PENDAHULUAN
Kanker kandung kemih merupakan tumor ganas yang berasal dari sel epitel
transisional yang melapisi lapisan mukosa kandung kemih. Sekitar 90% kanker
kandung kemih merupakan karsinoma sel transisional, berasal dari epitel
transisional dari membran mukosa (Joan dan Lyndon 2014). Kejadian kanker
kandung kemih terutama tipe karsinoma urothelial ini banyak terjadi di negara
berkembang. Namun, sedikit sekali informasi mengenai kejadian karsinoma
urothelial di Indonesia. Di Amerika Serikat, insidensi kanker kandung kemih adalah
32 per 100.000 pada pria dan 8 per 100.000 pada wanita. Perbandingan penderita
kanker kandung kemih antara pria dan wanita adalah 3:1
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan
1
atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2008).
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang
dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus
baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang.
Peningkatan jumlah penderita gangguan saluran kemih berhubungan langsung
dengan faktor-faktor pembentuk batu itu sendiri. Faktor instrinsik seperti genetik,
penyakit, jenis kelamin, ras, dan usia memegang peranan sekitar 25%, sedangkan
sebesar 75% lebih dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti iklim tempat tinggal,
geografis, dan gaya hidup (Muslim, 2007).
Penananganan pembedahan selama di rumah sakit menjadi salah satu focus dan
perhatian perawat. Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa ;resiko
perdarahan (hematuria), resiko infeksi, nyeri, dan perubahan jumlah urin, adalah
hal yang muncul dan memerlukan perhatian khusus. Selama perawatan terutama
pasca pembedahan memiliki banyak resiko sehingga perawat perlu melakukan
pemantauan khusus terutama hidrasi dan perdarahan sampai kondisi pasien stabil.
Fokus dan perhatian perawat terhadap upaya-upaya untuk melakukan edukasi dan
perubahan gaya hidup pasien dengan batu saluran kemih merupakan salah satu
tindakan mandiri perawat untuk membantu perawatan pasien-pasien dengan
penyakit gangguan saluran kemih.
Oleh karena permasalahan tersebut, makalah ini disusun agar perawat mampu
memahami dengan baik mengenai gangguan perkemihan serta mampu menyusun
dan menerapkan asuhan keperawatan yang tepat bagi penderita gangguan
perkemihan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini menjelaskan tentang teori konseptual mengenai Gangguan
Perkemihan : Kanker Ginjal, Kanker Kandung Kemih dan Urolithiasis
dan bagaimana cara memberikan penatalaksaan yang cepat dan tepat,
serta pembaca diharapkan memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada kasus Kanker Ginjal secara komprehensif.
2
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi Ginjal, Kandung Kemih dan
Urolithiasis
2. Menjelaskan definisi dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung Kemih
dan Urolithiasis
3. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko dari Kanker Ginjal, Kanker
Kandung Kemih dan Urolithiasis
4. Menjelaskan patofisiologi dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung
Kemih dan Urolithiasis
5. Menjelaskan manifestasi klinis dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung
Kemih dan Urolithiasis
6. Menjelaskan penatalaksanaan dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung
Kemih dan Urolithiasis
7. Menjelaskan komplikasi Kanker Ginjal, Kanker Kandung Kemih
dan Urolithiasis
8. Menjelaskan prognosis dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung Kemih
dan Urolithiasis
9. Menjelaskan Web of Cautation dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung
Kemih dan Urolithiasis
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Kanker Ginjal sehingga perawat
akan lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan
menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit, sehingga Kanker
Ginjal tidak semakin berat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lokasi ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen
posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan
organ retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritonium
rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal diatasnya.
4
2.1.2 Definisi Kanker Ginjal
Menurut Jusman (2001) bahwa karsinoma sel ginjal (renal cell carcinoma)
sering juga disebut sebagai Hipernefroma, karsinoma alveolar, dan clear cell
carcinoma. Hal ini terjadi akibat perbedaan pendapat para peneliti tentang kelainan
histogenesis yang mendasari penyakit ini. Kontroversi pendapat tentang tentang
asal tumor ini berakhir setelah peneliti Oberling dengan menggunakan mikroskop
elektron mendapat bahwa karsinoma sel ginjal berasal dari sel tubulus proksimal.
5
2.1.3 Etiologi Kanker Ginjal
Penyebab kanker ginjal sampai sekarang masih belum diketahui namun ada
beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pencetus, antara lain:
1. Rokok
Salah satu zat yang terkandung dalam rokok adalah cadmium, dimana
cadmium sendiri bersifat karsinogenik yang apabila masuk dalam aliran darah
akan berikatan dengan natrium atau garam sehingga konsentrasi darah menjadi
meningkat yang berdampak pada peningkatan kerja ginjal apabila itu terus
terjadi dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan gagal ginjal kronik
dan cadmium sendiri dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.
2. Von Hippel-lindau syndrome
Von hippel-lindau syndrome adalah kumpulan beberapa gejala yang
disebabkan oleh kerusakan atau disfungsi VHL (gen pengekang kanker) dalam
tubuh sehingga memicu perubahan sifat sel normal menjadi sel kanker akibat
proses yang ada dari dalam tubuh orang tersebut.
3. Obesitas.
4. Dialysis >5th pada gagal ginjal kronik
Dialysis berperan dalam proses metastases sel kanker.
5. Analgesic phenacethin
6. Hipertensi
Hipertensi meningkatan produksi renin oleh apparatus jugstakglomerulus
yang memicu respon angiotensinaldosteron yang meningkatkan reabsorbsi
natrium serta air dalam tubulus renal yang mengakibatkan penurunan laju
6
filtrasi glomerulus apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan gagal ginjal sebelum akhirnya semakin parah hingga terjadi
perubahan sifat sel normal menjadi sel kanker.
7. Riwayat penyakit keturunan
Riwayat penyakit keturunan terkait DNA-RNA yakni gen yang berfungsi
membawa informasi genetic yang dimiliki ke dua orang tua yang nantinya akan
diwariskan pada anak atau keturunannya.
Penyebab pasti terjadinya kanker ginjal hingga saat ini idiopatik, namun ada
beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kanker ginjal seperti rokok, faktor
keturunan, obesitas, hipertensi, von helper-lindau syndrome, dialysis >5th pada
pasien gagal ginjal kronik, analgesik penasetin. Beberapa kondisi berikut yang
menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal :
hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif,
obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau ginjal,
obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki
sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda
lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
7
mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan pemekatan)
mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress dan
perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya
tidak terlalu memperhatikan gejala ini. Gejala pengeluaran kemih waktu
malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita
terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam
keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari
adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga
sebagai respon teehadap kegelisahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit
yang terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang
dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal
ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat
menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah
akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
3. Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan
dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya.
Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan
berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan
kesadaran sampai koma.
