glukosa sedangkan pada fruktosa pada atom C nomor 2. Jika atom-atom tersebut
saling mengikat maka daya reduksinya akan hilang, seperti apa yang terjadi pada
sakarosa.
Larutan yang dipergunakan untuk menguji daya mereduksi suatu disakarida adalah
larutan benedict. Unsur atau ion yang penting yang terdapat pada larutan tersebut
adalah Cu2+ yang berwarna biru. Gula reduksi akan mengubah atau mereduksi ion
Cu2+ menjadi Cu+ (Cu2O) yang mengendap dan berwarna merah bata. Zat
pereduksi itu sendiri akan berubah menjadi asam.
2. Pengaruh asam
Monosakarida stabil terhadap asam mineral encer dan panas. Asam yang pekat
akan menyebabkan dehidrasi menjadi furfural, yaitu suatu turunan aldehid.
3. Pengaruh alkali
Larutan basa encer pada suhu kamar akan mengubah sakarida. Perubahan ini
terjadi pada atom C anomerik dan atom C tetangganya tanpa mempengaruhi atomatom C lainnya. Jika D-glukosa dituangi larutan basa encer maka sakarida itu akan
berubah menjadi campuran: D-glukosa, D-manosa, D-fruktosa. Perubahan menjadi
senyawaan tersebut melalui bentuk-bentuk enediolnya. Bilamana basa yang
digunakan berkadar tinggi maka akan terjadi fragmentasi atau polimerisasi.
Sehingga monosakarida akan mudah mengalami dekomposisi dan menghasilkan
pencoklatan non-enzimatis bila dipanaskan dalam suasana basa. Tetapi pada
disakarida dalam suasana sedikit basa akan lebih stabil terhadap reaksi hidrolisis.
(Soeharsono,1978)
Menurut kompleksitasnya karbohidrat digolongkan sebagai berikut :
1. Monosakarida
Monosakarida adalah monomer gula atau gula yang tersusun dari satu molekul gula
berdasarkan letak gugus karbonilnya monosakarida dibedakan menjadi : aldosa dan
ketosa. Sedang kan menurut jumlah atomnya dibedakan menjadi : triosa , tetrosa,
dll. Monosakarida yang mengandung gugus aldehid dan gugus keton dapat
mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi seperti : ferrisianida, hidrogen peroksida
dan ion cupro. Pada reaksi ini gula direduksi pada gugus karbonilnya oleh senyawa
pengoksidasi reduksi. Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk
mareduksi. Sifat mereduksi ini disebabkan adanya gugus hidroksi yang bebas dan
reaktif. ( lehninger, 1982)
hexoses
Sifat-sifat monosakarida
1. Semua monosakarida zat padat putih, mudah larut dalam air.
2. Larutannya bersifat optis aktif.
3. Larutan monosakarida yg baru dibuat mengalami perubahan sudut putaran
disebut mutarrotasi.
4. Semua monosakarida merupakan reduktor sehingga disebut gula pereduksi.
2. Disakarida
Tersusun oleh dua molekul monosakarida. Jika jumLahnya lebih dari dua disebut
oligosakarida ( terdiri dari 2-10 monomer gula ). Ikatan antara dua molekul
monosakarida disebut ikatan glikosidik yang terbentuk dari gugus hidroksil dari
atom C nomer 1 yang juga disebut karbon nomerik dengan gugus hidroksil pada
molekul gula yang lain. Ada tidaknya molekul gula yang bersifat reduktif tergantung
dari ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif yang terletak pada atom C
nomer 1 sedangkan pada fruktosa teeletak pada atom C nomer 2. Sukrosa tidak
mempunyai gugus hidroksil yang reaktif karena kedua gugus reaktifnya sudah
saling berikatan. Pada laktosa karena mempunyai gugus hidroksil bebas pada
molekul glukosanya maka laktosa bersifat reduktif .
3. Polisakarida
Polisakarida adalah polimer yang tersusun oleh lebih dari lima belas monomer gula.
Dibedakan menjadi dua yaitu homopolisakarida dan heteropolisakarida.
Monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis, sehingga disebut dengan
"gula". Rasa manis ini disebabkan karena gugus hidroksilnya,. Sedangkan
Polisakarida tidak terasa manis karena molekulnya yang terlalu besar tidak dapat
dirasa oleh indera pengecap dalam lidah (Sudarmadji, 1996).
