Anda di halaman 1dari 85

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh
yang tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam
tubuh karena dapat menjadi racun terutama eliminasi urin. Ginjal, uretra, dan
kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih. Fungsi utama
dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme dan
mengeluarkannnya sebagai urin. Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari
kandung kemih atau uretra. Berbagai macam bentuk dari gangguan saluran kemih,
seperti kanker ginjal, kanker kandung kemih, urolithiasis, dan sebagainya.

Carsinoma ginjal dilaporkan pertama kali oleh GRAWITZ (1883) sehingga


dikenal juga dengan tumor Grawitz, sering juga disebut sebagai hipernefroma atau
clear cell carcinoma. Sebuah tumor ginjal adalah pertumbuhan abnormal dalam
ginjal. (American Urological Association, april 2014). . Dalam Kidney Cancer
Statistic yang bersumber dari World Cancer Reaserch Fund International didapat
bahwa kanker ginjal adalah kanker paling umum kedua belas di dunia (posisi sendi
dengan kanker pankreas), dengan 338.000 kasus baru didiagnosis pada tahun 2012.

Kanker kandung kemih merupakan tumor ganas yang berasal dari sel epitel
transisional yang melapisi lapisan mukosa kandung kemih. Sekitar 90% kanker
kandung kemih merupakan karsinoma sel transisional, berasal dari epitel
transisional dari membran mukosa (Joan dan Lyndon 2014). Kejadian kanker
kandung kemih terutama tipe karsinoma urothelial ini banyak terjadi di negara
berkembang. Namun, sedikit sekali informasi mengenai kejadian karsinoma
urothelial di Indonesia. Di Amerika Serikat, insidensi kanker kandung kemih adalah
32 per 100.000 pada pria dan 8 per 100.000 pada wanita. Perbandingan penderita
kanker kandung kemih antara pria dan wanita adalah 3:1
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan

1
atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2008).
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang
dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus
baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang.
Peningkatan jumlah penderita gangguan saluran kemih berhubungan langsung
dengan faktor-faktor pembentuk batu itu sendiri. Faktor instrinsik seperti genetik,
penyakit, jenis kelamin, ras, dan usia memegang peranan sekitar 25%, sedangkan
sebesar 75% lebih dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti iklim tempat tinggal,
geografis, dan gaya hidup (Muslim, 2007).
Penananganan pembedahan selama di rumah sakit menjadi salah satu focus dan
perhatian perawat. Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa ;resiko
perdarahan (hematuria), resiko infeksi, nyeri, dan perubahan jumlah urin, adalah
hal yang muncul dan memerlukan perhatian khusus. Selama perawatan terutama
pasca pembedahan memiliki banyak resiko sehingga perawat perlu melakukan
pemantauan khusus terutama hidrasi dan perdarahan sampai kondisi pasien stabil.
Fokus dan perhatian perawat terhadap upaya-upaya untuk melakukan edukasi dan
perubahan gaya hidup pasien dengan batu saluran kemih merupakan salah satu
tindakan mandiri perawat untuk membantu perawatan pasien-pasien dengan
penyakit gangguan saluran kemih.
Oleh karena permasalahan tersebut, makalah ini disusun agar perawat mampu
memahami dengan baik mengenai gangguan perkemihan serta mampu menyusun
dan menerapkan asuhan keperawatan yang tepat bagi penderita gangguan
perkemihan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini menjelaskan tentang teori konseptual mengenai Gangguan
Perkemihan : Kanker Ginjal, Kanker Kandung Kemih dan Urolithiasis
dan bagaimana cara memberikan penatalaksaan yang cepat dan tepat,
serta pembaca diharapkan memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada kasus Kanker Ginjal secara komprehensif.

2
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi Ginjal, Kandung Kemih dan
Urolithiasis
2. Menjelaskan definisi dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung Kemih
dan Urolithiasis
3. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko dari Kanker Ginjal, Kanker
Kandung Kemih dan Urolithiasis
4. Menjelaskan patofisiologi dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung
Kemih dan Urolithiasis
5. Menjelaskan manifestasi klinis dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung
Kemih dan Urolithiasis
6. Menjelaskan penatalaksanaan dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung
Kemih dan Urolithiasis
7. Menjelaskan komplikasi Kanker Ginjal, Kanker Kandung Kemih
dan Urolithiasis
8. Menjelaskan prognosis dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung Kemih
dan Urolithiasis
9. Menjelaskan Web of Cautation dari Kanker Ginjal, Kanker Kandung
Kemih dan Urolithiasis

1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Kanker Ginjal sehingga perawat
akan lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan
menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit, sehingga Kanker
Ginjal tidak semakin berat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Ginjal

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua,


panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan
tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara 125 sampai 175 gram pada laki-laki dan
115 sampai 155 gram pada perempuan,

Lokasi ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen
posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan
organ retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritonium
rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal diatasnya.

Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat :

a. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal


pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
b. Lemak perirenal adalah jaringan adiposa yang terbungkus fasia ginjal.
Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
c. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membran halus transparan yang langsung
membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.

Gambar : Potongan ginjal (Mary, 2009)

4
2.1.2 Definisi Kanker Ginjal

Menurut Jusman (2001) bahwa karsinoma sel ginjal (renal cell carcinoma)
sering juga disebut sebagai Hipernefroma, karsinoma alveolar, dan clear cell
carcinoma. Hal ini terjadi akibat perbedaan pendapat para peneliti tentang kelainan
histogenesis yang mendasari penyakit ini. Kontroversi pendapat tentang tentang
asal tumor ini berakhir setelah peneliti Oberling dengan menggunakan mikroskop
elektron mendapat bahwa karsinoma sel ginjal berasal dari sel tubulus proksimal.

Gambar 1.1 Kanker Ginjal ( Staffordshire Urology Clinic,2015)


Menurut M. Black (1993.) bahwa tumor ginjal benigna jarang terjadi.
Klasifikasi termasuk limpagioma, limpoma, fibroma medula, adenoma, leiomioma
dan onkocitoma. Kita kanker membesar, perlu dilakukan diagnosa test selain X-ray,
dan nefrotomi mungkin terjadi.
Kanker ginjal merupakan keganasan pada parenkim ginjal yang berasal dari
tubulus proksimal ginjal. (Arif Muttaqqin,2011). Kanker sel ginjal merupakan
penyakit (kanker) yang ganas dimana sel kanker terbentuk dalam tubulus (tabung
kecil) pada ginjal. Di Singapura, penyakit tersebut menyumbang 1-2% dari semua
jenis kanker atau sekitar masing-masing 2.4 dan 1.3 dari setiap 100.000 pria dan
wanita. Prevalensi penyakit ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir pada
tingkat tahunan sekitar 2-3% dan ini telah ditemukan dengan penggunaan
ultrasonografi dan computed tomography (CT) scan untuk keluhan
lainnya.(Brunner,2010)

5
2.1.3 Etiologi Kanker Ginjal

Penyebab kanker ginjal sampai sekarang masih belum diketahui namun ada
beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pencetus, antara lain:
1. Rokok
Salah satu zat yang terkandung dalam rokok adalah cadmium, dimana
cadmium sendiri bersifat karsinogenik yang apabila masuk dalam aliran darah
akan berikatan dengan natrium atau garam sehingga konsentrasi darah menjadi
meningkat yang berdampak pada peningkatan kerja ginjal apabila itu terus
terjadi dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan gagal ginjal kronik
dan cadmium sendiri dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.
2. Von Hippel-lindau syndrome
Von hippel-lindau syndrome adalah kumpulan beberapa gejala yang
disebabkan oleh kerusakan atau disfungsi VHL (gen pengekang kanker) dalam
tubuh sehingga memicu perubahan sifat sel normal menjadi sel kanker akibat
proses yang ada dari dalam tubuh orang tersebut.
3. Obesitas.
4. Dialysis >5th pada gagal ginjal kronik
Dialysis berperan dalam proses metastases sel kanker.
5. Analgesic phenacethin

Phenacetin yang masuk dalam pembuluh darah bersifat kurang dapat


dilarutkan sehingga meningkatkan kinerja ginjal, terhambatnya proses filtrasi
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerus apabila hal ini terjadi dalam
waktu yang lama menimbulkan obstruksi atau kerusakan lumen tubular dalam
ginjal memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal tubular dalam ginjal
memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal yang merangsang pertumbuhan
sel endotel yang abnormal dan bersifat merusak.

6. Hipertensi
Hipertensi meningkatan produksi renin oleh apparatus jugstakglomerulus
yang memicu respon angiotensinaldosteron yang meningkatkan reabsorbsi
natrium serta air dalam tubulus renal yang mengakibatkan penurunan laju

6
filtrasi glomerulus apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan gagal ginjal sebelum akhirnya semakin parah hingga terjadi
perubahan sifat sel normal menjadi sel kanker.
7. Riwayat penyakit keturunan
Riwayat penyakit keturunan terkait DNA-RNA yakni gen yang berfungsi
membawa informasi genetic yang dimiliki ke dua orang tua yang nantinya akan
diwariskan pada anak atau keturunannya.

2.1.4 Patofisiologi Kanker Ginjal

Penyebab pasti terjadinya kanker ginjal hingga saat ini idiopatik, namun ada
beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kanker ginjal seperti rokok, faktor
keturunan, obesitas, hipertensi, von helper-lindau syndrome, dialysis >5th pada
pasien gagal ginjal kronik, analgesik penasetin. Beberapa kondisi berikut yang
menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal :
hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif,
obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau ginjal,
obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki
sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda
lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.

Terdapat 4 tahapan klinik dari kanker ginjal akut yaitu :

1. Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya


oliguria.
2. Stadium Oliguria. Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah
rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal.
Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar
dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal.
Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami
stress akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula

7
mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan pemekatan)
mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress dan
perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya
tidak terlalu memperhatikan gejala ini. Gejala pengeluaran kemih waktu
malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita
terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam
keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari
adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga
sebagai respon teehadap kegelisahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit
yang terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang
dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal
ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat
menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah
akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
3. Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan
dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya.
Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan
berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan
kesadaran sampai koma.
4. Stadium akhir
Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah
hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan meningkat
dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang

8
dari 500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit
mula-mula menyerang tubulus ginjal.
Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan
biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik
memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan
dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

2.1.5 Manifestasi Klinis Kanker Ginjal

Adapun Tanda dan gejala kanker ginjal dapat sulit dipahami. Oleh karena itu,
pada saat diagnosis sekitar 30% dari pasien memiliki penyakit lanjutan. Namun ada
beberapa tanda dan gejala pada pasien dengan kanker ginjal, seperti: (American
Urological Association, april 2014)
Classic Triad (3 tanda klasik) gejala klasik bahwa pasien mengalami kanker
ginjal yakni:
1. Hematuria (40%)
2. Nyeri pinggang (40%)
3. Massa panggul (25%).
Apabila kanker telah mengalami metastasis maka akan menimbulkan
manifestasi klinis yang berbeda-beda tergantung tempat penyebarannya, seperti:
1. Sesak nafas dan batuk darah bila bermetastasis pada paru.
2. Nyeri tulang atau fraktur bila bermetastasis pada tulang.
3. Kerusakan neurologis apabila bermetastase di otak.
Beberapa pasien positif kanker ginjal dapat timbul tanda dan gejala sama
seperti pada pasien dengan sindrom paraneoplastic, antara lain:
1. Berat badan menurun
2. Anorexia
3. Hypertermi
4. Anemia
5. Hyperkalsemia
6. Peningkatan laju sedimentasi sel darah merah

9
7. Hipertensi dan disfungsi hati.

