Anda di halaman 1dari 51

BAB 1

PENDAULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada


struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang
ada pada tubuh manusia sehingga menyebabkan sebagian besar lansia
mengalami kemunduran atau perubahan fisik, psikologis dan sosial
(Mubarak dkk, 2010; Putri dkk, 2008). Salah satu perubahan fisik pada
lansia yaitu perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan perubahan
fungsional otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi.
Gangguan keseimbangan tubuh adalah masalah yang sering terjadi pada
lansia. Apabila gangguan keseimbangan ini tidak dikontrol maka akan
meningkatkan risiko jatuh pada lansia. (Kusnanto dkk, 2007).

Survei masyarakat di Amerika Serikat didapatkan sekitar 30%


lansia yang berumur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya. Kongres
XII PERSI di Jakarta pada tanggal 8 November 2012 melaporkan bahwa
kejadian pasien jatuh di Indonesia pada bulan Januari–September 2012
sebesar 14%. Hal ini membuat presentasi pasien jatuh termasuk ke dalam
lima besar insiden medis selain medicine error (Komariah, 2012).

Menurut Stanley (2007), akibat jatuh dapat mengakibatkan


berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan fisik
yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul.
Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok
setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak
konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri, pembatasan
dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh. Pada lansia yang
telah mengalami jatuh dan mendapat perawatan di rumah sakit,
kemungkinan meninggal dunia .

1
Dilihat dari dampak jatuh, pencegahan terjadinya jatuh pada lansia
merupakan langkah yang perlu dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh,
pasti akan menyebabkan komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan
kondisi lansia (Darmojo & Martono 2004). Perawat sebagai bagian dari
pemberi pelayanan kesehatan, mempunyai kewajiban untuk melakukan
tindakan/pencegahan jatuh pada lansia.

1.2 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada lansia dengan


risiko jatuh

1.3 Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi jatuh


b. Mengetahui faktor risiko jatuh pada lansia
c. Mengetahui etiologi jatuh pada lansia
d. Mengetahui faktor lingkungan yang menyebabkan jatuh pada lansia
e. Mengetahui faktor situasional yang menyebabkan jatuh pada lansia
f. Mengetahui komplikasi jatuh pada lansia
g. Mengetahui pencegahan jatuh pada lansia
h. Mengetahui pendekatan diagnostik pasien jatuh lansia
i. Mengetahui penatalaksanaan pasien jatuh lansia
j. Mengetahui asuhan keperawatan pasien jatuh lansia

1.4 Manfaat

a. Apakah definisi jatuh?


b. Apa saja faktor risiko jatuh pada lansia?
c. Apa saja etiologi jatuh pada lansia?
d. Apa saja faktor lingkungan penyebab jatuh pada lansia?
e. Apa saja faktor situasional penyebab jatuh pada lansia?
f. Apa saja komplikasi jatuh pada lansia?
g. Apa saja pencegahan jatuh pada lansia?
h. Apa saja pendekatan diagnostik pasien jatuh lansia?

2
i. Apa saja penatalaksanaan pasien jatuh lansia?
j. Bagaimana asuhan keperawatan pasien jatuh lansia?

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau


saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).

Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang


sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak
termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang.
Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang spesifik yang jenis dan
konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar
mengalami jatuh (Stanley, 2006).

2.2 Faktor Risiko

Faktor resiko jatuh biasanya digolongkan sebagai instrinsik (fisiologi atau


dalam tubuh) ekstrinsik (eksternal atau diluar tubuh)

A. Faktor Intrinsik

Dapat dibagi atas faktor yang bersifat sistemik dan local.Faktor


instrinsik sistemik antara lain berbagai penyakit yang dapat mencetuskan
jatuh misalnya :gagal jantung, infark miokard, pneumonia, Infeksi saluran
kemih dan infeksi berat lainnya. Kondisi metabolic yang berperan antara
lain: hipoglikemi dan hiperglikemi. Hipoksia dangan gangguan
keseimbangan asam basah. Hiperkoagulasi atau hiperagregasi trombosit
juga merupakan faktor yang besar perannya. Hiperkoagulasi akan
menurunkan kecepatan aliran darah dari serebral sehingga mengganggu
vaskularisasi neuron diotak dengan akibat gangguan metabolis serebral
pada gilirannnya menimbulkan seranggan gangguan aliran darah otak yang
bersifat sementara.

4
Ada juga faktor-faktor fisiologik berikut meningkatkan resiko jatuh :

1. Usia, dengan peningkatan insiden yang jelas pada usia 75 tahun, lansia
yang berusia 80 sampai 89 berada pada resiko tinggi
2. Jenis kelamin :Wanita mempunyai resiko yang lebih tinggi
dibandingkan pria.
3. Defisit sensorik :masalah penglihatan dan pendengaran.
4. Kondisi medis :penyakit neurologic, serebrovaskuler, kardiovaskular,
kanker atau penyakit progresif dan melemahkan lainnya.
5. Perubahan gaya berjalan dan keseimbangan.
6. Takut jatuh.

B. Faktor ekstrinsik

Faktor ini lebih ditritik beratkan pada faktor-faktor yang terdapat di


lingkungan pasien.Contohnya adalah lantai yang licin tau permukaanya
yang tak rata, tangga atau jalan menurun yang tak jelas terlihat.Karpet
yang terlipat serta adanya barang-barang kecil dilantai yang sulit terlihat
juga merupakan hal yang bisa berbahaya untuk pasien berusia lanjut.Tali
sepatu yang tidak terkancing dengan baik atau ujung celana piyama
maupun kain yang tersangkut saat berjalan juga bisa mengakibatkan jatuh.

Faktor ekstrinsik lainnya :

1. Perangkap lingkungan seperti benda-benda atau penghalang disekitar


lainnya, permukaan basah, pencahayaan yang buruk.
2. Pembatasan lingkungan seperti sisi pengaman tempat tidur.
3. Alat bantu seperti tingkat dan walker yang digunakan atau dipasang
tidak tepat.
4. Alas kaki yang tidak tepat.
5. Penyalahgunaan alcohol.

C. Faktor Iatrogenik

1. Obat-obatan
2. Alatmedis, sepertikateter urine menetap.

5
3. Restrein.
4. Delirium.

