Anda di halaman 1dari 43

PROFIL EKOLOGIS DAN BIODIVERSITAS EKOSISTEM PADANG

LAMUN DI DAERAH KONSERVASI TRIKORA, BINTAN


Diajukan sebagai tugas mata kuliah Ekologi dan Biologi Laut
Dosen Pembimbing : Bony Irawan, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9
RYANDA BIMA JATRRA

140384205038

DAYU MAILINA

140384205066

WAN DIDIT SAPUTRA

140384205006

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Kuliah Lapangan tepat pada
waktunya.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penyusunan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena
itu,kami mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan penyusunan laporan ini ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini, khususnya
kepada dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata, kami berharap semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah
pengetahuan kita bersama.

Tanjungpinang, 28 Desember 2016

Penyusun,

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah...............................................................................2

1.3

Tujuan.........................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................3


2.1 Ekosistem Pantai............................................................................................3
2.2 Faktor Fisika Ekosistem laut..........................................................................5
2.3 Faktor Kimia Lingkungan Laut......................................................................8
2.4 Faktor Biologi Lingkungan Laut..................................................................10
2.5 Ekosistem Lamun.........................................................................................12
2.6 Karakteristik ekosistem padang lamun.......................................................13
2.7 Keragaman Ekosistem padang lamun..........................................................13
2.8 Potensi lamun...............................................................................................19
2.9 Kunci Determinasi Lamun...........................................................................21
2.10 Faktor Pembatas Padang Lamun................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................25
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................................25
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................25
3.3 Prosedur Kerja..............................................................................................26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................29
4.1 Hasil Pengamatan.........................................................................................29
4.2 Pembahasan.................................................................................................36
BAB V PENUTUP................................................................................................40
5.1

Kesimpulan.................................................................................................40

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pantai Trikora merupakan sebuah pantai yang terletak di Desa Malang
Rapat, Kecamatan Gunung Kijang atau sekitar 45 kilometer sebelah timur dari
pusat kota Tanjung Pinang. Bagi masyarakat kota Tanjung Pinang yang notabene
merupakan ibukota dari Kepulauan Riau tentunya sudah mengenal pantai ini.
Pantai ini terdiri dari empat bagian yakni Pantai Trikora satu, dua, tiga dan empat.
Pantai Trikora tiga dikenal juga dengan nama Pantai Trikot dan merupakan bagian
yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, selain tempat wisata pantai
trikora juga termasuk dalam konservasi lamun yang ada di Indonesia.
Lamun (seagrass) adalah satu-satunya kelompok tumbuhan berbunga
(Angiospermeae) yang secara penuh mampu beradaptasi di lingkungan laut.
Tumbuhan itu hidup di habitat perairan pantai yang dangkal, mampu beradaptasi
di perairan asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam, seperti halnya
rumput

darat,

mereka

mempunyai

tunas,

berdaun

tegak

dantangkai-

tangkai merayap yang efektif untuk berkembang biak, serta mampu bersaing atau
berkompetisi dengan organisme lain di bawah kondisi lingkungan yang kurang
stabil (Fachrul, 2007). Lamun sebagai tumbuhan laut sejati karena dapat di
bedakan antara batang, daun, akarnya, merupakan salah satu tempat hidup,
mencari makan, berlindung bagi beranekaragam organisme.
Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh
dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Fungsifungsi di dalam ekosistem ini pun harus berlangsung dalam satu satuan rangkaian
dimana satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Semua ekosistem selalu
terbuka, sebab semua ekosistem mempunyai batas-batas yang nyata. Ada energi
dan bahan-bahan yang terbentuk didalamnya yang terus menerus keluar dari
ekosistem setelah digunakan oleh organisme yang hidup didalamnya.Tempat
hidup sekelompok makluk hidup disebut habitat. Makro habitat dibagi atas habitat
darat dan habitat air.

Lamun sangat berperan dalam ekosistemnya yaitu dalam hal dapat


menstabilkan garis pantai karena lamun ini memiliki akar yang terjalin dengan
kuat sehingga dapat menstabilkan substrat yang ada agar tidak cepat tererosi oleh
arus maupun gelombang air laut.Selain itu juga fungsinya dalam mempertahankan
kehidupan dari biota-biota laut seperti ikan dalam bentuk juvenille karen lamun
ini berfungsi dalam hal nursery ground, feeding ground, dan spawning ground.
1.2

Rumusan Masalah
1
2

Bagaimana keadaan Lamun di pantai Trikora?


Bagaimana dengan keadaan parameter fisik yang mempengaruhi

lamun?
3
Bagaimana dengan interaksi antar ekosistem yang ada di pantai
tersebut?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan hasil kuliah lapangan ini adalah
untuk mengetahui bagaimana keadaan ekosistem lamun yang berada pantai trikora
dilihat dari parameter fisik ekosistem padang lamun sepert salinitas, suhu,
kekeruhan, pH air, intensitas cahaya, kelembaban, dan pasang-surut air laut.
Selain itu penelitian dilakukan untuk memperoleh data lamun apa saja yang
terdapat di pantai trikora.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Pantai
Secara sederhana ekosistem dapat diartikan sebagai suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi.
Ekosistem Pantai merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan
antara air laut dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen
abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di
daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus,
angin, pasir, batuan dan sebagainya.
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan
pantai (shore). Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih
mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut.
Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas
dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan
adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis
surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai
adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak
tetap dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi.
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat
dibedakan sebagai berikut :
1. Formasi pres caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang
dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah
Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina.
3

2. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya
Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah
pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki
akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang
kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat
digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk
tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah:
Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
Menurut Nybakken (1998) di lihat dari struktur tanah dan bahan
penyusunnya, pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang
paling padat makroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk
spesies hewan maupun tumbuhan. Populasi yang padat, keragaman topografi, dan
banyaknya spesies di pantai berbatu ini telah mempesonakan para ahli biologi laut
dan ahli ekologi.
b. Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai
aktivitas rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan
makroskopik. Organisme tentu saja tidak tampak karena faktor-faktor lingkungan
yang beraksi di pantai ini membentuk kondisi dimana seluruh organisme
mengubur dirinya dalam substrat.
c. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan
ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan
mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga menjadi berlumpur.
Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang.
Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang benarbenar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka. Pantai berlumpur dapat
berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang butirannya

