Halaman Sampul
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
BAB 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan 3
1.3.1
1.3.2
Tujuan umum 3
Tujuan khusus 3
1.4 Manfaat
2.4 Etiologi
2.6 Patofisiologi 8
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Prognosis
10
11
13
2.10 Komplikasi 13
2.11 WOC 15
2.12 Anatomi dan Fisiologi
17
19
2.15 Etiologi
20
21
2.17 Patofisiologi 22
2.18 Pemeriksaan Penunjang
22
3
2.19 Penatalaksanaan
2.20 Prognosis
24
25
2.21 Komplikasi 26
2.22 WOC 27
BAB 3 Asuhan Keperawatan 28
3.1 Askep Umum Atresia Bilier 28
3.2 Askep Umum Kolestasis
37
42
49
BAB 4 Penutup
4.1 Simpulan
56
56
4.2 Saran 56
Daftar Pustakav
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Bilier
Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah pir yang
memiliki panjang 7 sampai 10 cm (3 sampai 4 inci) dan lebar 2.5 sampai 3.5 cm
dengan kapasitas lebih kurang 30mL. Organ ini terletak pada permukaan inferior
dari hati pada garis yang memisahkan lobus kanan dan kiri, yang disebut dengan
fossa kandung empedu. Kandung empedu menempel pada hati oleh jaringan ikat
longgar , yang mengandung vena dan saluran limfatik yang menghubungkan
kandung empedu dengan hati. Kandung empedu dibagi menjadi empat area
anatomi: fundus, korpus, infundibulum, dan kolum (Avunduk, 2002).
Fundus bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit
memanjang di atas tepi hati, dan sebagian besar tersusun atas otot polos dan
jaringan elastik, merupakan tempat penampungan empedu.
Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu, dan ujungnya akan
membentuk leher (neck) dari kandung empedu.
utama
dari
kantong
empedu
adalah
untuk
mengumpulkan,
Tipe I Atresia sebagian atau totalis yang disebut duktus hepatikus komunis,
segmen proksimal paten
b.
Tipe IIa Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus billiaris komunis, duktus
sistikus, dan kandung empedu semuanya)
c.
d.
Tipe III Obliterasi pada semua system duktus billier ekstrahepatik sampai ke
hilus
2.4 Etiologi
Penyebab atresia bilier tidak diketahui. Karena masalah berasal selama periode
prenatal, virus, racun dan bahan kimia tidak dapat dikesampingkan. The disi conpatic
tidak mungkin untuk kambuh dalam keluarga yang sama. (Susan dan Jean, 2007)
Ekstrahepatik atresia bilier terjadi pada 1 banding 10,000-15,000 kelahiran,
dengan kejadian yang sedikit lebih tinggi pada bayi perempuan dibandingkan bayi
laki-laki (A-Kader & Balistreri, 2004). Ini adalah indikasi utama untuk transplantasi
hati pada anak-anak. (Susan dan Jean, 2007)
2.5 Manifestasi klinis.
Anak dengan atresia bilier muncul sehat saat lahir . Manifestasi yang berkembang
tak lama setelah itu termasuk tinja acholic ( ringan dalam warna karena tidak adanya
pigmen empedu ) , urine empedu bernoda , dan hepatomegaly
Banyak bayi dengan atresia bilier tampak sehat saat lahir . Jika penyakit kuning
berlangsung selama usia 2 minggu , terutama jika langsung ( terkonjugasi ) bilirubin
serum meningkat , perawat harus mencurigai atresia bilier . urine mungkin gelap , dan
feses sering menjadi semakin acholic atau abu-abu , menunjukkan tidak adanya
pigmen empedu. Hepatomegali muncul di awal perjalanan penyakit , dan hati akan
keras saat di palpasi
2.6 Patofisiologi
Penyebab pasti atresia bilier tidak diketahui, meskipun mekanisme kekebalan
tubuh atau cedera virus mungkin bertanggung jawab untuk proses progresif yang
mengakibatkan kemusnahan lengkap dari saluran empedu. atresia bilier tidak terlihat
janin atau bayi lahir mati atau bayi baru lahir. Hal ini menunjukkan bahwa atresia
billiary diperoleh di akhir kehamilan atau pada periode perinatal dan dimanifestasikan
beberapa minggu setelah lahir. infeksi bawaan seperti crytomegalovirus, virus rubella,
virus epsteinbarr, rotavirus, dan reovirus tipe 3 telah terlibat sebagai penyebab
kerusakan hepatosellular menyebabkan atresia bilier, belum ada agen khusus yang
teridentifikasi dalam setiap kasus (McEvoy dan Suchy, 1996; Sokol, 2001). Imun
7
saluran empedu cedera dari paparan virus dan ketidakmatangan sistem kekebalan
tubuh neonatal mungkin memainkan peran dalam penghancuran saluran empedu dan
pengembangan atresia bilier ekstrahepatik (Sokol, 2001). Penyebab potensial lainnya
termasuk awal pertama penghinaan trimester ke saluran empedu berkembang atau
penghinaan virus postnatal; faktor genetik juga mungkin memainkan peran dalam
pathogeneis (Davenport, 2005). Di awal perjalanan penyakit, saluran intrahepatik
adalah paten dari ductules interlobular ke porta hepatis. Ukuran struktur adalah
variabel dan collerated dengan usia bayi dan dengan ekskresi empedu setelah
perawatan bedah. Struktur ini hadir pada bayi yang paling terpengaruh di bawah usia
2 bulan namun secara bertahap menghilang selama beberapa bulan ke depan dan
dengan 4 bulan benar-benar digantikan oleh jaringan fibrosa. (Hockenberry dan
Wilson, 2007)
Tingkat keterlibatan dari saluran-saluran empedu ekstrahepatik juga variabel.