2.3 Etiologi

Penyebab jatuh Keterangan

Kecelakaan Kecelakaan murni (terantuk, terpleset, dll)


Interaksi anatara bahaya dilingkungan dan faktor yang
meningkatkan kerentanan
Sinkop Hilang kesadaran mendadak
Drop attacks Kelemahan tungkai bawah mendadak yang menybabkan jatuh
tanpa kehilangan kesadaran
Dizziness dan/atau Penyakit vestibular, penyakit sistem sistem saraf pusat
vertigo
Hipotensiortostatik Hipovolemia atau kardiak output yang rendah,
disfungsiotonom, gangguan aliran darah balik vena, tirah baring
lama, hipotensi akibat obat – obatan, hipotensi postprandial
Obat – obatan Diuratika, antihipertensi, antidepresi golongan trisiklik, sedatif,
antipsikotik, hipoglikemia, alcohol
Proses penyakit Berbagai penyakit akut
Kardiovaskular: aritmia, penyakit katup jantung (stenosis aorta),
sinkop sinus karotid
Neurologis: TIA, strok akut, gangguan kejang, penyakit
parkinson, spondilosis lumbar atau servikal (dengan komjpresi
pada kordaspinalis atau cabang saraf), penyakit serebelum,
hidrosefalus tekanan normal (gangguan gaya berjalan), lesi
sitem saraf pusat(tumor, hematomisubduraal)
Idiopatik Tak ada penyebab yang dapat diidentifikasi

6
2.4 Faktor Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan jatuh adalah


penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), lantai yang licin
dan basah, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang dan
alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang tidak stabil dan tergeletak
di bawah. (Darmojo, 2004).

Menurut Friedman, 1998 adalah kondisi interior rumah meliputi


bagaimana ruangan-ruangan tersebut dilengkapi oleh perabot , kelayakan
perabot, penerangan yang tidak memadai dan eksterior rumah meliputi
lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk, tempat obat-obatan tidak
terjangkau dan pintu masuk dan pintu keluar ke rumah tidak terdapat
penerangan dan ruang gerak yang cukup untuk keluar dari rumah, kabel
listrik telanjang di lantai, kolam renang yang tidak di pagari secara
memadai.

2.5 Faktor Situasional

Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain:


(Rauben, 1996; Campbell, 1987)

A. Aktivitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa
seperti berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit
sekali ( 5% ), jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya
seperti mendaki gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada
lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh
kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi
pada lansia yang imobil( jarang bergerak ) ketika tiba – tiba dia ingin
pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.

7
B. Lingkungan

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga,
dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik,
yang lainnya terjadi karena tersandung / menabrak benda perlengkapan
rumah tangga, lantai yang licin atau tak rata, penerangan ruang yang
kurang.

C. Penyakit Akut

Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari


penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh,
misalnya sesak nafas akut pada penderita penyakit paru obstruktif
menahun, nyeri dada tiba – tiba pada penderita penyakit jantung iskemik,
dan lain – lain.

2.6 Komplikasi

Menurut Kane (1996) yang dikutip oleh Darmojo (2004),


komplikasi-komplikasi jatuh yang terjadi pada lansia adalah:

1. Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa
sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya
arteri/vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur,
humerus, lengan bawah, tungkai atas
2. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu
kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak
3. Kematian

2.7 Pencegahan

Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat


menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal,
penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor

8
lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan
jatuh pada orang tua :

A. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan
meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan,
koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan
fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik
yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)

B. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:
1. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan
3. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedatif dan tranquilisers
4. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
5. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan

C. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu di antara:
1. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu
2. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
3. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
4. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
5. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.

9
6. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.
7. Gunakan lantai yang tidak licin.
8. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.
9. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya
di kamar mandi.

D. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia


a. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
b. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
c. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
d. Hindari olahraga berlebihan.

E. Alas Kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
a. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
b. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
c. Pakai sepatu yang antislip

F. Alat Bantu Jalan


Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor
yang mendasarinya.
1. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meingkatkan
keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan
kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak
menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.
2. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu,
penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat),

10
crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang
digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang
digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat
badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling
cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka
pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam
menunjang berat badan.

G. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.

H. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

I. Memelihara Kekuatan Tulang


1. Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti
meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat
terjatuh pada orang tua
2. Berhenti merokok
3. Hindari konsumsi alkohol
4. Latihan fisik
5. Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen
6. Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.

2.8 Pendekatan Diagnostik

Setiap penderita lansia jatuh, harus dilakukan assesmen seperti dibawah ini

A. Riwayat Penyakit ( Jatuh )


Anamnesis dilakukan baik terhadap penderita ataupun saksi mata
jatuh atau keluarganya( Kane, 1994; Fischer, 1982 )
Anamnesis ini meliputi :

11
1. Seputar jatuh : mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung,
berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok, sedang
makan, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin, sedang
menoleh tiba – tiba atau aktivitas lain
2. Gejala yang menyertai : nyeri dada, berdebar – debar, nyeri kepala tiba-
tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.
3. Kondisi komorbid yang relevan : pernah stroke, Parkinsonism,
osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung, rematik, depresi, defisit
sensorik.
4. Review obat – obatan yang diminum : antihipertensi, diuretik,
autonomik bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik,
psikotropik.
5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh, rumah maupun tempat –
tempat kegiatannya.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital : nadi, tensi, respirasi, suhu badan ( panas / hipotermi )
2. Kepala dan leher : penurunan visus, penurunan pendengaran, nistagmus,
gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising
3. Jantung : aritmia, kelainan katup
4. Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati perifer,
kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor.
5. Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi problem
kaki ( podiatrik ), deformitas.

2.9 Penatalaksanaan

Menurut Australian Government, Department of Health and


Ageing (2011) ada beberapa penanganan jatuh pada lansia antara lain:

a. Menolong diri sendiri jika jatuh


1. Tetap tenang
2. Periksa tubuh anda, apakah ada luka atau patah tulang

12
3. Jika terluka/mengalami cidera atau patah tulang maka jangan bergerak
dan tetaplah diam ditempat lalu teriak minta tolong. Tetap tenang dan
jangan panik
4. Jika tidak ada cidera atau patah tulang, cari kursi/meja/tempat yang
kokoh di sekitar anda
5. Bergulinglah ke salah satu sisi
6. Merangkaklah atau geser tubuh ke kursi/meja/furniture yang
kokoh/kuat
7. Dengan posisi berlutut, letakkan lengan pada kursi dan pegang erat
8. Letakkan salah satu lutut di depan dan lutut yang lain pada lantai
9. Dorong ke atas dengan tangan dan kaki untuk mendekatkan diri ke
kursi. Putar bokong dan dekatkan kursi
10. Duduk dan istirahatlah sebelum mencoba bergerak/berpindah kembali

b. Menolong lansia lain yang jatuh


1. Jangan terburu-buru membangunkan orang yang terjatuh
2. Tenangkan lansia yang jatuh dan tenangkan diri sendiri penolong)
3. Periksa apakah ada cidera. Jika ada cidera segera panggil bantuan
4. Jika lansia yang jatuh masih bisa bangun, ambil dua kursi letakkan
salah satu di dekat kepala dan satu lagi di dekat kaki lansia yang jatuh

Berikut langkah-langkah menolong lansia yang jatuh:

1. Pastikan lansia yang jatuh mampu bergerak dan melakukan perintah


2. Penolong harus memandu dengan jelas, membantu lansia yang jatuh
untuk berguling ke salah satu sisi
3. Bantu lansia berlutut. Letakkan satu buah kursi di depan lansia
4. Minta lansia untuk bertopang pada kursi tersebut dan arahkan salah
satu kaki ke depan, injakkan telapak kaki pada lantai
5. Letakkan satu buah kursi lain di belakang lansia. Minta lansia untuk
sedikit mendorong diri ke belakang menggunakan lengan dan kaki,
kemudian duduk di kursi belakang. pandu lansia untuk duduk, jangan
mengangkat tubuh

13
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian
1) Identitas klien
Identitas klien yang harus dikaji meliputi nama, usia, tempat tanggal lahir,
agama, alamat asal.
2) Data keluarga
Nama keluarga yang dapat dihubungi, hubungan dengan klien, alamat,
dan nomor telepon, pekerjaan.
3) Status kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : keluhan yang kemungkinan muncul antara lain
pusing, lemas, kesulitan untuk menjaga keseimbangan badan dan
kesulitan untuk menggerakkan ekstremitas bawah.
b. Pengetahuan klien dan usaha yang dilakukan oleh klien untuk
mengatasi keluhan
c. Obat-obatan yang dikonsumsi oleh klien.
4) Perubahan fisiologis terkait proses menua
a. Kondisi umum :
Adanya kelelahan, gangguan tidur dan penurunan kemampuan ADL,
nadi,tensi, respirasi, suhu badan (hipotermi / hipertermi), nyeri sendi
karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
b. Integumen :
Adanya luka bekas jatuh sebelumnya, atrofi kulit, mengkilat, tegang,
nodul subkutan, lesi pada kulit dan ulkus kaki.
c. Hematopoetic :
Anemia
d. Kepala :
Pusing, kepala terasa berputar, kepala terasa ringan
e. Mata :

14
Penurunan visus, nistagmus, pandangan sering berkunag-kunang,
perubahan lapang pandang, perubahan adaptasi terhadap gelap,
penurunan ketajaman persepsi kedalaman dan warna
f. Telinga
Gangguan pendengaran, telinga berdenging, vertigo, alat bantu dengar
g. Hidung :
Sinus
h. Mulut, tenggorokan :
Membrane mukosa kering
i. Leher
j. Pernafasan :
Sesak nafas, batuk atau bersin
k. Kardiovaskular :
Aritmia, kelainan katup, hipotensi postural, fenomena Raynaud jari
tangan / kaki(misalnya : pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal), pucat
intermitten, sianosis.
l. Gastrointestinal :
Rasa mual, penurunan nafsu makan, anoreksia, kesulitan untuk
mengunyah, mukosa kering, penurunan BB.
m. Perkemihan :
Inkontinensia, urgency
n. Reproduksi
o. Musculoskeletal :
Perubahan sendi, penurunan keseimbangan, deformitas, gangguan
gaya berjalan , kekakuan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi, nyeri sendi karena gerakan, limitasi fungsional kekakuan pada
pagi hari, atrofi otot, kontraktur, problem kaki (podiatrik)
p. Persyarafan :
Vertigo tipe perifer karena perubahan fungsi vestibuler akibat proses
menua, neuropati perifer, perubahan status mental, deficit fokal,
instabilitas, kekakuan, tremor, perubahan reflex baroreseptor,

15
penurunan fungsi reflex perlindungan, kebas, semutan pada tangan
dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
5) Potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual :
Insomnia, kesulitan konsentrasi, stress akut / kronis, gangguan konsep
diri, citra tubuh, kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
6) Lingkungan :
Kondisi lantai yang licin dan mengkilat, permukaan lantai yang meninggi,
penerangan yang kurang, ketinggian tempat tidur yang tidak sesuai, tidak
adanya susut tangan (railing) di tempat yang strategis seperti kamar mandi
dan lorong, banyak barang berbahaya yang menghalangi mobilitas lansia,
lingkungan baru yang belum dikenali oleh lansia.
7) Faktor risiko tambahan
a. Riwayat penyakit :
Contoh : Penyakit yang diderita seperti penyakit jantung, stroke,
gangguan ortopedik dan neurologik
b. Integritas Ego:
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
c. Makanan/Cairan :
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk
mengunyah. Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
d. Hygiene :
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi, ketergantungan.

16
e. Nyeri/Kenyamanan :
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
f. Keamanan :
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
g. Interaksi Sosial :
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
8) Negative functional consequences
a. Kemampuan ADL :
resiko jatuh dapat dimiliki oleh klien dengan tingkat ketergantungan
ringan sampai total
b. Aspek kognitif:
gangguan kognitif juga merupakan salah satu faktor risiko jatuh
c. Tes keseimbangan:
klien dengan hasil TUG >13,5 detik memiliki resiko tinggi jatuh, dan
klien dengan hasil >24 detik diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan.
d. GDS:
indikasi depresi mungkin ditemukan pada klien dengan risiko jatuh
e. Status nutrisi:
klien dengan moderate hingga high nutritional risk
f. Fungsi social lansia
g. Hasil pemeriksaan diagnostic:

No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil


Diagnostik Pemeriksaan

17
9) Lampiran terkait
a. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian sehari-hari (indeks Barthel)

No Kriteria Skor Skor


yang
didapat
1 Makan 0 : tidak mampu
5 : dengan bantuan (memotong makanan,
mengoleskan selai , dll atau membutuhkan
menu makanan tertentu, misal makana cair,
bubur)
10 : mandiri
2 Mandi 0 :tidak mampu
5 : mandiri
3 Berpakaian 0 :tidak mampu
5 : butuh bantuan
10 : mandiri (memakai resleting,
mengancingkan, menalikan tali)
4 Berhias 0 : butuh bantuan dalam perawatan pribadi
5 : mandiri (mencuci wajah, gosok gigi,
keramas, bercukur)
5 Kotrol Bladder (BAK) 0 : inkontiensia atau memakia kateter dan tidak
mampu merawat kateter.
5 : sesekali BAK tidak sadar (occasional
accident)
10 : Kontrol BAK baik
6 Kontrol Bowel (BAB) 0 : inkontiensia/ membutuhkan bantuan enema
untuk BAB

18
5 : sesekali BAB tidak sadar (occasional
accident)
10 : Kontrol BAB baik
7 Penggunaan toilet 0 : Tidak mampu
(mencuci, menyeka, 5 : butuh bantuan, tetapi bisa melakukan sesuatu
menyiram) dengan mandiri
10 : mandiri
8 Berpindah ( dari kursi 0 : tidak mampu berpindah, tidak dapat duduk
ke tempat tidur dan dengan seimbang
sebaliknya 5 : dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2 orang
yang membantu)
10 : dengan bantuan lebih sedikit
15 : mandiri
9 Mobilisasi di 0 : tidak mampu mobilisasi atau berjalan/kursi
permukaan datar roda < 45,72 m (50 yard)
5 : mandiri dengan kursi roda > 45,72 m (50
yard), mampu memosisikan kursi roda di
pojok ruangan
10 : berjalan dengan bantuan 1 orang > 45,72 m
(50 yard)
15 : berjalan mandiri (mungkin dengan bantuan
alat, pegangan) sejauh > 45,72 m (50 yard)
10 Naik turun tangga 0 : Tidak mampu
5 : dengan bantuan
10 : mandiri
TOTAL SKOR

Interpretasi Hasil:
0-20 = ketergantungan total
21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang
91-99 = ketergantungan ringan

19
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)

b. Aspek kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nama :
Tgl/Jam :

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun:.......... Hari :..........
Musim:.......... Bulan : ..........
Tanggal :..........
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara :.......... Panti :..........
Propinsi:..........Wisma/Kamar :..........
Kabupaten/kota:..........
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
piring, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1) Kursi
2) Piring
3) Kertas
4 Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79
4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke-2 (tiap poin nilai 1)
1) ..........

