Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
RYANDA BIMA JATRRA
140384205038
DAYU MAILINA
140384205066
140384205006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Kuliah Lapangan tepat pada
waktunya.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penyusunan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena
itu,kami mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan penyusunan laporan ini ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini, khususnya
kepada dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata, kami berharap semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah
pengetahuan kita bersama.
Penyusun,
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3
Tujuan.........................................................................................................2
Kesimpulan.................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pantai Trikora merupakan sebuah pantai yang terletak di Desa Malang
Rapat, Kecamatan Gunung Kijang atau sekitar 45 kilometer sebelah timur dari
pusat kota Tanjung Pinang. Bagi masyarakat kota Tanjung Pinang yang notabene
merupakan ibukota dari Kepulauan Riau tentunya sudah mengenal pantai ini.
Pantai ini terdiri dari empat bagian yakni Pantai Trikora satu, dua, tiga dan empat.
Pantai Trikora tiga dikenal juga dengan nama Pantai Trikot dan merupakan bagian
yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, selain tempat wisata pantai
trikora juga termasuk dalam konservasi lamun yang ada di Indonesia.
Lamun (seagrass) adalah satu-satunya kelompok tumbuhan berbunga
(Angiospermeae) yang secara penuh mampu beradaptasi di lingkungan laut.
Tumbuhan itu hidup di habitat perairan pantai yang dangkal, mampu beradaptasi
di perairan asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam, seperti halnya
rumput
darat,
mereka
mempunyai
tunas,
berdaun
tegak
dantangkai-
tangkai merayap yang efektif untuk berkembang biak, serta mampu bersaing atau
berkompetisi dengan organisme lain di bawah kondisi lingkungan yang kurang
stabil (Fachrul, 2007). Lamun sebagai tumbuhan laut sejati karena dapat di
bedakan antara batang, daun, akarnya, merupakan salah satu tempat hidup,
mencari makan, berlindung bagi beranekaragam organisme.
Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh
dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Fungsifungsi di dalam ekosistem ini pun harus berlangsung dalam satu satuan rangkaian
dimana satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Semua ekosistem selalu
terbuka, sebab semua ekosistem mempunyai batas-batas yang nyata. Ada energi
dan bahan-bahan yang terbentuk didalamnya yang terus menerus keluar dari
ekosistem setelah digunakan oleh organisme yang hidup didalamnya.Tempat
hidup sekelompok makluk hidup disebut habitat. Makro habitat dibagi atas habitat
darat dan habitat air.
Rumusan Masalah
1
2
lamun?
3
Bagaimana dengan interaksi antar ekosistem yang ada di pantai
tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan hasil kuliah lapangan ini adalah
untuk mengetahui bagaimana keadaan ekosistem lamun yang berada pantai trikora
dilihat dari parameter fisik ekosistem padang lamun sepert salinitas, suhu,
kekeruhan, pH air, intensitas cahaya, kelembaban, dan pasang-surut air laut.
Selain itu penelitian dilakukan untuk memperoleh data lamun apa saja yang
terdapat di pantai trikora.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Pantai
Secara sederhana ekosistem dapat diartikan sebagai suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi.
Ekosistem Pantai merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan
antara air laut dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen
abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di
daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus,
angin, pasir, batuan dan sebagainya.
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan
pantai (shore). Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih
mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut.
Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas
dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan
adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis
surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai
adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak
tetap dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi.
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat
dibedakan sebagai berikut :
1. Formasi pres caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang
dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah
Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina.
3
2. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya
Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah
pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki
akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang
kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat
digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk
tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah:
Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
Menurut Nybakken (1998) di lihat dari struktur tanah dan bahan
penyusunnya, pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang
paling padat makroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk
spesies hewan maupun tumbuhan. Populasi yang padat, keragaman topografi, dan
banyaknya spesies di pantai berbatu ini telah mempesonakan para ahli biologi laut
dan ahli ekologi.
b. Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai
aktivitas rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan
makroskopik. Organisme tentu saja tidak tampak karena faktor-faktor lingkungan
yang beraksi di pantai ini membentuk kondisi dimana seluruh organisme
mengubur dirinya dalam substrat.
c. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan
ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan
mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga menjadi berlumpur.
Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang.
Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang benarbenar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka. Pantai berlumpur dapat
berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang butirannya
stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator dibanding
daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui
atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu
di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87C (titik beku air laut) di daerah kutub
sampai maksimum sekitar 42C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans,
1986). Suhu air permukaan diperairan Indonesia umumnya berkisar antara 2831oC. Dilokasi dimana penaikan air (upwelling) terjadi, misalnya di Laut Banda,
suhu air permukaan dapat turun sampai sekitar 25oC ini disebabkan karena air
yang dingin pada lapisan bawah terangkat ke atas. Suhu air didekat pantai
biasanya sedikit lebih tinggi dari pada yang di lepas pantai. Pantai laguna yang
dangkal atau cekungan air yang tertangkap ketika air surut, suhu air mencapai
lebih dari 35oC. Air dengan densitas yang rendah akan berada dilapisan atas dan
air dengan densitas tinggi akan berada pada lapisan bawah.
B. Kecerahan/Kekeruhan
Tingkat kecerahan menyatakan tingkat cahaya yang diteruskan ke dalam
kolom air dan dinyatakan dalam persentase (%), dari beberapa panjang gelombang
yang ada yang jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan penetrasi cahaya
matahari dipengaruhi kekeruhan air seperti suspensi dalam air (lumpur),
planktonik (jasad renik) dan warna air.
C. Kecepatan Arus
Arus di permukaan merupakan pencerminan langsung dari pola angin yang
bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan ini digerakan oleh angin dan
begitupun arus dibawahnya ikut terbawa. Arus dilapisi oleh permukaan laut
berbelok ke kanan dari arah angin dan arus dilapisan bawahnya akan berbelok
lebih ke kanan lagi dari arah arus permukaan. Hal ini disebabkan adanya gaya
cariolis (Cariolis Force), yaitu gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi. Jika
terjadi divergensi atau pembuyaran arus permukaan maka akan terjadi upwelling,
yakni naiknya massa air dari lapisan bawah laut kelapisan permukaan dan jika
terjadi konvergensi atau pemusatan arus permukaan, maka akan menyebabkan
downwelling, yakni turunnya massa air dari lapisan atas kelapisan bawah.
D. Gelombang
Gerakan gelombang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Gelombang
yang terhempas ke pantai akan melepaskan energinya di pantai. Makin tingginya
gelombang, maka makin besar tenaganya memukul pantai. Ada tiga faktor yang
menentukan besarnya gelombang yang disebabkan oleh angin yakni kuatan
hembusan, lamanya hembusan dan jarak tempuh angin. Jarak tempuh angin ialah
bentangan air terbuka yang dilalui angin. Sekali gelombang telah terbentuk oleh
angin maka gelombang itu akan terus merambat sampai jauh.
E. Pasang Surut (Pasut) Air Laut
Pasang surut adalah naik dan turunnya air permukaan laut secara periodik
selama suatu interval waktu tertentu. Pasut merupakan bentuk gerakan air laut
yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Ada 2
(dua) macam pasang surut yang terjadi, yakni:
a. Pasang Purnama,
ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut tertinggi (besar).
Pasang besar terjadi pada tanggal 1 (berdasarkan kalender bulan)dan pada tanggal
14 (saat bulan purnama). Pada kedua tanggal tersebut posisi bumi-bulan-matahari
berada pada satu garis (konjungsi) sehingga kekuatan gaya tarik bulan dan
matahari berkumpul menjadi satu menarik permukaan bumi. Permukaan bumi
yang menghadap ke bulan mengalami pasang naik besar.
b. Pasang Perbani,
ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut terendah (kecil).
Pasang kecil ini terjadi pada tanggal 7 dan 21 kalender bulan. Pada kedua tanggal
tersebut posisi matahari bulan bumi membentuk sudut 90. Gaya tarik bulan
dan matahari terhadap bumi berlawanan arah sehingga kekuatannya menjadi
berkurang (saling melemahkan).
bagaimanapun selalu dalam rasio yang tetap. 15 at. N : 1 at P. Rasio ini cenderung
tetap dalam fito dan zooplankton. Hanya dalam keadaan tertentu rasio dalam air
berubah. PO4 : P bisa berada dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik.
