Anda di halaman 1dari 82

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS

ETNOSAINS MASYARAKAT PESISIR BINTAN DALAM

MELESTARIKAN MANGROVE PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK

SISWA KELAS X SMA/MA

Proposal Penelitian

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah

seminar biologi

Disusun Oleh :

Ryanda Bima Jatra

(140384205038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

2
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan proposal dengan judul Pengembangan Modul Pembelajaran

Biologi Berbasis Etnosains Masyarakat Pesisir Bintan Dalam Melestarikan

Mangrove Pada Materi Ekosistem untuk siswa kelas X SMA/MA , sebagai

pengembangan dan bahan informasi yang diimplementasikan.

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Atas segala bantuan yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Nur Eka Kusuma Hindrati, M.Pd. selaku dosen pembimbing, orangtua

penulis, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan dan

terdapat beberapa kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan adanya

kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan proposal ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk

pembaca.

Tanjungpinang, Mei 2017

Penulis,

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................4
1.3 Pembatasan Masalah..........................................................................................4
1.4 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................................5
1.6 Spesifikasi Prodak yang Dikembangkan...........................................................5
1.7 Manfaat Penelitian..............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................7
2.1 Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Etnosains...............................................7
2.2 Hutan Mangrove Di Bintan..............................................................................14
2.3 Masyarakat Pesisir............................................................................................18
2.4 Materi Ekosistem Hutan Mangrove..................................................................19
2.5 Kerangka Berpikir..................................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................22
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................22
3.2 Jenis Penelitian................................................................................................22
3.3 Prosedur Penelitian...........................................................................................26
3.4 Subjek Penelitian..............................................................................................28
3.5 Instrumen Penelitian.........................................................................................28
3.6 Variabel Penelitian............................................................................................30
3.7 Teknik Pengumpulan Data................................................................................30
3.8 Teknik Analisis Data.........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................41
LAMPIRAN.....................................................................................................................43

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepulauan Riau merupakan wilayah Indonesia dengan kepulauan terbanyak

dan memiliki wilayah laut lebih besar dibandingkan daratan. Kepulauan Riau

memiliki jumlah pulau sekitar 1796 dengan luas wilayah sebesar 252.601 km2,

dimana sekitar 96% nya merupakan lautan dan hanya sekitar 4% merupakan

wilayah darat. Beberapa pulau di kepulauan Riau yang memiliki potensi salah

satunya adalah pulau Bintan.

Pulau Bintan merupakan pulau terbesar di provinsi Kepulauan Riau, secara

geografis pulau Bintan dikelilingi oleh perairan yang membentuk suatu daerah

yang terdiri dari daerah estuari, sungai dan pantai. Keadaan geografis wilayah

yang terdiri dari daerah perairan inilah yang menyebabkan terbentuknya berbagai

macam ekosistem - ekosistem yang masing-masing ekosistem menampilkan

kekhususan dalam kehidupan spesies-spesies yang terdapat di dalamnya.

Ekosistem ekosistem tersebut merupakan potensi sumber daya alam yang

sangat besar di pulau Bintan, seperti terdapatnya ekosistem hutan mangrove.

Hutan mangrove merupakan sumberdaya pesisir yang sangat bermanfaat dalam

mendukung kehidupan diwilayah pesisir dan lautan. Fungsi ekologis hutan

mangrove diantaranya penyedia makanan bagi biota perairan, tempat pemijahan,

daerah pemecah gelombang, penahan abrasi pantai, penyerab limbah serta yang

paling terpenting penyerap karbon terbesar dibandingkan hutan tropis. Selain

fungsi ekologi hutan mangrove memiliki fungsi ekonomis bagi masyarakat sekitar
diantaranya sebagai bahan pembuatan kayu bakar, bahan pembuatan rumah, bahan

pembuat tranportasi laut, serta terdapat buah yang dapat di konsumsi.

Masyarakat pesisir sadar akan pentingnya keberadaan hutan mangrove

karena hutan mangrove sangat berperan sebagai wilayah sumber mata pencarian

seperti nelayan yang memanfaatkan sebagai tempat yang cocok untuk mencari

ikan, tempat budidaya ikan dan lain-lain. Kesadaran akan pentingnya hutan

mangrove sudah selayaknya mendorong masyarakat pesisir melestarikan dan

menjaga ekosistem hutan mangrove. Dengan melibatan masyarakat dalam

melestarikan dan menjaga ekosistem hutan mangrove merupakan suatu langkah

yang strategis dan tepat. Namun hal ini tidak selalu dipahami oleh masyarakat lain

pada faktanya masih ada masyarakat di daerah yang jauh dari laut khusunya

pelajar yang tinggalnya jauh dari laut belum mengerti akan pentingnya hutan

mangrove dalam kehidupan. Penyebabnya adalah kurangnya sumber belajar

biologi yang berkaitan dengan hal tersebut.

Sumber belajar biologi adalah segala sesuatu baik benda maupun gejalanya

yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pengalaman dalam rangka

pemecahan permasalahan biologi tertentu. Sumber belajar biologi dalam proses

pembelajaran biologi dapat diperoleh di sekolah atau di luar sekolah. Sumber

belajar harus dipersiapkan sebaik-baiknya karena akan mempengaruhi pencapaian

tujuan pembelajaran. Pengembangan sumber belajar biologi merupakan suatu

keharusan dalam sistem pembelajaran yang semakin berkembang pesat ini.

Peristiwa tersebut terjadi karena tuntutan kebutuhan siswa yang sejalan dengan

perkembangan ilmu dan pengetahuan (iptek) dewasa ini.

2
Seiring dengan perkembangan zaman maka perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi semakin cepat dan berpengaruh terhadap segala aspek

kehidupan manusia. Pengaruh ini berdampak pada inovasi, kreasi dan variasi jenis

media sebagai sumber belajar yang menunjang penerapan strategi dan metode

pembelajaran di kelas. Penggunaan dan perkembangan media dalam

pembelajaran, terutama yang berbasis etnosains diyakini dapat memudahkan guru,

mengefektifkan proses pembelajaran, dan mampu menarik perhatian dan minat

siswa untuk belajar.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di sekolah yang ada di

pesisir Bintan, dapat diketahui bahwa masih minimnya keberagaman media

pembelajaran untuk menekankan pada pembelajaran Biologi khususnya berbasis

etnosains. Salah satu materi biologi yang dapat diterapkan dengan berbasis

etnosains adalah materi ekosistem, karena materi tersebut sangat berkaitan antara

komponen-komponen yang terdapat pada suatu ekosistem dengan kehidupan..

Materi ekosistem disekoalah cenderung diajarkan sesuai apa yang ada dibuku dan

sangat jarang dipadukan dengan pengetahuan masyarakat. Media pembelajaran

yang umumnya digunakan hanyalah berupa buku-buku cetak dan bukan berbasis

etnosains. Untuk itu, diperlukan media pembelajaran yang cocok dengan

permasalahan diatas yaitu media dalam bentuk modul yang berbasis etnosains.

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa

yang mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka

agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari

pendidik.
Etnosains merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kontekstual yang

pada dasarnya membahas penerapan sains dan budaya dalam konteks kehidupan

manusia sehari-hari. Pendekatan etnosains dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan

humaniora pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains

budaya dan masyarakat. Pendekatan tersebut juga melatih kepekaan penilaian

siswa terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan

kebudayaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian pengembangan

modul pembelajaran biologi yang berbasis etnosains merupakan hal yang

menarik dan perlu untuk dikembangkan saat ini. Oleh karena itu, peneliti akan

melakukan penelitian dengan judul "Pengembangan Modul Pembelajaran

Biologi Berbasis Etnosains Masyarakat Pesisir Bintan Dalam Melestarikan

Mangrove Pada Materi Ekosistem untuk siswa kelas X SMA/MA

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang di atas

adalah siswa membutuhkan bahan ajar biologi yang mampu merangsang minat

untuk belajar bukan hanya di kelas tetapi juga dikehidupan sehari-hari. Modul

pembelajaran biologi yang mengadopsi materi ekosistem hutan mangrove belum

banyak tersedia khususnya yang bertempat didaerah pesisir Bintan.

1.3 Pembatasan Masalah

Pengembangan modul biologi dikemas dalam bentuk bahan ajar cetak.

Modul yang dihasikan merupakan modul biologi yang berbasis etnosains, dimana

materi yang ada di dalam modul merupakan hasil penelitian di sekitar masyarakat.

4
Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa modul biologi

materi ekosistem hutan mangrove di daerah pesisir Bintan. Bahan ajar berupa

modul dinilai dari segi kualitasnya dengan sistem penilaian skala kecil oleh guru

biologi. Selanjutnya modul di uji cobakan secara terbatas kepada siswa SMA/MA

kelas X.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang

akan diteliti dalam peneliti adalah bagaimana mengembangkan modul

pembelajaran biologi berbasis etnosains masyarakat pesisir Bintan pada materi

ekosistem hutan mangrove sebagai bahan ajar alternatife yang layak, efektif, dan

valid untuk siswa kelas X SMA/MA.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Mengetahui validitas, praktikalitas dan efektivitas modul pembelajaran

biologi berbasis etnosains masyarakat pesisir Bintan pada materi ekosistem hutan

mangrove untuk siswa kelas X SMA/MA.

1.6 Spesifikasi Prodak yang Dikembangkan

penelitian ini memiliki spesifikasi produk yang dihasilkan berupa :

1. Modul pembelajaran biologi berbasis etnosains masyarakat pesisir

Bintan dalam melestarikan mangrove pada materi ekosistem untuk

SMA/MA kelas x.
2. Modul dapat digunakan sebagai bahan ajar.
3. Modul berbentuk media cetak.
1.7 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini merupakan sarana belajar dan latihan dalam

usaha memberikan kontribusi kepada pendidikan biologi setelah belajar

ilmu biologi selama ini.


2. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan acuan bagi

guru dalam pelaksanaan pembelajaran biologi. Sehingga dapat

mempermudah penyampaian materi ekosistem serta dapat menstimulasi

kreativitas guru dalam menerapkan dan menggunakan bahan ajar.


3. Bagi Siswa
Modul yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi

sumber belajar bagi siswa. sehingga dapat meningkatkan pemahaman

siswa tentang materi ekosistem serta dapat memotivasi siswa untuk belajar

tentang etnosains yang ada di sekitar.


4. Bagi Sekolah
hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah sumber dan media

pembelajaran yang ada di sekolah intuk mendukung keberlangsungan

pembelajaran biologi.
5. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan mampu dipergunakan sebaga sarana

edukasi untuk memberikan inspirasi untuk penelitian lebih lanjut tentang

pengembangan modul pembelajaran biologi berbasis etnosains.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Etnosains

a Hakikat Modul

6
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis

sehingga penggunaanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator atau

guru Depdiknas (2008: 20). Modul disebut juga sebagai bahan ajar untuk belajar

mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar mandiri.

Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar selain di sekolah bersama

pengajar juga dapat dilakukan di rumah tanpa kehadiran pengajar secara langsung

sehingga modul sering disebut sebagai bahan instruksional mandiri.

Modul bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar

mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik

(Andi Prastowo, 2012: 106). Penggunaan modul dalam pembelajaran bertujuan

agar siswa dapat belajar mandiri tanpa atau dengan minimal dari guru. Di dalam

pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator.

Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Sukiman (2011: 131) yang

menyatakan bahwa modul adalah bagian kesatuan belajar yang terencana yang

dirancang untuk membantu siswa secara individual dalam mencapai tujuan

belajarnya. Siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat

menguasai materi. Sementara itu, siswa yang memiliki kecepatan rendah dalam

belajar bisa belajar lagi dengan mengulangibagian-bagian yang belum dipahami

sampai paham.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas terdapat hal-hal penting dalam

mendefinisikan modul yaitu bahan belajar mandiri, membantu siswa menguasai

tujuan belajarnya, dan paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa
untuk kepentingan belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa modul merupakan

paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa sebagai bahan belajar

mandiri untuk membantu siswa menguasai tujuan belajarnya. Oleh karena itu,

siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing.

b Karakteristik modul

Modul yang dikembangkan harus memiliki karakteristik yang diperlukan

sebagai modul agar mampu menghasilkan modul yang mampu meningkatkan

motivasi penggunannya. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan (2008: 4-7), modul yang akan dikembangkan harus memperhatikan lima

karaktersistik sebuah modul yaitu self instruction, self contained, stand alone,

adaptif, dan userfriendly.