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Ginjal


1. CT – Scan.
2. Ultrasound.
Alat ultrasoud bekerja dengan menggunakan gelombang – gelombang
suara yang tidak dapat didengar oleh orang. Gelombang – gelombang suara
memantul balik dari ginjal, dan komputer menggunakan gema – gema
untuk menciptakan gambar yang disebut sonogram.
3. Biopsy.
Biopsy adalah pengangkatan jaringan untuk mencari sel – sel kanker.
4. Urografi intravena
5. USG
6. MRI
MRI dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor
7. RPG
8. Arteriografi
9. Pemeriksaan Fisik
Periksa tanda – tanda kesehatan umum dan mengujinya untuk demam dan
tekanan darah tinggi. Raba perut dan pinggang untuk memastikan adanya
gejala tumor.
10. Tes urin.
11. Tes darah.
Laboratorium memeriksa darah untuk melihat seberapa baik ginjal
berfungsi. Laboratorium memeriksa tingkat dari beberapa senyawa, seperti
creatinine. Tingginya creatinine akan mengakibatkan ginjal tidak bekerja
secara normal.
12. Intravenous Pyelogram ( IVP ).
Pemberian zat warna suatu vena di lengan dengan cara disuntikkan. Zat
warna berjalan melalui tubuh dan berkumpul di ginjal. Zat warna itu lalu

10
terlihat pada sinar X. Lalu zat warna itu akan bergerak melalui ginjal
menuju kantung kemih.

2.1.7 Penatalaksanaan Kanker Ginjal

1. Operasi
Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker ginjal.
Perawatan jenis ini merupakan suatu tipe dari terapi lokal yang dilakukan
dengan merawat kanker ginjal dan area yang dekat pada tumor. Operasi
untuk mengangkat ginjal disebut nephrectomy. Adapun tipe operasi
pengangkatan ginjal ini tergantung pada stadium dari tumor yaitu :
- Radical nephrectomy. Ahli bedah mengangkat seluruh ginjal bersama
kelenjar adrenal dan beberapa jaringan disekitar ginjal. Beberapa simpul
getah bening di area itu juga diangkat.
- Simple nephrectomy. Ahli bedah hanya mengangkat ginjal. Biasanya
tindakan ini dilakukan pada penderita kanker ginjal stadium I.
- Partial nephrectomy. Ahli bedah hanya mengangkat bagian dari ginjal
yang mengandung tumor. Operasi ini dilakukan ketika seseorang itu
hanya mempunyai satu ginjal, ketika kanker sudah memengaruhi kedua
ginjal, maupun penderita yang ukuran tumor ginjalnya kurang dari 4 cm
atau ¾ inci.

Efek samping dari operasi adalah lamanya waktu untuk sembuh.


Lama waktu yang diperlukan untuk kesembuhan pun berbeda untuk setiap
orang. Pasien sering tidak nyaman selama beberapa hari pertama meskipun
telah menggunakan obat penghilang nyeri.

2. Arterial embolization
Arterial embolization adalah tipe terapi lokal yang menyusutkan
tumor dan dilakukan sebelum tindakan operasi. Tujuannya adalah agar
operasi dapat berjalan lebih mudah. Ketika operasi tidak mungkin
dilakukan, maka embolization digunakan untuk membantu menghilangkan
gejala – gejala kanker ginjal.

11
Cara ini dilakukan dengan memasukkan tabung yang sempit ke
dalam suatu pembuluh darah di kaki. Tabung dialirkan keatas hingga ke
pembuluh darah besar utama atau arteri ginjal yang menyediakan darah
pada ginjal. Lalu disuntikkan suatu senyawa ke pembuluh darah untuk
menghalangi aliran darah ke dalam ginjal.
Setelah arterial embolization penderita biasanya merasakan nyeri
punggung atau mengalami demam. Efek – efek lainnya mual dan muntah.
Namun masalah – masalah ini bisa segera menghilang.
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi ( radioterapi ) adalah tipe lain dari tipe lokal yang
yang menggunakan sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel – sel kanker,
serta memengaruhi sel – sel kanker di area yang dirawat. Pasien
mendapatkan perawatan di rumah sakit atau klinik dalam lima hari setiap
minggu selama beberapa minggu.
Efek samping dari terapi radiasi tergantung pada jumlah radiasi yang
diberikan dan bagian tubuh yang dirawat. Pasien bisa menjadi sangat lelah
selama terapi radiasi, terutama pada minggu – minggu pertama perawatan.
Terapi radiasi pada ginjal dan area – area yang berdekatan
memungkinkan terjadinya mual, muntah, diare atau tidak nyaman ketika
BAK. Selain itu juga menyebabkan kekurangan jumlah sel darah putih sehat
yang sebenarnya membantu melindungi tubuh terhadap infeksi. Efek
lainnya kulit diarea yang dirawat akan memerah, kering dan peka.
4. Terapi biologis
Terapi biologis adalah suatu tipe dari terapi sistematis atau terapi
yang menggunakan senyawa – senyawa yang berjalan melalui aliran darah,
mencapai dan memengaruhi sel – sel di seluruh tubuh. Terapi biologis
menggunakan kemampuan alamiah tubuh atau sistem imun untuk melawan
kanker.
Terapi biologis mungkin menyebabkan gejala – gejala seperti flu,
kedinginan, demam, nyeri – nyeri otot, kelemahan, kehilangan nafsu makan,
mual, muntah dan diare. Pasien – pasien juga mungkin memperoleh suatu

12
ruam kulit atau skin rash. Persoalan – persoalan ini dapat menjadi parah,
namun mereka menghilang setelah perawatan dihentikan.
5. Kemoterapi
Kemoterapi adalah tipe dari terapi sistemis dengan menggunakan
obat – obatan. Obat – obatan anti kanker memasuki aliran darah dan
mengalir ke seluruh tubuh. Meskipun berguna untuk kanker – kanker yang
lain, obat – obatan tersebut telah menunjukkan penggunaan yang teratas
terhadap kanker.
Efek samping dari kemoterapi tergantung pada obat – obatan
spesifik dan jumlah yang diterima. Pada umumnya, obat – obatan anti
kanker memengaruhi sel – sel yang membelah secara cepat, terutama sel –
sel darah. Sel – sel ini melawan infeksi, membantu darah untuk
menggumpal atau membantu, dan membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Ketika obat – obat memengaruhi sel – sel darah, pasien lebih mudah
mendapat infeksi, memar berdarah, juga merasa sangat lemah dan lelah.
Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan rambut. Rambut
tumbuh kembali, namun adakalanya rambut yang baru memiliki warna dan
tekstur yang agak berbeda.
Kemoterapi dapat menyebabkan nafsu makan yang buruk, mual,
muntah, diare, atau luka – luka mulut dan bibir. Namun, efek – efek samping
ini dapat dikontrol dengan menggunakan obat – obatan.
6. Nutrisi

Pasien perlu makan dengan baik selama terapi kanker. kecukupan


kalori dibutuhkan untuk menjaga berat badan dan protein untuk
mempertahankan kekuatan. Nutrisi bisa membuat penderita kanker merasa
lebih baik dan mempunyai lebih banyak energi. Masalahnya pasien kanker
sering kali sulit untuk makan karena tidak merasa nyaman atau lelah

13
2.1.8. Komplikasi Kanker Ginjal

Komplikasi dari kanker ginjal adalah perdarahan ginjal; bermetastase ke


paru-paru, system syaraf pusat, dan saluran pencernaan. Jika masih tidak bisa
terobati atau sembuh, kanker ginjal dapat menyebabkan kematian.

Ada beberapa kecenderungan komplikasi yang mungkin bisa terjadi yakni:

2.18.1.1.1 Thrombus maligna


2.18.1.1.2 Metastase sel kanker
1) Metastasis kelenjar getah bening regional
Metastase kelenjar getah bening regional adalah penyebaran sel-sel
kanker melalui system getah bening ke suatu simpul getah bening
yang berdekatan.
2) 8.2.2. Metastasis jauh (penyebaran ke organ lain)
a) Paru-paru
Penyebara sel kanker pada paru-paru yang ditemukan lebih
dari satu simpul getah bening yang berdekatan atau kanker
telah menyebar ke tempat dalam tubuh lainnya.
b) Tulang
c) Kelenjar adrenal
Penyebaran sel kanker pada kelenjar adrenal melalui simpul
getah bening dalam jaringan berserabut.
d) Colon

2.1.9 Prognosis Kanker Ginjal

Perbedaan antara jenis kanker ginjal yang terkait dengan peristiwa


molekuler yang mengarah ke onkogenesis serta lokasi epitel. Merefleksikan
perjalanan klinis yang berbeda dari kanker ginjal dan prognosis variabelnya. Pasien
terdiagnosis kanker ginjal terdeteksi secara incidental lebih sering memiliki tumor
yang lebih kecil, memiliki kelas dan stadium penyakit lebih rendah dibandingkan
dengan gejala yang berhubungan dengan penyakit. Pasien dengan tahap seperti ini

14
memiliki prognosis yang lebih baik dan memiliki lebih tinggi kelangsungan hidup
kanker spesifik 5 tahun dibandingkan dengan gejala penyakitnya.

Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan
pengangkatan kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh. Jika
tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai vena kava,
tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih bisa
memberikan harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar
dengan cepat, terutama ke paru-paru. Jika kanker telah menyebar ke tempat yang
jauh, maka prognosisnya jelek karena tidak dapat diobati dengan penyinaran,
kemoterapi maupun hormon.

15
2.1.10 WOC Kanker Ginjal

Factor resiko ca ginjal :


- Merokok - menderita batu ginjal kronik
- Usia > 50 tahun -lingkungan kerja (dekat bahan kimia
- penerima transplantasi ginjal - Riwayat penyakit keturunan
- Obesitas - Von Hippel-lindau syndrome
- Hipertensi - Obesitas.

Kerusakan struktur
fungsi ginjal
Obstruksi saluran
kemih

MK: Defisit
pengetahuan Pembesaran tumor
Nyeri Hematuria,
yang menekan
pinggang urine keluar
jaringan ginjal, turun
Tindakan pembedahan tidak lancar
ke ureter dan kandung
kemih

MK : Cemas Masuk dalam PD dan MK:


sistem limfatik Hipertermi

MK: Resiko tinggi


infeksi Otak
Hepar Paru-paru

Hepatomegali Edema Pusing


paru

Nyeri
Mual muntah, Napas sesak kepal
BB menurun
a
GANGGUAN
MK: MK: Pola PEMENUHAN
Ketidakseimbang napas ELIMINASI URINE

an nutrisi kurang tidak


dari kebutuhan efektif
tubuh

16
2.2 Kanker Kandung Kemih
2.2.1 Anatomi Fisiologi Kandung Kemih
Kandung kemih adalah organ muskular berongga yang berfungsi sebagai
kontainer penyimpanan urin. Lokasi kandung kemih pada laki-laki terletak tepat di
belakang simfisis pubis dan di depan rectum. Pada perempuan, organ ini terletak
agak dibawah uterus di depan vagina. Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan
terletak di pelvis saat kosong. Organ berbentuk seperti buah pir dan dapat mencapai
umbilicus dalam rongga abdominopelvis jika penuh berisi urin.