Keduanya dalam bentuk butiran dan larutan.
Dalam jaringan hidup terutama dalam bentuk senyawa organik dan
dilepaskan kembali ke air sebagai kotoran maupun bangkai dalam bentuk butiran
atau larutan. Dan untuk senyawa NO3, samudera mendapatkan dari udara bukan
saja N tetapi juga NO3. Seperti halnya PO4, pertumbuhan dan fotosintesa dari
tumbuh-tumbuhan laut (fitoplankton dan alga bentik) dibatasi oleh kepekatan
NO3 dalam air. Selain unsur-unsur hara tersebut, diatom juga mengambil
sejumlah besar Si dari laut dan kekurangan kandungan Si dapat menjadi faktor
pembatas di perairan tertentu.
2.4 Faktor Biologi Lingkungan Laut
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota yakni tumbuh-tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme hidup. Jumlah dan keanekaragaman jenis biota yang
hidup di laut sangat berlimpah. Biota laut hampir menghuni semua bagian laut,
mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang terjeluk sekalipun
(Romimohtarto dan Juwana, 2001). Di laut terdapat berbagai macam organisme
mulai dari yang berupa jasad-jasad hidup bersel satu yang sangat kecil sampai
yang berupa jasad-jasad hidup yang berukuran sangat besar seperti ikan paus.
Sebagian besar wilayah perairan terdapat banyak jenis biota laut yang saling
berinteraksi, tetapi di beberapa wilayah perairan yang lain hanya terdapat
beberapa jenis biota laut yang hidup dan berinteraksi karena kendala makanan dan
kondisi lingkungan (Romimohtarto & Juwana, 2001). Faktor biologi lingkungan
laut merupakan parameter dari mahluk hidup yang menjadi faktor penting dalam
komponen
penyusun
ekosistem
laut.
Parameter
biologi
dapat
berupa
10
A. Produsen
Produsen dalam lingkungan laut merupakan faktor utama yang menentukan
produktuvitas lautan. Yang bertindak sebagai produsen adalah fitoplankton dan
ganggang laut lainnya. Fitoplankton adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran
kecil, ia melayang-layang di air dan merupakan organisme laut yang menjadi
makanan utama bagi ikan-ikan laut berukuran sedang dan kecil. Ia mampu
memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis (autotrof). Contoh
plankton ini yaitu Alga merah banyak terdapat di Laut Merah, Alga biru banyak
terdapat di Laut Tropik, Dinophysis, dan Navicula.
B. Konsumen
Terdiri atas berbagai hewan air yang hidup di laut seperti zooplankton,
benthos, dan nekton (ikan). Zooplankton adalah sebuah koloni (kelompok) yang
terdiri dari berbagai-jenis hewan kecil yang sangat banyak jumlahnya. Contoh
zooplankton misalnya Copepoda, Tomopteris, Arrow Wori, Jelly Fish (ubur-ubur)
dan beberapa jenis Crustacea. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut
baik yang menempel pada pasir maupun lumpur, beberapa contoh bentos antara
lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut, dan terumbu karang. Sedangkan
nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak aktif di perairan seperti
ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia laut, dan cumi-cumi. Semua organisme yang
berlaku sebagai konsumen tersebut merupakan organisme heterotrof di
lingkungan laut.
C. Dekomposer
Organisme laut yang bertindak sebagai pengurai atau pembusuk bahanbahan organik dan anorganik seperti jenis bakteri pengurai (Nitrobacter sp.) dan
jamur. Peranan mikroorganisme ini sangat vital dalam lingkungan laut karena
dengan kehadiran dekomposer yang sangat menentukan perubahan lingkungan
lautan.
11
12
1. Enhalus acoroides
Enhalus acoroides merupakan tanaman yang kuat, yang memiliki daun yang
panjang dengan permukaan yang halus dan memiliki rhizoma yang tebal. Terdapat
13
bunga yang besar dari bawah daun. Lamun ini di temukan sepanjang Indo-Pasifik
barat di daerah tropis.