Paling umum sistem ekstrahepatik seluruh yang terlibat dalam proses obliterative,
tetapi beberapa bayi memiliki bagian proksimal paten duktus ekstrahepatik atau
patensi dari kandung empedu, duktus sistikus dan saluran empedu. pemeriksaan
mikroskopis dari jaringan hati mengungkapkan kolestasis dengan tidak ada atau
berkurang proliferasi saluran empedu dan fibrosis (Hockenberry dan Wilson, 2007)
Obstruksi
atau
saluran
tidak
adanya
ekstrahepatik
empedu
di
Obstruksi
hati
atau
tidak
adanya
hipertensi Portal
malnutrisi
gagal hati
kekurangan vitamin yang larut dalam
lemak
Pemeriksaan urin
9
2.8 Penatalaksanaan
Pemeriksaan Diagnostik
a. USG
Gambaran USG bervariasi tergantung tipe dan derajat beratnya penyakit
- Hati dapat membesar atau normal dengan struktur parenhim yang inhomogen
dan ekogenitas yang tinggi tertama daerah periportal akibat fibrosis
-Nodul-nodul cirrhosis hepatis
-Tidak terlihat vena porta perifer karena fibrosis
-Tidak terlihat pelebaran duktus biliaris intra hepatal
-Triangular cord didaerah porta hepatis: daerah triangular atau tubular ekogenik
lebih spesifik untuk atresia bilier extra hepatal
10
- Kandung empedu tidak ada atau mengecil dengan panjang <1.5 cm. Kandung
empedu biasanya lebih kecil dari 1,9 cm. Dinding yang tipis atau tidak terlihat
,ireguler dengan kontur yang lobuler(gall bladder ghost triad), kalau ada
gambaran ini dikatakan sensitivitas 97 % dan spesifisitas 100%.
-Gambaran kandung empedu yang normal (panjang >1,5 cm dan lebar >4 cm)
dapat terlihat sekitar 10 % kasus
-Tanda hipertensi portal dengan terlihatnya peningkatan ekogenitas daerah
periportal.
- kemungkinan dengan kelainan kongenital lain seperti:
-Situs inversus
- Polisplenia
b. Skintigrafi : HIDA scan
Radiofarmaka (99m TC )- labeled iminodiasetic acid derivated sesudah 5
hari dari intake phenobarbital, ditangkap oleh hepar tapi tidak dapat keluar
kedalam usus, karena tidak dapat melewati sistim bilier yang rusak. Tes ini
sensitif untuk atresia bilier (100%) tapi kurang spesifik (60 %). Pada keadaan
Cirrhosis penangkapan pada hepar sangat kurang
c. Kholangiografi
1. Intra operatif atau perkutaneus kholangiografi melalui kandung empedu yang
terlihat :
-Gambaran atresia bilier bervariasi
-Pengukuran dari hilus hepar jika atresia dikoreksi secara pembedahan dengan
menganastomosis duktus biliaris yang intak
2. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
Dengan menyuntik senyawa penontras dapat dilihat langsung keadaan duktus
biliaris ekstra hepatal seperti:
-Obstruksi duktus kholedokus
-dapat melihat distal duktus biliaris ekstra hepatal distal dari duktus hepatikus
komunis
- dapat melihat kebocoran dari sistim bilier ekstra hepatal daerah porta hepatis
d. MRI
-MRCP
11
Dapat melihat dengan jelas duktus biliaris ekstra hepatal untuk menentukan ada
tidaknya atresia bilier
-Peninggian sinyal daerah periportal pada T2 weighted images
e. Intubasi duodenum
Jarang dilakukan untuk diagnosis Atresia bilier. Nasogastrik tub diletakkan
didistal duodenum. Tidak adanya bilirubin atau asam empedu ketika diaspirasi
menunjukkan kemungkinan adanya obstruksi.
2.9 Prognosis
Hasil EHBH diobati di cirhosis progresif dan kematian pada semua anak pada
usia rata-rata 19 bulan. prosedur Kasai tidak meningkatkan prognosis , tetapi tidak
menyembuhkan . drainase bilier dapat dicapai jika operasi dilakukan sebelum saluran
empedu inthrahepatic dihancurkan , biasanya dengan usia 8 minggu , jika tidak
prognosis akan menjadi buruk . Meskipun sukses drainase empedu , banyak anakanak akhirnya menjadi gagal hati . gangguan hati anak dapat disembuhkan dengan
transplantasi hati yang sukses . Kemajuan dalam teknik bedah dan pengembangan
siklosporin A dan obat antipenolakan lainnya telah secara signifikan meningkatkan
keberhasilan transplantasi . Transplantasi hati pediatrik tingkat kelangsungan hidup 1
tahun sekarang 70 % di sebagian besar pusat . Kendala utama adalah kekurangan
pendonor hati . Sukses dengan pengurangan ukuran segmental dari donor dewasa
liversand meningkatnya kesadaran masyarakat dapat meningkatkan ketersediaan
organ donor untuk anak-anak di masa depan.