4. Stadium akhir
Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah
hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan meningkat
dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang
8
dari 500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit
mula-mula menyerang tubulus ginjal.
Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan
biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik
memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan
dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
Adapun Tanda dan gejala kanker ginjal dapat sulit dipahami. Oleh karena itu,
pada saat diagnosis sekitar 30% dari pasien memiliki penyakit lanjutan. Namun ada
beberapa tanda dan gejala pada pasien dengan kanker ginjal, seperti: (American
Urological Association, april 2014)
Classic Triad (3 tanda klasik) gejala klasik bahwa pasien mengalami kanker
ginjal yakni:
1. Hematuria (40%)
2. Nyeri pinggang (40%)
3. Massa panggul (25%).
Apabila kanker telah mengalami metastasis maka akan menimbulkan
manifestasi klinis yang berbeda-beda tergantung tempat penyebarannya, seperti:
1. Sesak nafas dan batuk darah bila bermetastasis pada paru.
2. Nyeri tulang atau fraktur bila bermetastasis pada tulang.
3. Kerusakan neurologis apabila bermetastase di otak.
Beberapa pasien positif kanker ginjal dapat timbul tanda dan gejala sama
seperti pada pasien dengan sindrom paraneoplastic, antara lain:
1. Berat badan menurun
2. Anorexia
3. Hypertermi
4. Anemia
5. Hyperkalsemia
6. Peningkatan laju sedimentasi sel darah merah
9
7. Hipertensi dan disfungsi hati.
10
terlihat pada sinar X. Lalu zat warna itu akan bergerak melalui ginjal
menuju kantung kemih.
1. Operasi
Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker ginjal.
Perawatan jenis ini merupakan suatu tipe dari terapi lokal yang dilakukan
dengan merawat kanker ginjal dan area yang dekat pada tumor. Operasi
untuk mengangkat ginjal disebut nephrectomy. Adapun tipe operasi
pengangkatan ginjal ini tergantung pada stadium dari tumor yaitu :
- Radical nephrectomy. Ahli bedah mengangkat seluruh ginjal bersama
kelenjar adrenal dan beberapa jaringan disekitar ginjal. Beberapa simpul
getah bening di area itu juga diangkat.
- Simple nephrectomy. Ahli bedah hanya mengangkat ginjal. Biasanya
tindakan ini dilakukan pada penderita kanker ginjal stadium I.
- Partial nephrectomy. Ahli bedah hanya mengangkat bagian dari ginjal
yang mengandung tumor. Operasi ini dilakukan ketika seseorang itu
hanya mempunyai satu ginjal, ketika kanker sudah memengaruhi kedua
ginjal, maupun penderita yang ukuran tumor ginjalnya kurang dari 4 cm
atau ¾ inci.
2. Arterial embolization
Arterial embolization adalah tipe terapi lokal yang menyusutkan
tumor dan dilakukan sebelum tindakan operasi. Tujuannya adalah agar
operasi dapat berjalan lebih mudah. Ketika operasi tidak mungkin
dilakukan, maka embolization digunakan untuk membantu menghilangkan
gejala – gejala kanker ginjal.
11
Cara ini dilakukan dengan memasukkan tabung yang sempit ke
dalam suatu pembuluh darah di kaki. Tabung dialirkan keatas hingga ke
pembuluh darah besar utama atau arteri ginjal yang menyediakan darah
pada ginjal. Lalu disuntikkan suatu senyawa ke pembuluh darah untuk
menghalangi aliran darah ke dalam ginjal.
Setelah arterial embolization penderita biasanya merasakan nyeri
punggung atau mengalami demam. Efek – efek lainnya mual dan muntah.
Namun masalah – masalah ini bisa segera menghilang.
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi ( radioterapi ) adalah tipe lain dari tipe lokal yang
yang menggunakan sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel – sel kanker,
serta memengaruhi sel – sel kanker di area yang dirawat. Pasien
mendapatkan perawatan di rumah sakit atau klinik dalam lima hari setiap
minggu selama beberapa minggu.
Efek samping dari terapi radiasi tergantung pada jumlah radiasi yang
diberikan dan bagian tubuh yang dirawat. Pasien bisa menjadi sangat lelah
selama terapi radiasi, terutama pada minggu – minggu pertama perawatan.
Terapi radiasi pada ginjal dan area – area yang berdekatan
memungkinkan terjadinya mual, muntah, diare atau tidak nyaman ketika
BAK. Selain itu juga menyebabkan kekurangan jumlah sel darah putih sehat
yang sebenarnya membantu melindungi tubuh terhadap infeksi. Efek
lainnya kulit diarea yang dirawat akan memerah, kering dan peka.
4. Terapi biologis
Terapi biologis adalah suatu tipe dari terapi sistematis atau terapi
yang menggunakan senyawa – senyawa yang berjalan melalui aliran darah,
mencapai dan memengaruhi sel – sel di seluruh tubuh. Terapi biologis
menggunakan kemampuan alamiah tubuh atau sistem imun untuk melawan
kanker.
Terapi biologis mungkin menyebabkan gejala – gejala seperti flu,
kedinginan, demam, nyeri – nyeri otot, kelemahan, kehilangan nafsu makan,
mual, muntah dan diare. Pasien – pasien juga mungkin memperoleh suatu
12
ruam kulit atau skin rash. Persoalan – persoalan ini dapat menjadi parah,
namun mereka menghilang setelah perawatan dihentikan.
5. Kemoterapi
Kemoterapi adalah tipe dari terapi sistemis dengan menggunakan
obat – obatan. Obat – obatan anti kanker memasuki aliran darah dan
mengalir ke seluruh tubuh. Meskipun berguna untuk kanker – kanker yang
lain, obat – obatan tersebut telah menunjukkan penggunaan yang teratas
terhadap kanker.
Efek samping dari kemoterapi tergantung pada obat – obatan
spesifik dan jumlah yang diterima. Pada umumnya, obat – obatan anti
kanker memengaruhi sel – sel yang membelah secara cepat, terutama sel –
sel darah. Sel – sel ini melawan infeksi, membantu darah untuk
menggumpal atau membantu, dan membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Ketika obat – obat memengaruhi sel – sel darah, pasien lebih mudah
mendapat infeksi, memar berdarah, juga merasa sangat lemah dan lelah.
Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan rambut. Rambut
tumbuh kembali, namun adakalanya rambut yang baru memiliki warna dan
tekstur yang agak berbeda.
Kemoterapi dapat menyebabkan nafsu makan yang buruk, mual,
muntah, diare, atau luka – luka mulut dan bibir. Namun, efek – efek samping
ini dapat dikontrol dengan menggunakan obat – obatan.
6. Nutrisi
13
2.1.8. Komplikasi Kanker Ginjal
14
memiliki prognosis yang lebih baik dan memiliki lebih tinggi kelangsungan hidup
kanker spesifik 5 tahun dibandingkan dengan gejala penyakitnya.
Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan
pengangkatan kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh. Jika
tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai vena kava,
tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih bisa
memberikan harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar
dengan cepat, terutama ke paru-paru. Jika kanker telah menyebar ke tempat yang
jauh, maka prognosisnya jelek karena tidak dapat diobati dengan penyinaran,
kemoterapi maupun hormon.
15
2.1.10 WOC Kanker Ginjal
Kerusakan struktur
fungsi ginjal
Obstruksi saluran
kemih
MK: Defisit
pengetahuan Pembesaran tumor
Nyeri Hematuria,
yang menekan
pinggang urine keluar
jaringan ginjal, turun
Tindakan pembedahan tidak lancar
ke ureter dan kandung
kemih
Nyeri
Mual muntah, Napas sesak kepal
BB menurun
a
GANGGUAN
MK: MK: Pola PEMENUHAN
Ketidakseimbang napas ELIMINASI URINE
16
2.2 Kanker Kandung Kemih
2.2.1 Anatomi Fisiologi Kandung Kemih
Kandung kemih adalah organ muskular berongga yang berfungsi sebagai
kontainer penyimpanan urin. Lokasi kandung kemih pada laki-laki terletak tepat di
belakang simfisis pubis dan di depan rectum. Pada perempuan, organ ini terletak
agak dibawah uterus di depan vagina. Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan
terletak di pelvis saat kosong. Organ berbentuk seperti buah pir dan dapat mencapai
umbilicus dalam rongga abdominopelvis jika penuh berisi urin.
17
Gambar : Kandung kemih dan prostat (Omar Faiz, 2004)
18
1. Karsinogen dalam air minum : minum dapat menghilangkan racun yang ada
dalam tubuh tetapi air yang mengandung klorin dapat meningkatkan
kemungkinan timbulnya kanker kandung kemih
2. Penyakit saluran kemih : saat epitel uretra mengalami iritasi kronis atau
metabolisme karsinogen dalam urin man/usia meningkat, menyebabkan
proliferasi urothelial dan kemudian menjadi kanker
3. Obat – obatan : meminum obat obatan non-phenacetin yang mengandung
analgesik dengan dosis besar membuat resiko kanker kandung kemih
semakin meningkat
19
2.2.5 Manifestasi Klinis Kandung Kemih
1. Hematuria : hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau
penuh, dan dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal
hematuria, sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada
pembuangan gumpalan gumpalan darah dan bangkai bangkai busuk .
2. Iritasi kandung kemih : tumor terbentuk di trigonum kandung kemih,
lingkup patologi meluas atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai
ke kandung kemih sehingga menyebabkan fenomena sering buang air kecil
dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih : tumor yang lebih besar, tumor pada leher
kandung kemih dan penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan
buang air bahkan sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang
saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga
menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase : invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung
kemih sekitarnya, organ lain atau metastasis kelenjar getah panggul simpul,
akan menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula vagina,
dan edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang lebih jauh,
nyeri tulang dan cachexia.
20
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
2. Pemeriksaan radiologi
21
Penatalaksanaan kanker kandung kemih superficial merupakan suatu
pantangan karena biasanya mudah terjadi abnormalitas yang meluas pada mukosa
kandung kemih.Keseluruhan lapisan dinding saluran kemih atau urotelium
menghadapi resiko mengingat perubahan karsinoma mukosa bukan hanya
ditemukan dalam mukos kandung kemih tetapi juga dalam mukosa pelvis renal,
ureter dan uretra. Kekambuhan merupakan masalah yang serius, kurang lebih 25
persen hingga 40 persen tumor superficial akan kambuh kembali sesudah dilakukan
vulgerasi atau reseksi transuretra. Penderita piloma benigna harus menjalani tindak
lanjut dengan pemeriksaan sitologi dan sistoskopi secara berkala sepanjang
hidupnya karena kelainan malignansi yang agresif dapat timbul dari tumor ini.
22
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi
mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan
timbulnya kanker tersebut didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-
sel kanker lewat sirkulasi darah atau system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi
juga dilakukan bersama pembedahan atau dilakukan untuk mengendalikan penyakit
pada pasien dengan tumor yang tidak dapat dioperasi.
Kanker kandung kemih varietas sel transitional memiliki respon yang buruk
terhadap kemoterapi.Cisplatin, doxorubisin dan siklofosfamid suda digunakan
dengan berbagai takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya merupakan
kombinasi yang paling efektif.
Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat
stotoksik melalui suplai darah arterial organ yang terkena sehingga bisa tercapai
konsentrasi preparat kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek toksik sistemik
yang lebih kecil. Untuk kanker kandung kemih yang lebih lanjut atau untuk pasien
hematuria yang membandel (setelah terapi radiasi), sebuah balon besar berisi air
yang ditempatkan dalam kandung kemih akan membuat nekrosis tumor dengan
mengurangi suplai darah kedinding kandung kemih (terapi hidrostatik). Terapi
instilasi dengan cara memasukkan larutan formali, fenol atau perak nitrat dapat
meredahkan gejala hematuria dan stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan
nyeri) pada sebagian pasien.
23
2.2.8 Komplikasi Kandung Kemih
Komplikasi pembedahan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari
radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain
dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
24
2.2.10 WOC
25
2.3 Urolithiasis
2.3.1 Anatomi
Lokasi ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen
posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan
organ retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritonium
rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal diatasnya.
Dinding ureter teridiri dari 3 lapisan jaringan yaitu, lapisan terluar adalah
lapisan fibrosa, di tengah adalah muskularis longitudinal ke arah dalam dan otot
polos sirkular ke arah luar, dan lapisan terdalam adalah epitelium mukosa yang
mensekresi selaput mukus pelindung. Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik
26
intrinsik. Gelombang peristalsis mengalirkan urine dari kandung kemih ke keluar
tubuh.
Trigonum adalah area halus, triangular dan relatif tidak dapat berkembang yang
terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya
terbentuk dari tiga lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke
kandung kemih. Uretra keluar dari kandung kemih di bagian apeks trigonum.
27
Gambar : Posisi batu di ginjal, ureter dan kandung kemih (Soenanto, 2005)
2.3.2 Definisi
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, kalkuli
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu
ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Calculi
bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa
centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal.
Adanya batu/kalkuli di traktus urinarius terbentuk ketika konsentrasi substansi
tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat mengalami
peningkatan (Smith’s 2007)
28
2.3.3 Etiologi
29
2.3.4 Patofisiologi
30
2.3.5 Manifestasi Klinis
13. Kolik renal dan non kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal dari
ginjal kolik renal umumnya disebabkan karena batu melewati saluran
kolektivus atau saluran sempit ureter, sementara non kolik renal disebabkan
oleh distensi dari kapsula ginjal.
14. Hematuria pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih
berwarna seperti air teh) terutama pada obstruksi ureter.