3. Halophila ovalis
Halophila ovalis memiliki daun yang berbentuk seperti dayung dengan
pembagian yang bervariasi. Pada pinggiran daun halus. Terdapat sepasang daun
pada petiole yang muncul secara langsung dari rhizoma. Daun kadang-kadang
memiliki titik-titik merah dekat bagian tengah vein. Lamun ini di temukan di
sepanjang Indo-Pasifik Barat sampai ke daerah temperatur Australia.
14
15
7. Cymodocea rotundata
Cymodocea rotundata memiliki kantong daun yang tertutup penuh dengan
daun muda, kadang-kadang berwarna gelap, daun biasanya muncul dari vertical
stem, ujung yang halus dan bulat. Bijinya berwarna gelap dengan punggung yang
menonjol. Lamun ini di temukan di sepanjang Indo-Pasifik Barat di daerah tropis.
16
8. Cymodocea serrulata
Cymodocea
serrulata
memiliki
daun
berbentuk
selempang
yang
melengkung dengan bagian pangkal menyempit dan ke arah ujung agak melebar.
Ujung daun yang bergerigi memiliki warna hijau atau orange pada rhizoma.
17
18
19
20
..Halophila ovalis
b. Daun dengan 4-7 pasang tulang daun..........................................................c
c. Daun sampai 22 pasang, tidak mempunyai tangkai daun, tangkai panjang ..
Halophila spinulosa
c1. Panjang daun 5-15 mm, pasangan daun dengan tegakan pendek
...Halophila minor
c2. Daun dengan pinggir yang bergerigi seperti gergaji
.Halophila decipiens
c3. Daun membujur seperti garis, biasanya panjang 50 200 mm .....3
3. Daun berbentuk selempang yang menyempit pada bagian bawah.................4
a. Tidak seperti diatas .....................................................................................6
4. Tulang daun tidak lebih dari 3 .. Halodule
a. Ujung daun membulat, ujung seperti gergaji Halodule pinifolia
b. Ujung daun seperti trisula . Halodule uninervis
c. Tulang daun lebih dari 3............................................................................5
5. Jumlah akar 1-5 dengan tebal 0,5-2 mm ujung daun seperti gigi .
..Thalassodendron ciliatum
6. Tidak seperti diatas . Cymodocea
a. Ujung daun halus licin, tulang daun 9-15 .. Cymodocea rotundata
b. Ujung daun seperti gergaji, tulang daun 13-17 . Cymodocea serrulata
7. Rimpang berdiameter 2-4 mm tanpa rambut-rambut kaku; panjang daun 100-300
mm, lebar daun 4-10 mm Thalassia hemprichii
8. Rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan rambut-rambut kaku; panjang daun
300-1500 mm, lebar 13-17 mm Enhalus acoroides
21
optimal bagi spesies lamun adalah 28-30 C. Kemampuan proses fotosintesis akan
menurun dengan tajam apabila temperatur perairan berada di luar kisaran optimal
tersebut. Demikian juga respirasi lamun meningkat dengan meningkatnya suhu,
0
namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu 5-35 C, sedangkan pada kisaran
suhu 10-35
Namun dari beberapa hasil penelitian di laporkan bahwa suhu dari 25 C sampai
0
2. Salinitas
Salinits atau kadar garam yaitu jumlah berat semua garam (dalam gram)
0
yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan /00 (permil).
Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang
tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Spesies lamun memilki
kemampuan toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas, namun sebagian besar
0
memilki kisaran yang lebar yaitu antara 10 dan 40 /00. Nilai salinitas optimum
0
untuk spesies lamun adalah 35 /00. Salah satu faktor yang menyebabkan
kerusakan ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas yang
22
pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35 /00. Lamun yang hidup di
daerah estuari cenderung lebih toleran terhadap perubahan salinitas. Salinitas juga
dapat berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan
kecepatan pulih lamun. Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan
meningkatnya salinitas, namun jumlah cabang dan lebar daun semakin menurun.