halus. Pantai berlumpur berada di berbagai tempat, sebagian di teluk yang


tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai berlumpur cenderung
untuk mengakumulasikan bahan organik, yang berarti bahwa tersedia cukup
banyak makanan yang potensial untuk organisme penghuni pantai, tetapi
berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di daratan lumpur juga
mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernapasan.
2.2 Faktor Fisika Ekosistem laut
Laut Faktor-faktor fisika yang terdapat di lingkungan laut meliputi suhu air,
kecerahan/kekeruhan, kecepatan arus, gelombang, dan pasang surut (pasut) air
laut.
A. Suhu
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Suhu merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran
organisme. Proses metabolisme hanya berfungsi di dalam kisaran suhu yang
relatif sempit, biasanya antara 0 40 0C, tetapi ada juga organisme yang mampu
mentolerir suhu sedikit di atas dan sedikit di bawah batas-batas tersebut, misalnya
ganggang hijau-biru yang hidup pada suhu 85 0C di sumber air panas.
Kebanyakan organisme laut telah mengalami adaptasi untuk hidup dan
berkembang biak dalam kisaran suhu yang lebih sempit daripada kisaran total 0
40 0C. Sebaran suhu secara menegak (vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas
tiga lapisan, yakni: a. Lapisan hangat di bagian teratas (epilimnion), dimana pada
lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan. b. Lapisan termoklin, yaitu
lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan
kedalaman. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan
suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1C untuk setiap pertambahan kedalaman satu
meter (Nontji,1987). c. Lapisan dingin di bawah lapisan termoklin (hipolimnion),
dimana suhu air laut konstan sebesar 4C.
Suhu merupakan faktor fisika yang sangat penting bagi suatu habitat.
Kenaikan suhu akan mempercepat reaksi-reaksi kimiawi, menurut hukum Vant
Hoff kenaikan suhu 10C melipat duakan kecepatan reaksi, walaupun hukum ini
tidak selalu berlaku (Nybakken, 1992). Perubahan suhu pada daerah tropis relatif
5

stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator dibanding
daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui
atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu
di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87C (titik beku air laut) di daerah kutub
sampai maksimum sekitar 42C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans,
1986). Suhu air permukaan diperairan Indonesia umumnya berkisar antara 2831oC. Dilokasi dimana penaikan air (upwelling) terjadi, misalnya di Laut Banda,
suhu air permukaan dapat turun sampai sekitar 25oC ini disebabkan karena air
yang dingin pada lapisan bawah terangkat ke atas. Suhu air didekat pantai
biasanya sedikit lebih tinggi dari pada yang di lepas pantai. Pantai laguna yang
dangkal atau cekungan air yang tertangkap ketika air surut, suhu air mencapai
lebih dari 35oC. Air dengan densitas yang rendah akan berada dilapisan atas dan
air dengan densitas tinggi akan berada pada lapisan bawah.
B. Kecerahan/Kekeruhan
Tingkat kecerahan menyatakan tingkat cahaya yang diteruskan ke dalam
kolom air dan dinyatakan dalam persentase (%), dari beberapa panjang gelombang
yang ada yang jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan penetrasi cahaya
matahari dipengaruhi kekeruhan air seperti suspensi dalam air (lumpur),
planktonik (jasad renik) dan warna air.
C. Kecepatan Arus
Arus di permukaan merupakan pencerminan langsung dari pola angin yang
bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan ini digerakan oleh angin dan
begitupun arus dibawahnya ikut terbawa. Arus dilapisi oleh permukaan laut
berbelok ke kanan dari arah angin dan arus dilapisan bawahnya akan berbelok
lebih ke kanan lagi dari arah arus permukaan. Hal ini disebabkan adanya gaya
cariolis (Cariolis Force), yaitu gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi. Jika
terjadi divergensi atau pembuyaran arus permukaan maka akan terjadi upwelling,
yakni naiknya massa air dari lapisan bawah laut kelapisan permukaan dan jika
terjadi konvergensi atau pemusatan arus permukaan, maka akan menyebabkan
downwelling, yakni turunnya massa air dari lapisan atas kelapisan bawah.

D. Gelombang
Gerakan gelombang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Gelombang
yang terhempas ke pantai akan melepaskan energinya di pantai. Makin tingginya
gelombang, maka makin besar tenaganya memukul pantai. Ada tiga faktor yang
menentukan besarnya gelombang yang disebabkan oleh angin yakni kuatan
hembusan, lamanya hembusan dan jarak tempuh angin. Jarak tempuh angin ialah
bentangan air terbuka yang dilalui angin. Sekali gelombang telah terbentuk oleh
angin maka gelombang itu akan terus merambat sampai jauh.
E. Pasang Surut (Pasut) Air Laut
Pasang surut adalah naik dan turunnya air permukaan laut secara periodik
selama suatu interval waktu tertentu. Pasut merupakan bentuk gerakan air laut
yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Ada 2
(dua) macam pasang surut yang terjadi, yakni:
a. Pasang Purnama,
ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut tertinggi (besar).
Pasang besar terjadi pada tanggal 1 (berdasarkan kalender bulan)dan pada tanggal
14 (saat bulan purnama). Pada kedua tanggal tersebut posisi bumi-bulan-matahari
berada pada satu garis (konjungsi) sehingga kekuatan gaya tarik bulan dan
matahari berkumpul menjadi satu menarik permukaan bumi. Permukaan bumi
yang menghadap ke bulan mengalami pasang naik besar.
b. Pasang Perbani,
ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut terendah (kecil).
Pasang kecil ini terjadi pada tanggal 7 dan 21 kalender bulan. Pada kedua tanggal
tersebut posisi matahari bulan bumi membentuk sudut 90. Gaya tarik bulan
dan matahari terhadap bumi berlawanan arah sehingga kekuatannya menjadi
berkurang (saling melemahkan).

2.3 Faktor Kimia Lingkungan Laut


Faktor-faktor kimia yang terdapat di lingkungan laut meliputi salinitas,
oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan unsur hara (nutrien).
A. Salinitas
Salinitas adalah banyaknya zat terlarut. Zat padat terlarut meliputi garamgaram anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup,
dan gas-gas terlarut (Nybakken, 1992). Salinitas adalah jumlah berat semua garam
(dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan
0/00 (permil, gram per liter) (Nontji, 1986). Ciri paling khas pada air laut yang
diketahui oleh semua orang ialah rasanya yang asin. Ini disebabkan karena
didalam air laut terlarut garam-garam yang paling utama adalah natrium klorida
(NaCl) yang sering disebut garam dapur. Selain NaCl, di dalam air laut terdapat
pula MgCl2, kalium, dan kalsium. Menurut teori, zat-zat garam berasal dari
proses outgassing, yaitu rembesan kulit bumi didasar laut berbentuk gas
kepermukaan dasar laut. Hasil kikisan kerak bumi terlarut dengan gas dari kulit
bumi dasar laut dan air sehingga menghasilkan garam di laut. Zat kimia terlarut
yang membentuk garam yang diukur sebagai salinitas adalah CI, Na, SO4, dan
Mg yang merupakan komponen utama sebesar 99,7% dari jumlah zat terlarut
dalam air laut, sisanya 0,3% yang walaupun jumlahnya sedikit dapat
mempengaruhi kehidupan di laut dan sebaliknya kepekatan zat ini ditentukan oleh
aktifitas kehidupan laut.
Di perairan pantai karena terjadi pengenceran misalnya karena pengaruh
aliran sungai salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan
yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi. Air payau adalah istilah umum
yang digunakan untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar dan air
laut. Perairan estuari atau daerah sekitar kuala dapat mempengaruhi struktur
salinitas yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air tawar
yang relatif ringan dan air laut yang lebih berat juga pengadukan air sangat
menentukan (Nontji, 1986).
B. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan


hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung
dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang
dibutuhkan untuk kehidupannya (Fardiaz, 1992). Oksigen terlarut dapat berasal
dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari
jumlah tanamannya dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan
kecepatan terbatas (Fardiaz, 1992). Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh
organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh
mikroorganisme. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi
tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer (Fardiaz, 1992).
Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk
hidup di dalam air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung pada suhu, kehadiran
tanaman fotosintesis, tingkat penetrasi cahaya yang bergantung kepada kedalaman
dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air, dan jumlah bahan organik yang
diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri
(Sastrawijaya, 2001).
C. Derajat Keasaman (pH)
Nilai pH air yang normal atau netral yaitu antara pH 6 sampai pH 8
(Fardiaz, 1992). Air yang pH-nya kurang dari 7 bersifat asam, sedangkan yang
pH-nya lebih dari 7 bersifat basa. Tanah yang bersifat asam akan mengakibatkan
pelarutan dan ketersediaan logam berat yang berlebihan dalam tanah (Darmono,
1995). Perubahan pH yang sangat asam maupun basa akan mengganggu
kelangsungan hidup organisme akuatik karena menyebabkan terganggunya
metabolisme dan respirasi.
D. Unsur Hara (Nutrien)
Sebagian besar unsur-unsur kimiawi yang diperlukan oleh tumbuhtumbuhan dan binatang terdapat dalam air laut dalam jumlah lebih dari cukup,
sehingga kekurangannya tak perlu dipertimbangkan sebagai faktor ekologi. Dalam
beberapa hal kepekatan unsur trace menjadi penting, tapi ini terjadi sangat
jarang sekali dibanding dengan di darat. Fosfat dan nitrat dalam kepekatan
9

bagaimanapun selalu dalam rasio yang tetap. 15 at. N : 1 at P. Rasio ini cenderung
tetap dalam fito dan zooplankton. Hanya dalam keadaan tertentu rasio dalam air
berubah. PO4 : P bisa berada dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik.
Keduanya dalam bentuk butiran dan larutan.
Dalam jaringan hidup terutama dalam bentuk senyawa organik dan
dilepaskan kembali ke air sebagai kotoran maupun bangkai dalam bentuk butiran
atau larutan. Dan untuk senyawa NO3, samudera mendapatkan dari udara bukan
saja N tetapi juga NO3. Seperti halnya PO4, pertumbuhan dan fotosintesa dari
tumbuh-tumbuhan laut (fitoplankton dan alga bentik) dibatasi oleh kepekatan
NO3 dalam air. Selain unsur-unsur hara tersebut, diatom juga mengambil
sejumlah besar Si dari laut dan kekurangan kandungan Si dapat menjadi faktor
pembatas di perairan tertentu.
2.4 Faktor Biologi Lingkungan Laut
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota yakni tumbuh-tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme hidup. Jumlah dan keanekaragaman jenis biota yang
hidup di laut sangat berlimpah. Biota laut hampir menghuni semua bagian laut,
mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang terjeluk sekalipun
(Romimohtarto dan Juwana, 2001). Di laut terdapat berbagai macam organisme
mulai dari yang berupa jasad-jasad hidup bersel satu yang sangat kecil sampai
yang berupa jasad-jasad hidup yang berukuran sangat besar seperti ikan paus.
Sebagian besar wilayah perairan terdapat banyak jenis biota laut yang saling
berinteraksi, tetapi di beberapa wilayah perairan yang lain hanya terdapat
beberapa jenis biota laut yang hidup dan berinteraksi karena kendala makanan dan
kondisi lingkungan (Romimohtarto & Juwana, 2001). Faktor biologi lingkungan
laut merupakan parameter dari mahluk hidup yang menjadi faktor penting dalam
komponen

penyusun

ekosistem

laut.

Parameter

biologi

dapat

berupa

phytoplankton, zooplankton, benthos, nekton, bakteri, dan virus. Dari berbagai


jenis organisme tersebut ada yang berlaku sebagai produsen, konsumen, dan
pengurai (detritus).

10

A. Produsen
Produsen dalam lingkungan laut merupakan faktor utama yang menentukan
produktuvitas lautan. Yang bertindak sebagai produsen adalah fitoplankton dan
ganggang laut lainnya. Fitoplankton adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran
kecil, ia melayang-layang di air dan merupakan organisme laut yang menjadi
makanan utama bagi ikan-ikan laut berukuran sedang dan kecil. Ia mampu
memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis (autotrof). Contoh
plankton ini yaitu Alga merah banyak terdapat di Laut Merah, Alga biru banyak
terdapat di Laut Tropik, Dinophysis, dan Navicula.
B. Konsumen
Terdiri atas berbagai hewan air yang hidup di laut seperti zooplankton,
benthos, dan nekton (ikan). Zooplankton adalah sebuah koloni (kelompok) yang
terdiri dari berbagai-jenis hewan kecil yang sangat banyak jumlahnya. Contoh
zooplankton misalnya Copepoda, Tomopteris, Arrow Wori, Jelly Fish (ubur-ubur)
dan beberapa jenis Crustacea. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut
baik yang menempel pada pasir maupun lumpur, beberapa contoh bentos antara
lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut, dan terumbu karang. Sedangkan
nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak aktif di perairan seperti
ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia laut, dan cumi-cumi. Semua organisme yang
berlaku sebagai konsumen tersebut merupakan organisme heterotrof di
lingkungan laut.
C. Dekomposer
Organisme laut yang bertindak sebagai pengurai atau pembusuk bahanbahan organik dan anorganik seperti jenis bakteri pengurai (Nitrobacter sp.) dan
jamur. Peranan mikroorganisme ini sangat vital dalam lingkungan laut karena
dengan kehadiran dekomposer yang sangat menentukan perubahan lingkungan
lautan.

11

2.5 Ekosistem Lamun


Lamun (seagress) adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat
perairan pantai dangkal. Lamun mempunyai tunas berdaun yang tegak dan
tangkai-tangkai dapat menyerap dengan efektif untuk berkembang biak.
Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang
masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya.
Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik.
Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkanzat-zat hara dan oksigen,
serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun.
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 60 jenis lamun, yang
terdiri atas 2 suku dan 12 marga (Kuo dan Mccomb 1989), dimana di Indonesia
ditemukan sekitar 13 jenis yang terdiri atas 2 suku dan 7 marga. Mereka hidup dan
berkembang baik pada lingkungan perairan laut dangkal, muara sungai, daerah
pesisir yang selalu mendapat genangan air atau terbuka ketika saat air surut.
Tempat tumbuhnya adalah dasar pasir, pasir berlumpur, lumpur dan kerikil karang
bahkan ada jenis lamun yang mampu hidup pada dasar batu karang. Habitat
tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak berpasir dan sering juga
dijumpai di terumbu karang.