20
2) ..........
3) ..........
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi”
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas dengan menggunakan
tangan kanan atau kiri
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah yang
dituliskan di kertas nilai satu poin.
7). Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat
8). “Tutup mata anda”
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk

Total nilai 30

Interpretasi hasil :

21
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan
:…………………………………………………………………………
………..

c. Tes keseimbangan
Time Up and Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1
2
3
Rata-rata Waktu TUG

Interpretasi hasil

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:

>13,5 detik Resiko tinggi jatuh


>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL

(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000;


Kristensen, Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

d. GDS

22
Pengkajian Depresi

Jawaban

No Pertanyaan Ya Tdk Hasil

1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1


2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 1 0
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar 1 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan 1 0
anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0
Jumlah
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan
depresi

e. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

23
No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2


jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2


beralkohol setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga 2


tidak dapat makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4

7. Lebih sering makan sendirian 1

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1


atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2


terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2


belanja, memasak atau makan sendiri

Total score

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam


Introductory Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk

24
f. Fungsi social lansia
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi
sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION


keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP


teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan saya

3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH


saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas / arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION


saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi-emosi saya seperti marah, sedih/mencintai

5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE


meneyediakan waktu bersama-sama

Kategori Skor: TOTAL


Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1) Selalu : skore 2
2) Kadang-kadang : skore 1
3) Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik

25
3.2 Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS: Proses penuaan
- Klien mengeluhkan Hambatan Mobilitas Fisik
ketidaknyamanan saat Penurunan fungsi system
bergerak muskuloskeletal
- Klien mengungkapkan
kesulitan untuk Penurunan kontrol otot &
menggerakkan badan kekakuan sendi
dan kaku sendi
- Klien mengungkapkan Penurunan fleksibilitas
kesulitan untuk menjaga ekstremitas
keseimbangan
DO: Hambatan Mobilitas Fisik
- Gangguan gaya berjalan
- Postur tidak stabil
- Gerakan melambat
- Tremor saat bergerak
- Penurunan reflex
Penurunan kemampuan
motorik kasar
- Penururnan kemampuan
motorik halus
DS: Proses penuaan
- Klien mengeluh Hambatan Kemampuan
kesulitan untuk Penururnan fungsi kognitif dan Berpindah
berpindah tempat dari fungsi fisiologis
dua tempat yang
berdekatan jika tanpa Kekuatan otot tidak memadai

26
bantuan
DO: Hambatan Kemampuan
- Ketidakmampuan untuk Berpindah
berpindah dar tempat
tidur ke kursi
- Ketidakmampuan
berpindah dari posisi
duduk ke berdiri
- Ketidakmampuan
berpindah dari tempat
yang memiliki
ketinggian berbeda
- Ketidakmampuan
berpindah masuk dan
keluar toilet
DS: Proses Penuaan
- Klien mengeluh Hambatan Berjalan
kesulitan untuk berjalan Penurunan fungsi kognitif dan
pada permukaan yang fisiologis
tidak rata (menaiki
tangga) Gangguan keseimbangan
DO:
- Ketidakmampuan untuk Lingkungan yang tidak
berjalan di permukaan mendukung
menanjak atau menurun
- Ketidakmampuan untuk Mengganggu kebebasan bergerak
menaiki tangga
- Ketidakmampuan untuk Hambatan Berjalan
berjalan pada jarak
tertentu
DS : Proses penuaan
- Klien menceritakan jika Risiko Jatuh

27
ia pernah jatuh Riwayat jatuh
sebelumnya
- Klien mengeluhkan Kesulitan berjalan
kesulitan berjalan
DO : Lingkungan yang tidak
- Usia klien >65 th mendukung
- Penurunan fungsi
kognitif pada klien Risiko Jatuh
- Lingkungan yang tidak
mendukung (penuh
dengan perabotan, lantai
licin, tidak adanya
penerangan yang cukup,
dan tidak adanya susut
tangan)
- Penurunan kekuatan
ekstremitas
- Gangguan pendengaran
- Gangguan keseimbangan
- Gagguan moblitas
- Hipotensi ortostatik
- Gangguan penglihatan
- Penggunaan riwayat
obat-obatan
- Hasil TUG test >13,5
detik

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Hambatan Mobilitas Fisik b.d Penurunan kekuatan otot
2. Hambatan Kemampuan Berpindah b.d Kekuatan otot tidak memadai
3. Hambatan Berjalan b.d Gangguan keseimbangan
4. Risiko jatuh b.d Lingkungan yang tidak terorganisasi

28
3.4 Rencana Intervensi Keperawatan
5. Diagnosa : 00085 – Hambatan Mobilitas Fisik
NOC NIC
Domain 4. Aktivitas/Istirahat Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 2. Aktivitas/Olahraga Kelas 2. Aktivitas/Olahraga
Outcome 0213 Pergerakan Sendi : Intervensi 0140. Peningkatan Mekanika Tubuh
Pergelangan Kaki  Kaji komitmen pasien untuk belajar dan
 021301 dan 021306 Dorsal menggunakan postur tubuh yang benar
fleksi 20 derajat (2-4)  Kolaborasi dengan fisioterapis dalam
 021302 dan 021307 menggembangkan peningkatan mekanika tubuh,
Plantar fleksi 45 derajat sesuai indikasi
(2-4)  Instruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi
 021303 dan 021308 telungkup
Inversi 30 derajat (2-4)  Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang
 021304dan 021309 Eversi sama dalam jangka waktu yang lama.
20 derajat (2-4)  Instruksikan pasien untuk menggerakan kaki
 021305 dan 021310 Rotasi terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai
(2-4) berjalan dari posisi berdiri
 Bantu pasien untuk memiliki aktivitas pemanasan
sebelum memulai latihan atau memulai pekerjaan
yang tidak dilakukan secara rutin sebelumnya.