3. Kecepatan Arus
Tumbuhan lamun hidup pada perairan yang dangkal dan jernih, dengan
sirkulasi air yang baik. Air yang bersikulasi diperlukan untuk membawa zat hara
dari luar ekosistem lamun, dan membawa hasil metabolisme lamun keluar
ekosistem padang lamun. Arus atau pergerakan air dapat membantu suplai unsur
hara dan gas-gas terlarut pada tumbuhan lamun. Arus dapat pula menghalau sisa
metabolisme dan limbah yang dapat mempengaruhi produktivitas primer dari
tumbuhan lamun. Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan
arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia
testudium mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.
4. Oksigen Terlarut (DO)
Gas oksigen terlarut adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air
dan diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses
pembakaran dalam tubuh. Sumber utama oksigen dalam air laut adalah udara
melalui proses difusi dan hasil fotosintesis tumbuhan air pada siang hari.
Meningkatnya kandungan gas oksigen terlarut di perairan Pulau Dudepo diduga
disebabkan adanya pemakaian oleh lamun untuk respirasi akar dan rhizoma,
respirasi biota air, dan pemakaian oleh bakteri nitrifikasi dalam proses siklus
nitrogen di padang lamun. Selanjutnya dikatakan bahwa menurunnya kadar
oksigen dalam air laut dapat diakibatkan oleh kenaikan suhu air, proses respirasi,
adanya lapisan minyak diatas permukaan laut, dan masuknya limbah organik yang
mudah terurai ke lingkunagn laut. Kadar oksigen terlarut di perairan Indonesia
23
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian identifikasi jenis lamun dan uji kualitas air ini telah
dilaksanakan pada hari sabtu, 17 Desember 2016 pukul 9.00 15.00, bertempat
di perairan Trikora Bintan, Kepulauanriau.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji
Kualitas Air dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaaan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji
Kualitas Air.
No
Nama Alat
Kegunaan
.
1.
2.
3.
Lembar identifikasi
Meteran rol
Tali raffia
4.
5.
6.
7
8
9
10
11
12
13
14
Thermometer
Do meter
Lux meter
Snorkel
Plot Quadrat
Plankton Net
Refraktometer
Turbidity meter
Botol aqua/selai
kamera
Ph meter
indentifikasi lamun
Untuk mengukur suhu air
Untuk mengukur oksigen terlarut
Untuk mengukur intensitas cahaya
Untuk mengamati lamun didalam air laut
Untuk menentukan nilai tutupan lamun
Untuk mengambil sample jenis plankton
Untuk mengukur salinitas air
Untuk mengukur kekeruhan air
Untuk menyimpan sample air
Untuk mengambil dokumentasi
Mengukur ph air
25
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji
Kualitas Air dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji
Kualitas Air.
No.
1.
2.
Nama Bahan
Lamun
Air
Kegunaan
Sebagai objek yang akan diamati
Sebagai media hidup lamun
Tandailah batas pasang tertinggi pada pagi hari dengan patok, catat waktu
pemancangan. Ulangi pemancangan pada saat surut terendah, dan ukurlah
perbedaan antara kedua patok tersebut.
Lakukan sampling air untuk salinitas dan turbiditas pada permukaan dan
kedalaman air.
Tempatkan plot quadrat 50x50 cm2 pada titik 0 m, disebelah kanan transek.
Pengamatan berjalan disebelah kiri agar tidak merusak lamun yang akan
diamati.
Tentukan nilai presentase tutupan lamun pada setiap kotak kecil dalam plot
quadrat berdasarkan penilaian pada tabel 2 dan catat pada lembar kerja.
26
Penilaian penutupan lamun dalam kotak kecil penyusun quadrat 50x50 cm2 .
Kategori
Tutupan penuh
100
75
50
25
Kosong
Pada setiap kotak kecil, catat komposisi jenis lamun, dan nilailah
presentase penutupan setiap jenis lamun.
Penilaian dominansi jenis lamun perkotak kecil.
Kategori
Tutupan penuh
100
75
50
25
Kosong
10 Lakukan cacah organisme didalam plot, catat setiap spesies yang ditemui
beserta jumlahnya untuk setiap kotak. Lakukan koleksi untuk setiap jenis
27
lamun yang ditemui serta apabila terdapat satu spesies dengan frekuensi
yang tinggi.