Ciri- ciri umum Polisakarida, yakni :
Merupakan polimer unit monosakarida
Unit monomer bisa :
o Homopolisakarida
o Heteropolisakarida
Berbeda antara satu dgn yg lain pada unit penyusunnya, ikatan yang
dihasilkan oleh galaktosa adakah tidak larut. Sifat ini membedakan dari karbohidrat
lain.
Menambahkan
mencampurkan
b.
10 gr Karbohidrat
Tes Fermentasi
Air 37o C
melarutkan
2 ml reagen Benedict
Menambahkan dalam tabung reaksi tahan panas
Mengocok
2 ml larutan Barfoed
Mengocok
Meletakkan dalam penangas air mendidih
Meletakkan tabung reaksi dalam air mendidih, 20 menit
Mencatat waktu untuk perubahan warna dan banyaknya endapan
6.6 Tes terhadap Monosakarida
a.
0,2 ml 0,1% larutan sampel
Tes Selliwanof
Reagen selliwanof
Mengocok
Meletakkan dalam penangas air mendidih
Mencatat waktu untuk perubahan warna atau transparansi
Meninggalkan tabung dalam penangas selama 10 menit, mencatat reaksi.
Melakukan tes terhadap glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa
b.
1 tetes iodine 0,01 M encer
Tes Iodin
a.
b. Tes Fermentasi
Perlakuan
Hasil
Melarutkan 0,1 gr glukosa, menguji dalam 37o C air, menambahkan 1 ml suspense
yeast segar, mengincubasi.
a. 15 menit pertama: tidak ada gelembung gas
Berwarna Biru
Galaktosa
Berwarna Biru
Laktosa
Berwarna Biru
Pati
Berwarna Biru
c. Tes Ba
3. Tes terhadap Monosakarida
1. Tes Selliwanof
0,2 ml
Reaksi dengan 2 ml reagen selliwanof setelah pemanasan
Glukosa
Berwarna bening kekuningan
Fruktosa
Berwarna merah
Maltosa
Berwarna bening
Sukrosa
Berwanrna orange
2. Tes Iodin
1 tetes
Reaksi dengan 1 tetes Iodin 0,01 ml pada cawan
Glukosa
kuning
Maltosa
kuning
Sukrosa
kuning
Pati
hitam
4. Identifikasi Terhadap Unknown Karbohidrat
Unknown A
Iodin
Selliwanof
Berwarna kuning
Warna bening, tidak terjadi perubahan warna
6.5 Pembahasan
Karbohidrat adalah polisakarida, merupakan sumber energi utama pada makanan.
Nasi, ketela, jagung adalah beberapa contoh makanan mengandung karbohidrat.
Penyusun utama karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen (C, H, O) dengan
rumus umum Cn(H2O)n. Karena inilah maka nama karbohidrat diberikan.
Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat. Atom karbon yang mengikat
hidrat (air).
Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya,
yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida adalah rantai
pendek unit monosakarida yang terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang
digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen dan biasanya bersifat larut dalam air.
Polisakarida adalah polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan
monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida (a=alfa).
Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi
lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi
lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi
misalnya, mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida
untuk menghasilkan energi.
Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik yang
memberikan senyawa berwarna. Perlu dicatat bahwa tes ini dengan yang
menyertainya memerlukan larutan karbonhidrat 0.1%. Ini di hasilkan dari
pengenceran larutan 1% yang digunakan (pelarutan 1: 10).
Dalam percobaan dilakukan penambahan 2 tetes reagen molisch pada 2 ml larutan
0,1 % larutan sampel. Sampel karbohidrat yang digunakan dalam percobaan ini
adalah glukosa, sukrosa, dan pati. Dilakukan pencampuran dengan baik, kemudian
dilakukan penambahan 3 ml asam sulfat. Dari perlakuan tersebut, diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Glukosa + 2 tetes molisch, berwarna agak merah muda. Setelah penambahan
asal sulfat, warna menjadi bening keunguan dengan endapan ungu.
b. sukrosa+ 2 tetes molisch, campuran berwarna bening agak merah muda. Setelah
penambahan asal sulfat, warna menjadi ungu kehitaman.
c. Pati + 2 tetes molisch, campuran berwarna putih bening. Setelah penambahan
asal sulfat, warna menjadi Ungu muda dan endapan ungu
Teori yang mendasari percobaan ini adalah penambahan asam organik pekat,
misalanya H2SO4 menyebabakan karbohidrat terhidrolisis menjadi monosakarida.
Selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi dengan asam
tersebut menjadi furfural, semantara golongan heksisosa menjadi hidroksimultifurfural. Pereaksi molisch yang terdiri dari a-naftol dalam alkohol akan bereaksi
dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
Prinsip dari uji ini adalah Asam sulfat pekat menghidrolisa ikatan glikosida merubah
monosakarida menjadi furfural dan devirat-deviratnya. Kemudian akan bergabung
dengan -naphtol tersulfonasi menghasilkan kompleks berwarna purple (ungu).
Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang negatif
menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Warna
ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangka warna hijau adalah
negatif.
Apabila larutan karbohidrat diberi beberapa tetes pelarut Molisch (alfa naftol dalam
etanol) kemudian ditambah asam sulfat pekat secukupnya sehingga terbentuk 2
lapisan cairan, maka pada bidang batas kedua lapisan tersebut akan terbentuk
cincin ungu yang disebut kwnoid. Terdapat dua lapisan dalam tabung reaksi, lapisan
ungu dibagian atas dan lapisan hitam dibagian bawah. Pereaksi Molisch membentuk
cincin yaitu pada larutan glukosa, sukrosa, dan pati menghasilkan cincin berwarna
ungu pada larutan karbohidrat, yang dalam praktikum digunakan glukosa, sukrosa,
dan pati. Hal ini menunjukkan bahwa uji molish sangat spesifik untuk membuktikan
adanya golongan monosakarida, disakarida dan polisakarida pada larutan
karbohidrat. Apabila larutan gula yang diberi pereaksi ini dipanaskan terlalu lama
maka dapat menyebabkan cincin ungu terjadi lebih cepat.
Dari hasil yang diperoleh dalam percobaan menunjukkan bahwa glukosa, sukrosa
dan peti merupakan karbohidrat.
Karbohidrat secara kualitatif dapat dikenali dengan melakukan beberapa uji.
Karbohidrat memberikan reaksi positif dengan uji molish. Prinsip reaksi ini adalah
dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa
menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa
menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang
merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan -naftol
dalam pereaksi molish.
2. Tes Fermentasi
Pada uji fermentasi, karbohidrat difermentasi dengan ragi dalam waktu yang
singkat, tetapi biasanya memerlukan 2-3 jam untuk memperoleh hasil maksimal.
Hasil dari inkubasi yang lebih lama memungkinkan aktivitas bakteri, bukan ragi
(yeast) dan dipertimbangkan sebagai hasil negative.
Pada tes fermentasi gas CO2 yang dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada
monosakarida, khususnya glukosa. Hal ini menunjukkan bahwa monosakarida lebih
reaktif dari disakarida ataupun polisakarida. Selain itu, Pati dan disakarida lainnya
merupakan molekul yang relatif lebih besar dibandingkan dengan monosakarida
sehingga kemampuan ragi untuk mencerna atau mengubah pati tersebut menjadi
etil alkohol dan karbon dioksida lebih banyak memerlukan energi dan waktu yang
lebih lama.
Pada uji fermentasi ini, terjadi reaksi anaerob yaitu reaksi glikolisis yang akan
menghasillkan etanol dan CO2. Percobaan ini untuk melihat perbedaan reaksi
glikolisis tanpa atau dengan inhibitor. Sebelum tabung reaksi di letakkan dalam
penangas air, glikolisis yang terjadi ditandai terbentuknya etanol dan gas CO2. Dari
hasil pengamatan jika larutan tersebut semakin lama dipanaskan maka warnanya
akan semakin bening sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berupa cairan
keruh dan lapisan bawah berupa endapan berwarna putih. Tetapi belum terdapat
gelembung gas pada 15 menit pertama.
Proses ini dapat berlangsung baik karena enzim yang terdapat pada ragi masih
aktif. Pada waktu 15 menit kedua, juga belum terdapat endapan. Hal ini mungkin
dikarenakan tabung reaksi masih belum lama dimasukkan dalam penangas air.
Setelah tabung reaksi berisi larutan diletakkan dalam penangas air dalam waktu
yang lebih lama, yaitu setelah 15 menit ketiga dan terakhir, glikolisis yang terjadi
dihambat dengan cara menambahkan air panas (mendidih) pada ragi. Suhu panas
karena air panas tersebut menyebabkan enzim rusak, enzim terdenaturasi pada
suhu tinggi. Akibatnya reaksi glikolisis tidak berjalan dan ditandai dengan tidak
terbentuknya gelembung CO2.