2. Diagnosa : 00090 – Hambatan Kemampuan Berpindah


NOC NIC
Domain 4. Aktivitas/Istirahat Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 2. Aktivitas/Olahraga Kelas 2. Aktivitas/Olahraga
Outcomes 0210. Kemampuan Intervensi 0201. Peningkatan Latihan : Latihan Kekuatan
Berpindah  Lakukan skrining kesehatan sebelum memulai
 021001 Berpindah dari latihan untuk mengidentifikasi risiko dengan

29
tempat tidur ke kursi (2-4) menggunakan skala kesiapan latihan fisik terstandar
 021002 Berpindah dari atau melengkapi pemeriksaan riwayat kesehatan
kursi ke tempat tidur (2-4) dan fisik
 021007 Berpindah dari  Bantu pasien dalam mengekspresikan nili,
kursi roda ke toliet (2-4) kepercayan dan tujuan dalam melakukan latihan
otot dan kesehatan.
 Beri informasi mengenai jenis latihan daya tahan
otot yang bisa dilakukan
 Bantu dalam menentukan tujuan jangka pendek dan
jangka panjang yang realistis serta perasaan
memiliki dari rencana latihan tersebut
 Instruksikan untuk beristirahat sejenak setiap
selesai satu set latihan, jika diperlukan
 Spesifikasikan tipe dan durasi dari aktivitas
pemanasan dan pendinginan
 Demonstrasika sikap tubuh yang baik (postur) dan
tingkatkan bentuk latihan dalam setiap kelompok
otot

3. Diagnosa : 00088 – Hambatan Berjalan


NOC NIC
Domain 4. Aktivitas/Istirahat Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 2. Aktivitas/Olahraga Kelas 2. Aktivitas/Olahraga
Outcomes 0222. Cara Berjalan Intervensi 0222. Terapi Latihan : Keseimbangan
 022201 Langkah mantap  Tentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi
(2-4) dalam kegiatan-kegiatan yang membutuhkan
 022202 Keseimbangan keseimbangan
tubuh saat berjalan  Kolaborasi dengan terapis fisik, okupasional dan
 022204 Berjalan pada jalur terapis rekreasi dalam mengembangkan dan
lurus melaksanakan program latihan yang sesuai
 022222 Mengangkat kaki

30
seperti berbaris  Berikan kesempatan untuk mendiskusikan faktor-
 022223 Kaki kaku saat faktor yang mempengaruhi kekuatan akan jatuh
berjalan  Sediakan lingkungan yang aman untuk latihan
 Instruksikan pasien mengenai pentingnyanterapi
latihan dalam menjaga dan meningkatkan
keseimbangan
 Dorong program latihan dengan intensitas rendah
dengan memberikan kesempatan untuk berbagi
perasaan
 Perkuat atau berikan instruksi bagaimana
memposisikan tubuh dan bagaimana melakukan
gerakan-gerakan untuk mempertahankan atau
meningkatkan keseimbangan selama latihan atau
aktivitas sehari-hari

4. Diagnosa : 00155 – Risiko jatuh


NOC NIC
Domain11. Keamanan / Domain11. Keamanan / Perlindungan
Perlindungan Class 2. Resiko jatuh
Class 2. Resiko jatuh Intervensi 6490. Pencegahan Jatuh
Outcomes 1909. Fall Prevention  Identifikasi penurunan baik kognitif dan fisik klien
Behavior yang dapat meningkatkan risiko jatuh
 190905 menggunakan  Identifikasi perilaku dan faktor yang dapat
susut tangan sesuai mempengaruhi risiko jatuh
kebutuhan (3-5)  Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang
 190914 Menggunakan mungkin meningkatkan risiko jatuh
keset karet di kamar mandi  Monitor gaya berjalan, keseimbangan, dan tingkat
(3-5) kelelahan dengam ambulasi
 190918 menggunakan alat  Berbagi dengan pasien terkait hasil observasi pada
bantu penglihatan (3-5) gaya berjalan dan pergerakan
 190922 sediakan  Sarankan perubahan padagaya berjalan
penerangan yang memadai  Sediakan alat bantu (mis.: tongkat, walker) untuk

31
(3-5) menyeimbangkan gaya berjalan
 190911 sesuaikan tinggi  Dorong klien untuk menggunakantongkat, walker
toilet dengan kebutuhan sesuai kebutuhan
(3-5)  Letakkan benda-benda dalam jangkauan yang
 190912 sesuaikan tinggi mudah bagi pasien
kursi dengan kebutuhan  Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk
(3-5) meminimalkan cedera
 190913 sesuaikan tinggi  Sediakan keset karet di kamar mandi
tempat tidur dengan  Sediakan kursi dengan tinggi yang tepat, dengan
kebutuhan (3-5) sandaran tangan dan punggung yangmudah
dipindahkan
 Tandai ambang pintu dan dari batas jalan pintu
sebelum tangga, sesuai kebutuhan
 Hindarkan barang-barang yang diletakkan rendah
yang membahayakan
 Sediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka
meningkatkan pandangan
 Sediakan lampu malam hari di sisi tempat tidur
 Sediakan pegangan pada tangga dan pegangan yang
dapat dilihat pasien
 Sediakan permukaan lantai yang tidak licin dan anti
selip
 Sediakan barang furniture berat yang tidak akan
terguling jikadigunakan sebagai sandaran
 Ajarkan anggota keluarga mengenai factor risisko
yang berkontribusi terhadap adanya kejadianjatuh
dan bagaimana keluarga bisa menurunkan risiko ini
 Anjurkan adaptasi di rumah untuk meningkatkan
keamanan

32
BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus:
Tn. C 68 tahun seorang duda tinggal di Panti Wreda Bahagia sejak 3 tahun yang
lalu. Tn. C dititipkan ke panti wreda karena ketiga anaknya sudah bekerja dan tidak
ada yang mengurus di rumah. Meskipun dititipkan ke panti wreda, anak-anaknya
masih sering mengunjungi Tn. C setiap seminggu sekali. Sebelumnya Tn.C bekerja
sebagai guru dan pensiun di umur 55 tahun.
Tn. C memiliki riwayat ensefalitis pada umur 53 tahun dan sudah ditangani
dengan baik. Pada tanggal 15 Maret 2016, Tn. C mengeluh jari- jari tangan dan
tungkainya bergetar tanpa ia sadari. Tn. C merasa depresi karena tidak dapat
mengontrol gerakan yang tidak disadari tersebut. Tn. C juga mengeluh susah berjalan
karena merasa kaku pada kedua kakinya. Tn. C berjalan dengan membungkuk, langkah
kaki pendek dan menyeret. Gerakannya lambat dan harus mencari pegangan agar tidak
jatuh. Selain itu, Tn. C sering mengeluh pusing dan mual ketika bangun dari tidur atau
duduk lalu berdiri. Ekspresi wajah Tn. C datar, dan suaranya tidak jelas saat berbicara
sehingga seringkali tidak dimengerti oleh lawan bicaranya. Hampir sebagian kegiatan
Tn. C dibantu oleh perawat di panti wreda. Hal itu menyebabkan klien merasa bahwa
dirinya tidak berguna lagi karena sering kali membutuhkan bantuan orang lain untuk
melakukan aktivitasnya.
Tidak ada keluhan pada pola BAK dan BAB. Tn. C mengeluh penglihatannya
kabur, tetapi tidak menggunakan kacamata. Pendengaran Tn. C juga menurun. Sehari
sebelum pengkajian, Tn. C mengatakan pernah jatuh di dapur saat ingin mengambil air
minum.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 90/50 mm/Hg, Suhu: 36,4 °C, Nadi :
72x/menit, RR: 22x/menit. BB: 55 kg, TB: 160 cm, kesadaran komposmentis.