11 Lakukan penjaringan plankton dengan plankton net di permukaan dan
pada kedalaman 1 m. masukkan kedalam botol kaca.
12 Ulangi kegiatan di sepanjang transek dengan interval 5-10 m .
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Parameter Lingkungan
No
Parameter lingkungan
Alat ukur
Hasil pengukuran
1.
Termometer
30C
2.
Termometer
32C
3.
Termometer
24C
4.
Termometer
26 C
5.
Termometer
30C
6.
Termometer
30C
7.
pH air permukaan
pH meter
7,2
pH air kedalaman
pH meter
7,6
9.
DO meter
5,2 mg/L
10.
DO meter
3,1 mg/L
11.
Lux meter
167,6 lux
12.
Lux meter
75,8 ft-cd
13.
Salinitas permukaan
Refraktometer
35
14.
Salinitas kedalaman
Refraktometer
32
15.
Kekeruhan permukaan
Turbiditimeter
48,59 ntu
16.
Kekeruhan kedalaman
Turbiditimeter
2,23 ntu
17.
Roll meter
24 m
pasir
pantai
di atas
garis
pasang tertinggi.
Formasi pes-
Rengkam
30
Filum:
Heterokontophyta
Kelas:
Phaeophyceae
Ordo:
Fucales
Famili:
Sargassaceae
Genus:
Sargassum
Spesies
Sargassum sp
Kerajaan:
Plantae
Ordo:
Arecales
Famili:
Arecaceae
Upafamili:
Arecoideae
Bangsa:
Cocoeae
Genus:
Cocos
Spesies:
C. nucifera
Kelapa
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Myrtales
Famili:
Combretaceae
Genus:
Terminalia
Spesies:
T. catappa
Kerajaan:
Plantae
Ordo:
Solanales
Famili:
Convolvulaceae
Genus:
Ipomoea
Ketapang
Upagenus: Eriospermum
Spesies:
Katang-katang
31
I. pes-caprae
Kerajaan:
Plantae
Ordo:
Ericales
Famili:
Lecythidaceae
Genus:
Barringtonia
Spesies:
B. asiatica
Kerajaan:
Plantae
Ordo:
Fagales
Famili:
Casuarinaceae
Genus:
Casuarina
Spesies:
C. equisetifolia
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Malvales
Famili:
Malvaceae
Genus:
Hibiscus
Spesies:
H. tiliaceus
Butun
Cemara Laut
Waru laut
32
33
Kingdom: Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledone
Ordo : Helobiae
Famili : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Spesies: Cymodocea
rotundata
Jumlah lamun Cymodocea
rotundata di
ekosistem
lamun pantai Trikora tidak banyak seperti jenis lamun . Lamun ini berciri-ciri ciriujung daun seperti licin, tulang daun berjumlah 9-15, Panjang helai daun
Cymodocea rotundata adalah 7-15 cm, dan lebar daun yaitu 0,2-0,4 cm.
Rimpangnya halus, dan memiliki 1-3 akar bercabang yang tidak teratur pada setiap
ruas.
Spesies Lain
Kingdom: Animalia
Divisi : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Superfamilia: Cerithioidea
Famili : Pachychilidae
Genus : Sulcospira
Spesies: Sulcospira sp
Pada plot 1 spesies lain yang banyak dijumpai hanyalah berupa
fauna laut seperti siput pasir Sulcospira sp. Umumnya sulit untuk
mengamati fauna lain dikarenakan pada saat pengamatan air
belum terlalu surut lalu dalam keadaan cukup keruh.
No
Gambar pada titik 1 dan 2
Klasifikasi
1.