1 Self Instruction, siswa dimungkinkan belajar secara mandiri dan tidak

tergantung pada pihak lain. Self Intruction dapat terpenuhi jika modul

tersebut: memuat tujuan pembelajaran yang jelas; materi pembelajaran

dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik; ketersediaan contoh

dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;

terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya; kontekstual; bahasanya

sederhana dan komunikatif; adanya rangkuman materi pembelajaran;

adanya instrumen penilaian mandiri (selfassessment); adanya umpan balik

atas penilaian siswa; dan adanya informasi tentang rujukan


2 Self Contained , seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat

dalam modul tersebut. Karakteristik ini memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mempelajari materi pembelajran secara tuntas.

8
3 Stand Alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar

lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

Siswa tidak perlu bahan ajar lain untuk mempelajari atau mengerjakan

tugas pada modul tersebut.


4 Adaptif, modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, fleksibel/luwes digunakan diberbagai

perangkat keras (hardware). Modul yang adaptif adalah jika modul

tersebut dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu.


5 User Friendly (bersahabat/akrab), modul memiliki instruksi dan paparan

informasi bersifat sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan

istilah yang umum digunakan. Penggunaan bahasa sederhana dan

penggunaaan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu

bentuk user friendly.


c Manfaat Penggunaan Modul

Manfaat pembelajaran menggunakan modul menurut S. Nasution (2010:

206) adalah sebagai berikut:

a Meningkatkan efektivitas pembelajaran karena pembelajar dapat belajar di

rumah secara berkelompok maupun sendiri.


b Menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik


c Secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara

bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul


d Mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik

berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga dapat

memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya

serta melakukan remidiasi.


Sering kali kita sulit membedakan antara modul dengan buku teks. Menurut

Munadi (2013), ada beberapa perbedaan antara buku teks dengan modul, yaitu :

Tabel 2.1 Perbedaan antara buku teks dan modul

No Buku Teks Biasa Modul


1. Untuk Keperluan Umum Dirancang untuk sistem pembelajaran

Mandiri
2. Bukan merupakan bahan Program pembelajaran yang utuh dan

belajar yang terprogram Sistematis


3. Lebih menekankan sajian Mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan

materi ajar Evaluasi


4. Cenderung informatif dan Disajikan secara komunikatif, dua arah

Searah
5. Menekankan fungsi penyajian Dapat menggantikan beberapa peran

materi/informasi Pengajar
Cakupan bahasan terukur dan terfokus
6. Cakupan materi lebih /umum
7. Pembaca cendeung pasif Mementingkan aktivitas belajar pemakai

d Modul Berbasis Etnosains


Modul yang akan dikembangkan adalah modul pembelajaran biologi yang

berbasis etnosains masyarakat pesisir Bintan dalam melestarikan mangrove

sehingga peneliti merasa perlu menambah satu komponen evaluasi lagi berupa

keterpaduan. Indikator keterpaduan ini diambil dari karakteristik model terpadu

(tematik) dari Rusman yang meliputi berpusat pada siswa, memberikan

pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan

konsep dari berbagai mata pelajaran, fleksibel, pembelajaran sesuai dengan minat

dan kebutuhan siswa. menggunakan prinsip belajar menyenangkan.


Etnosains adalah salah satu teori penelitian budaya yang relatif baru. Kata

etnosains berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti bangsa, dan

10
Latin scientiaartinya ilmu. Jadi, secara etimologis etnosains berarti ilmu

pengetahuan yang dimiliki oleh suatu komunitas budaya, sedangkan dalam

konteks kajian lintas budaya, etnosains merupakan ilmu yang mempelajari atau

mengkaji sistem pengetahuan dantipe-tipe kognitif budaya tertentu. Tekanannya

adalah pada pengetahuan asli dan khas suatu komunitas budaya.


Menurut Haviland (2007), etnosains adalah cabang pengkajian budaya yang

berusaha memahami bagaimana pribumi memahami alam mereka. Pribumi

biasanya memiliki ideologi dan falsafah hidup yang mempengaruhi mereka

mempertahankan hidup. Ditinjau dari pandangan ini, dapat dinyatakan bahwa

etnosains merupakan salah satu bentuk etnografi baru (the new ethnography).

Melalui etnosains, sebenarnya peneliti budaya di luar Barat justru akan mampu

membangun teori yanggrass root dan tidak harus mengadopsi teori budaya Barat

yang belum tentu relevan.

Penelitian etnosains terhadap fenomena budaya selalu berbasis etno dan

atau folk. Pangkal kajian selalu berpusat pada pemilik budaya. Dengan demikian,

budaya tidak lagi dipandang dari aspek peneliti, melainkan berlandaskan

pengalaman empiris pemilik. Budaya diangkat berdasarkan pendapat dari pemilik

budaya, tanpa campur tangan peneliti yang berarti. Peneliti tidak bermaksud

menilai atau mengeklaim apakah pandangan mereka benar atau keliru, tepat atau

tidak tepat, dan seterusnya. Tugas peneliti lebih mengarah pada upaya

menjelaskan kepada publik tentangpandangan-pandangan mereka. Peneliti

bertugas mensistematiskan pandangan mereka ke dalam bentuk laporan hasil

penelitian.
Pengumpulan data dalam etnosains tidak berbeda dengan penelitian

etnografi, yaitu dengan menggunakan pengamatan dan wawancara. Setelah data

terkumpul, pengklasifikasian atau kategorisasi dapat dilakukan oleh peneliti.

Kategorisasi tersebut sebaiknya ditunjukkan kepada informan, dan kalau mungkin

informan boleh ikut mengklasifikasikan sendiri. Justru klasifikasi informan ini

yang lebih asli, dibanding peneliti.

Dalam studi etnosains terdapat dua pendekatan yang saling berkomparasi,

pendekatan tersebut ialah:

a. Pendekatan Prosesual

Vayda dalam Yunita (1999) mengemukakan bahwa untuk membentuk suatu

proses, harus ada suatu peristiwa-periatiwa yang saling terkait satu sama lain

secara berkesinambungan yang diamini juga oleh Moore dalam Yunita(1999)

dengan pendapat tentang rangkaian peristiwa-peristiwa dan tindakan-tindakan

manusia berakumulasi membentuk suatu proses. Dari pendapat para antropolog

ini kita dapat menjabarkan, bahwasannya ragkain peristiwa yang dapat diamati

dan melibatkan tindakan manusia dapat merupakan peristiwa yang menyumbang

pada pengalihan, penciptaan, pemproduksian atau pentaransformasian

budaya(termasuk lingkungan di dalamnya). Kasus pembentukan pengetahuan

dikalangan para petambak merupakan salah satu kasus untuk menunjukan

bagaimana proses pembentukan itu berlangsung dari hari-ke hari, musim- ke

musim, melalui rangkain peristiwa tindakan para petambak dalam mensiasati

berbagai kesempatan, kendala dan ancaman merekayasa lingkungan bagi

kelangsungan hidup mereka.

b. Pendekatan Ekologi

12
Bibit pendekatan ini telah ditanamkan sejak 1930 0leh Julian H. Steward

dalam esai yang berjudul The Economics and Sosial Basis of Primitive Bonds,

dalam esai inilah Steward pertama kali menyatakan tentang interaksi budaya dan

lingkungan dapat dianalisis dalam kerangka sebab-akibat melalui sebuah

perspektif ekologi budaya. Pendapat Steward di lanjutkan Murphy dalam Heddy

(1994) yang mengatakan titik perhatian dari perspektif ini adalah analisis struktur

sosial dan kebudayaan. Perhatian baru diarahkan pada lingkungan bilamana

lingkungan mempengaruhi atau menentukan tingkahlaku atau organisasi kerja.

Perspektif ini menegaskan bahwa penyesuaian berbagai masyarakat pada

lingkungannya memerlukan bentuk-bentuk perilaku tertentu, perilaku-perilaku ini

berfungsi sebagai proses adaptasi terhadap lingkungannya dan tunduk pada suatu

sistem seleksi. Sebagai contoh bentuk adaptasi masyarakat dan lingkungan adalah

perilaku penyesuaian kegiatan ekonomi paga petambak dan petani dipengaruhi

oleh situasi lingkungan yang berbeda.

2.2 Hutan Mangrove Di Bintan

Pulau Bintan merupakan salah satu pulau yang terletak di Provinsi

Kepulauan Riau. Pulau Bintan terdiri dari dua wilayah administratif yaitu Kota

Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan. Kawasan hutan yang terdapat di Pulau

Bintan pada awalnya terdiri dari hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan

mangrove dan hutan konversi dengan luas total 109.701 ha.


Gambar 1.1 Hutan Mangrove di Pulau Bintan

Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi kepulautan

Riau tahun 2002 luas total hutan mangrove 32.700 ha. Dari jumlah tersebut Pulau

Bintan memiliki hutan mangrove seluas 16.998 ha atau 52% dari total luas hutan

mangrove di Propinsi Kepulauan Riau. Hutan mangrove tersebut tersebar di dua

kecamatan yaitu kecamatan Bintan Timur dan Kecamatan Bintan Utara yang

terdiri dari 16 kelompok.

Tabel 2.2 Penyebaran Hutan Mangrove di Pulau Bintan

14
Kondisi vegetasi mangrove di Pulau Bintan dapat dibagi dalam dua karakter

berdasarkan loksi dan formasi vegetasinya, yaitu; mangrove pantai yang

berbatasan langsung dengan laut, dan mangrove air payau di daerah muara sungai.

Formasi vegetasi mangrove di Pulau Bintan dari laut ke darat terdiri atas

Rhizophora, Sonneratia, Bruguiera, dan Xylocarpus Rhizophora dominan pada

daerah depan diselingi oleh beberapa jenis Sonneratia. Kondisi tanah berpasir di

daerah pantai merupakan faktor penyebab terjadinya kombinasi dua jenis vegetasi

tersebut. Sementara itu, di daerah muara sungai memiliki keadaan tanah yang

sedikit pasir dan bibir pantai yang relatif lebih curam. Formasi vegetasi dari

sungai ke arah darat sama dengan daerah pantai, tetapi di daerah muara sungai

Sonneratia baru dijumpai pada jarak 15 m hingga 20 m ke daratan. Kemudian

baru diikuti Xylocarpus dan Bruguiera serta beberapa vegetasi daratan.

Setidaknya ada tiga fungsi utama ekosistem hutan bakau yang di

kemukakan Nontji dalam Ghufran (2012), yaitu:


Fungsi fisis, meliputi: pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin,

pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara.

Fungsi biologis, meliputi: sebagai tempat bertelur dan tempat asuhan

berbagai biota.

Fungsi ekonomis, meliputi: sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan

arang), bahan bangunan(balok, atap, dan sebagainya), perikanan,

pertanian, makanan, minuman, bahan baku kertas, keperluan rumah

tangga, tekstil, serat sintesis, penyamakan kulit, obat-obatan, dan lain-lain.

Ekosistem mangrove, selain memiliki fungsi ekologis yang di jelaskan di

atas juga memiliki manfaat ekonomi yang cukup besar. Ekosistem hutan

bakau memberikan kontribusi secara nyata bagi peningkatan pendapatan

masyarakat, devisa untuk daerah(desa/keluarahan, kecamatan,

kabupaten/kota, provinsi), dan Negara. Produksi yang didapat dari

ekosistem mangrove berupa kayu bakar, bahan bangunan, pupuk, bahan

baku kertas, bahan makanan, minuman, peralatan rumah tangga, lilin,

madu, rekreasi, tempat pemancingan dan lain-lainnya (Saenger et al dalam

Ghufran:2012).

