Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diwarnai oleh
rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling
rentan yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas, sertaa bayi pada masa perinatal,
yang ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB).
Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015.
Salah satu upaya yang mepunyai dampak relative cepat terhadap
penurunan AKI dan AKB adalah dengan penyediaan pelayanan kebidanan
berkualitas yang dekat dengan masyarakat dan didukung dengan peningkatan
jangkauan dan kualitas pelayanan rujukan. Sebanyak 30% bidan memberikan
pelayanan praktek perorangan (IBI 2002) dengan berbagai jenis pelayanan yang
diberikan yaitu pelayanan kontrasepsi suntik 58%, kontrasepsi pil, IUD dan
implant 25%, dan pelayanan pada ibu hamil dan bersalin masing-masing 93% dan
66%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bidan mempunyai peran besar
dalam

memberikan

pelayanan

kesehatan

ibu

dan

anak

dimasyarakat,

meningkatkan peran besar dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan


reproduksi tersebut maka berbagai program telah dilaksanankan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan bidan prakttik swasta agar sesuai dengan
standart pelayanan yang berlaku.
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam
menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi
asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang
memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya, bio-psiko sosial. Di tengah
masyarakat, bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan
mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak
sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluarga
dan masyarakat. Oleh karena itu ,bidan harus mempunyai pendekatan manajemen
agar

dapat

mengorganisasikan

semua

unsur

unsur

yang

terlibatdalam

pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan
anak .

1.2.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar penulis memahami tentang

aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan pada ibu nifas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Manajemen


2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata manage atau managiare (romawi kuno)
berarti melatih dalam melangkahkan kaki. Manajemen adalah proses pengaturan
berbagai sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan
melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu.
Manajemen

adalah

suatu

proses

perencanaan,

pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan


sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.2. Fungsi Manajemen
Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat
yaitu :
v Fungsi perencanaan (planning)
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan
diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan tersebut.
v Fungsi pengorganisasian (organizing)
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya
manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan
rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.

v Fungsi pengarahan (directing)


Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan
lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
v Fungsi pengendalian(controlling)
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar
yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika
diperlukan.
2.1.3. Unsur-unsur Manajemen
Unsur manajemen adalah sesuatu yang menjadi bagian mutlak sebagai
pembentuk manajemen banyak yang mengemukakan bahwa unsur manajemen
seperti yang dikemukakan oleh G.R Terry dengan istilah the six M in
management (6M didalam manajemen), yaitu man, money, materials, market,
and methods. Sesuai dengan pengertian manajemen yaitu suatu kegiatan usaha
kearah pencapaian tujuan tertentu dengan melalui kerja sama orang lain serta
denga pemanfaatan sumber-sumber lain yang tersedia maka unsur-unsur
manajemen meliputi :
1.

Manusia (manusia pemimpin,manusia pelaksana,dan atau manusia objek


pelaksana)

2.

Tujuan yang hendak divapai sebagai pemegangan titik pengarahan

3.

Wadah yakni badan /organisasasi sebagaai tempat orang-orang melakukan


kerja sama

4.
5.

Alat atau sarana mencapai tujuan


Kegiatan /aktivitas seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dsb

2.1.4. Tingkatan Manajemen


1. High Level (Tingkat Tinggi)
Contoh halnya dirut dan wakilnya. Bertanggung jawab pengolahan
terhadap organisasi secara keseluruhan. Membuat rencana jangka panjang,
merumuskan strategi, menetapkan kebijaksanaan, dan menetapkan interaksi /
hubungan organisasi dengan lingkungan luar. Tingkatan yang mempunyai
tanggung-jawab penuh terhadap jalannya perusahaan. Dan biasanya pada
tingkatan ini membuat keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan yang
tidak selalu terjadi.
2. Middle Level (Tingkat Menengah)
Salah satu contohnya seperti kepala bagian / divisi. Pengendali
manajemen

dalam

suatu

organisasi.

Bertanggung-jawab

atas

ruang

lingkupnya, wilayah, divisi dll. Merumuskan rencana jangka menengah,


melakukan pengendalian, membuat prosedur, dan membuat keputusan
berdasarkan lingkup tanggung-jawabnya. Sebagai pengendali dalam arti
mengawasi dan meyakini bahwa organisasi menjalankan strategic yang sudah
ditetapkan secara baik, efektif dan seefisien mungkin.

3. Low Level (Tingkat Bawah)


Seperti supervisor atau mandor. Yaitu pengendali dalam jalannya
operasional. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan sasaran operasional.
Membuat keputusan jangka pendek dan mengendalikan transaksi sehari-hari.
Biasanya keputusan yang diambil yaitu keputusan yang terprogram,
keputusan yang sering terjadi dan rutin.
2.2. Konsep Organisasi
2.2.1. Pengertian Organisasi
Dikatakan organisasi jika ada aktifitas/kegiatan yang dikerjakan secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama dan dilakukan oleh dua orang atau
lebih dan bukan satu orang. Karena jika kegiatan itu dilakukan oleh satu orang
bukan dikatakan organisasi. Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa
Yunani yang berarti alat. Untuk memahami organisasi secara baik, maka perlu
kiranya kita berangkat dari berapa defenisi yang ada untuk mewakili pemahaman
setiap orang di antaranya :
1. James D. Mooney (1974) mengutarakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk
kerja sama manusia untuk mencapai tujuan bersama.
2. Ralp Currier Davis (1951) berpendapat bahwa organisasi adalah suatu
kelompok orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama dibawah
satu kepemimpinan.

3. Herbert A. Simon (1958) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu rencana


mengenai usaha kerjasama yang mana setiap peserta mempunyai peranan yang
diakui untuk dijalankan dan kewajiban-kewajiban atau tugas-tugas untuk
dilaksanakan.
4. Drs. Dydiet Hardjito, M.Sc organisasi

adalah kesatuan sosial yang di

koordinasikan secara sadar yang memungkinkan anggota mencapai tujuan


yang tidak dapat dicapai melalui individu secara terpisah.
5. Menurut Maringan (2004) pengertian organisasi dapat dibedakan pada dua
macam, yaitu :
a) Organisasi sebagai alat dari manajemen artinya organisasi sebagai
wadah/tempat manajemen sehingga memberikan bentuk manajemen yang
memungkinkan manajemen bergerak atau dapat dikaitkan.
b) Organisasi sebagai fungsi manajemen artinya organisasi dalam arti
dinamis (bergerak) yaitu organisasi yang memberikan kemungkinan
tempat manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Dinamis
berarti baa organisasi itu bergerak mengadakan pembagian pekerjaan.
Misalnya pimpinan harus ditempatkan di bagian yang strategis.
c) Hakekat Oragnisasi menurut Edgar H. Shein dalam bukunya the Psykologi
of Organization (1982) organisasi adalah Koordinasi yang direncanakan
mengenai kegiatan-kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan
bersama melalui pembagian kerja dan fungsi berdasarkan tingkatan
otoritas (kewenangan) dan tanggungjawab. Dengan definisi ini, pada

