STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. Umur
d. Pekerjaan/Pendidikan
e. Alamat
II.
: An. Mischa
: Perempuan
: 2 Tahun 8 Bulan
: Belum Sekolah
: RT 06 No 41 simpang empat sipin
: Sesak nafas
: Batuk Berdahak, demam
:
VI.
VII.
Riwayat Imunisasi
BCG
:+
Polio
:+
DPT
:+
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit
2. Kesadaran
3. Suhu
4. Nadi
5. Pernafasan
- Frekuensi
- Irama
- Tipe
6. Kulit
- Turgor
- Lembab / kering
- Lapisan lemak
Campak
Hepatitis
Kesan
:
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk
Ekspresi
Simetri
2. Mata
:+
:+
: imunisasi lengkap
: normocephal
: biasa
: simetris
Exopthalmus/enophtal
: (-)
Kelopak
Conjungtiva
Sklera
Kornea
Pupil
3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut
: normal
: anemis (-)
: ikterik (-)
: normal
: bulat, isokor,
reflex cahaya +/+
Lensa
: normal, keruh (+)
: nafas cuping hidung (+), sianosis (-)
: tak ada kelainan, otoskopi tidak dilakukan
Bibir
: lembab, sianosis (-)
Bau pernafasan
: normal
Gigi geligi
: lengkap
Palatum
: deviasi (-)
Gusi
: warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir
: normal
Lidah
: putih kotor (-), hiperemis
pada pinggirnya (-), tremor
(-)
6. Leher
7. Thorax
Faring
: normal
Tonsil
: T1/T1
KGB
: tak ada pembengkakan
Kel.tiroid
: tak ada pembesaran
Bentuk
: simetris
Pergerakan dinding dada
:tidak ada yang
tertinggal
Pulmo
Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Kanan
Kiri
Simetris, retraksi dinding dada (-)
Stem fremitus menurun
Stem fremitus menurun
Redup
Redup
Batas paru-hepar :ICS VI
kanan
Wheezing (-), rhonki (+) :
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Auskultasi
8. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Timpani
Auskultasi
9. Ekstremitas Atas
- Akral hangat
10. Ekstremitas bawah
Akral hangat
XI.
- Rontgen thorax
Manajemen
a. Preventif :
- Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
- Immunisasi
- Menjaga kebersihan anak dan lingkungan
- Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
b. Promotif :
- Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu
- Immunisasi
c. Kuratif :
- Non medikamentosa :
Istirahat
Makan makanan yang bergizi
-
Medikamentosa
:
Antibiotik kotrimoksazol Sirup 2 x 1 cth
Antipiretik + Mukolitik P II 3 x 1 dalam serbuk
P II terdiri dari: PCT 166 mg
GG
25 mg
CTM 0,3 mg
: Eka Sepriani
Tanggal
: 30 september 2014
R/ Cotrymoksasol Sirup
No. I
s 2 dd 1 cth
R/ Paracetamol tab 166 mg
GG tab 25 mg
CTM tab 0,3 mg
M.f.pulv. dtd No. VI
S 3 dd pulv I
Pro
: AN. M
Alamat
: simpang IV sipin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Bronkopneumonia
adalah
peradangan
pada
paru
dimana
proses
Gambar 1. Bronkopneumonia
2.2 Epidemiologi
Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan
kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru
praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di
masyarakat (PK) atau di dalam rumah sakit/ pusat perawatan (pneumonia
nosokomial/ PN). 8
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12
8
kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat
infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di
Amerika adalah 10%. Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia
hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan
waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat
menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal
pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.6
2.3 Etiologi
Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus
merupakan tindakan yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan. Patogen
penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung :
a. Usia
b. Status imunologis
c. Status lingkungan
d. Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
e. Status imunisasi
f. Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi). 4
Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.colli, pseudomonas sp,
atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita pneumoni sering
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, H. influenzae, Stretococcus grup A, S.
aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut,
sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Gambar 2. E.colli
Gambar 3. Pseudomonas sp
Gambar 4. Klebsiella sp
Etiologi yan
Lahir - 20 hari
Bakteri
Bakteri
E.colli
Bakteri anae
Streptococcus grup B
Streptococcu
10
Listeria monocytogenes
Haemophillus influenza
Streptococcus pneumonie
Virus
CMV
HMV
3 miggu 3
Bakteri
Bakteri
bulan
Clamydia trachomatis
Bordetella pertusis
Streptococcus
Haemophillus
pneumonia
tipe B
Virus
Moraxella catharalis
Adenovirus
Staphylococcus aureus
Influenza
Virus
Parainfluenza 1,2,3
CMV
4 bulan 5
Bakteri
Bakteri
tahun
Clamydia pneumoniae
Haemophillus
influenza
influenza
tipe B
Mycoplasma pneumonia
Moraxella catharalis
Streptococcus
Staphylococcus aureus
pneumonia
Virus
Neisseria meningitides
Adenovirus
Virus
Rinovirus
Varisela Zoster
Influenza
11
Parainfluenza
5
tahun
remaja
Bakteri
Bakteri
Clamydia pneumoniae
Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumonia
Legionella sp
Streptococcus
Staphylococcus aureus
pneumonia
Virus
Adenovirus
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza
2.4 Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli
telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti
secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan. 4
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumoni)
Pneumonia interstitialis
b. Berdasarkan asal infeksi
Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired
pneumonia = CAP)
12
Epidemiologi
Pneumonia Komunitas
Pneumonia Nosokomial
Didahului perawatan di RS
Pneumonia Rekurens
Pneumonia Aspirasi
13
imun
onkologi, AIDS
2.5 Patogenesis
Istilah pneumonia mencangkup setiap keadaan radang paru dimana
beberapa atau seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Jenis
pneumonia yang umum adalah pneumonia bakterialis yang paling sering
disebabkan oleh pneumokokus. Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli,
membran paru mengalami peradangan dan berlubang-lubang sehingga cairan dan
bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar dari darah masuk kedalam
alveoli. Dengan demikian, alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi
dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi disebarkan oleh perpindahan bakteri dari
alveolus ke alveolus. 2
14
Mekanisme
pertahanan
imunologik
yang
membatasi
invasi
15
16
pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk dengan
nyeri dada.1,3,4,8
2.7 Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :
60 x/menit
50 x/menit
40 x/menit
28 x/menit
Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena.
