasilkan dan dikirim ke sel limfoid yang peka terhadap infeksi
HIV. Limfosit-limfosit CD4 yang diakumulasikan di jaringan limfoid akan tampak

sebagai limfadenopati dari sindrom retrovirus akut yang dapat terlihat pada remaja
dan orang dewasa. HIV akan menginfeksi sel CD4 yang sangat berespon
terhadapnya sehingga kehilangan respon dan kontrol pertumbuhan terhadap HIV.
Ketika replikasi virus melebihi batas (biasanya 3-6 minggu sejak infeksi) akan
terjadi viremia yang tampak secara klinis sebagai flulike syndrome (demam, rash,
limfadenopati, atrhralgia) terjadi 50-70% pada orang dewasa. Dengan
terbentuknya respon imun humoral dan seluler selama 2-4 bulan, muatan virus
dalam darah mengalami penurunan secara substansial, dan pasien memasuki masa
dengan gejala yang sedikit dan jumlah CD4 yang meningkat sedikit.
Mekanisme utama infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung
glikoprotein virus gp120 pada molekul CD4.
Partikel HIV yang berikatan dengan molekul CD4 kemudian masuk ke
dalam sel hospes melalui fusi antara membran virus dengan membran sel hospes
dengan bantuan gp41 yang terdapat pada permukaan membran virus. Molekul
CD4 banyak terdapat pada sel limfosit T helper/ CD4+, narnun sel-sel lain
seperti makrofag, monosit, sel dendritik, sel langerhans, sel stem hematopoetik
dan sel mikrogial dapat juga terinfeksi HIV melalui ingesti kombinasi virusantibodi atau melalui molekul CD4 yang diekspresikan oleh sel tersebut. (4)

II.4. TRANSMISI
Transmisi HIV secara umum dapat terjadi melalui empat jalur, yaitu : (5)
1.

Kontak seksual: HIV terdapat pada cairan mani dan sekret vagina yang
akan ditularkan virus ke sel, baik pada pasangan homoseksual atau
heteroseksual.

2.

Tranfusi: HIV ditularkan melalui tranfusi darah balk itu tranfusi whole
blood, plasma, trombosit, atau fraksi sel darah Iainnya.

3.

Jarum yang terkontaminasi: transmisi dapat terjadi karena tusukan jarum


yang terinfeksi atau bertukar pakai jarum di antara sesama pengguna
obat-obatan psikotropika.

4.

Transmisi vertikal (perinatal): wanita yang teinfeksi HIV sebanyak 1540% berkemungkinan akan menularkan infeksi kepada bayi yang baru
dilahirkannya melalui plasenta atau saat proses persalinan atau melalui
air susu ibu.

Masih belum diketahui secara pasti bagaimana HIV menular dari ibu-ke-bayi.
Namun, kebanyakan penularan terjadi saat persalinan (waktu bayinya lahir).
Selain itu, bayi yang disusui oleh ibu terinfeksi HIV dapat juga tertular HIV. Hal
ini ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar . Transmisi dari ibu ke anak

Gambar . Perinatal dan Inisiasi Transmisi

II.5. FAKTOR RISIKO PENULARAN


Ada dua faktor utama untuk menjelaskan faktor risiko penularan HIV dari ibu
ke bayi: (5)
1. Faktor ibu dan bayi

a.

Faktor ibu

Faktor yang paling utama mempengaruhi risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi adalah kadar HIV (viral load) di darah ibu pada menjelang ataupun
saat persalinan dan kadar HIV di air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya.
Umumnya, satu atau dua minggu setelah seseorang terinfeksi HIV, kadar
HIV akan cepat sekali bertambah di tubuh seseorang.
b.

Faktor bayi

1) Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan lahir rendah,
2) Melalui ASI yang diberikan pada usia enam bulan pertama bayi, Bayi
yang meminum ASI dan memiliki luka di mulutnya
2. Faktor cara penularan
a.

Menular saat persalinan melalui percampuran darah ibu dan darah


bayi,

b.

Bayi menelan darah ataupun lendir ibu,

c.

Persalinan yang berlangsung lama,

d.

Ketuban pecah lebih dari 4 jam

e.

Penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau


forceps, dan tindakan episiotomi

f.

Bayi yang lebih banyak mengonsumsi makanan campuran daripada


ASI

DAFTAR PUSTAKA

1.

LAPORAN KASUS HIV-AIDS DI INDONESIA Triwulan 3 Tahun 2011


Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan,
Kementerian Kesehatan RI

2.

Prof. Subowo, dr. Msc.Phd. 2010.Imunologi Klinik.CV. SAGUNG SETO.


P.177.Jakarta

3.

Soedarmo S S, Garna H, Hadinegoro S R, Satari H I. Human


Imunodeficiency Virus. Dalam: Soedarmo S S, Garna H, Hadinegoro S R,
Satari H I. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi ke-2. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. 243 247.

4.

Greenwood D, Slack R, Peutherer J, Barer M. Medical microbiology: a


guide to microbial infections: pathogenesis, immunity, laboratory
diagnosis and control. Edisi ke-17. UK: Churchill Livingstone; 2007.

5.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan


Masyarakat. Faktor risiko penularan HIV dari ibu ke bayi. Dalam:
Pratomo H. et al. (eds). Pedoman pencegahan penularan HIV dari ibu dan
bayi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2006; 13-16.

Anda mungkin juga menyukai