Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI

KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT GANGGUAN JIWA

OLEH :
KELOMPOK 4
I Gusti Agung Ayu Cahyaningrum Ananta

P07124214 017

Kadek Devi Ary Suta

P07124214 022

Ni Putu Ayu Sinta Puji Rahayu

P07124214 025

Ni Komang Ngurah Apni Sulistyawati SJ

P07124214 028

Kadek Vebny Lia Primantari

P07124214 040

Ni Luh Gede Lisa Utami Dewi

P07124214 043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nya lah, makalah yang berjudul Kehamilan dengan Penyakit Gangguan
Jiwa ini dapat kami selesaikan. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Denpasar, 17 Oktober 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman judul...................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
C. Tujuan.............................................................................................................. 2
D. Manfaat........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Stadar Penanganan Kegawatdaruratan Maternal ............................................ 3
BAB III PENUTUP
A. Simpulan..........................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka...................................................................................................... 12

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehamilan adalah tahap utama perkembangan kehidupan perempuan.
Kehamilan dapat membawa kegembiraan dan sebaliknya merupakan peristiwa
yang penuh dengan tekanan dan tantangan. Perubahan psikis yang terjadi selama
kehamilan sangat menentukan. Masalah kehamilan merupakan episode dramatis
terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita
yang pernah mengalaminya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang
kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses
kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang
ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu
sendiri (misalnya adanya perubahan tubuh dan hormonal, kehamilannya tersebut
tak diinginkan, jarak kehamilan yang terlalu dekat, riwayat keguguran ataupun
riwayat obstetrik buruk lainnya) dapat merupakan pencetus berbagai reaksi
psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa
(psikosis) yang berat (Saifuddin, 2002). Namun, ini bukan lah hal yang
mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis.
Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikutnya
biasanya penyakitnya timbul lagi. Eklamsia dan infeksi dapat pula disertai atau
disusul oleh psikosis. Psikosis dapat menjadi lebih berat dalam kehamilan.
Berdasarkan masalah di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas
mengenai kelainan jiwa dalam kehamilan (depresi, psikosa dan psikoneurosa)
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, selain itu agar masyarakat,
terutama wanita hamil lebih banyak tentang hal tersebut, mulai dari bentuk-bentuk
atau jenisnya sampai cara penanganannya. Dengan mengetahuinya, maka
diharapkan dapat meyadari bahwa hal itu adalah fisiologis dan peristiwa kodrati
yang harus dilalui dan agar mereka dapat menyesuaikan diri sehingga tidak terjadi
lagi hal-hal yang tidak diinginkan dalam hubungannya dengan perubahan
emosional.

B. Rumusan Masalah
1

Atas penentuan latar belakang diatas masalah pokok yang dapat


dirumuskan yaitu bagaimana asuhan kebidanan pada kehamilan dengan penyakit
gangguan jiwa yang meliputi depresi, psikosa dan psikoneurosa?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui dan menambah
pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada kehamilan dengan penyakit
gangguan jiwa.
D. Manfaat
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswi kebidanan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan kebidanan pada kehamilan dengan
penyakit gangguan jiwa.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Depresi
1. Pengertian
Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu
bentuk psikosis. Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi
dimengerti sebagai suatu penyakit tubuh yang menyeluruh (whole-body), yang
meliputi tubuh, suasana perasaan (mood), dan pikiran. Depresi merupakan
gangguan mood yang menyerang 1 dari 4 wanita pada suatu titik tertentu dalam
kehidupannya, jadi tidak usah heran jika kelainan ini juga biasa mengenai wanita
hamil. Tetapi sering kali depresi tidak didiagnosa dengan baik saat hamil karena
sering dianggap hanya suatu bentuk gangguan keseimbangan hormon. Asumsi ini
tentu saja bisa membahayakan ibu serta bayi yang dikandungnya. Depresi bisa
diobati dan dimanage selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau antepartum
depresi, merupakan gangguan mood sama halnya dengan depresi klinis.
Gangguan mood merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia
pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bisa mempengaruhi kimia otak
yang

berhubungan

dengan

depresi

dan

gelisah.

Hal

ini

bisa

disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan


depresi.
2.