15. Infeksi jenis BSK apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi.
16. Demam adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus
darurat karena dapat menyebabkan urosepsis.
17. Mual-muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan
mual dan muntah.
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukkan SDM ( Sel Darah Merah ), SDP (Sel Darah Putih ), kristal
(sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus, PH
mungkin asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin
(meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau batu kalsium fosfat)
2. Urin (24 jam)
Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin munkin
meningkat.
3. Kultur urin
Mungkin menunjukkan ISK (staphylococcus aureus, proteus, klebsiela,
pseudomonas).
4. Survei biokimia
Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein, dan
elektrolit.
31
5. Kreatinin serum dan urin
Abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urin) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia atau nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum
Peninggian kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan
terjadinya asidosisi tubulus ginjal.
7. Hitung darah lengkap
SDP ( Sel Darah Putih ) mungkin meningkat menunjukkan infeksi atau
septicemia.
8. Hemoglobin dan hematokri
Abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong
presipitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi atau gagal
ginjal).
9. Hormon paratiroid
Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal, (PTH merangsang reabsorpsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urin).
10. Foto rontgen
Menunjukkan adanya kalkuli dan perubahan pada area ginjal dan
sepanjang saluran kemih.
11. IVP ( Intravenous Pyelography )
Memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri
abdominal pada struktur anatomi (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
12. Sistoureteroskopi
Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu
atau obstruksi
13. CT scan
Mengidentifikasi atau menggambarkan kalkuli dan massa lain : ginjal,
ureter, dan distensi kandung kemih.
14. Ultrasound ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu. (Doenges, 2000)
32
2.3.7 Penatalaksanaan
b. Pengurangan nyeri
Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang
luar biasa, mandi air panas atau hangat di area panggul, pemberian cairan
kecuali untuk pasien muntah atau menderita gagal jantung kongestif.
Pemberian cairan dibutuhkan mengurangi konsentrasi kristaloid urin,
mengencerkan urin, dan menjamin haluaran yang besar serta meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang batu sehingga mendorong masase
batu kebawah.
b. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase ureter kecil untuk menghilangkan batu
yang obstruktif. Jika batu tersnggkat, dapat dilakukan analisa kimiawi untuk
menentukan kandungan batu.
c. Terapi nutrisi dan medikasi
Tujuan terapi adalah membuat pengenceran dimana batu sering terbentuk
dan membatasi makanan yang memberikan kontribusi pada pembentukan batu
serta anjurkan klien untuk bergerak agar mengurangi pelepasan kalsium dari
tulang. Tujuan dari pemberian terapi diit rendah protein, rendah garam adalah
pembantu memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau membantu mencegah
pembentukan batu ginjal.
d. Lithotripsi gelombang kejut eksternal
ESWL ( Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy ) merupakan prosedur non
invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu dikaliks ginjal. Setelah batu
pecah menjadi bagian kecil seperti pasir, sisa batu akan dikeluarkan secara
sepontan. Kebutuhan anestesi bergantung pada tipe lithotripsy yang digunakan,
ditentukan oleh jemlah dan intensitas gelombang kejut yang disalurkan.
33
e. Metode endourologi pengangkatan batu
Endourologi menggabungkan ketrapilan ahli radiologi dan urologi untuk
mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan
(nefrolitotomi perkutan) dilakukan dengan nefroskop dimasukkan ke traktus
perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim renal. Batu dapat diangkat
dengan forseps atau jaring, tergantung dari ukuran. Alat ultrasound dapat
dimasukkan melalui selang nefrostomi disertai pemakaian gelombang
ultrasound untuk menghancurkan batu.
f. Uretroskopi
Mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan
laser.
g. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik, misal : agens pembuat basa (alkylating) dan pembuat
asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternatif
penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak
metode lain atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
h. Pengangkatan bedah
Dilakukan pada 1%-2% pasien dengan indikasi batu tersebut tidak berespon
terhadap bentuk penanganan lain atau mengkoreksi setiap abnormalitas
anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.
2.3.8 Komplikasi
a. Gagal Ginjal
Kerusakan ginjal yang terjadi lebih lanjut dan pembuluh darah yang
terkompresi oleh batu pada membrane ginjal menyebabkan suplai oksigen
terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik pada ginjal dan jika dibiarkan akan
menjadi gagal ginjal.
34
b. Infeksi
Aliran urin yang statis adalah tempat yang baik untuk perkembangan
mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
c. Hidronefrosis
Aliran urin yang terhambat menyebabkan urin terhambat dan menumpuk pada
ginjal. Sehingga lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan
urin.
d. Avaskuler Iskemia
Kematian jaringan yang terjadi oleh aliran darah ke dalam jaringan berkurang.
2.3.9 Prognosis
Sembuhnya pasien dari batu ginjal, ada kemungkinan batu ginjal tersebut muncul
kembali. Batu ginjal juga bisa bersifat herediter sehingga keturunan pasien bisa
mengalami hal yag sama.
35
2.3.10 WOC
Batu Kalsium Batu oksalat Batu asam urat Batu struvit Batu karbonat apati
Urolithiasis
MK Resiko MK Resiko
Nutrisi kekurangan
kurang dari cairan
kebutuhan
tubuh
MK Nyeri
MK Hipertermi 36
BAB III
3.1.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,muntah dan
diare. Badan panas hanya satu hari pertama sakit.
3. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
b. Berat badan
c. Pengkajian Head To Toe
d. TTV
e. Kaji pola nutrisi
f. Adanya nyeri tekan pada bagian abdomen\
g. Periksa adanya benjolan pada perut.
h. Adanya perdarahan per uretra
4. Pengkajian setiap pola
a. Pola nutrisi dan metabolik
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat
terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual ,
muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.
BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat
terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi
37
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi
dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang
tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampaianuria
,proteinuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan latihan
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien
perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah
mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan
darah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka
pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas,
teraba ,auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh
sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan
pembesaran jantung (Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat
lemah) anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme
pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan
kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui
penyebab dan penanganan penyakit ini.
d. Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus Kognitif & perseptual : Peningkatan ureum darah
menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan
penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopatihi pertensi.
Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada
infeksi karena inumnitas yang menurun.
e. Persepsi diri
38
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh
kembali seperti semulaf.
f. Hubungan peran
Anak tidak dibesuk oleh teman– temannya karena jauh dan
lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan
anak banyak diam.
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat
ditemukan laju endap darah yang meninggi dan kadang kadang
ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini ditemukan,
maka prognosis diagnosa buruk Pada foto polos abdomen akan tampak
masa jaringan lunak dan jarang ditemukan klsifikasi
didalamnya.Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan
gambaran distori, penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan
kalises. Dari pemeriksaan renoarteriogram didapatkan gambaran arteri
yang memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari
metastasi kedalam paru-paru.
