TESIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
10
Lembar Pengesahan
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua
Anggota
11
1.
2.
Prof.Dr.dr.Alex Pangkahila,M.Sc.,Sp.And.
3.
4.
Nama
NIM
1290761040
Program Studi
Medicine)
Judul
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun
2010 dan Peraturan Perundang - undang yang berlaku.
12
Denpasar,..
Yang membuat pernyataan,
Materai
6 000
(dr. F.M. Delly Dahlia)
13
2. Prof Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT, FICS selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program
Pascasarjana
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Udayana
yang
telah
14
semangat,
dan
pengertiannya
selama
penulis
menempuh
pendidikan.
14. Rekan-rekan sejawat yaitu HJ. Mariatul Fadillah, Ericson Yudhistira, Meilani
Hidayat, Eva Rianah, Susan Tristianty, Agatha Sri Pujiatiningsih, Heny
Widyowaty , Larissa Krisanti , Kadek Trisnadewi dan suami juga rekan
sejawat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu
memberikan bantuan, dorongan, semangat, dan saran selama penulis
mengikuti studi, khususnya dalam penulisan tesis ini.
15
15. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Tak lupa dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan permohonan
maaf jika terdapat kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini. Meski jauh dari
sempurna, penulis tetap berharap tesis ini dapat memberikan manfaat baik bagi
penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta bagi pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat
dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan
penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga. Amin.
Denpasar,
November 2014
Penulis,
16
ABSTRAK
EKSTRAK TEH PUTIH ( CAMELLIA SINENSIS ) ORAL MENCEGAH
DISLIPIDEMIA PADA TIKUS ( RATTUS NOVERGICUS ) JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai terjadinya
peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan penurunan kolesterol
HDL. Pada saat ini banyak penelitian untuk mencegah dan mengobati
dislipidemia dengan bahan alami. Teh putih merupakan teh tanpa proses
fermentasi yang berasal dari daun teh (camellia sinensis) yang sangat muda dan
masih menggulung serta dilindungi dari sinar matahari sehingga mencegah
degradasi polifenol. Ekstrak teh putih mengandung derivat katekin tertinggi
dibanding teh lainnya , ECGC (Epigalocathecin 3-Gallate) dan kafein ini dapat
memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif, juga memiliki
kemampuan untuk menginhibisi (Cholesteryl ester transfer protein) CETP, yang
bisa meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol total
,trigliserida dan kolesterol LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kegunaan Ekstrak Teh Putih (camellia sinensis) sebagai alternatif untuk mencegah
dislipidemia dan mengetahui dosis pemberian ekstrak teh putih untuk mencegah
dislipidemia pada tikus jantan galur wistar.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan randomized
posttest only control group design. Tikus putih jantan dipilih secara random dan
dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu
kelompok kontrol diberikan diet tinggi lemak dan plasebo yang berupa akuades ,
kelompok perlakuan I diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 14,4 mg, dan
kelompok perlakuan II diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 28,8 mg
masing-masing 1 kali sehari. Setelah perlakuan selama 28 hari sampel darah
diambil dari medial kantus sinus orbitalis, untuk pemeriksaan kadar kolesterol
total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan I dan II
terdapat penurunan kolesterol total secara bermakna sebesar 137,31% dan
156,65% (p < 0,05), penurunan trigliserida secara bermakna sebesar 77,29% dan
101,01%(p < 0.05) dan penurunan kolesterol LDL 53,58 % dan 75,12%(p <
0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna sebesar 44,31% dan
66,39% (p < 0,05).
Penelitian ini menyimpulkan ekstrak teh putih mencegah peningkatan
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan mencegah penurunan kolesterol
HDL, jadi ekstrak teh putih mencegah dislipidemia.
