Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KIMIA FISIKA

LARUTAN

Aprie Gantina 13040004

Desen Chaniansyah 13040007

Dian Aida Ardi 13040008

Semester III A

Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah

Tangerang

2014
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobil’alamin atas rahmat ALLAH SWT. Kami kelompok 3


dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah.Makalah ini kami buat dalam
rangka menyelesaikan tugas pembuatan makalah .Makalah ini kami buat selain
untuk menyelesaikan tugas pembelajaran, juga kami harapkan dapat menjadi
pelajaran bagi yang membaca.
Makalah ini berisikan tentang larutan yang mencangkup tentang pengertian
larutan,komponenya dan jenis jenisnya beserta dengan perhitungannya.
Melalui pembelajaran pembuatan makalah ini ,kami dapat belajar lebih
banyak mengenai larutan karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
kimia fisika kami, ibu Okpri Meila,M.Farm.,Apt
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan,untuk itu,kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
dosen kimia fisika kami,Ibu Okpri Meyila,M.Farm.,Apt .Akhir kata kami ucapkan
terimakasih dan selamat membaca karya kami ini.

Tangerang,8 oktober 2014

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB 1 : Pendahuluan
1.1 Rumusan Masalah ......................................................................... iii
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................... iii
1.3 Sistematika Penulisan ..................................................................... iii
BAB 2 : Pembahasan
2.1 Pengetian Dan Komponen Larutan .............................................. 1
2.2 Perhitungan Komponen Larutan ................................................... 1
2.3 Kelarutan
2.3.1 Pengertian Kelarutan .............................................................. 2
2.3.2 Hasil Kali Kelarutan .............................................................. 2
2.4 Konsentrasi Larutan ....................................................................... 5
2.5 Pengenceran
2.5.1 Pengertian Pengenceran ..................................................... 12
2.5.2 Rumus Pengenceran ............................................................ 12
2.6 Larutan Ideal ............................................................................... 13
2.7 Hukum Raoult ............................................................................... 13
2.8 Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listriknya
2.8.1 Larutan Elektrolit ............................................................... 14
2.8.2 Larutan Nonelektrolit .......................................................... 15
2.8.3 Sifat Larutan Nonelektrolit ................................................. 15
2.9 Larutan Asam Basa
2.9.1 Pengertian Asam Basa ........................................................ 21
2.9.2 konsep Asam Basa Arrhenius ............................................. 22
2.9.3 Konsep Asam Basa Bronsted-Lowry .................................. 23
2.9.4 Konsep Asam Basa Lewis ................................................... 24
2.9.5 Konsep pH Dan pOH .......................................................... 24
2.9.6 Perhitungan pH ................................................................... 26
2.10 Larutan Penyangga
2.10.1 Pengertian Larutan Penyangga ......................................... 30
2.10.2 Komponen Larutan Penyangga ......................................... 30
2.10.3 Perhitungan pH Larutan Penyangga ...................................30
BAB 3 : Penutup
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 33
Daftar Pustaka ............................................................................................ 35

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah


1. Apakah larutan itu?
2. Apakah komponen dari larutan itu?
3. Bagaimana cara kita menghitung larutan itu?
4. Apakah jenis jenis dari larutan itu?
5. Apakah semua larutan itu adalah suatu yang tercampur?

1.2 Tujuan Penulisan


1. Memenuhi tugas mata kuliah kimia fisika
2. Menambah pengetahuan mengenai larutan

1.3Sistematika Penulisan
Makalah kami ini diawali dengan BAB 1 yang berisi rumusan masalah,tujuan
penulisan dan sistematika penulisan ,kemudian di BAB 2 yang merupakan isi
terdiri dari penjelasan mengenai pengertian dan komponen larutan,
perhitungan komponen larutan, kelarutan, konsentrasi laruan, pengenceran,
larutan ideal, hukum raoult, larutan berdasarkan daya hantar listriknya, dan
larutan asam basa ,dan yang terakhir adalah BAB 3 yang terdiri dari kritik dan
saran.

iii
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Komponen Larutan

Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula
dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain
itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain.
Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.

2.2 Perhitungan Komponen Larutan

Contoh soal komponen larutan

Contoh 1
Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam larutan alkohol 25% dan 75% !

Jawab:
a. Dalam larutan alkohol 25% misalnya terdapat 100 ml larutan alkohol.
Zat terlarut = 25 % x 100 ml = 25 ml (alkohol)
Zat pelarut = 75% x 100 ml = 75 ml ( air)
b. Dalam larutan alkohol 75% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.

1
Zat terlarut = 25% x 100 ml = 25 ml (air)
Zat pelarut = 75% x 100 ml = 75 ml (alkohol)
Jadi, untuk larutan cair maka pelarutnya adalah volume terbesar.

Contoh 2
Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam 9% NaCl !
Zat terlarut =9%x 100 gram = 9 gram (NaCl)
Zat Pelarut =100 ml (air)
Jadi, berbeda dari yang zat terlarutnya cairan maka dengan zat yang terlarutnya
padat, jumlah pelarutnya adalah tetap 100%

2.3 Kelarutan

2.3.1 Pengertian Kelarutan

Kelarutan ( solubility ) adalah menyatakan jumlah maksimum suatu zat yang


dapat larut dalam suatu pelarut. Contoh bentuk kelarutan antara lain, apabila akan
membuat teh manis pertama – tama menuangkan gula kedalam gelas dan
menuangkan air panas kedalam gelas yang telah berisi gula tersebut ketika diaduk
sebelum mencelupkan teh celupnya maka akan terlihat adanya gula yang terlarut (
seperti adanya awan di dalam air ), apa yang akan terjadi apabila ditambahkan lagi
gula ke dalam air tersebut secara terus menerus apakah gula tersebut akan larut ?
sebelum menjawab pertanyaan tadi mari kita pelajari kelarutan dibawah ini.
Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
sebagai berikut :
1. Jenis Pelarut
Senyawa polar larut dalam pelarut yang polar dan begitu sebaliknya senyawa
nonpolar akan larut dalam pelarut yang nonpolar.
2. Suhu
Kelarutan zat padat dalam air semakin tingi apabila suhunya dinaikkan.
Suatu kelarutan (khususnya untuk suatu zat yang sukar larut) dinyatakan dalam
mol/L. Jadi kelarutan sama dengan kemolaran dari larutan jenuhnya.