39
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
3. Defisit pengetahuan b/d kurang keinginan mencari informasi
40
- Tanda vital dalamrentang - Pilih dan lakukan
normal ( 1-4 ) penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Ketidakseimbang NOC : NIC :
an nutrisi kurang Nutritional status : nutrient Nutrition Management
dari kebutuhan intake - Kaji adanya alergi
tubuh b/d Setelah dilakukan tindakan makanan
ketidakmampuan keperawatan selama 2x24 - Anjurkan pasien untuk
untuk jam nutrisi pasien meningkatkan intake Fe
mengabsorpsi tercukupi dengan indikator : - Anjurkan pasien untuk
nutrient - Adanya peningkatan meningkatkan protein dan
berat badan sesuai vitamin C
DS: dengan tujuan (1-4) - Berikan substansi gula
41
- Klien - Berat badan ideal sesuai - Yakinkan diet yang
mengatakan dengan tinggi badan (1- dimakan mengandung
tidak nafsu 5) tinggi serat untuk
makan - Mampu mengidentifikasi mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi (1-4) - Berikan makanan yang
DO: terpilih ( sudah
- i- intake nutrisi - Tidak ada tanda tanda dikonsultasikan dengan
yang tidak malnutrisi (1-5) ahli gizi)
adekuat - Menunjukkan - Ajarkan pasien bagaimana
mual, muntah peningkatan fungsi membuat catatan makanan
- BB : 45 Kg pengecapan dari menelan harian
(1-4) - Monitor jumlah nutrisi
- Tidak terjadi penurunan dan kandungan kalori
berat badan yang berarti - Mendapatkan nutrisi yang
(1-4) dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor mual dan muntah
42
- Monitor makanan
kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3. Defisit NOC NIC
pengetahuan b.d. a. Pasien dan keluarga
a. Kaji tingkat pengetahuan
kurang keinginan menyatakan
mencari pemahaman pasien dan keluarga
43
menjelaskan kembali tepat
apa
d. Gambarkan proses
yang dijelaskan
perawat/tim penyakit, dengan cara yang
e. Identifikasi kemungkinan
tepat
tepat
atau penanganan
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
44
j. Eksplorasi kemungkinan
3.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien
a. Usia:
Lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun tempat
yang jauh.
b. Jenis Kelamin:
Pria memiliki risiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita
c. Pekerjaan:
Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon, pewarna,
karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki risiko lebih
tinggi.
d. Tempat Tinggal:
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara di
Afrika, terutama Mesir.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan hematuria
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
45
e. Dysuria
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi kronis
saluran kencing, dan infeksi dari parasit memiliki kemungkinan untuk
kembali memiliki penyakit yang sama
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko
kanker kandung kemih
e. Riwayat psikososial dan spiritual : -
f. Kondisi lingkungan rumah :
Pada area industri dengan penduduk padat yang memungkinkan lingkungan
terpapar oleh karsinogen tertentu
g. Kebiasaan sehari-hari :
Konsumsi 4 P (Pemanis, pewarna, pengawet, penyedap rasa), merokok,
kopi.
3. Pemeriksaan Fisik
Nyeri atau ketidak nyamanan : nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada area
ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak
hilang dengan posisi atau tindakan lain
a. Keadaan Umum: Klien tampak pucat, merasa mual
b. Tanda-tanda vital:
1. Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada
hipertensi
2. Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb yang
berakibat pada penurunan O2
c. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
46
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia,
disritmia
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
5. Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri
8. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
10. Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
11. Penyuluhan/Pembelajaran
47
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
d. Pemeriksaan per sistem
1. B1(Breathing)
Bisa ditemui pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
napas, retraksi dada yang disebabkan karena hiperventilasi.
2. B2 (Blood)
Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan, gangguan pada fungsi
aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang
berakibat pada hipertensi (peningkatan TD).
Saat terjadi hematuria, maka banyak darah yang dikeluarkan dan
tubuh kekurangan Hb berdampak pada anemia.
3. B3 (Brain)
Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera icterus,
conjunctiva pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis normal.
Persepsi sensori tidak ada kelainan.
4. B4 (Bladder)
Inspeksi:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
Auskultasi : arteri renalis ada bruit atau tidak
Palpasi : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm,
keras, fixed.
5. B5 (Bowel)
48
Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi) disebabkan adanya
mual dan muntah pada klien kanker kandung kemih.
6. B6( Bone)
Gangguan pada Renin-Angiotensin yang berakibat pada gangguan
pompa Na dan K, sehingga Na tidak dapat dikeluarkan yang
menyebabkan edema pada ekstermitas.
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
Pra Operasi
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
pigmentasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
49
3. Warna urin terkahir Y-
4. Kejernihan urin connector dengan
5. Intake cairan alkohol swap
6. Pengosongan 4. Tetap irigasi cairan
kandung kemih secara setiap agen protokol
maksimal 5. Observasi
7. Tampak darah dalam perlindungan diri
urin 6. Monitor dan
8. Frekuensi urine pelihara rate flow
9. Urgency with sesuai kebutuhan
urination 7. Tulis cairan yang
10. Urge inkontinence dibutuhkan,
karakteristik cairan,
jumlah pengeluaran,
dan respon pasien,
dan agen protokol
2. Risiko kerusakan NOC NIC
integritas kulit b.d. a. Integritas kulit yang a. Anjurkan pasien
perubahan baik bisa dipertahankan untuk menggunakan
pigmentasi (sensasi, elastisitas, pakaian yang longgar
temperatur, hidrasi, b. Hindari kerutan pada
pigmentasi) tempat tidur
b. Tidak ada luka/lesi c. Jaga kebersihan kulit
pada kulit agar tetap bersih dan
c. Perfusi jaringan baik kering
d. Menunjukkan d. Mobilisasi pasien
pemahaman dalam proses (ubah posisi pasien)
perbaikan kulit dan setiap dua jam sekali
mencegah terjadinya e. Monitor kulit akan
sedera berulang adanya kemerahan
50
e. Mampu melindungi f. Oleskan lotion atau
kulit dan minyak/baby oil pada
mempertahankan derah yang tertekan
kelembaban g. Monitor aktivitas dan
kulit dan perawatan alami mobilisasi pasien
f. Menunjukkan h. Monitor status nutrisi
terjadinya pasien
proses penyembuhan luka i. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
j. Kaji lingkungan dan
peralatan yang
menyebabkan tekanan
k. Observasi luka :
lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
karakteristik, warna
cairan, granulasi,
jaringan nekrotik,
tandatanda infeksi lokal,
formasi traktus
l. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
m. Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP,
vitamin
n.Cegah kontaminasi
feses dan urin
51
o.Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
p. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
3. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen injury Setelah dilakukan asuhan
1. Tentukan dampak
selama 3 x 24, nyeri
nyeri terhadap
teratasi dengan kriteria
kualitas hidup klien
hasil:
(misalnya tidur,
1. Kenali awitan nyeri
nafsu makan,
2. Jelaskan faktor
aktivitas, kognitif,
penyebab nyeri
suasana hati,
3. Gunakan obat
hubungan, kinerja
analgesik dan non
kerja, dan tanggung
analgesik
jawab peran).
