Anda di halaman 1dari 1

Review PK 18_Erma Kusumawardani_16704251013

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN


KEMANDIRIAN PADA REMAJA
Anastasia Arika Widiana, Heni Nugraheni
Universitas Setia Budi Surakarta
Pola asuh demokratis orang tua merupakan salah satu faktor terbentuknya
kemandirian pada remaja. Pola asuh demokratis merupakan cara pengasuhan dimana remaja
boleh mengemukakan pendapat sendiri, mendiskusikan pandangan-pandangan mereka
dengan orang tua, menentukan dan mengambil keputusan. Akan tetapi orang tua masih
melakukan pengawasan dan bimbingan dalam hal mengambil keputusan terakhir dan bila
diperlukan persetujuan orang tua. Dalam hal ini, peran orang tua dalam pengasuhan yang
bersifat bimbingan, dialogis, pemberian alasan terhadap aturan sangatlah besar dalam proses
pembentukan kemandirian.
Berdasarkan hasil perhitungan, semakin tinggi pola asuh demokratis yang diperoleh
maka semakin tinggi kemandirian remaja, demikian pula sebaliknya semakin rendah pola
asuh demokratis maka semakin rendah kemandirian remaja. Seperti yang dikemukakan oleh
Mussen (dalam Farida, 2006) bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh yang yang
menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu anak mengerti akan
perilaku tertentu dan mempersepsikan perilakunya tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
Kemandirian pada anak berasal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.
Peranan orang tua sangat mempengaruhi bentuk kemandirian. Pada remaja yang diberi
kebebasan untuk mengembangkan pemikirannya.
Dari data yang diperoleh remaja yang tinggal dengan orang tua memiliki kemandirian
yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif pola asuh demokratis yang
diberikan. Seperti yang diungkapkan oleh Widiarti (dalam Suparmi dan Ngahu, 2006)
menyatakan bahwa jenis pola asuh yang nampak menyediakan kesetimbangan yang benar
adalah pola asuh demokratis. Pola asuh ini menawarkan kehangatan dan penerimaan,
ketegasan dengan menegakkan aturan, norma dan nilai-nilai, harapan untuk mendengar,
menerangkan dan negosiasi, memperoleh otonomi psikologis, mendorong anak membentuk
diri mereka sendiri. Dalam pola asuh ini orang tua selalu melibatkan anak mereka dalam
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi, sehingga seorang
remaja diharapkan mempunyai keterampilan dan pengalaman dalam pemecahan masalah.
Hubungan antara orang tua dan anak dalam keluarga yang demokratis ditandai dengan
adanya saling menghormati persamaan kedudukan sosial, sikap bergotong royong dan
tanggung jawab. Jika orang tua mampu menghindari diri dari dorongan perasaan yang kurang
baik dan berhasil menerapkan pendekatan yang bersifat mendorong anak berbuat positif pasti
akan terjadi perbaikan-perbaikan yang berarti dalam perilaku anakanaknya sehingga akan
berkembang rasa percaya diri, tanggung jawab, kooperatif dan kemandirian dalam diri anakanaknya (Balson, 1993).
Baumrind dan Black (dalam Wijaya dalam Tarmudji, 2001) dari hasil penelitiannya
menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua demokratis yang menumbuhkan
keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan- tindakan mandiri membuat
keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.
Baumrind (dalam Basir, 2003) menyatakan bahwa pola asuh demokratis dimaksudkan agar
anak bebas melakukan sesuatu dengan kontrol dari orang tua, langkah dan tujuan dijelaskan
secara rasional, hubungan orang tua dan anak hangat tapi tetap berpegang pada standar yang
ditentukan, maka anak akan menjadi mandiri, responsif, berani menyatakan pendapat dan
kreatif.

Anda mungkin juga menyukai