Gambar 1 Morfologi tumbuhan lamun

12

2.6 Karakteristik ekosistem padang lamun


Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan
berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Karakteristik ekosistem
padang lamun antara lain adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir.
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran
terumbu karang.
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan
terlindung.
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
5. Mampu hidup di media air asin.
6. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.
Menurut Den Hartog (1967) dalam Azkab (2000) karakteristik pertumbuhan
lamun dapat dibagi enam kategori yaitu :
1. Parvozosterids, yaitu pertumbuhan dengan daun memanjang dan sempit,
contohHalodule, Zostera submarga Zosterlla.
2. Magnozosterids, yaitu pertumbuhan dengan daun memanjang dan agak lebar,
contohZostera submarga Zostera, Cymodocea, Thalassia.
3. Syringodiids, yaitu pertumbuhan dengan daun bulat seperti lidi dengan ujung
runcing, contoh Syringodium.
4. Enhalids, yaitu pertumbuhan dengan daun panjang dan kaku seperti kulit atau
berbentuk ikat pinggang yang kasar, contoh Enhalus, Posidoniq, Phyllospadix.
5. Halophilids, yaitu pertumbuhan dengan daun bulat telur, dips, berbentuk
tombak atau panjang, rapuh dan tanpa saluran udara, contoh Halophila.
6. Amphibolids, yaitu pertumbuhan dengan daun tumbuh teratur pada kiri kanan,
contohAmphibolids, Thalassodendron, dan Heterozostera.
2.7 Keragaman Ekosistem padang lamun
Beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan pantai Indonesia adalah
sebagai berikut :

1. Enhalus acoroides
Enhalus acoroides merupakan tanaman yang kuat, yang memiliki daun yang
panjang dengan permukaan yang halus dan memiliki rhizoma yang tebal. Terdapat

13

bunga yang besar dari bawah daun. Lamun ini di temukan sepanjang Indo-Pasifik
barat di daerah tropis.

Gambar 2. (Enhalus acoroides)


2. Halophila decipiens
Halophila decipiens memiliki daun yang berbentuk seperti dayung dan
seluruh tepi daun bergerigi. Terdapat sepasang petiole secara langsung dari
rhizoma. Di temukan sepanjang daerah tropis dan subtropis.

Gambar 3. (Halophila decipien)

3. Halophila ovalis
Halophila ovalis memiliki daun yang berbentuk seperti dayung dengan
pembagian yang bervariasi. Pada pinggiran daun halus. Terdapat sepasang daun
pada petiole yang muncul secara langsung dari rhizoma. Daun kadang-kadang
memiliki titik-titik merah dekat bagian tengah vein. Lamun ini di temukan di
sepanjang Indo-Pasifik Barat sampai ke daerah temperatur Australia.

14

Gambar 4. (Halophila ovalis)


4. Halophila minor
Halophila minor memiliki daun berbentuk bulat panjang. Panjang daun 0,51,5 cm. Pasangan daun dengan tegakan pendek.

Gambar 5. (Halophila minor)


5. Halophila spinulosa
Halophila spinulosa memiliki struktur daun yang berpasangan dan sejajar
dalam satu tegakan. Setiap pinggiran daun bergerigi. Ditemukan di Australis
bagian utara, daerah Malaysia dan sepanjang daerah tropis.

Gambar 6. (Halophila spinulosa)


6. Thalassia hempricii

15

Thalassia hempricii memiliki bentuk daun seperti selendang (strap-like)


yang muncul dari stem yang tegak lurus dan penutup penuh oleh sarung daun
(leaf sheath). Ujung daun tumpul dan bergerigi tajam. Rhizoma tebal dengan node
scar yang jelas, biasanya berbentuk segitiga dengan Ieaf sheath yang keras.

Gambar 7. (Thalassia hempricii)

7. Cymodocea rotundata
Cymodocea rotundata memiliki kantong daun yang tertutup penuh dengan
daun muda, kadang-kadang berwarna gelap, daun biasanya muncul dari vertical
stem, ujung yang halus dan bulat. Bijinya berwarna gelap dengan punggung yang
menonjol. Lamun ini di temukan di sepanjang Indo-Pasifik Barat di daerah tropis.

Gambar 8. (Cymodocea rotundata)

16

8. Cymodocea serrulata
Cymodocea

serrulata

memiliki

daun

berbentuk

selempang

yang

melengkung dengan bagian pangkal menyempit dan ke arah ujung agak melebar.
Ujung daun yang bergerigi memiliki warna hijau atau orange pada rhizoma.

Gambar 9. (Cymodocea serrulata)


9. Halodule pinifolia
Halodule pinifolia merupakan species terkecil dari genus Halodule. Bentuk
daun lurus dan tipis. Biasanya pada bagian tengah ujung daun robek. Lamun
ditemukan di sepanjang Indo-Pasifik Barat di daerah tropis dan sangat umum di
daerah intertidal.

Gambar 10. (Halodule pinifolia)


10. Halodule uninervis
Halodule uninervis memiliki ujung daun yang berbentuk trisula dan
runcing, terdiri dari 1-3 urat halus yang jelas kelihatan, memiliki sarung serat dan
rhizoma biasanya berwarna putih dengan serat-serat berwarna hitam kecil pada
nodes-nya. Lebar dan panjang daunnya masing-masing 0.2 4 mm dan 5 25 cm.
Lamun di sepanjang Indo-Pasifik barat di daerah tropis dan sangat umum di
daerah intertidal.

17

Gambar 11. (Halodule uninervis)


11. Syringodium isoetifolium
Syringodium isoetifolium memiliki bentuk daun yang silinder dan terdapat
rongga udara di dalamnya. Daun dapat mengapung di permukaan dengan mudah.
Ditemukan di Indo-Pasifik Barat di seluruh daerah tropis.

Gambar 12. (Syringodium isoetifolium)


12. Thalassodendron ciliatum
Thalassodendron ciliatum memiliki daun yang berbentuk sabit. Rhizoma
sangat keras dan berkayu. Terdapat bekas-bekas goresan di antara rhizoma dan
tunas. Di temukan di Indo-Pasifik barat di seluruh daerah tropis.

Gambar 13. (Thalassodendron ciliatum)

18

2.8 Potensi lamun


Ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang
kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai berikut:
1. Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer
tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut
dangkal seperti ekosistem terumbu karang.
2. Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat
air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya
menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan
dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan
dasar permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap
sedimen dan juga dapat mencegah erosi.
3. Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam
pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan
laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
4. Stabilisator Dasar Perairan
Vegetasi lamun yang lebat memperlambat gerakan air yang
disebabkan oleh arus dan ombak, serta menyebabkan perairan di
sekitarnya tenang, dengan demikian ekosistem ini bertindak sebagai
pencegah erosi dan penangkap sedimen. Sebagai akibat dari pertumbuhan
daun yang lebat dan sistem perakaran yang padat, maka vegetasi lamun
dapat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan ombak
serta menyebabkan perairan di sekitarnya tenang. Hal ini dapat dikatakan
bahwa komunitas lamun dapat bertindak sebagai pencegah erosi dan
penangkap sedimen.
5. Sebagai Pelindung Pantai
Lamun selain merupakan habitat bagi berbagai biota laut, juga
berfungsi sebagai pelindung pantai yang kokoh. Lamun tumbuh
membentuk padang lamun yang tebal, sedangkan akar rhizomanya mampu
merayap di bawah permukaan dasar perairan sehingga mampu mengikat
sedimen dan memperkokoh tumbuhan lamun. Karena itu, ketika terjadi
arus dan angin kencang atau gelombang yang besar, tumbuhan lamun

19

cukup kokoh sekalipun lamin terlihat miring sampai merapat ke dasar


perairan. Dengan demikian, lamun menjadi salah satu pelindung pantai
yang baik. Daya rusak arus, angin, dan gelombang menjadi berkurang
ketika sampai di padang lamun yang kokoh dengan ketebalan tumbuhan
lamunnya.
6. Sebagai Penjernih Perairan
Lamun mempunyai daya untuk memperangkap (trapped) sedimen,
menstabilkan substrat dasar, dan menjernihkan air. Karena itu, lingkungan
perairan di area lamun terlihat jernih. Kejernihan air di lingkungan lamun
memudahkan biota akuatik dalam mencari makan. Demikian pula aktivitas
pemijahan dan pengasuhan biota akuatik.
7. Sebagai habitat biota
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel
berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang
lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang
pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan
karang (coral fishes).