Gejala-gejala Depresi

Pada ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi
yakni diantaranya sebagai berikut :
a. Ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan, menunjukan lebih
banyak air mata dibandingkan senyum, tidak bisa atau sulit berkonsentrasi,
mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
b. Kadang-kadang tegang, kaku, dan menolak intervensi terapeutik. Selain
itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur,
harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
c. Jarang mengontrol kehamilan.
d. Tidak pernah memberi stimulus terhadap janin yang dikandungnya.
3

e. Tidak melakukan persiapan utnuk menyambut bayi yang akan dilahirkan.


3. Penyebab Terjadinya Depresi Pada Kehamilan
Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita
hamil, namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan
dan setelah melahirkan menjadi penyebabnya. Selain peningkatan kadar hormon
dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita
depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin
mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gama aminobutrik. Selain itu,
ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena
adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahanbahan kimia tersebut. Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme
glukosa dimana penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik
dalam area otak tersebut. Selain itu pencetus terjadinya depresi adalah karena
faktor psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran
menjadi seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan,
pasca bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
Beberapa faktor utama penyebab depresi:
a. Kehamilan yang tidak diharapkan
b. Hamil di luar nikah
c. Faktor ekonomi
d. Faktor ketidakbahagiaan dalam rumah tangga
e. Perasaan cemas menghadapi persalinan.
f. Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
g. Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
h. Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
i. Sedang menghadapi masalah keuangan
j. Usia ibu hamil yang terlalu muda
k. Adanya komplikasi selama kehamilan
l. Terpisah dari keluarga
m. Rasa takut yang berlebihan.
n. Orang tua tunggal.

o. Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan.


4. Dampak atau Pengaruh Depresi Terhadap Kehamilan
Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi,
selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik
terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti
mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa
kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil.
Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi
yang dikandungnya.
Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik
baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal hal yang negatif seperti
minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh
diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir
dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin.
Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap
bayi yang dilahirkan, karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri.
Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan
bunuh diri, bisa saja langsung membuat janinnya meninggal. Ibu yang mengalami
depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan
kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.
5. Penatalaksanaan Depresi
Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk
mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang
menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan
yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan
melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan
supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya
mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat
penting pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya
5

perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan,


dan psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat
psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan
psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak
direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat
riwayat gangguan afektif (depresi) rekuren.
6. Pencegahan Depresi
Bagi mereka yang sedang hamil, maka jadikan masa hamil ini sebagai
pengalaman yang menyenangkan dalam hidupnya. Suami dan keluarga pun harus
berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini.
Dukungan dari mereka semua akan besar manfaatnya untuk menciptakan mood
yang baik bagi ibu dan janinnya. Diharapkan, dengan dukungan total dari suami,
istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari
depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya. Sehingga
pada saatnya nanti sang ibu hamil dapat melahirkan anak anak dengan kualitas
mental dan fisik yang baik serta berkualitas.

B. Psikosa
1.

Pengertian
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan

(sense of reality) atau dengan kata lain, psikosa adalah tingkah laku secara
keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas
sehingga tidak mampu lagi menyesuikan diri dalam norma-norma yang wajar dan
berlaku umum.
Psikosa merupakan gangguan jiwa yang serius, timbul karena penyebab
organic ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan
kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat , berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan, sedemikian rupa
sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari hari sangat

terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku regresif, hidup perasaan tidak sesuai,
berkurangnya pengawasan terhadap impuls impuls serta waham dari halusinasi.
Pada umunya pasien psikosa tidak mampu melakukan partisipasi sosial,
sering ada gangguan bicara, kehilngan orientasi terhadap lingkungan, aspek
sosialnya membahayakan orang lain maupun diri sendir serta memerlukan
perawatan rumah sakit.
2. Penyebab Terjadinya Psikosa pada Kehamilan:
a. Internal (perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil)
b. Ekstenal (kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan beresiko, dan jarak
kehamilan yang terlalu dekat, riwayat kegugura, riwayat obstetri buruk)
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda tanda psikosa:
1) Halusinasi
2) Sejumlah kelainan peilaku, sepeti aktivitas yang meningkat, gelisah,
dan retardasi psikomotor.
b. Gejala psikosis adalah:
1)