2.10
Komplikasi
13
EM, 1988).
Infeksi
Kelainan Konginetal
Inflamasi berkepanjangan
Atresia Billiari
2.11
Operasi / Pembedahan
Transplantasi hati
Degenerasi hati
Hepatomegali
Bilirubin terakumulasi dalam darah
Feses
Pucat
Vit. A,D,E,K tidak terserap
Asam
lambung tidak dinetralisir
Malnutrisi
Ikterus/ Jaudice
garam empedu
Urobilinogen masuk ke Resistensi
sistemik
Pendarahan kurang vit K
Lambung
terlalu asam
MK: Risiko perubahan pertumbuhan
dan perkembangan
Muntah
Regurditasi berulang
MK: Kurang volume cairan
Sesak Nafas
Muncul pruritus
RR meningkat
2.12
15
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh. Organ ini
penting bagi sistem pencernaan untuk sekresi empedu. Hati menghasilkan empedu
sekitar satu liter per hari, yang diekskresi melalui duktus hepatikus kanan dan kiri
yang kemudian bergabung membentuk duktus hepatikus komunis. Selain sekresi
empedu, hati juga melakukan berbagai fungsi lain, mencakup hal-hal berikut :
1. Pengolahan metabolik kategori nutrien utama (karbohidrat, lemak, protein) setelah
penyerapan mereka dari saluran cerna.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing
lainnya.
3. Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein-protein yang penting untuk
pembekuan darah serta untuk mengangkut hormon tiroid, steroid dan kolesterol
dalam darah.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D, yang dilaksanakan oleh hati bersama dengan ginjal.
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang usang.
Empedu disekresikan oleh sel-sel hepar, disimpan dan dipekatkan di
dalamvesika biliaris,kemudian dikeluarkan ke dalam duodenum. Ductus biliaris
hepatisterdiri atas ductus hepatis destra dan sinistra, ductus hepatis comunis,
ductuscholedochus, vesica biliaris dan ductus cysticus.
16
Ductus hepaticus dextra dan sinistra keluar dari lobus hepatis dextra
dansinistra pada port hepatis. Keduanya bersatu membentuk ductus hepatis
comunis.Panjang ductus hepatis comunis sekitar 1,5 inchi (4 cm) dan berjalan turun
dipinggir bebas omentum minus. Ductus ini bergabung dengan ductus cysticus
darivesica billiaris yang ada di sisi kanannya membentuk ductus choledochus. Ductus
CholedochusPanjang
ductus
choledochus
sekitar
inchi
(8
cm).
Pada
bagianperjalanannya, ductus ini terletak pada pinggir bebas kanan omentum minus,
didepan foramen epiploicum. Di sini ductus choledochus terletak di depan
pinggirkanan venae portae bawah hepatis dan pada sisi kanan arteri hepatica.
Padabagian kedua perjalanannya, ductus terletak di belakang pars duodenum
disebelah kanan arteri gastroduodenalis. Pada bagian ketiga perjalanannya,
ductusterletak di dalam sulcus yang terdapat pada facies posterior caput pancreatis.
Disini ductus choledochus bersatu dengan ductus pankreaticus. (Snell, 2006)
Ductus chodedochus berakhir di bawah dengan menembus dinding medialpars
descendens
duodenum
kira-kira
di
pertengahan
panjangnya.
Biasanya
dalam
ampula
kecil
di
dinding
duodenum,
yang
disebut
17
2.13
Definisi Cholestasis
Klasifikasi
18
b. Kolestasis ekstrahepatik
Kolestasis ekstrahepatik merupakan 32% dari kasus kolestasis dan sebagian
besar adalah atresia bilier. Kolestasis ekstrahepatik terdapat penyumbatan atau
obstruksi saluran empedu ekstrahepatik. Penyebab utama kolestasis tipe ini
adalah proses imunologis, infeksi virus terutama Cytomegalo virus, Reo virus tipe
3, asam empedu yang toksik, iskemia dan kelainan genetik. Akibat dari penyebab
tersebut maka akan terbentuk kelainan berupa nekroinflamasi, yang pada
akhirnya menyebabkan kerusakan dan pembuntuan saluran empedu ekstrahepatik
(Arief, 2012; Ermaya, 2014).
Atresia bilier merupakan salah satu contoh kolestasis ekstrahepatik dan
merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Deteksi dini kolestasis
ekstrahepatik yang disebabkan oleh atresia bilier merupakan langkah yang sangat
penting, karena metode pengobatan untuk atresia biler adalah dengan
pembedahan hepatik-portoenterostomi yang biasa dikenal dengan nama operasi
Kasai, operasi ini kurang efektif apabila umur pasien sudah lebih dari 2 bulan
(Lee dkk., 2010).