Hutan mangrove di Pulau Bintan memiliki potensi yang besar sebagai

sumber perekonomian masyarakat dalam hal pemanfaatan kayu dan

pengembangan perikanan. Pemanfaatan kayu mangrove untuk industri arang atau

dapur arang telah lama berkembang dan diusahakan oleh masyarakat dan terus

meningkat. Luas yang terbatas dengan target produksi yang tinggi akan

menyebabkan laju kerusakan mangrove yang cepat. Industri arang ini mempunyai

nilai strategis yang cukup tinggi. Jika dapat dikelola secara berkelanjutan maka

16
panglong arang merupakan industri ramah lingkungan yang patut dijaga dan

ditingkatkan kualitas pengelolaannya. Kegiatan tambak dengan membuka hutan

mangrove belum banyak dilakukan di Kabupatan Bintan. Pada umumnya

masyarakat lebih sering menggunakan keramba dalam melakukan budidaya ikan.

Meskipun demikian, aktivitas pembukaan hutan mangrove untuk dijadikan lokasi

tambak sudah mulai dilakukan. Hal ini terlihat di kawasan Sungai Tiram, desa

Penaga, Teluk Bintan. Kegiatan pembalakan juga terjadi di kawasan hutan

mangrove di Kabupaten Bintan. Pembalakan ini terjadi dengan cara masyarakat

membagi kawasan mangrove menjadi tanah kapling. Tanah tersebut kemudian

dialihfungsikan menjadi kawasan perkebunan maupun kawasan pemukiman. Alih

fungsi kawasan mangrove menjadi kawasan perkebunan (pisang dan nanas) dapat

ditemukan di Sungai Tiram, sedangkan alih fungsi kawasan mangrove menjadi

kawasan pemukinan dapat ditemukan di Selat Bintan. Permasalahan lain yang

terdapat di kawasan mangrove berupa pemanfaatan untuk kegiatan tambang

bauksit. Aktivitas tambang bouksit untuk pengolahan, penampungan limbah

tailing, aktivitas pengangkutan turut andil terjadi kerusakan mangrove. Kegiatan

tambang di Kabupaten Bintan secara umum merugikan kawasan hutan mangrove.

Kawasan tambang yang memiliki lokasi di atas kawasan hutan mangrove

memberikan dampak negatif dengan pencemaran air yang dipergunakan untuk

proses tailing. Akibat pencemaran tersebut, hutan mangrove yang berada di sekitar

lokasi tailing menjadi layu, kering dan kemudian mati. Hal ini seperti yang terjadi

di kawasan tambang Teluk Bintan.


2.3 Masyarakat Pesisir

a. Kawasan pesisir

Pengertian Kawasan Pesisir Menurut Dahuri dalam Sulistyo (2006) hingga

saat ini masih belum ada definisi tentang wilayah pesisir yang baku. Namun

demikian terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah

wilayah peralihan daratan dan lautan. Apa bila ditinjau dari garis pantai

(Coastline), maka wilayah pesisir mempunyai dua macam batas (Boundaries)

yaitu batas yang sejajar dengan garis pantai (Long Shore) dan batas yang tegak

lurus dengan garis pantai.

Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan

dengan lautan yaitu batas kearah daratan meliputi wilayah-wilayah yang

tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih terpengaruhi oleh

proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi garam. Sementara

batas kearah lautan adalah daerah yang terpengaruhi oleh proses-proses alami di

daratan seperti sendimentasi dan mengalirnya air tawar kelaut serta daerah-daerah

laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan (Bengen: 2002).

Definisi tersebut memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir

merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan beragam didarat

maupun di laut serta saling berinteraksi. Selain mempunyai potensi besar wilayah

pesisir juga mudah terkena dampak kegiatan manusia.

b. Karakteristik Masyarakat Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir tidak hanya meliputi satu jenis aktivitas saja tetapi banyak

aktivitas yang dilaksanakan yang erat kaitannya dengan pemanfaatan di kawasan

18
ini. Menurut Bengen (2002) Secara umum kondisi aktivitas masyarakat pesisir

meliputi aktivitas ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat, ketergantungan

masyarakat terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya alam yang ada di

sekitarnya, pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya

alam, lembaga social aktivitas, ekonomi pendidikan, kesehatan dan lain-lain.

Bengen dalam Sulistyo (2006) menyatakan secara umum aktivitas masyarakat di

kawasan pesisir dapat berupa:

Kegiatan perikanan yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan laut

terbuka.

Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang memanfaatkan lahan darat, lahan

air, dan objek di bawah air.

Kegiatan pertambangan yang memanfaatkan lahan darat dan laut.

Kegiatan pembangkit energi yang menggunakan lahan darat dan laut.

2.4 Materi Ekosistem Hutan Mangrove

Berdasarkan kurikulum 2013, materi ekositem merupakan materi yang

diajarkan di SMA kelas X semester genap. Kompetensi inti untuk materi

ekosistem yaitu memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi dasar yang

harus dicapai adalah Menganalisis informasi/data dari berbagai sumber tentang


ekosistem dan semua interaksi yang berlangsung di dalamnya dan Mengajukan

gagasan pemecahan masalah perubahan lingkungan sesuai konteks permasalahan

lingkungan di daerahnya. Indikator pencapaian pembelajaran yaitu:

1 Mengidentifikasi contoh-contoh interaksi yang terjadi di kawasan hutan

mangrove.

2 Mengidentifikasi peranan hutan mangrove dalam suatu ekosistem.

3 Mengidentifikasi berbagai dampak akibat rusaknya hutan mangrove.

4 Menganalisis penyebab kerusakan.

5 Menganalisis dampak kerusakan bagi makhluk hidup, dan upaya

mengatasinya.

20
2.5 Kerangka Berpikir
Potensi dan masalah
1. Materi ekosistem dapat dijadikan alternatif sumber belajar yang
kontekstual.
2. Lingkungan sekolah mendukung materi ekosistem.
3. Guru belum memanfaatkan sumber belajar kontekstual yang ada di
sekitar lingkungan sekolah.
4. Belum adanya modul pembelajaran yang mengangkat materi ekosistem
sebagai sumber belajar.

Modul berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Modul


meningkatkan hasil belajar pada kelas eksperimen dan
memotivasi siswa menjadi lebih tertarik pada topik yang
sedang dipelajari, karena dikaitkan dengan hal-hal yang
kontekstual di kehidupan siswa.

Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi


Berbasis Etnosains Masyarakat Pesisir
Bintan Dalam Melestarikan Mangrove

Model pembelajaran berpengaruh


signifikan terhadap hasil belajar

Bagan 1. Kerangka Berpikir Peneliti


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bintan pada kelas X.

Waktu penelitan dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017,

tepatnya pada bulan Mei 2017.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Research and Development (R&D) atau penelitian dan

pengembangan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk

tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012 : 407) bahwa penelitian

pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu

produk berupa materi, media, alat atau strategi pembelajaran, digunakan untuk

mengatasi permasalahan di kelas atau di laboratorium, dan bukan untuk menguji

teori.

Langkah-langkah penelitian pengembangan modul pembelajaran biologi

berbasis etnosains pada materi ekosistem mangrove disajikan pada bagan dibawah

ini (Sugiyono 2009) berikut ini.

22
Pengembangan draf
Observasi awal Pengumpulan desain modul
(potensi masalah) data pembelajaran biologi
berbasisis Etnosains

Validasi draf desain


Uji coba pengembangan modul
Revisi desain
skala pembelajaran biologi
pengembangan
terbatas berbasis etnosains
modul

Revisi desain Uji coba skala luas


Revisi desain
pengembangan pengembangan
pengembangan
modul modul
modul

Pengembangan modul pembelajaran


biologi berbasis etnosains hutan
mangrove pada materi ekosistem

Bagan 2. Langkah-langkah penelitian pengembangan

Tahap pengembangan model pembelajaran biologi berbasis etnosains pada

materi ekosistem adalah sebagai berikut ;

1. Mengidentifikasi Masalah dan Potensi

Tahap penelitian awal (research) merupakan tahap identifikasi potensi dan

masalah di SMA Negeri 2 Bintan yang berada di daerah pesisir dan juga tempat-

tempat yang terdapat hutan mangrove di daerah Bintan. Observasi di SMA Negeri
2 Bintan dan pesisir Bintan dilakukan pada awal bulan Mei 2017. Identifikasi

potensi awal dilakukan melalui observasi langsung di peisisr Bintan yang terdapat

hutan mangrove yang dapat digunakan sebagai sumber belajar.

Hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 2 Bintan, masalah

yang diperoleh yaitu guru belum pernah memanfaatkan daerah pesisir yang

berdekatan dengan sekolah yang memiliki beberapa hutan mangrove dengan

beberapa spesies sebagai sumber belajar materi ekosistem. Padahal Karateristik

siswa kelas X secara umum lebih senang mempelajari biologi melalui informasi

berupa fakta-fakta yang ada disekitar mereka.

2. Mengumpulkan Data

Tahap pengumpulan data merupakan tahap mengumpulkan berbagai

informasi yang dapat mendukung perencanaan produk yang dikembangkan.

Informasi pendukung diperoleh dengan cara studi pustaka jurnal-jurnal dan buku

terkait dengan pengembangan modul pembelajaran biologi berbasis etnosains.

Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui teori-teori dan kajian pustaka yang

relevan dengan modul pembelajaran biologi berbasis etnosains secara umum serta

pemanfaatan hutan mangrove secara umum yang akan dimasukkan ke dalam

model pembelajaran yang hendak dikembangkan. Selain itu dilakukan juga

analisis kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian pada materi

ekosistem.

3. Desain Produk

Pada tahap ini adalah merancang tahapan pembelajaran dan perangkat

pembelajaran berbasis etnosains masyarakat pesisir Bintan dalam melestarikan

hutan mangrove pada materi ekosistem yang akan diterapkan di SMA N 2 Bintan.

24
Tahap ini merupakan perancangan desain dari perangkat pembelajaran dan

instrumen penelitian yang digunakan sebagai acuan untuk menyusun perangkat

pembelajaran berbasis etnosains masyarakat pesisir Bintan dalam melestarikan

mangrove.

Draf desain yang telah disusun dikembangkan menjadi perangkat

pembelajaran antara lain, silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),

yang sesuai dengan materi dan sumber belajar dari pemanfaatan hutan mangrove

di Bintan pada kelas X. Peneliti membuat silabus dan RPP untuk kelompok

eksperimen dengan beberapa tahap:

a) Menentukan KD yaitu menganalisis dan mengkaitkan unsur-unsur

etnosains dalam materi ekosistem yang dipelajari dengan contoh

kehidupan nyata yaitu tentang kegiatan manusia dan perkembangan

teknologi yang mempengaruhi kerusakan atau kelestarian.

b) Mengembangkan KD menjadi indikator.

c) Memanfaatkan upaya pelestarian mangrove sebagai sumber belajar materi

ekosistem.

d) Merancang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pengembangan

modul pembelajaran biologi berbasis etnosians.

4. Validasi desain pengembangan model oleh pakar dan guru

Desain instrumen modul pembelajaran biologi berbasis etnosains pada

materi ekosistem yang telah dibuat divalidasi oleh pakar. Pakar dalam penelitian

ini adalah pakar pembelajaran biologi dan pakar materi yang keduanya merupakan

dosen jurusan pendidikan Biologi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Validasi
pengembangan modul menggunakan angket penilaian kelayakan pengembangan

modul pembelajaran biologi berbasis etnosains pada materi ekosistem. Hasil

penilaian validator untuk memperbaiki kekurangan dan menyempurnakan desain

pengembangan modul pembelajaran biologi berbasis etnosains pada materi

ekosistem yang dihasilkan layak digunakan dalam pembelajaran materi ekosistem.

5. Revisi Desain

Revisi dilakukan berdasarkan hasil validasi oleh pakar. Hasil validasi berupa

saran-saran dari pakar pada proses validasi produk. Hasil validasi menunjukkan

bahwa modul pembelajaran biologi berbasis etnosains perlu diperbaiki supaya

menjadi lebih baik. Tahap selanjutnya modul pembelajaran yang dikembangkan

diuji cobakan melalui eksperimen. Tahap eksperimen dimaksudkan untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar.