17
Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat,dan jarang didapatkan hasil yang positif.
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok,
sekret nasofaring tidak memiliki nilai yang berarti. Diagnosis dikatakan definitif
bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.4
d. Pemeriksaan serologis
Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri
tipik mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosis
infeksi Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi
seperti antistreptolisin O, streptozim, atau antiDnase B. Uji serologik IgM dan
IgG antara fase akut dan konvalesen pada anak dengan infeksi pneumonia oleh
Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia memiliki hasil yang
memuaskan tetapi tidak bermakna pada keadaan pneumonia berat yang
memerlukan penanganan yang cepat.4,6
e.Pemeriksaan Roentgenografi
Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis
utama pneumonia. Tetapi tidak rutin dilakukan pada pneumonia ringan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat dan timbul gejala klinis
berupa takipneu, batuk, ronki, dan peningkatan suara pernafasan. Kelainan foto
rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis.
Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia
18
hanyalah pemeriksaan posisi AP. Lynch dkk mendapatkan bahwa tambahan posisi
lateral pada foto rontgen toraks tidak meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas
penegakkan diagnosis.1,4,6
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:
Infiltrat
interstisial,
ditandai
dengan
peningkatan
corakan
Infiltrat
alveolar,
merupakan
konsolidasi
paru
dengan
air
Foto rontgen tidak dapat menentukan jenis infeksi bakteri, atipik, atau
virus. Tetapi gambaran foto rontgen toraks dapat membantu mengarahkan
kecenderungan etiologi. Penebalan peribronkial, infiltrat interstitial merata dan
hiperinflasi cenderung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa
konsolidasi segmen atau lobar, bronkopneumoni dan air bronchogram sangat
mungkin disebabkan oleh bakteri. 4
2.9 Diagnosis
Diagnosis etiologik berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan/atau
serologis merupakan dasar terapi yang optimal. Akan tetapi, penemuan bakteri
penyebab tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang
memadai. Tidak ada gejala distress pernafasan, takipneu, batuk, ronki, dan
peningkatan suara pernafasan dapat menyingkirkan dugaan pneumonia.
19
Pneumonia berat
-
Adanya retraksi
Sianosis
Pneumonia
-
Adanya retraksi
Pneumonia
Bukan pneumonia
-
2.10
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan antibiotika
Pemberian antibiotika berdasarkan derajat penyakit
Pneumonia ringan
Pneumonia berat
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)
2. Penatalaksaan suportif
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit
sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr
-
22
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien An.M usia 2 tahun 5 bulan datang dengan keluhan batuk disertai
sesak nafas. Diagnosis pneumonia di tegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis didapatkan keluhan batuk yang disertai sesak nafas. Ibu
pasien mengaku sejak 3 hari lalu anaknya menderita batuk dan pilek.. Batuk
berdahak warna putih tanpa disertai darah serta dahak sulit keluar. Kemudian hari
23
berikutnya ibu pasien mengeluh anaknya mengalami sesak nafas yang dirasakan
tiba-tiba. Sesak napas tidak berhubungan dengan aktivitas dan cuaca. Keluhan
sesak nafas tidak disertai adanya suara nafas berbunyi (mengi) atau mengorok.
Keluhan disertai demam mendadak, dan naik turun yang cukup tinggii, siang
sama malam sama, ada. Panas turun jika diberi obat penurun panas berupa
parasetamol sirup. Demam
berkeringat tidak ada. Nafsu makan sedikit berkurang. Buang air kecil dan buang
air besar tidak ada keluhan. Batuk pilek masih dirasakan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital : frekuensi
pernapasan yang meningkat (50x/i) disertai dengan takikardi (148x/i) dan
peningkatan suhu tubuh (38,00C). Pada pemeriksaan fisik organ, didapatkan
pernafasan cuping hidung (+), tanpa sianosis. Pada thorax retraksi dinding dada
tidak ada, dan pada seluruh lapang paru kiri terdengar suara nafas tambahan yaitu
ronkhi basah sedang, wheezing tidak ada.
Diagnosis bronkopneumonia ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala
berikut :
1. sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
2.
3.
4.
5.
dada
panas badan
Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan
limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang
predominan)
Pada kasus bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas akut selama bebrapa hari dan diketahui bahwa pasien mengalami hal yang
serupa.
Pada kasus ini memenuhi kriteria penegakkan diagnosis bronkopneumonia
dengan gejala : sesak nafas, panas badan dan ronkhi basah sedang nyaring
24
25
26
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Guyton,
Hall.
Buku
Ajar
Fisiologi
4.
5.
27
6.
7.
8.
DOKEMENTASI
28
29
30