Anda di halaman 1dari 7

FARMAKOTERAPI 2

Farmakokinetik, Efek Samping, Interaksi dan Dosis Pemakaian


Sulfonilurea

Oleh:
DIAN AIDA ARDI
13040008

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG
BANTEN
2016

Golongan Sulfonilurea

Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan.Sampai beberapa tahun
yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat hipoglikemik oral merupakan golongan
sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of
choice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta
tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Senyawa-senyawa sulfonilurea sebaiknya
tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid (DepKes RI, 2005).
Golongan ini seringkali digunakan untuk pengobatan diabetes tipe 2. Pengecualian adalah
terhadap mereka yang obese atau kelebihan berat badan (Manaf, 2008)

1. Farmakodinamika dan Farmakokinetika


Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar pancreas,
oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel Langerhans pankreas masih dapat
berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian senyawasenyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pancreas.
Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada
saat glukosa (atau kondisi hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin, senyawasenyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obat
golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang kelenjar
pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena sesuatu hal terhambat
sekresinya. Pada penderita dengan kerusakan sel-sel Langerhans kelenjar pancreas,
pemberian obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada dosis
tinggi, sulfonilurea menghambat degradasi insulin oleh hati.

Absorpsi senyawa-senyawa sulfonilurea melalui usus cukup baik, sehingga dapat


diberikan per oral. Setelah diabsorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam
plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin (70-90%).
2. Efek Samping
Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya ringan dan
frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf
pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung
dan sakit kepala. Gangguan susunan syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain
sebagainya. Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulosistosis
dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamida dapat meningkatkan
ADH (Antidiuretik Hormon). Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet
terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Hipogikemia
sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan masa kerja panjang (IONI,
2000).
3. Interaksi Obat
Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat-obat sulfonilurea, sehingga risiko
terjadinya hipoglikemia harus diwaspadai. Obat atau senyawa senyawa yang dapat
meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu pemberian obat-obat hipoglikemik sulfonilurea
antara lain: alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutazon,
oksifenbutazon, probenezida, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO (Mono Amin
Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat (IONI, 2000).
4. Peringatan dan Kontraindikasi
Penggunaan obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea harus hati hati pada
pasien Usia lanjut, wanita hamil, pasien dengan gangguan fungsi hati, dan atau
gangguan fungsi ginjal. Klorpropamida dan glibenklamida tidak disarankan untuk

pasien usia lanjut dan pasien insufisiensi ginjal. Untuk pasien dengan gangguan fungsi
ginjal masih dapat digunakan glikuidon, gliklazida, atau tolbutamida yang kerjanya
singkat.
Wanita hamil dan menyusui, porfiria, dan ketoasidosis merupakan kontra indikasi bagi
sulfonilurea.
Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita diabetes yuvenil, penderita
yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, dan diabetes melitus berat.
Obat-obat golongan sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan (IONI, 2000 ).

Nama Obat
Akarbos

Indikasi
Terapi

Dosis
Dosis awal 50

Kontra Indikasi
Hipersensitif,

Efek Samping
Gangguan

penambah

mg, kemudian

angguan intestinal

pencernaan

untuk diet

dapat itingkatkan

kronis, gangguan

seperti kembung

penderita

menjadi 100200

ginjal berat,

diare, nyeri

DM

mg setelah 4-8

kehamilan &

saluran cerna

minggu, 3x/hr

laktasi

Chlorpopa-

DM tanpa

DM Parah dan

DM tipe remaja &

Erupsi kulit,

mid

komplikasi

pemeliharaan:

pertumbuhan,

eritema multiform,

tipe non-

250 mg/hr.

parah/tidak stabil,

Dermatitis

ketotik.

Ringan & Lansia:

komplikasi dengan

eksfoliatif

100 mg/hr.

ketoasidosis, koma

Dosis awal 5

diabetik
IDDM, penderita

Efek

mg/hr bersama

diabetik

gastrointestinal,

makan pagi.

ketoasidosis,

reaksi

Dosis umum:

Penderita

Hipoglikemia,

2,5 mg 1-3 kali

nondiabetik dengan

reaksi alergi kuli

Sehari

glikosuria ginjal,

Maks: 15 mg/hr.

gangguan fungsi hati

Lansia/kondisi

& ginjal parah,

Glibenklam
-id

NIDDM

lemah fisik: 2,5

diabetes melitus

mg/hr.

Dengan komplikasi,
hamil dan menyusui,

Gliclazid

NIDDM

hipersensitif
Dosis awal: 40-80 IDDM, diabetes

Hipoglikemia,

dimana

mg/hr.

ketoasidosis, koma,

gangguan fungsi

modifikasi

Dosis lazim: 40-

hamil, laktasi, bayi

hati dan saluran

diet gagal

320 mg/hr.

dan anak, pasca

cerna, reaksi kulit,

untuk

Dosis > 160 mg

trauma berat/infeksi,

diskrasia darah.

mengendalik-

hrs diberikan

hipersensitif, gagal

Jarang: gagal hati,

an

2x/hr.

ginjal/hati berat

hepatitis dan

Hiperglikemi
Glikuidon

a
NIDDM

ikterus.
Awal 15mg/hr,

IDDM, koma,

Hipoglikemia,

Dapat

diabetik

alergi, ruam kulit,

ditingkatkan

ketoasidosis,

gangguan

sampai 45-60

hamil, laktasi

hematologi,

mg/hr diberikan

intoleransi saluran

2-3 dosis terbagi.

cerna, mual

Dosis tunggal

muntah

maksimal 60 mg,
dosis harian
maksimal 120 mg
Awal 1 mg 1x/hr,

Hipersensitif,

Gangguan

dimana

kemudian

Diabetes

penglihatan

glukosa

ditingkatkan

ketoasidosis,

temporer, mual,

darah

bertahap dengan

koma, IDDM,

muntah, rasa

Tidak dapat

interval 1-2

gangg. fungsi hati

penuh pada

dikendalikan

minggu, pd

berat/sedang

epigastrium, nyeri

menjalani dialisis

perut, diare,

Glimepiride NIDDM

hanya dengan kasus khusus 8


diet, latihan

Glipizid

mg/hr

peningkatan enzim

jasmani &

hati, kolestasis,

pengurangan

ikterus, hepamis,

BB saja
Untuk

gagal hati.
Hipoglisemia,

1x sehari 5 mg

Hipersensitif,

kontrol

IDDM,

erupsi mukokutis,

hipeglisemia

insufisensi hati dan

Gangguan saluran

pada NIDDM

ginjal parah

cerna, gangguan
hati, reaksi
hematologi

Daftar Pustaka

Depkes RI, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan
DepKes RI, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (IONI 2000), Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departeman Kesehatan Republik
Indonesia
Manaf, Asman., 2008, DPP-4 Inhibitor : A New Pathway In Diabetes Management, Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas, Padang

Anda mungkin juga menyukai