LARUTAN
Semester III A
Tangerang
2014
Kata Pengantar
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3Sistematika Penulisan
Makalah kami ini diawali dengan BAB 1 yang berisi rumusan masalah,tujuan
penulisan dan sistematika penulisan ,kemudian di BAB 2 yang merupakan isi
terdiri dari penjelasan mengenai pengertian dan komponen larutan,
perhitungan komponen larutan, kelarutan, konsentrasi laruan, pengenceran,
larutan ideal, hukum raoult, larutan berdasarkan daya hantar listriknya, dan
larutan asam basa ,dan yang terakhir adalah BAB 3 yang terdiri dari kritik dan
saran.
iii
BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula
dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain
itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain.
Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.
Contoh 1
Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam larutan alkohol 25% dan 75% !
Jawab:
a. Dalam larutan alkohol 25% misalnya terdapat 100 ml larutan alkohol.
Zat terlarut = 25 % x 100 ml = 25 ml (alkohol)
Zat pelarut = 75% x 100 ml = 75 ml ( air)
b. Dalam larutan alkohol 75% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.
1
Zat terlarut = 25% x 100 ml = 25 ml (air)
Zat pelarut = 75% x 100 ml = 75 ml (alkohol)
Jadi, untuk larutan cair maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Contoh 2
Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam 9% NaCl !
Zat terlarut =9%x 100 gram = 9 gram (NaCl)
Zat Pelarut =100 ml (air)
Jadi, berbeda dari yang zat terlarutnya cairan maka dengan zat yang terlarutnya
padat, jumlah pelarutnya adalah tetap 100%
2.3 Kelarutan
Hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam air hingga
tercapai kondisi tepat jenuh. Hasil kali kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
sebagai suatu konstanta yang disimbolkan Ksp. Dari nilai kelarutan suatu zat
dalam air, kita mengetahui bahwa ada zat yang mudah larut, ada pula yang sukar
larut.
Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang mudah larut, sedangkan AgCl
merupakan garam yang sukar larut. Meskipun kelarutan AgCl sangat kecil, namun
sebagian kecil AgCl dapat larut dalam air. Oleh karena kelarutannya dalam air
sangat kecil, larutan AgCl cepat menjadi jenuh hanya dengan sedikit penambahan
2
padatan AgCl. Larutan AgCl yang larut akan terionisasi menjadi Ag+ dan Cl-.
Ketika larutan mulai jenuh, endapan mulai terbentuk.
Endapan yang terbentuk dan ion-ion dalam larutan akan membentuk
kesetimbangan heterogen. Persamaan reaksi kesetimbangan heterogen untuk
garam yang sukar larut dapat dituliskan sebagai berikut:
Dalam larutan jenuh, konsentrasi garam sukar larut (AxBy) dalam bentuk
padat dianggap selalu sama sehingga [AgCl] dapat digabungkan dengan c untuk
membentuk kesetimbangan baru yang disebut konstanta hasil kali kelarutan (Ksp).
Kc[AxBy] = [Ay+]x[Bx-]y
Ksp = [Ay+]x[Bx-]y
Nilai Ksp dapat juga dihitung berdasarkan hubungan antara Ksp dan kelarutan
(s). Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
AxBy(s) ⇄ xAy+(aq) + yBx- (aq)
S xs ys
Contoh
Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah 2 × 10–6 mol/L, tentukan harga tetapan
hasil kali kelarutannya!
Jawab:
AgIO3 ⇄ Ag+ + IO3-
s s s
Ksp = [Ag+][IO3-]
= (s)(s)
= (2 x 10-6)(2 x 10-6)
= 4 x 10-12
3
2. Cara Memprediksi Terjadinya Pengendapan Dua Larutan yang
Direaksikan
Perbandingan Perkiraan
Qc < Ksp Tidak terbentuk endapan (tak jenuh)
Qc = Ksp Endapan belum terbentuk (jenuh)
Qc > Ksp Terbentuk endapan (lewat jenuh)
Reaksi antara dua senyawa ionik dalam benuk larutan dapat menghasilkan
endapan, misalnya reaksi antara Pb(NO3)2 dan KI. Ketika Pb(NO3)2 dan KI
masing-masing dilarutkan dlam air, setiap zat akan terionisasi menjadi ion-
ionnya.
Setelah kedua larutan direaksikan, ion-ion dari kedua larutan tersebut akan
menghasilkan dua zat baru, yaitu PbI2 dan KNO3.Zat hasil reaksi manakah
yang mengendap?