2.3.2 Hasil Kali Kelarutan

Hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam air hingga
tercapai kondisi tepat jenuh. Hasil kali kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
sebagai suatu konstanta yang disimbolkan Ksp. Dari nilai kelarutan suatu zat
dalam air, kita mengetahui bahwa ada zat yang mudah larut, ada pula yang sukar
larut.
Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang mudah larut, sedangkan AgCl
merupakan garam yang sukar larut. Meskipun kelarutan AgCl sangat kecil, namun
sebagian kecil AgCl dapat larut dalam air. Oleh karena kelarutannya dalam air
sangat kecil, larutan AgCl cepat menjadi jenuh hanya dengan sedikit penambahan

2
padatan AgCl. Larutan AgCl yang larut akan terionisasi menjadi Ag+ dan Cl-.
Ketika larutan mulai jenuh, endapan mulai terbentuk.
Endapan yang terbentuk dan ion-ion dalam larutan akan membentuk
kesetimbangan heterogen. Persamaan reaksi kesetimbangan heterogen untuk
garam yang sukar larut dapat dituliskan sebagai berikut:

AxBy(s) ⇄ xA y+(aq) + yBx-(aq)


[Ay+]x[Bx-]y
Kc=
[AxBy]

Dalam larutan jenuh, konsentrasi garam sukar larut (AxBy) dalam bentuk
padat dianggap selalu sama sehingga [AgCl] dapat digabungkan dengan c untuk
membentuk kesetimbangan baru yang disebut konstanta hasil kali kelarutan (Ksp).

Kc[AxBy] = [Ay+]x[Bx-]y
Ksp = [Ay+]x[Bx-]y

Nilai Ksp dapat ditentukan melalui percobaan di laboratorium dengan cara


mengukur kelarutan zat hingga larutan tepat jenuh. Dalam keadaan jenuh, pelarut
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut yang tidak larut
akan membentuk endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan memasukkan
zat ke dalam pelarut hingga lewat jenuh. Kemudian, endapan disaring dan
ditimbang untuk menghitung masa zat ang larut.

1. Hubungan Antara Ksp Dan s

Nilai Ksp dapat juga dihitung berdasarkan hubungan antara Ksp dan kelarutan
(s). Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
AxBy(s) ⇄ xAy+(aq) + yBx- (aq)
S xs ys

Ksp = [Ay+]x[Bx-]y = (xs)x (ys)y

Atau Ksp = xxyys(x+y)

Contoh
Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah 2 × 10–6 mol/L, tentukan harga tetapan
hasil kali kelarutannya!

Jawab:
AgIO3 ⇄ Ag+ + IO3-
s s s
Ksp = [Ag+][IO3-]
= (s)(s)
= (2 x 10-6)(2 x 10-6)
= 4 x 10-12

3
2. Cara Memprediksi Terjadinya Pengendapan Dua Larutan yang
Direaksikan

Pembentukan endapan dapat diperkirakan dengan membandingkan antara


hasil kali konsentrasi zat-zat yang bereaksi (Qc) dan Ksp. Perhatikan tabel
berikut !

Perbandingan Perkiraan
Qc < Ksp Tidak terbentuk endapan (tak jenuh)
Qc = Ksp Endapan belum terbentuk (jenuh)
Qc > Ksp Terbentuk endapan (lewat jenuh)

Reaksi antara dua senyawa ionik dalam benuk larutan dapat menghasilkan
endapan, misalnya reaksi antara Pb(NO3)2 dan KI. Ketika Pb(NO3)2 dan KI
masing-masing dilarutkan dlam air, setiap zat akan terionisasi menjadi ion-
ionnya.

Pb(NO3)2 (s) → Pb2+ (aq) + 2NO3- (aq)


KI (s) → K+ (aq) + I- (aq)

Setelah kedua larutan direaksikan, ion-ion dari kedua larutan tersebut akan
menghasilkan dua zat baru, yaitu PbI2 dan KNO3.Zat hasil reaksi manakah
yang mengendap?
PbI2 bersifat sukar larut (mudah mwmbentuk endapan), sedangkan KNO3
mudah larut (sukar membentuk endapan). Jadi, reaksi antara PbI2 dan KNO3
mengahsilkan endapan kuning PbI2, sedangkan KNO3 tetap berada dalam
bentuk larutan.

Pb(NO3)2 (aq) + 2 KI (aq) → PbI2 (s) + 2 KNO3 (aq)

Pembentukan endapan dipengaruhi oleh hasil kali konsentrasi ion-ion (Qc)


zat sukar larut yang terbentuk, isalnya pada reaksi berikut.

Pb(NO3)2 (aq) + 2 KI (aq) → PbI2 (s) + 2 KNO3 (aq)

Zat sukar larut yang terbentuk adalah PbI2, berarti PbI2 mengandung ion
Pb2+ dan I-.

PbI2 (s) → Pb2+ (aq) + 2 I- (aq)


Qc = [Pb2+][ I-]2

Contoh
Jika 100 mL NaCl 0,02 M dicampur dengan 100 mL Pb(NO3)2 0,2 M, apakah
pencampuran tersebut akan menghasilkan endapan? Ksp PbCl2 = 1,7 x 10-5
mol3/L3

4
Jawab
NaCl (s) ⇄ Na+ (aq) + Cl (aq)
2 mmol 2 mmol 2 mmol
Pb(NO3)2 (s) ⇄ Pb2+ (aq) + 2NO3- (aq)
20 mmol 20 mmol 40 mmol
Reaksi tersebut kemungkinan akan menghasilkan NaNO3 (mudah larut) dan
PbCl2 (sukar larut). Untuk mengetahui apakah pencampuran menghasilkan
endapan PbCl2, lakukan perhitungan berikut!
a. Hitung hasil kali konsentrasi ion (Qc) Pb2+ dan Cl-
[Pb2+] = 20 mmol/200 mL = 0,1 M
[Cl-] = 2 mmol/200 mL = 0,01 M
Qc = [Pb2+][Cl-]2 = 0,1 x (0,01)2 = 10-5
b. Bandingkan Qc dan Ksp
10-5 < 1,7 x 10-5 atau Qc < Ksp sehingga pencampuran belum
menghasilkan endapan.

2.4 konsentrasi Larutan


Konsentrasi adalah istilah umum untuk menyatakan banyaknya bagian zat
terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk ukuran secara kualitatif,
konsentrasi larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat (concentrated) dan
encer (dilute). Kedua isitilah ini menyatakan bagian relatif zat terlarut dan pelarut
dalam larutan. Larutan pekat berarti jumlah zat terlarut relatif besar, sedangkan
larutan encer berarti jumlah zat terlarut relatif lebih sedikit. Biasanya, istilah pekat
dan encer digunakan untuk membandingkan konsentrasi dua atau lebih larutan.
Dalam ukuran kuantitatif, konsentrasi larutan dinyatakan dalam g/mL
(sama seperti satuan untuk densitas). Namun, dalam perhitungan stoikiometri
satuan gram diganti dengan satuan mol sehingga diperoleh satuan mol/L.
Konsentrasi dalam mol/L atau mmol/mL dikenal dengan istilah molaritas atau
konsentrasi molar.
Dibawah ini adalah berbagai cara untuk menyatakan konsentrasi larutan.

1. Persen Massa, Persen Volum, Dan Persen Massa/Volum

Persen massa dan volum adalah cara paling sederhana untuk menyatakan
konsentrasi suatu larutan dengan membandingkan massa atau volum masing-
masing bagian. Cara lain untuk menyatakan konsentrasi adalah persen
massa/volum. Contohnya, jika kita melarutkan 0,9 gram NaCl dalam 100 ml air,
maka kita menuliskannya larutan 0,9% NaCl. Persen massa/volum banyak
digunakan dalam bidang medis dan farmasi.