Gambar 14. Rantai Makanan di Ekosistem Lamun

2.9 Kunci Determinasi Lamun


(Dimodifikasi dari Den Hartog 1970 dan Phillips & Menez 1988)
1. Daun pipih .....................................................................................................2
Daun berbentuk silindris ...Syringodium isoetifolium
2. Daun bulat-panjang, bentuk seperti telur atau pisau wali .Halophila
a.Panjang helaian daun 11 40 mm, mempunyai 10-25 pasang tulang daun

20

..Halophila ovalis
b. Daun dengan 4-7 pasang tulang daun..........................................................c
c. Daun sampai 22 pasang, tidak mempunyai tangkai daun, tangkai panjang ..
Halophila spinulosa
c1. Panjang daun 5-15 mm, pasangan daun dengan tegakan pendek
...Halophila minor
c2. Daun dengan pinggir yang bergerigi seperti gergaji
.Halophila decipiens
c3. Daun membujur seperti garis, biasanya panjang 50 200 mm .....3
3. Daun berbentuk selempang yang menyempit pada bagian bawah.................4
a. Tidak seperti diatas .....................................................................................6
4. Tulang daun tidak lebih dari 3 .. Halodule
a. Ujung daun membulat, ujung seperti gergaji Halodule pinifolia
b. Ujung daun seperti trisula . Halodule uninervis
c. Tulang daun lebih dari 3............................................................................5
5. Jumlah akar 1-5 dengan tebal 0,5-2 mm ujung daun seperti gigi .
..Thalassodendron ciliatum
6. Tidak seperti diatas . Cymodocea
a. Ujung daun halus licin, tulang daun 9-15 .. Cymodocea rotundata
b. Ujung daun seperti gergaji, tulang daun 13-17 . Cymodocea serrulata
7. Rimpang berdiameter 2-4 mm tanpa rambut-rambut kaku; panjang daun 100-300
mm, lebar daun 4-10 mm Thalassia hemprichii
8. Rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan rambut-rambut kaku; panjang daun
300-1500 mm, lebar 13-17 mm Enhalus acoroides

21

2.10 Faktor Pembatas Padang Lamun


Sejumlah parameter lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
lamun. Parameter lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan
padang lamun adalah :
1. Suhu
Beberapa peneliti melaporkan adanya pengaruh nyata perubahan suhu
terhadap kehidupan lamun, antara lain dapat mempengaruhi metabolisme,
penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun. Walaupun padang lamun
secara geografis tersebar luas yang diindikasikan oleh adanya kisaran toleransi
yang luas terhadap temperatur, pada kenyataannya spesies lamun di daerah tropik
mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan temperatur. Kisaran suhu
0

optimal bagi spesies lamun adalah 28-30 C. Kemampuan proses fotosintesis akan
menurun dengan tajam apabila temperatur perairan berada di luar kisaran optimal
tersebut. Demikian juga respirasi lamun meningkat dengan meningkatnya suhu,
0

namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu 5-35 C, sedangkan pada kisaran
suhu 10-35

C, produktivitas lamun meningkat dengan meningkatnya suhu.


0

Namun dari beberapa hasil penelitian di laporkan bahwa suhu dari 25 C sampai
0

35 C merupakan kisaran suhu yang optimum untuk fotosintesis lamun.

2. Salinitas
Salinits atau kadar garam yaitu jumlah berat semua garam (dalam gram)
0

yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan /00 (permil).
Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang
tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Spesies lamun memilki
kemampuan toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas, namun sebagian besar
0

memilki kisaran yang lebar yaitu antara 10 dan 40 /00. Nilai salinitas optimum
0

untuk spesies lamun adalah 35 /00. Salah satu faktor yang menyebabkan
kerusakan ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas yang

22

diakibatkan oleh berkurangnya suplai air tawar dari sungai.


0

Ditambahkan bahwa Thalassia ditemukan hidup dari salinitas 3,5-60 /00,


namun dengan waktu toleransi yang singkat. Kisaran optimum untuk
0

pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35 /00. Lamun yang hidup di
daerah estuari cenderung lebih toleran terhadap perubahan salinitas. Salinitas juga
dapat berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan
kecepatan pulih lamun. Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan
meningkatnya salinitas, namun jumlah cabang dan lebar daun semakin menurun.
3. Kecepatan Arus
Tumbuhan lamun hidup pada perairan yang dangkal dan jernih, dengan
sirkulasi air yang baik. Air yang bersikulasi diperlukan untuk membawa zat hara
dari luar ekosistem lamun, dan membawa hasil metabolisme lamun keluar
ekosistem padang lamun. Arus atau pergerakan air dapat membantu suplai unsur
hara dan gas-gas terlarut pada tumbuhan lamun. Arus dapat pula menghalau sisa
metabolisme dan limbah yang dapat mempengaruhi produktivitas primer dari
tumbuhan lamun. Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan
arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia
testudium mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.
4. Oksigen Terlarut (DO)
Gas oksigen terlarut adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air
dan diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses
pembakaran dalam tubuh. Sumber utama oksigen dalam air laut adalah udara
melalui proses difusi dan hasil fotosintesis tumbuhan air pada siang hari.
Meningkatnya kandungan gas oksigen terlarut di perairan Pulau Dudepo diduga
disebabkan adanya pemakaian oleh lamun untuk respirasi akar dan rhizoma,
respirasi biota air, dan pemakaian oleh bakteri nitrifikasi dalam proses siklus
nitrogen di padang lamun. Selanjutnya dikatakan bahwa menurunnya kadar
oksigen dalam air laut dapat diakibatkan oleh kenaikan suhu air, proses respirasi,
adanya lapisan minyak diatas permukaan laut, dan masuknya limbah organik yang
mudah terurai ke lingkunagn laut. Kadar oksigen terlarut di perairan Indonesia
23

berkisar 4-7 ppm.


5. Kecerahan
Keberadaan tumbuhan lamun sangat dipengaruhi penetrasi cahaya
matahari, karena cahaya tersebut diperlukan untuk proses fotosintesis. Lamun
membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses
fotosintesis. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa
distribusi padang lamun hanya terbatas pada daerah yang tidak terlalu dalam.
Namun demikian, pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebaran
komunitas lamun di dunia masih ditemukan hingga kedalaman 90 meter, asalkan
pada kedalaman ini masih terdapat cahaya matahari. Beberapa aktivitas yang
dapat meningkatkan muatan sedimen pada badan air akan berakibat pada
tingginya kekeruhan perairan, sehingga berpotensi mengurangi penetrasi cahaya.
Hal ini dapat menimbulkan gangguan terhadap produktivitas primer ekosistem
padang lamun.
6. Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe substrat, mulai dari lumpur
sampai sedimen dasar yang terdiri dari endapan lumpur halus sebesar 40%.
Kedalaman substrat berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencangkup
2 hal, yaitu pelindung tanaman dari arus air laut, dan tempat pengolahan serta
pemasok nutrient. Kedalaman sedimen yang cukup merupakan kebutuhan utama
untuk pertumbuhan dan perkembangan habitat lamun.