4. Laporkan nyeri yang
2. Kontrol faktor
terkontrol
lingkungan yang
mungkin
menyebabkan
respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature
ruangan,
pencahayaan,
suara).
52
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri
secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal
dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
Post Operasi
53
Setelah dilakukan 1. Tentukan dampak
asuhan selama 3 x 24, nyeri terhadap
nyeri teratasi dengan kualitas hidup klien
kriteria hasil: (misalnya tidur, nafsu
1. Kenali awitan makan, aktivitas,
nyeri kognitif, suasana hati,
2. Jelaskan faktor hubungan, kinerja
penyebab nyeri kerja, dan tanggung
3. Gunakan obat jawab peran).
analgesik dan non 2. Kontrol faktor
analgesik lingkungan yang
4. Laporkan nyeri mungkin
yang terkontrol menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
54
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
1. Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan Infection Severity Infection protection
prosedur invasif Tujuan : 1. Lakukan tindakan
Setelah dilakukan pencegahan
tindakan keperawatan neutropenia
selama 3x 24 jam 2. Isolasi semua
pasien tidak pengunjung untuk
mengalami infeksi penyakit menular
Kriteria Hasil : 3. Pertahankan asepsis
1. Klien tidak demam untuk pasien berisiko
2. Klien tidak 4. Periksa kondisi setiap
mengalami sayatan bedah atau
peningkatan luka
jumlah sel darah 5. Pantau tanda-tanda
putih dan gejala infeksi
Bayi 9000 – sistemik dan lokal
baru 30.000 6. Monitor kerentanan
Lahir /mm3 terhadap infeksi
Bayi/an 9000 – 7. Pantau perubahan
ak 12.000/m tingkat energi atau
m3 malaise
55
Dewasa 4000- Infection control
10.000/m 1. Bersihkan lingkungan
m3 setiap kali setelah
digunakan pasien
2. Isolasi dengan orang
yang terkena
penyakit menular
3. Batasi jumlah
pengunjung yang
sesuai
4. Tingkatkan cara
mengajar mencuci
tangan untuk tenaga
kesehatan
5. Anjurkan pasien
tentang teknik cuci
tangan yang tepat
6. Instruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
7. Gunakan sabun
antimikroba untuk
mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum
dan sesudah setiap
kegiatan perawatan
pasien
56
3.3 Urolithiasis
3.3.1 Pengkajian
A. Pengkajian
1) Identitas
Nama : Dengan inisial
Umur : Paling sering 30 – 50 tahun
Jenis kelamin : Lebih banyak pada pria
Alamat : Tinggal di daerah panas
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik yang
menyebar ke paha dan genetelia.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah menderita
penyakit infeksi saluran kemih.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga menderita batu ginjal dan hipertensi
d. Fungsional Gordon
1. Pola persepsi dan management
Pola ini akan menjelaskan bagaimana penderita batu ginjal ini
mengatasi penyakit yang di deritanya,apakah langsung di bawa ke
rumah sakit atau tidak.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Menjelaskan bagaimana makan klien, apakah mengalami muntah.
Dan biasanya klien sering mengalami hidrasi
3. Pola eliminasi
Klien akan mengalami gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit. Dan biasanya klien terserang diare
4. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien mengalami
nyeri dan bengkak pada tungkai
57
5. Pola kognitif dan perceptual
Biasanya klien yang menderita batu ginjal tidak mengalami
gangguan pada penglihatan, dan pendengaran
6. Pola istirahat dan tidur
Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena merasakan nyeri
yang sangat hebat pada daerah tungkai
7. Pola konsep diri dan persepsi
Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya
8. Pola peran dan hubunganKlien lebih sering menutup diri, dan sering
mengabaikan perannya baik sebagai suami, maupun ayah
9. Pola reproduksi dan seksual
Biasanya klien yang menderita batu ginjal mengalami gangguan
reproduksi dan seksual nya, sehingga iya tidak dapat memenuhi
kebutuhan seksualnya
9. Pola coping dan toleransi
Klien yang menderita batu ginjal cenderung stres, karena cemas
memikirkan penyakitnya, yang tak kunjung sembuh
10. Pola nilai dan keyakinan
Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena dirumah
sakit klien menggunakan kateter
58
Klien diharapkan Intrevensi yang akan
mampu untuk : dilakukan :
59
- Mengekspresikan Intrevensi yang akan
perasaan dengan dilakukan :
lingkungan fisik sekitar - Kaji riwayat kesehatan
- Mengekspresikan pasien dan riwayat
kepuasan dengan pemakaian obat penenang
Kontrol nyeri - Tanyakan kepada pasien
Tingkatan Nyeri atau keluarga tentang
- Tentukan lokasi ,
karakteristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
- Periksa order/pesanan
medis untuk obat, dosis,
dan frekuensi yang
ditentukan analgesic
60
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Retensi urin b.d. NOC NIC
hambatan reflek a. Kandung kemih a. Monitor intake dan
kosong output
secara penuh b. Monitor penggunaan
b. Tidak ada residu urine obat
>100-200 antikolinergik
c. Intake cairan dalam c. Monitor derajat
rentang distensi
normal bladder
d. Bebas dari ISK d. Instruksikan pada
e. Tidak ada spasme pasien
bladder dan keluarga untuk
f. Balance cairan mencatat output urine
seimbang e. Sediakan privacy untuk
eliminasi
f. Stimulasi reflek bladder
dengan kompres dingin
pada abdomen
g. Kateterisasi jika perlu
h. Monitor tanda dan
gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)
61
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Risiko infeksi b.d. NOC NIC
trauma jaringan a. Klien bebas dari a. Pertahankan teknik aseptif
tanda dan b. Batasi pengunjung bila
gejala infeksi perlu
b. Menunjukkan c. Cuci tangan setiap sebelum
kemampuan dan sesudah tindakan
untuk mencegah keperawatan
timbulnya d. Gunakan baju, sarung
infeksi tangan sebagai alat
c. Jumlah leukosit pelindung
dalam batas e. Ganti letak IV perifer dan
normal dressing sesuai dengan
d. Menunjukkan petunjuk umum
perilaku f. Gunakan kateter intermiten
hidup sehat untuk menurunkan infeksi
e. Status imun, kandung kencing
gastrointestinal, g. Tingkatkan intake nutrisi
genitourinaria dalam h. Berikan terapi antibiotik
batas i. Monitor tanda dan gejala
normal infeksi sistemik dan local
j. Pertahankan teknik isolasi
k/p
k. Inspeksi kulit dan
membran
mukosa terhadap
62
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
p. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam
63
BAB IV
4.1.2 Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas
Nama : Tn. M
Usia : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki–laki
Pekerjaan : Pegawai pabrik cat
b. Keluhan utama
Keluhan lokal : hematuria bersifat intermitten
Keluhan sistemik : Hb 9,2 gr/dl (Anemia)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. M mengeluh hematuria bersifat intermitten dan merasakan nyeri di
daerah pinggang hilang timbul sejak 2 minggu sebelum MRS, lalu klien
64
langsung memeriksakannya ke RSUA. Saat ini klien terpasang
kateter dengan produksi urin 850 cc/24 jam, tampak urin bercampur
darah.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Aada keluarga klien yang mempunyai riwayat penyakit yang sama
f. Riwayat pemakaian obat:
Tidak ada
g. Gaya Hidup/Life style
Klien memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 3 SMA dan gemar
mengkonsumsi kopi
h. Pola Eliminasi
Klien mengeluh nyeri hematuria bersifat intermitten
i. Kondisi Lingkungan
Pasien bekerja sebagai pegawai di pabrik cat
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Tidak ada keluhan
b. B2 (Blood)
Pasien mengalami anemia dengan hasil pemeriksaan Hb 9,2 gr/dl.