PbI2 bersifat sukar larut (mudah mwmbentuk endapan), sedangkan KNO3
mudah larut (sukar membentuk endapan). Jadi, reaksi antara PbI2 dan KNO3
mengahsilkan endapan kuning PbI2, sedangkan KNO3 tetap berada dalam
bentuk larutan.
Zat sukar larut yang terbentuk adalah PbI2, berarti PbI2 mengandung ion
Pb2+ dan I-.
Contoh
Jika 100 mL NaCl 0,02 M dicampur dengan 100 mL Pb(NO3)2 0,2 M, apakah
pencampuran tersebut akan menghasilkan endapan? Ksp PbCl2 = 1,7 x 10-5
mol3/L3
4
Jawab
NaCl (s) ⇄ Na+ (aq) + Cl (aq)
2 mmol 2 mmol 2 mmol
Pb(NO3)2 (s) ⇄ Pb2+ (aq) + 2NO3- (aq)
20 mmol 20 mmol 40 mmol
Reaksi tersebut kemungkinan akan menghasilkan NaNO3 (mudah larut) dan
PbCl2 (sukar larut). Untuk mengetahui apakah pencampuran menghasilkan
endapan PbCl2, lakukan perhitungan berikut!
a. Hitung hasil kali konsentrasi ion (Qc) Pb2+ dan Cl-
[Pb2+] = 20 mmol/200 mL = 0,1 M
[Cl-] = 2 mmol/200 mL = 0,01 M
Qc = [Pb2+][Cl-]2 = 0,1 x (0,01)2 = 10-5
b. Bandingkan Qc dan Ksp
10-5 < 1,7 x 10-5 atau Qc < Ksp sehingga pencampuran belum
menghasilkan endapan.
Persen massa dan volum adalah cara paling sederhana untuk menyatakan
konsentrasi suatu larutan dengan membandingkan massa atau volum masing-
masing bagian. Cara lain untuk menyatakan konsentrasi adalah persen
massa/volum. Contohnya, jika kita melarutkan 0,9 gram NaCl dalam 100 ml air,
maka kita menuliskannya larutan 0,9% NaCl. Persen massa/volum banyak
digunakan dalam bidang medis dan farmasi.
5
2. Bagian Per Juta, Bagian Per Miliar, Dan Bagian Per Triliun
Keterangan:
χA+χB=1
Contoh 1
6
Sebanyak 27,6 gram etanol C2H5OH dilarutkan dalam 54 gram air (Ar C = 12, H
Diketahui:
massa H2O = 54 gr
Ar C = 12
Ar H = 1
Ar O = 16
Jawab:
Mr.C2H5OH = 46 gr/mol
Mr.H2O = 18 gr/mol
27,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
n.C2H5OH =
46 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
n.H2O =
𝑀𝑟
54 𝑔𝑟𝑎𝑚
n.H2O =
18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
n.H2O = 3 mol
7
n.C2H5OH
χ etanol = n.C2H5OH + n.H2O
0,6 𝑚𝑜𝑙
χ etanol =
(0,6 𝑚𝑜𝑙+3 𝑚𝑜𝑙)
χ etanol = 0,167
n.H2O
χ Air =
(n.C2H5OH + n.H2O)
3 mol
χ Air =
(0,6 mol + 3 mol)
χ Air = 0,833
Contoh 2
Fraksi mol urea, CO(NH2)2 di dalam air adalah 0,4. Tentukan berapa massa urea
Diketahui:
χ urea = 0,4
Mr.urea = 60 gr/mol
Mr.air = 18 gr/mol
Jawab:
n.urea = 4 mol
8
n.air = 10- 4 = 6 mol
4. Molaritas
Molaritas larutan didefinisikan sebagai jumlah mol suatu solut (terlarut) dalam
larutan dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter.
Contoh 1
Hitunglah molaritas larutan HCl (0,5 mol) dalam 200 ml liter air!
Diketahui :
Mol HCl = 0,5 mol
Volume = 200 ml
Ditanya: Molaritas ?
Jawab :
200 ml liter= 0,2 liter
Mol zat terlarut
M=
volume larutan
9
0,5
M=
0,2
M= 0,25 Mol/liter.
Contoh 2
Hitunglah molaritas larutan yang dibuat dengan melarutkan 7,4 gram Ca(OH)2
dalam 500 ml air. (Mr Ca(OH)2=74)
Diketahui :
Masa Ca(OH)2 = 7,4 gram
Volume air = 500 ml
Ditanya : Molaritas ?