24

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian identifikasi jenis lamun dan uji kualitas air ini telah
dilaksanakan pada hari sabtu, 17 Desember 2016 pukul 9.00 15.00, bertempat
di perairan Trikora Bintan, Kepulauanriau.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji
Kualitas Air dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaaan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji
Kualitas Air.
No

Nama Alat

Kegunaan

.
1.
2.
3.

Lembar identifikasi
Meteran rol
Tali raffia

Untuk mengidentifikasi lamun


Untuk mengukur
Untuk membuat plot dan membatasai daerah

4.
5.
6.
7
8
9
10
11
12
13
14

Thermometer
Do meter
Lux meter
Snorkel
Plot Quadrat
Plankton Net
Refraktometer
Turbidity meter
Botol aqua/selai
kamera
Ph meter

indentifikasi lamun
Untuk mengukur suhu air
Untuk mengukur oksigen terlarut
Untuk mengukur intensitas cahaya
Untuk mengamati lamun didalam air laut
Untuk menentukan nilai tutupan lamun
Untuk mengambil sample jenis plankton
Untuk mengukur salinitas air
Untuk mengukur kekeruhan air
Untuk menyimpan sample air
Untuk mengambil dokumentasi
Mengukur ph air

25

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji
Kualitas Air dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji
Kualitas Air.
No.
1.
2.

Nama Bahan
Lamun
Air

Kegunaan
Sebagai objek yang akan diamati
Sebagai media hidup lamun

3.3 Prosedur Kerja


1

Tandailah batas pasang tertinggi pada pagi hari dengan patok, catat waktu
pemancangan. Ulangi pemancangan pada saat surut terendah, dan ukurlah
perbedaan antara kedua patok tersebut.

Ukurlah parameter lingkungan dengan instrumen yang tersedia (suhu


udara, suhu air, pH, kelarutan oksigen, kekeruhan, intensitas cahaya).
Lakukan pengukuran sebanyak 2 kali, yaitu pada pagi dan siang hari.

Catat keadaan-keadaan lingkungan yang ditemui, seperti profile pantai


(sedimen, run off, halangan arus), naungan, ombak, dan lain-lain.

Lakukan sampling air untuk salinitas dan turbiditas pada permukaan dan
kedalaman air.

Buatlah transek tegak lurus garis pantai sampai kearah tubir.

Tempatkan plot quadrat 50x50 cm2 pada titik 0 m, disebelah kanan transek.
Pengamatan berjalan disebelah kiri agar tidak merusak lamun yang akan
diamati.

Tentukan nilai presentase tutupan lamun pada setiap kotak kecil dalam plot
quadrat berdasarkan penilaian pada tabel 2 dan catat pada lembar kerja.

26

Penilaian penutupan lamun dalam kotak kecil penyusun quadrat 50x50 cm2 .
Kategori

Nilai penutupan lamun (%)

Tutupan penuh

100

Tutupan kotak kecil

75

Tutupan kotak kecil

50

Tutupan kotak kecil

25

Kosong

Pada setiap kotak kecil, catat komposisi jenis lamun, dan nilailah
presentase penutupan setiap jenis lamun.
Penilaian dominansi jenis lamun perkotak kecil.

Kategori

Nilai penutupan lamun (%)

Tutupan penuh

100

Tutupan kotak kecil

75

Tutupan kotak kecil

50

Tutupan kotak kecil

25

Kosong

Amati karakteristik substrat secara visual dan dengan memilinnya dengan


tangan, lalu catat. Karakteristik substrat dibagi menjadi : berlumpur,
berpasir, dan rubble (pecahan karang).

10 Lakukan cacah organisme didalam plot, catat setiap spesies yang ditemui
beserta jumlahnya untuk setiap kotak. Lakukan koleksi untuk setiap jenis

27

lamun yang ditemui serta apabila terdapat satu spesies dengan frekuensi
yang tinggi.
11 Lakukan penjaringan plankton dengan plankton net di permukaan dan
pada kedalaman 1 m. masukkan kedalam botol kaca.
12 Ulangi kegiatan di sepanjang transek dengan interval 5-10 m .

28

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Parameter Lingkungan
No

Parameter lingkungan

Alat ukur

Hasil pengukuran

1.

Suhu air permukaan pagi

Termometer

30C

2.

Suhu air permukaan siang

Termometer

32C

3.

Suhu air kedalaman pagi

Termometer

24C

4.

Suhu air kedalaman siang

Termometer

26 C

5.

Suhu udara pagi

Termometer

30C

6.

Suhu udara siang

Termometer

30C

7.

pH air permukaan

pH meter

7,2

pH air kedalaman

pH meter

7,6

9.

Kelarutan oksigen pagi

DO meter

5,2 mg/L

10.

Kelarutan oksigen siang

DO meter

3,1 mg/L

11.

Intensitas cahaya matahari pagi

Lux meter

167,6 lux

12.

Intensitas cahaya air laut pagi

Lux meter

75,8 ft-cd

13.

Salinitas permukaan

Refraktometer

35

14.

Salinitas kedalaman

Refraktometer

32

15.

Kekeruhan permukaan

Turbiditimeter

48,59 ntu

16.

Kekeruhan kedalaman

Turbiditimeter

2,23 ntu

17.

Range ekstrimitas pasang-surut

Roll meter

24 m

B. Profil Kualitatif Abiotik dan Biotik


Profil Kualitatif Abiotik
Jenis pantai merupakan jenis pantai landai dengan substrat pasir berbatu.
Kondisi pasang pada pukul 09.28, berombak sedang. Pada jarak 24 meter dari
tepi pantai ditemukan Lamun yang terus tumbuh hingga ke pasang tertinggi.
Terdapat tumpaham minyak, serta kondisi pantai yang penuh dengan sampah
29

Sargassum sp dan lamun.


Profil Biotik di sekitar Pantai (Ekosistem Pantai)
Beragam vegetasi di tepi pantai Trikora 3, namun minim akan fauna. Formasi
vegetasi di daerah tepi pantai Trikora 3 adalah formasi Pes-caprae. Formasi ini
terutama terbentuk oleh tetumbuhan menjalar yang tumbuh rapat atau renggang
menutupi

pasir

pantai

di atas

garis

pasang tertinggi.

Formasi pes-

caprae terbentuk pada pantai yang bertumbuh di mana pasir diendapkan.