T 37,3 ºC
c. B3 (Brain)
Tidak ada keluhan
d. B4 (Bladder)
Inspeksi : produksi urine dalam 24 jam 850 ml, warnanya
merah dengan bau agak amis.
Palpasi dan Perkusi : tidak teraba adanya massa
e. B5 (Bowel)
Tidak ada keluhan
f. B6 (Bone)
65
Tidak ada keluhan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Kimia Klinik
Hb = 9,2 gr/dl (L : 13-16 g/dl, P : 12-14 g/dl)
Leukosit =11.000/mm3(4.000-10.000 mm3)
b. Pemeriksaan Faal Ginjal
BUN = 38 mg/dl (10-45)
Kreatinin serum = 1,62 mg/dl (L : 0,9-1,5 P : 0,7-1,3)
c. Pemeriksaan Radiologi
CT scan = tumor sampai dengan lapisan otot superfisial
4.1.3 Analisa Data
66
DO : Klien tampak ↓
meringis menahan Refluks
nyeri ↓
P : keinginan Hidroureter
berkemih ↓
Q : hilang timbul Hidronefrosus
R : pinggang ↓
S : 5 dari 10 Nyeri pinggang
T : 3-4x/hari
Post Operasi
3. DS: Kanker kandung Nyeri akut
Klien mengatakan kemih
nyeri di daerah ↓
sekitar luka TURB-T
DO : Klien tampak ↓
meringis menahan Luka insisi post
nyeri pembedahan
P : saat aktivitas ↓
Q : terus menerus Nyeri
R :luka
pembedahan
S : 3 dari 10
T : siang hari
4. DS: Resiko Infeksi
Klien mengeluhkan Kanker kandung
merasa gatal di kemih
daerah lukanya ↓
DO: TURB-T
T: 37,5°C ↓
Leukosit 11.000/mm3
67
Luka insisi post
pembedahan
↓
Resiko Infeksi
68
5. Intake cairan 4. Tetap irigasi cairan
6. Pengosongan setiap agen protokol
kandung kemih 5. Monitor dan pelihara
secara maksimal rate flow sesuai
7. Tampak darah kebutuhan
dalam urin 6. Tulis cairan yang
8. Frekuensi urine dibutuhkan,
9. Urgency with karakteristik cairan,
urination jumlah pengeluaran,
10. Urge inkontinence dan respon pasien,
dan agen protokol
7. Observasi
perlindungan diri
2. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
1. Tentukan dampak
injury asuhan selama 3 x 24,
nyeri terhadap
nyeri teratasi dengan
kualitas hidup klien
kriteria hasil:
(misalnya tidur, nafsu
1. Kenali awitan
makan, aktivitas,
nyeri
kognitif, suasana hati,
2. Jelaskan faktor
hubungan, kinerja
penyebab nyeri
kerja, dan tanggung
3. Gunakan obat
jawab peran).
analgesik dan non
2. Kontrol faktor
analgesik
lingkungan yang
4. Laporkan nyeri
mungkin
yang terkontrol
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
69
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
2. Post Operasi
70
3. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
1. Tentukan dampak
injury asuhan selama 3 x 24,
nyeri terhadap
nyeri teratasi dengan
kualitas hidup klien
kriteria hasil:
(misalnya tidur, nafsu
1. Kenali awitan
makan, aktivitas,
nyeri
kognitif, suasana hati,
2. Jelaskan faktor
hubungan, kinerja
penyebab nyeri
kerja, dan tanggung
3. Gunakan obat
jawab peran).
analgesik dan non
2. Kontrol faktor
analgesik
lingkungan yang
4. Laporkan nyeri
mungkin
yang terkontrol
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
71
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
4. Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan Infection Severity Infection protection
dengan prosedur Tujuan : 1. Lakukan tindakan
invasif Setelah dilakukan pencegahan
tindakan keperawatan neutropenia
selama 3x 24 jam 2. Isolasi semua
pasien tidak pengunjung untuk
mengalami infeksi penyakit menular
Kriteria Hasil : 3. Pertahankan asepsis
1. Klien tidak demam untuk pasien berisiko
2. Klien tidak 4. Periksa kondisi setiap
mengalami sayatan bedah atau
peningkatan luka
jumlah sel darah 5. Pantau perubahan
putih tingkat energi atau
Bayi 9000 – malaise
baru 30.000 6. Pantau tanda-tanda
Lahir /mm3 dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
72
Bayi/an 9000 – 7. Monitor kerentanan
ak 12.000/m terhadap infeksi
m3
Dewasa 4000- Infection control
10.000/m 1. Bersihkan lingkungan
m3 setiap kali setelah
digunakan pasien
2. Isolasi dengan orang
yang terkena
penyakit menular
3. Batasi jumlah
pengunjung yang
sesuai
4. Tingkatkan cara
mengajar mencuci
tangan untuk tenaga
kesehatan
5. Anjurkan pasien
tentang teknik cuci
tangan yang tepat
6. Instruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
7. Gunakan sabun
antimikroba untuk
mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum
dan sesudah setiap
73
kegiatan perawatan
pasien
4.2 Urolithiasis
4.2.1 Kasus
4.2.2 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. I
Usia : 48 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : TNI
Tanggal Masuk : 29-02-2017
Waktu : 12.30 WIB
Dari : Poli bedah
Sumber Informasi : klien, keluarga, dan rekam medic
Diagnosa medis : batu ureter distal dextra
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan sering merasakan nyeri skala 5 di pinggang sebelah
kanan dan sulit berkemih
74
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sering merasakan nyeri skala 5 di pinggang sebelah
kanan Saat BAK sering terasa nyeri dan BAK tidak tuntas. Ada keluhan BAK
menetes di akhir. Sejak 3 bulan yang lalu klien memiliki riwayat BAK berdarah,
terasa nyeri skala 5. BAK berdarah hanya terjadi sekali itu saja. Skala nyeri saat
pengkajian 4-5 dari 10.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat sakit ginjal atau
infeksi saluran kemih. Tahun 2012 kemih berdarah sakala nyeri 5. Keluarga juga
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit ginjal atau batu saluran kemih.