Kandung kemih ditopang dalam struktur rongga pelvis dengan lipatan-


lipatan peritonium dan kondensasi fasta. Dinding kandung kemih terdiri dari 4
lapisan, yaitu :

1. Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan


peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.
2. Otot detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun oleh berkas-berkas
otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk
memastikan bahwa selama urinisasi, kandung kemih akan berkontraksi
dengan serempak ke segala arah.
3. Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah mukosa dan
menghubungkannya dengan muskularis.
4. Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel yang
tersusun dari epitelium transisional. Pada kandung kemih yang relaks,
mukosa membentuk ruga (lipatan-lipatan), yang akan memipih dan
mengembang saat urin berakumulasi dalam kandung kemih
Trigonum adalah area halus, triangular dan relatif tidak dapat berkembang yang
terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya terbentuk
dari tiga lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke kandung kemih.
Uretra keluar dari kandung kemih di bagian apeks trigonum.

17
Gambar : Kandung kemih dan prostat (Omar Faiz, 2004)

2.2.2 Definisi Kanker Kandung Kemih


Kanker kandung kemih adalah papiloma yang tumbuh didalam lumen
kandung kemih,meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai
dinding kandung kemih (Luckman and Sorensen. 1993). Kanker kandung kemih
adalah kanker non agresif yang muncul pada lapisan sel transisional kandung
kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus yang lebih sedikit, kanker
kandung kemih ditemukan menginvasi lapisan lebih dalam dari jaringan kandung
kemih. Dalam kasus ini, kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri
(cat, tekstil), riwayat penggunaan cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan
resiko kanker kandung kemih (Di Giulio,et al., 2007). Kanker kandung kemih
(karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan
kebanyakan menyerang laki-laki (Nursalam 2009).

2.2.3 Etiologi Kanker Kandung Kemih


Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker kandung kemih. Kanker kandung
kemih memiliki keterkaitan dengan merokok, infeksi parasit, radiasi dan terkena
zat kimia. Kanker kandung kemih terjadi karena mutasi sel. Mutasi ini
menyebabkan sel tumbuh dengan tidak terkendalikan dan kemudian hidup ketika
sel lainnya mati.

Penyebab lain dari kanker kandung kemih adalah :

18
1. Karsinogen dalam air minum : minum dapat menghilangkan racun yang ada
dalam tubuh tetapi air yang mengandung klorin dapat meningkatkan
kemungkinan timbulnya kanker kandung kemih
2. Penyakit saluran kemih : saat epitel uretra mengalami iritasi kronis atau
metabolisme karsinogen dalam urin man/usia meningkat, menyebabkan
proliferasi urothelial dan kemudian menjadi kanker
3. Obat – obatan : meminum obat obatan non-phenacetin yang mengandung
analgesik dengan dosis besar membuat resiko kanker kandung kemih
semakin meningkat

2.2.4 Patofisiologi Kandung Kemih


Kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor yaitu, usia Kanker
kandung kemih lebih sering menyerang pada usia di atas 50 tahun dan angka
kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Usia dapat menyebabkan
imunitas seseorang turun sehingga rentan terpapar oleh radikal bebas, selain itu
gaya hidup seperti kebiasaan merokok dan bahan-bahan karsinogenik seperti pabrik
jaket kulit bagian pewarnaan. Kedua faktor ini akan masuk ke dalam sirkulasi darah
dan masuk ke dalam ginjal yang selanjutnya terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas
bergabung dengan urin secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih.
Selanjutnya terjadi stagnasi radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA
dan RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi
kerusakan DNA maka tubuh akan malukan perbaikan DNA jika berhasil maka sela
akan kembali normal, jika tidak maka akan terjadi mutasi pada genom sel somatik.
Mutasi dari genom sel somatik ada 3 hal yang terjadi, yaitu :
1. pengaktifan onkogen pendorong pertumbuhan
2. kedua perubahan gen yang mengandalikan pertumbuhan
3. pengnonaktifan gen supresor kanker.
Ketiga hal tersebut mengakibatkan produksi gen regulatorik hilang. Selanjutnya
terjadi replikasi DNA yang berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.

19
2.2.5 Manifestasi Klinis Kandung Kemih
1. Hematuria : hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau
penuh, dan dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal
hematuria, sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada
pembuangan gumpalan gumpalan darah dan bangkai bangkai busuk .
2. Iritasi kandung kemih : tumor terbentuk di trigonum kandung kemih,
lingkup patologi meluas atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai
ke kandung kemih sehingga menyebabkan fenomena sering buang air kecil
dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih : tumor yang lebih besar, tumor pada leher
kandung kemih dan penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan
buang air bahkan sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang
saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga
menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase : invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung
kemih sekitarnya, organ lain atau metastasis kelenjar getah panggul simpul,
akan menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula vagina,
dan edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang lebih jauh,
nyeri tulang dan cachexia.

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Kandung Kemih

Pada pemeriksaan fisik, kadang bisa diraba/dirasakan benjolan di perut. Jika


dicurigai kanker ginjal, maka dilakukan beberapa pemeriksaan diantaranya
Urografi intravena; USG (Ultrasonografi); CT (Computed Tomography) Scan; MRI
(Magnetic Resonance Imaging) bisa memberikan keterangan tambahan mengenai
penyebaran tumor. Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk
dilakukan analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai
persiapan pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor
dan arteri renalis.

Prosedur diagnostic yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut :

20
1. Pemeriksaan laboratorium rutin

Biasanya tidak ditemukan kelainan selain hematuria. Anemia dapat


dijumpai sebagai tanda adanya perdarahan kronis atau pendesakan sel metastasis ke
sumsum, sedangkan uremia dapat dijumpai apabila tumor menyumbat kedua muara
ureter baik karena obstruksi tumornya sendiri ataupun limfadenopat.

2. Pemeriksaan radiologi

Dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, dan foto torax.


Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan traktus urinarius yaitu berupa
adanya gangguan fungsi eksresi ginjal, hidronefrosis, hidroureter, dan filling defect
pada buli-buli, menilai infiltrasi tumor kd dinding buli buli. Dan melihat adanya
metastasis regional atau jauh

3. Sitoskopi dan biopsy

Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sitoskopi


adalah mutlak dilakukan, bila perlu pdapat dilakukan CT-scan. Pada pemeriksaan
sitoskopi, dapat dilihat adanya tumaor dan sekaligus dapat dilakukan biopsi atau
reseksi tumor yang juga merupakan tindakan pengobatan pada tumor-tumor
superficial. (Sumber :Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan gangguan sistem
perkemihan)

2.2.7 Penatalaksanaan Kanker Kandung Kemih

Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang


didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi
local serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah
tumor tersebut memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik, mental serta
emosional harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk terapinya.

Reseksi transuretra atau vulgurasi (kauterisasi) dapat dilakukan pada


papiloma yang tunggal (tumor epitel benigna) prosedur ini akan melenyapkan
tumor lewat insisi bedah atau arus listrik dengan menggunakan instrument yang
dimasukkan melalui uretra.

21
Penatalaksanaan kanker kandung kemih superficial merupakan suatu
pantangan karena biasanya mudah terjadi abnormalitas yang meluas pada mukosa
kandung kemih.Keseluruhan lapisan dinding saluran kemih atau urotelium
menghadapi resiko mengingat perubahan karsinoma mukosa bukan hanya
ditemukan dalam mukos kandung kemih tetapi juga dalam mukosa pelvis renal,
ureter dan uretra. Kekambuhan merupakan masalah yang serius, kurang lebih 25
persen hingga 40 persen tumor superficial akan kambuh kembali sesudah dilakukan
vulgerasi atau reseksi transuretra. Penderita piloma benigna harus menjalani tindak
lanjut dengan pemeriksaan sitologi dan sistoskopi secara berkala sepanjang
hidupnya karena kelainan malignansi yang agresif dapat timbul dari tumor ini.

Kemoterapi dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin,


doxorubisin (adreamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk
menghasilkan remisi parsial karsinoma sel transisional kandung kemih pada
sebagian pasien. Kemoterapi intra vena dapat dapat dilakukan bersama dengan
terapi radiasi.

Kemoterapi topical (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan


memasukkan larutan obat anti neoplastik kedalam kandung kemih yang membuat
obat tersebut mengenai dinding kandung kemih) dapat dipertimbangkan jika
terdapat resiko kekambuhan yang tinggi, jika terdapat kanker in situ atau jika resksi
tumor tidak tuntas.Kemoterapi topical adalah pemberian medikasi dengan
konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin, mitomisin, ethoglusid dan Bacilus
Calmette – Guerin atau BCG) untuk meningkatkan penghancuran jaringan tumor.
BCG kini dianggap sebagai preparat intravesikal yang paling efektif untuk kanker
kandung kemih yang kambuhan karena preparat ini akan menggalakkan respon
imun tubuh terhadap kanker. Pasien dibolehkan makan dan minum sebelum
prosedur pemasukan (instilasi) obat dilaksanakan, tetapi kandung kemih terisi
penuh, pasien harus menahan larutan preparat intravesikal tersebut selama 2 jam
sebelum mengalirkannya keluar dengan berkemih. Pada akhir prosedur, pasien
dianjurkan untuk buang air kecil dan meminum cairan sekehendak hati untuk
membilas preparat tersebut dari kandung kemih.

22
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi
mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan
timbulnya kanker tersebut didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-
sel kanker lewat sirkulasi darah atau system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi
juga dilakukan bersama pembedahan atau dilakukan untuk mengendalikan penyakit
pada pasien dengan tumor yang tidak dapat dioperasi.

Sistektomi sederhana(pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi


radikal dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau
multifocal.Sistektomi radikal pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih,
prostat serta vesikulus seminalis dan jaringan vesikal disekitarnya.Pada wanita,
sistektomi radikal meliputi pengangkatan kandung kemih, ureter bagian bawah,
uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina anterior dan uretra.Operasi ini dapat mencakup
pula limfadenektomis (pengangkatan nodus limfatikus).Pengangkatan kandung
kemih memerlukan prosedur difersi urin (mengalihkan aliran urin dari kandung
kemih ketempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewata
pembedahan pada kulit (stoma).

Kanker kandung kemih varietas sel transitional memiliki respon yang buruk
terhadap kemoterapi.Cisplatin, doxorubisin dan siklofosfamid suda digunakan
dengan berbagai takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya merupakan
kombinasi yang paling efektif.

Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat
stotoksik melalui suplai darah arterial organ yang terkena sehingga bisa tercapai
konsentrasi preparat kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek toksik sistemik
yang lebih kecil. Untuk kanker kandung kemih yang lebih lanjut atau untuk pasien
hematuria yang membandel (setelah terapi radiasi), sebuah balon besar berisi air
yang ditempatkan dalam kandung kemih akan membuat nekrosis tumor dengan
mengurangi suplai darah kedinding kandung kemih (terapi hidrostatik). Terapi
instilasi dengan cara memasukkan larutan formali, fenol atau perak nitrat dapat
meredahkan gejala hematuria dan stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan
nyeri) pada sebagian pasien.

23
2.2.8 Komplikasi Kandung Kemih
Komplikasi pembedahan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari
radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain
dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.

1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi

2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck

3. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklus

2.2.9 Prognosis Kandung Kemih


Kemungkinan terjadinya kemunculan perkembangan penyakit adalah
kedalaman invasi, ukuran tumor, dan kelas histologis. Prognosis seseorang
tergantung pada jenis dan tahap kanker, serta usia dan kesehatan umum pada saat
diagnosis. Kanker kandung kemih dapat diobati secara efektif jika ditemukan lebih
awal, sebelum menyebar di luar kandung kemih. (Yarbro, C. H., Wujcik, D., &
Gobel, 2010)

24
2.2.10 WOC

25
2.3 Urolithiasis
2.3.1 Anatomi

Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua,


panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan
tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara 125 sampai 175 gram pada laki-laki dan
115 sampai 155 gram pada perempuan,

Lokasi ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen
posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan
organ retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritonium
rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal diatasnya.

Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat :

d. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal


pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
e. Lemak perirenal adalah jaringan adiposa yang terbungkus fasia ginjal.
Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
f. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membran halus transparan yang langsung
membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.

Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis


ginjal yang merentang sampai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya antara 25
cm sampai 30 cm dan berdiameter 4 mm sampai 6 mm. Saluran ini menyempit di
tiga tempat yaitu, di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati
pinggiran pelvis dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih. Batu ginjal
dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat ini, mengakibatkan nyeri dan disebut
kolik ginjal.

Dinding ureter teridiri dari 3 lapisan jaringan yaitu, lapisan terluar adalah
lapisan fibrosa, di tengah adalah muskularis longitudinal ke arah dalam dan otot
polos sirkular ke arah luar, dan lapisan terdalam adalah epitelium mukosa yang
mensekresi selaput mukus pelindung. Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik

26
intrinsik. Gelombang peristalsis mengalirkan urine dari kandung kemih ke keluar
tubuh.

Kandung kemih adalah organ muskular berongga yang berfungsi sebagai


kontainer penyimpanan urin. Lokasi kandung kemih pada laki-laki terletak tepat di
belakang simfisis pubis dan di depan rectum. Pada perempuan, organ ini terletak
agak dibawah uterus di depan vagina. Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan
terletak di pelvis saat kosong. Organ berbentuk seperti buah pir dan dapat mencapai
umbilicus dalam rongga abdominopelvis jika penuh berisi urin.

Kandung kemih ditopang dalam struktur rongga pelvis dengan lipatan-lipatan


peritonium dan kondensasi fasta. Dinding kandung kemih terdiri dari 4 lapisan,
yaitu :

5. Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan


peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.
6. Otot detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun oleh berkas-berkas
otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk
memastikan bahwa selama urinisasi, kandung kemih akan berkontraksi
dengan serempak ke segala arah.
7. Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah mukosa dan
menghubungkannya dengan muskularis.
8. Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel yang
tersusun dari epitelium transisional. Pada kandung kemih yang relaks,
mukosa membentuk ruga (lipatan-lipatan), yang akan memipih dan
mengembang saat urin berakumulasi dalam kandung kemih

Trigonum adalah area halus, triangular dan relatif tidak dapat berkembang yang
terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya
terbentuk dari tiga lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke
kandung kemih. Uretra keluar dari kandung kemih di bagian apeks trigonum.

27
Gambar : Posisi batu di ginjal, ureter dan kandung kemih (Soenanto, 2005)
2.3.2 Definisi
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, kalkuli
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu
ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Calculi
bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa
centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal.
Adanya batu/kalkuli di traktus urinarius terbentuk ketika konsentrasi substansi
tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat mengalami
peningkatan (Smith’s 2007)

28
2.3.3 Etiologi

Menurut (Purnomo, 2011: hal 2) Terbentuknya batu saluran kemih diduga


karena ada hubungannya gangguan cairan urine, gangguan metabolik, infeksi
saluran kemih dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum terungkap (idopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang yaitu :
1. Faktor intrinsik: herediter (di duga diturunkan orang tuanya) umur, (paling sering
di dapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis kelamin, (laki-laki tiga lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan).
2. Faktor ekstrinsik: geografi, iklim dan temperature, asupan air, diet pekerjaan.

Mineralisasi pada semua system biologi merupakan temuan umum. Tidak


terkecuali batu saluran kemih, yang merupakan kumpulan kristal yang terdiri dari
bermacam-macam Kristal dan matrik organik. Teori yang menjelaskan mengenai
penyakit batu saluran kemih kurang lengkap. Proses pembentukan membutuhkan
supersaturasi urine. Supersaturasi tergantung pada PH urine, kekuatan ion,
konsntrasizat terlarut, dan kompleksasi. (Stoller 2010 : hal 4).
Teori Kristal inhibitor menyatakan bahwa batu terbentuk karena konsentrasi
inhibitor alami yang rendah seperti magnesium, sitrat, firofosfat, dan sejumlah kecil
logam. Teori ini tidak absolit karena tidak semua orang yang inhibitor pembentuk
kristalnya rendah terkena batu saluran kemih. (Stoller 2010 : hal 5).
1. Komponen Kristal batu terutama terdiri dari komponen Kristal dengan ukuran
dan transparansi yang mudah di identifikasi dibawah polarisasi mikroskop.
Difraksi X-ray terutama untuk menilai geometris dan arsitektur batu. Banyak
tahap yang terkait dalam pembentukan batu. Meliputi nukleasi, perkembangan
dan agregasi, nukleasi memulai proses dan di induksi oleh beberapa subtansi
sepertimatrik protein, Kristal, zatasing dan partikel-partikel lainnya. (Stoller
2010 : hal 5)
2. Komponen matrik Sejumlah komponen matrik non Kristal dari batu saluran
kemih memiliki tipe yang berfariasi. Umumnya antara 2% hingga 10% beratnya
terdiri dari protein, dengan sejumlah kecil heksosa dan heksamin. (Stoller, 2010)

29
2.3.4 Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan


urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi
saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap
dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam
urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau
pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga
terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam
urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan
akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan
pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal
tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit
GGK yang dapat menyebabkan kematian.

30
2.3.5 Manifestasi Klinis

Menurut Stoller gejala-gejala BSK antara lain:

13. Kolik renal dan non kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal dari
ginjal kolik renal umumnya disebabkan karena batu melewati saluran
kolektivus atau saluran sempit ureter, sementara non kolik renal disebabkan
oleh distensi dari kapsula ginjal.
14. Hematuria pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih
berwarna seperti air teh) terutama pada obstruksi ureter.
15. Infeksi jenis BSK apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi.
16. Demam adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus
darurat karena dapat menyebabkan urosepsis.
17. Mual-muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan
mual dan muntah.
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukkan SDM ( Sel Darah Merah ), SDP (Sel Darah Putih ), kristal
(sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus, PH
mungkin asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin
(meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau batu kalsium fosfat)
2. Urin (24 jam)
Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin munkin
meningkat.
3. Kultur urin
Mungkin menunjukkan ISK (staphylococcus aureus, proteus, klebsiela,
pseudomonas).
4. Survei biokimia
Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein, dan
elektrolit.

31
5. Kreatinin serum dan urin
Abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urin) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia atau nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum
Peninggian kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan
terjadinya asidosisi tubulus ginjal.
7. Hitung darah lengkap
SDP ( Sel Darah Putih ) mungkin meningkat menunjukkan infeksi atau
septicemia.
8. Hemoglobin dan hematokri
Abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong
presipitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi atau gagal
ginjal).
9. Hormon paratiroid
Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal, (PTH merangsang reabsorpsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urin).
10. Foto rontgen
Menunjukkan adanya kalkuli dan perubahan pada area ginjal dan
sepanjang saluran kemih.
11. IVP ( Intravenous Pyelography )
Memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri
abdominal pada struktur anatomi (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
12. Sistoureteroskopi
Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu
atau obstruksi
13. CT scan
Mengidentifikasi atau menggambarkan kalkuli dan massa lain : ginjal,
ureter, dan distensi kandung kemih.
14. Ultrasound ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu. (Doenges, 2000)

32
2.3.7 Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan


jenis batu, mencegah kerusakan neuron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi
destruksi yang terjadi (Suddarth, 2001 ; 1462-1465 ).

b. Pengurangan nyeri
Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang
luar biasa, mandi air panas atau hangat di area panggul, pemberian cairan
kecuali untuk pasien muntah atau menderita gagal jantung kongestif.
Pemberian cairan dibutuhkan mengurangi konsentrasi kristaloid urin,
mengencerkan urin, dan menjamin haluaran yang besar serta meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang batu sehingga mendorong masase
batu kebawah.
b. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase ureter kecil untuk menghilangkan batu
yang obstruktif. Jika batu tersnggkat, dapat dilakukan analisa kimiawi untuk
menentukan kandungan batu.
c. Terapi nutrisi dan medikasi
Tujuan terapi adalah membuat pengenceran dimana batu sering terbentuk
dan membatasi makanan yang memberikan kontribusi pada pembentukan batu
serta anjurkan klien untuk bergerak agar mengurangi pelepasan kalsium dari
tulang. Tujuan dari pemberian terapi diit rendah protein, rendah garam adalah
pembantu memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau membantu mencegah
pembentukan batu ginjal.
d. Lithotripsi gelombang kejut eksternal
ESWL ( Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy ) merupakan prosedur non
invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu dikaliks ginjal. Setelah batu
pecah menjadi bagian kecil seperti pasir, sisa batu akan dikeluarkan secara
sepontan. Kebutuhan anestesi bergantung pada tipe lithotripsy yang digunakan,
ditentukan oleh jemlah dan intensitas gelombang kejut yang disalurkan.

33
e. Metode endourologi pengangkatan batu
Endourologi menggabungkan ketrapilan ahli radiologi dan urologi untuk
mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan
(nefrolitotomi perkutan) dilakukan dengan nefroskop dimasukkan ke traktus
perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim renal. Batu dapat diangkat
dengan forseps atau jaring, tergantung dari ukuran. Alat ultrasound dapat
dimasukkan melalui selang nefrostomi disertai pemakaian gelombang
ultrasound untuk menghancurkan batu.
f. Uretroskopi
Mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan
laser.
g. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik, misal : agens pembuat basa (alkylating) dan pembuat
asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternatif
penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak
metode lain atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
h. Pengangkatan bedah
Dilakukan pada 1%-2% pasien dengan indikasi batu tersebut tidak berespon
terhadap bentuk penanganan lain atau mengkoreksi setiap abnormalitas
anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.