Jawab :
gram terlarut 1000
M= x
Mr volume pelarut
7,4 1000
M= X
74 500
M= 0,1 X 2
M= 0,2 Mol
5. Molalitas
Molalitas larutan didefinisikan sebagai jumlah mol solut per kilogram solven
(pelarut).
Contoh 1
Suatu zat dengan masa 60 gram Mr= 120 akan dilarutkan kedalam 100 gram air.
Hitung molalitas!
Diketahui :
Masa zat = 60 gram
Mr zat =120
Masa air = 100 gram
Ditanya : molalitas ?
10
Jawab
gram terlarut 1000
m= X
Mr 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
60 1000
m= X
120 100
1
m= x 10
2
m=5 molal
Contoh 2
Zat dengan masa 40 gram (1 molal) mempunyai Mr= 40. Hitunglah pelarut yang
digunakan!
Diketahui :
Masa zat = 40 gram
m = 1 molal
Mr zat = 40
Ditanya : masa pelarut ?
Jawab :
gram terlarut 1000
M= X
Mr 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
gram terlarut 1000
p= X
Mr 𝑚
40 1000
p= X
40 1
p= 1000 gram.
6. Normalitas
Contoh
98 gr H2SO4 dilarutkan dalam 500 ml larutan. Hitunglah normalitasnya!
Diketahui :
Masa zat = 98 gram
Volume larutan = 500 ml
Ditanya : normalitas ?
Jawab :
BE = Mr/ H+
H2SO4 → 2 H+ + SO42-
Jadi H+ = 2
Mr/H+ = 98/2 = 49
11
gram zat terlarut 1000
N= X
BE 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
98 1000
N= X
49 500
N=4N
2.5 Pengenceran
M1 V1 = M2 V2
Contoh
Jika kita akan membuat 500 ml HCl 2 M menggunakan HCl 4 M maka
penggunaan rumus pengencerannya adalah
4 M x V1 = 2 M x 500 ml
12
2.6 LARUTAN IDEAL
Suatu larutan dianggap ideal karena didasarkan pada kekuatan relatif dari gaya
tarik antara molekul solut dan solvennya.Larutan ideal adalah larutan yang gaya
tarik menarik antara molekul solut dan molekul solvennya sama dengan gaya tarik
antara molekul molekul dari solut dan solvennya masing masing. Bila larutan zat
A dalam B bersifat ideal, maka gaya tarik antar molekuln A dan B sama dengan
gaya tarik antara molekul A dan A atau B dan B.
Suatu larutan dikatakan ideal, jika mempunyai ciri ciri sebagai berikut :
1. Homogen pada seluruh kisaran komponen dalam sistem, mulai dari fraksi
mol satu sampai satu
2. Pada pembentukan larutan dari komponen komponennya, tidak ada
perubahan entalpi, artinya panas larutan sebelum dan sesudah
pencampuran adalah sama
3. Perubahan volume pencampuran sama dengan nolartinya jumlah volume
larutan adalah sama.
4. Memenuhi hukum roult dalam bentuk yang umum,yaitu :
P = X1 P o
Keterangan : P = Tekanan uap jenuh larutan
X1 = Fraksi mol pelarut dalam larutan
po = Tekanan uap parsial pelarut murni
Dalam suatu larutan ideal, sifat komonen yang satu akan mempengaruhi sifat
komponen yang lainnya, sehingga sifat-sifat fisik larutan yang dihasilkan seperti,
titik uap,titik didih,titik beku adalah rata-rata dari sifat kedua komponen
murninya. Larutan ideal sendiri sebenarnya hanya bersifat hipotesis.
Kenyataannya tidak ada larutan yang bersifat demikian. Adanya hanya dapat
didekati oleh larutan yang sangat encer atau dari dua zat dengan struktur kimia
yang hampir sama, seperti campuran pasangan cairan : metanol-etanol, benzena-
toulena, n-heksana dan n-heptana.
Hukum Raoult adalah hukum yang dicetuskan oleh Francois M. van Raoult
(1830-1901) untuk mempelajari sifat-sifat tekanan uap larutan yang mengandung
zat pelarut yang bersifat nonvolatil, serta membahas mengenai aktivitas air.
Hukum Raoult tentang Campuran Ideal
Bunyi dari hukum Raoult adalah: “tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh
tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan
tersebut”.
Secara matematis ditulis sebagai:
13
Plarutan= Xterlarut . Ppelarut
Hukum Raoult sangat penting untuk mempelajari sifat karakteristik fisik dari
larutan seperti menghitung jumlah molekul dan memprediksi massa molar suatu
zat (Mr).
Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult, interaksi antara molekul
individual kedua komponen sama dengan interaksi antara molekul dalam tiap
komponen. Larutan semacam ini disebut larutan ideal Tekanan total campuran gas
adalah jumlah tekanan parsial masing-masing komponen sesuai dengan hukum
Raoult.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya
gelmbung gas dalam larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut
pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit. Larutan elektrolit terbagi
atas larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah.
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion – ion
karena terurai sempurna, maka harga derajat ionisasi (ά ) = 1. Banyak sedikit
elektrolit menjadi ion dinyatakan dengan derajat ionisasi ( ά ) yaitu perbandingan
jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat yang di hantarkan. Yang
tergolong elektrolit kuat adalah :
1. Asam – asam kuat
2. Basa – basa kuat
3. Garam – garam yang mudah larut
Ciri – ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan
menyala terang dan timbul gelembung – gelembung di sekitar elektrode. Larutan
elektrolit kuat terbentuk dari terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air.
Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai sempurna membentuk ion positif (
kation ) dan ion negatif (anion). Arus listrik merupakan arus electron. Pada saat di
lewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, electron tersebut dapat di hantarkan
melalui ion – ion dalam larutan, seperti ddihantarkan oleh kabel. Akibatnya lampu
pada alat uji elektrolit akan menyala. Elektrolit kuat terurai sempurna dalam
larutan. Contoh : HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah
dengan harga derajat ionisasi sebesar 0 < ά > 1. Larutan elektrolit lemah
14
mengandung zat yang hanya sebagian kecil menjadi ion – ion ketika larut dalam
air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :
1. Asam – asam lemah
2. Garam – garam yang sukar larut
3. Basa – basa lemah
Adapun larutan elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi
menimbulkan gas termasuk ke dalam larutan elektrolit lemah. Contohnya adalah
larutan ammonia, larutan cuka dan larutan H2S.
Jika suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut,maka sifat larutan itu
berbeda dari sifat pelarutnya murninya. Sebagai contoh, air murni pada suhu
-18 OC pasti membeku ,sedangkan air yang dicampur dengan etiln glikon (zat anti
beku radiator kendaraan) ,akan tetap cair pada suu serendah itu.
Untuk mengetahui sejauh mana sifat larutan berubah dibandingkan pelarut
murninya dinyatakan oleh hukum sifat koligatif. Hukum ini secara eksak hanya
berlaku untuk larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati sifat ideal bila sangat
encer. Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu :
1. Penurunan tekanan uap
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik
Sifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada banyak partikel
zat terlarut dan bukan pada jenisnya. Larutan-larutan yang mengandunf jumlah
partikel terlarut sama akan memperlihatkan sifat koligatif yang sama, meskipun
jenis zat terlarutnya berbeda-beda. Pengaruh jenis zat terlarut kecil sekali
perananya, selama zat itu tergolong nonelektrolit tak atsiri (tdk mudah menguap),
suatu zat yang mengandung ion dan tidak mempunyai tekanan uap yang tak
berarti. Contoh zat-zat seperti ini adalah urea, gula, etilen glikol, dan gliserin.
Pengukuran dari sifat-sifat koligatif dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan, berat molekul zat terlarut atau sifat-sifat koligatif lainnya.
15
1. Penurunan Tekanan Uap
Pada peristiwa penguapan terjadi perubahan dari zat cair menjadi gas. Jika zat
cair dimasukkan ke dalam suatu ruangan tertutup maka zat tersebut akan menguap
hingga ruangan tersebut jenuh. Pada keadaan ini proses penguapan tetap
berlangsung dan pada saat yang sama juga terjadi proses pengembunan. Laju
penguapan sama dengan laju pengembunan. Keadaan ini dikatakan terjadi
kesetimbangan dinamis antara zat cair dan uap jenuhnya. Artinya bahwa tidak
akan terjadi perubahan lebih lanjut tetapi reaksi atau proses yang terjadi masih
terus berlangsung. Tekanan yang disebabkan oleh uap jenuh dinamakan tekanan
uap jenuh.
Besarnya tekanan uap jenuh dipengaruhi oleh jumlah zat dan suhu. Makin besar
tekanan uap suatu cairan, makin mudah molekul-molekul cairan itu berubah
menjadi uap. Tekanan uap suatu larutan dapat diukur dengan alat manometer
merkurium. Perhatikan Gambar di bawah.
