KEMANDIRIAN PADA REMAJA Anastasia Arika Widiana, Heni Nugraheni Universitas Setia Budi Surakarta Pola asuh demokratis orang tua merupakan salah satu faktor terbentuknya kemandirian pada remaja. Pola asuh demokratis merupakan cara pengasuhan dimana remaja boleh mengemukakan pendapat sendiri, mendiskusikan pandangan-pandangan mereka dengan orang tua, menentukan dan mengambil keputusan. Akan tetapi orang tua masih melakukan pengawasan dan bimbingan dalam hal mengambil keputusan terakhir dan bila diperlukan persetujuan orang tua. Dalam hal ini, peran orang tua dalam pengasuhan yang bersifat bimbingan, dialogis, pemberian alasan terhadap aturan sangatlah besar dalam proses pembentukan kemandirian. Berdasarkan hasil perhitungan, semakin tinggi pola asuh demokratis yang diperoleh maka semakin tinggi kemandirian remaja, demikian pula sebaliknya semakin rendah pola asuh demokratis maka semakin rendah kemandirian remaja. Seperti yang dikemukakan oleh Mussen (dalam Farida, 2006) bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh yang yang menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu anak mengerti akan perilaku tertentu dan mempersepsikan perilakunya tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Kemandirian pada anak berasal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Peranan orang tua sangat mempengaruhi bentuk kemandirian. Pada remaja yang diberi kebebasan untuk mengembangkan pemikirannya. Dari data yang diperoleh remaja yang tinggal dengan orang tua memiliki kemandirian yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif pola asuh demokratis yang diberikan. Seperti yang diungkapkan oleh Widiarti (dalam Suparmi dan Ngahu, 2006) menyatakan bahwa jenis pola asuh yang nampak menyediakan kesetimbangan yang benar adalah pola asuh demokratis. Pola asuh ini menawarkan kehangatan dan penerimaan, ketegasan dengan menegakkan aturan, norma dan nilai-nilai, harapan untuk mendengar, menerangkan dan negosiasi, memperoleh otonomi psikologis, mendorong anak membentuk diri mereka sendiri. Dalam pola asuh ini orang tua selalu melibatkan anak mereka dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi, sehingga seorang remaja diharapkan mempunyai keterampilan dan pengalaman dalam pemecahan masalah. Hubungan antara orang tua dan anak dalam keluarga yang demokratis ditandai dengan adanya saling menghormati persamaan kedudukan sosial, sikap bergotong royong dan tanggung jawab. Jika orang tua mampu menghindari diri dari dorongan perasaan yang kurang baik dan berhasil menerapkan pendekatan yang bersifat mendorong anak berbuat positif pasti akan terjadi perbaikan-perbaikan yang berarti dalam perilaku anakanaknya sehingga akan berkembang rasa percaya diri, tanggung jawab, kooperatif dan kemandirian dalam diri anakanaknya (Balson, 1993). Baumrind dan Black (dalam Wijaya dalam Tarmudji, 2001) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua demokratis yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan- tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab. Baumrind (dalam Basir, 2003) menyatakan bahwa pola asuh demokratis dimaksudkan agar anak bebas melakukan sesuatu dengan kontrol dari orang tua, langkah dan tujuan dijelaskan secara rasional, hubungan orang tua dan anak hangat tapi tetap berpegang pada standar yang ditentukan, maka anak akan menjadi mandiri, responsif, berani menyatakan pendapat dan kreatif.