2.15
Etiologi
1. Kolestasis Ekstrahepatik
Atresia bilier ekstrahepatik
Kista duktus koledokus
Perforasi spontan duktus biliaris komunis
Inspissated bile syndrome
Caroli syndrome
2. Hepatoseluler
3. Infeksi
Hepatitis virus
Sifilis
Infeksi TORCH
Varicela
Leptospirosis
Infeksi HIV
19
Sepsis
Tuberkulosis
Infeksi saluran kemih
Cytomegalo virus (CMV)
4. Kelainan metabolik
Kelainan metabolisme asam amino (tirosinemia)
Kelainan metabolisme lemak (penyakit Gaucher, penyakit Nieman-Pick,
Sindrom Wolman)
Kelainan metabolisme karbohidrat (galaktosemia, intoleransi fruktosa
herediter, glycogen storage disease)
Kelainan metabolisme asam empedu
Kelainan metabolik bilirubin (Dubin-Johnson syndrome, Rotor syndrome)
Kelainan mitokondria
Defisiensi alfa-1 antitripsin
Trisomi 18,21
5. Kelainan endokrin
Hipotiroid
Hipopituitarise
2.16
Manifestasi Klinis
Bayi ikterus sampai usia 2 minggu pada umumnya disebabkan oleh peningkatan
bilirubin indirek dan mencapai kadar puncak pada usia 5-7 har. Bayi yang mengalami
peningkatan kadar bilirubin direk akan mengalami ikterus setelah usia 2 minggu.
Manifestasi dapat dijumpai pada pasien kolestasis adalah ikterus atau kulit dan
mukosa berwarna ikterus yang berlangsung lebih dari 2 minggu, urin berwarna lebih
gelap, tinja warnanya lebih pucat atau fluktuatif sampai berwarna dempul (akholik).
(Arief, 2012; Oswari, 2014)
Pemeriksaan fisik pasien kolestasis dapat dijumpai hepatomegali, splenomegali,
gagal tumbuh, dan wajah dismorfik. Tanda lain yang dapat dijumpai pada pasien
dengan kolestasis adalah hipoglikemia yang biasanya ditemukan pada penyakit
metabolik, hipopituitarisme atau kelainan hati yang berat, perdarahan oleh karena
20
2.17
Patofisiologi
2.18
Pemeriksaan penunjang
yang
dengan
memang
tujuan
dapat
utama
memperbaiki
diperbaiki/diobati.
atau
Sebagai
tahap pertama dalam pendekatan diagnosa, harus dibuktikan apakah ada kelainan
hepatobilier atau tidak. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:
21
Bila
ada
keterlibatan
hepar
untuk
membuktikan
kelainan
intra/ekstrahepatal,
mengidentifikasi
maka
dilakukan
kelainan
yang
tahap berikutnya
mencari kemungkinan
etiologi,
bukti
dan
dilakukan adalah:
a. Terhadap infeksi/bahan toksik
b. Terhadap kemungkinan kelainan metabolic
c. Mencari data tentang keadaan saluran empedu
Untuk pemeriksaan terhadap infeksi yang penting adalah:
a. Virus:
1. Virus hepatotropik: HAV, HBV, non A non B, virus delta
2. TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, Herpes)
3. Virus lain: EBV, Coxsackies B, varisela-zoster
b. Bakteri: terutama bila klinis mencurigakan infeksi kuman leptospira, abses
piogenik
1. Parasit: toksoplasma, amuba, leismania, penyakit hidatid
2. Bahan toksik, terutama obat/makanan hepatotoksik
c. Pemeriksaan kelainan metabolik yang penting:
22
1. Galaktosemia, fruktosemia
2. Tirosinosis: asam amino dalam air seni
3. Fibrosis kistik
4. Penyakit Wilson
5. Defisiensi alfa-1 antitripsin
Data tentang saluran empedu diperoleh melalui pemeriksaan Rose Bengal
Excretion (RBE), Hida Scan, USG atau Biopsi hepar. Bila dicurigai ada suatu
kelainan saluran empedu dilakukan pemeriksaan kolangiografi.
2.19
Penatalaksanaan
2
3
Tindakan medis
Perbaikan aliran empedu: pemberian fenobarbital dan kolestiramin, ursodioxy
cholic acid (UDCA).
b Aspek gizi: lemak sebaiknya diberikan dalam bentuk MCT (medium chain
triglyceride) karena malabsorbsi lemak.
c
Tindakan bedah
23
Terapi suportif
Asam ursodeoksikolat 10-20 mg/kg dalam 2-3 dosis
A : 5000-25.000 IU
E : 25-200 IU/kk/hari
4
fPruritus :
2.20
Rifampisin : 10 mg/kg/hari
Kolestiramin : 0,25-0,5g/kg/hari
Prognosis
2.21
Komplikasi
Komplikasi dari kolestasis yaitu ter-jadinya proses fibrosis dan sirosis hati.
Adanya pembesaran limpa menandakan terjadinya hipertensi portal. Pada keadaan
lanjut dapat terjadi sirosis bilier dan terjadi gagal tumbuh serta defisiensi zat gizi.