hakekatnya dalam sebuah organisasi diperlukan sejumlah pesyaratan atau


gagasan, antara lain:
a.Bahwa

Organisasi

memerlukan

pengembangan

dan

pemeliharaan

koordinasi.
b.Bahwa didalam organisasi terdapat tujuan bersama yang pencapaianya
harus di upayakan semaksimal mungkin.
c.Di dalam Organisasi tedapat pembagian kerja (division of labor).
d.Seluruh kegiatan dalam organisasi harus menciptakan keterpaduan
(integration), menekankan bahwa objek koordinasi pada dasarnya bukan
orang tetapi kegiatan atau pekerjaan.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap
organisasi terdapat tiga unsur dasar yaitu Orang-orang, Kerjasama dan Tujuan
yang hendak dicapai. Organisasi juga harus memiliki lima fenomena penting yaitu
:
1. Organisasi harus mempunyai tujuan.
2. Organisasi harus mempunyai program, kegiatan strategi dan metode untuk
mencapai tujuan organisasi.
3. Organisasi harus mempunyai pimpinan atau manajer yang bertanggung jawab
terhadap organisasi itu dalam mencapai tujuan.
4.

Organisasi itu terdiri dari dua orang atau lebih.

5. Organisasi itu harus ada kerjasama.

Organisasi berusaha mempermudah manusia dalam menjalani hidup


didunia dengan memanfaatkan segela kelebihan yang terdapat di dalam
organisasi. Untuk menyelesaikan masalah, ketika dipikirkan orang banyak, maka
segala masalah apapun akan mudah terselesaikan, disbanding satu orang yang
memikirkannya. Satu demi satu persoalan akan selesai, tatkala dikerjakan secara
gotong royong. Tak salah pepatah mengatakan berat sama dipikul, ringan sama
dijinjing. Faktor penentu terbentuknya organisasi adalah manusia sedangkan
faktor yang berkaitan dengan kerja adalah kemampuan untuk bekerja, kemampuan
untuk mempenaruhi orang lain dan kemampuan melaksanakan asas-asas atau
prinsip-prinsip organisasi.
Manusia adalah makhluk yang dinamis, ketidakterbatasan kebutuhan
manusia dan keterbatasan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhanya telah
menghadapkan manusia untuk hidup berorganisasi. hal ini didukung pula dengan
karakteristik manusia sebagai makhluk sosial yang tidak memungkinkan hidup
wajar tanpa berorganisasi. Organisasi telah dibentuk sejak manusia pertama hidup
di muka bumi, sekelompok manusia yang mempunyai orientasi dan tujuan yang
relatif sama berhimpun dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan hal tersebut, memang organisasi memiliki arti yang sangat
strategis dan peran yang dapat mengelola kehidupan manusia agar lebih
mempunyai hakikat yang bermakna. Hakikat organisasi pada dasarnya
berorientasi terhadap aspirasi dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan
terhadap organisasi. Hakikat organisasi menjadi pondasi dasar dan asas dalam
pengelolaan organisasi untuk mencapai tujuannya demi terciptanya sistem

manajerial yang baik. Dapat dikatakan jika suatu organisasi kehilangan hakikat
maka perlu dipertanyakan kontinuitas dari organisasi tersebut.
Lahirnya organisasi akibat adanya tujuan yang ingin hendak dicapai oleh
pihak tertentu karena melihat adanya urgensi dari keberadaaan organisasi.
Organisasi tidak hanya dibutuhkan pada lingkup yang kecil tetapi juga pada
lingkup yang besar terlihat dari motif didirikannya organisasi. Organisasi yang
kita ketahui bersama juga memiliki tingkatan tertentu tergantung pada tujuan dan
objek dari organisasi tersebut. Contoh dari organisasi yaitu organisasi rumah
tangga, organisasi perusahaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi kelompok
tertentu, organisasi kesamaan keyakinan, organisasi kenegaraan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, organisasi memang harus ada di dalam kehidupan
manusia sebagai instrumen yang dapat mempersatukan manusia dalam proses
dinamika dan keteraturan hidup. Dengan lahirnya organisasi Budi Utomo di
Indonesia mengakibatkan lahirnya organisasi-organisasi yang lain yang tentu
memiliki tujuan dan sasaran yang berbeda. Organisasi-organisasi tanpa
manajemen akan menjadi kacau dan bahkan mungkin gulung tikar. Hal ini
terbukti dengan jelas dalam situasi yang tidak normal seperti adanya bencana
ketika organisasi sedang tidak teratur maka manajemen sangat dibutuhkan untuk
membenahi organisasi agar menjadi lebih baik.
2.2.2. Tujuan Organisasi
Organisasi memang harus ada di dalam kehidupan manusia sebagai
instrumen yang dapat mempersatukan manusia dalam proses dinamika dan

keteraturan hidup. Dengan lahirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia


mengakibatkan lahirnya organisasi-organisasi yang lain yang tentu memiliki
tujuan dan sasaran yang berbeda.
Organisasi-organisasi tanpa manajemen akan menjadi kacau dan bahkan
mungkin gulung tikar. Hal ini terbukti dengan jelas dalam situasi yang tidak
normal seperti adanya bencana ketika organisasi sedang tidak teratur maka
manajemen sangat dibutuhkan untuk membenahi organisasi agar menjadi lebih
baik. Setiap organisasi memiliki keterbatasan akan sumber daya manusia, uang
dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan mencapai tujuan
sebenarnya tergantung pada tujuan yang akan dicapai dengan cara menggunakan
sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen menentukan keefektifan
dan efisiensi ditekankan pada melakukan pekerjaan yang benar.
Efektif mengacu pada pencapaian tujuan efisien mengacu pada
penggunaan sumber daya minimum untuk menghasilkan keluaran yang telah
ditentukan. Bagi manajemen diutamakan efektif lebih dahulu baru efisien. Jadi
organisasi membutuhkan manajemen terutama untuk dua hal yang terpenting
yaitu:
1. Pencapaian tujuan secara efektif dan efisensi.
2. Menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menemukan
skala prioritas. Salah satu wujud dari adanya manajemen dalam suatu
organisasi adalah terlihat adanya struktur organisasi.