5
2. Bagian Per Juta, Bagian Per Miliar, Dan Bagian Per Triliun

Cara lain untuk menuliskan konsentrasi suatu larutan yang konsentrasinya


sangat kecil adalah dengan bagian perjuta, miliar, atau triliun. Prinsip yang
digunakan pada dasarnya adalah persen massa dengan konsentrasi yang sangat
kecil. Cara pernyataan konsentrasi seperti ini banyak digunakan dalam ilmu
lingkungan

3. Fraksi Mol Dan Persen Mol

Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan


antara jumlah mol salah satu komponen larutan (jumlah mol zat pelarut atau
jumlah mol zat terlarut) dengan jumlah mol total larutan. Fraksi mol disimbolkan
dengan χ . Misal dalam larutan hanya mengandung 2 komponen, yaitu zat B
sebagai zat terlarut dan A sebagai pelarut, maka fraksi mol A disimbolkan χ A dan
χ B untuk fraksi mol zat terlarut. Total fraksi mol zat terlarut dan pelarut haruslah
sama dengan 1

Keterangan:

χ A = fraksi mol pelarut

χ B = fraksi mol zat terlarut

nA = jumlah mol pelarut

nA = jumlah mol pelarut

Jumlah fraksi mol pelarut dengan zat terlarut sama dengan 1.

χA+χB=1

Contoh 1

6
Sebanyak 27,6 gram etanol C2H5OH dilarutkan dalam 54 gram air (Ar C = 12, H

= 1, O = 16). Hitunglah fraksi mol etanol dan fraksi mol air!

Diketahui:

massa C2H5OH = 27,6 gr

massa H2O = 54 gr

Ar C = 12

Ar H = 1

Ar O = 16

Ditanyakan: χ etanol dan χ Air = ?

Jawab:

Tentukan terlebih dahulu Mr dari etanol dan Mr dari air, yaitu

Mr.C2H5OH = 46 gr/mol

Mr.H2O = 18 gr/mol

Selanjutnya tentukan jumlah mol dari etanol dan air yaitu:


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
n.C2H5OH =
𝑀𝑟

27,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
n.C2H5OH =
46 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

n.C2H5OH = 0,6 mol

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
n.H2O =
𝑀𝑟

54 𝑔𝑟𝑎𝑚
n.H2O =
18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

n.H2O = 3 mol

7
n.C2H5OH
χ etanol = n.C2H5OH + n.H2O

0,6 𝑚𝑜𝑙
χ etanol =
(0,6 𝑚𝑜𝑙+3 𝑚𝑜𝑙)

χ etanol = 0,167

n.H2O
χ Air =
(n.C2H5OH + n.H2O)

3 mol
χ Air =
(0,6 mol + 3 mol)

χ Air = 0,833

Perhatikan bahwa jumlah fraksi mol = 1

χ etanol + χ Air = 0,167 + 0,833 = 1

Contoh 2

Fraksi mol urea, CO(NH2)2 di dalam air adalah 0,4. Tentukan berapa massa urea

dan air yang terdapat dalam campuran tersebut?

Diketahui:

χ urea = 0,4

Mr.urea = 60 gr/mol

Mr.air = 18 gr/mol

Ditanyakan: massa urea dan massa air = ?

Jawab:

χ urea = 0,4 = 4/10

Ini berati bahwa

n.urea = 4 mol

8
n.air = 10- 4 = 6 mol

massa urea = n.Mr

massa urea = 4 mol.60 gr/mol

massa urea = 240 gr

massa air = n.Mr

massa air = 6 mol. 18 gr/mol

massa air = 108 gr

Persen mol merupakan nilai mol yang dikalikan 100%

4. Molaritas

Molaritas larutan didefinisikan sebagai jumlah mol suatu solut (terlarut) dalam
larutan dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter.

Contoh 1
Hitunglah molaritas larutan HCl (0,5 mol) dalam 200 ml liter air!

Diketahui :
Mol HCl = 0,5 mol
Volume = 200 ml
Ditanya: Molaritas ?
Jawab :
200 ml liter= 0,2 liter
Mol zat terlarut
M=
volume larutan

9
0,5
M=
0,2
M= 0,25 Mol/liter.

Contoh 2
Hitunglah molaritas larutan yang dibuat dengan melarutkan 7,4 gram Ca(OH)2
dalam 500 ml air. (Mr Ca(OH)2=74)

Diketahui :
Masa Ca(OH)2 = 7,4 gram
Volume air = 500 ml
Ditanya : Molaritas ?
Jawab :
gram terlarut 1000
M= x
Mr volume pelarut
7,4 1000
M= X
74 500
M= 0,1 X 2
M= 0,2 Mol

5. Molalitas

Molalitas larutan didefinisikan sebagai jumlah mol solut per kilogram solven
(pelarut).

Contoh 1
Suatu zat dengan masa 60 gram Mr= 120 akan dilarutkan kedalam 100 gram air.
Hitung molalitas!

Diketahui :
Masa zat = 60 gram
Mr zat =120
Masa air = 100 gram
Ditanya : molalitas ?

10
Jawab
gram terlarut 1000
m= X
Mr 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
60 1000
m= X
120 100
1
m= x 10
2
m=5 molal

Contoh 2
Zat dengan masa 40 gram (1 molal) mempunyai Mr= 40. Hitunglah pelarut yang
digunakan!

Diketahui :
Masa zat = 40 gram
m = 1 molal
Mr zat = 40
Ditanya : masa pelarut ?
Jawab :
gram terlarut 1000
M= X
Mr 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
gram terlarut 1000
p= X
Mr 𝑚
40 1000
p= X
40 1
p= 1000 gram.

6. Normalitas

Normalitas adalah satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation


atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya
zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan dengan satuan N.

Contoh
98 gr H2SO4 dilarutkan dalam 500 ml larutan. Hitunglah normalitasnya!

Diketahui :
Masa zat = 98 gram
Volume larutan = 500 ml
Ditanya : normalitas ?
Jawab :
BE = Mr/ H+
H2SO4 → 2 H+ + SO42-
Jadi H+ = 2
Mr/H+ = 98/2 = 49

11
gram zat terlarut 1000
N= X
BE 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
98 1000
N= X
49 500
N=4N

2.5 Pengenceran

2.5.1 Pengertian Pengenceran

Larutan didefinisikan sebagai campuran yang homogen antara 2 macam zat


atau pun lebih. Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Umumnya zat terlarut
jumlahnya lebih sedikit dibanding pelarut. Sedangkan pelarut bisa berupa air
ataupun cairan organik seperti metanol, etanol, aseton dan lain-lain.
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah
mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut
sesudah pengenceran. Dengan kata lain jumlah mmol zat terlarut sebelum
pengenceran sama dengan jumlah mmol zat terlarut sesudah penegenceran atau
jumlah gr zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah gr zat terlarut
sesudah pengenceran.