abnormal menampilkan emosi

2)

kebingungan

3)

depresi dan kadang kadang pikiran bunuh diri

4)

kacau berpikir dan berbicara

5)

kegembiraan

6)

keyakinan palsu

7)

melihat, mendengar, merasakan, atau memahami hal-hal yang tidak


ada berdasarkan ketakutan/ kecurigaan

Proses kejiwaan dalam kehamilan


1) Triwulan I
a) Cemas ,takut, panik, gusar
b) Benci pada suami
c) Menolak kehamilan
d) Mengidam

2) Triwulan II
a) Kehamilan nyata
b) Adaptasi dengan kenyataan
c) Perut bertambah besar
d) Terasa gerakan janin
3) Triwulan III
a) Timbul gejolak baru menghadapi persalinan
b) Perasaan bertanggung jawab
c) Golongan ibu yang mungkin merasa takut
d) Ibu yang mempunyai riwayat/ pengalaman buruk pada persalinan yang
lalu
4. Pencegahan psikosa
Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah
dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a.

Informasi

b. ANC rutin
c.

Nutrisi

d.

Penampilan

e. Aktivitas
f.

Relaksasi

g.

Senam hamil

h.

Latihan pernafasan

5. Penatalaksanaan psikosa
Perjalanan penyakit bervariasi dan bergantung pada jenis penyebab
penyakit. Bagi mereka dengan psikosis manik-depresif dan skizoafektif, waktu
pemulihan adalah sekitar 6 bulan (Sneddon, 1992). Yang paling mengalami
gangguan fungsi pada saat pemeriksaan lanjutan adalah mereka yang menderita
skizofrenia. Para wanita ini sebaiknya dirujuk ke psikiater. Keparahan psikosis
postpartum mengharuskan diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian
besar kasus dilakukan tindakan rawatinap. Wanita ynag mengalami psikosis
biasanya mengalami kesulitan merawat bayinya.

Proses penanganan pada penderita skizofrenia yang sedang hamil, yaitu


wanita yang datang dengan pskosis pada episode pertama saat hamil harus
diperiksa dengan hati-hati untuk menyingkirkan sebab organic pada psikosisnya
maupun perubahan status mentalnya. Pasien harus dirawat sakit bila rawat jalan
tidak memungkinkan. Pada umumnya peneliti melaporkan bahwa pasien dengan
menggunakan obat antipsikotik pada kehamilan tidak menunjukkan adanya
kelainan pada kelahiran janin. Namun, antipsikotik hendaknya dihindarkan pada
trimester I. Pada kasus yang akut dan membahayakan ibu dan janinnya, dapat
dilakukan terapi elektrokompulsif. Terapik ini tidak menyebabkan persalinan,
kecuali bila kehamilannya cukup bulan.
Pengobatan tergantung pada penyebab psikosis. Perawatan dirumah sakit
sering kali diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien.
a. Terapi Gangguan Jiwa
Saat ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan
jiwa (Kuller dkk.,1996). Sebagian wanita hamil yang memerlukan farmakoterapi
telah menderita penyakit jiwa berat, misalnya gangguan bipolar, gangguan
skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang. Wanita lain yang
memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosi yang
berkembang selama kehamilan.
b. Antidepresan
Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi
melebihi risikonya. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin,
imipramin, dan nortriptilin sering digunakan untuk gangguan-gangguan depresi.
Efek samping pada ibu adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga
sering terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur
yang berkaitandengan depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah
antidepresan yang sangat efektif yangsemakin jarang digunakan karena
menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif ambilan
ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI), termasuk
fluoksetin dan sertralin,menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi primer

bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obatini tidak menimbulkan hipotensi


ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan lain.
c. Antipsikotik
Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti skizofrenia,
gangguan skizoafektif,atau gangguan bipolar sangat mungkin memerlukan terapi
antipsikotik selama kehamilan.
Antipsikotik tipikal adalah golongan antagonis dopamine.Klozapin adalah
satu-satunya antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang
berbeda tetapi tidak diketahui.
Potensi dan efek samping berbagai antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang
berpotensi lebih rendah, klorpromazin dantioridazin, memiliki efek antikolinergik
yang lebih besar serta bersifat sedatif.
d.