2.3.8 Komplikasi

Menurut Guyton (1990) komplikasi dari batu ginjal dapat menjadi :

a. Gagal Ginjal
Kerusakan ginjal yang terjadi lebih lanjut dan pembuluh darah yang
terkompresi oleh batu pada membrane ginjal menyebabkan suplai oksigen
terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik pada ginjal dan jika dibiarkan akan
menjadi gagal ginjal.

34
b. Infeksi
Aliran urin yang statis adalah tempat yang baik untuk perkembangan
mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
c. Hidronefrosis
Aliran urin yang terhambat menyebabkan urin terhambat dan menumpuk pada
ginjal. Sehingga lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan
urin.
d. Avaskuler Iskemia
Kematian jaringan yang terjadi oleh aliran darah ke dalam jaringan berkurang.

2.3.9 Prognosis

Sembuhnya pasien dari batu ginjal, ada kemungkinan batu ginjal tersebut muncul
kembali. Batu ginjal juga bisa bersifat herediter sehingga keturunan pasien bisa
mengalami hal yag sama.

35
2.3.10 WOC

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik


1. Umur: 30-50 tahun 1. Geografi
2. Jeniskelamin:Ratio: (L:P) (3:1) 2. Iklim
3. Kelainanmetabolismebawaan 3. Asupan air
4. Diet
5. Pekerjaan

Hiperkalsinuria | Hiperoksaluria | Hiperurikosuria | Hipositraturia | Hipomagnesuria

Batu non-infeksi Batu Infeksi

Batu Kalsium Batu oksalat Batu asam urat Batu struvit Batu karbonat apati

Teori Matriks | Teori Inhibitor | Teori Epitaksis | Teori Kombinasi

Urolithiasis

Batu menghambat Batu di ginjal Batu terjebak di Batu terjebak di


aliran urin ureter blader

Obstruksi Infeksi Obstruksi Reflex Obstruksi Abrasi


renointestinald
ISK Obstruksi
batu
anproksimitasa
Cairan urin Demam natomik
refluks menggigil Renalkeabdome Nyeri akut, hematuria
n, pankreas, kolik MK
danusus menyebar
Cairan urin Restensi
Disuria ke genitalia
mengandung urin
urea tinggi Diare
Nyeri Mual
Ketok dan MK Resiko
MK Resiko muntah Pendarahan
CVA
Infeksi

MK Resiko MK Resiko
Nutrisi kekurangan
kurang dari cairan
kebutuhan
tubuh

MK Nyeri

MK Hipertermi 36
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Kanker Ginjal

3.1.1 Pengkajian

1. Identitas Klien
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,muntah dan
diare. Badan panas hanya satu hari pertama sakit.
3. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
b. Berat badan
c. Pengkajian Head To Toe
d. TTV
e. Kaji pola nutrisi
f. Adanya nyeri tekan pada bagian abdomen\
g. Periksa adanya benjolan pada perut.
h. Adanya perdarahan per uretra
4. Pengkajian setiap pola
a. Pola nutrisi dan metabolik
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat
terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual ,
muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.
BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat
terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi

37
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi
dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang
tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampaianuria
,proteinuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan latihan
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien
perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah
mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan
darah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka
pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas,
teraba ,auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh
sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan
pembesaran jantung (Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat
lemah) anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme
pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan
kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui
penyebab dan penanganan penyakit ini.
d. Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus Kognitif & perseptual : Peningkatan ureum darah
menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan
penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopatihi pertensi.
Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada
infeksi karena inumnitas yang menurun.
e. Persepsi diri

38
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh
kembali seperti semulaf.

f. Hubungan peran
Anak tidak dibesuk oleh teman– temannya karena jauh dan
lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan
anak banyak diam.
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat
ditemukan laju endap darah yang meninggi dan kadang kadang
ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini ditemukan,
maka prognosis diagnosa buruk Pada foto polos abdomen akan tampak
masa jaringan lunak dan jarang ditemukan klsifikasi
didalamnya.Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan
gambaran distori, penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan
kalises. Dari pemeriksaan renoarteriogram didapatkan gambaran arteri
yang memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari
metastasi kedalam paru-paru.

3.1.2 Diagnosa Keperawatan


Masalah Keperawatan
1. Defisit pengetahuan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Nyeri akut
Pioritas Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Defisit pengetahuan
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cidera biologis

39
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
3. Defisit pengetahuan b/d kurang keinginan mencari informasi

3.1.3 Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri b/d agen NOC : NIC :
cidera biologis Pain Level Pain Management
(kerusakan Setelah dilakukan tindakan - Lakukan pengkajian nyeri
ginjal) keperawatan selama 2x24 secara komprehensif
jam nyeri klien menghilang termasuk lokasi,
DS: dengan indikator : karakteristik, durasi,
- Klien - Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
mengeluh nyeri (tahu penyebab nyeri, factor presipitasi
dibagian piggang mampu menggunakan - Observasi reaksi nonverbal
tehnik nonfarmakologi dari ketidaknyamanan
DO: untuk mengurangi nyeri, - Evaluasi pengalaman nyeri
-. TD:140/100 mencari bantuan) (1-4 ) masa lampau
- RR: 30/mnt - Melaporkan bahwa nyeri - Evaluasi bersama pasien
- T: 38 C berkurang dengan dan tim kesehatan lain
menggunakan tentang ketidak efektifan
manajemen nyeri ( 1-4) control nyeri masa lampau
- Mampu mengenali nyeri - Kontrol lingkungan yang
(skala, intensitas, dapat mempengaruhi nyeri
frekuensi dan tanda nyeri) seperti suhu ruangan,
( 1-4 ) pencahayaan dan
- Menyatakan rasa nyaman kebisingan
setelah nyeri - Kurangi faktor presipitasi
berkurang ( 1-4 ) nyeri

40
- Tanda vital dalamrentang - Pilih dan lakukan
normal ( 1-4 ) penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Ketidakseimbang NOC : NIC :
an nutrisi kurang Nutritional status : nutrient Nutrition Management
dari kebutuhan intake - Kaji adanya alergi
tubuh b/d Setelah dilakukan tindakan makanan
ketidakmampuan keperawatan selama 2x24 - Anjurkan pasien untuk
untuk jam nutrisi pasien meningkatkan intake Fe
mengabsorpsi tercukupi dengan indikator : - Anjurkan pasien untuk
nutrient - Adanya peningkatan meningkatkan protein dan
berat badan sesuai vitamin C
DS: dengan tujuan (1-4) - Berikan substansi gula

41
- Klien - Berat badan ideal sesuai - Yakinkan diet yang
mengatakan dengan tinggi badan (1- dimakan mengandung
tidak nafsu 5) tinggi serat untuk
makan - Mampu mengidentifikasi mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi (1-4) - Berikan makanan yang
DO: terpilih ( sudah
- i- intake nutrisi - Tidak ada tanda tanda dikonsultasikan dengan
yang tidak malnutrisi (1-5) ahli gizi)
adekuat - Menunjukkan - Ajarkan pasien bagaimana
mual, muntah peningkatan fungsi membuat catatan makanan
- BB : 45 Kg pengecapan dari menelan harian
(1-4) - Monitor jumlah nutrisi
- Tidak terjadi penurunan dan kandungan kalori
berat badan yang berarti - Mendapatkan nutrisi yang
(1-4) dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor mual dan muntah

42
- Monitor makanan
kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3. Defisit NOC NIC
pengetahuan b.d. a. Pasien dan keluarga
a. Kaji tingkat pengetahuan
kurang keinginan menyatakan
mencari pemahaman pasien dan keluarga

informasi tentang penyakit, b. Jelaskan patofisiologi dari


kondisi,
penyakit dan bagaimana hal
prognosis dan program
pengobatan ini berhubungan dengan
b. Pasien dan keluarga
anatomi dan fisiologi,
mampu
dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara c. Gambarkan tanda dan
benar gejala
c. Pasien dan keluarga
yang biasa muncul pada
mampu
penyakit, dengan cara yang

43
menjelaskan kembali tepat
apa
d. Gambarkan proses
yang dijelaskan
perawat/tim penyakit, dengan cara yang

kesehatan lainnya tepat

e. Identifikasi kemungkinan

penyebab, dengan cara


yang

tepat

f. Sediakan informasi pada

pasien tentang kondisi,

dengan cara yang tepat

g. Sediakan bagi keluarga

informasi tentang kemajuan

pasien dengan cara yang

tepat

h. Diskusikan pilihan terapi

atau penanganan

i. Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan second

opinion dengan cara yang

tepat atau diindikasikan

44
j. Eksplorasi kemungkinan

sumber atau dukungan,

dengan cara yang tepat

3.2 Kanker Kandung Kemih

3.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien
a. Usia:
Lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun tempat
yang jauh.
b. Jenis Kelamin:
Pria memiliki risiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita
c. Pekerjaan:
Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon, pewarna,
karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki risiko lebih
tinggi.
d. Tempat Tinggal:
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara di
Afrika, terutama Mesir.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan hematuria
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia

45
e. Dysuria
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi kronis
saluran kencing, dan infeksi dari parasit memiliki kemungkinan untuk
kembali memiliki penyakit yang sama
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko
kanker kandung kemih
e. Riwayat psikososial dan spiritual : -
f. Kondisi lingkungan rumah :
Pada area industri dengan penduduk padat yang memungkinkan lingkungan
terpapar oleh karsinogen tertentu
g. Kebiasaan sehari-hari :
Konsumsi 4 P (Pemanis, pewarna, pengawet, penyedap rasa), merokok,
kopi.
3. Pemeriksaan Fisik
Nyeri atau ketidak nyamanan : nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada area
ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak
hilang dengan posisi atau tindakan lain
a. Keadaan Umum: Klien tampak pucat, merasa mual
b. Tanda-tanda vital:
1. Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada
hipertensi
2. Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb yang
berakibat pada penurunan O2
c. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran

46
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia,
disritmia
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
5. Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri
8. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
10. Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
11. Penyuluhan/Pembelajaran

47
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
d. Pemeriksaan per sistem
1. B1(Breathing)
Bisa ditemui pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
napas, retraksi dada yang disebabkan karena hiperventilasi.
2. B2 (Blood)
Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan, gangguan pada fungsi
aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang
berakibat pada hipertensi (peningkatan TD).
Saat terjadi hematuria, maka banyak darah yang dikeluarkan dan
tubuh kekurangan Hb berdampak pada anemia.
3. B3 (Brain)
Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera icterus,
conjunctiva pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis normal.
Persepsi sensori tidak ada kelainan.
4. B4 (Bladder)
Inspeksi:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
Auskultasi : arteri renalis ada bruit atau tidak
Palpasi : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm,
keras, fixed.
5. B5 (Bowel)

48
Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi) disebabkan adanya
mual dan muntah pada klien kanker kandung kemih.
6. B6( Bone)
Gangguan pada Renin-Angiotensin yang berakibat pada gangguan
pompa Na dan K, sehingga Na tidak dapat dikeluarkan yang
menyebabkan edema pada ekstermitas.
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
Pra Operasi
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
pigmentasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