2.5.2 Rumus Pengenceran

Rumus sederhana pengenceran sebagai berikut :

M1 V1 = M2 V2

M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan


V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan

Contoh
Jika kita akan membuat 500 ml HCl 2 M menggunakan HCl 4 M maka
penggunaan rumus pengencerannya adalah
4 M x V1 = 2 M x 500 ml

maka V1 = 250 ml,


artinya ambil HCl 4 M sebanyak 250 ml addkan dengan air hingga 500 ml.
Sedang pada praktek pengencerannya : masukkan air dulu sebanyak kurang dari
250 ml baru ditambahkan 250 ml HCl 4 M lalu tinggal diaddkan dengan air
hingga batas labu takar 500 ml. Praktek perlakuan seperti ini dimaksudkan agar
tidak menimbulkan letupan untuk pengenceran asam pekat.

12
2.6 LARUTAN IDEAL

Suatu larutan dianggap ideal karena didasarkan pada kekuatan relatif dari gaya
tarik antara molekul solut dan solvennya.Larutan ideal adalah larutan yang gaya
tarik menarik antara molekul solut dan molekul solvennya sama dengan gaya tarik
antara molekul molekul dari solut dan solvennya masing masing. Bila larutan zat
A dalam B bersifat ideal, maka gaya tarik antar molekuln A dan B sama dengan
gaya tarik antara molekul A dan A atau B dan B.
Suatu larutan dikatakan ideal, jika mempunyai ciri ciri sebagai berikut :
1. Homogen pada seluruh kisaran komponen dalam sistem, mulai dari fraksi
mol satu sampai satu
2. Pada pembentukan larutan dari komponen komponennya, tidak ada
perubahan entalpi, artinya panas larutan sebelum dan sesudah
pencampuran adalah sama
3. Perubahan volume pencampuran sama dengan nolartinya jumlah volume
larutan adalah sama.
4. Memenuhi hukum roult dalam bentuk yang umum,yaitu :
P = X1 P o
Keterangan : P = Tekanan uap jenuh larutan
X1 = Fraksi mol pelarut dalam larutan
po = Tekanan uap parsial pelarut murni
Dalam suatu larutan ideal, sifat komonen yang satu akan mempengaruhi sifat
komponen yang lainnya, sehingga sifat-sifat fisik larutan yang dihasilkan seperti,
titik uap,titik didih,titik beku adalah rata-rata dari sifat kedua komponen
murninya. Larutan ideal sendiri sebenarnya hanya bersifat hipotesis.
Kenyataannya tidak ada larutan yang bersifat demikian. Adanya hanya dapat
didekati oleh larutan yang sangat encer atau dari dua zat dengan struktur kimia
yang hampir sama, seperti campuran pasangan cairan : metanol-etanol, benzena-
toulena, n-heksana dan n-heptana.

2.7 Hukum Raoult

Hukum Raoult adalah hukum yang dicetuskan oleh Francois M. van Raoult
(1830-1901) untuk mempelajari sifat-sifat tekanan uap larutan yang mengandung
zat pelarut yang bersifat nonvolatil, serta membahas mengenai aktivitas air.
Hukum Raoult tentang Campuran Ideal
Bunyi dari hukum Raoult adalah: “tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh
tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan
tersebut”.
Secara matematis ditulis sebagai:

13
Plarutan= Xterlarut . Ppelarut

Hukum Raoult sangat penting untuk mempelajari sifat karakteristik fisik dari
larutan seperti menghitung jumlah molekul dan memprediksi massa molar suatu
zat (Mr).
Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult, interaksi antara molekul
individual kedua komponen sama dengan interaksi antara molekul dalam tiap
komponen. Larutan semacam ini disebut larutan ideal Tekanan total campuran gas
adalah jumlah tekanan parsial masing-masing komponen sesuai dengan hukum
Raoult.

2.8 Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listriknya

2.8.1 Larutan elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya
gelmbung gas dalam larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut
pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit. Larutan elektrolit terbagi
atas larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah.

1. Larutan elektrolit kuat

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion – ion
karena terurai sempurna, maka harga derajat ionisasi (ά ) = 1. Banyak sedikit
elektrolit menjadi ion dinyatakan dengan derajat ionisasi ( ά ) yaitu perbandingan
jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat yang di hantarkan. Yang
tergolong elektrolit kuat adalah :
1. Asam – asam kuat
2. Basa – basa kuat
3. Garam – garam yang mudah larut
Ciri – ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan
menyala terang dan timbul gelembung – gelembung di sekitar elektrode. Larutan
elektrolit kuat terbentuk dari terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air.
Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai sempurna membentuk ion positif (
kation ) dan ion negatif (anion). Arus listrik merupakan arus electron. Pada saat di
lewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, electron tersebut dapat di hantarkan
melalui ion – ion dalam larutan, seperti ddihantarkan oleh kabel. Akibatnya lampu
pada alat uji elektrolit akan menyala. Elektrolit kuat terurai sempurna dalam
larutan. Contoh : HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.

2. Larutan elektrolit lemah

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah
dengan harga derajat ionisasi sebesar 0 < ά > 1. Larutan elektrolit lemah

14
mengandung zat yang hanya sebagian kecil menjadi ion – ion ketika larut dalam
air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :
1. Asam – asam lemah
2. Garam – garam yang sukar larut
3. Basa – basa lemah
Adapun larutan elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi
menimbulkan gas termasuk ke dalam larutan elektrolit lemah. Contohnya adalah
larutan ammonia, larutan cuka dan larutan H2S.

2.8.2 Larutan non elektrolit

Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus


listrik dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau
lampu tidak menyala pada alat uji. Larutan non elektrolit adalah larutan yang
tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat terlarutnya di dalam pelarut
tidak dapat menghasilkan ion – ion ( tidak mengion ). Yang tergolong jenis
larutan ini adalah larutan urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, alcohol dan lain –
lain.

2.8.3 Sifat larutan nonelektrolit

Jika suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut,maka sifat larutan itu
berbeda dari sifat pelarutnya murninya. Sebagai contoh, air murni pada suhu
-18 OC pasti membeku ,sedangkan air yang dicampur dengan etiln glikon (zat anti
beku radiator kendaraan) ,akan tetap cair pada suu serendah itu.
Untuk mengetahui sejauh mana sifat larutan berubah dibandingkan pelarut
murninya dinyatakan oleh hukum sifat koligatif. Hukum ini secara eksak hanya
berlaku untuk larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati sifat ideal bila sangat
encer. Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu :
1. Penurunan tekanan uap
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik
Sifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada banyak partikel
zat terlarut dan bukan pada jenisnya. Larutan-larutan yang mengandunf jumlah
partikel terlarut sama akan memperlihatkan sifat koligatif yang sama, meskipun
jenis zat terlarutnya berbeda-beda. Pengaruh jenis zat terlarut kecil sekali
perananya, selama zat itu tergolong nonelektrolit tak atsiri (tdk mudah menguap),
suatu zat yang mengandung ion dan tidak mempunyai tekanan uap yang tak
berarti. Contoh zat-zat seperti ini adalah urea, gula, etilen glikol, dan gliserin.
Pengukuran dari sifat-sifat koligatif dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan, berat molekul zat terlarut atau sifat-sifat koligatif lainnya.