Kata kunci : ekstrak teh putih, profil lipid, dislipidemia
17
ABSTRACT
WHITE TEA EXTRACT ( CAMELLIA SINENSIS) PREVENTED
DYSLIPIDEMIA IN MALE WISTAR RAT FED WITH HIGH FAT-DIET
Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder followed by high total
cholesterol level, high LDL cholesterol level, high tryglyceride level and low
HDL cholesterol level. During the past years many researches have been
conducted for natural substances to improve lipid profiles and vascular protective
effect. White tea is an unfermented tea made from young shoots leaves of
camellia sinensis protected from sunlight to avoid polyphenol degradation. White
tea has the higher level of catechin derivate, EGCG (Epigalocathecin 3-Gallate),
and caffeine. The compounds have the ability to inhibit CETP (Cholesteryl ester
transfer protein), which may increase HDL cholesterol concentrations and
decrease LDL cholesterol, triglyceride and total cholesterol concentrations. This
research was aimed at investigating benefit of white tea extract (Camellia
Sinensis) as an alternative to prevent dislipidemia in Male Wistar rats fed with
high fat-diet
This study was a pure experimental research, with a randomized posttest
only group design. The study designed to all samples then randomized equally
into 3 treatment groups (group I and II) and a placebo control group . The study
continued for 28 days. Samples in the control group were fed with high-fat diet
and placebo (distillated water), samples in the treatment group I were fed with a
high fat-diet and white tea extract 14,4 mg bid, and treatment group II was fed
with high fat-diet and white tea extract 28,8 mg bid.After 28 days the blood was
taken from medial canthus sinus orbitalis for lipid profiles
The study showed that both groups (I and II), the total cholesterol level
decreased significantly 137,31% and 165,65% respectively (p < 0.05), the LDL
cholesterol level decreased significantly 53,58% and 75,12% respectively (p <
0.05), the triglicerides level decreased significantly 77,29% and 101,01%
respectively (p < 0.05), and the HDL cholesterol level increased significantly
44,31% and 63,39% respectively (p < 0.05).
It coud be concluded that white tea extract was proved to improve
significantly lipid profiles and dyslipidemia prevention.
Key words: white tea extract, lipid profile, dyslipidemia.
18
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
iv
BEBAS PLAGIAT...........................................................................................
vi
ABSTRAK ..........................................................................................................
ABSTRACT ........................................................................................................
xi
19
20
21
22
........................................................................................ 98
23
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
5.1
5.2
5.3
.......... 77
24
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
25
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1
Adiposopathy ........................................................................................... 10
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
CETP ....................................................................................................... 52
2.15
2.16
4.1
4.2
5.1
26
5.2
5.3
5.4
5.5
DAFTAR SINGKATAN
AAM
Anti-Aging Medicine
AMPK
BMI
CETP
CRP
C-Reactive Protein
CVD
DNA
Deoxyribonucleic Acid
27
EC
Epicatechin
ECG
Epicatechin 3-gallate
EGC
Epigallocatechin
EGCG
Epigallocatechin 3-gallate
FAS
FFA
HDL
HSL
Hormone-Sensitive Lipase
HSPs
ICAM-1
IL-1
Interleukin-1
LCAT
LDL
LPL
Lipoprotein lipase
MCP-1
Monocyte-chemoattractant Protein-1
MUFA
NO
Nitric Oxide
PL
Pancreatic Lipase
PUFA
TG
Trigliseride
TNF-
VEGF
VLDL
28
WHO
29
DAFTAR LAMPIRAN
109
110
111
112
116
117
118
BAB I
PENDAHULUAN
30
mengalami proses penuaan. Proses penuaan sampai saat ini masih dianggap
sesuatu yang alamiah terjadi. Dengan bertambahnya usia maka seluruh sistem
dalam tubuh perlahan-lahan mengalami penurunan fungsi pada berbagai sel,
jaringan, dan organ tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan fisik
dan mental. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dilakukan
berbagai upaya untuk memperpanjang usia dengan mencegah perubahanperubahan tersebut. Upaya inilah yang mendasari berkembangnya Anti-Aging
Medicine (AAM).
