BENZODIAZEPIN (BDZ)
PENDAHULUAN
1. BDZ mempunyai 5 efek utama: 1. Anxyolisis
2. Sedasi
3. Anti konvulsan
4. Spinal-cord mediated skeletal muscle relaxation
5. Antegrade amnesia
2. Efek amnesia lebih lama daripada efek sedasi.
3. Efek relaksasi muskuloskeletal tidak cukup untuk pembedahan.
4. Efektif untuk tx insomnia akut tetapi tidak untuk yang kronik.
5. Dibandingkan dengan barbiturate, BDZ:
1. Potensi toleransi lebih kecil
2. Potensi disalahgunakan lebih kecil
3. Lebih aman jika overdosis karena ada antagonis yang spesifik yaitu Flumazenil.
4. Lebih jarang berinteraksi dengan obat lain.
MECHANISM OF ACTION
1. Sebagian besar efek BDZ terjadi karena fasilitasi GABA (neurotransmiter inhibitif utama di
CNS).
2. BDZ tidak mengaktivasi GABA tetapi meningkatkan afinitas reseptor GABA terhadap
GABA.
3. Efek sedasi karena aktivasi subunit alpha-1 reseptor GABA (banyak di korteks serebri,
cortex serebeli dan thalamus)
4. Efek anxyolisis karena aktivasi subunit alpha-2 reseptor GABA (banyak di hipocampus dan
amygdala)
5. Selain BDZ ada obat yang bekerja pada reseptor GABA dengan mekanisme yang berbeda
yaitu: -Barbiturat
-Etomidat
-Propofol
-Neurosteroid
-Alkohol
6. BDZ, barbiturat, dan alkohol saling sinergis untuk inhibisi CNS membahayakan jiwa.
7. BDZ mengurangi cardiac oxygen demand dengan mengurangi Heart Rate dan
memvasodilatasi a. Coronaria jadi BDZ bersifat kardioprotektif selama IMA mekanisme:
mengurangi degradasi adenosin (dengan menginhibisi transporter adenosin) yang
merupakan regulator fungsi jantung yang penting.
EFEK SAMPING
1. Fatique dan drowsiness merupakan efek samping yang paling sering pada penggunaan lama
BDZ.
2. Penggunaan lama tidak mempengaruhi tensi, HR, maupun irama jantung.
3. Hindari penggunaan BDZ pada COPD
4. Gangguan koordinasi motorik dan fungsi kognitif sering terjadi pada penggunaan BDZ
bersama dengan depresan CNS yang lain.
DRUG INTERACTION
1. Sinergis dengan depresan CNS yang lain yaitu:
- alkohol
- obat anestesi dapat mengurangi kebutuhan obat anestesi
- opioid BDZ punya potensiasi efek depresi ventilasi dengan opioid tetapi
sebaliknya justru mengurangi efek analgesi opioid.
- alpha-2 agonis
HYPOTHALAMIC-PITUITARY ADRENAL AXIS
1. BDZ mensupresi hypothalamic-pituitary adrenal axis penurunan kadar kortisol
2. Pada binatang, alprazolam menginhibisi sekresi ACTH dan kortisol bisa untuk terapi
antidepresi.
KETERGANTUNGAN
1. BDZ bisa sebebkan ketergantungan terutama pada penggunaan >6 bulan pada dosis rendah.
2. Tanda-tanda withdrawal : -iritability
-insomnia
-tremulousness
AGING
1. Lorazepam, oxazepam, dan temazepam lebih dipilih untuk usia tua daripada diazepam
karena tidak terbentuk metabolit aktif.
2. Penggunaan lama BDZ bisa mempercepat penurunan fungsi kognitif pada usia tua.
PLATELET AGGREGATION
1. BDZ menginhibisi Platelet-activating factor sehingga akan mencegah agregasi trombosit.
MIDAZOLAM
Larut air
Dibanding diazepam , maka midazolam :
2-3x lebih poten
Afinitas terhadap reseptor GABA 2x diazepam
Efek amnestik lebih poten daripada efek sedatif
Comercial Preparation
Pada pH >4 cincin imidazole tertutup sehingga menjadi larut lemak. Jadi dalam tubuh
manusia midazolam akan larut lemak. Ini disebut pH-dependent ring open phenomenon.
Selama preparasi, midazolam dicampur dengan propylen glycol.
Propylen glycol merupakan venoiritan sehingga penyuntikan selama iv/im akan nyeri.
Midazolam bisa dicampur dengan garam opioid dan antikolinergik dalam bentuk solusio.
Farmakokinetik
Metabolisme
Midazolam dimetabolisme oleh enzim cyt P-450 menjadi metabolit aktif dan inaktif.
Metabolit aktifnya yaitu :
Renal Clearance
T1/2, Vd, dan clearance tidak dipengaruhi oleh gagal ginjal
EFEK PADA ORGAN
CNS
Ventilation
Penurunan ventilasi sesuai dengan penambahan dosis (dosis midazolam 0,15 mg/kg iv =
0,3 mg/kg iv diazepam)
Cardiovascular System
Clinical Uses
Midazolam merupakan gol. Benzodiazepin yang paling umum digunakan sebagai obat
premed pada anak, sedasi iv dan induksi anestesi.