15
1. Penurunan Tekanan Uap

Pada peristiwa penguapan terjadi perubahan dari zat cair menjadi gas. Jika zat
cair dimasukkan ke dalam suatu ruangan tertutup maka zat tersebut akan menguap
hingga ruangan tersebut jenuh. Pada keadaan ini proses penguapan tetap
berlangsung dan pada saat yang sama juga terjadi proses pengembunan. Laju
penguapan sama dengan laju pengembunan. Keadaan ini dikatakan terjadi
kesetimbangan dinamis antara zat cair dan uap jenuhnya. Artinya bahwa tidak
akan terjadi perubahan lebih lanjut tetapi reaksi atau proses yang terjadi masih
terus berlangsung. Tekanan yang disebabkan oleh uap jenuh dinamakan tekanan
uap jenuh.

Besarnya tekanan uap jenuh dipengaruhi oleh jumlah zat dan suhu. Makin besar
tekanan uap suatu cairan, makin mudah molekul-molekul cairan itu berubah
menjadi uap. Tekanan uap suatu larutan dapat diukur dengan alat manometer
merkurium. Perhatikan Gambar di bawah.

Gambar Manometer merkurium

Pada alat tersebut setelah larutan dimasukkan dalam labu, semua udara dalam
pipa penghubung dikeluarkan melalui pompa vakum. Jika keran ditutup, maka
uap yang ada dalam pipa penghubung hanyalah uap dari pelarut larutan tadi
sehingga uap itu disebut tekanan uap larutan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan
semakin banyak uap yang berada di atas permukaan cairan dan tekanan uap yang
terbaca semakin tinggi.
Untuk mengetahui penurunan tekanan uap maka pada tahun 1880-an kimiawan
Perancis F.M. Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai
efek penurunan tekanan uap dari pelarut. Apabila pada pelarut murni kita
tambahkan sejumlah zat terlarut yang tidak mudah menguap, apa yang akan
terjadi?

16
Gambar Partikel-partikel Pelarut Murni
dan Larutan

Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa jumlah partikel pelarut pada pelarut
murni (Gambar A) di permukaan lebih banyak dibandingkan pada larutan
(Gambar B). Partikel-partikel pada larutan lebih tidak teratur dibandingkan
partikel-partikel pada pelarut murni. Hal ini menyebabkan tekanan uap larutan
lebih kecil daripada pelarut murni. Inilah yang dinamakan penurunan tekanan uap
jenuh. Selisih antara tekanan uap murni dengan tekanan uap larutan jenuh dapat
dituliskan secara matematis seperti berikut.
ΔP = P0 – P
Keterangan:
ΔP = penurunan tekanan uap
P0 = tekanan uap pelarut murni
P = tekanan uap jenuh larutan
Bagaimana hubungan penurunan tekanan uap dengan jumlah partikel?
Menurut Raoult, besarnya tekanan uap pelarut di atas suatu larutan (P) sama
dengan hasil kali tekanan uap pelarut murni (P0) dengan fraksi mol zat pelarut
dalam larutan (xB).
P = xB . P0
Keterangan :
P = Tekanan uap pelarut
xB = Fraksi mol zat pelarut
P0 = Tekanan uap pelarut murni
Persamaan di atas dikenal dengan hukum Raoult. Hukum Raoult hanya berlaku
pada larutan ideal dan larutan tersebut merupakan larutan encer tetapi pada larutan
encer yang tidak mempunyai interaksi kimia di antara komponen-komponennya,
hukum Raoult berlaku pada pelarut saja. Adapun banyaknya penurunan tekanan
uap ( ΔP ) sama dengan hasil kali fraksi mol terlarut (xA) dan tekanan uap pelarut
murni (P0). Pernyataan ini secara matematis dapat dituliskan seperti berikut.
ΔP = xA . Po
Keterangan:
ΔP = Penurunan tekanan uap
xA = fraksi mol zat terlarut
Po = Tekanan uap pelarut murni

17
Contoh
Fraksi mol urea dalam air adalah 0,5. Tekanan uap air pada 20°C adalah 17,5
mmHg. Berapakah tekanan uap jenuh larutan tersebut pada suhu tersebut?

Penyelesaian:
Diketahui :
xA = 0,5
P0 = 17,5 mmHg
Ditanya : P …?
Jawab :
ΔP = xA ⋅ P0
= 0,5 ⋅ 17,5 mmHg
= 8,75 mmHg
P = P0 – ΔP
= 17,5 mmHg – 8,75 mmHg
= 8,75 mmHg

2. Kenaikan Titik Didih

Tahukah kamu bagaimana terjadinya pendidihan? Pendidihan terjadi karena


panas meningkatkan gerakan atau energi kinetik, dari molekul yang menyebabkan
cairan berada pada titik di mana cairan itu menguap, tidak peduli berada di
permukaan teratas atau di bagian terdalam cairan tersebut. Apabila suatu larutan
mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, maka molekul-molekul
yang berada dalam larutan tersebut mudah untuk melepaskan diri dari permukaan
larutan. Atau dapat dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan mempunyai
tekanan uap yang rendah, maka molekul molekul dalam larutan tersebut tidak
dapat dengan mudah melepaskan diri dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan uap
yang lebih tinggi pada suhu tertentu akan memiliki titik didih yang lebih rendah.
Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan
udara luar. Titik didih cairan pada tekanan udara 760 mmHg disebut titik didih
standar atau titik didih normal. Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah
suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan udara luar
(tekanan pada permukaan cairan). Tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan
uap pelarutnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau
fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan berkurang.
Titik didih suatu larutan dapat lebih tinggi ataupun lebih rendah dari titik didih
pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut tersebut menguap. Selisih titik
didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih ( ΔTb ).
ΔTb = titik didih larutan – titik didih pelarut
Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali dari molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb). Oleh
karena itu, kenaikan titik didih dapat dirumuskan seperti berikut.

18
ΔT = Kb x m

Keterangan:
ΔT = kenaikan titik didih molal
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = molalitas larutan

Contoh
Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih
larutan tersebut! (Kb air = 0,52 °Cm-1, Ar Na = 23, Ar O = 16, Ar H = 1)

Penyelesaian:
Diketahui :
m = 1,6 gram
p = 500 gram
Kb = 0,52 °Cm-1
Ditanya : Tb …?
Jawab :
ΔTb = m⋅ Kb
gram telarut 1000
= X X Kb
Mr NaOH 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1,6 1000
= X X 0,52
40 500
= 0,04 × 2 × 0,52 °C
= 0,0416 °C
Td= Titik didih larutan + ΔTb
Td = 100 °C + ΔTb
= 100 °C + 0,0416 °C
= 100,0416 °C
Jadi, titik didih larutan NaOH adalah 100,0416 °C

3. Penurunan Titik Beku

Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik didih.
Larutan mempunyai titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut
murni.makin tinggi konsentrasi zat terlarut makin rendah titik beku larutan.
Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan penurunan
titik beku larutan ( ΔTf = freezing point).
ΔTf = Titik beku pelarut – titik beku larutan
Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti berikut.