3. Tes Benedict
Tes ini biasa digunakan dalam tes aldehid. Di samping itu juga dapat digunakan
untuk membedakan karbonhidrat yang mengandung gugus reduksi dari yang tidak
mengandung gugus reduksi. Reagen Benedict mengandung CuSO4, natrium sitrat,
dan natrium karbonat dan di dalam larutan alkalin, larutan tersebut tidak
mengkatalisasis reagen Benedict menunjukkkan tes positif.
Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan
laktosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil
negatif. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk
ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton
rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai
macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif
dinamakan gula pereduksi.
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid
dengan kuprooksida yang berwarna merah bata. Larutan tembaga alkalis akan
direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas dengan
membentuk kuprooksida yang berwarna. Gula pereduksi beraksi dengan pereaksi
menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat gugus
aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang
menentukan karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan.
Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton
bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat
atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai
dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya
endapan.
Dari percobaan diperoleh hasil positif pada larutan glukosa, maltosa dan fruktosa.
Hal ini terjadi karena glukosa, maltosa dan fruktosa memiliki gugus yang masih
memiliki ujung rantai yang bebas dan iktan antar karbonnya cukup lemah sehingga
mudah lepas karena pemanasan. Uji benedict merupakan uji umum untuk
karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas, seperti yang terdapat
pada laktosa dan maltosa.
4. Tes Barfoed
Uji Barfoed itu adalah uji kimia untuk mendeteksi adanya monosakarida. Dasarnya
adalah reduksi cuprum asetat menjadi cuprum oksida (ada endapan merahnya
nanti). Kelompok aldehid dari monosakarida teroksidasi menjadi karboksilat.
Pereaksi Barfoed terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan
digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida, contohnya
pada fruktosa dan sukrosa.
Reagen Barfoed mengandung tembaga (II) asetat di dalam larutan laktat. Asam
tidak cukup kuat untuk menghidrolisis karbonhidrat. Tingkat reaksi (yang
5. Tes Selliwanof
Reagen ini mengandung resorsional dalam HCl 6M. reaksi melibatkan perubahan
warna oleh karena reaksi antara furfural atau hidroxymenthyl furfural dan
resorsinol. Reaksi ini berlangsung sangat cepat dengan beberapa zat dan lebih
lambat dengan yang lain. HCl dapat menghidrolisis beberapa senyawa yang tidak
memberikan hasil reaksi positif untuk menghasilkan zat yang dapat memberikan tes
positif untuk menghasilkan.
Uji seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus
keton atau disebut juga ketosa. Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh
HCl panas menjadi asm levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan
karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada
larutannya.
Pada percobaan, ketika ke dalam reagen Seelliwanof pada tabung reaksi
ditambahkan larutan karbohidrat, masing-masing 2 tetes glukosa, fruktosa,
maltosa, dan sukrosa, kemudian dipanaskan, diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Reagen Selliwanof + glukosa : warna menjadi bening kekuningan
b. Reagen Selliwanof + fruktosa : warna menjadi merah
c. Reagen Selliwanof + maltosa : warna menjadi bening
d. Reagen Selliwanof + sukrosa : warna menjadi orange
Berdasarkan teori, warna merah bata yang terjadi pada larutan menunjukkan rekasi
positif. Dalam hal ini berarti sukrosa memberikan reaksi positif terhadap reagen
Selliwanof. Sukrosa memiliki gugus keton, sehingga mampu bereaksi positif dengan
asam (HCl yang terdapt pada reagen selliwanof). Bila sukrosa dihidrolisis maka akan
terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Sedangkan larutan lainnya
menunjukkan hasil negatif.
Ketosa akan didehidrasi lebih cepat dari aldosa. Reaksi seliwanof disebabkan
perubahan fruktosa oleh HCl panas menjadi levulinat dan hidroksimetil fultural,
selanjutnya kondensasi hikroksimetil dengan resersinal akan menghasilkan
senyawa. Sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa akan memberikan reaksi
yang positif. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan
menghasikan warna merah pada larutannya. Pada sampel yang digunakan, hasil
yang menunjukkan karbohidrat yang mengandung gugus keton adalah glukosa dan
maltosa karena larutan yang dihasilkan berwarna bening agak kemerahan.
Sedangkan pada fruktosa dan sukrosa larutan berwarna kuning atau orange.