33
Pengkajian

Pengkajian Lansia dengan Model Carol A Miller (Miller, 2012)

Nama wisma : Sejahtera


Tanggal Pengkajian : 3 April 2017

1. Identitas
a. Klien
Nama : Tn. C
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Jl. Bajul, Surabaya
Tanggal datang : 2 April 2014
Lama tinggal di : 3 tahun
panti
b. Keluarga
Nama : Ny. B
Hubungan : Anak kandung (anak ketiga).
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Jalan Bajul, Surabaya

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Tangan dan kakinya bergetar tanpa ia sadari, terasa kaku pada kedua
tungkainya sehingga susah untuk berjalan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. C mengeluh tangan dan kakinya bergetar tanpa ia sadari, terasa kaku
pada kedua tungkainya sehingga susah untuk berjalan. Tn. C mengeluh
pusing dan mual ketika bangun dari tidur atau duduk lalu berdiri. Tn. C
tidak mengetahui penyakit apa yang dideritanya. Tn. C menganggap rasa
getar yang dideritanya adalah hal yang biasa dialami oleh lansia sehingga
tidak ada upaya pengobatan yang dilakukan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti Tn. C

34
3. Age Related Changes (Perubahan Terkait Proses Menua)
a. Fungsi Fisiologis
1 Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan 
Perubahan BB 
Perubahan nafsu 
makan
Masalah tidur 
Kemampuan ADL 
Keterangan - Sebagian ADL dibantu oleh perawat
(pergi ke kamar mandi, mandi)
2 Integumen
Lesi / luka 
Pruritus 
Perubahan pigmen 
Memar 
Pola penyembuhan 
lesi
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
3 Hematopoetik
Perdarahan abnormal 
Pembengkakan 
kelenjar limfe
Anemia 
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
4 Kepala
Sakit kepala 
Pusing 
Gatal pada kulit 
kepala
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
5 Mata
Perubahan 
penglihatan
Pakai kacamata 
Kekeringan mata 
Nyeri 
Gatal 
Photobobia 
Diplopia 
Riwayat infeksi 

35
Keterangan Klien mengeluh pandangannya kabur

MK: Risiko jatuh


6. Telinga
Penurunan  
pendengaran
Discharge 
Tinitus 
Vertigo 
Alat bantu dengar 
Riwayat infeksi 
Kebiasaan 
membersihkan telinga
Dampak pada ADL Klien harus dipanggil 2 kali untuk
menjawab perintah
Keterangan - Klien mengeluh terjadi penurunan
pendengaran
- Tidak ditemukan masalah keperawatan
7. Hidung sinus
Rhinorrhea 
Discharge 
Epistaksis 
Obstruksi 
Snoring 
Alergi 
Riwayat infeksi 
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
8. Mulut dan tenggorokan
Nyeri telan 
Kesulitan menelan 
Lesi 
Perdarahan gusi 
Karies 
Perubahan rasa 
Gigi palsu 
Riwayat Infeksi 
Pola sikat gigi Tiga kali sehari (pagi, sore, dan malam
sebelum tidur)
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
9 Leher
Kekakuan 
Nyeri tekan 
Massa 
Keterangan 
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
10 Pernapasan
Batuk 

36
Nafas pendek 
Hemoptisis 
Wheezing 
Asma 
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
11. Kardiovaskuler
Chest pain 
Palpitasi 
Dipsnoe 
Paroximal nocturnal 
Orthopnea 
Murmur 
Edema 
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
12 Gastrointestinal
Disfagia 
Nausea/vomiting 
Hematemesis 
Perubahan nafsu 
makan
Massa 
Ikterus 
Perubahan pola BAB 
Melena 
Hemorrhoid 
Pola BAB BAB setiap hari
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
13 Perkemihan
Disuria 
Hesitansi 
Urgensi 
Hematuria 
Poliuria 
Oliguria 
Nokturia 
Inkontinensia 
Nyeri berkemih 
Pola BAK Normal, 4 kali sehari
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
14 Reproduksi
Lesi 
Disharge 
Testiculer pain 
Testiculer massa 
Perubahan gairah sex 
Impotensi 

37
Keterangan Tidak ditemukan masalah keperawatan
15 Muskuloskeletal
Nyeri Sendi 
Bengkak 
Kaku sendi 
Deformitas 
Spasme 
Kram 
Kelemahan otot 
Masalah gaya berjalan 
Nyeri punggung 
Pola latihan Setiap pagi perawat melakukan
ROM pasif dan memotivasi
klien untuk melakukan ROM
aktif
Dampak ADL - Sebagian kegiatan klien
dibantu oleh perwat
- Satu hari yang lalu klien
sempat jatuh di dapur
Keterangan - Klien merasa kaku pada
kedua tungkai kakinya
- Klien merasa pusing dan
mual saat bangun dari tidur
atau duduk lalu berdiri
- Tekanan darah klien rendah
(80/60 mmHg)
- Klien berjalan bungkuk
- Klien terlihat susah untuk
berjalan tanpa bantuan.
- MK: Gangguan Berjalan
MK: Hambatan Mobilitas
Fisik
MK: Risiko Jatuh
16. Persarafan
Headache 
Seizures 
Syncope 
Tremor 
Paralisis 
Paresis 
Masalah memori 
Keterangan Klien mengeluh kedua sisi jari tangan dan
tungkai kakinya bergetar tanpa ia sadari

4. Potensi Pertumbuhan Psikososial dan Spiritual


a. Psikososial

38
Ya Tidak
Cemas 
Depresi 
Ketakutan 
Insomnia 
Kesulitan dalam mengambil 
keputusan
Kesulitan konsentrasi 
Mekanisme koping Maladaptif, sehubungan dengan harga
diri rendah
Dampak pada ADL Sebagian ADL klien dibantu oleh
perawat
Persepsi tentang kematian Klien mengatakan bahwa kematian
adalah hal yang wajib dilewati oleh
manusia
Keterangan MK: Harga diri rendah

b. Spiritual
- Aktivitas ibadah: sebelum sakit klien dapat salat, saat sakit klien salat
dengan cara duduk.
- Hambatan: klien mengalami kekakuan dan tremor pada tungkainya
sehingga tidak kuat untuk beribadah dengan berdiri.