ΔTf = m x Kf

Keterangan:
ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal

19
Contoh
Tentukan titik beku larutan glukosa (C6H12O6) 18 gram dalam 10 gram air. (Kf
air = 1,86 °C/m)

Diketahui :
M glukosa = 18 gram
P = 10 gram
Kf air = 1,86 °C/m
Ditanya : ΔTf ...?
Jawab:
ΔTf = m x Kf
gram telarut 1000
= X X Kf
Mr glukosa 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
18 1000
= X X 1,86
180 10
= 0,1 gram x 100 gram x 1,86 °C/m
= 10 gram x 1,86 °C
= 18,6 °C
Titik beku larutan = 0 °C – 18,6 °C = –18,6 °C

4. Tekanan Osmotik

Pernahkah kamu sakit dan dirawat di rumah sakit? Adakalanya seorang pasien
di rumah sakit harus diberi cairan infus. Sebenarnya apakah cairan infus tersebut?
Larutan yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh darah
haruslah memiliki tekanan yang sama dengan tekanan sel-sel darah. Apabila
tekanan cairan infus lebih tinggi maka cairan infus akan keluar dari sel darah.
Prinsip kerja infus ini pada dasarnya adalah tekanan osmotik. Tekanan di sini
adalah tekanan yang harus diberikan pada suatu larutan untuk mencegah
masuknya molekul-molekul solut melalui membran yang semipermiabel dari
pelarut murni ke larutan. Cairan murni atau larutan encer akan bergerak
menembus membran atau rintangan untuk mencapai larutan yang lebih pekat.
Inilah yang dinamakan osmosis. Membran atau rintangan ini disebut membran
semipermiabel.
Osmosis adalah peristiwa mengalirnya molekul-molekul pelarut ke dalam
larutan secara spontan melalui selaput semipermeabel, atau peristiwa mengalirnya
molekul-molekul zat pelarut dari larutan yang lebih encer kelarutan yang lebih
pekat. Proses osmosis terdapat kecenderungan untuk menyetimbangkan
konsentrasi antara dua larutan yang saling berhubungan melalui membran.
Tekanan osmotik termasuk dalam sifat-sifat koligatif karena besarnya hanya
tergantung pada jumlah partikel zat terlarut. J.H. Vant Hoff menemukan
hubungan antara tekanan osmotik larutan-larutan encer dengan persamaan gas
ideal, yang dituliskan seperti berikut:

π V = nRT
π = nRT/V
n/V = M (kemolaran)
sehingga π = MRT

20
Keterangan:
π = tekanan osmotik
V = volume larutan (L)
n = jumlah mol zat terlarut
R = tetapan gas (0,082 L atm mol-1K-1)
T = suhu mutlak (K)

Contoh
Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bila kemolaran cairan tersebut
0,3 molar pada suhu tubuh 37 °C, tentukan tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm
mol-1K-1)

Penyelesaian:
Diketahui :
M = 0,3 mol L–1
T = 37 °C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : π …?
Jawab :
π = MRT
π = 0,3 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K
= 7,626 L

2.9 Larutan Asam Basa

2.9.1 Pengertian Asam Basa

Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa
Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama
diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan
dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk
memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam tanak
dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat
telah dibuat sejak abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat)
yang digunakan oleh para peneliti untuk memisahkan emas dan perak.

21
2.9.2 Konsep Asam Basa Arrhenius

Pada tahun 1884, Svante Arrhenius (1859-1897) seorang ilmuwan Swedia


yang memenangkan hadiah nobel atas karyanya di bidang ionisasi,
memperkenalkan pemikiran tentang senyawa yang terpisah atau terurai menjadi
bagian ion-ion dalam larutan. Dia menjelaskan bagaimana kekuatan asam dalam
larutan aqua (air) tergantung pada konsentrai ion-ion hidrogen di dalamnya.
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+,
sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH-. Jadi pembawa
sifat asam adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH-. Asam
Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai
berikut.

HxZ ⎯⎯→ x H+ + Zx-

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam,
sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+
disebut ion sisa asam. Beberapa contoh asam dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai
berikut.

M(OH)x ⎯⎯→ Mx+ + x OH-

Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi
basa. Beberapa contoh basa diberikan pada tabel di bawah ini

22
Asam sulfat dan magnesium hidroksida dalam air mengion sebagai berikut.
H2SO4 ⎯⎯→ 2 H+ + SO42–
Mg(OH)2 ⎯⎯→ Mg+ + 2 OH–

 Persamaan ionisasi air dapat ditulis sebagai:


H2O(l) ←⎯⎯⎯⎯→ H+(aq) + OH-(aq)

2.9.3 Konsep Asam Basa Bronsted-Lowry

 Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton,
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi
pemindahan proton.

 Perhatikan contoh berikut.


NH4 + (aq) + H2O(l) ⎯→ NH3(aq) + H3O+(aq)
asam basa
H2O(l) + NH3(aq) ⎯⎯→ NH4+(aq) + OH–(aq)
asam basa

 Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (donor
proton) dan sebagai basa (akseptor proton).
 Zat seperti itu bersifat amfiprotik (amfoter).
 Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada konsep
asam-basa Arrhenius karena hal-hal berikut :
1. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi
juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi
tanpa pelarut.
2. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat
berupa kation atau anion. Konsep asam-basa ronsted-Lowry dapat

23
menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam NH4Cl, yang bersifat asam
adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.

2.9.4 Konsep Asam Basa Lewis

Asam menurut Lewis adalah zat yang dapat menerima pasangan electron
(akseptor pasangan electron).Basa menurut Lewis adalah zat yang dapat
memberikan pasangan electron (donor pasangan electron).
Lewis mengamati bahwa molekul BF3 juga dapat berperilaku seperti halnya
asam (H+) sewaktu bereaksi dengan NH3. Molekul BF3 dapat menerima sepasang
elektron dari molekul NH3 untuk membentuk ikatan kovalen antara B dan H.
Teori asam basa Lewis lebih luas dibandingkan Arhenius dan Bronsted Lowry ,
karena :
 Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam
pelarut air, pelarut bukan air, dan tanpa pelarut sama sekali.
 Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang tidak melibatkan
transfer proton (H+), seperti reaksi antara BF3 dan NH3.