Litium
Keamanan litium selama kehamilan masih diperbebatkan. Selain kekhawatiran

tentangteratogenesitas, juga perlu dipertimbangkan indeks terapetiknya yang


sempit. Pernah dilaporkantoksisitas litium pada neonatus yang mendapat ASI.
e.

Benzidiazepin
Obat golongan ini mungkin diperlukan selama kehamilan bagi wanita dengan

gangguan cemas yang parah atau untuk pasien psikotik yang agitatif atau
mengamuk. Diazepam mungkin menyebabkan depresineurologis berkepanjangan
pada neonatus apabila pemberian dilakukan dekat dengan kelahiran.
f.

Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)


Terapi dengan kejutan listrik untuk depresi selama kehamilan kadang-kadang

diperlukan pada pasien dengan gangguan mood mayor yang parah dan tidak
berespon terhadap terapi farmakologis. Hasil diperoleh dengan menjalani 11 kali
terapi dari umur kehamilan 23-31 minggu. Mereka menggunakan tiamilal dan
suksinilkolin,

intubasi,

dan

ventilasi

bantuan

setiap

kali

terapi.

Merekamendapatkan bahwa kadar epinefrin, norepinefrin, dan dopamine plasma


meningkat 2-3 kali lipat dalam beberapa menit kejutan listrik. Walaupun
demikian, rekaman frekuensi denyut jantung janinserta frekuensi jantung, tekanan
darah, dan saturasi oksigen ibu tetap normal.

10

Miller (1994) mengkaji 300 laporan kasus terapi kejut listrik selama kehamilan
mendapatkan bahwa penyulit terjadi pada 10%. Penyulit-penyulit tersebut antara
lain adalah aritmia transien jinak pada bayi, perdarahan pervaginamringan, nyeri
abdomen, dan kontraksi uterus yang swasirna. Wanita yang kurang dipersiapkan
juga berisiko lebih besar mengalami aspirasi, kompresi aortokava, dan alkalosis
respiratorik. Langkah-langkah pengkajian penting adalah pengkajian servik,
penghentian obat antikolinergik yang tidak esensial, pemantauan frekuensi denyut
jantung janin dan uterus, hidrasi intravena, pemberian antasida cair, dan pasien
dobaringkan miring kiri. Selama prosedur, hindari hiperventilasi berlebihan dan
jalan napas harus dilindungi.
Penatalaksannan yang dilakukan:
a.

Konsultasikan dengan dokter, psikiater, psikolog, dan dengan tenaga

kesehatan lainnya.
b.

Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali dengan tenaga medis harus

dengan kesabaran meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan


persalinan merupakan hal yang normal dan wajar.
c.

Ajarkan dan berikan latihan latihan untuk dapat menguasai otot otot istirahat

dan pernafasan
d.

Hindari kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si ibu.

e.

Hindari komentar suatu kasus dan gelak tawa

f.

Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu

agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.


g.

Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila

perlu diberi stimulansia.


h.

Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati

dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak


menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi
tenang, tetapi bertambah gelisah.
i.

Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya

untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya)
ataupun untuk orang lain.

11

j.

Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya

menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat
melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan
terlalu gelap, klien tidak tahan terlalu diisolasi.
C. Psikoneurosa
1.

Pengertian
Psikoneurosa yaitu ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya

konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut
tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis
(suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas
yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan
dan kurang memiliki energi). Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis
dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan
keluar dalam pelbagai bentuk tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme
pertahanan diri ( defence mechanism).
Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu
kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan keluar dalam berbagai bentuk
tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence
mechanism). Oleh pengkondisian yang buruk dari lingkungan sosial yang sangat
tidak menguntungkan, muncul kemudian banyak ketegangan dan kecemasan, serta
simptom-simptom mental yang pathologis atau gangguan mental yang disebut
neurosa. Psikoneurosa atau disingkat dengan neurosa disebabkan oleh faktorfaktor psikologis dan kultural, khususnya oleh ketakutan dan kecemasankecemasan terus-menerus yang menimbulkan stress atau ketegangan batin yang
kuat dan kronis; sehingga orang mengalami frustasi hebat, konflik-konflik
emosional, kepatahan fisik dan kepatahan mental ( mental breakdown ). Ditambah
pula oleh ketidak-imbangan pribadi dan kurangnya atau sedikitnya usaha serta
kemauan, sehingga menambah banyaknya kecemasan, yang nantinya akan
meledak menjadi gejala neurosa.
Psikoneurosa

yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik

dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak
12

dapat mengatasi konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu


kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang
kronis, hambatan emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan
dan kurang memiliki energi).
2.

Jenis Psikoneurosa
a. Neurosis kuatir atau anxiety neurosis

Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan
mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari
psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguangangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap
lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik.
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian.
Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan
masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis
bukanlah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang
diderita yang bersangkutan adalah ketegangan pribadi yang terus sebagai akibat
konflik yang berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konflik yang
tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan
mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis,
hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang
memiliki energi)
b. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
1) Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan,
tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala
tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi
kepanikan
a) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan
seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan,

13

b) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi,


perasaan tidak mampu,
2) Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering
jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang
menahun seperti kemarahan yang dipendam.
Sebab-sebab anxiety secara umum :
a) Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh
kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertub u-tubi
b) Repressi terhadap macam macam masalah emosional, akan tetapi
tidak bisa berlangsung secara sempurna
c) Kecenderungan harga diri yang terhalang.
d) Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat,
sehingga menimbulkn banyak konflik batin.
3) Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan
menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian
yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada
umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.

14

Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Gangguan Jiwa


Pada saat perawatan antenatal perlu dicari faktor-faktor yang dapat menjadi faktor
predisposisi sebagai fokus pengkajian asuhan gangguan psikologik yang meliputi:
1. Riwayat pasien dan keluarga dengan gangguan psikiatri
a. Gaya kehidupan yang menyendiri
b. Riwayat pelecehan seksual, fisik/emosional dan drug abuse
2. Problem psikologik yang pernah dialami antara lain :
a. Riwayat berpisah dengan ibunya yang terlalu awal, kesulitan berpisah
dengan orang tua
b. Masalah dengan keluarga di saat perkawinan
c. Kematian anggota keluarga atau teman
kehamilan/persalinan
d. Konflik tentang pengasuhan anak
3. Riwayat Reproduksi kurang baik
a. Riwayat kesulitan dengan kehamilan,

dekat

persalinan

pada

atau

saat

depresi

pascapersalinan
Riwayat kematian janin intrauterine atau kematian segera setelah lahir
Riwayat kelainan kongenital
Riwayat infertilitas
Riwayat abortus berulang
f. Riwayat pseudosiesis atau hyperemesis (Saifuddin, 2009)
b.
c.
d.
e.

Manajemen penatalaksanaan gangguan psikologik pada kehamilan


Pada masa antenatal seleksi pasien harus dilakukan
1. Buatlah suatu perencanaan bersama untuk mengenali kelainan psikik pada ibu
hamil. Dengan menyadari adanya kelainan psikik ini, seluruh personil dapat
memberikan terapi awal.
2. Berikan penjelasan tentang tahap-tahap kehamilan, persalinan, nifas pada
keluarga
3. Dengarkanlah dan berikan tanggapan apabila pasien menyatakan keluhannya.

Lakukanlah pemeriksaan secara cermat. Informasi yang jelas dan terbuka


disertai dengan komunikasi yang baik dengan suami dan keluarga ibu hamil
tersebut akan merupakan dukungan yang sangat berarti (Saifuddin, 2009).
Bidan harus mampu mengidentifikasi sumber dukungan yang ada disekitar
ibu, mempelajari keadaan lingkungan ibu, keluarga, ekonomi, pekerjaan seharihari. Perlu dipahami bahwa sumberdukungan psikososial yang paling besar
pengaruhnya pada individu adalah orang yang terdekat bagi mereka seperti
pasangan, teman baik, kerabat.
15

16

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN

B. SARAN

17

DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, A,B dkk.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, A,B dkk.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

18

Anda mungkin juga menyukai