Pada alat tersebut setelah larutan dimasukkan dalam labu, semua udara dalam
pipa penghubung dikeluarkan melalui pompa vakum. Jika keran ditutup, maka
uap yang ada dalam pipa penghubung hanyalah uap dari pelarut larutan tadi
sehingga uap itu disebut tekanan uap larutan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan
semakin banyak uap yang berada di atas permukaan cairan dan tekanan uap yang
terbaca semakin tinggi.
Untuk mengetahui penurunan tekanan uap maka pada tahun 1880-an kimiawan
Perancis F.M. Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai
efek penurunan tekanan uap dari pelarut. Apabila pada pelarut murni kita
tambahkan sejumlah zat terlarut yang tidak mudah menguap, apa yang akan
terjadi?
16
Gambar Partikel-partikel Pelarut Murni
dan Larutan
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa jumlah partikel pelarut pada pelarut
murni (Gambar A) di permukaan lebih banyak dibandingkan pada larutan
(Gambar B). Partikel-partikel pada larutan lebih tidak teratur dibandingkan
partikel-partikel pada pelarut murni. Hal ini menyebabkan tekanan uap larutan
lebih kecil daripada pelarut murni. Inilah yang dinamakan penurunan tekanan uap
jenuh. Selisih antara tekanan uap murni dengan tekanan uap larutan jenuh dapat
dituliskan secara matematis seperti berikut.
ΔP = P0 – P
Keterangan:
ΔP = penurunan tekanan uap
P0 = tekanan uap pelarut murni
P = tekanan uap jenuh larutan
Bagaimana hubungan penurunan tekanan uap dengan jumlah partikel?
Menurut Raoult, besarnya tekanan uap pelarut di atas suatu larutan (P) sama
dengan hasil kali tekanan uap pelarut murni (P0) dengan fraksi mol zat pelarut
dalam larutan (xB).
P = xB . P0
Keterangan :
P = Tekanan uap pelarut
xB = Fraksi mol zat pelarut
P0 = Tekanan uap pelarut murni
Persamaan di atas dikenal dengan hukum Raoult. Hukum Raoult hanya berlaku
pada larutan ideal dan larutan tersebut merupakan larutan encer tetapi pada larutan
encer yang tidak mempunyai interaksi kimia di antara komponen-komponennya,
hukum Raoult berlaku pada pelarut saja. Adapun banyaknya penurunan tekanan
uap ( ΔP ) sama dengan hasil kali fraksi mol terlarut (xA) dan tekanan uap pelarut
murni (P0). Pernyataan ini secara matematis dapat dituliskan seperti berikut.
ΔP = xA . Po
Keterangan:
ΔP = Penurunan tekanan uap
xA = fraksi mol zat terlarut
Po = Tekanan uap pelarut murni
17
Contoh
Fraksi mol urea dalam air adalah 0,5. Tekanan uap air pada 20°C adalah 17,5
mmHg. Berapakah tekanan uap jenuh larutan tersebut pada suhu tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui :
xA = 0,5
P0 = 17,5 mmHg
Ditanya : P …?
Jawab :
ΔP = xA ⋅ P0
= 0,5 ⋅ 17,5 mmHg
= 8,75 mmHg
P = P0 – ΔP
= 17,5 mmHg – 8,75 mmHg
= 8,75 mmHg
18
ΔT = Kb x m
Keterangan:
ΔT = kenaikan titik didih molal
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = molalitas larutan
Contoh
Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih
larutan tersebut! (Kb air = 0,52 °Cm-1, Ar Na = 23, Ar O = 16, Ar H = 1)
Penyelesaian:
Diketahui :
m = 1,6 gram
p = 500 gram
Kb = 0,52 °Cm-1
Ditanya : Tb …?
Jawab :
ΔTb = m⋅ Kb
gram telarut 1000
= X X Kb
Mr NaOH 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1,6 1000
= X X 0,52
40 500
= 0,04 × 2 × 0,52 °C
= 0,0416 °C
Td= Titik didih larutan + ΔTb
Td = 100 °C + ΔTb
= 100 °C + 0,0416 °C
= 100,0416 °C
Jadi, titik didih larutan NaOH adalah 100,0416 °C
Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik didih.
Larutan mempunyai titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut
murni.makin tinggi konsentrasi zat terlarut makin rendah titik beku larutan.
Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan penurunan
titik beku larutan ( ΔTf = freezing point).
ΔTf = Titik beku pelarut – titik beku larutan
Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti berikut.
ΔTf = m x Kf
Keterangan:
ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
19
Contoh
Tentukan titik beku larutan glukosa (C6H12O6) 18 gram dalam 10 gram air. (Kf
air = 1,86 °C/m)
Diketahui :
M glukosa = 18 gram
P = 10 gram
Kf air = 1,86 °C/m
Ditanya : ΔTf ...?