3.3 Prosedur Penelitian

Pengujian keefektifan produk menggunakan desain penelitian quasi

experimental design dengan bentuk pretest-posttest nonequivalent control group

design. Desain eksperimen tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut:

E = O1 X O2

K = O3 O4 (Sugiyono 2009)

Keterangan:

E = kelompok eksperimen (diberi perlakuan menggunakan modul pembelajaran


biologi berbasis etnosains masyarakat pesisir dalam melestarikan mangrove)
K = kelompok kontrol (diberi perlakuan menggunakan RPP dan silabus dari guru)
X = perlakuan (penggunaan modul pembelajaran biologi berbasis etnosains
masyarakat pesisir dalam melestarikan mangrove)
O1=O3 = pemberian pre-test

26
O2=O4 = pemberian post-test

Pada tahap uji coba skala terbatas dan uji coba pemakaian, populasi adalah

seluruh kelas X SMA N 2 Bintan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

convenience sampling. Sampel diambil berdasarkan rekomendasi guru berjumlah

20 siswa. Responden diberi kesempatan untuk membaca petunjuk pengamatan

dan memperhatikan rangkaian kegiatan pembelajaran. Responden diminta untuk

mengisi angket keterlaksanaan pengembangan modul pembelajaran biologi

berbasis etnosains masyarakat pesisir dalam melestarikan mangrove untuk

memberi tanggapan dan komentar terhadap produk pengembangan.

Pengembangan modul pembelajaran biologi berbasis etnosains masyarakat

pesisir dalam melestarikan mangrove yang telah dikembangkan diterapkan pada

materi ekosistem. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dilakukan pre-test terlebih

dahulu untuk uji homogenitas dan normalitas, setelah uji pemakaian produk

dilakukan post-test. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini siswa juga diberi

angket keterlaksanaan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai

keterlaksanaan modul dan apakah masih perlu perbaikan untuk pengembangan

modul tersebut.

Hipotesis dalam penelitian ini muncul karena adanya uji coba produk yang

menggunakan penelitian kuantitatif. Hipotesis pada penelitian ini adalah

keterlaksanaan pengembangan modul pembelajaran biologi berbasis etnosains

masyarakat pesisir dalam melestarikan mangrove berpengaruh signifikan terhadap

skor hasil belajar (post-test).


3.4 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 di Bintan tahun

ajaran 2016/2017 pada materi ekosistem. Uji coba skala kecil dilakukan kepada

kelas kecil sebanyak 20 siswa dan uji coba skala besar dilakukan untuk kelas

besar sebanyak 40 siswa.

3.5 Instrumen Penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam sebuah

penelitian selanjutnya kita sebut dengan instrument penelitian. Instrumen dapat

juga diartikan sebagai alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data mengenai

kualitas maupun kuantitas sebuah objek ukur. Menurut Sugiono (2012),

instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun social yang diamati, secara spesifik fenomena ini disebut variabel

penelitian. Berikut merupakan instrumen yang digunakan dalam penelitian.

1. Angket atau Kuesioner.

Angket atau kuesioner ialah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto : 2006). Kuesioner digunakan untuk

mengukur kualitas media yang dikembangkan. Instrumen kuesioner pada

penelitian pengembangan ini digunakan untuk memperoleh data dari ahli

media,, ,ahli materi dan guru biologi, dan siswa sebagai bahan mengevaluasi

media pembelajaran yang dikembangkan.

Angket untuk ahli materi digunakan untuk memperoleh data berupa kualitas

produk ditinjau dari aspek pembelajaran dan angket untuk ahli media digunakan

28
untuk memperoleh data berupa kualitas produk ditinjau dari aspek rekayasa media

dan komunikasi visual. Angket untuk siswa yaitu angket penilaian terhadap

media.

2. Tes

Tes adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka

melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai

pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa

(Arifin : 2011). Tes yang digunakan yaitu pre-test dan post-test.

Pre-test dilakukan sebelum media pembelajaran disajikan kepada siswa.

Tujuan dari pre-test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap materi

ekosistem yang telah tercantum pula dalam silabus.Dalam penelitian ini, Post-test

yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran. Tujuan

post-test untuk mengetahui pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran setelah

mengalami suatu kegiatan belajar.

Pre-test dan Post-test menggunakan instrument tes berbentuk essay

sebanyak 5 soal. Peneliti memilih menggunakan instrument berbentuk essay

karena mudah dalam pembuatan soal dan lebih bersifat subjektif sehingga dapat

lebih mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki siswa. Hal ini sejalan dengan

pendapat Siswanto (2006) yang menyatakan bahwa tes uraian atau Essay menjadi

alternatif yang banyak dipilih karena relatif memberikan kebebasan pada para

peserta didik untuk dapat mengeekspresikan segala kemampuan dan pemahaman

yang dimiliki untuk menjawab berbagai pertanyaan yang di diajukan dalam butir

butir pertanyaan.
3.6 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tesebut,

kemudia ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu

variabel bebas (independent variabel) dan variabel tak bebas (dependent variabel)

(Sugiyono : 2010)

a. Variabel bebas (independent variabel)


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah modul pembelajaran biologi

berbasis etnosains. Modul pembelajaran tersebut dikembangkan dan diterapkan

didalam kelas.
b. Variabel tak bebas / terikat (dependent variabel)

Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X

SMA Negeri 2 Bintan, validitas , efektivitas dan praktikalitas modul pembelajaran

biologi berbasis etnosains.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data kualitatif dan

kuantitatif, yaitu:

1) Data kualitatif merupakan data tentang proses pengembangan modul

pembelajaran biologi berbasis etnosains berupa kritik dan saran dari ahli

media dan ahli materi, data wawancara, dan hasil observasi.


2) Data kuantitatif merupakan data pokok dalam penelitian yang berupa data

penilaian tentang modul pembelajaran biologi berbasis etnosains dari ahli

30
materi, ahli media, penilaian media dari guru dan siswa, serta hasil belajar

siswa.
2. Metode Pengumpulan Data
a) Metode Tes

Tes yang digunakan yaitu pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan

sebelum media pembelajaran disajikan kepada siswa. Post-test yaitu tes yang

diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran. Pre-test dan Post-test

berbentuk essay sebanyak 10 soal. Selanjutnya hasil pre-test dan post-test

dibandingkan, karena keduanya berfungsi untuk mengukur sejauh mana

keefektifan modul pembelajaran biologi berbasis etnosains masyarakat pesisir

Bintan dalam melestarikan mangrove pada materi ekosistem. Apabila hasil pre-

test sama dengan hasil post-test atau hasil post-test lebih rendah dari pre-test maka

penggunaan modul pembelajaran tersebut kurang efektif, namun apabila hasil

post-test lebih tinggi dari pada pre-test maka penggunaan modul pembelajaran

tersebut dianggap efektif.

b) Metode Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket ahli media,

angket ahli materi, angket guru biologi dan angket penilaian media oleh siswa.

Pengumpulan angket dari ahli media, ahli materi dan guru biologi akan di

kumpulkan setelah media telah siap untuk disajikan, kemudian hasil penilaian

dari angket tersebut akan dibandingkan dan dianalisis. Angket penilaian media

akan diujikan kepada siswa setelah proses pembelajaran telah menggunakan

modul pembelajaran biologi berbasis etnosains.

Instrumen angket kelayakan media pembelajaran ini menggunakan skala

likert dengan 5 alternatif jawaban, yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan
sangat kurang. Agar diperoleh data kuantitatif, maka setiap alternatif jawaban

diberi skor yakni sangat baik = 5, baik = 4, cukup = 3, kurang = 2, dan sangat

kurang = 1 (Sugiyono, 2010: 134)

c) Metode Observasi

Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh

alat indra. Jadi, mengobservasi bisa dilakukan melalui penglihatan,

penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Metode observasi dilakukan

dengan mengamati secara langsung keadaan siswa dalam proses pembelajaran

untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Metode observasi ini

digunakan untuk mengamati siswa dan menilai siswa ditinjau dari aspek afektif

dan psikomotorik.

d) Metode Wawancara

Wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan

oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari wawancara. Teknik

wawancara yang digunakan oleh peneliti yaitu wawancara bebas, yaitu

pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data

apa yang akan dikumpulkan. Wawancara dilakukan kepada guru biologi di

SMA Negeri 2 Bintan. Berdasarkan wawancara diperoleh informasi mengenai

proses pembelajaran biologi yang telah dijalankan siswa dan diperoleh saran

untuk penyusunan modul pembelajaran yang lebih baik. Dengan adanya

informasi tersebut, peneliti dapat menentukan strategi yang tepat dengan

menyusun modul pembelajaran yang ingin dikembangkan.

32
e) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan

sebagainya. Data-data yang didokumentasikan meliputi foto yang

menggambarkan suasana saat penelitian berlangsung. Dokumentasi penting untuk

menunjang hasil observasi yang dilakukan.

3.8 Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kualitatif

Teknik analisis yang digunakan untuk data kualitatif adalah teknik analisis

deskriptif. Teknik ini dilaksanakan dengan cara mengelompokan informasi-

informasi data kualitatif berupa kritik dan saran dari ahli media dan ahli materi,

data wawancara, dan hasil observasi. Analisis data ini di jadikan sebagai pedoman

untuk penyusunan proposal penelitian dan merevisi modul pembelajaran dan

instrumen terkait penelitian.

2. Analisis Data Kuantitatif


a. Analisis Data Hasil Belajar
Untuk data hasil belajar berupa aspek kognitif, dilakukan pemberian skor

tpada instrumen tes berupa essay. Setelah dilakukan pemberian skor,

makadilakukan proses tabulasi data, Tabulasi data menggunakan statistika

sederhana, seperti menghitung rerata (mean), nilai tertinggi dan nilai terendah.

Penghitungan tabulasi data dilakukan pada tiap-tiap tes, baik pre-test

maupun post-test.
Rumus menghitung mean :

Keterangan:

= rata-rata hitung
xi = nilai sampel ke-i
n = jumlah sampel

b. Analisis Validitas Angket dan Tes.

Teknik analisis yang dilakukan untuk instrument angket adalah teknik

analisis validitas logis dan empiris secara kualitatif dan berdasarkan penelaahan

atau penalaran yang dilakukan oleh dosen pembimbing peneliti. Untuk tes, maka

akan dilakukan penghitungan statistika untuk mengukur tingkat validitas butir

soal. Rumus menghitung validitas (Arikunto, 2002 :72) :

Keterangan:

rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = banyaknya peserta tes

X = jumlah skor item

Y = jumlah skor total item

XY= hasil perkalian antara skor item dengan skor total

X2 = jumlah skor item kuadrat

Y2 = jumlah skor total kuadrat

Kemudian hasil r xy yang diperoleh dari perhitungan dibandingkan dengan

harga tabel r product moment. Harga rtabel dihitung dengan taraf signifikansi 5 %

34
dan N sesuai dengan jumlah peserta didik. Jika r xy > r tabel, maka dapat

dinyatakan butir soal tersebut valid (Arikunto : 2006).

c. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah suatu cara menganalisis soal menjadi

beberapa tingkatan yang berbeda, yaitu mudah, sedang, sukar, atau terlalu sukar.

Semakin sukar suatu soal, maka semakin kecil peluang siswa untuk menjawab

soal tersebut.

Rumus menghitung tingkat kesukaran soal (Arikunto, 2002 : 208) :

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal item dengan benar

JS = jumlah seluruh peserta didik yang ikut tes

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Soal dengan P = 0,00 adalah soal terlalu sukar;

Soal dengan 0,00 < 0,30 adalah soal sukar;

Soal dengan 0,30 < 0,70 adalah soal sedang;

Soal dengan 0,70 < 1,00 adalah soal mudah; dan

Soal dengan = 1,00 adalah soal terlalu mudah.

d. Analisis Daya Beda Soal


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut

indeks diskriminasi, disingkat D. Seluruh peserta didik yang ikut tes

dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok

bawah.

Rumus menghitung daya pembeda soal :

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Klasifikasi daya pembeda dalam penelitian ini adalah:

0,00 < D 0,20 : jelek (poor)

0,20 < D 0,40 : cukup (satisfactory)

0,40 < D 0, 70 : baik (good)

0,70 < D 1,00 : baik sekali (excellent)

D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai D negatif

sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2002 : 211-218).