Perakaran tumbuhan pada formasi ini melebar dan mencengkeram ke dalam
pasir, membantu memantapkan ekosistem yang cenderung tidak stabil
ini.Jalinan ranting dan dedaunan di atas pasir memerangkap sampah-sampah
yang dilemparkan ombak, termasuk pelbagai buah dan bijian yang diangkut air,
sehingga meningkatkan kandungan hara dan memungkinkan terjadinya suksesi
vegetasi. Di bagian belakang formasi ini biasa didapati semai dari aneka
tumbuhan yang buahnya dipencarkan air laut, termasuk pula kelapa (Cocos
nucifera) dan cemara laut (Casuarina equisetifolia); sebagai jenis pelopor
(pionir) tumbuhan yang akhir ini sering membentuk tegakan murni, namun
anakannya tak mau tumbuh di bawah naungan pohon-pohon induknya
Kerajaan: Plantae

Rengkam

30

Filum:

Heterokontophyta

Kelas:

Phaeophyceae

Ordo:

Fucales

Famili:

Sargassaceae

Genus:

Sargassum

Spesies

Sargassum sp

Kerajaan:

Plantae

Ordo:

Arecales

Famili:

Arecaceae

Upafamili:

Arecoideae

Bangsa:

Cocoeae

Genus:

Cocos

Spesies:

C. nucifera

Kelapa
Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Magnoliopsida

Ordo:

Myrtales

Famili:

Combretaceae

Genus:

Terminalia

Spesies:

T. catappa

Kerajaan:

Plantae

Ordo:

Solanales

Famili:

Convolvulaceae

Genus:

Ipomoea

Ketapang

Upagenus: Eriospermum
Spesies:

Katang-katang

31

I. pes-caprae

Kerajaan:

Plantae

Ordo:

Ericales

Famili:

Lecythidaceae

Genus:

Barringtonia

Spesies:

B. asiatica

Kerajaan:

Plantae

Ordo:

Fagales

Famili:

Casuarinaceae

Genus:

Casuarina

Spesies:

C. equisetifolia

Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Magnoliopsida

Ordo:

Malvales

Famili:

Malvaceae

Genus:

Hibiscus

Spesies:

H. tiliaceus

Butun

Cemara Laut

Waru laut

32

C. Hasil pengamatan pada identifikasi jenis lamun


Pengamatan Plot pada 2 Transek
Jarak antara Transek 1 dan 2 adalah 10-15 meter
Hasil Pengamatan Plot 1 pada Transek 1 dan 2
Jarak transek I 53 m dan transek Substrat : Pasir berbatu
II 51 m dari jarak awal.
Tutupan Lamun

Tutupan lamun Transek 1 :


Tutupan lamun Transek 2 :
Kotak 1 : 100 % (Jenis Ea)
Kotak 1 : 25 % (Jenis Ea & Cr)
Kotak 2 : 100 % (Jenis Ea)
Kotak 2 : 25 % (Jenis Ea & Cr)
Kotak 3 : 100 % (Jenis Ea)
Kotak 3 : 25 % (Jenis Ea & Cr)
Kotak 4 : 100 % (Jenis Ea)
Kotak 4 : 25 % (Jenis Ea & Cr)
Total tutupan : 100 % dari jenis
Total tutupan : 50 % Enhalus
Enhalus acoroides
acoroides
dan
50
%
Cymodocea rotundata
Spesies Lamun
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas :
Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Lamun jenis Enhalus accoroides adalah jenis lamun yang paling banyak
ditemui / mendominasi di pantai Trikora, memiliki ciri-ciri berupa rimpang

33

berdiameter lebih 10 mm dengan rambut-rambut kaku, panjang daun 300-1500


mm, lebar 13-17.

Kingdom: Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledone
Ordo : Helobiae
Famili : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Spesies: Cymodocea
rotundata
Jumlah lamun Cymodocea
rotundata di
ekosistem
lamun pantai Trikora tidak banyak seperti jenis lamun . Lamun ini berciri-ciri ciriujung daun seperti licin, tulang daun berjumlah 9-15, Panjang helai daun
Cymodocea rotundata adalah 7-15 cm, dan lebar daun yaitu 0,2-0,4 cm.
Rimpangnya halus, dan memiliki 1-3 akar bercabang yang tidak teratur pada setiap
ruas.
Spesies Lain
Kingdom: Animalia
Divisi : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Superfamilia: Cerithioidea
Famili : Pachychilidae
Genus : Sulcospira
Spesies: Sulcospira sp
Pada plot 1 spesies lain yang banyak dijumpai hanyalah berupa
fauna laut seperti siput pasir Sulcospira sp. Umumnya sulit untuk
mengamati fauna lain dikarenakan pada saat pengamatan air
belum terlalu surut lalu dalam keadaan cukup keruh.
No
Gambar pada titik 1 dan 2
Klasifikasi
1.
Cymodocea rotundata
Regnum : Plantae
Divisio : Antophyta

34

Classis

: Angiospermae

Ordo

: Helobiae

Familia : Potamogetonaceae
Genus

: Cymodocea

Species : Cymodocea rotundata


Ciri-ciri :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ujun daun membulat


Helai daun sempit
Panjang daun 7 cm
Panjang rizhoma 5 cm
Bentuk rhizome serabut
berseludang

4.2 Pembahasan
Pantai Trikora merupakan tempat konservasi lamun yang merupakan
ekosistem pantai karena ciri-cirinya memiliki garis pantai, terdapat pasang-surut
air laut serta terdapat biota-biota akuatik yang hidup disana karena memiliki
lamun sebagai tempat asuhan bagi biota laut. Kawasan ini merupakan suatu
wilayah pesisir yang memiliki ekosistem lamun yang cukup luas denga beberapa
jenis lamun.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, pantai Trikora yang
merupakan daerah konservasi memiliki parameter fisik dan kimia yang dapat
dijumpai, namun ketika dilakukan penelitian daerah ini banyak di jumpai
tumpahan minyak yang mencemari pantai. hal ini dapat mempengaruhi ekosistem
lamun yang ada di pantai tersebut, karena minyak dapat menggangu ekosistem
lamun yang merupakan tempat tinggal bagi biota biota laut. Kenapa, karena
minyak dapat melekat didaun lamun dimana daun lamun merupakan tempat bagi
biota epifit, selain itu minyak juga dapat menggagu proses fotosintesis lamun.
Hasil pengamatan kualitas parameter fisika-kimia di perairan konservasi
lamaun didapat fluktuasi nilai pada saat pagi dan siang. Suhu perairan yang
didapat pada saat pengamatan berkisar antara 30 32 0C, salinitas perairan yang

35

didapat berkisar 32-35 derajat, keasaman atau pH perairan berkisar antara 7,27,6 sedangkan untuk nilai kualitas oksigen terlarut (DO) memiliki nilai 3.1-5,2
mg/L.
Berdasarkan data hasil penelitian dan dibandingkan dengan baku mutu
kualitas perairan dapat disimpulkan bahwa perairan Trikora yang merupakan
ekosistem lamun masih dalam kategori normal dan meskipun nilai tersebut kurang
tetapi secara alami masih dapat di toleransi.
Kualitas perairan yang normal mengindikasikan bahwa perairan tersebut
masih terbilang subur untuk kehidupan lamun yang merupakan tempat menempel
bagi mikroalga epifit. Kesuburan perairan dipengaruhi oleh letak perairan yang
langsung terhubung dengan lautan (zona litoral). Oleh karena itu kondisi perairan
dipengaruhi oleh dinamika laut yang terjadi seperti pasang surut dan juga
masukan air dari laut secara langsung akan menjadikan kondisi perairan tersebut
tetap terjaga. Proses tarikan air (upwelling) yang terjadi di suatu perairan akan
mempengaruhi kondisi kehidupan fitoplankton, hidrologi dan pengayakan nutrisi
di lokasi tersebut.
Suhu rata-rata perairan