Sirosis akan menyebabkan hipertensi portal yang berakibat lanjut terjadinya perdarahan, hipersplenisme dan asites. Terjadi-nya asites pada kolestasis merupakan petanda prognosis yang kurang baik
25
2.22
Gangguan metabolik
Kelainan anatomi
WOC Cholestasis
Hiperbilirubinemia terkonjugasi
KOLESTASIS
Gangguan
Gangguan
pembentukan
yang terjadibilirubin
pada
Perubahan
perjalanan
olehkeseimbangan
sel hepar
dari heparkalsium/kelainan
ke kandung empedu,
mikrotubulus
sampai ke
akibat
usustoksin/
MK: Ansieta
Adanya kelainan bentuk (distorsi, sirosis)
Berkurangnya jumlah sel hepar
Gangguan fungsi sel hepar Kurang matangnya fungsi hepar
Kurang vit. Dan mineral
Mual Muntah
Produksi bilirubin berlebihan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Umum Atresia Bilier
Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Nama,Umur, Jenis Kelamin dan data-data umum lainnya.
b. Keluhan Utama
Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Jaundice, tinja atau feses berwarna pucat, distensi abdomen, hepatomegali,
lemah, pruritus, tidak mau minum, dan letargi.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Infeksi, virus atau bakteri yang bermasalah dengan kekebalan tubuh dan obstruksi
empedu ektrahepatik
Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan
Polio
e. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
Diduga ibu pernah menderita infeksi seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan
infeksi virus rubella
2) Intra natal:
Saat proses kelahiran bayi terinfeksi virus atau bakteri selama proses persalinan
27
3) Post natal:
Orang tua kurang memperhatikan personal hygiene saat merawat bayinya, kebersihan
peralatan makan dan peralatan bayi lainnya juga kurang diperhatikan
6) Pola konsep diri: persepsi orang tua dan/atau anak terhadap pengobatan dan
perawatan yang akan dilakukan
7) Pola hubungan-peran: peran orang tua sangat dibutuhkan dalam merawat dan
mengobati anak
8) Pola seksual-seksualitas: Apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang
berhubungan dengan reproduksi sosial
9) Pola mekanisme koping: Keluarga perlu memeberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi anak
10) Pola nilai dan kepercayaan: Orang tua selalu optimis dan berdoa agar
penyakit pada anaknya dapat sembuh dengan cepat
Review of Sistem
BI : sesak nafas, RR meningkat
B2: takikardi, berkeringat, kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K)
B3: gelisah atau rewel
B4: urine warna gelap dan pekat
B5: distensi abdomen, kaku pada kuadran kanan, asites, feses warna pucat,
anoreksia, mual, muntah, regurgitasi berulang, berat badan menurun, lingkar
perut 52 cm
B6: ikterik pada sclera kulit dan membrane mukosa, kulit berkeringat dan
gatal(pruritus), oedem perifer, kerusakan kulit, otot lemah
Keadaan umum : lemah
a)
TTV
porta)
Suhu
Nadi
: takikardi
RR
b)
Mata
c)
Hidung
Telinga
: bersih
Lidah
: normal
Palpasi
Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Jantung (dullness)
Paru
: sonor
Auskultasi
d)
e)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Kulit
Turgor kurang, pucat, kulit berwarna kuning (jaundice)
f)
Ekstremitas
Tidak terdapat odem pada pada extremitas
Analisa Data
No.
1.
Data
DS:
- Haus
DO:
- Penurunan turgor
kulit/lidah
- Membran
mukosa/kulit kering
- Peningkatan denyut
nadi, penurunan
Etiologi
Tidak ada penetralisir asam
Masalah Keperawatan
Kurang volume cairan
lambung
30
2.
3.
4.
tekanan darah,
penurunan
volume/tekanan nadi
- Pengisian vena
menurun
- Perubahan status
mental
- Konsentrasi urine
meningkat
- Temperatur tubuh
meningkat
- Kehilangan berat
badan secara tiba-tiba
- Penurunan urine
output
- HMT meningkat
- Kelemahan
DS:
- Dyspnea
- Nafas pendek
DO:
- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran
udara per menit
- Menggunakan otot
pernafasan tambahan
- Orthopnea
- Pernafasan pursedlip
- Tahap ekspirasi
berlagsung sangat
lama
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba
setelah makan
DO:
- Diare
- Rontok rambut yang
berlebih
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah
Faktor-faktor risiko:
Muntah
Hepatomegali
Resiko ketidakefektifan
pola nafas
Sesak nafas
RR meningkat
Malnutrisi
Prosedur infasif
Kerusakan jaringan
dan peningkatan
paparan lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan
lingkungan pathogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat
pertahanan sekunder
(penurunan Hb,
leukopenia,
penekanan respon
inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan
kulit, trauma
jaringan, gangguan
peristaltik)
Transplatasi hati
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko ketidakefektifan pola nafas b.d. distensi abdomen
2. Kurang volume cairan b.d. absorbsi nutrient yang buruk, mual muntah
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. anoreksia, mual muntah
4. Risiko tinggi infeksi b.d. akumulasi garam empedu dalam jaringan ditandai
dengan adanya Pruritus
Intervensi Keperawatan
Risiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
-
NOC
Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dg mudah, tidakada pursed
lips)
Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik,
NIC
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
32
Berikan bronkodilator
Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan sekret
trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif
Monitor pola nafas
Kurang volume cairan berhubungan dengan absorbsi nutrient yang buruk, mual
muntah
-
NOC
Mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan BB, BJ urine
normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
Orientasi terhadap waktu dan tempat
baik
Jumlah dan irama pernapasan dalam
batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
normal
pH urin dalam batas normal
Intake oral dan intravena adekuat
NIC
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Monitor status hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ), jika
diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin, albumin, total
protein )
Monitor vital sign setiap 15menit
1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian nasogatrik
sesuai output (50 100cc/jam)
Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
33
NIC
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untukmenentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang
dimakanmengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian
Monitor adanya penurunan BB dan
gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan kadar
Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberian anti emetik
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval
34
NOC
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas normal
NIC
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotic
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
Pertahankan teknik isolasi k/p
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
Riwayat Kesehatan
35
a. Keluhan Utama
Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional
(R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang
dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak
kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menentukan berat, ras, jenis kelamin, umur, riwayat kehamilan, pil KB, esterogen,
atau hormon suplemen, kecenderungan makan (kesenangan makan) menentukan
apakah dietnya berlebihan lemak dan kolesterol
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Batu empedu, pengobatan medis, dan operasi
Analisa Data
No.