5. Lingkungan
- Kamar: kondisi kamar klien berantakan karena klien tidak mampu
membersihkannya sendiri.
- Kamar mandi: kamar mandi terdapat di luar kamar, jarak antar kamar klien
dengan kamar mandi sekitar 3 meter, kamar mandi cukup bersih namun
penerangannya kurang.
- Dalam wisma: bangunan wisma merupakan bangunan permanen, dengan
luar sekitar 500 m2, atap rumah terbuat dari genteng, lantai rumah terbuat
dari keramik, dalam 1 rumah ini dihuni sekitar 26 lansia, terdapat 15
kamar tidur, 3 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu.
- Luar rumah: terdapat halaman kecil berukuran 3x2 m dan area parkir.

6. Faktor Risiko Tambahan


Sebelumnya klien bekerja sebagai guru dan pensiun pada usia 55 tahun.
Tidak ada kebiasann buruk terkait penyakitnya sekarang

7. Negative Functional Consequences


a. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

No Kriteria Skor Skor yang

39
didapat
1 Makan 0 = tidak mampu 5
5 = dengan bantuan (memaotong makanan,
mengoleskan selai , dll atau
membutuhkan menu makanan tertentu,
misal makana cair, bubur)
10 = mandiri
2 Mandi 0 = dependen 5
5 = mandiri
3 Berpakaian 0 = dependen 0
5 = butuh bantuan
10 = mandiri (mengancingkan, memakai
resleting, menalikan renda/tali)
4 Berhias 0 = butuh bantuan dalam perawatan pribadi 0
5 = mandiri (mencuci wajah. Keramas,
gosok gigi, bercukur)
5 Kontrol Bowel 0 = inkontiensia/ membutuhkan bantuan 10
(BAB) enema untuk BAB
5 = sesekali BAB tidak sadar (occasional
accident)
10 = Kontrol BAB baik
6 Kotrol Bladder 0 = inkontiensia atau memakia kateter dan 10
(BAK) tidak mampu merawat kateter dan baik
5 = sesekali BAK tidak sadar (occasional
accident)
10 = Kontrol BAK baik
7 Penggunaan 0 = Tidak mampu 5
toilet (mencuci, 5 = butuh bantuan, tetapi bisa melakukan
menyeka, sesuatu dengan mandiri
menyiram) 10 = mandiri
8 Naik turun 0 = Tidak mampu 5
tangga 5 = dengan bantuan
10 = mandiri
9 Mobilisasi di 0 = tidak mampu mobilisasi atau 10
permukaan datar berjalan/kursi roda < 45,72 m (50 yard)
5 = mandiri dengan kursi roda > 45,72 m
(50 yard), mampu memosisikan kursi
roda di pojok ruangan
10 = berjalan dengan bantuan 1 orang >
45,72 m (50 yard)
15 = berjalan mandiri (mungkin dengan
bantuan alat, pegangan) sejauh > 45,72
m (50 yard)
10 Berpindah ( dari 0 = tidak mampu berpindah, tidak dapat 5
kursi ke tempat duduk dengan seimbang
tidur dan 5 = dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2
sebaliknya orang yang membantu)
10 = dengan bantuan lebih sedikit

40
15 = mandiri
TOTAL SKOR 55

Interpretasi:
0-20 = ketergantungan total
21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang
91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)

Kesimpulan: Skor 55, klien termasuk ketergantungan berat dengan orang


lain.

b. MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : ......... Hari :................
Musim : ............. Bulan :..............
Tanggal :
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: ……… Panti : …………
Propinsi: ……. Wisma/Kamar : …………
Kabupaten/kota : ……………
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal: kursi,
piring, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
4) Kursi 2). piring 3). Kertas
4 Perhatian 5 4 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dankalkulasi kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
1)...… 2)…… 3)......
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut: “ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.

41
4). Ambil kertas ditangan Anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah yang
dituliskan di kertas nilai satu poin.
7). Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat
8). “Tutup mata Anda”
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk

Total nilai 30 25
Interpretasi hasil :
24—30 : tidak ada gangguan kognitif
18—23 : gangguan kognitif sedang
0—17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan: Klien tidak terdapat gangguan kognitif

c. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test

No Tanggal Hasil TUG (detik)


Pemeriksaan
1 31 Maret 2017 31 detik
2 1 April 2017 30 detik
3 2 April 2017 32 detik
Rata-rata Waktu TUG 31 detik

Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:


>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen,
Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

Kesimpulan: Tn. C membutuhkan bantuan dalam mobilisasi dan melakukan


ADL.

42
d. GDS (Pengkajian Depresi)

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktivitas dan kesenangan 1 0 1
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa/kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 1
13. Anda merasa diri anda sangat bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 9
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

e. Status Nutrisi

No Indikator Skor Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 0
perubahan jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum 2 0
minuman beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya 2 2
sehingga tidak dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4 0
makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 0
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum 1 0

43
obat 3 kali atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 kg dalam enam 2 2
bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang 2 2
cukup untuk belanja, memasak atau makan sendiri
Total skor 6
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk

f. Fungsi Sosial Lansia

No Uraian Fungsi Skor


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga Adaptation 2
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya Partnership 1
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya Growth 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya Affection 2
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya Resolve 2
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skor 2 2). Kadang-kadang: skor 1
3). Hampir tidak pernah: skor 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and Health Aging 2005

Analisa Data

44
No Data Masalah Keperawatan
1 DS: Domain 11: Safety/protection
- Klien menceritakan pernah jatuh sebelumnya di Class 2: Physical Injury
dapur Masalah keperawatan:
- Klien mengeluhkan kesulitan berjalan (00155) Risiko jatuh
- Usia klien >65 th
- Penurunan kekuatan ekstremitas
- Klien mengeluh pusing dan mual ketika bangun
dari tidur atau duduk lalu berdiri
- Klien mengeluh penglihatan dan pendengarannya
menurun
DO:
- Hasil TUG test 10 detik
- Klien terlihat akan jatuh saat mencoba berjalan
sendiri
- TD klien 90/60 mmHg
- Kamar mandi kurang pencahayaan
2 DS: Domain 4: Activity/rest
- Klien mengeluh kesulitan untuk berjalan pada Class 2: Activity/Exercise
permukaan yang tidak rata (tangga, permukaan Masalah keperawatan:
yang mananjak atau menurun)
(00085) Hambatan mobilitas
DO:
- Ketidakmampuan untuk berjalan di permukaan fisik
menanjak atau menurun
- Ketidakmampuan untuk berjalan pada jarak
tertentu
- Gaya berjalan klien dengan langkah kecil kaki
menyeret dan tampak susah untuk berjalan tanpa
bantuan.
- Penururnan kemampuan motorik halus
- Tremor saat bergerak
- Gerakan melambat
3 DS: Domain 6: Self-Perception
- Klien merasa depresi karena tidak dapat Class 2: Self-esteem
mengontrol tremor yang tidak ia sadari. Masalah keperawatan:
- Klien merasa tidak berguna lagi karena setiap (00120) Harga diri rendah
kebutuhannya harus meminta bantuan orang lain situasional
DO:
Klien belum menerima efek dari perkembangan
penyakitnya