Dengan konsep AAM penyakit dapat dicegah, dihindari, dan diobati
sehingga dapat kembali ke keadaan semula, dengan demikian manusia tidak lagi
harus membiarkan dirinya begitu saja menjadi tua dengan segala keluhan dan
mendapat pengobatan yang belum tentu benar (Pangkahila, 2007).
Pada saat ini banyak penyakit yang berhubungan dengan pola makan yang
tidak sehat, karena pola makan sekarang cenderung mengandung tinggi kalori dan
tinggi lemak, serta pola hidup sedentari dimana aktivitas fisik sehari-hari sangat
minimal sehingga menyebabkan kelebihan lemak tubuh. Konsumsi Asam lemak
jenuh dan kalori yang tinggi dalam
sekarang akan
menu
makanan
masyarakat
31
risiko
32
33
(Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008; Yang dan Wang, 2011; Forester dan
Lambert, 2011). Mekanisme teh putih mencegah dislipidemia diduga karena
interaksi dari derivat katekin yang utama yaitu Epigallocatechin 3-gallate
(EGCG) dan kafein meningkatkan termogenesis dan mengurangi penyerapan
lemak pada tubuh. Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) menurunkan TNF-
sehingga terjadi inhibisi sintesis fatty acid dan meningkatkan regulasi reseptor
enzim yang berperan pada beta oksidasi fatty acid di hepar dan meningkatkan
sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan
aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat
aktifitas CETP ( Kersshaw dan Flier, 2004). Meningkatkan juga ekskresi lemak
pada feses (Teixeira, et al., 2012). Penelitian sebelumnya telah dibuktikan efek
teh putih menurunkan stres oksidatif dan kadar trigliserida pada tikus obes
(Teixeira, et al., 2012). Maka dianggap perlu penelitian teh putih mencegah
dislipidemia. Teh putih yang digunakan pada penelitian ini adalah teh putih
Gambung (Hasil analisis ekstrak teh putih gambung dilampirkan pada lampiran
2).
34
lemak?
2. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan
kolesterol LDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
lemak?
3. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan
trigliserida pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak?
4. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah penurunan
kolesterol HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
lemak?
35
lemak.
4. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah
penurunan HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
lemak.
Manfaat ilmiah
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmiah tentang
teh putih dan ekstrak teh putih oral dapat mencegah dislipidemia. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan dasar dan acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2
Manfaat aplikasi
Apabila ekstrak teh putih dapat mencegah dislipidemia maka hasil
penelitian dapat disosialisasikan kepada masyarakat sebagai alternatif
pencegahan dan pengobatan dislipidemia.
Mendukung pengembangan penelitian untuk menggunakan bahan-bahan
natural dalam pencegahan dan pengobatan dislipidemia dalam usaha untuk
memperlambat penuaan dan kematian dini akibat penyakit yang
berhubungan dengan dislipidemia.
36
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Proses Penuaan
Setelah mencapai usia dewasa, secara alami komponen tubuh tidak
37
38
kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi pada sel lemak
dan jaringan lemak (Adiposit dan jaringan adiposa). Kelebihan lemak biasa
berasal dari asupan Lipos (minyak hewani dan minyak nabati). Adiposit dan
jaringan adiposa menyimpan sejumlah lemak termasuk trigliserida dan koleterol.
Jaringan adiposa dan adiposit berfungi sebagai organ endokrin aktif dan sel
immun (immune stand point).
Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa membentuk adiposit
patogenik dan efek jaringan adiposa. yang disebut Adiposopathy, menstimulasi
peningkatan TNF- sehingga mengakibatkan peningkatan sirkulasi lipid,
patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan
lemak tubuh dan dislipidemia (Bays et al., 2013)
39
40
Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia (Bays et al.,
2013).
41
2.3
2.3.1
Dislipidemia
Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida
serta penurunan kadar kolesterol HDL (Gordon, 2003).