Bisa untuk kombinasi maintenance anestesi.
Efektif untuk terapi kejang grand mal akibat obat local anestesi yang lari ke sistemik.
Preoperative Medication
Pada pasien anak, sirup midazolam (2mg/ml) efektif untuk sedasi dan anxiolysis pada dosis
0,25 mg/kg dengan efek minimal pada ventilasi dan saturasi O2, bahkan jika diberikan
pada dosis sampai 1 mg/kg (max 20 mg).
Dosis 05 mg/kg peroral 30 menit sebelum induksi anestesi sudah cukup memberikan efek
sedasi dan anxiolisis pada anak tanpa delayed awakening.
Meskipun direkomendasikan untuk diberikan 20 menit sebelum bedah, ada bukti kalo
anterograde amnesia timbul pada dosis 0,5 mg/kg yang diberikan 10 menit pra bedah.
Sedasi Intravena
Dosis 1-2,5 mg iv (onset dalam waktu 30-60 detik, kadar puncak dalam waktu 3-5 menit
dan durasi 15-8 menit) efektif untuk sedasi selama regional anestesi.
Dibandingkan diazepam, maka midazolam :
Efek samping terpenting adalah depresi ventilasi karena penurunan hypoxic drive.
Efek depresi ventilasi lebih besar daripada diazeam dan lorazepam:
Dicetuskan (sinergis) dengan opioid dan obat depresan CNS yang lain.
Dicetuskan oleh COPD saat pada dosis sedasi.
Umur makin meningkat maka sensitifitas terhadap efek hipnotik akan makin meningkat.
Induksi Anestesi
Maintenance Anestesi
Sedasi Post Op
Penggunaan iv jangka lama (loading dose 0,5-4 mg iv, maintenance dose 1-7 mg/hr iv)
untuk sedasi pada pasien terintubasi akan meningktkan saturasi midazolam pada jaringan
perifer. Sehingga clearance midazolam menjadi tidak tergantung dari redistribusi obat dari
jaringan perifer tapi lebih tergantung kepada metabolisme hepar.
Suatu kelainan corda vocalis yang bisa menyebabkan obstruksi upper airway dan stridor
yang manifes post op.
Dosis 0,5-1 mg iv efektif untuk tx paradoxical cord motion.
DIAZEPAM
Commercial Preparation
Farmakokinetik
Cepat diabsorbsi GIT, kadar puncak dicapai dalam waktu 1 jam pada dewasa, 15-30 menit
pada anak.
Ambilan obat oleh otak cepat, diikuti redistribusi menuju jaringan lemak (Vd besar).
Vd wanita lebih besar daripada pria
Cepat melewati plasenta dan kadar pada fetal bisa sama denga ibu, bahkan kadang lebih
bsar.
Durasi tidak ditentukan oleh ikatan dengan reseptor tapi oleh metabolisme dan eliminasi.
Protein Binding
Ikatan dengan protein plasma kuat sehingga terapi hemodialisis untuk atasi overdosis diazepam
tidak efektif.
Metabolisme
Seperti benzodiazepine yang lain, efek diazepam terhadap ventilasi dan sirkulasi sistemik
adala minimal.
Fungsi liver dan renal tidak terpengaruh.
Tidak meningkatkan insiden nausea dan vomiting.
Kadar dalam plasma tidak dipengaruhi oleh hormon2 stres seperti katekolamin, arginin
vasopressin, dan cortisol.
Ventilation
Cardiovascular System
Dosis induksi anestesi 0,5-1 mg/kg iv menyebabkan tensi, cardiac output, dan SVR
menurun sedikit (seperti saat sedang tidur).
Bisa terjadi transient depression of baroreceptor-mediated HR response, tapi lebih ringa
dibandingkan obat anestesi inhalasi, dan juga masih bisa diatasi tubuh dengan mekanisme
kompensasi saat terjadi hipovolemik.
Tidak ada efek ke sistem saraf simpatis.
Tidak menyebabkan hipotensi ortostatik.
Insiden dan besarnya penurunan tensi pada diazepam iv lebih kecil dibandingkan barbiturat
iv saat induksi anestesi.
Tapi kadang2 ada pasien yang secara tiba2 mengalami hipotensi meskipun dengan
diazepam dosis kecil.
Kombinasi diazepam dan NO2 setelah induksi tidak dihubungkan dengan kejadian
perubahan kardiovaskuler. Hal inin sangat kontras dibandingkan dengan aat NO2
dikombinasi dengan opioid.
Diazepam 0,125-0,5 mg/kg iv yang diikuti injeksi fentanyl 50 mcg/kg iv bisa terjadi
penurunan SVR dan tensi.
Otot Skelet
Efek muscle relaxan karena aksi diazepam di neuron internuncial medula spinalis.
Tonus otot menurun karena pengaruh obat pada neuron gamma medula spinalis.