Cymodocea rotundata
Regnum : Plantae
Divisio : Antophyta
34
Classis
: Angiospermae
Ordo
: Helobiae
Familia : Potamogetonaceae
Genus
: Cymodocea
4.2 Pembahasan
Pantai Trikora merupakan tempat konservasi lamun yang merupakan
ekosistem pantai karena ciri-cirinya memiliki garis pantai, terdapat pasang-surut
air laut serta terdapat biota-biota akuatik yang hidup disana karena memiliki
lamun sebagai tempat asuhan bagi biota laut. Kawasan ini merupakan suatu
wilayah pesisir yang memiliki ekosistem lamun yang cukup luas denga beberapa
jenis lamun.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, pantai Trikora yang
merupakan daerah konservasi memiliki parameter fisik dan kimia yang dapat
dijumpai, namun ketika dilakukan penelitian daerah ini banyak di jumpai
tumpahan minyak yang mencemari pantai. hal ini dapat mempengaruhi ekosistem
lamun yang ada di pantai tersebut, karena minyak dapat menggangu ekosistem
lamun yang merupakan tempat tinggal bagi biota biota laut. Kenapa, karena
minyak dapat melekat didaun lamun dimana daun lamun merupakan tempat bagi
biota epifit, selain itu minyak juga dapat menggagu proses fotosintesis lamun.
Hasil pengamatan kualitas parameter fisika-kimia di perairan konservasi
lamaun didapat fluktuasi nilai pada saat pagi dan siang. Suhu perairan yang
didapat pada saat pengamatan berkisar antara 30 32 0C, salinitas perairan yang
35
didapat berkisar 32-35 derajat, keasaman atau pH perairan berkisar antara 7,27,6 sedangkan untuk nilai kualitas oksigen terlarut (DO) memiliki nilai 3.1-5,2
mg/L.
Berdasarkan data hasil penelitian dan dibandingkan dengan baku mutu
kualitas perairan dapat disimpulkan bahwa perairan Trikora yang merupakan
ekosistem lamun masih dalam kategori normal dan meskipun nilai tersebut kurang
tetapi secara alami masih dapat di toleransi.
Kualitas perairan yang normal mengindikasikan bahwa perairan tersebut
masih terbilang subur untuk kehidupan lamun yang merupakan tempat menempel
bagi mikroalga epifit. Kesuburan perairan dipengaruhi oleh letak perairan yang
langsung terhubung dengan lautan (zona litoral). Oleh karena itu kondisi perairan
dipengaruhi oleh dinamika laut yang terjadi seperti pasang surut dan juga
masukan air dari laut secara langsung akan menjadikan kondisi perairan tersebut
tetap terjaga. Proses tarikan air (upwelling) yang terjadi di suatu perairan akan
mempengaruhi kondisi kehidupan fitoplankton, hidrologi dan pengayakan nutrisi
di lokasi tersebut.
Suhu rata-rata perairan
kehidupan lamun. Salinitas berpengaruh bagi kehidupan biota yang ada, nilai
salinitas 32 0/00 merupakan nilai salinitas yang optimum bagi kehidupan dan
pertumbuhan tumbuhan lamun. Untuk pertumbuhan lamun yang optimum
dibutuhkan salinitas lebih kurang 35 . pH perairan rata- rata 7,2-7,6 termasuk
dalam kategori normal serta baik bagi pertumbuhan lamun. Contoh Chrysophyta
umumnya pada kisaran pH 4,5-8,5, dan pada umumnya diatom pada kisaran pH
yang netral akan mendukung keanekaragaman
Keanekaragaman, keseragaman dan dominansi merupakan parmeter biota
yang dapat dilihat untuk menjelaskan keadaan indeks ekologi. Keragaman biota
yang ditemukan pada pesisir pantai konservasi cukup beragam, tumbuhan pesisir
yang dapat hidup dan hewan-hewan yaitu : Surgassum, Pohon kelapa, Pohon
Ketapang, Pohon Cemara, pohon Butun / Keben, tanaman tapak kuda, pohon
36
waru, dan Lamun. Sedangkan Hewannya dari jenis Siput laut dan kerangkerangan.
Komponen abiotik yang normal lah yang mendukung komponen biota
dapat tumbuh dengan baik. Kondisi pantai di kategorikan kedalam pantai berpasir
dengan tidak ditemukannya ombak dan juga ditemukan sebuah pulau yang
merupakan penghalang arus pantai. Lamun pun ditemukan pada jarak 24 meter
dari pasang tertinggi yang merupakan kondisi ideal bagi lamun untuk tumbuh dan
berkembang dikarenakan jarak pasang surut pantai konservasi malang rapat sejauh
24 meter. Lamun masih ditemukan dalam kondisi air tergenang pada saat surut
terjadi di pantai tersebut.