Struktur organisasi adalah pengaturan pekerjaan untuk dilaksanakan dalam


suatu bisnis. Struktur organisasi dimaksudkan untuk membantu mewujudkan
tujuan bisnis dengan cara mengatur pekerjaan yang harus dilakukan. Meskipun
demikian tidak terdapat satu metode manajemen yang paling baik untuk mengatur
suatu organisasi. Cara mengelola suatu organisasi disesuaikan dengan kondisi
organisasi yang tentu masing-masing organisasi memiliki ciri dan situasi tertentu.
Penyusunan suatu organisasi formal, yaitu struktur organisasi yang disusun
dan dibentuk oleh manajemen puncak, dimulai dengan merumuskan tujuan dan
rencana organisasi. Manajemen kemudian menentukan aktivitas pekerjaan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Aktivitas-aktivitas yang sudah
ditentukan tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa unit kerja. Pengelompokan
unit kerja berdasarkan pada kesamaan aktivitas atau kesamaan proses atau
keterampilan yang diperlukan, yang disebut kesamaan fungsional. Masing-masing
unit kerja tersebut kemudian diberi aktivitas dan wewenang oleh manajemen
untuk melaksanakan tugas masing-masing.
2.2.3. Prinsip-prinsip yang ada dalam organisasi
Menurut Roco Carzo, asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut :
a) Organisasi harus memiliki tujuan yang jelas
Sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa tujuan yang jelas yang
benar-benar urgen bagi setiap organisasi agar terarah apa yang dicita-cita
orang-orang yang berada diorganisasi tersebut.
b) Skala Hirarki

Skala Hirarki dapat diartikan sebagai perbandingan kekuasaan disetiap


bagian yang ada. Kekuasaan yang terukur, jika jelas berapa banyak bawahan
dan jenis pekerjaan apa saja yang menjadi titik tumpu sebuah organisasi.
Artinya tidak sama antara kepala sekola dengan pembantu kepala sekolah
dalam ukuran hirarki kekuasaan. Yang hanya bisa memerintah bawahan
adalah atasan. Itu yang menjadi tolak ukur di manapun organisasi itu berdiri.
c) Kesatuan perintah/komando
Untuk sentralisasi organisasi, kesatuan perintah itu terletak di pucuk
pimpinan tertinggi. Jika disekolah, maka kepala sekolahlah yang bisa
memerintah seluruh komponen sekolah, tetapi untuk desentralisasi, pembantu
kepala sekolah atau guru yang mempunyai peran mengkomandokan bagian
kekuasaan.
d) Pelimpahan wewenang
Dalam hal ini, ada dua pelimpahan wewenang, yakni :
Secara permanen yang ditandai dengan Surat Keputusan Tetap (SK).
Secara sementara yang sifatna dadakan. Contoh kepala sekolah berhalangan
menghadiri undangan rapat di Depdiknas tentang UIN, amak yang berhak
menggantikan adalah PKS I yang sifatnya sementara.
e)

Pertanggung Jawaban
Dalam melakukan tugas, semua bawahan bertanggung jawab untuk
melaksanakan tugas dan hasil kerjanya. Juga bertanggung jawab atas

kemajuan organisasi kepada bawahannya. Jadi semua pihak bertanggung


jawab pada setiap apa yang dia kerjakan.
f)

Pembagian pekerjaan
Pembagian

Pekerjaan

sangat

diperlukan

untuk

menutupi

ketidakmampuan setiap orang untuk mengerjakan semua pekerjaan yang ada


dalam organisasi. Perlu adanya spesialisasi pekerjaan yang disuaikan dengan
keahlian masing-masing. Kegiatan-kegiatan itu perlu dikelompokkan dan
ditentukan agar lebih efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
g) Rentang pengendalian
Jenjang atau rentang pengendalian berkaitan dengan jumlah bawahan
yang harus dikendalikan seorang atasan. Oleh sebab itu tingkat-tingkat
kewenangan yang ada harus dibatasi seminimal mungkin sehingga tidak
semua merasa menjadi atasan.
h) Fungsional
Bahwa seorang dalam organisasi secara fungsional harus jelas tugas
dan wewenang nya, kegiatannya, hubungan kerjanya, serta tanggung
jawabnya dalam pencapaian tujuan organisasi.
i)

Pemisahan
Prinsip pemisahan ini berkaitan dengan beban tugas individu yang
tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain. Kecuali ada
hal-hal tertentu diluar kuasa manusia, misal sakit.

j)

Keseimbangan
Prinsip ini berhubungan dengan keseimbangan antara struktur
organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Keseimbangan antara beban
tugas, imbalan, waktu bekerja dan hasil pekerjaan.

k) Flexibelitas
Suatu pertumbuhan dan perkembangan organisasi tergantung pada
dinamika kelompok. Keseimbangan penugasan dengan imbalan perlu
diperhatikan dengan baik dalam memenuhi tujuan organisasi.
l)

Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat berarti bagi sebuah organisasi. Semua aktivitas
dijalankan oleh pemimpin. Pemimpin juga bertanggung jawab atas kemajuan
dan kemunduran organisasi. Seluruh fungsi-fungsi manajemen akan
dikendalikan sepenuhnya oleh pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan
dianggap sebagai inti dari organisasi ataupun manajemen.

2.2.4.Pola-pola/bentuk-bentuk Organisasi
Ada beberapa pola-pola/bentuk-bentuk organisasi, antara lain :
1. Organisasi pola Lini (Lini Organization)
Dalam bentuk ini garis komando terbentang lurus dari atas (pucuk
pimpinan) sampai kepada pelaksana di bawah, dan garis pertanggung jawaban
baik secara ketat menurut hirarkis dari bawah, melalui unsure-unsur di tengah

samapai ke atas. Dalam pola organisasi ini terdapat garis wewenang yang
berhubungan langsung dengan vertical antara bawahan dan atasan.
2. Organisasi berpola Staf (staf Organization)
Dalam pola ini semua hak, kekuasaan, dan tanggung jawab dibagi
habis pada unit kerja yang ada secara bertingkat dibawahnya. Setiap unit
memperoleh sebagian hak dalam menentukan kebijaksanaan sepanjang tidak
bertentangan dengan kebijaksanaan umum dan pucuk pimpinan atau pimpinan
tertinggi. Hak tersebut tentunya berkenaan dengan bidang tugasnya masingmasing. Masing-masing pimpinan mempunyai hak penuh atas bagian yang
dipimpinnya juga mempertanggung jawabkannya kepada pimpinan tertinggi.
3. Organisasi pola lini dan staf (line and staf organization)
Pola ini merupakan gabungan dari kedua pola organisasi tersebut di
atas. Yaitu menempatkan menempatkan pucuk pimpinan sebagai pemegang
hak dan kekuasaan tertinggi, namun tidak semua hak/tanggung jawab tersebut
dilimpahkan sepenuhnya pada bagian/unit kerja yang ada. Menurut masry
(2003), cirri-ciri organisasi lini dan staf adalah pimpinan dibantu dibantu oleh
staf dan kesatuan komando.
2.3 Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Saifuddin, 2010). Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul bahri, 2000).