Jawab:
ΔTf = m x Kf
gram telarut 1000
= X X Kf
Mr glukosa 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
18 1000
= X X 1,86
180 10
= 0,1 gram x 100 gram x 1,86 °C/m
= 10 gram x 1,86 °C
= 18,6 °C
Titik beku larutan = 0 °C – 18,6 °C = –18,6 °C
4. Tekanan Osmotik
Pernahkah kamu sakit dan dirawat di rumah sakit? Adakalanya seorang pasien
di rumah sakit harus diberi cairan infus. Sebenarnya apakah cairan infus tersebut?
Larutan yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh darah
haruslah memiliki tekanan yang sama dengan tekanan sel-sel darah. Apabila
tekanan cairan infus lebih tinggi maka cairan infus akan keluar dari sel darah.
Prinsip kerja infus ini pada dasarnya adalah tekanan osmotik. Tekanan di sini
adalah tekanan yang harus diberikan pada suatu larutan untuk mencegah
masuknya molekul-molekul solut melalui membran yang semipermiabel dari
pelarut murni ke larutan. Cairan murni atau larutan encer akan bergerak
menembus membran atau rintangan untuk mencapai larutan yang lebih pekat.
Inilah yang dinamakan osmosis. Membran atau rintangan ini disebut membran
semipermiabel.
Osmosis adalah peristiwa mengalirnya molekul-molekul pelarut ke dalam
larutan secara spontan melalui selaput semipermeabel, atau peristiwa mengalirnya
molekul-molekul zat pelarut dari larutan yang lebih encer kelarutan yang lebih
pekat. Proses osmosis terdapat kecenderungan untuk menyetimbangkan
konsentrasi antara dua larutan yang saling berhubungan melalui membran.
Tekanan osmotik termasuk dalam sifat-sifat koligatif karena besarnya hanya
tergantung pada jumlah partikel zat terlarut. J.H. Vant Hoff menemukan
hubungan antara tekanan osmotik larutan-larutan encer dengan persamaan gas
ideal, yang dituliskan seperti berikut:
π V = nRT
π = nRT/V
n/V = M (kemolaran)
sehingga π = MRT
20
Keterangan:
π = tekanan osmotik
V = volume larutan (L)
n = jumlah mol zat terlarut
R = tetapan gas (0,082 L atm mol-1K-1)
T = suhu mutlak (K)
Contoh
Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bila kemolaran cairan tersebut
0,3 molar pada suhu tubuh 37 °C, tentukan tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm
mol-1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui :
M = 0,3 mol L–1
T = 37 °C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : π …?
Jawab :
π = MRT
π = 0,3 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K
= 7,626 L
Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa
Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama
diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan
dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk
memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam tanak
dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat
telah dibuat sejak abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat)
yang digunakan oleh para peneliti untuk memisahkan emas dan perak.
21
2.9.2 Konsep Asam Basa Arrhenius
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam,
sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+
disebut ion sisa asam. Beberapa contoh asam dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai
berikut.
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi
basa. Beberapa contoh basa diberikan pada tabel di bawah ini
22
Asam sulfat dan magnesium hidroksida dalam air mengion sebagai berikut.
H2SO4 ⎯⎯→ 2 H+ + SO42–
Mg(OH)2 ⎯⎯→ Mg+ + 2 OH–
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton,
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi
pemindahan proton.
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (donor
proton) dan sebagai basa (akseptor proton).
Zat seperti itu bersifat amfiprotik (amfoter).
Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada konsep
asam-basa Arrhenius karena hal-hal berikut :
1. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi
juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi
tanpa pelarut.
2. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat
berupa kation atau anion. Konsep asam-basa ronsted-Lowry dapat
23
menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam NH4Cl, yang bersifat asam
adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.
Asam menurut Lewis adalah zat yang dapat menerima pasangan electron
(akseptor pasangan electron).Basa menurut Lewis adalah zat yang dapat
memberikan pasangan electron (donor pasangan electron).
Lewis mengamati bahwa molekul BF3 juga dapat berperilaku seperti halnya
asam (H+) sewaktu bereaksi dengan NH3. Molekul BF3 dapat menerima sepasang
elektron dari molekul NH3 untuk membentuk ikatan kovalen antara B dan H.
Teori asam basa Lewis lebih luas dibandingkan Arhenius dan Bronsted Lowry ,
karena :
Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam
pelarut air, pelarut bukan air, dan tanpa pelarut sama sekali.
Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang tidak melibatkan
transfer proton (H+), seperti reaksi antara BF3 dan NH3.