Diagnosa Keperawatan

1. Risiko jatuh berhubungan dengan perubahan mobilitas (00155)

45
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penyakit sistem saraf:
parkinsonisme (00085)
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan
kebergantungan (00120)

Intervensi Keperawatan

1. Risiko jatuh berhubungan dengan perubahan mobilitas.

NOC NIC
Domain IV. Health Knowledge Domain 4. Safety
& Behaviour Class V. Risk Management
Class T. Risk Control & Safety Intervention 6490. Fall Prevention:
Outcomes 1909. Fall Prevention  Identifikasi penurunan fungsi kognitif dan
Behaviour fisik klien yang dapat meningkatkan risiko
jatuh
Diharapkan selama 3x24 jam  Identifikasi kebiasaan dan faktor yang
klien dapat: dapat mempengaruhi risiko jatuh
1. Menggunakan alat bantu  Identifikasi karakteristik lingkungan yang
penglihatan dapat meningkatkan risiko jatuh
2. Menggunakan susut tangan  Monitor gaya berjalan, keseimbangan, dan
sesuai kebutuhan level kelelahan klien selama berpindah
 Diskusikan hasil observasi gaya berjalan
dan gerakan dengan klien
 Sarankan klien untuk merubah gaya
berjalannya
 Sediakan alat bantu berjalan
 Letakkan barang-barang yang dibutuhkan
klien dalam jangkauan klien
 Ajarkan teknik jatuh pada klien untuk
meminimalkan cedera
 Sediakan kursi dengan tinggi yang sesuai,
yang dilengkapi degan sandaran punggung
dan lengan kursi untuk memudahkan

46
berpindah
 Sediakan susut tangan pada tempat-tempat
yang sering di lewati oleh klien
 Berikan pencahayaan yang adekuat pada
setiap ruangan
 Gunakan permukaan lantai yang tidak licin
 Berikan tanda pada tepi pijakan
 Sediakan perabotan yang kokoh yang tidak
akan jatuh apabila digunakan sebagai
tumpuan/sandaran
 Edukasikan keluarga tentang faktor-farktor
yang dapat meningkatkan risiko jatuh dan
bagaimana keluarga dapat mengurangi
risiko tersebut

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penyakit sistem saraf:


parkinsonisme.

NOC NIC
Domain I. Functional Health Domain 1. Physiological: Basic
Class C. Mobility Class A. Activity and Exercise Management
Outcome 0208. Mobility Intervention 0222. Exercise therapy: Balance:
 020801 Keseimbangan (2-4)  Tentukan kemampuan klien dalam
 020809 Koordinasi (2-4) mengikuti aktivitas yang membutuhkan
 020810 Gaya berjalan (2-4) keseimbangan
 020804 Gerakan sendi (2-4)  Evaluasi fungsi sensoris klien
(penglihatan, pendengaran, dan persepsi)
 Berikan lingkungan yang aman untuk
berlatih keseimbangan
 Instruksikan klien untuk berlatih
keseimbangan dengan berdiri pada satu
kaki, membungkuk ke depan, ketahanan
stretching, sesuai kebutuhan

47
 Sediakan alat bantu (mis.: tongkat, walker,
bantal atau matras) untuk mendukung
latihan klien
 Bantu klien untuk berganti posisi (mis.:
dari duduk menjadi berdiri, dari berbaring
menjadi duduk) dengan bantuan benda di
sekitarnya sebagai tumpuan
Intervention 0224. Exercise therapy: Joint
mobility:
 Tentukan keterbatasan klien dalam
menggerakkan sendinya dan efeknya
terhadap fungsi ADL
 Jelaskan pada klien dan keluarga tentang
tujuan latihan gerak sendi
 Monitor lokasi dan karakteristik nyeri
sendi saat digerakkan
 Lindungi klien dari trauma selama latihan
 Lakukan latihan ROM, bantu klien saat
diperlukan
 Berikan pujian pada klien saat melakukan
latihan dengan benar

3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan tidak terpenuhinya


kebutuhan kebergantungan.

NOC NIC
Domain III: Physiologic Health Domain 3. Behavioral
Class M. Psychological Well- Class R. Coping Assistance
Being Intervention 5400. Self-Esteem Enhancement
Outcomes 1. Dorong klien untuk menemukan sisi positif
1205 Self- Esteem dari dirinya
2. Dampingi klien untuk menerima dirinya
Diharapkan selama 5x24 jam 3. Anjurkan eye-contact saat berkomunikasi

48
klien dapat: dengan orang lain
1. 120502 Penerimaan terhadap 4. Dampingi klien untuk mengidentifikasi
kondisi (2-4) respon positif dari orang-orang di sekitarnya
2. 120519 Perasaan terhadap 5. Dampingi klien untuk menerima bahwa
harga diri (2-4) klien harus bergantung kepada orang lain

49
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jatuh merupakan salah satu geriatric giant, sering terjadi pada usia
lanjut, penyebab tersering adalah masalah di dalam dirinya sendiri (
gangguan gait, sensorik, kognitif, sistem syaraf pusat ) didukung oleh
keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya ( alat rumah tangga yang
tua / tidak stabil, lantai yang licin dan tidak rata, dll ).

Jatuh sering mengakibatkan komplikasi dari yang paling ringan


berupa memar dan keseleo sampai dengan patah tulang bahkan kematian,
oleh karena itu harys dicegah agar jatuh tidak terjadi berulang-
ulang,dengan cara identifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan
gaya berjalan, serta mengatur / mengatasi faktor situasional.

Pada prinsipnya mencegah terjadinya jatuh pada usia lanjut sangat


penting dan lebih utama daripada mengobati akibatnya.

50
DAFTAR PUSTAKA

Australian Government, Department of Health and Ageing. 011. Falls Can be


Preventen: A Guide to Preventing Falls for Older People. (Online),
(http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/E23F5F7BF8
F07264CA257BF0002043F5/$File/Don't%20fall%20for%20it.pdf , diakses 4
April 2017).

Bulechek, Gloria M, et. al.2013.Nursing Intervention Classification (NIC) six ed.


USA: Elsevier

Danar, Irawan. 2015. Pengaruh Latihan Keseimbangan terhadap Risiko Jatuh pada
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur
Kasongan Bantul. Yogyakarta: Stikes 'Aisyiyah.

Darmojo RB, Mariono HH. 2004. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI

Doenges, Marilyn E. 1999. RencanaAsuhanKeperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC

Herdman, T.H & Kamitsuru.2014. NANDA International Nursing Diagnoses:


Definion and Classsification 2015—1017. Oxford: Wilwy Blackwell

Miller, Carol A. 2012. Nursing for wellness in older adults (6th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Nugroho, Wahjudi. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta .


EGC

Soejono. CH, Dkk. 2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri


Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta. FKUI.

Stanley, Mickey, dkk. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC.
Jakarta

Wakinson, Judith M. 2006. BukuSaku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7. Jakarta :


EGC

51

Anda mungkin juga menyukai