Fruktosa merupakan ketosa, dan sukrosa terbentuk atas glukosa dan fruktosa,
sehingga reaksi dengan pereaksi selliwanof menghasilkan senyawa berwarna jingga
atau orange.
Berikut reaksinya :
CH2OH OH O OH OH
+HCl
H CH2OH H2C CH + kompleks
6. Tes Iodin
Beberapa polisakarida akan bereaksi dengan lodine untuk memberikan warna. Pati
memberikan warna biru gelap, dextrin menghasilkan warna merah, gelikogen
memberikan warna coklat kemerahan. Sellulose, disakarida, dan monosakarida
tidak memberikan warna dengan lodine.
Pada uji iodine yang dilakukan terhadap glukosa, maltosa, sukrosa dan pati,
diperoleh hasil reaksi sebagai berikut:
a. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan glukosa: campuran berwarna kuning;
b. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan maltosa: campuran berwarna kuning;
c. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan sukrosa: campuran berwarna kuning;
d. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan pati: campuran berwarna hitam;
Dari hasil tersebut, hanya pati yang menunjukkan reaksi positif bila direaksikan
dengan iodine. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit
glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi
pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk
kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga
menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Dalam percobaan, warna
biru tua yang terbentuk sangat pekat, mendekati hitam atau berwarna hitam.
Sedangkan pada glukosa, sukrosa, dan maltosa tidak bereaksi dengan iodine. Hal ini
dibuktikan karena larutannya berwarna kuning bening. Pada uji iodine, kondensasi
iodine dengan karbohidrat, selain monosakarida dapat menghasilkan warna yang
khas. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru, sedangkan dengan
glikogen akan membentuk warna merah.
fi9p19
Warna biru pekat (hitam) pada amilum tersebut merupakan indikasi bahwa terjadi
proses hidrdolisis sempurna amilum menjadi glukosa. Sedangkan pada sukrosa,
maltosa, dan glukosa tidak terjadi hidrolisis. Hal ini ditunjukkan dengan uji Iodin
negatif, karena glukosa, maltosda dan sukrosa jika diuji dengan pereaksi Iodin akan
memberikan hasil negative.
Dalam amilum terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut dalam
air dingin dan amilopektin yang larut dalam air dingin. Ketika amilum dilarutkan
dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul yang
bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler. Micelles ini
dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan memberikan warna
biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan
saling menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi
mengikat I2.
VI. Kesimpulan
6.1 Karbohidrat secara kualitatif dapat dikenali dengan melakukan beberapa uji.
Karbohidrat memberikan reaksi positif dengan uji molish. Prinsip reaksi ini adalah
dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.
6.2 Pada ters fermentasi, suhu panas karena air panas menyebabkan enzim rusak,
enzim terdenaturasi pada suhu tinggi. Akibatnya reaksi glikolisis tidak berjalan dan
ditandai dengan tidak terbentuknya gelembung CO2.
6.3 Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa,
dan laktosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil
negatif. Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau
merah bata serta adanya endapan.
6.4 Dalam percobaan yang dilakukan, tidak terjadi perubahan warna pada
campuran larutan Barfoed dengan glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa, galaktosa,
laktosa maupun pada pati. Warna campuran tetap berwarna biru. Monomer gula
bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru.
6.5 Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asm
levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung
gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya. Uji seliwanof dapat
membedakan sukrosa dan fruktosa karena fruktosa akan diakibatkan oleh asam
chlorida panas menjadi asam levulinat dan hidroksimetil fultural, sedangkan sukrosa
mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa memberikan reaksi yang positif.
6.6 Beberapa polisakarida akan bereaksi dengan lodine untuk memberikan warna.
Dari hasil percobaan, hanya pati yang menunjukkan reaksi positif bila direaksikan
dengan iodine. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit
glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi
pada tiap unit glukosanya.
6.7 Pada identifikasi terhadap unknown karbohidrat ini, dimaksudkan untuk
mengetahui apakah zat-zat yang telah dieksperimenkan atau diuji sebelumnya
sama atau terdapat dalam sampel unknown karbohidrat. Unknown A merupakan
karbohidrat.
Daftar Pustaka
Campbell, N.A.Reece, J.B.Mitchell, L.G., 2002. Biologi Jilid 1, diterjemahkan oleh R.
Lestari dkk., Jakarta: Erlangga.
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Girindra, A. 1983. Biokimia I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
K. Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Penerjemah Maggy Thenawijaya.
Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Press.