Contoh :
Tunjukkan bagaimana reaksi asam basa antara larutan HCl dan NaOH menurut
teori Arhenius dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Lewis
24
pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma
konsentrasi ion H+. Secara sistematis diungkapkan dengan persamaan sebagai
berikut :
pH = - log [H+]
pKw = pH + pOH
Jawab :
a. [H ] = 1 x 10-3 → pH = - log (1 x 10-3)
+
=3
b. [H ] = 5 x 10 → pH = -log (5 x 10-6)
+ -6
= 6 – log 5
= 6 – log 10/2
= 6 – ( log 10 – log 2)
= 5 + log 2
= 5,3
25
2.9.6 Perhitungan pH
Asam terbagi menjadi dua, yaitu asam kuat dan asam lemah. Begitu juga pada
larutan basa terbagi menjadi dua, yaitu basa kuat dan basa lemah. Pembagian ini
sangat membantu dalam penentuan derajat keasaman (pH).
1. Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α
= 1). Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
Rumus :
[H+] = x . [HA]
pH = - log [H+]
Contoh
Hitung pH larutan dari 100 ml larutan 0.01 M HCl!
Jawab :
HCL → H+ + Cl-
[H+] = x . [HA]
= 1 x 0.01 M
= 10-2 M
pH = - log 10-2
pH =2
Berapa pH dari :
a. Larutan HCL 0,1 M
b. Larutan H2SO4 0,001 M
Jawab
a. HCL → H+ + Cl- b. H2SO4 → 2 H+ + SO42-
[H+] = x . [HA] [H+] = x . [HA]
= 1 . 0,1 = 0,1 M = 2 . 0,001 = 2 x 10-3 M
pH = - log 0,1 = - log 10-1 pH = - log 2 x 10-3
=1 = 3 – log 2
Jawab :
Molaritas = mol/v = 0,1 / 2 = 0.05 M
H2SO4 → 2 H+ + SO42-
26
[H+] = x . [HA]
= 2 . 0.05
= 0,1 = 10-1 M
pH = - log 10-1
=1
2. Asam Lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).
Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi
+
[H ] terlebih dahulu dengan rumus :
[H+] = √ Ka . [HA] atau [H+] = M x α
pH = - log [H+]
Keterangan :
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
[HA] = konsentrasi asam lemah
Contoh :
Hitunglah pH dari 0,025 mol CH3COOH dalam 250 mL larutannya, jika Ka =10-5 !
Jawab :
Molaritas = mol/v = 0,025/0,25 = 0.1
[H+] = √ 𝐾𝑎 . [HA]
= √10−5 . 0,1
= √10−6
= 10-3 M
pH = - log 10-3
=3
Cat : Semakin besar konsentrasi ion H+, semakin kecil nilai pH. Larutan dengan
pH = 1 adalah 10 kali lebih asam dari larutan dengan pH = 2.
Hitunglah pH larutan dari HCOOH 0,05 M (Ka = 1,8 x 10-4)
Jawab :
[H+] = √ 𝐾𝑎 x [HA]
= √1,8x10−4 .0,5
= √9 x10−6
= 3 x 10-3 M
pH = - log 3 x 10-3
= 3 – log 3
27
Hitunglah pH larutan H2S 0,01 jika diketahui Ka1 = 8,9 x 10-8 dan
Ka2 = 1.2 x 10-13 !
Jawab
[H+] = √ 𝐾𝑎 x [HA]
= √8,9 x 10−8 .0,01
= 3 x 10-5 M
pH = -log 3 x10-5
= 5 – log 3
= 4,52
Cat : Perhatikan bahwa asam yang dinyatakan ( S) mempunyai nilai yang relatif
kecil (kurang dari 1 x , maka konsentrasi ion praktis hanya ditentukan oleh
ionisasi tahap pertama. Oleh karena itu, tinggal memasukkan data yang ada
(konsentrasi dan ) ke dalam rumus yang digunakan untuk asam lemah.
Hitunglah pH dari HCOOH 0,1 M (α = 0,01)
Jawab
[H+ ] = M x α
= 0,1 x 0,01
= 0,001 = 10-3 M
pH = - log 10-3
=3
3. Basa Kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α
= 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung
nilai pOH dari konsentrasi basanya.
Rumus :
[OH-] = x. [M(OH)] pOH = - log [OH-]
pH = 14 - pOH
pH larutan basa kuat dapat ditentukan dengan alur sebagai berikut.