Bisa terjadi toleransi terhadap efek muscle relaxan ini.
Overdosis
Pada konsentrasi plasma >1 ng/ml akan terjadi intoksikasi CNS. Dan ini dicapai pada dosis
besar diazepam.
Koma tidak terjadi bila fungsi cardiac dan pulmonar disuport serta tidak ada kehadiran
alkohol.
Clinical Uses
Pada binatang dosis 0,25 mg/kg iv mampu mencegah kejang akibat toksisitas lokal
anestesi.
Dosis 0,1 mg/kg iv efektif untuk :
o Mengurangi kejang karena lidocain
o Deliriums tremens
o Status epilepticus
Efek anti konvulsan karena kemampuan diazepam untuk memfasilitasi neurotransmitter
GABA.
Barbiturat menghambat kejang dengan mendepresi CNS secara non selektif. Tapi
diazepam secara selektif menghambat aktivitasdari limbic system terutama hypocampus.
Diazepam digunakan untuk atasi kejang akut sedangkan untuk maintenance gunakan obat
lain yang long acting seperti fenitoin.
LORAZEPAM
Efek sedasi dan amnestik lebih kuat daripada midazolam dan diazepam.
Efek pada ventilasi, CV dan otot skelet mirip dengan benzodiazepn yang lain.
Farmakokinetik
Dimetabolisme di liver menjadi metabolit inaktif dan disekresi 80% lewat ginjal dalam
bentuk lorazepam glucoronid
T1/2 10-20 jam dan tidak meningkat pada usia lanjut maupun kombinasi dengan cimetidin.
Clearance jauh lebih lambat dari midazolam
Onset lebih lambat daripada diazepam dan midazolam karena kurang larut lemak dan lebih
lambat masuk CNS.
Clinical Uses
OXAZEPAM
ALPRAZOLAM
Punya efek yang signifikan untuk sedasi pada pasien dengan primary anxiety atau serangan
panik.
Mungkin merupakan alternatif pengganti midazolam untuk premed
Inhibisi ACTH dan kortisol mugkin lebih kuat dibanding benzodiazepin yang lain.
CLONAZEPAM
FLURAZEPAM
TEMAZEPAM
Tidak terjadi toleransi dan withdrawal meskipn digunakan selama 30 hari untuk terapi
insomnia.
TRIAZOLAM
FLUMAZENIL
Pada umumnya total dosis 0,3-0,6 mg iv sudah cukup untuk untuk mengurangi efek sedasi
BDZ.
Dosis 0,5-1 mg iv biasanya cukup untuk menghilangkan secara lengkap efek BDZ pada
dosis terapi.
Pada pasien yang tidak sadar karena overdosis obat yang tidak diketahui, kegagalan pada
respon pemberian flumazenil lebih dari 5 mg mungkin karena disebabkan karena
intoksikasi obat lain atau adanya gangguan fungsi organik.
Durasi flumazenil 30-60 menit.
Dosis ulangan yang bisa diberikan untuk memaintaine kesadaran adalah infusi kontinyu
0,1-0,4 mg/jam.
Tidak dianjurkan memberi flumazenil pada pasien yang sedang diterapi obat anti epileptik
untuk mengontrol kejang karena justru akan memicu timbulnya withdrawal seizures.
Side Effect
Penggunaan flumazenil sebagai antagonis BDZ tidak menyebabkan cemas akut, hipertensi,
takikardi, maupun gejala neuroendokrin yang disebabkan respon stres post op.
Fungsi sistolik dan hemodinamik koroner tidak terpengaruhpada pasien PJK yang diterapi
flumazenil.
Flumazenil tidak menurunkan kebutuhan obat anestesi inhalasi.
Dosis yang diberikan 10x dosis yang dianjurkan tidak akan ngefek pada resting ventilasi
atau fungsi psikomotor pada individu sehat.
SHORT-ACTING HYPNOSEDATIVES
Zaleplon, Zolpidem, dan Zopiclone mempunyai aktivitas yang mirip BDZ terhadap
kompleks reseptor GABA.
Sepertinya obat2 ini mempunyai sifat yang lebih selektif terhadap subunit reseptor GABA
tertentu, sehingga lebih efektif untuk tx gangguan tidur dengan efek samping yang lebih
sedikit dibanding BDZ.
Berdasarkan variasi ikatan terhadap subunit reseptor GABA tertentu, maka obat2 ini
mempunyai efek yang berbeda terhadap stadium tidur.
Zaleplon (10 mg po) cepat dieliminasi sehingga timbul efek samping yang lebih sedikit
setelah minum single dose sebelum tidur.
Zolpidem (10 mg po) dan Zopiclon (7,5 mg po) lebih lama dieliminasi sehingga bisa terjadi
prolonged effect. Akibatnya timbul residual sedasi dan efek samping yang mungkin
digunakan untuk tx insomnia yang jarang bangun malam.
Sebaliknya zaleplon lebih baik digunakan untuk pasien yang sulit untuk memulai tidur