Masa nifas perlu dilakukan penanganan khusus untuk mencegah terjadinya


komplikasi pasca persalinan, sehingga bidan dalam melaukan pelayanan pada
masa nifas harus sesuai kebidanan yang berlaku.

2.3.1 Tujuan Pelayanan Nifas


1. Untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera
setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama melahirkan,
persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya , baik pisik maupun sikologis.
3. Melaksanakan skrinning secara komprehensip, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
4. Memberikan pendidikan kesetan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan mafaat menyusui, pemberiaan imunisasi serta perawatan
bayi sehari-hari.
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
6. Mendapatkan kesehatan emosi.

2.3.2 Peran Bidan


Peran bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan
asuhan yang konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu
dalam prroses penyembuhannya dari stress fisik akibat persalinan dan
meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Dalam proses
penyesuaian ini, dituntut konstribusi bidan dalam melaksanakan kopetensi,
keterampilan, dan sensitivitas terhadap kebutuhan dan harapan setiap ibu dan
keluarga. Bidan harus dapat merencanakan asuhan yang akan diberikan pada
ibu sesuai dengan kebutuhan ibu tersebut.

Pada periode ini bidan dituntut untuk memberikan asuhan kebidanan


terhadap perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah
diberikan karena dapat dilihat Dan dinilai secara langsung, apabila terjadi
ketidak normalan bidan langsung bias mendeteksi dan memberikan intervensi,
sedangkan pemberian asuhan terhadap emosi dan psikologi ibu membutuhkan
ketelitian dan kesabaran dari bidan. Untuk mencapai hasil yang optimal
dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga.

2.3.3 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan

pencegahan

terhadap

kemungkinan-kemungkinan

adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.


3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibu nifas maupun bayinya.
2.3.4 Undang-Undang Yang Mengatur Kode Etik Bidan Dalam Asuhan
Nifas
Pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan ibu dan antara
lain pada masa nifas. Pada ayat 2d menjelaskan bahwa bidan memberikan
pelayanan ibu nifas normal.Ayat 3e menjelaskan bahwa bidan berwenang
memberikan vitamin A dosis tinggi pada masa nifas.Dengan adanya undangundang diatas diharapkan bidan dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan

peraturan yang berlaku dan sesuai etika kebidanan dan dapat memberikan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu.

2.3.5 Kompetensi Bidan


Kompetensi bidan berdasarkan etik kebidanan yaitu bidan memberikan
asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap
budaya setempat. Dalam memberikan asuhan bidan memiliki pengetahuan
dasar antara lain:
1. Fisiologis nifas.
2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan.
3. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara,
abses, mastitis, putting susu lecet, putting susu masuk.
4. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas, dan kebutuhan fisiologis
lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
6. Adaptasi persalinan atau abortus.
7. Bonding & Attachement orang tua bayi baru lahir untuk menciptakan
hubungan positif.
8. Indicator subinvolusi misalnya pendarahan yang terus menerus, infeksi.
9. Indicator masalah laktasi.
10. Tanda gejala mengancam kehidupan misalnya pendarahan pervaginam
menetap, sisa plasenta, renjatan (syok), dan pre-eklamsia post partum.
11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti
anemia kronis, hematoma vulva, retensi urin.

12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.


13. Tanda dan gejala komplikasi abortus.

Langkah-langkah tindakan asuhan masa nifas pada ibu adalah:


1. Kebersihan diri :
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut minimal dua
kali sehari.
d. Jika ibu mempunyai lika episiotomi, sarankan ibu untuk menghindari
menyentu luka.
2. Istirahat
a. Anjukan ibu untuk istirahat cukup.
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa
dan tidur
siang atau beristirahat selagi bayi sedang tidur.
3. Latihan
4. Gizi
5. Perawatan payudara
6. Hubungan perkawinan atau rumah tangga
7. Keluarga berencana
Jelaskan kepada ibu dan pasangan beberapa metode bayi seperti bagaiman
kinerja dari metode KB, kelebihan dan kekurangannya, efek samping,
pengunaan dan waktu efektif untuk penggunaan metode tersebut

2.3.6 Kebutuhan Dasar Masa Nifas


1. Nutrisi dan cairan
2. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada kontra indikasi.
Ambulasi

ini

akan

meningkatkan

sirkulasi

resiko

tromboflebitis,

meningkatkan fungsi kerja peristaltic dan kandung kemih, sehingga


mencegah ditestensi abdominal dan konstipasi pada ambulasi pertama

sebaik nya ibu dibantu karena pada saat ini ibu merasa pusing ketika
pertama kali bangun setelah melahirkan.
3. Eliminasi
Bidan harus mengobservasi adanya distensi abdomen dengan mempalpasi
dan mengauskultasi abdomen, terutama pada post sexio sesaria. Berkemih
harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan minimal sebanyak 200 cc,
anjurkan ibu untuk minum banyak cairan dan ambulasi.
4. Higyene
Sering membersihkan area perineum akan meningkatkan kenyamanan dan
mencegah infeksi. Tindakan ini paling sering menggunakan air hangat yang
dialirkan (dapat ditambah larutan anti septik) keatas vulva perineum setelah
berkemih atau defekasi, hindari penyemprotan langsung.Ajarkan ibu untuk
membersihkan sendiri.
5. Istirahat
Ibu nifas dianjurkan untuk istirahat dan tidur yang cukup.Istirahat ini
sangat penting untuk ibu yang menyusui.Tindakan rutin dirumah sakit
hendaknya tidak mengganggu istirahat dan tidur ibu. Setelah selama 9
bulan ibu mengalami kehamilan dengan beban kandungan yang begitu
berat banyak keadaan yang mengganggu lainnya, dan proses persalinan
yang melelahkan, ibu membutuhkan istirahat yang cukup untuk
memulihkan keadaannya.
6. Seksualitas masa nifas
Seksual ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perenium dan penurunan
hormone steroid setelah persalinan.
7. KB pada ibu menyusui
Salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan member yang sehat
perkawinan, pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan.KB merupakan
salah satu usaha untuk membantu keluarga atau individu merencanakan kehidupan
berkeluarga dengan baik, sehingga dapat membentuk keluarga yang berkualitas

2.3.8 Standar Pelayanan Kebidanan Nifas


Standar

13

Perawatan

Bayi

Baru

Lahir

Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.
Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
Tujuannya adalah : menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya
pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi. Dan hasil
yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera
dan tepat.Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat
memulai pernafasan dengan baik.
Standar 14: Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap
terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang di perlukan.
Tujuannya adalah : Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan
aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan
bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian
ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung
terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.

Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Pernyataan standar : Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui


kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam
setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, ;erawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
Tujuannya adalah : Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42
hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.
2.3.8 Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan
ibu dan bayi terutama kesehatan ibu nifas. Tingginya angka kematian ibu dan
bayi di Indonesia telah memacu pemerintah untuk membuat terobosan dan
berbagai kebijakan guna meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.
Penerapan kebijakan tersebut membutuhkan koordinasi dan dukungan dari
berbagai pihak sampai dengan keluarga. Seperti misalnya kebijakan tentang
Gerakan Sayang Ibu dan Asi eksklusif, membutuhkan dukungan dari berbagi
pihak. Ibu yang baru melahirkan difasilitasi oleh sarana kesehatan dan
petugas kesehatan untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Rawat
Gabung, yang pada akhirnya bertujuan menurunkan angka mortalitas dan

morbiditas ibu dan bayi. Kebi-jakan kebijakan yang dilakukan oleh


pemerintah tidak hanya menyoroti masalah yang terjadi pada masa nifas,
akan tetapi seluruh masa reproduksi seorang wanita. Kebijakan tersebut
melindungi hak hak reproduksi seorang ibu untuk dapat hamil, bersalin dan
nifas dalam keadaan normal atau fisiologis. Sehingga kebijakan pemerintah
pada masa nifas akan saling berkaitan dengan kebijakan pemerintah secara
umum. Gerakan Sayang Ibu (GSI) telah dilakukan pada awal tahun 2000an
dan sampai sekarang berbagai fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan
Rumah Sakit masih menerapkan gerakan sayang ibu ini.
2.3.8.1. Gerakan Sayang Ibu
Gerakan Sayang Ibu (GSI) mempunyai dampak terhadap upaya
penuruhan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas serta
kematian bayi. GSI yang kegiatannya ditunjang oleh Tim Pokja dan Tim
Satgas GSI diarahkan agar mampu mendorong masyarakat untuk berperan
aktif dan mengembangkan potensinya. Kegiatan kegiatan yang dilakukan
dalam rangka GSI seperti masyarakat melakukan pendataan ibu hamil dan
memberikan kode untuk meberi tanda bagi ibu yang berisiko tinggi di
wilayahnya, melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edu-kasi)
melalui pengajian dan pen-yuluhan pada masyarakat. Ada beberapa wilayah
yang menyediakan Pondok Sayang Ibu bagi ibu yang mau bersalin, menggalang dana bersalin, donor darah dan ambulan desa yang tidak selalu berupa
mobil, bisa berupa becak, motor bahkan tandu bagi wilayah yg tidak bisa

dilalui oleh kendaraan bermotor. Strategi Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu


yang dilakukan agar tercapai adalah :
a. Menerapkan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman (Making Pregnancy
Safer atau MPS), yang ditujukan untuk memastikan tiga hal berikut ini :
a) Semua ibu hamil dan bayi baru lahir harus mempunyai akses
terhadap pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas oleh tenaga
kesehatan yang terampil.
b)

Semua komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan


yang memadai.

c) Setiap perempuan usia subur harus mempunyai akses terhadap


pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.
b. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program,
lintas sektor dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna
memak-simalkan sumber daya yang tersedia. Langkah langkah yang
dilakukan antara lain : Pendekatan kemasyarakatan GSI dilaksanakan
secara koordinatif dan integrative dengan instansi sektoral terkait,
organisasi

profesi,

ormas,

organisasi

perempuan,

organisasi

keagamaan, swasta, LSM dan perguruan tinggi. Kemasyarakatan


berarti peran masyarakat menjadi langkah utama:

a. Pendekatan desentralisasi Pelaksanaan GSI didasar-kan pada


pelaksanaan UU no 22 Tahun 1999 dan UU no 25 Tahun 1999
dan Peraturan Pemerintah.
b. Pendekatan kemitraan merupakan dasar kepedulian dan peran
serta kemitraan kerja yang sejajar dan saling menguntungkan.
c.

Pendekatan kemandirian Mendorong berbagai pihak agar ikut


serta secara aktif mengelola GSI atas dasar kemandirian.

d. Pendekatan keluarga Sasaran GSI adalah keluarga secara utuh


(suami istri dan anggota keluarga yang lain) yang mengacu pada
siklus

perkembangan

kelu-arga.

Dengan

pendekatan

ini

pemerintah bermaksud untuk :


1) Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui
peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2)

Mendorong

keterlibatan

masyarakat

dalam menjamin

penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan


bayi baru lahir.
2.3.8.1 Rawat Gabung / Rooming In
Dalam pelaksanaannya, bayi harus selalu berada di samping ibu sejak
segera setelah dilahirkan sampai pulang. Istilah rawat gabung parsial yang dulu
banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya dalam beberapa jam seharinya, misalnya

hanya siang hari saja, sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi,
sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi. Rawat gabung merupakan
lanjutan early ambulation dimana memungkinkan ibu memelihara anaknya.
Tujuan dari rooming in adalah untuk mendekatkan ibu kepada bayinya,
mengajarkan ibu bagaimana cara menyusui bayi dengan baik dan benar. Selain itu
tujuan dari rooming in adalah sebagai berikut :
1. Bantuan emosional
Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah lelah dalam
proses persalinan ibu akan sangat senang dan bahadia bila dekat dengan
bayinya. Ibu dapat membelai belai bayi, mendengar tangisnya serta
memperhatikannya disaat buah hatinya tidur. Hubungan ibu dan bayi ini
sangat penting ditumbuhkan pada saat saat awal dan nayi akan
memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih
sayangnya.
2. Penggunaan ASI
Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan terbaik
bagi bayi dan produksi ASI akan makin cepat dan makin banyak bila
menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin. Pada hari hari
pertama yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit, namun
bermanfaat

untuk

membentuk

kekebalan

bayi.