36
Sebagai ketentuan dalam memberikan makna dan pengambilan keputusan

hasil perhitungan di atas dapat ditafsirkan dengan rentang seperti pada tabel

berikut.

Tabel 3.1 Konversi Tingkat Pencapaian Dengan Skala

Tingkat Penguasaan Penafsiran Keterangan


Media
86 100% Sangat baik Tidak perlu
revisi

76 85% Baik Tidak perlu


revisi

60 75% Cukup baik Tidak perlu


revisi

55 59% Kurang Perlu revisi

54% Kurang sekali Perlu revisi

Penilaian motivasi dapat diketahui apabila setelah dikonversi mendapat

penafsiran baik atau sangat baik. Hasil penilaian motivasi berbanding lurus

dengan penilaian media oleh siswa. Semakin baik penilaian media oleh siswa,

maka motivasi siswa pun semakin meningkat.

e. Analisis Data Penilaian Pakar


Analisis data angket mengenai tanggapan pakar terkait kelayakan CD

interaktif materi struktur dan fungsi sel dilengkapi teka-teki silang berbasis flash

sebagai media pembelajaran dilakukan dengan teknik deskriptif presentase. Skor

yang diperoleh dari seluruh aspek yang dinilai kemudian dihitung dengan rumus

sebagai berikut.

Keterangan :

NP = nilai persen yang dicari

R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimal

Tabel 3.2 Kriteria tingkat kelayakan media

Tingkat Penguasaan Penafsiran Keterangan


Media
86 100% Sangat baik Tidak perlu
revisi

76 85% Baik Tidak perlu


revisi

60 75% Cukup baik Tidak perlu


revisi

55 59% Kurang Perlu revisi

54% Kurang sekali Perlu revisi

38
f. Analisis Data Tanggapan Siswa Dan Guru

Data hasil tanggapan siswa yang berupa angket dianalisis dengan langkah-

langkah sebagai berikut.

a. Membuat rekapitulasi hasil kuesioner mengenai tanggapan siswa terhadap

kegiatan pembelajaran
b. Menghitung presentase jawaban siswa
c. Melakukan analisis data kuesioner

Setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan pilihan

jawaban ya atau tidak. Hasil angket ini dianalisis dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Persentase yang telah diperoleh kemudian mengkonfirmasikan persentase

kesesuaian dengan parameter berikut (Arikunto 2006).

85%-100% = Sangat baik

70%-84% = Baik

60%-69% = Cukup baik

50%-59% = Kurang baik

< 50% = Tidak baik

Persentase tanggapan siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut (Sudijono 2003).

Keterangan :
P = presentase (tanggapan siswa secara klasikal)

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya (jumlah siswa yang memberi

tanggapan baik dan sangat baik)

N = jumlah siswa keseluruhan

g. Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan

menghitung nilai rata-rata dari nilai tugas dan nilai tes. Nilai akhir atau nilai hasil

belajar siswa secara individu dihitung dengan rumus:

Keterangan :

NA = nilai Akhir

A = nilai tugas

B = nilai tes

b. Ketuntasan klasikal

40
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta

Herman Lusiana. (2016). Pengembangan Modul Berbasis Masalah pada Pokok

Bahasan Ekosistem. Jurnal Edukasi Unej. Vol III (3): 10-15. Diakses April

2017.

Irawan Bambang Agus. (2013). Valuasi Daya Dukung Fungsi Lindung di Pulau

Bintan Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Prodi Teknik Lingkungan UPN .

Volume 5, Nomor 1, Januari 2013 Hal. 48-65. Diakses April 2017

Khikmah Yuniyatul Tri. 2013. Pengembangan Media Pembelajarancd Interaktif

Materi Struktur Dan Fungi Seldilengkapi Tekateki Silang Berbasis Flas.

Skripsi. Universitas Negeri Semarang : Semarang.

Lestari Febrianti. (2012). Komposisi Jenis Dan Sebaran Ekosistem Mangrove..

Jurnal manajemen sumber daya perairan. Vol IV. No 1, hal 68-75. Diakses

April 2017.

Marlina Reni. Pengembangan Modul Pengetahuan Lingkungan Berbasis Potensi

Lokal Untuk Menumbuhkan Sikap Peduli Lingkungan Mahasiswa

Pendidikan Biologi. http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i1.569 . Diakses

April 2017.

Puspitaningrum Diah. 2013. Pengembangan modul biologi materi

keanekaragaman mamalia berbasis potensi lokal untuk siswa sma kelas x

semester genap. Universita islam negri sunan kalijagaa : Yogyakarta.


Zulfadl.i (2017). Pengembangan Modul Biologi Pada Materi Ekosistem Berbasis

Problem Based Learning. Jurnal Jurnal Bionature. Volume 17, Nomor 1,

April 2017, hlm. 63-67. Diakses April 2017.

42
LAMPIRAN
Surat Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

NIP :

Instansi :

Alamat Instansi :

Bidang Keilmuan :

Menyatakan bahwa saya telah memberikan sarat dan kritik pada


Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Etnosains
Masyarakat Pesisir Bintan Dalam Melestarikan Mangrove Pada Materi
Ekosistem Untuk Siswa Kelas X Sma/Ma yang disusun oleh :

Nama :

NIM :

Program Studi :

Fakultas :

Harapan saya, saran dan kritik yang saya berikan dapat berguna untuk
menyempurnakan laporan tugas akhir mahasiswa yang bersangkutan.

Tanjungpinang, Mei 20117

Ahli Media

44
ANGKET PENILAIAN AHLI MEDIA

A. Petunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda () pada kolom penilaian sesuai penilaian anda terhadap
modul pembelajaran biologi berbasis etnosains masyarakat pesisir
Bintan.
2. Gunakan kriteria penilaian sebagai berikut untuk memberikan
penilaian,
SB : Sangat Baik
B : Baik
C : Cukup Baik
K : Kurang
SK : Sangat Baik
3. Apabila penilaian anda SK, K dan C maka berilah saran untuk hal-hal
apa saja yang menjadi penyebab kekurangan atau perlu penambahan
sesuai pada lembar yang telah disediakan.

B. Kolom Penilaian

No Butir Kriteria Penilaian Nilai


SB B C K S
K
Aspek Penyajian
A. Organisai Penyajian Umum
1. Penyajian materi sistematis, logis, sederhana dan jelas.
2. Penyajian modul memenuhi kriteria kelengkapan
modul
B. Penyajian Mempertimbangkan Kebermaknaan Dan Kebermanfaatan
3. Mendukung siswa untuk memahami konsep.
4. Mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lainnya
dalam menjelaskan suatu fenomena.
C. Mengembangkan Proses Pembentukan Pengetahuan
5. Kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran
mendorong siswa untuk mengalami secara langsung
6. Kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran
mendorong siswa untuk mempelajari potensi lokal
7. Kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran
mendorong siswa untuk menganalisis hubungan
konsep dengan keadaan lingkunag sekitar.
D. Tampilan Umum
8. Desain modul pembelajaran ( konsisten, terformat,
terorganisis dan memliki daya Tarik)
9. Judul, gambar dan keterangan gambar dalam modul
pembelajaran sesuai dengan konsep.
10. Pemilihan jenis ukuran (font) huruf sesuai dan mudah
untuk dibaca.
11. Cetakan modul jelas
E. Kelengkapan Modul Pembelajaran
12. Modul dilengkapi halaman cover utama dan halaman
pembuka
13. Modul dilengkapi engan kata pengantar
14. Modul memiliki peta konsep
15. Modul pembelajaran dilengkapi dengan tujuan
pembelajaran
16. Modul pembelajaran dlengkapi dengan kopetensi inti
(KI) kurikulum 2013 sebagai acuan pengembangan
materi
17. Modul pembelajaran dlengkapi dengan kopetensi dasar
(Kd) kurikulum 2013 sebagai acuan pengembangan
materi
18. Modul memiliki daftar isi
19. Modul menyampaikan isi materi sesuai dengan konsep
yang dikembangkan
20. Modul dilengkapi dengan kolom info untuk penyajian
informasi tentang materi biologi yang terkait.
21. Modul memiliki rangkuman materi disetiap akhir bab
22. Modul dilengkapi dengan soal evaluasi di setiap akhir
bab untuk mengukur pencapaian siswa tentang materi

C. Saran Perbaikan

46
D. Kesimpulan

Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Etnosains


Masyarakat Pesisir Bintan Dalam Melestarikan Mangrove Pada Materi
Ekosistem Untuk Siswa Kelas X Sma/Ma Ini :

Layak untuk diuji cobakan secara terbatas tanpa revisi


Layak untuk di uii cobakan secara terbatas dengan revisi sesuai saran
Surat Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

NIP :

Instansi :

Alamat Instansi :

Bidang Keilmuan :

Menyatakan bahwa saya telah memberikan sarat dan kritik pada


Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Etnosains
Masyarakat Pesisir Bintan Dalam Melestarikan Mangrove Pada Materi
Ekosistem Untuk Siswa Kelas X Sma/Ma yang disusun oleh :

Nama :

NIM :

Program Studi :

Fakultas :

Harapan saya, saran dan kritik yang saya berikan dapat berguna untuk
menyempurnakan laporan tugas akhir mahasiswa yang bersangkutan.

Tanjungpinang, Mei 20117

Ahli Materi

48
ANGKET PENILAIAN AHLI MATERI
A. Petunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda () pada kolom penilaian sesuai penilaian anda terhadap
modul pembelajaran biologi berbasis etnosains masyarakat pesisir
Bintan.
2. Gunakan kriteria penilaian sebagai berikut untuk memberikan
penilaian,
SB : Sangat Baik
B : Baik
C : Cukup Baik
K : Kurang
SK : Sangat Baik
3. Apabila penilaian anda SK, K dan C maka berilah saran untuk hal-hal
apa saja yang menjadi penyebab kekurangan atau perlu penambahan
sesuai pada lembar yang telah disediakan.
B. Kolom Penilaian

No Butir Kriteria Penilaian Nilai


SB B C K S
K
Aspek Materi
A. Kelengkapan Materi
1. Mencakup materi yang ada dalam Kurikulum 2013
2. Penjabaran materi dalam modul pembelajaran
membantu siswa untuk mencapai Kompetensi Inti (KI)
3. Penjabaran materi dalam modul pembelajaran
membantu siswa untuk mencapai Kompetensi Dasar
(KD)
B. Keakuratan Materi
4. Kesesuaian konsep dalam modul pembelajaran dengan
konsep yang dikemukakan oleh para ahli biologi
5. Aplikasi kontekstual dalam kehidupan nyata
C. Kegiatan Yang Mendukung Materi
6. Kegiatan mendukung konsep dengan benar
7. Soal evaluasi mendukung konsep dengan benar
8. Soal evaluasi dilengkapi dengan kunci jawaban
D. Kemutakhiran Materi
9. Informasi yang dikemukakan sesuai dengan
perkembangan zaman
E. Materi Dapat Menunjang Kompetensi Sains Siswa
10. Merencanakan dan melakukan kerja ilmiah
11. Mengkomunikasikan pemikiran secara lisan dan
tertulis
F. Materi Mengikuti Sistematika Keilmuan
12. Menekankan pengalaman langsung pada siswa
13. Mengembangkan ketrampilan proses untuk
menemukan hal baru.
G. Materi Mengembangkan Keterampilan Dan Kemampuan Berpikir
14. Kesesuaian alat evaluasi untuk mengukur kompetensi pengetahuan, sikap dan
keterampilan siswa
H. Materi Merangsang Siswa Untuk Mencari Tahu.
15. Mengajak siswa aktif dalam pembelajaran
I. Potensi Ekosistem Mangsrove Dalam Materi
16. Materi menyampaikan potensi hutan mangrove
sebagai bentuk penguatan pengetahuan potensi lokal
terhadap siswa
J. Nilai-Nilai Etnosains Dalam Materi
17. Materi menyampaikan nilai-nilai etnosains masyarakat
pesisir Bintan yang penting bagi pembentukan
pengetahuan dasar siswa dan sebagai nilai untuk
pendidikan konservasi.
18. Materi yang disajikan di dalam modul pembelajaran
biologi dilengkapi informasi tentang etnosains
masyarakat pesisir Bintan yang berhubungan dengan
indikator pembelajaran pada materi ekosistem.
Aspek Bahasa
K. Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
19. Kalimat menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang
baik dan benar sesuai aturan Ejaan Yang
Disempurnakan
L. Kejelasan Bahasa
20. Bahasa yang digunakan sederhana, lugas dan mudah
dipahami
M. Kesesuaian Bahasa
21. Kalimat yang disajikan komunikatif dan interaktif
22. Pemilihan kata dan penggunaan kalimat sesuai dengan
kemampuan bahasa siswa tingkat SMA

C. Saran Perbaikan

50
D. kesimpulan

Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Etnosains


Masyarakat Pesisir Bintan Dalam Melestarikan Mangrove Pada Materi
Ekosistem Untuk Siswa Kelas X Sma/Ma Ini :

Layak untuk diuji cobakan secara terbatas tanpa revisi


Layak untuk di uii cobakan secara terbatas dengan revisi sesuai saran

Surat Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

NIP :

Instansi :

Alamat Instansi :

Bidang Keilmuan :

Menyatakan bahwa saya telah memberikan sarat dan kritik pada


Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Etnosains
Masyarakat Pesisir Bintan Dalam Melestarikan Mangrove Pada Materi
Ekosistem Untuk Siswa Kelas X Sma/Ma yang disusun oleh :

Nama :
NIM :

Program Studi :

Fakultas :

Harapan saya, saran dan kritik yang saya berikan dapat berguna untuk
menyempurnakan laporan tugas akhir mahasiswa yang bersangkutan.