Dislipidemia bukan penyakit, lebih tepat disebut sebagai kekacauan
metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan
berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan
penyakit kardiovaskular (Gordon, 2003).
42
Diwaspadai
( mg/dl )
Berbahaya
( mg/dl )
< 200
200 - 239
> 240
- Tanpa PKV
< 130
130 - 159
> 160
- Dengan PKV
< 100
Kolesterol HDL
> 45
36 - 44
< 35
- Tanpa PKV
< 200
200 - 399
> 400
- Dengan PKV
< 150
250 - 499
> 500
Kolesterol
Total
Kolesterol LDL
Trigliserida
43
2.3.2
Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit (Grundy, 2006):
44
2.3.3
Penyebab Dislipidemia
Penyebab dislipidemia dibagi 2, yaitu (AACE, 2012):
A. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan
apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya.
Kelainan ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer
meliputi:
Hiperkolesterolemia poligenik
Hiperkolesterolemia turunan
Dislipidemia remnan
Sindroma kilomikron
Hipertrigliseridemia turunan
Peningkatan apolipoprotein B
B. Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang
mendasari. Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti
diperlihatkan oleh tabel 2.2 dibawah ini.
45
Lipid
Penyebab
2.3.4
- Hipotiroid
- Sindrom nefrotik
- SLE, multiple myeloma
- Progestin, pengobatan anabolik
streroid
- Penyakit hati obstruktif, sirosis
- Protease inhibitor pada pengobatan
infeksi HIV
- Gagal ginjal kronik
- DM tipe 2
- Obesitas
- Alkohol
- Hipotiroid
- Obat anti hipertensi (Tiazid, Beta
Bloker)
- Terapi koertikosteroid ( steroid
Endogen akibat stres berat)
- Estrogen oral, kontrasepsi oral,
kehamilan
- Very low fat diet
Penatalaksanaan Dislipidemia
Penatalaksanaan dislipidemia dibagi menjadi:
46
47
Tabel 2.3 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet (Krauses, 2012)
Nutrient
Recomended Intake
Total fat
Saturated fat
trans-fatty acids
Polyunsaturated fat
Monounsaturated fat
Carbohydrate
Fiber
Plant strerols
Protein
Cholesterol
Total calories (energy)
2 g/day
Approximately 15% of total calories
Less than 200 mg/day
Balance energy intake and expenditure to
maintain desirable body weight/prevent
weight gain.
48
2. Latihan jasmani
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan
kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas
dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan
menurunkan berat badan.
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1) Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
2) Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut
jantung maksimal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
3) Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan,
selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan
lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/
minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.
B. Terapi Farmakologi
Obat anti-dislipidemia adalah obat yang ditujukan untuk memperbaiki
kadar lemak di dalam darah.
Pemberian obat anti-dislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus
dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak
merespon (Illingworth, 2007).
Bila terapi non-farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan
bermacam-macam obat anti-dislipidemik tergantung dari jenis dislipidemia yang
kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari
pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL, trigliserida,
49
fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping
dari pada obat-obat tersebut .
Saat ini didapat beberapa golongan obat (ACC/AHA, 2013):
1) Golongan statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor : lovastatin, pravastatin,
fluvastatin, simvastatin, atrovastatin, rosuvastatin, pitavastatin)
2) Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat)
3) Asam nikotinat (niacin)
4) Golongan resin (sequestran)
5) Kolestrol absorbsi inhibitor (ezetimibe)
Kadang kala kadar kolesterol dan trigliserida meningkat secara progresif
pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan
ezetimbe (ACC/ AHA, 2013).
2.3.5
Komplikasi Dislipidemia
Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai
50
2.4 Lemak
Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi,
berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh.
Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari asupan
makanan dan lemak yang dibentuk oleh tubuh (hasil produksi organ hati), yang
bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) dan jaringan adiposa sebagai
cadangan energi (Nugroho, 2009).