Kolostrum

yang

mengandung antibodi dalam jumlah tinggi akan melapisi seluruh


permukaan mukosa dari saluran pencernaan bayi dan diserap oleh bayi

sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan
mencegah infeksi terutama terhadap diare. Jumlah kolostrum yang sedikit
tak perlu dikhawatrikan karena kebutuhan bayi masih sedikit.

3. Pencegahan Infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang
akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi dapat
dihindari. Per-awatan tali pusat juga mu-dah dilakukan oleh ibu. Ibu
dengan mudah mengganti pakaian bayi jika basah kare-na keringat atau
terkena air kencing.
4. Pendidikan Kesehatan
Pada saat melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primipara.
Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat,
perawatan payudara dan nasihat makan yang baik, merupakan penyuluhan
yang diperlukan ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur,
menggendong bayi dan merawat diri akan mempercapet mobilisasi,
sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan Rawat gabung yang
dilakukan memberikan manfaat tidak saja kepada bayi yang baru
dilahirkan tetapi juga ibu dan kelu-arganya. Manfaat rawat gabung ditinjau
dari berbagai aspek sesuai dengan tujuannya, adalah sebagai berikut :

a. Aspek fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah
menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan
menyusui setiap saat, kapan saja bayinya menginginkan. Dengan
perawatan sendiri dan menyusui sedini mungkin, akan mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas
kesehatan. Dengan menyusu dini maka ASI pertama keluar yang
berwana kuning atau biasa disebut kolostrum dapat memberikan
kekebalan yang sangat berhar-ga bagi bayi. Karena ibu setiap saat
dapat melihat bayinya, maka ibu dengan mudah dapat mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada bayinya yang mungkin
berhubungan dengan kesehatannya.
b. Aspek Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan
frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang
alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik.
Untuk ibu, dengan menyusui maka akan timbul reflek oksitosin yang akan
membantu proses fisiologis involusi rahim. Disamping itu akan timbul
refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI. Efek menyusui
dalam usaha menjarangkan kelahiran telah banyak dipelajari di negara
berkembang. Secara umum ibu akan terlindung dari kesuburan sepanjang
ia masih menyusui dan belum haid, khususnya bila frekuensi menyusui
lebih sering dan sama sekali tidak menggunakan pengganti ASI (asi

eksklusif). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa daya proteksi


menyusui eksklusif terhadap usaha KB tidak kalah dengan alat KB lain.
c. Aspek psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera
terjalin proses lekat (early in-fant mother bonding) akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayinya, Hal ini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan
tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
Dengan pemberian ASI kapan saja bayi membutuhkan, akan memberikan
kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi sebagaimana seorang ibu dan
tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini memperlancar
produksi ASI kerena seperti telah diketahui, refleks let-down bersifat
psikosomatis. Sebaliknya bayi akan mendapatkan rasa aman dan
terlindung, merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri
anak.
d. Aspek edukatif
Dengan rawat gabung, ibu (ter-utama yang baru mempunyai anak
pertama) akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu
menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di
rumah sakit ibu akan melihat, belajar dan mendapat bimbingan bagaimana
cara menyusui secara benar, bagaimana cara merawat payudara, merawat
tali pusat, memandikan bayi, dsb. Keterampilan ini diharapkan dapat

menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah
pulang dari rumah sakit. Disamping pendidikan bagi ibu, dapat juga
dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga, terutama suami, dengan
cara mengajarkan suami dalam membantu istri untuk proses diatas. Suami
akan termotivasi untuk memberi dorongan moral bagi istrinya agar mau
menyusui bayinya. Jangan sampai terjadi seorang suami melarang istrinya
menyusui bayinya karena suami takut payudara istrinya akan menjadi
jelek. Bentuk payudara akan berubah karena usia adalah hal almin,
meskipun dengan meng-gunakan kutang penyangga yang baik, ditambah
dengan nutrisi yang baik, dan latihan otot otot dada serta menerapkan
posisi yang benar, ketakutan mengendornya payudara dapat dikurangi.
e. Aspek ekonomi
Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini
mungkin. Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah, hal
tersebut merupakan suatu penghematan anggaran pengeluaran untuk
pembelian susu formula, botol susu, dot serta peralatan lain yang
dibutuhkan. Beban bidan menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar
dalam merawat bayinya sendiri, sehingga waktu terluang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Lama perawatan ibu menjadi lebih pendek karena
involusi rahim (proses pengecilan rahim) terjadi lebih cepat dan
memungkinkan tempat tidur digunakan untuk penderita lain. Demikian
pula

infeksi

nosokomial

dapat

dicegah

atau

dikurangi,

berarti

penghematan biaya bagi rumah sakit maupun keluarga ibu. Bagi ibu juga
penghematan oleh karena lama perawatan menjadi singkat.

f. Aspek medis
Dengan pelaksaanaan rawat gabung maka akan menurunkan
terjadinya infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi.
2.3.8.3. ASI Eksklusif
Sebagaimana yang telah kita diketahui bahwa ASI adalah hak
setiap anak. Dalam UU Kesehatan no 36 tahun 2009 hak bayi dijelaskan
dalam pasal 128 ayat 1 yang berbunyi, setiap bayi berhak mendapatkan air
susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas
indikasi medis. Selain itu juga dikuatkan dengan telah disyahkannya
Peraturan Pemerintah no 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif. Dengan
UU ini, Anda dapat melihat dengan jelas bahwa seorang anak yang baru
dilahirkan dalam kondisi normal artinya tidak memerlukan tindakan
khusus berhak mendapatkan ASI secara eksklusif. Selama pemberian air
susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
harus mendukung ibu, bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan

fasilitas khusus. Seorang ibu nifas sangat membutuhkan dukungan dari


orang-orang sekitar terutama dari keluarga seperti suami, orang tua, atau
orang di lingkungan kerjanya seperti yang tercantum pada pasal 128 ayat 3
yang berbunyi, Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum. Pada
kenyataannya, belum banyak dijumpai fasilitas umum yang menyediakan
tempat khusus bagi ibu menyusui (breastfeeding room). Hal tersebut
tampaknya belum tersosialisasikan pada perkantoran, perusahaanperusahaan, tempat dimana banyak terdapat ibu bekerja yang sedang
melaksanakan ASI Eksklusif. Meninjau pada ayat 3, perusahaan dapat
menyediakan tempat khusus yang bersih dan nyaman sebagai tempat
dimana seorang ibu menyusui dapat memompa ASInya untuk kemudian
menyimpannya ke dalam botol dan diberikan pada bayinya sepulang dari
bekerja. Peran pemerintah pun secara tegas dinyatakan dalam pasal 129
ayat (1) yang menyatakan bahwa Pemerintah bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk
mendapatkan air susu ibu secara eksklusif. Kebijakan yang berupa
pembuatan norma, standar, prosedur dan kriteria tersebut selanjutkan akan
diatur dalam PP (pasal 239 ayat(2)) Peraturan Pemerintah (PP) no 33 tahun
2012 yang telah diputuskan tanggal 1 Maret 2012 ini berisi tentang
Pemberian ASI eksklusif. Peraturan pemerintah ini dilahirkan guna
menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan sumber makanan
terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6 bulan, disamping itu kebijakan
ini juga untuk melindungi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya. Di dalam peraturan tersebut dibahas mengenai Program Inisiasi