Tentukan [OH-] berdasarkan perbandingan koefisien
Tentukan pOH dengan rumus pOH = - log [OH-]
Tentukan pH berdasarkan pH = 14 – pOH
Contoh :
Hitung pH dari :
a. 100 mL larutan KOH 0,1 M ! b. Larutan Ca(OH)2 0,001 !
Jawab :
a. KOH → K+ + OH-
28
[OH-] = x. [M(OH)]
= 1 . 0,1 M = 10-1 M
pOH = - log 10-1
=1
pH = 14 – pOH
= 14 – 1
= 13
4. Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat),
akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :
Contoh
Hitung pH dari larutan 500 mL amonia 0,1M (Kb= 4 x 10-5
Jawab
NH4OH → NH4+ + OH-
[OH- ]= √ 𝐾𝑏 x [M(OH)]
= √4 x 10−5 .0,1
= √4 x 10−6
= 2 x 10-3 M
pOH = - log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (3 - l0g 2)
= 11 + log 2
29
2.10 Larutan Penyangga
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya
basa kuat yang digunakan seperti natriumNa), kalium, barium, kalsium, dan lain-
lain.
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya
berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu
basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
30
B. Larutan Penyangga Basa
Sekarang marilah kita tinjau larutan yang mengandung basa lemah dengan asam
konjugasinya. Misalnya, NH3 dan NH4 + yang berasal dari garam
Contoh
Sebanyak 50 mL larutan NH3 0,1 M (Kb = 10–5) dicampur dengan 100 mL
larutan NH4Cl 0,5 M. Hitunglah pH larutan tersebut!
Jawab:
50 mL NH3 0,1 M + 100 mL NH4Cl 0,5 M
mol NH3 = 50 mL × 0,1 mmol/mL = 5 mmol
mol NH4Cl = 100 mL × 0,5 mmol/mL = 50 mmol
log 𝑏
pOH = pKb –
𝑔
log 5
pOH = 5 –
50
pOH = 5 – log 0,1
pOH = 5 +1
=6
pH = 14 – pOH
= 14 – 6
=8
31
Contoh
Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL
larutan CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,1 M.
(KaCH3COOH = 1,8 × 10–5)
Jawab:
50 mL CH3COOH 0,1 M + 50 mL NaCH3COO 0,1 M
mol CH3COOH = 50 mL × 0,1 mmol/mL= 5 mmol
mol NaCH3COO = 50 mL × 0,1 mmol/mL= 5 mmol
log 𝑎
pH = pKa –
𝑔
log 5
pH = – log 1,8 × 10–5 –
5
pH = – log 1,8 × 10–5
pH = 5 – log 1,8
= 4,75
32
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh
larutan adalah campuran dari gula dan air.
2. Kelarutan ( solubility ) adalah menyatakan jumlah maksimum suatu zat yang
dapat larut dalam suatu pelarut. Berdasarkan kelarutannya larutan dibedakan
atas lautan tak jenuh,jenuh dan tepat jenuh.
3. Hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam air hingga
tercapai kondisi tepat jenuh. Hasil kali kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
sebagai suatu konstanta yang disimbolkan Ksp. Pembentukan endapan dapat
diperkirakan dengan membandingkan antara hasil kali konsentrasi zat-zat yang
bereaksi (Qc) dan Ks.
4. Konsentrasi adalah istilah umum untuk menyatakan banyaknya bagian zat
terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk ukuran secara kualitatif,
konsentrasi larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat (concentrated) dan
encer (dilute). Sedangkan secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan,
misalnya persen masa/masa, persen volume/voleme ,persen
masa/volume,fraksi mol molaritas, molalitas dan normalitas.
5. Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga
jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat
terlarut sesudah pengenceran.
6. Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul solut dan
molekul solvennya sama dengan gaya tarik antara molekul molekul dari solut
dan solvennya masing masing.Larutan ideal sendiri sebenarnya hanya bersifat
hipotesis.
7. Beradasarkan daya hantar listriknya larutan dibagi atas larutan elektrolit dan
larutan nonelektrolit.Hal ini didasarkan pada ada atau tidaknya ion-ion yang
terurai.
8. Larutan pun dapat dibedakan menjadi larutan asam dan larutan basa.
1. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+,
sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH-. Jadi
pembawa sifat asam adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah
ion OH-.
33
2. Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton,
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi
pemindahan proton.
3. Asam menurut Lewis adalah zat yang dapat menerima pasangan electron
(akseptor pasangan electron).Basa menurut Lewis adalah zat yang dapat
memberikan pasangan electron (donor pasangan electron).
34
DAFTAR PUSTAKA
35