1.
Data
DS:
- Nyeri abdomen
- Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba
setelah makan
DO:
- Diare
- Rontok rambut yang
berlebih
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah
Etiologi
Berkurangnya transportasi
Masalah
Keperawatan
Gangguan nutrisi
intraseluler
kurang dari
kebutuhan
Perubahan keseimbangan
kalsium/kelainan
mikrotubulus akibat
toksin/penggunaan obat
Mual, muntah
DO/DS:
- Insomnia
- Kontak mata kurang
- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri sendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeri perut
- Penurunan TD dan
denyut nadi
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguan tidur
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam
pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
DO:
- Gangguan pada bagian
tubuh
- Kerusakan lapisan kulit
(dermis)
- Gangguan permukaan
kulit (epidermis)
Ansietas
Kurangnya pengetahuan
informasi
Ansietas
Gangguan transporter
pada membran hepatosit
Kerusakan integritas
kulit
Gangguan pembentukan
bilirubin oleh sel hepar
Produksi bilirubin
berlebihan
37
Intervensi Keperawatan
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan memaksa diri
atau pembatasan berat badan sesuai aturan; mual/muntah
NOC
Nutrisi kurang teratasi dengan
indikator:
- Albumin serum
- Pre albumin serum
- Hematokrit
- Hemoglobin
- Total iron binding capacity
- Jumlah limfosit
NIC
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untukmenentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang
dimakanmengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian
Monitor adanya penurunan BB dan
gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
38
NOC
Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan
dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan
NIC
Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
39
NOC
Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya sedera
berulang
Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
Menunjukkan terjadinya proses
penyembuhan luka
NIC
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya
kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby oil
pada derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
Kaji lingkungan dan peralatan yang
menyebabkan tekanan
Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka, karakteristik,warna
cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
tandatanda infeksi lokal, formasi
traktus
Ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka
Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
TKTP, vitamin
Cegah kontaminasi feses dan urin
Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
STUDI KASUS
3.3 Asuhan Keperawatan Kasus Atresia Bilier
Kasus Semu
40
An. M (laki-laki, 2 bulan 4 hari) dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan 1 bulan
pasca kelahiran sedikit demi sedikit kulit tampak berwarna kuning, tinja berwarna
pucat, air kencing berwarna gelap, demam, perut membesar dan selalu rewel. Dari
hasil pemeriksaan diketahui adanya hipertensi vena porta, peningkatan kadar bilirubin
dan hasil Rontgen didapatkan adanya pembesaran hati.
Pengkajian
Identitas Klien
Nama
: An. M
Usia
: 2 bulan 4 hari
Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Surabaya
Diagnosa
: Atresia Bilier
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan An. M demam, sering rewel.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kulit tampak bewarna kuning, tinja bewarna pucat, air kencing bewarna gelap,
demam, dan perut membesar
3. Riwayat Penyakit Dahulu
4. Riwayat Tumbuh Kembang Anak
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Komposisi Keluarga : keluarga berperan aktif terutama ibu M dalam merawat
An. M
Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah berada di area
perindustrian kimia
Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan
: 100/70 mmHg
RR
: >40x/menit
41
Suhu : 38,4 C
Nadi
: 145x/menit
2. Review of System
B1(breath)
RR meningkat >40x/menit, Suhu (38,4 C), penggunaan otot bantu
pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek
B2 (blood)
TD meningkat 100/150 mmhg, HR meningkat 103x/ menit (tachicardi)
B3 (brain)
gelisah (rewel), gangguan mental, gangguan kesadaran sampai koma
B4 (bladder)
Perubahan warna urin dan feses
-Urine : warna gelap, pekat
-Feses : warna dempul, steatorea, diare
B5 (bowel)
anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan makanan
pembentuk gas, regurgitasi berulang, penurunan berat badan BB/TB (5,1 Kg/
62 cm), dehidrasi, distensi abdomen, hepatomegaly
B6 (bone)
letargi atau kelemahan, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas
ditekan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus), kecenderungan
perdarahan (kekurangan vitamin K), oedem perifer, jaundice, kerusakan kulit
3. Pemeriksaan Penunjang