3.2.3 Intervensi Keperawatan


Pra Operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Gangguan NOC: NIC :
eliminasi urin Urinary Elimination Irigasi Kandung Kemih
berhubungan Tujuan: 1. Jelaskan prosedur
dengan obstruksi Setelah dilakukan kepada klien
anatomik tindakan keperawatan 2. Atur suplai irigasi
selama 3x24 jam nyeri yang steril, pelihara
teratasi, dengan kriteria teknik kesterilan
hasil: dari agen protokol
1. Pola eliminasi 3. Bersihkan jalur
2. Jumlah urin mask atau ujung

49
3. Warna urin terkahir Y-
4. Kejernihan urin connector dengan
5. Intake cairan alkohol swap
6. Pengosongan 4. Tetap irigasi cairan
kandung kemih secara setiap agen protokol
maksimal 5. Observasi
7. Tampak darah dalam perlindungan diri
urin 6. Monitor dan
8. Frekuensi urine pelihara rate flow
9. Urgency with sesuai kebutuhan
urination 7. Tulis cairan yang
10. Urge inkontinence dibutuhkan,
karakteristik cairan,
jumlah pengeluaran,
dan respon pasien,
dan agen protokol
2. Risiko kerusakan NOC NIC
integritas kulit b.d. a. Integritas kulit yang a. Anjurkan pasien
perubahan baik bisa dipertahankan untuk menggunakan
pigmentasi (sensasi, elastisitas, pakaian yang longgar
temperatur, hidrasi, b. Hindari kerutan pada
pigmentasi) tempat tidur
b. Tidak ada luka/lesi c. Jaga kebersihan kulit
pada kulit agar tetap bersih dan
c. Perfusi jaringan baik kering
d. Menunjukkan d. Mobilisasi pasien
pemahaman dalam proses (ubah posisi pasien)
perbaikan kulit dan setiap dua jam sekali
mencegah terjadinya e. Monitor kulit akan
sedera berulang adanya kemerahan

50
e. Mampu melindungi f. Oleskan lotion atau
kulit dan minyak/baby oil pada
mempertahankan derah yang tertekan
kelembaban g. Monitor aktivitas dan
kulit dan perawatan alami mobilisasi pasien
f. Menunjukkan h. Monitor status nutrisi
terjadinya pasien
proses penyembuhan luka i. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
j. Kaji lingkungan dan
peralatan yang
menyebabkan tekanan
k. Observasi luka :
lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
karakteristik, warna
cairan, granulasi,
jaringan nekrotik,
tandatanda infeksi lokal,
formasi traktus
l. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
m. Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP,
vitamin
n.Cegah kontaminasi
feses dan urin

51
o.Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
p. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
3. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen injury Setelah dilakukan asuhan
1. Tentukan dampak
selama 3 x 24, nyeri
nyeri terhadap
teratasi dengan kriteria
kualitas hidup klien
hasil:
(misalnya tidur,
1. Kenali awitan nyeri
nafsu makan,
2. Jelaskan faktor
aktivitas, kognitif,
penyebab nyeri
suasana hati,
3. Gunakan obat
hubungan, kinerja
analgesik dan non
kerja, dan tanggung
analgesik
jawab peran).
4. Laporkan nyeri yang
2. Kontrol faktor
terkontrol
lingkungan yang
mungkin
menyebabkan
respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature
ruangan,
pencahayaan,
suara).

52
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri
secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal
dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
Post Operasi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Intervensi
. Keperawatan Hasil

1. Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan dengan Pain Control Pain Management
agen injury

53
Setelah dilakukan 1. Tentukan dampak
asuhan selama 3 x 24, nyeri terhadap
nyeri teratasi dengan kualitas hidup klien
kriteria hasil: (misalnya tidur, nafsu
1. Kenali awitan makan, aktivitas,
nyeri kognitif, suasana hati,
2. Jelaskan faktor hubungan, kinerja
penyebab nyeri kerja, dan tanggung
3. Gunakan obat jawab peran).
analgesik dan non 2. Kontrol faktor
analgesik lingkungan yang
4. Laporkan nyeri mungkin
yang terkontrol menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau

54
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
1. Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan Infection Severity Infection protection
prosedur invasif Tujuan : 1. Lakukan tindakan
Setelah dilakukan pencegahan
tindakan keperawatan neutropenia
selama 3x 24 jam 2. Isolasi semua
pasien tidak pengunjung untuk
mengalami infeksi penyakit menular
Kriteria Hasil : 3. Pertahankan asepsis
1. Klien tidak demam untuk pasien berisiko
2. Klien tidak 4. Periksa kondisi setiap
mengalami sayatan bedah atau
peningkatan luka
jumlah sel darah 5. Pantau tanda-tanda
putih dan gejala infeksi
Bayi 9000 – sistemik dan lokal
baru 30.000 6. Monitor kerentanan
Lahir /mm3 terhadap infeksi
Bayi/an 9000 – 7. Pantau perubahan
ak 12.000/m tingkat energi atau
m3 malaise

55
Dewasa 4000- Infection control
10.000/m 1. Bersihkan lingkungan
m3 setiap kali setelah
digunakan pasien
2. Isolasi dengan orang
yang terkena
penyakit menular
3. Batasi jumlah
pengunjung yang
sesuai
4. Tingkatkan cara
mengajar mencuci
tangan untuk tenaga
kesehatan
5. Anjurkan pasien
tentang teknik cuci
tangan yang tepat
6. Instruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
7. Gunakan sabun
antimikroba untuk
mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum
dan sesudah setiap
kegiatan perawatan
pasien

56
3.3 Urolithiasis
3.3.1 Pengkajian
A. Pengkajian
1) Identitas
Nama : Dengan inisial
Umur : Paling sering 30 – 50 tahun
Jenis kelamin : Lebih banyak pada pria
Alamat : Tinggal di daerah panas
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik yang
menyebar ke paha dan genetelia.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah menderita
penyakit infeksi saluran kemih.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga menderita batu ginjal dan hipertensi
d. Fungsional Gordon
1. Pola persepsi dan management
Pola ini akan menjelaskan bagaimana penderita batu ginjal ini
mengatasi penyakit yang di deritanya,apakah langsung di bawa ke
rumah sakit atau tidak.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Menjelaskan bagaimana makan klien, apakah mengalami muntah.
Dan biasanya klien sering mengalami hidrasi
3. Pola eliminasi
Klien akan mengalami gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit. Dan biasanya klien terserang diare
4. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien mengalami
nyeri dan bengkak pada tungkai

57
5. Pola kognitif dan perceptual
Biasanya klien yang menderita batu ginjal tidak mengalami
gangguan pada penglihatan, dan pendengaran
6. Pola istirahat dan tidur
Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena merasakan nyeri
yang sangat hebat pada daerah tungkai
7. Pola konsep diri dan persepsi
Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya
8. Pola peran dan hubunganKlien lebih sering menutup diri, dan sering
mengabaikan perannya baik sebagai suami, maupun ayah
9. Pola reproduksi dan seksual
Biasanya klien yang menderita batu ginjal mengalami gangguan
reproduksi dan seksual nya, sehingga iya tidak dapat memenuhi
kebutuhan seksualnya
9. Pola coping dan toleransi
Klien yang menderita batu ginjal cenderung stres, karena cemas
memikirkan penyakitnya, yang tak kunjung sembuh
10. Pola nilai dan keyakinan
Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena dirumah
sakit klien menggunakan kateter

3.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
2. Retensi urin berhubungan dengan hambatan reflek
3. Risiko infeksi behubungan dengan trauma jaringan

3.3.3 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC

Nyeri akut b.d. agen Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri


injuri

58
Klien diharapkan Intrevensi yang akan
mampu untuk : dilakukan :

- Menilai faktor - Lakukan penilaian nyeri


penyebab secara komprehensif

- Menilai gejala dari dimulai dari lokasi,

nyeri karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas,
- Gunakan tanda tanda
intensitas dan penyebab
vital memantau
perawatan - Evaluasi bersama pasien
dan tenaga kesehatan
- Laporkan tanda /
lainnya dalam menilai
gejala nyeri pada tenaga
efektifitas pengontrolan
kesehatan professional
nyeri yang pernah
- Gunakan catatan nyeri dilakukan

- Bantu pasien dan


keluarga mencari dan

Tingkat Kenyamanan menyediakan dukungan

Klien diharapkan - Gunakan metoda

mampu untuk : penilaian yang


berkembang untuk
- Melaporkan
memonitor perubahan
perkembangan fisik
nyeri serta
- Melaporkan
mengidentifikasi faktor
perkembangan
aktual dan potensial
kepuasan
dalam mempercepat
- Melaporkan penyembuhan
perkembangan
Pemberian Obat
psikologi
Penenang

59
- Mengekspresikan Intrevensi yang akan
perasaan dengan dilakukan :
lingkungan fisik sekitar - Kaji riwayat kesehatan
- Mengekspresikan pasien dan riwayat
kepuasan dengan pemakaian obat penenang
Kontrol nyeri - Tanyakan kepada pasien
Tingkatan Nyeri atau keluarga tentang

Klien diharapkan pengalaman pemberian

mampu untuk : obat penenang


sebelumnya
- Melaporkan Nyeri
- Lihat kemungkinan
- Ekspresi nyeri lisan
alergi obat
- Ekspresi wajah saat
- Tinjau ulang tentang
nyeri
contraindikasi pemberian
- Melindungi bagian obat penenang
tubuh yang nyeri
Pemberian Analgesik
- Perubahan frekuensi
Intrevensi yang akan
pernapasan
dilakukan :

- Tentukan lokasi ,
karakteristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien

- Periksa order/pesanan
medis untuk obat, dosis,
dan frekuensi yang
ditentukan analgesic

- Cek riwayat alergi obat

60
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Retensi urin b.d. NOC NIC
hambatan reflek a. Kandung kemih a. Monitor intake dan
kosong output
secara penuh b. Monitor penggunaan
b. Tidak ada residu urine obat
>100-200 antikolinergik
c. Intake cairan dalam c. Monitor derajat
rentang distensi
normal bladder
d. Bebas dari ISK d. Instruksikan pada
e. Tidak ada spasme pasien
bladder dan keluarga untuk
f. Balance cairan mencatat output urine
seimbang e. Sediakan privacy untuk
eliminasi
f. Stimulasi reflek bladder
dengan kompres dingin
pada abdomen
g. Kateterisasi jika perlu
h. Monitor tanda dan
gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)

61
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Risiko infeksi b.d. NOC NIC
trauma jaringan a. Klien bebas dari a. Pertahankan teknik aseptif
tanda dan b. Batasi pengunjung bila
gejala infeksi perlu
b. Menunjukkan c. Cuci tangan setiap sebelum
kemampuan dan sesudah tindakan
untuk mencegah keperawatan
timbulnya d. Gunakan baju, sarung
infeksi tangan sebagai alat
c. Jumlah leukosit pelindung
dalam batas e. Ganti letak IV perifer dan
normal dressing sesuai dengan
d. Menunjukkan petunjuk umum
perilaku f. Gunakan kateter intermiten
hidup sehat untuk menurunkan infeksi
e. Status imun, kandung kencing
gastrointestinal, g. Tingkatkan intake nutrisi
genitourinaria dalam h. Berikan terapi antibiotik
batas i. Monitor tanda dan gejala
normal infeksi sistemik dan local
j. Pertahankan teknik isolasi
k/p
k. Inspeksi kulit dan
membran
mukosa terhadap

kemerahan, panas, drainase


l. Monitor adanya luka
m. Dorong masukan cairan

62
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
p. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam

63
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

4.1 Kanker Kandung Kemih


4.1.1 Kasus
Tn. M berusia 52 tahun dirawat di RSUA sejak 3 hari yang lalu dengan
keluhan hematuria bersifat intermitten dan merasakan nyeri di daerah pinggang
hilang timbul sejak 2 minggu sebelum MRS. Klien adalah seorang pegawai di
perusahaan pabrik cat. Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa klien memiliki
kebiasaan merokok sejak kelas 3 SMA dan gemar mengkonsumsi kopi. Klien
mengatakan ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit sama dengan
klien. Dari pemeriksaan CT Scan klien didiagnosa dengan Ca Buli stadium T2. Saat
ini klien terpasang kateter dengan produksi urin 850 cc/24 jam, tampak urin
bercampur darah. TTV : TD 120/70 mmHg, RR 22 x/menit, nadi 84 denyut/menit, T 37,3 ºC.
Hasil laboratorium Hb 9,2 gr/dl, Leukosit 11.000/mm3, BUN 38 mg/dL , Kreatinin serum 1,62
mg/dl. Program terapi: Infuse RL 20 tetes/menit. Injeksi transamin 500 mg/8 jam.