Pada saat plot quadrat pertama diletakkan kami menemukan lamun dengan
tutupan penuh pada transek pertama dengan didominasi dari spesies Enhalus
acoroides, dengan ciri-ciri Panjang daun 70 cm, Daun berbentuk pita, Panjang
rhizome 10cm dan Bentuk rhizome seperti tali memiliki rambut hitam. Spesies
lamun ini ditemukan pada jarak plot quadrat 53 meter dari pasang tertinggi dan
substratnya berupa berpasir dengan biota laut siput laut, kerang-kerangan dan
udang yang epifit pada lamun.
Sedangkan pada plot quadrat di transek kedua kami menemukan dua
spesies lamun yakni Enhalus acoroides dan Cymodocea rotundata. Pada plot
kedua ini masih didominasi oleh spesies Cymodocea rotundata 75 %.
Dan
37
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun
dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Trikora yang merupakan tempat
Konservasi Lamun, dapat kita tarik kesimpulan bahwa :
Identifikasi Jenis lamun, ada beberapa jenis lamun yang terdapat di Pantai
Malangrapat yaitu : Enhalus acoroides dan Cymodocea rotundata.
Hasil pengukuran uji kualiatas air di Perairan Pantai yaitu pada suhu air
permukaan pagi 30oC, pada suhu air permukaan siang 32 oC pukul 13.00 , pada
suhu air kedalaman pagi 24oC, pada suhu air kedalaman siang 26 oC , pada suhu
udara pagi 30oC, pada suhu udara siang 30oC, pada pH air permukaan 72oC, pada
pH air kedalaman 7,6oC, pada kelarutan oksigen pagi 7,2, pada kelarutan siang 3,1
mg/L, pada Intesitas cahaya matahari pagi 167,6 lux, pada Intesitas Cahaya air
laut pagi 75,8 ft-cd, pada salinitas permukaan 35, pada salinitas kedalaman
32, pada kekeruhan permukaan 48,59 ntu, pada kekeruhan kedalaman 2,23 ntu
dan pada range ekstrimitas pasang-surut 24 meter.
Kualitas perairan yang normal mengindikasikan bahwa perairan tersebut
masih terbilang subur untuk kehidupan lamun yang merupakan tempat menempel
bagi mikroalga epifit. Kesuburan perairan dipengaruhi oleh letak perairan yang
langsung terhubung dengan lautan (zona litoral). Oleh karena itu kondisi perairan
dipengaruhi oleh dinamika laut yang terjadi seperti pasang surut dan juga
masukan air dari laut secara langsung akan menjadikan kondisi perairan tersebut
tetap terjaga. Proses tarikan air (upwelling) yang terjadi di suatu perairan akan
mempengaruhi kondisi kehidupan fitoplankton, hidrologi dan pengayakan nutrisi
di lokasi tersebut.
39
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, 2001. Ekosistem Padang Lamun. Jurusan Ilmu Kelautan. FIKP. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Dahuri, Rokhim, Dr. Ir. H. M.S,dkk.2001. Pengelolahan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan lautan Secara Tepadu. Jakarta : PT. Pradnya pramita
Romimohtarto,K dan Juwana,Sri.2001. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut. Jakarta : Djambatan.
Supriadi., Kaswadji, R. F., Bengen, D. G., Hutomo, M., 2012, Produktivitas
Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo. Makassar: J. Akuatika.
Nybakken, J.A., 1988. BiologiLaut :SuatuPendekatanEkologis. AlihBahasa: H.M.
Eidmandkk. PT Gramedia, Jakarta.
Nontji A. 2008 Plankton Laut. Jakarta :Djambatan 11-13 :347 hal.
Kordi K.M.G.H, 2011 Ekositem lamun (Seagrass),jakarta Rineka Cipta.
Dahuri, R. 2003. Keanekragaman Hayati Laut. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
40