Contoh :
Tunjukkan bagaimana reaksi asam basa antara larutan HCl dan NaOH menurut
teori Arhenius dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Lewis

Reaksi antara larutan HCl dan NaOH ;


HCl(aq) + NaOH(aq) ↔ NaCl(aq) + H2O(l)
Untuk menjelaskan reaksi ini menggunakan teori Lewis, nyatakan reaksi sebagai
reaksi ion:
HCl ↔ H+ + Cl- NaOH ↔ Na+ + OH-
NaCl ↔ Na+ + Cl- H2O
Reaksi ion bersihnya adalah :
H+ + OH-↔ H2O(l)
Ikatan kovalen koordinasi antara H dan O yang terbentuk akibat transfer sepasang
elektron dari OH- ke H+

2.9.5 Konsep pH dan pOH


pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
ke basaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan “keasaman” di sini
adalah konsentrasi ion hidrogen dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga
14. Derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada
konsentrasi H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ makin asam
larutan.
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH-
terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada
kesetimbangan. Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan
mendesak kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air).
Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya.
Sorensen (1868 – 1939), seorang ahli kimia dari Denmark mengusulkan konsep

24
pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma
konsentrasi ion H+. Secara sistematis diungkapkan dengan persamaan sebagai
berikut :
pH = - log [H+]

Analog dengan di atas, maka :


pH = - log [OH-]
Sedangkan hubungan antara pH dan pOH adalah :
Kw = [H+] [OH-]
Kw = - log [H+] + - log [OH-]
Maka :

pKw = pH + pOH

**Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14

Atas dasar pengertian ini, maka :


1. Netral : [H+] = 1,0 x 10-7 M atau PH = 7 dan [OH-] = 1,0 x 10-7 M atau PH = 7
2. Asam : [H+] > 1,0 x 10-7 M atau PH < 7 dan [OH-] < 1,0 x 10-7 M atau POH > 7
3. Basa : [H+] < 1,0 x 10-7 M atau PH > 7 dan [OH-] > 1,0 x 10-7 atau POH < 7

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan beberapa rumus sebagai berikut :


Jika [H+] = 1 x 10-n, maka pH = n
Jika [H+] = x x 10-n, maka pH = n - log x
Sebaliknya, jika pH = n, maka [H+] = 10-n

Contoh soal menyatakan hubungan pH dengan [H+]


1. Berapa pH larutan jika konsentrasi ion [H+] sebesar :
a. 1 x 10-3 b. 5 x 10-6
Jika diketahui log 2 = 0,3

Jawab :
a. [H ] = 1 x 10-3 → pH = - log (1 x 10-3)
+

=3
b. [H ] = 5 x 10 → pH = -log (5 x 10-6)
+ -6

= 6 – log 5
= 6 – log 10/2
= 6 – ( log 10 – log 2)
= 5 + log 2
= 5,3

25
2.9.6 Perhitungan pH

Asam terbagi menjadi dua, yaitu asam kuat dan asam lemah. Begitu juga pada
larutan basa terbagi menjadi dua, yaitu basa kuat dan basa lemah. Pembagian ini
sangat membantu dalam penentuan derajat keasaman (pH).
1. Asam kuat

Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α
= 1). Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
Rumus :
[H+] = x . [HA]
pH = - log [H+]

Contoh
Hitung pH larutan dari 100 ml larutan 0.01 M HCl!

Jawab :
HCL → H+ + Cl-
[H+] = x . [HA]
= 1 x 0.01 M
= 10-2 M
pH = - log 10-2
pH =2

Berapa pH dari :
a. Larutan HCL 0,1 M
b. Larutan H2SO4 0,001 M

Jawab
a. HCL → H+ + Cl- b. H2SO4 → 2 H+ + SO42-
[H+] = x . [HA] [H+] = x . [HA]
= 1 . 0,1 = 0,1 M = 2 . 0,001 = 2 x 10-3 M
pH = - log 0,1 = - log 10-1 pH = - log 2 x 10-3
=1 = 3 – log 2

Hitung pH larutan dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat!

Jawab :
Molaritas = mol/v = 0,1 / 2 = 0.05 M
H2SO4 → 2 H+ + SO42-

26
[H+] = x . [HA]
= 2 . 0.05
= 0,1 = 10-1 M
pH = - log 10-1
=1

2. Asam Lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).
Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi
+
[H ] terlebih dahulu dengan rumus :
[H+] = √ Ka . [HA] atau [H+] = M x α
pH = - log [H+]

Keterangan :
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
[HA] = konsentrasi asam lemah
Contoh :

Hitunglah pH dari 0,025 mol CH3COOH dalam 250 mL larutannya, jika Ka =10-5 !

Jawab :
Molaritas = mol/v = 0,025/0,25 = 0.1
[H+] = √ 𝐾𝑎 . [HA]
= √10−5 . 0,1
= √10−6
= 10-3 M
pH = - log 10-3
=3
Cat : Semakin besar konsentrasi ion H+, semakin kecil nilai pH. Larutan dengan
pH = 1 adalah 10 kali lebih asam dari larutan dengan pH = 2.
Hitunglah pH larutan dari HCOOH 0,05 M (Ka = 1,8 x 10-4)

Jawab :
[H+] = √ 𝐾𝑎 x [HA]
= √1,8x10−4 .0,5
= √9 x10−6
= 3 x 10-3 M
pH = - log 3 x 10-3
= 3 – log 3

27
Hitunglah pH larutan H2S 0,01 jika diketahui Ka1 = 8,9 x 10-8 dan
Ka2 = 1.2 x 10-13 !

Jawab
[H+] = √ 𝐾𝑎 x [HA]
= √8,9 x 10−8 .0,01
= 3 x 10-5 M
pH = -log 3 x10-5
= 5 – log 3
= 4,52
Cat : Perhatikan bahwa asam yang dinyatakan ( S) mempunyai nilai yang relatif
kecil (kurang dari 1 x , maka konsentrasi ion praktis hanya ditentukan oleh
ionisasi tahap pertama. Oleh karena itu, tinggal memasukkan data yang ada
(konsentrasi dan ) ke dalam rumus yang digunakan untuk asam lemah.
Hitunglah pH dari HCOOH 0,1 M (α = 0,01)
Jawab
[H+ ] = M x α
= 0,1 x 0,01
= 0,001 = 10-3 M
pH = - log 10-3
=3

3. Basa Kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α
= 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung
nilai pOH dari konsentrasi basanya.
Rumus :
[OH-] = x. [M(OH)] pOH = - log [OH-]

pH = 14 - pOH
pH larutan basa kuat dapat ditentukan dengan alur sebagai berikut.
Tentukan [OH-] berdasarkan perbandingan koefisien
Tentukan pOH dengan rumus pOH = - log [OH-]
Tentukan pH berdasarkan pH = 14 – pOH

Contoh :
Hitung pH dari :
a. 100 mL larutan KOH 0,1 M ! b. Larutan Ca(OH)2 0,001 !