Tanjungpinang, Mei 20117

Guru

52
ANGKET PENILAIAN GURU BIOLOGI

A. Petunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda () pada kolom penilaian sesuai penilaian anda terhadap
modul pembelajaran biologi berbasis etnosains masyarakat pesisir
Bintan.
2. Gunakan kriteria penilaian sebagai berikut untuk memberikan
penilaian,
SB : Sangat Baik
B : Baik
C : Cukup Baik
K : Kurang
SK : Sangat Baik
3. Apabila penilaian anda SK, K dan C maka berilah saran untuk hal-hal
apa saja yang menjadi penyebab kekurangan atau perlu penambahan
sesuai pada lembar yang telah disediakan.
B. Kolom Penilaian

No Butir Kriteria Penilaian Nilai


SB B C K S
K
Aspek Materi
A. Kelengkapan Materi
1. Mencakup materi yang ada dalam Kurikulum 2013
2. Penjabaran materi dalam modul pembelajaran
membantu siswa untuk mencapai Kompetensi Inti (KI)
3. Penjabaran materi dalam modul pembelajaran
membantu siswa untuk mencapai Kompetensi Dasar
(KD)
B. Keakuratan Materi
4. Kesesuaian konsep dalam modul pembelajaran dengan
konsep yang dikemukakan oleh para ahli biologi
5. Aplikasi kontekstual dalam kehidupan nyata
C. Kegiatan Yang Mendukung Materi
6. Kegiatan mendukung konsep dengan benar
7. Soal evaluasi mendukung konsep dengan benar
8. Soal evaluasi dilengkapi dengan kunci jawaban
D. Kemutakhiran Materi
9. Informasi yang dikemukakan sesuai dengan
perkembangan zaman.
E. Materi Dapat Menunjang Kompetensi Sains Siswa
10. Merencanakan dan melakukan kerja ilmiah.
11. Mengkomunikasikan pemikiran secara lisan dan
tertulis.
F. Materi Mengikuti Sistematika Keilmuan
12. Menekankan pengalaman langsung pada siswa
13. Mengembangkan ketrampilan proses untuk
menemukan hal baru
G. Materi Mengembangkan Keterampilan Dan Kemampuan Berpikir
14. Kesesuaian alat evaluasi untuk mengukur kompetensi pengetahuan, sikap dan
keterampilan siswa
H. Materi Merangsang Siswa Untuk Mencari Tahu.
15. Mengajak siswa aktif dalam pembelajaran
Potensi Ekosistem Mangrove Daerah Pesisir Dalam Materi
16. Materi menyampaikan potensi hutan mangrove
sebagai bentuk penguatan pengetahuan potensi lokal
terhadap siswa
I. Nilai-Nilai Etnosains Dalam Materi
17. Materi menyampaikan nilai-nilai etnosains masyarakat
pesisir Bintan yang penting bagi pembentukan
pengetahuan dasar siswa dan sebagai nilai untuk
pendidikan konservasi.

18. Materi yang disajikan di dalam modul pembelajaran


biologi dilengkapi informasi tentang etnosains
masyarakat pesisir Bintan yang berhubungan dengan
indikator pembelajaran pada materi ekosistem.

Aspek Penyajian
J. Organisasi Penyajian Umum
19. Penyajian materi sistematis, logis, sederhana dan jelas.
20. Penyajian modul memenuhi kriteria kelengkapan
modul
K. Penyajian Mempertimbangkan Kebermaknaan
Dan Kebermanfaatan
21. Mendukung siswa untuk memahami konsep
22. Mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lainnya
dalam menjelaskan suatu fenomena

54
L. Mengembangkan Proses Pembentukan
Pengetahuan
23. Kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran
mendorong siswa untuk mengalami secara langsung
24. Kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran
mendorong siswa untuk mempelajari potensi lokal
25. Kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran
mendorong siswa untuk menganalisis hubungan
konsep dengan keadaan lingkungan sekitar
M. Tampilan Umum
26. Desain modul pembelajaran (konsisten, terformat,
terorganisasi dan memiliki daya tarik)
27. Judul, gambar, dan keterangan gambar dalam modul
pembelajaran sesuai dengan konsep
28. Pemilihan jenis ukuran huruf (font) sesuai dan mudah
untuk dibaca
29. Cetakan modul jelas
N. Kelengkapan Modul Pembelajaran
30. Modul pembelajaran dilengkapi dengan Kompetensi
Inti (KI) kurikulum 2013 sebagai acuan
pengembangan materi
31. Modul pembelajaran dilengkapi dengan Kompetensi
Dasar (KD) kurikulum 2013 sebagai acuan
pengembangan materi
32. Modul menyampaikan isi materi sesuai dengan konsep
yang dikembangkan
33. Modul dilengkapi dengan kolom info untuk penyajian
informasi tentang materi biologi yang terkait
34. Modul memiliki rangkuman materi di setiap akhir bab
35. Modul dilengkapi dengan soal evaluasi di setiap akhir
bab untuk mengukur pencapaian siswa tentang materi
Aspek Bahasa
O. Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
36. Kalimat menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang
baik dan benar sesuai aturan Ejaan Yang
Disempurnakan
P. Kejelasan Bahasa
37. Bahasa yang digunakan sederhana, lugas dan mudah
dipahami
Q. Kesesuaian Bahasa
38. Kalimat yang disajikan komunikatif dan interaktif
39. Pemilihan kata dan penggunaan kalimat sesuai dengan
kemampuan bahasa siswa tingkat SMA

C. Saran Perbaikan

56
D. kesimpulan

Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Etnosains


Masyarakat Pesisir Bintan Dalam Melestarikan Mangrove Pada Materi
Ekosistem Untuk Siswa Kelas X Sma/Ma Ini :

Layak untuk diuji cobakan secara terbatas tanpa revisi


Layak untuk di uii cobakan secara terbatas dengan revisi sesuai saran
ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MODUL

A. Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda () pada kolom penilaian sesuai penilaian anda terhadap
modul pembelajaran biologi berbasis etnosains masyarakat pesisir Bintan.
2. Gunakan kriteria penilaian sebagai berikut untuk memberikan penilaian,
SS : Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
KS : Kurang Setuju

B. Kolom Respon

No Pernyataan Kriteria Penilaian


SS S KS TS STS
1. Saya berpendapat bahwa desain modul
pembelajaran biologi ini sangat menarik.
2. Saya kurang memperhatikan desain
modul ini, yang terpenting bagi saya
adalah isi modul.
3. Saya sulit memahami kalimat pada modul
4. Saya berpendapat bahwa gambar-gambar
yang disajikan dalam modul ini dapat
menambah pemahaman saya tentang
materi dan konsep yang terkait.
5. Saya berpendapat bahwa bentuk dan
ukuran huruf sudah proporsional
6. Teks yang digunakan tidak menimbulkan
makna ganda bagi saya
7. Saya berpendapat bahwa bahasa yang
digunakan sederhana, komunikatif dan
mudah dipahami
8. Teks dalam modul pembelajaran biologi
ini membuat saya tidak paham dengan
materi yang ada pada modul ini
9. Saya berpendapat bahwa dengan adanya
modul pembelajaran biologi ini,
membantu saya mempermudah dalam

58
belajar biologi
10. Saya kurang tertarik mempelajari biologi
dengan modul ini
11. Lembar soal evaluasi yang ada didalam
modul pembelajaran biologi membantu
saya dalam belajar biologi
12. Materi dalam modul ini menyampaikan
potensi ekosistem mangrove di daerah
pesisir Bintan..
14 Modul ini mengandung pesan dan nilai-
nilai etnosains masyarakat pesisir Bintan
yang penting bagi pendidikan konservasi
dan pendidikan biologi.
PENJABARAN KRITERIA PENILAIAN ASPEK-ASPEK PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI
BERBASIS ETNOSAINS MASYARAKAT PESISIR BINTAN DALAM MELESTARIKAN MANGROVE PADA MATERI
EKOSISTEM UNTUK SISWA KELAS X SMA/MA