Fungsi lemak adalah (Lichtenstein et al., 2006) :
1. Sebagai penyusun struktur membran sel.
Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran
material-material.
2. Sebagai bantalan lemak.
Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa.
3. Sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan adiponektin, leptin, Tumor
Necrosis Factor .
Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu
regulasi proses-proses biologis.
Secara umum fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ
tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut
dalam lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai
pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Nugroho, 2009).
51
2.4.1
Fosfolipid
2.4.2
Trigliserida
52
Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 97 persen trigliserida
sisanya berbentuk kolesterol dan fosfolipid. Lemak disimpan di dalam tubuh
dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam
sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas serta
melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Krauses, 2012).
2.4.3
Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas
dan ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak
dan saraf (Murray et al., 2003).
Kolesterol sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme tubuh,
misalnya (Murray et al., 2003) :
1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel.
2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak.
3. Untuk membuat vitamin D.
4. Berperan sebagai bahan pembuat hormon-hormon seks dan kortikosteroid
atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar
gula darah, otot, serta kekebalan tubuh.
Delapan puluh persen kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (pembentukan
oleh hati) dan 20 persen sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi).
Kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya
seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lain-lain.
Kolesterol yang berasal dari makanan jarang dalam bentuk kolesterol bebas,
biasanya berbentuk kolesterol dengan asam lemak atau sering disebut ester
53
kolesterol. Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak
terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan (Murray et al., 2003).
Sel-sel jaringan tubuh memerlukan kolesterol untuk tumbuh dan
berkembang secara semestinya. Sel-sel ini menerima kolesterol dari LDL (Low
Density Lipprotein). Meskipun demikian jumlah kolesterol yang dapat diterima
atau diserap oleh sel ada batasnya. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau
bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita
tinggi.
2.4.3.1 Biosintesis Kolesterol
Prekusor yang digunakan oleh hati untuk mensintesis kolesterol adalah
asetil Koenzim- A (asetil KoA) yang merupakan hasil metabolisme karbohidrat,
protein atau lemak. Biosintesis kolesterol terbagi menjadi empat tahap. Tahap
pertama melibatkan perubahan asetil koA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutarilKoA (HMG-KoA) yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kemudian
dilanjutkan sintesis HMG-KoA menjadi Mevalonat akan diubah menjadi molekul
dasar isoporen yaitu isopentenyl pyrophospat (IPP), bersamaan dengan hilangnya
CO 2. Tahapan ketiga adalah terjadinya proses polimerisasi enam molekul
isoprenoid untuk membentuk molekul skualen. Tahap paling akhir adalah proses
terbentuknya inti steril dari skualen, yang kemudian akan diubah menjadi
kolesterol (Koolman, 2005).
Laju sintesis kolesterol oleh tubuh ditentukan oleh laju pembentukan
mevalonat oleh HMG-KoA reduktase. Kerja enzim ini dapat dihambat oleh
beberapa obat penurun kolesterol golongan statin (Koolman, 2005).
54
2.4.4
Asam lemak
55
Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan C24 (Rader dan
Hobbs, 2005).
Ada dua macam asam lemak yaitu (Rader dan Hobbs, 2005) :
1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid).
Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap.
2. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid).
Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap.
2.4.5
Lipoprotein
Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut
dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka
di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk
suatu kompleks makro molekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak
(kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut Lipoprotein
(Mahley, 2003).
Tubuh mengatur kadar lipoprotein melalui beberapa cara (Rader dan
Hobbs, 2005) :
1.
2.
56
Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan
dipecah serta dibuang dengan cara yang sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005).
2.4.5.1 Kilomikron
Kilomikron merupakan lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke
hati. Kilomikron dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak dari
trigliserida. Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya
terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang
mengandung trigliserida dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester.
Pada waktu mencapai darah, kilomikron berinteraksi dengan LPL (Lipoprotein
Lipase) yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot.