300C merupakan suhu yang optimal bagi

kehidupan lamun. Salinitas berpengaruh bagi kehidupan biota yang ada, nilai
salinitas 32 0/00 merupakan nilai salinitas yang optimum bagi kehidupan dan
pertumbuhan tumbuhan lamun. Untuk pertumbuhan lamun yang optimum
dibutuhkan salinitas lebih kurang 35 . pH perairan rata- rata 7,2-7,6 termasuk
dalam kategori normal serta baik bagi pertumbuhan lamun. Contoh Chrysophyta
umumnya pada kisaran pH 4,5-8,5, dan pada umumnya diatom pada kisaran pH
yang netral akan mendukung keanekaragaman
Keanekaragaman, keseragaman dan dominansi merupakan parmeter biota
yang dapat dilihat untuk menjelaskan keadaan indeks ekologi. Keragaman biota
yang ditemukan pada pesisir pantai konservasi cukup beragam, tumbuhan pesisir
yang dapat hidup dan hewan-hewan yaitu : Surgassum, Pohon kelapa, Pohon
Ketapang, Pohon Cemara, pohon Butun / Keben, tanaman tapak kuda, pohon

36

waru, dan Lamun. Sedangkan Hewannya dari jenis Siput laut dan kerangkerangan.
Komponen abiotik yang normal lah yang mendukung komponen biota
dapat tumbuh dengan baik. Kondisi pantai di kategorikan kedalam pantai berpasir
dengan tidak ditemukannya ombak dan juga ditemukan sebuah pulau yang
merupakan penghalang arus pantai. Lamun pun ditemukan pada jarak 24 meter
dari pasang tertinggi yang merupakan kondisi ideal bagi lamun untuk tumbuh dan
berkembang dikarenakan jarak pasang surut pantai konservasi malang rapat sejauh
24 meter. Lamun masih ditemukan dalam kondisi air tergenang pada saat surut
terjadi di pantai tersebut.
Pada saat plot quadrat pertama diletakkan kami menemukan lamun dengan
tutupan penuh pada transek pertama dengan didominasi dari spesies Enhalus
acoroides, dengan ciri-ciri Panjang daun 70 cm, Daun berbentuk pita, Panjang
rhizome 10cm dan Bentuk rhizome seperti tali memiliki rambut hitam. Spesies
lamun ini ditemukan pada jarak plot quadrat 53 meter dari pasang tertinggi dan
substratnya berupa berpasir dengan biota laut siput laut, kerang-kerangan dan
udang yang epifit pada lamun.
Sedangkan pada plot quadrat di transek kedua kami menemukan dua
spesies lamun yakni Enhalus acoroides dan Cymodocea rotundata. Pada plot
kedua ini masih didominasi oleh spesies Cymodocea rotundata 75 %.

Dan

Enhalus acoroides sebanyak 25 %. Substrat pada transek kedua berupa pasir .


Ciri-ciri dari Cymodocea rotundata yaitu : Ujun daun membulat, Helai daun
sempit, Panjang daun 7 cm, Panjang rizhoma 5 cm, Bentuk rhizome serabut dan
berseludang. Tidak ditemukan spesies lain pada transek kedua dikarenakan pada
transek kedua banyak didominasi jenis lamun Cymodocea rotundata yang
memiliki tingkat kerapatan rendah sehingga tidak ada interaksi habitat dan lainlain.
Kondisi lamun yang kami temukan berada di perairan yang jernih sebab
mengingat fungsi lamun di laut sebagai penjernih air. Akar yang kuat pada lamun
memungkinkan lamun dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya.

37

Sepertihalnya fungsi lamun yaitu Sebagai produsen primer : Lamun memiliki


tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya
yang ada dilaut dangkal seperti ekosistem terumbu karang, Sebagai penangkap
sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh
arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu,
rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat
menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun disini
berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat mencegah erosi. Sebagai
Penjernih Perairan Lamun mempunyai daya untuk memperangkap (trapped)
sedimen, menstabilkan substrat dasar, dan menjernihkan air. Karena itu,
lingkungan perairan di area lamun terlihat jernih. Kejernihan air di lingkungan
lamun memudahkan biota akuatik dalam mencari makan. Demikian pula aktivitas
pemijahan dan pengasuhan biota akuatik. Dan Sebagai habitat biota Lamun
memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan
tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat
juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis
ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes).

38

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun
dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Trikora yang merupakan tempat
Konservasi Lamun, dapat kita tarik kesimpulan bahwa :
Identifikasi Jenis lamun, ada beberapa jenis lamun yang terdapat di Pantai
Malangrapat yaitu : Enhalus acoroides dan Cymodocea rotundata.
Hasil pengukuran uji kualiatas air di Perairan Pantai yaitu pada suhu air
permukaan pagi 30oC, pada suhu air permukaan siang 32 oC pukul 13.00 , pada
suhu air kedalaman pagi 24oC, pada suhu air kedalaman siang 26 oC , pada suhu
udara pagi 30oC, pada suhu udara siang 30oC, pada pH air permukaan 72oC, pada
pH air kedalaman 7,6oC, pada kelarutan oksigen pagi 7,2, pada kelarutan siang 3,1
mg/L, pada Intesitas cahaya matahari pagi 167,6 lux, pada Intesitas Cahaya air
laut pagi 75,8 ft-cd, pada salinitas permukaan 35, pada salinitas kedalaman
32, pada kekeruhan permukaan 48,59 ntu, pada kekeruhan kedalaman 2,23 ntu
dan pada range ekstrimitas pasang-surut 24 meter.
Kualitas perairan yang normal mengindikasikan bahwa perairan tersebut
masih terbilang subur untuk kehidupan lamun yang merupakan tempat menempel
bagi mikroalga epifit. Kesuburan perairan dipengaruhi oleh letak perairan yang
langsung terhubung dengan lautan (zona litoral). Oleh karena itu kondisi perairan
dipengaruhi oleh dinamika laut yang terjadi seperti pasang surut dan juga
masukan air dari laut secara langsung akan menjadikan kondisi perairan tersebut
tetap terjaga. Proses tarikan air (upwelling) yang terjadi di suatu perairan akan
mempengaruhi kondisi kehidupan fitoplankton, hidrologi dan pengayakan nutrisi
di lokasi tersebut.

39

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, 2001. Ekosistem Padang Lamun. Jurusan Ilmu Kelautan. FIKP. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Dahuri, Rokhim, Dr. Ir. H. M.S,dkk.2001. Pengelolahan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan lautan Secara Tepadu. Jakarta : PT. Pradnya pramita
Romimohtarto,K dan Juwana,Sri.2001. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut. Jakarta : Djambatan.
Supriadi., Kaswadji, R. F., Bengen, D. G., Hutomo, M., 2012, Produktivitas
Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo. Makassar: J. Akuatika.
Nybakken, J.A., 1988. BiologiLaut :SuatuPendekatanEkologis. AlihBahasa: H.M.
Eidmandkk. PT Gramedia, Jakarta.
Nontji A. 2008 Plankton Laut. Jakarta :Djambatan 11-13 :347 hal.
Kordi K.M.G.H, 2011 Ekositem lamun (Seagrass),jakarta Rineka Cipta.
Dahuri, R. 2003. Keanekragaman Hayati Laut. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

40

Anda mungkin juga menyukai