Labolatorium
Pemeriksaan urin
pemeriksaan feses
Labolatorium
Pemeriksaan Diagnostik
Biopsi liver
Data
Etiologi
DS
Kulit bewarna kuning
darah
Masalah Keperawatan
Kerusakan integritas
kulit
Ikterus / jaundice
DO
Kadar bilirubin tinggi
2
Icterus/jaundice
DS
Muntah
Kurang Volume
Cairan
DO
-
Muntah
DS
Nafas cepat
DO
Hepatomegali
Resiko
ketidakefektifan pola
nafas
Sesak nafas
RR meningkat
43
nafas
Empedu tidak masuk dalam
DS
-
usus
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
DO
Malnutrisi
Malnutrisi
kebutuhan
Operasi pembedahan
DS
-
Transplatasi hati
DO
Tindakan pembedahan
Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan volume cairan
2. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
4. Gangguan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
NIC
Perawatan kulit : pengobatan tropikal (3584)
mukosa (1101)
1
Indikator :
1
Integritas kulit
Abnormal pigmentasi
(kekuningan) kulit
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
NOC
Keseimbangan carian (0601)
Indikator :
1
Haus
NIC
Managamen cairan atau elektrolit (2080)
1
elektrolit
Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi
NOC
Status pernafasan : Ventilasi (0403)
Indikator :
NIC
Terapi Oksigen (3320)
1
Tingkat pernapasan
Ritme pernapasan
Dalamnya inspirasi
konsentrasinya tersampaikan
NIC
Pemberian TPN (Total Parenteral Nutrition)
(1200)
Indikator :
1
Intake nutrisi
Pertumbuhan
pemberiannya
2
NIC
Pengendalian infeksi (6540)
1
Tekanan darah
Suhu tubuh
Dalam pernapasan
Tingkat pernapasan
klien
Ritme pernapasan
Integritas jaringan
Sensasi perifer
Pengkajian
Identitas klien
Nama
: An. N
Usia
: 7 bulan 4 hari
Kelamin
: laki-laki
Alamat
: Surabaya
47
Diagnosa
: Kolestasis
Keluhan Utama
Ibu mengatakan An. N demam, sering rewel.
Riwayat Penyakit Sekarang
Kulit tampak bewarn kuning, tinja berwarna pucat, air kencing bewarna gelap,
demam, perut membesar
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat Tumbuh Kembang Anak
Riwayat Kesehatan Keluarga
Komposisi Keluarga :
keluarga berperan aktif terutama ibu N dalam merawat An. N
Lingkungan rumah dan komunitas :
Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan :
Persepsi keluarga tentang penyakit anak :
ujian dari Tuhan
Pemeriksaan Fisik
B1 (breath)
RR meningkat 38/menit, Suhu (36,8 C), penggunaan otot bantu pernapasan,
pernapasan cuping hidung, napas pendek
B2 (blood)
TD meningkat 100/150 mmhg, HR meningkat 103x/ menit (tachicardi), hipoglikemia
48
B3 (brain)
gelisah (rewel),
B4 (bladder)
Perubahan warna urin dan feses
-Urine : warna gelap, pekat
-Feses : warna dempul
B5 (bowel)
distensi abdomen, kaku pada kuadran kanan, asites, feses warna pucat, anoreksia,
mual, muntah, regurgitasi berulang, berat badan menurun,
B6 (bone)
letargi atau kelemahan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus), kecenderungan
perdarahan (kekurangan vitamin K), oedem perifer, jaundice, kerusakan kulit
Pemeriksaan Penunjang
Labolatorium
Hb
: 13g%,
Leukosit
: 8100,
Bilirubin total
: 15mg/dl,
Bilirubin direk
: 12,3 mg/dl,
Bilirubin indirek
: 2,7 mg/dl,
SGPT
: 45 u/L,
SGOT
: 52 u/L,
Gamma GT
: 500 u/L,
Alkalifosfatase
: 2007 u/L
Pemeriksaan Diagnostik
Rose Bengal Excretion (RBE)
Hida Scan
49
USG
Biopsi hepar
Analisa Data
No.
1
Data
DS
Etiologi
Masalah
Gangguan pembentukan
Keperawatan
Kerusakan integritas
kulit
DO
Ikterus/jaundice
Penigkatan kadar bilirubin
2
DS
Selalu rewel
DO
Perut membesar
Gangguan nutrisi
kalsium/kelainan mikrotubulus
kurang dari
kebutuhan
Mual Muntah
DS
Keluarga tidak tahu apa yang
harus dilakukan
kebutuhan
Hiperbilirubinemia
Ansietas
Kolestasis
DO
-
Kurangnya pengetahuan
informasi
Ansietas
50
Diagnosa Keperawatan
1
2
Intervensi Keperawatan
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan volume cairan
NOC
Integritas jaringan : kulit dan membrane
NIC
Perawatan kulit : pengobatan tropikal (3584)
mukosa (1101)
1
Indikator :
Integritas kulit
Abnormal pigmentasi
(kekuningan) kulit
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menyerap nutrisi
NOC
Status nutrisi pada bayi (1020)
NIC
Pemberian TPN (Total Parenteral Nutrition)
(1200)
Indikator :
1
Intake nutrisi
Pertumbuhan
pemberiannya
2
Keresahan
Ungkapan ansietas
NIC
Penurunan ansietas (5820)
1
52
BAB 4
PENUTUPAN
4.1 Simpulan
Atresia Bilier merupakan penyakit yang terjadi karena proses inflamasi
berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier
ekstrahepatik akibatnya terjadi penyumbatan aliran empedu, akhirnya terjadi
peningkatan bilirubin. Klasifikasi atresia bilier dibagi menjadi kolestasis
intrahepatik dan kolestasis ekstrahepatik. Tanda dan gejala yang terjadi tinja
acholic, urine empedu bernoda, dan hepatomegali. Komplikasi yang biasa terjadi
yaitu progresif serosis hati, degerasi secara gradual pada hati, kekurangan vitamin
larut lemak dan gagal tumbuh, hipertensi porta, dan asites.