KRITERIA PENILAIAN
No Aspek Materi Penjabaran
Kriteria Indikator
1. Kelengkapan Materi Mencakup materi SB
B
yang ada di dalam
C
Kurikulum tahun K
2013 SK
Penjabaran materi SB Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran membantu siswa
dalam modul untuk mencapai empat KI dari Kurikulum tahun 2013
B Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran membantu siswa
pembelajaran untuk mencapai hanya tiga dari empat KI dari Kurikulum tahun 2013
membantu siswa C Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran membantu siswa
untuk mencapai hanya dua dari empat KI dari Kurikulum tahun 2013
untuk mencapai
K Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran membantu siswa
Kompetensi Inti untuk
(KI) mencapai hanya satu dari empat KI dari Kurikulum tahun 2013
SK Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran tidak membantu
siswa untuk mencapai empat KI dari Kurikulum tahun 2013
Penjabaran materi SB Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran membantu siswa
dalam modul untuk mencapai KD dari empat KI Kurikulum tahun 2013
B Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran membantu siswa
pembelajaran untuk mencapai KD dari hanya tiga KI Kurikulum tahun 2013
C Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran membantu siswa
membantu siswa
untuk mencapai KD dari hanya dua KI Kurikulum tahun 2013
untuk mencapai K Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran membantu siswa
Kompetensi Dasar untuk mencapai KD dari hanya satu KI Kurikulum tahun 2013
SK Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran tidak membantu
(KD)
siswa untuk mencapai KD dari empat KI Kurikulum tahun 2013
2. Keakuratan materi Kesesuaian konsep SB Jika konsep yang dijabarkan dalam modul pembelajaran sangat sesuai
modul pembelajaran dengan konsep yang dikembangkan oleh para ahli biologi dengan
pengembangan konsep
dengan konsep yang B Jika konsep yang dijabarkan dalam modul pembelajaran sesuai dengan
dikemukakan oleh konsep yang dikembangkan oleh para ahli biologi dengan
para ahli biologi pengembangan konsep
C Jika konsep yang dijabarkan dalam modul pembelajaran cukup sesuai
dengan konsep yang dikembangkan oleh para ahli biologi dengan
pengembangan konsep
K Jika konsep yang dijabarkan dalam modul pembelajaran kurang sesuai
dengan konsep yang dikembangkan oleh para ahli biologi dengan
pengembangan konsep
SK Jika konsep yang dijabarkan dalam modul pembelajaran tidak sesuai
dengan konsep yang dikembangkan oleh para ahli biologi dengan
pengembangan konsep
Aplikasi konstektual SB Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran minimal terdapat 4
dalam kehidupan konsep yang melibatkan peristiwa di lingkungan sekitar dan relevan
B Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran minimal terdapat 3
nyata konsep yang melibatkan peristiwa di lingkungan sekitar dan relevan
C Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran minimal terdapat 2
konsep yang melibatkan peristiwa di lingkungan sekitar dan relevan
K Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran minimal terdapat 1
konsep yang melibatkan peristiwa di lingkungan sekitar dan relevan
SK Jika penjabaran materi dalam modul pembelajaran tidak terdapat konsep
yang melibatkan peristiwa di lingkungan sekitar dan relevan
3. Kegiatan yang Kegiatan SB Jika semua kegiatan dalam modul pembelajaran sangat mendukung
mendukung materi mendukung konsep konsep dengan benar
B Jika semua kegiatan dalam modul pembelajaran mendukung konsep
dengan benar dengan benar
C Jika semua kegiatan dalam modul pembelajaran cukup mendukung
konsep dengan benar
K Jika semua kegiatan dalam modul pembelajaran sangat mendukung
konsep dengan benar
SK Jika semua kegiatan dalam modul pembelajaran tidak mendukung
konsep dengan benar
Soal evaluasi SB Jika semua soal evaluasi dalam modul pembelajaran sangat mendukung
mendukung konsep konsep dengan benar
B Jika semua soal evaluasi dalam modul pembelajaran sangat mendukung
dengan benar konsep dengan benar
C Jika semua soal evaluasi dalam modul pembelajaran sangat mendukung
konsep dengan benar
K Jika semua soal evaluasi dalam modul pembelajaran sangat mendukung
konsep dengan benar
SK Jika semua soal evaluasi dalam modul pembelajaran sangat mendukung
konsep dengan benar
Soal evaluasi SB Jika semua soal yang ada pada modul pembelajaran dilengkapi dengan
dilengkapi dengan kunci jawaban dan sangat mudah dipahami
B Jika sebagian besar soal yang ada pada modul pembelajaran dilengkapi
kunci jawaban dengan kunci jawaban dan mudah dipahami
C Jika soal yang ada pada modul pembelajaran dilengkapi dengan kunci
jawaban tetapi sulit dipahami
K Jika sebagian besar soal yang ada pada modul pembelajaran tidak
dilengkapi dengan kunci jawaban
SK Jika semua soal yang ada pada modul pembelajaran tidak dilengkapi
dengan kunci jawaban
4. Kemutakhiran Informasi yang SB Jika semua informasi yang dijabarkan dalam modul pembelajaran sangat
materi dikemukakan sesuai sesuai dengan perkembangan zaman dan ada hubungannya dengan mata
pelajaran
dengan B Jika semua informasi yang dijabarkan dalam modul pembelajaran sesuai
perkembangan dengan perkembangan zaman dan ada hubungannya dengan mata
zaman pelajaran
C Jika semua informasi yang dijabarkan dalam modul pembelajaran cukup
sesuai dengan perkembangan zaman dan ada hubungannya dengan mata
pelajaran
K Jika semua informasi yang dijabarkan dalam modul pembelajaran sesuai
dengan perkembangan zaman tetapi tidak ada hubungannya dengan
mata pelajaran
SK Jika semua informasi yang dijabarkan dalam modul pembelajaran tidak
sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak ada hubungannya dengan
mata pelajaran
5. Materi dapat Merencanakan dan SB Jika semua kegiatan yang ada dalam modul pembelajaran sangat
menunjang melakukan kerja merencanakan untuk melakukan kegiatan ilmiah
B Jika sebagian besar kegiatan yang ada dalam modul pembelajaran
kompetensi sains ilmiah
merencanakan untuk melakukan kegiatan ilmiah
siswa C Jika kegiatan yang ada dalam modul pembelajaran cukup merencanakan
untuk melakukan kegiatan ilmiah
K Jika sebagian besar kegiatan yang ada dalam modul pembelajaran tidak
merencanakan untuk melakukan kegiatan ilmiah
SK jika semua kegiatan yang ada dalam modul pembelajaran tidak
merencanakan untuk melakukan kegiatan ilmiah
Mengkomunikasika SB Jika semua materi yang disajikan dalam modul pembelajaran sangat
n pemikiran secara mengkomunikasikan pemikiran secara lisan dan tertulis
B Jika sebagian besar materi yang disajikan dalam modul pembelajaran
lisan dan tertulis dapat mengkomunikasikan pemikiran secara lisan dan tertulis
C Jika materi yang disajikan dalam modul pembelajaran tidak
mengkomunikasikan pemikiran secara lisan dan tertulis
K Jika sebagian besar materi yang disajikan dalam modul pembelajaran
tidak mengkomunikasikan pemikiran secara lisan dan tertulis
SK Jika tidak ada materi yang mengkomunikasikan pemikiran secara lisan
dan tertulis
6. Materi mengikuti Menekankan SB Jika semua materi yang disajikan dalam modul pembelajaran sangat
sistematika pengalaman menekankan pengalaman langsung pada siswa
B Jika sebagian besar materi yang disajikan dalam modul pembelajaran
keilmuan langsung pada siswa menekankan pengalaman langsung pada siswa
C Jika materi yang disajikan dalam modul pembelajaran cukup
menekankan pengalaman langsung pada siswa
K Jika sebagian besar materi yang disajikan dalam modul pembelajaran
tidak menekankan pengalaman langsung pada siswa
SK Jika semua materi yang disajikan dalam modul pembelajaran tidak
menekankan pengalaman langsung pada siswa
Mengembangkan SB Jika materi modul pembelajaran terdapat kegiatan/percobaan biologi
keterampilan proses yang sangat mendorong siswa untuk menemukan hal baru dan
menyimpulkan suatu konsep biologi yang dilengkapi dengan tabulasi
untuk menemukan B Jika materi modul pembelajaran terdapat kegiatan/percobaan biologi
hal baru yang mendorong siswa untuk menemukan hal baru dan menyimpulkan
suatu konsep biologi tetapi tidak dilengkapi dengan tabulasi
C Jika materi modul pembelajaran terdapat kegiatan/percobaan biologi
yang cukup mendorong siswa untuk menemukan hal baru dan
menyimpulkan suatu konsep biologi tetapi tidak dilengkapi dengan
tabulasi
K Jika materi modul pembelajaran terdapat kegiatan/percobaan biologi
tetapi tidak mendorong siswa untuk menemukan hal baru dan tidak
menyimpulkan suatu konsep biologi yang dilengkapi dengan tabulasi
SK Jika materi modul pembelajaran tidak terdapat kegiatan/percobaan
biologi, tidak mendorong siswa untuk menemukan hal baru dan tidak
menyimpulkan suatu konsep biologi yang dilengkapi dengan tabulasi
7. Materi Kesesuaian alat SB Jika semua alat evaluasi dalam modul pembelajaran sangat sesuai untuk
mengembangkan evaluasi untuk mengukur aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa
B Jika sebagian besar alat evaluasi dalam modul pembelajaran sesuai
keterampilan dan mengukur untuk mengukur aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa
kemampuan berpikir kompetensi C Jika alat evaluasi dalam modul pembelajaran cukup sesuai untuk
mengukur aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa
pengetahuan, sikap,
K Jika sebagian besar alat evaluasi dalam modul pembelajaran tidak sesuai
dan keterampilan untuk mengukur aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa
SK Jika semua alat evaluasi dalam modul pembelajaran tidak mengukur
siswa
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa
8 Materi merangsang Mengajak siswa SB Jika materi dalam modul pembelajaran sangat mampu mengajak semua
siswa untuk aktif dalam siswa aktif dalam menemukan konsep biologi
B Jika materi dalam modul pembelajaran mampu mengajak sebagian besar
mencaritahu pembelajaran siswa aktif dalam menemukan konsep biologi
C Jika materi dalam modul pembelajaran cukup mampu mengajak
beberapa siswa aktif dalam menemukan konsep biologi
K Jika materi dalam modul pembelajaran tidak mampu mengajak sebagian
besar siswa aktif dalam menemukan konsep biologi
SK Jika materi dalam modul pembelajaran tidak mampu mengajak semua
siswa aktif dalam menemukan konsep biologi
9 Potensi Materi SB
B
Keanekaragaman menyampaikan
C
Hayati TNGM potensi K
dalam materi keanekaragaman SK

hayati TNGM
sebagai bentuk
penguatan
pengetahuan potensi
lokal terhadap siswa
Materi mengenalkan SB
TNGM sebagai B
C
bagian dari usaha
K
pelestarian SK
keanekaragaman
hayati yang ada di
kawasan Gunung
Merapi
10 Nilai-nilai kearifan Materi SB
B
lokal dalam materi menyampaikan
C
nilainilai kearifan K
lokal masyarakat di SK