5. Pemeriksaan Laboratorium Tn. I dengan Batu Saluran Kemih
Jenis Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Pemeriksaan
Hemoglobin 15,5 13-18 g/dL Normal
Hematokrit 46 40-52 % Normal
Eritrosit 5,2 4,3-6,0 juta Normal
Leukosit 11010 4.800-10.800 Meningkat
/mL
Trombosit 217000 150.000-400.000 Normal
PT Kontrol 12,6 Detik Normal
PT Pasien 10,8 9,8-12,8 Normal
APTT Kontrol 34,0 Detik Normal
APTT Pasien 44,6 27-29 detik Meningkat
Hematokrit 46 40-52 % Normal
Eritrosit 5,2 4,3-6,0 juta Normal
SGOT 40 0-40 Meningkat
SGPT 91 0-41 Meningkat
Ureum 26 0-5- mg/dL Normal
Kreatinin 1,1 0,5-1,5 Normal
Asam Urat 6,4 3,4-7,0 Normal
75
GDS Sewaktu 86 < 140 mg/dL Normal
Natrium 144 125-147 mmoL Normal
Kalium 3,8 3,5-5,0 mmoL Normal
Klorida 93 95-105 mmoL Menurun
76
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Urolithiasis Nyeri akut
Klien mengatakan
nyeri pada
pinggang kanan Batu terjebak di ureter
P : batu ureter distal dextra
Q : seperti terbakar
R : nyeri di area pinggang Obstruksi
dan testis.
S : 5 dari 10
T : hilang saat beristirahat
dan muncul saat ingin Kolik menyebar ke
berkemih genitalia
DO :
• Klien terlihat Nyeri akut
77
namun tidak tuntas Obstruksi
dan menetes
diakhir
DO :
Perubahan pola Retensi urin
berkemih: disuria
produksi kuning,
sedikit-sedikit
• Riwayat hematuria
• Hasil pemeriksaan
BNO IVP dan USG
Abdomen: Batu ureter
distal dextra
78
- Gunakan tanda tanda frekuensi, kualitas,
vital memantau intensitas dan penyebab
perawatan - Evaluasi bersama pasien
- Laporkan tanda / dan tenaga kesehatan
gejala nyeri pada tenaga lainnya dalam menilai
kesehatan professional efektifitas pengontrolan
79
Klien diharapkan pengalaman pemberian
mampu untuk : obat penenang
- Tentukan lokasi ,
karakteristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
- Periksa order/pesanan
medis untuk obat, dosis,
dan frekuensi yang
ditentukan analgesic
80
b. Tidak ada residu urine b. Monitor penggunaan
>100-200 obat
c. Intake cairan dalam antikolinergik
rentang c. Monitor derajat
normal distensi
d. Bebas dari ISK bladder
e. Tidak ada spasme d. Instruksikan pada
bladder pasien
f. Balance cairan dan keluarga untuk
seimbang mencatat output urine
e. Sediakan privacy untuk
eliminasi
f. Stimulasi reflek bladder
dengan kompres dingin
pada abdomen
g. Kateterisasi jika perlu
h. Monitor tanda dan
gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)
81
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker ginjal merupakan keganasan pada parenkim ginjal yang berasal dari
tubulus proksimal ginjal. (Arif Muttaqqin,2011). Penyakit ini bisa disebabkan oleh
rokok Von Hippel-lindau syndrome, obesitas. dialysis >5th pada gagal ginjal kronik
, analgesic phenacethin, hipertensi, riwayat penyakit keturunan. Terdapat 4 tahapan
klinik dari kanker ginjal akut adalah stadium awal, stadium Oliguria. stadium III.
stadium akhir. Classic Triad (3 tanda klasik) gejala klasik bahwa pasien mengalami
kanker ginjal yakni Hematuria (40%), Nyeri pinggang (40%), Massa panggul
(25%). Apabila kanker telah mengalami metastasis maka akan menimbulkan
manifestasi klinis yang berbeda-beda tergantung tempat penyebarannya.
82
adalah faktor intrinsik : herediter (di duga diturunkan orang tuanya) umur, (paling
sering di dapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis kelamin, (laki-laki tiga lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan) dan faktor ekstrinsik : geografi, iklim dan
temperature, asupan air, diet pekerjaan. Proses pembentukan membutuhkan
supersaturasi urine yang tergantung pada PH urine, kekuatan ion, konsntrasizat
terlarut, dan kompleksasi. (Stoller 2010). Faktor predisposisi terjadinya batu antara
lain : peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan
juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
5.2 Saran
1. Bagi Pembaca
Setelah membaca makalah ini, harapan kami semoga dapat
memahami betul sehingga penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
sistem perkemihan ini dapat dihindari.
2. Bagi Mahasiswa
Setelah mempelajari secara lebih dalam tentang Kanker Ginjal.
Kanker Kandung Kemih dan urolithiasis, diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui apa yang telah dipelajari dan diperoleh, serta
memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Semoga dapat menambah bahan bacaan perpustakaan dan dapat
memberikan masukan bagi mahasiswa tentang sistem perkemihan
khususnya tentang Kanker Ginjal. Kanker Kandung Kemih dan urolithiasis.
83
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth. 2010. Buku Saku Keperawatn Medikal Bedah.ECG: Jakarta
Carpenito, L. J. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). PT EGC. Jakarta Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2007.
Medical-Surgical Nursing, Demystified: A Self Teaching Guide. USA: The Mc
Graw-Hill Companies
Faiz, Omar dan David Moffat. (2004). At a Glance Series Anatomi. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Gruberg, L., Dangas, G., Mehran, R., Mintz, G. S., Kent, K. M., Pichard, A. D., ...
& Leon, M. B. (2002). Clinical outcome following percutaneous coronary
interventions in patients with chronic renal failure. Catheterization and
cardiovascular interventions, 55(1), 66-72.
84
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Purnomo, B.B. 2010.Pedoman diagnosis & terapi smf urologi LAB ilmu bedah.
Malang: Universitas Kedokteran Brawijaya.
Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Stoller, Marshall L. Urinary Stone Disease dalam Smith’s General Urology. Edisi
ke- 17. USA: McGraw-Hill; 2010. hlm. 254- 7
Tsui, K. H., Shvarts, O., Smith, R. B., FIGLIN, R., de KERNION, J. B., &
BELLDEGRUN, A. (2000). Renal cell carcinoma: prognostic significance
of incidentally detected tumors. The Journal of urology, 163(2), 426-430.
Yarbro, C. H., Wujcik, D., & Gobel, B. H. (2010). Cancer nursing: Principles and
practice. Jones & Bartlett Publishers.
85