4.1.2 Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas
Nama : Tn. M
Usia : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki–laki
Pekerjaan : Pegawai pabrik cat
b. Keluhan utama
Keluhan lokal : hematuria bersifat intermitten
Keluhan sistemik : Hb 9,2 gr/dl (Anemia)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. M mengeluh hematuria bersifat intermitten dan merasakan nyeri di
daerah pinggang hilang timbul sejak 2 minggu sebelum MRS, lalu klien

64
langsung memeriksakannya ke RSUA. Saat ini klien terpasang
kateter dengan produksi urin 850 cc/24 jam, tampak urin bercampur
darah.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Aada keluarga klien yang mempunyai riwayat penyakit yang sama
f. Riwayat pemakaian obat:
Tidak ada
g. Gaya Hidup/Life style
Klien memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 3 SMA dan gemar
mengkonsumsi kopi
h. Pola Eliminasi
Klien mengeluh nyeri hematuria bersifat intermitten
i. Kondisi Lingkungan
Pasien bekerja sebagai pegawai di pabrik cat
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Tidak ada keluhan
b. B2 (Blood)
Pasien mengalami anemia dengan hasil pemeriksaan Hb 9,2 gr/dl.
T 37,3 ºC
c. B3 (Brain)
Tidak ada keluhan
d. B4 (Bladder)
Inspeksi : produksi urine dalam 24 jam 850 ml, warnanya
merah dengan bau agak amis.
Palpasi dan Perkusi : tidak teraba adanya massa
e. B5 (Bowel)
Tidak ada keluhan
f. B6 (Bone)

65
Tidak ada keluhan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Kimia Klinik
Hb = 9,2 gr/dl (L : 13-16 g/dl, P : 12-14 g/dl)
Leukosit =11.000/mm3(4.000-10.000 mm3)
b. Pemeriksaan Faal Ginjal
BUN = 38 mg/dl (10-45)
Kreatinin serum = 1,62 mg/dl (L : 0,9-1,5 P : 0,7-1,3)
c. Pemeriksaan Radiologi
CT scan = tumor sampai dengan lapisan otot superfisial
4.1.3 Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


Pre Operasi
1. DS : pasien me- Kanker kandung Gangguan eliminasi
ngatakan bahwa kemih urin
kencingnya ber- ↓
warna merah. Massa tumor yang
DO : hematuria mudah ruptur

Mudah terkikis oleh
urin yang bersifat
asam

2. DS: Hematuria Nyeri akut
Klien mengatakan
nyeri di daerah Kanker kandung
pinggang hilang kemih
timbul ↓
Retensi urine pada
bladder

66
DO : Klien tampak ↓
meringis menahan Refluks
nyeri ↓
P : keinginan Hidroureter
berkemih ↓
Q : hilang timbul Hidronefrosus
R : pinggang ↓
S : 5 dari 10 Nyeri pinggang
T : 3-4x/hari

Post Operasi
3. DS: Kanker kandung Nyeri akut
Klien mengatakan kemih
nyeri di daerah ↓
sekitar luka TURB-T
DO : Klien tampak ↓
meringis menahan Luka insisi post
nyeri pembedahan
P : saat aktivitas ↓
Q : terus menerus Nyeri
R :luka
pembedahan
S : 3 dari 10
T : siang hari
4. DS: Resiko Infeksi
Klien mengeluhkan Kanker kandung
merasa gatal di kemih
daerah lukanya ↓
DO: TURB-T
T: 37,5°C ↓
Leukosit 11.000/mm3

67
Luka insisi post
pembedahan

Resiko Infeksi

4.1.4 Diagnosa Keperawatan


Pre Operasi
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
Post Operasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

4.1.5 Intervensi Keperawatan


1. Pre Operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


No. Hasil
Keperawatan

1. Gangguan NOC: NIC :


eliminasi urin Urinary Elimination Irigasi Kandung Kemih
berhubungan Tujuan: 1. Jelaskan prosedur
dengan obstruksi Setelah dilakukan kepada klien
anatomik tindakan keperawatan 2. Atur suplai irigasi
selama 3x24 jam nyeri yang steril, pelihara
teratasi, dengan teknik kesterilan dari
kriteria hasil: agen protokol
1. Pola eliminasi 3. Bersihkan jalir mask
2. Jumlah urin atau ujung terkahir Y-
3. Warna urin connector dengan
4. Kejernihan urin alkohol swap

68
5. Intake cairan 4. Tetap irigasi cairan
6. Pengosongan setiap agen protokol
kandung kemih 5. Monitor dan pelihara
secara maksimal rate flow sesuai
7. Tampak darah kebutuhan
dalam urin 6. Tulis cairan yang
8. Frekuensi urine dibutuhkan,
9. Urgency with karakteristik cairan,
urination jumlah pengeluaran,
10. Urge inkontinence dan respon pasien,
dan agen protokol
7. Observasi
perlindungan diri
2. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
1. Tentukan dampak
injury asuhan selama 3 x 24,
nyeri terhadap
nyeri teratasi dengan
kualitas hidup klien
kriteria hasil:
(misalnya tidur, nafsu
1. Kenali awitan
makan, aktivitas,
nyeri
kognitif, suasana hati,
2. Jelaskan faktor
hubungan, kinerja
penyebab nyeri
kerja, dan tanggung
3. Gunakan obat
jawab peran).
analgesik dan non
2. Kontrol faktor
analgesik
lingkungan yang
4. Laporkan nyeri
mungkin
yang terkontrol
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya

69
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.

2. Post Operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


No. Hasil
Keperawatan

70
3. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
1. Tentukan dampak
injury asuhan selama 3 x 24,
nyeri terhadap
nyeri teratasi dengan
kualitas hidup klien
kriteria hasil:
(misalnya tidur, nafsu
1. Kenali awitan
makan, aktivitas,
nyeri
kognitif, suasana hati,
2. Jelaskan faktor
hubungan, kinerja
penyebab nyeri
kerja, dan tanggung
3. Gunakan obat
jawab peran).
analgesik dan non
2. Kontrol faktor
analgesik
lingkungan yang
4. Laporkan nyeri
mungkin
yang terkontrol
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,

71
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
4. Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan Infection Severity Infection protection
dengan prosedur Tujuan : 1. Lakukan tindakan
invasif Setelah dilakukan pencegahan
tindakan keperawatan neutropenia
selama 3x 24 jam 2. Isolasi semua
pasien tidak pengunjung untuk
mengalami infeksi penyakit menular
Kriteria Hasil : 3. Pertahankan asepsis
1. Klien tidak demam untuk pasien berisiko
2. Klien tidak 4. Periksa kondisi setiap
mengalami sayatan bedah atau
peningkatan luka
jumlah sel darah 5. Pantau perubahan
putih tingkat energi atau
Bayi 9000 – malaise
baru 30.000 6. Pantau tanda-tanda
Lahir /mm3 dan gejala infeksi
sistemik dan lokal

72
Bayi/an 9000 – 7. Monitor kerentanan
ak 12.000/m terhadap infeksi
m3
Dewasa 4000- Infection control
10.000/m 1. Bersihkan lingkungan
m3 setiap kali setelah
digunakan pasien
2. Isolasi dengan orang
yang terkena
penyakit menular
3. Batasi jumlah
pengunjung yang
sesuai
4. Tingkatkan cara
mengajar mencuci
tangan untuk tenaga
kesehatan
5. Anjurkan pasien
tentang teknik cuci
tangan yang tepat
6. Instruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
7. Gunakan sabun
antimikroba untuk
mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum
dan sesudah setiap

73
kegiatan perawatan
pasien

4.2 Urolithiasis
4.2.1 Kasus

Tn. I berusia 48 tahun dirawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga sejak


2 minggu yang lalu dengan keluhan nyeri pinggang dan sulit berkemih. Klien adalah
seorang TNI. Dari hasil anamnesa bahwa klien memiliki kebiasaan merokok sejak
SMA dan gemar mengkonsumsi kopi. Dari berbagai pemeriksaan yang dijalani
klien didiagnosa batu ureter distal dextra.

4.2.2 Pengkajian

1. Identitas
Nama : Tn. I
Usia : 48 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : TNI
Tanggal Masuk : 29-02-2017
Waktu : 12.30 WIB
Dari : Poli bedah
Sumber Informasi : klien, keluarga, dan rekam medic
Diagnosa medis : batu ureter distal dextra
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan sering merasakan nyeri skala 5 di pinggang sebelah
kanan dan sulit berkemih

74
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sering merasakan nyeri skala 5 di pinggang sebelah
kanan Saat BAK sering terasa nyeri dan BAK tidak tuntas. Ada keluhan BAK
menetes di akhir. Sejak 3 bulan yang lalu klien memiliki riwayat BAK berdarah,
terasa nyeri skala 5. BAK berdarah hanya terjadi sekali itu saja. Skala nyeri saat
pengkajian 4-5 dari 10.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat sakit ginjal atau
infeksi saluran kemih. Tahun 2012 kemih berdarah sakala nyeri 5. Keluarga juga
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit ginjal atau batu saluran kemih.
5. Pemeriksaan Laboratorium Tn. I dengan Batu Saluran Kemih
Jenis Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Pemeriksaan
Hemoglobin 15,5 13-18 g/dL Normal
Hematokrit 46 40-52 % Normal
Eritrosit 5,2 4,3-6,0 juta Normal
Leukosit 11010 4.800-10.800 Meningkat
/mL
Trombosit 217000 150.000-400.000 Normal
PT Kontrol 12,6 Detik Normal
PT Pasien 10,8 9,8-12,8 Normal
APTT Kontrol 34,0 Detik Normal
APTT Pasien 44,6 27-29 detik Meningkat
Hematokrit 46 40-52 % Normal
Eritrosit 5,2 4,3-6,0 juta Normal
SGOT 40 0-40 Meningkat
SGPT 91 0-41 Meningkat
Ureum 26 0-5- mg/dL Normal
Kreatinin 1,1 0,5-1,5 Normal
Asam Urat 6,4 3,4-7,0 Normal