TNGM yang penting


bagi pembentukan
pengetahuan dasar
siswa dan sebagai
nilai untuk
pendidikan
konservasi
Aspek Penyajian Penjabaran
Kriteria Indikator
11 Organisasi penyajian Penyajian materi SB Jika penyajian materi modul pembelajaran tersusun memenuhi empat
umum sistematis, logis sifat tersebut.
B Jika penyajian materi modul pembelajaran tersusun memenuhi tiga sifat
sederhana dan jelas dari empat tersebut.
C Jika penyajian materi modul pembelajaran tersusun memenuhi dua sifat
dari empat tersebut.
K Jika penyajian materi modul pembelajaran tersusun memenuhi satu sifat
dari empat tersebut.
SK Jika penyajian materi modul pembelajaran tersusun tidak memenuhi
keempat sifat tersebut.
Penyajian modul SB Jika penyajian modul sangat memenuhi kriteria kelengkapan modul
B Jika penyajian modul memenuhi kriteria kelengkapan modul
memenuhi kriteria
C Jika penyajian modul cukup memenuhi kriteria kelengkapan modul
kelengakapan modul K Jika penyajian modul kurang memenuhi kriteria kelengkapan modul
SK Jika penyajian modul tidak memenuhi kriteria kelengkapan modul
12 Penyajian Mendukung siswa SB Jika penjabaran materi modul pembelajaran sangat mendukung siswa
mempertimbangkan untuk memahami untuk memahami konsep
B Jika penjabaran materi modul pembelajaran mendukung siswa untuk
kebermaknaan dan konsep memahami konsep
kebermanfaatan C Jika penjabaran materi modul pembelajaran cukup mendukung siswa
untuk memahami konsep
K Jika penjabaran materi modul pembelajaran kurang mendukung siswa
untuk memahami konsep
SK Jika penjabaran materi modul pembelajaran tidak mendukung siswa
untuk memahami konsep
Mengaitkan satu SB Jika penjabaran materi modul pembelajaran sangat mengaitkan satu
konsep dengan konsep dengan konsep yang lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena
B Jika penjabaran materi modul pembelajaran mengaitkan satu konsep
konsep yang lainnya dengan konsep yang lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena
dalam menjelaskan C Jika penjabaran materi modul pembelajaran cukup mengaitkan satu
konsep dengan konsep yang lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena
suatu fenomena
K Jika penjabaran materi modul pembelajaran kurang mengaitkan satu
konsep dengan konsep yang lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena
SK Jika penjabaran materi modul pembelajaran tidak mengaitkan satu
konsep dengan konsep yang lainnya dalam menjelaskan suatu fenomena
13. Mengembangkan Kegiatan yang SB Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran sangat
proses pembentukan terdapat dalam mendorong siswa untuk mengalami secara langsung
B Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran mendorong
pengetahuan modul pembelajaran siswa untuk mengalami secara langsung
mendorong siswa C Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran cukup
mendorong siswa untuk mengalami secara langsung
untuk mengalami
K Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran kurang
secara langsung mendorong siswa untuk mengalami secara langsung
SK Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran tidak mendorong
siswa untuk mengalami secara langsung
Kegiatan yang SB Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran sangat
terdapat dalam mendorong siswa untuk mempelajari potensi lokal
B Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran mendorong
modul pembelajaran siswa untuk mempelajari potensi lokal
mendorong siswa C Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran cukup
mendorong siswa untuk mempelajari potensi lokal
untuk mempelajari K Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran kurang
potensi lokal mendorong siswa untuk mempelajari potensi lokal
SK Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran tidak mendorong
siswa untuk mempelajari potensi lokal
Kegiatan yang SB Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran sangat
terdapat dalam mendorong siswa untuk menganalisis hubungan konsep dengan keadaan
lingkungan sekitar
modul pembelajaran B Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran mendorong
mendorong siswa siswa untuk menganalisis hubungan konsep dengan keadaan lingkungan
untuk menganalisis sekitar
C Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran cukup
hubungan konsep mendorong siswa untuk menganalisis hubungan konsep dengan keadaan
dengan keadaan lingkungan sekitar
K Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran kurang
lingkungan sekitar
mendorong siswa untuk menganalisis hubungan konsep dengan keadaan
lingkungan sekitar
SK Jika kegiatan yang terdapat dalam modul pembelajaran tidak mendorong
siswa untuk menganalisis hubungan konsep dengan keadaan lingkungan
sekitar
14 Tampilan umum Desain modul SB Jika penyajian modul pembelajaran memenuhi empat sifat tersebut.
B Jika penyajian modul pembelajaran memenuhi tiga sifat dari empat
pembelajaran
tersebut
(konsisten, C Jika penyajian modul pembelajaran memenuhi dua sifat dari empat
terformat, tersebut.
K Jika penyajian modul pembelajaran memenuhi satu sifat dari empat
terorganisasi dan
tersebut.
memiliki daya tarik) SK Jika penyajian modul pembelajaran tidak memenuhi keempat sifat
tersebut.
Judul, gambar, dan SB Jika judul, gambar, dan keterangan gambar dalam modul pembelajaran
keterangan gambar sesuai dengan konsep
B Jika judul, gambar, dan keterangan gambar dalam modul pembelajaran
dalam modul sesuai dengan konsep
pembelajaran sesuai C Jika judul, gambar, dan keterangan gambar dalam modul pembelajaran
cukup sesuai dengan konsep
dengan konsep
K Jika judul, gambar, dan keterangan gambar dalam modul pembelajaran
kurang sesuai dengan konsep
SK Jika judul, gambar, dan keterangan gambar dalam modul pembelajaran
tidak sesuai dengan konsep
Pemilihan jenis SB Jika pemilihan jenis ukuran huruf (font) sangat sesuai dan sangat mudah
ukuran huruf (font) untuk dibaca
B Jika pemilihan jenis ukuran huruf (font) sesuai dan mudah untuk dibaca
sesuai dan mudah C Jika pemilihan jenis ukuran huruf (font) cukup sesuai dan cukup mudah
untuk dibaca untuk dibaca
K Jika pemilihan jenis ukuran huruf (font) kurang sesuai dan kurang
mudah untuk dibaca
SK Jika pemilihan jenis ukuran huruf (font) tidak sesuai dan tidak mudah
untuk dibaca
Cetakan modul jelas SB Jika cetakan modul sangat jelas sehingga sangat mudah untuk dibaca
B Jika cetakan modul jelas sehingga mudah untuk dibaca
C Jika cetakan modul cukup jelas sehingga cukup mudah untuk dibaca
K Jika cetakan modul kurang jelas sehingga kurang untuk dibaca
SK Jika cetakan modul tidak jelas sehingga tidak mudah untuk dibaca
15 Kelengkapan modul Modul dilengkapi SB Jika modul dilengkapi halaman cover utama dan halaman pembuka yang
pembelajaran halaman cover sangat benar dan sangat sesuai
B Jika modul dilengkapi halaman cover utama dan halaman pembuka yang
utama dan halaman benar dan sesuai
pembuka C Jika modul dilengkapi halaman cover utama dan halaman pembuka yang
cukup benar dan cukup sesuai
K Jika modul dilengkapi halaman cover utama dan halaman pembuka yang
tidak benar dan tidak sesuai
SK Jika modul tidak dilengkapi halaman cover utama dan halaman pembuka
Modul dilengkapi SB Jika terdapat kata pengantar yang susunan kalimatnya sangat jelas
B Jika terdapat kata pengantar yang susunan kalimatnya jelas
dengan kata
C Jika terdapat kata pengantar yang susunan kalimatnya cukup jelas
pengantar K Jika terdapat kata pengantar yang susunan kalimatnya tidak jelas
SK Jika tidak terdapat kata pengantar
Modul memiliki SB Jika modul memiliki peta konsep yang sangat sesuai dengan materi
B Jika modul memiliki peta konsep yang sesuai dengan materi
peta konsep
C Jika modul memiliki peta konsep yang cukup sesuai dengan materi
K Jika modul memiliki peta konsep yang kurang sesuai dengan materi
SK Jika modul tidak memiliki peta konsep yang sesuai dengan materi
Modul pembelajaran SB Jika modul pembelajaran dilengkapi dengan tujuan pembelajaran dan
dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya yang sangat mudah dipahami
B Jika modul pembelajaran dilengkapi dengan tujuan pembelajaran dan
tujuan pembelajaran petunjuk penggunaannya yang mudah dipahami
dan petunjuk C Jika modul pembelajaran dilengkapi dengan tujuan pembelajaran dan
petunjuk penggunaannya yang cukup mudah dipahami
penggunaan
K Jika modul pembelajaran dilengkapi dengan tujuan pembelajaran dan
petunjuk penggunaannya yang sulit dipahami
SK Jika modul pembelajaran tidak dilengkapi dengan tujuan pembelajaran
dan petunjuk penggunaan
Modul pembelajaran SB Jika modul pembelajaran dilengkapi dengan empat kompetensi dari
dilengkapi dengan Kompetensi Inti (KI) kurikulum 2013
B Jika modul pembelajaran hanya dilengkapi dengan tiga kompetensi dari
Kompetensi Inti Kompetensi Inti (KI) kurikulum 2013
(KI) kurikulum 2013 C Jika modul pembelajaran hanya dilengkapi dengan dua kompetensi dari
Kompetensi Inti (KI) kurikulum 2013
sebagai acuan
K Jika modul pembelajaran hanya dilengkapi dengan satu kompetensi dari
pengembangan Kompetensi Inti (KI) kurikulum 2013
materi SK Jika modul pembelajaran tidak dilengkapi dengan keempat kompetensi
dari Kompetensi Inti (KI) kurikulum 2013
Modul pembelajaran SB Jika modul pembelajaran dilengkapi dengan Kompetensi Dasar (KD)
dilengkapi dengan dari empat Kompetensi Inti (KI) kurikulum 2013
B Jika modul pembelajaran dilengkapi dengan Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Dasar dari hanya tiga Kompetensi Inti (KI) kurikulum 2013
(KD) kurikulum C Jika modul pembelajaran dilengkapi dengan Kompetensi Dasar (KD)
dari hanya dua Kompetensi Inti (KI) kurikulum 2013
2013 sebagai acuan
K Jika modul pembelajaran dilengkapi dengan Kompetensi Dasar (KD)
pengembangan dari hanya satu Kompetensi Inti (KI) kurikulum 2013
materi SK Jika modul pembelajaran tidak dilengkapi dengan Kompetensi Dasar
(KD) dari kurikulum 2013
Modul memiliki SB Jika memiliki daftar isi yang sangat benar dan sangat sesuai
B Jika memiliki daftar isi yang benar dan sesuai
daftar isi
C Jika memiliki daftar isi yang cukup benar dan cukup sesuai
K Jika memiliki daftar isi yang tidak benar dan tidak sesuai
SK Jika tidak memiliki daftar isi
Modul SB Jika modul menyampaikan isi materi sangat sesuai dengan konsep yang
menyampaikan isi dikembangkan
B Jika modul menyampaikan isi materi sesuai dengan konsep yang
materi sesuai dengan dikembangkan
konsep yang C Jika modul menyampaikan isi materi cukup sesuai dengan konsep yang
dikembangkan
dikembangkan
K Jika modul menyampaikan isi materi kurang sesuai dengan konsep yang
dikembangkan
SK Jika modul menyampaikan isi materi tidak sesuai dengan konsep yang
dikembangkan
Modul dilengkapi SB Jika modul dilengkapi dengan kolom info untuk penyajian informasi
dengan kolom info yang sangat terkait dengan materi biologi yang disampaikan
B Jika modul dilengkapi dengan kolom info untuk penyajian informasi
untuk penyajian yang terkait dengan materi biologi yang disampaikan
informasi tentang C Jika modul dilengkapi dengan kolom info untuk penyajian informasi
yang cukup terkait dengan materi biologi yang disampaikan
materi biologi yang
K Jika modul dilengkapi dengan kolom info untuk penyajian informasi
terkait yang kurang terkait dengan materi biologi yang disampaikan
SK Jika modul tidak dilengkapi dengan kolom info untuk penyajian
informasi
Modul memiliki SB Jika modul memiliki rangkuman yang sangat terkait dengan materi di
rangkuman materi di setiap akhir bab
B Jika modul memiliki rangkuman yang terkait dengan materi di setiap
setiap akhir bab akhir bab
C Jika modul memiliki rangkuman yang cukup terkait dengan materi di
setiap akhir bab
K Jika modul memiliki rangkuman yang kurang terkait dengan materi di
setiap akhir bab
SK Jika modul tidak memiliki rangkuman di setiap akhir bab
Modul dilengkapi SB Jika modul dilengkapi dengan soal evaluasi di setiap akhir bab yang
dengan soal evaluasi sangat sesuai untuk mengukur pencapaian siswa tentang materi
B Jika modul dilengkapi dengan soal evaluasi di setiap akhir bab yang
di setiap akhir bab sesuai untuk mengukur pencapaian siswa tentang materi
untuk mengukur C Jika modul dilengkapi dengan soal evaluasi di setiap akhir bab yang
cukup sesuai untuk mengukur pencapaian siswa tentang materi
pencapaian siswa
K Jika modul dilengkapi dengan soal evaluasi di setiap akhir bab yang
tentang materi kurang sesuai untuk mengukur pencapaian siswa tentang materi
SK Jika modul tidak dilengkapi dengan soal evaluasi di setiap akhir bab

Aspek Bahasa Penjabaran


Kriteria Indikator
16 Bahasa Indonesia Kalimat SB Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran
yang baik dan benar menggunakan sangat memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
kaidah bahasa B Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran
Indonesia yang baik memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai aturan
dan benar sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
C Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran cukup
aturan Ejaan Yang memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai aturan
Disempurnakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
K Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran
(EYD)
sedikit memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
SK Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran tidak
memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai aturan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
17 Kejelasan bahasa Bahasa yang SB Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran
digunakan memenuhi tiga sifat tersebut.
B Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran
sederhana, lugas dan sederhana dan mudah dipahami
mudah dipahami C Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran lugas
dan mudah dipahami
K Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran
memenuhi hanya satu sifat tersebut.
SK Jika bahasa yang digunakan dalam penulisan modul pembelajaran tidak
memenuhi ketiga sifat tersebut.
18 Kesesuaian bahasa Kalimat yang SB Jika kalimat yang digunakan dalam modul pembelajaran sangat
disajikan komunikatif dan interaktif
B Jika kalimat yang digunakan dalam modul pembelajaran komunikatif
komunikatif dan dan interaktif
interaktif C Jika kalimat yang digunakan dalam modul pembelajaran cukup
komunikatif dan interaktif
K Jika kalimat yang digunakan dalam modul pembelajaran kurang
komunikatif dan interaktif
SK Jika kalimat yang digunakan dalam modul pembelajaran tidak
komunikatif dan interaktif
Pemilihan kata dan SB Jika pemilihan kata dan penggunaan kalimat sangat sesuai dengan
penggunaan kalimat kemampuan bahasa siswa tingkat SMA
B Jika pemilihan kata dan penggunaan kalimat sesuai dengan kemampuan
sesuai dengan Bahasa siswa tingkat SMA
kemampuan bahasa C Jika pemilihan kata dan penggunaan kalimat cukup sesuai dengan
kemampuan bahasa siswa tingkat SMA
siswa tingkat SMA
K Jika pemilihan kata dan penggunaan kalimat kurang sesuai dengan
kemampuan bahasa siswa tingkat SMA
SK Jika pemilihan kata dan penggunaan kalimat tidak sesuai dengan
kemamapuan bahasa siswa tingkat SMA

Anda mungkin juga menyukai