Jawab :
a. KOH → K+ + OH-

28
[OH-] = x. [M(OH)]
= 1 . 0,1 M = 10-1 M
pOH = - log 10-1
=1
pH = 14 – pOH
= 14 – 1
= 13

b. Ca(OH)2 → Ca2+ + 2OH-


[OH-] = x. [M(OH)]
= 2 . 0,001 = 2 x 10-3 M
pOH = - log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 - pOH
= 14 – (3-log 2)
= 11 + log 2

4. Basa lemah

Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat),
akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :

[OH-] = √Kb . [M(OH)] atau [OH-] = M x α


pOH = - log [OH-] pH = -14 - pOH

Contoh
Hitung pH dari larutan 500 mL amonia 0,1M (Kb= 4 x 10-5

Jawab
NH4OH → NH4+ + OH-
[OH- ]= √ 𝐾𝑏 x [M(OH)]
= √4 x 10−5 .0,1
= √4 x 10−6
= 2 x 10-3 M
pOH = - log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (3 - l0g 2)
= 11 + log 2

29
2.10 Larutan Penyangga

2.10.1 Pengertian Larutan Penyangga


Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan
untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi
kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya
hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.
Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau
oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen
penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.

2.10.2 Komponen larutan penyangga

5. Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya
basa kuat yang digunakan seperti natriumNa), kalium, barium, kalsium, dan lain-
lain.

6. Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya
berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu
basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

2.10.3 Perhitungan pH Larutan Penyangga

1. Larutan Penyangga Asam

Campuran asam lemah dengan basa konjugasinya, misalnya CH3COOH dengan


CH3COO–. Kita ketahui bahwa hampir semua ion CH3COO– dalam larutan
berasal dari garam sebab CH3COOH hanya sedikit sekali yang terionisasi
CH3COOH ←⎯⎯⎯⎯→ CH3COO– + H+

30
B. Larutan Penyangga Basa
Sekarang marilah kita tinjau larutan yang mengandung basa lemah dengan asam
konjugasinya. Misalnya, NH3 dan NH4 + yang berasal dari garam

NH3 + H2O ←⎯⎯⎯⎯→ NH4+ + OH–

Contoh
Sebanyak 50 mL larutan NH3 0,1 M (Kb = 10–5) dicampur dengan 100 mL
larutan NH4Cl 0,5 M. Hitunglah pH larutan tersebut!

Jawab:
50 mL NH3 0,1 M + 100 mL NH4Cl 0,5 M
mol NH3 = 50 mL × 0,1 mmol/mL = 5 mmol
mol NH4Cl = 100 mL × 0,5 mmol/mL = 50 mmol
log 𝑏
pOH = pKb –
𝑔
log 5
pOH = 5 –
50
pOH = 5 – log 0,1
pOH = 5 +1
=6
pH = 14 – pOH
= 14 – 6
=8

31
Contoh
Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL
larutan CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,1 M.
(KaCH3COOH = 1,8 × 10–5)

Jawab:
50 mL CH3COOH 0,1 M + 50 mL NaCH3COO 0,1 M
mol CH3COOH = 50 mL × 0,1 mmol/mL= 5 mmol
mol NaCH3COO = 50 mL × 0,1 mmol/mL= 5 mmol
log 𝑎
pH = pKa –
𝑔
log 5
pH = – log 1,8 × 10–5 –
5
pH = – log 1,8 × 10–5
pH = 5 – log 1,8
= 4,75

32
BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1. Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh
larutan adalah campuran dari gula dan air.
2. Kelarutan ( solubility ) adalah menyatakan jumlah maksimum suatu zat yang
dapat larut dalam suatu pelarut. Berdasarkan kelarutannya larutan dibedakan
atas lautan tak jenuh,jenuh dan tepat jenuh.
3. Hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam air hingga
tercapai kondisi tepat jenuh. Hasil kali kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
sebagai suatu konstanta yang disimbolkan Ksp. Pembentukan endapan dapat
diperkirakan dengan membandingkan antara hasil kali konsentrasi zat-zat yang
bereaksi (Qc) dan Ks.
4. Konsentrasi adalah istilah umum untuk menyatakan banyaknya bagian zat
terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk ukuran secara kualitatif,
konsentrasi larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat (concentrated) dan
encer (dilute). Sedangkan secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan,
misalnya persen masa/masa, persen volume/voleme ,persen
masa/volume,fraksi mol molaritas, molalitas dan normalitas.
5. Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga
jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat
terlarut sesudah pengenceran.
6. Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul solut dan
molekul solvennya sama dengan gaya tarik antara molekul molekul dari solut
dan solvennya masing masing.Larutan ideal sendiri sebenarnya hanya bersifat
hipotesis.
7. Beradasarkan daya hantar listriknya larutan dibagi atas larutan elektrolit dan
larutan nonelektrolit.Hal ini didasarkan pada ada atau tidaknya ion-ion yang
terurai.
8. Larutan pun dapat dibedakan menjadi larutan asam dan larutan basa.
1. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+,
sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH-. Jadi
pembawa sifat asam adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah
ion OH-.

33
2. Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton,
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi
pemindahan proton.
3. Asam menurut Lewis adalah zat yang dapat menerima pasangan electron
(akseptor pasangan electron).Basa menurut Lewis adalah zat yang dapat
memberikan pasangan electron (donor pasangan electron).

34
DAFTAR PUSTAKA

 Justiana,Sandri dan Muchtaridi . 2009 . Kimia 2 . Jakarta : Yudhistira


 Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi : Yogyakarta
 http://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/larutan-asam-basa/a-pengertian-
asam-basa/
 http://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/larutan-penyangga/c-menghitung-
ph-larutan-penyangga/
 http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Kimia/0207%20Kim%202-7a1.htm
 http://brainly.co.id/tugas/293000
 http://dedi-smk.blogspot.com/2012/12/konsentrasi-larutan-kimia-
molaritas.html
 http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Raoult
 http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan
 http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan_penyangga
 http://lansida.blogspot.com/2010/10/pengenceran-larutan.html
 http://pasihahtetrasianoferat.wordpress.com/kelas-x/larutan-elektrolit-dan-
nonelektrolit/
 http://ratiffany.blogspot.com/2013/04/menghitung-ph-asam-dan-
basa_6084.html
 http://renideswantikimia.wordpress.com/kimia-kelas-xii-3/semester-i/1-
sifat-koligatif-larutan/2-penurunan-tekanan-uap-larutan/
 http://renideswantikimia.wordpress.com/kimia-kelas-xii-3/semester-i/1-
sifat-koligatif-larutan/3-kenaikan-titik-didih-larutan/
 http://renideswantikimia.wordpress.com/kimia-kelas-xii-3/semester-i/1-
sifat-koligatif-larutan/4-penurunan-titik-beku/
 http://renideswantikimia.wordpress.com/kimia-kelas-xii-3/semester-i/1-
sifat-koligatif-larutan/5-tekanan-osmosis/
 http://sayabutuhilmu.blogspot.com/2013/08/pengertian-konsentrasi-
larutan.html
 https://alkafyuone.wordpress.com/tag/larutan-jenuh/
 https://www.facebook.com/permalink.php?id=261501313945893&story_f
bid=29975098678 7592

35

Anda mungkin juga menyukai