Menyusu dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Pengaturan penggunaan susu
formula produk bayi lainnya, sarana menyusui di tampat kerja dan sarana
umum lainnya, dukungan masyarakat, tanggung jawab pemerintah,
pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dalam serta
pendanaanya. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif, perlu dukungan
berbagai pihak mulai dari pemerintah, pemda provinsi dan kabupaten/kota,
penyelenggara pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, masyarakat serta
keluarga terdekat ibu.
2.3.8.4 Kunjungan masa nifas
Seorang ibu yang baru bersalin membutuhkan perawatan selama masa
nifas. Asuhan pada ibu nifas yang diberikan oleh seorang bidan dilakukan selama
kurun waktu 6 minggu. Hal ini dilandasi oleh Kebijakan program nasional pada
masa nifas, yaitu paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas
dengan tujuan:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan gangguan kesehatan ibu
dan bayinya
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
4. Menangani komplikasi/masalah yang timbul & mengganggu kesehatan
ibu nifas serta bayinya Asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

sewaktu melaku-kan kunjungan nifas memiliki tujuan yang berbeda.Hal


ini dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 1. Kebijakan Kunjungan Nifas

Kunjunga

Waktu

Tujuan

n
1

6-8

jam

a. Mencegah perdarahan karena atonia uteri

setelah
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
persalinan
rujuk bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu dan salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
d. Pemberian ASI awal
e. Membina hubungan baik antara ibu dan bayi baru

lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
g. Bila petugas kesehatan yang menolong persalinan ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil
2

hari

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal.

setelah
b. Menilai adanya tanda-tanda infeksi ,demam atau
persalinan
perdara-han abnormal.
c. Memastikan ibu menyusui baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
d. Memberikan konseling KB secara mandiri
e.

Memastikan ibu cukup makanan, cairan dan


istirahat.

2 minggu
setelah
Sama dengan 6 hari setelah persalinan
persalinan

6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang

setelah

ia atau bayi alami.

persalinan
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber : Syaifuddin (2004)
2.3.8.5 BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
Pemeriksaan bayi baru lahir dan ibu pasca persalinan sangat penting untuk
memastikan kesehatan dan keselamatan bayi dan ibu, terutama pada masa nifas
yaitu setelah kelahiran bayi dan selama 7 (tujuh) hari pertama setelah melahirkan.
Namun demikian, sepanjang periode nifas yaitu setelah kelahiran adalah masamasa resiko tinggi. Kematian bayi lahir hidup dalam masa 28 hari sejak kelahiran
yang dikenal sebagai tingkat kematian neonatal dilaporkan terjadi di seluruh
dunia. Begitu juga dengan kematian ibu karena komplikasi pasca persalinan cukup
tinggi. Pada BPJS maksimal kunjungan PNC yang dapat ditagihkan secara fee for
service adalah sebanyak 4kali. Jika kunjungan lebih dari empat kali tidak bisa
ditagihkan kepada BPJS secara fee for service, tetapi termasuk ke dalam biaya
kapitasi.
2.4

Aplikasi Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas


Teori yang berkaitan dengan ibu nifas yaitu teori yang dikemukakan oleh

Reva Rubin yaitu Penekanan rubin dalam teorinya adalah pencapaian peran ibu.
Untuk mencapai peran tersebut seorang wanita membutuhkan proses belajar
melalui serangkaian aktivitas berupa latihan-latihan dan adalam peran ini

diharapkan seorang wnaita mampu mengidentifikasi peran sebagai seorang ibu.


Untuk itu Manajemennya adalah :
a). Anamnesis
1)

Riwayat Ibu
-

Nama, Umur

Tanggal dan tempat lahir

Penolong

Jenis Persalinan

Masalah-masalah selama persalinan

Nyeri

Menyusui atau tidak

Keluhan-keluhan saat ini


Misalnya :

Kesedihan / depresi

- Pengeluaran pervaginam / perdarahan / lokhia


- Putting / Payudara
-

Rencana masa datang ; kontrasepsi yang akan digunakan

2)

Riwayat Sosial Ekonomi


-

Respon ibu dan keluarga terhadap bayi

Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu dirumah

Para pembuat keputusan diruangan

Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat

Kepercayaan dan adat istiadat

3)

Riwayat Bayi
-

Menyusui

Keadaan tali pusat

Vaksinasi

Buang air kecil / besar

b). Pemeriksaan Kondisi Ibu


1)

Umum

Suhu Tubuh

Denyut Nadi

Tekanan Darah

Tanda-tanda Anemia

Tanda-tanda Odema / Tromboflebitis

Refleks

Varises

Cuat (Cortial Variabel area tenderness)

Payudara
*Putting susu ; pecah, pendek, rata
*Nyeri tekan
*Abses
*Pembengkakan / ASI terhenti
*Pengeluaran ASI

Perut / Uterus

*Posisi uterus / tinggi fundus uteri


*Kontraksi uterus
*Ukuran kandung kemih
-

Vulva / Perineum
*Pengeluaran Lokhia
*Penjahitan laserasi atau luka episiotomi
*Pembengkakan
*Luka
*Hemoroid

7.

Penanganan

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu
yaitu :
a). Kebersihan diri
-

Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

Mengajarkan

ibu

bagaimana

membersihkan

daerah

kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti


untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari
depan

kebelakang, baru

kemudian

membersihkan

daerah

sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap


kali selesai buang air kecil atau besar.
-

Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut


setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika
telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan dibawah matahari
atau disetrika.

Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air


sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan


kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
b). Istirahat
- Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan
- Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga

bisa pelrlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau

beristirahat selagi bayi tidur.

* Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa


hal:
- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
- Menyebabkan depresi

dan

ketidak

mampuan

untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri.


c). Latihan
-

Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot

perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih


kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
-

Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit

setiap hari sangat membantu, seperti :


*

Dengan

tidur

terlentang

dengan lengan

disamping,

menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas


kedalam dan angkat dagu kedada; tahan satu hitungan
sampai 5 rileks dan ulangi 10 kali.
* Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)

Berdiri

dengan

tungkai

kencangkan

otot-otot pantat

sampai

hitungan, kendurkan

dan pinggul

dirapatkan,
dan tahan

dan ulangi

latihan

sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk
setiap kali gerakan setiap minggu naikkan jumlah latihan
5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan
ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

d). Gizi
Ibu menyusui harus :
-

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan


protein, mineral dan vitamin yang cukup.
-

Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu


untuk minum setiap kali menyusui)

- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi


setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.

- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa


memberikan vitamin A kepada bayinya melalui Asinya.
e). Perawatan payudara
-

Menjaga payudara tetap bersih dan kering

Menggunakan BH yang menyokong payudara

Apabila putting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI


yang keluar pada sekitar putting susu pada setiap kali selesai
menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang
tidak lecet.
-

Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama

24

jam.

ASI

dikeluarkan

dan diminumkan dengan

menggunakan sendok.
-

Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1

tablet setiap 4 - 6 jam.

*Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI


lakukan:
- Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah
dan hangat selama lamanya 5 menit.

Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau


gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah
Z menuju putting.

- Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara


sehingga putting susu menjadi lunak.
-

Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui

- Payudara dikeringkan

f).

Hubungan Perkawinan / Rumah Tangga


istri

Secara fisik aman untuk memuli hubungan suami


begitu

darah

merah

berhenti

dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa


rasa nyeri, begitu darah merah berhenti dan dia tidak
merasakan

ketidaknyamanan,

aman

untuk

memulai

melakukan hubungan suami istri kapa saja, ibu siap.


-

Banyak

budaya

yang

mempunyai

tradisi

menunda hubungan suami sitri sampai masa waktu tertentu


misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan
keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

g). Keluarga Berencana


-

Idealnya

kurangnya

pasangan

harus menunggu sekurang-

2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap

pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana


mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun
petugas kesehatan

dapat

membatu

merencanakan

keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang


cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
-

Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)

sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.


Oleh

karena

itu, metoda

amenore laktasi dapat dipakai

sebelum haid pertama kali untuk mencegah terjadinya


kehamilan baru. Risiko cara ini ialah 2 % kehamilan.
-

Meskipun beberapa metoda KB mengandung Risiko,

menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila


ibu sudah haid lagi.
-

Sebelum

menggunakan metoda

KB,

hal-hal

berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu.


*

Bagaimana metoda ini dapat mencegah kehamilan dan


efektivitasnya.

Kelebihan / Keuntungannya

Kekurangannya

* Efek samping
* Bagaimana menggunakan metoda ini
*

Kapan metoda ini dapat mulai digunakan untuk wanita


pasca salin yang menyusui.
-

Jika seorang ibu / pasangan telah memilih KB

tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam


2

minggu

untuk mengetahui

apakah

ada

yang

ingin

ditanyakan oleh ibu / pasangan itu dan untuk melihat apakah


metoda tersebut bekerja dengan baik.

BAB IV
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja

yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Standar pelayanan


kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam
menjalankan praktik sehari-hari. Standar pelayanan kebidanan juga dapat
digunakan untuk:

1.

Menilai mutu pelayanan

2.

Menyususn rencana diklat bidan

3.

Pengembangan kurikulum pendidikan bidan


Masa nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 8 minggu. Tujuan dari masa nifas yaitu untuk mengetahui
kesejahtraan ibu dan bayi, baik dari kesehatan, kebersihan , nutrisi, pemberian
ASI, tanda bahaya masa nifas, perdarahan, cara mencegah hipotermi pada bayi.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswi untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai Aplikasi Manajemen dan
Organisasi Pelayanan Kebidanan Pada Ibu Nifas serta bermanfaat bagi temanteman sejawat sebagai bahan pertimbangan untuk perbandingan dalam
meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan.

LAMPIRAN 1
POWER POINT

LAMPIRAN
JURNAL 1

JURNAL 1 : Penilaian kualitas layanan perawatan postnatal ditawarkan


kepada ibu di Kabupaten Dedza , Malawi

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menilai kualitas pelayanan postna-tal bahwa bidan
memberikan kepada perempuan yang mencari layanan postnatal di fasilitas
kesehatan di kabupaten Dedza, wilayah tengah Malawi. Desain penelitian adalah
deskriptif cross sectional dan dimanfaatkan pengumpulan data kuantitatif dan
analisis metode untuk menentukan struktur, proses dan hasil komponen perawatan

pasca-natal di dua fasilitas yang menawarkan darurat obstetric dan perawatan


neonatal dan lima yang menawarkan kebidanan darurat dasar dan perawatan
neonatal . Semua 60 bidan yang memberikan pelayanan postnatal selama masa
studi di kabupaten diwawancarai menggunakan kuesioner terstruktur. Selain itu,
bidan praktek yang sebenarnya diamati dan dibandingkan dengan daftar standar
pada praktek perawatan postnatal yang dikembangkan oleh Departemen Malawi
Kesehatan. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur untuk menyediakan layanan konseling postnatal
adalah tidak pantas dan tidak memadai. isi layanan pascakelahiran yang standar
kesehatan reproduksi-rendah karena klien yang tidak dimonitor atau diperiksa
secara fisik pada debit. Rata-rata, semua tujuh fasilitas yang mencetak 48% dari
layanan pascakelahiran diberikan yang jauh menjadi rendah yang dianjurkan 80%
sesuai dengan Standar Kesehatan Repro-yang produktif. Ada kebutuhan untuk
menyediakan infrastruktur dasar di semua fasilitas pelayanan darurat Obstet-ric
dan neonatal dasar. Selain itu, program pelatihan penyegaran bagi bidan di
kesehatan ibu dan neo-natal dengan penekanan pada perawatan postnatal adalah
sangat baik. Ada juga kebutuhan untuk merestrukturisasi departemen kesehatan
ibu dan bayi di FA yang cilities sehingga unit perawatan postnatal menjadi lokasi
prioritas yang berdiri sendiri untuk meningkatkan kualitas layanan perawatan
pasca-natal diberikan.

Anda mungkin juga menyukai