Kolestasis merupakan kegagalan aliran cairan empedu masuk ke dalam
duodenum dalam jumlah yang normal. Gangguan dapat terjadi mulai membran
basolateral dari hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke dalam
doudenum. Klasifikasi kolestasis dibagi menjadi kolestasis intrahepatik dan
kolestasis ekstrahepatik. Tanda dan gejala pasien kolestasis adalah ikterus atau
kulit dan mukosa ikterus bewarna kuning yang berlangsung lebih dari dua
minggu, urin bewarna gelap, tinja warnanya lebih pucat atau fluktuatif sampai
bewarna dempul. Komplikasi yang terjadi yaitu fibrosis dan sirosis hati.
4.2 Saran
Makalah Atresia Bilier dan Kolestasis ini belum mencapai kata sempurna, untuk
itu diperlukan pembaharuan yang sesuai dengan penelitian yang telah ada sehingga
makalah dapat selalui diperbaharui
Makalah Atresia Bilier dan Kolestasis ini diharapkan mampu dipergunakan dalam
kegiatan
pembelajaran,
sehingga
dapat
bermanfaat
bagi
mahasiswa
yang
membutuhkan
53
DAFTAR PUSTAKA
Snell RS. Anatomi Pankreas. Dalam : Hartanto H, dkk. Anatomi Klinik untuk
Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC, 2006. h: 309-318.
Jong WD. Tumor Pankreas. Dalam : Hartanto H, dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta : EGC, 2003. h : 602-606
Arief, Sjamsul. 2010. Deteksi dini kolestasis neonatal. Divisi Hepatologi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr Soetomo, Surabaya.
Mansjoer A. et al, 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. hal. Jakarta: Media
Aesculapius, FKUI.
Reksoprodjo S. 1995. Ikterus dalam bedah, Dalam Ahmadsyah I, Kumpulan. Kuliah
Ilmu Bedah, Jakarta: Bina Rupa Aksar
Eric I. Benchimol et al. Early diagnosis of neonatal cholestatic jaundice Test at 2
weeks, Can Fam Physician. December 2009; 55:1184-92.
Avunduk, C., 2002. Gallstone. Dalam: Manual of Gastroenterology. Edisi ke-3.
Massachussets: Lippincot Williams and Wilkins.
Wilson and Hockenberry.2011.Nursing Care of Infants and Children. Edition 9.
Canada: Elsevier Mosby
Tadataka Yamada, David H Alpers; et al Liver: Anatomy, microscopic structure, and
cell type. Textbook of Gastroenterology. Chichester, West Sussex; Hoboken, NJ:
Blackwell Pub., 2009; 79(2):2059-72
Arief, Sjamsul. 2010. Deteksi dini kolestasis neonatal. Divisi Hepatologi Bagian
IlmuKesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr Soetomo, Surabaya
54
Gustawan, I, W., Nomor, Aryasa, K., Karyana, IPG., & Sanjaya, putra, IGN. 2010.
Kolelitiasis pada anak RS Sanglah Denpasar. Jurnal penelitian Maj Kedokt indon.
Denpasar.
Volum.
57,
Nomor:
10,
Oktober
2010.
http://indonesia.digitaljournals.org/index/php/indmed/article/viewfile/543/661.
diakses pada tanggal 19 September 2016
Moyer V, Freese DK, Whintington PF, Olson AD, Brewer F, Colleti RB, et
al. Guidelines for the evaluation of cholestatic jaundice in infants : recommendation
of the North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and
Nutrition. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2004;39:115-128.
Sokol RJ, Narkewicz MR. Liver & pancreas. In: Hay WR, Levin Mj, Sondheimer JM,
Deterding RR,eds.Current Diagnosis & Treatment in Pediatrics. 18th ed. New York:
McGraw-Hill 2007:638-48.
S. Ermaya, I. Rosalina, D. Prasetyo, I.M. Sabaroedin, Neonatal Hepatitis Human
Citomegalovirus Characteristics And Complications In Infants At Dr. Hasan Sadikin
General Hospital Bandung, West Java Indonesia, 31st Annual Meeting of the
European Society for Paediatric Infectious Diseases, Milan, Italy, Mei 2013.
Hisham
Nazer.
Diunduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/927624-
overview
James, Susan Rowen and Jean Weiler Ashwill. 2007. Nursing Care of Children
Principles & Practice. Canada : Saunders Elsevier
Noerasyid, A., Suraatmadja, S., Asnil, P.A., 1988, Gastroenteritis Akut. Dalam:
Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, penyunting. Gastroenterologi anak praktis.
Balai Penerbit FKUI, hal: 51-76.
Herdman, T. Heather. Kamitsuru Shigemi. 2015. Nursing Diagnoses Definitions ad
Classification 2015-2017 10th edition. Wiley Blackwell: USA
Bulechek, Gloria M. Howard K. Butcher. Joanne McCloskey Dochterman. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC) 6th edition. Mosby Elsevier: USA
55
56