75
GDS Sewaktu 86 < 140 mg/dL Normal
Natrium 144 125-147 mmoL Normal
Kalium 3,8 3,5-5,0 mmoL Normal
Klorida 93 95-105 mmoL Menurun

b. Pemeriksaan Thorax Dada. Hasil : Cardio dan Pulmo Normal


c. Pemeriksaan USG Abdomen
Hasil : Ginjal kanan: Besar, bentuk baik, system pelviokalises sedikit
melebar, tampak batu di ureter distal dengan ukuran 2 x 10 cm
d. Pemeriksaan BNO IVP : Batu Ureter Distal Dextra pro URS Litotripsi
e. Therapy yang diberikan :
 IVFD : RL 20 tpm IV
 Ceftriaxone : 1 x 2 gr IV
 Lasix: 1x1 gr IV
 Profenid 3x 1 Supp
 Ciprofloxacin 1 x 500 mg PO
 Neuralgad 1x 500 mg PO

B1 : RR 12 x/menit, pengembangan dada simentris, (-) ronkhii, (-) wheezing


B2 : (-) hipertensi, TD berbaring 110/70 mmHg, frekuensi nadi radialis 80 x/menit,
kuat dan teratur.
B3 : (-) pusing, kesadaran compus mentis
B4 : Pola BAK klien sekitar 4-6 x/hari. Karakter urin: kuning jernih, namun pernah
berdarah sekali lalu tidak muncul lagi.
B5 : BB 68 kg dan tinggi badan 166 cm. IMT 24,67 dalam batas normal.
B6 : neuromuskular massa/tonus otot sebanding/ tegap secara bilateral.
5555 5555
5555 5555

4.2.3 Analisa Data

76
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Urolithiasis Nyeri akut
 Klien mengatakan
nyeri pada
pinggang kanan Batu terjebak di ureter
P : batu ureter distal dextra
Q : seperti terbakar
R : nyeri di area pinggang Obstruksi
dan testis.
S : 5 dari 10
T : hilang saat beristirahat
dan muncul saat ingin Kolik menyebar ke

berkemih genitalia

DO :
• Klien terlihat Nyeri akut

melindungi area yang sakit


• Hasil pemeriksaan lab
tanggal 14 MEI 2013
Leukosit = 11.010 / ul
• Hasil pemeriksaan BNO
IVP dan USG
Abdomen: Batu ureter
distal dextra
DS : Urolithiasis Retensi urin
 Klien mengatakan
ketika berkemih
seperti terbakar Batu terjebak di ureter
 Klien mengatakan
berkemih sering

77
namun tidak tuntas Obstruksi
dan menetes
diakhir

DO :
Perubahan pola Retensi urin
berkemih: disuria
produksi kuning,
sedikit-sedikit
• Riwayat hematuria
• Hasil pemeriksaan
BNO IVP dan USG
Abdomen: Batu ureter
distal dextra

4.2.4. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
2. Retensi urin berhubungan dengan hambatan reflek

4.2.5 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC

Nyeri akut b.d. agen Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri


injuri Klien diharapkan Intrevensi yang akan
mampu untuk : dilakukan :

- Menilai faktor - Lakukan penilaian nyeri


penyebab secara komprehensif

- Menilai gejala dari dimulai dari lokasi,

nyeri karakteristik, durasi,

78
- Gunakan tanda tanda frekuensi, kualitas,
vital memantau intensitas dan penyebab
perawatan - Evaluasi bersama pasien
- Laporkan tanda / dan tenaga kesehatan
gejala nyeri pada tenaga lainnya dalam menilai
kesehatan professional efektifitas pengontrolan

- Gunakan catatan nyeri nyeri yang pernah


dilakukan

- Bantu pasien dan


keluarga mencari dan
Tingkat Kenyamanan menyediakan dukungan
Klien diharapkan - Gunakan metoda
mampu untuk : penilaian yang
- Melaporkan berkembang untuk
perkembangan fisik memonitor perubahan

- Melaporkan nyeri serta

perkembangan mengidentifikasi faktor

kepuasan aktual dan potensial


dalam mempercepat
- Melaporkan
penyembuhan
perkembangan
psikologi Pemberian Obat
Penenang
- Mengekspresikan
perasaan dengan Intrevensi yang akan

lingkungan fisik sekitar dilakukan :

- Mengekspresikan - Kaji riwayat kesehatan

kepuasan dengan pasien dan riwayat

Kontrol nyeri pemakaian obat penenang

Tingkatan Nyeri - Tanyakan kepada pasien


atau keluarga tentang

79
Klien diharapkan pengalaman pemberian
mampu untuk : obat penenang

- Melaporkan Nyeri sebelumnya

- Ekspresi nyeri lisan - Lihat kemungkinan


alergi obat
- Ekspresi wajah saat
nyeri - Tinjau ulang tentang
contraindikasi pemberian
- Melindungi bagian
obat penenang
tubuh yang nyeri
Pemberian Analgesik
- Perubahan frekuensi
pernapasan Intrevensi yang akan
dilakukan :

- Tentukan lokasi ,
karakteristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien

- Periksa order/pesanan
medis untuk obat, dosis,
dan frekuensi yang
ditentukan analgesic

- Cek riwayat alergi obat

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
Retensi urin b.d. NOC NIC
hambatan reflek a. Kandung kemih a. Monitor intake dan
kosong output
secara penuh

80
b. Tidak ada residu urine b. Monitor penggunaan
>100-200 obat
c. Intake cairan dalam antikolinergik
rentang c. Monitor derajat
normal distensi
d. Bebas dari ISK bladder
e. Tidak ada spasme d. Instruksikan pada
bladder pasien
f. Balance cairan dan keluarga untuk
seimbang mencatat output urine
e. Sediakan privacy untuk
eliminasi
f. Stimulasi reflek bladder
dengan kompres dingin
pada abdomen
g. Kateterisasi jika perlu
h. Monitor tanda dan
gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)

81
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kanker ginjal merupakan keganasan pada parenkim ginjal yang berasal dari
tubulus proksimal ginjal. (Arif Muttaqqin,2011). Penyakit ini bisa disebabkan oleh
rokok Von Hippel-lindau syndrome, obesitas. dialysis >5th pada gagal ginjal kronik
, analgesic phenacethin, hipertensi, riwayat penyakit keturunan. Terdapat 4 tahapan
klinik dari kanker ginjal akut adalah stadium awal, stadium Oliguria. stadium III.
stadium akhir. Classic Triad (3 tanda klasik) gejala klasik bahwa pasien mengalami
kanker ginjal yakni Hematuria (40%), Nyeri pinggang (40%), Massa panggul
(25%). Apabila kanker telah mengalami metastasis maka akan menimbulkan
manifestasi klinis yang berbeda-beda tergantung tempat penyebarannya.

Kanker kandung kemih adalah papiloma yang tumbuh didalam lumen


kandung kemih,meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai
dinding kandung kemih (Luckman and Sorensen. 1993). Penyakit ini bisa
disebabkan oleh kandungan zat karsinogen dalam air minum, penyakit saluran
kemih, dan obat-obatan non-phenacitin yang mengandng analgesic dengan dosis
besar. Faktor usia yang dapat biasanya menyebabkan imunitas menurun dan
kebiasan merokok yang mengandung zat karsinogenik masuk ke dalam tubuh.
Kedua faktor ini akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan masuk ke dalam ginjal
yang selanjutnya terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin
secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi stagnasi
radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel transisional
sehingga terjadi kerusakan DNA.

Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, kalkuli


(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada
di dalam saluran perkemihan (Smith’s 2007). Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang

82
adalah faktor intrinsik : herediter (di duga diturunkan orang tuanya) umur, (paling
sering di dapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis kelamin, (laki-laki tiga lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan) dan faktor ekstrinsik : geografi, iklim dan
temperature, asupan air, diet pekerjaan. Proses pembentukan membutuhkan
supersaturasi urine yang tergantung pada PH urine, kekuatan ion, konsntrasizat
terlarut, dan kompleksasi. (Stoller 2010). Faktor predisposisi terjadinya batu antara
lain : peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan
juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.

5.2 Saran
1. Bagi Pembaca
Setelah membaca makalah ini, harapan kami semoga dapat
memahami betul sehingga penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
sistem perkemihan ini dapat dihindari.
2. Bagi Mahasiswa
Setelah mempelajari secara lebih dalam tentang Kanker Ginjal.
Kanker Kandung Kemih dan urolithiasis, diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui apa yang telah dipelajari dan diperoleh, serta
memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Semoga dapat menambah bahan bacaan perpustakaan dan dapat
memberikan masukan bagi mahasiswa tentang sistem perkemihan
khususnya tentang Kanker Ginjal. Kanker Kandung Kemih dan urolithiasis.

83
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta : EGC

Black, J. M., Matassarin-Jacobs, E., & Luckmann, J. (1993). Luckmann and


Sorensen's medical-surgical nursing: A psychophysiologic approach. Saunders.

Blackwell,Wiley. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and Classification 2015-


2017 Tenth Edition.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Brunner and Suddarth. 2010. Buku Saku Keperawatn Medikal Bedah.ECG: Jakarta
Carpenito, L. J. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). PT EGC. Jakarta Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2007.
Medical-Surgical Nursing, Demystified: A Self Teaching Guide. USA: The Mc
Graw-Hill Companies

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran


EGC. Jakarta

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC

Faiz, Omar dan David Moffat. (2004). At a Glance Series Anatomi. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Gruberg, L., Dangas, G., Mehran, R., Mintz, G. S., Kent, K. M., Pichard, A. D., ...
& Leon, M. B. (2002). Clinical outcome following percutaneous coronary
interventions in patients with chronic renal failure. Catheterization and
cardiovascular interventions, 55(1), 66-72.

84
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.

Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Purnomo, B.B. 2010.Pedoman diagnosis & terapi smf urologi LAB ilmu bedah.
Malang: Universitas Kedokteran Brawijaya.
Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

Smeltzer C, Suzanne, Bare G Brenda, 2001. Keperawatan medikal bedah. edisi 8,


volume 2. Jakarta: EGC

Sommers, M. S., & Fannin, E. (2014). Diseases and disorders: A nursing


therapeutics manual. FA Davis.

Stoller, Marshall L. Urinary Stone Disease dalam Smith’s General Urology. Edisi
ke- 17. USA: McGraw-Hill; 2010. hlm. 254- 7

Tsui, K. H., Shvarts, O., Smith, R. B., FIGLIN, R., de KERNION, J. B., &
BELLDEGRUN, A. (2000). Renal cell carcinoma: prognostic significance
of incidentally detected tumors. The Journal of urology, 163(2), 426-430.

Yarbro, C. H., Wujcik, D., & Gobel, B. H. (2010). Cancer nursing: Principles and
practice. Jones & Bartlett Publishers.

85

Anda mungkin juga menyukai