Akibat interaksi ini trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut
oleh HDL ke hepar untuk di metabolisme. Kilomikron membawa trigliserida dari
makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, dan membawa kolesterol makanan ke
hati (Rader dan Hobbs, 2005).
Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas,
Apo B48, Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron
terdiri dari trigliserida dan kolesterol. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E
ditransfer ke kilomikron dari HDL sehingga membentuk kilomikron. Apo CII
memediasi hidrolisis trigliserida melalui pengaktifan LPL, sehingga terbentuk
kilomikron remnan yang kaya kolesterol miskin trigliserida dan asam lemak bebas
(Mahley et al., 2003 ; Rader dan Hobbs, 2005).
Kilomikron remnan akan diambil oleh hepatosit dengan bantuan Apo E,
sehingga kolesterol digunakan oleh hepatosit untuk membentuk asam empedu
57
58
59
60
menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah (Rader
dan Hobbs, 2005).
Fungsi HDL antara lain adalah :
1. Mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel
pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzim LCAT
(Lecithin Cholesterol Acyl Transferase) melepaskan kolesterol ke VLDLremnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu.
2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan
kilomikron remnan.
3. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang besifat anti
trombosis.
4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL.
Inti HDL adalah kolesterol ester yang dibentuk dalam sirkulasi melalui
pengambilan kolesterol di jaringan perifer dengan pertolongan enzim LCAT
(Rader dan Hobbs, 2005)
2.4.5.5 Apoprotein
Transportasi antar organ dari lipid eksogen dan endogen di dalam
lipoprotein diatur oleh apoprotein.
Peran apoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001) :
1. Meningkatkan kelarutan lipoprotein di dalam air.
2. Mengatur transportasi dan aktivitas lipoprotein dengan memodulasi
aktivitas enzim dan membantu klirens (removal) lipoprotein dari sirkulasi
ke organ-organ melalui reseptor khusus.
61
62
63
2.6.1
Jalur Eksogen
Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron. Kilomikron ini
akan diangkut dalam saluran limfe lalu ke dalam darah melalui duktus thorasikus.
Di dalam jaringan lemak dan otot, trigliserida dalam kilomikron mengalami
hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel.
Akibat hidrolisis ini maka akan tebentuk asam lemak bebas dan kilomikron
remnan. Asam lemak bebas akan menembus sel endotel dan masuk ke dalam
jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai
cadangan atau dioksidasi menjadi energi.
Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian
trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester kolesterolnya
tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan
mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol
bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai stuktur (membran plasma,
mielin, hormon steroid dan sebagainya), disimpan dalam hati sebagai kolesterol
ester lagi disekresi ke empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) yang akan
dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen dan membantu proses
penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan
melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu. Kemudian
organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui
jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah
diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati.
64
2.6.2
Jalur Endogen
65
2.7 Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah kondisi di mana terjadi penyempitan pembuluh
darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah
yang akan menghambat aliran darah. Kolesterol yang berlebihan dalam darah
akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya,
66
LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk
ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima. LDL disebut
lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah
sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena
mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. LDL yang telah menyusup ke
dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL
yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dapat
melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus
lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. Disamping itu LDL-teroksidasi juga
menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam
intima menjadi makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami
oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat
mengubah makrofag menjadi sel busa (foam cell) (Rader dan Hobbs, 2005).
Sel busa (foam cell) yang terbentuk akan saling berikatan membentuk
gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang
mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin
pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan
intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin
banyak. Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol)
membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang
lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah
pecah, meninggalkan luka pada dinding pembuluh darah yang dapat
mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah
67
mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah
ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan
aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005).
68
Deskripsi Teh
2.8.2
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Ericales
Famili
: Theaseae
Genus
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis
69
2.8.3
Jenis-jenis Teh
70
Gambar 2.9 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah /Oolong, Teh hitam
71
Camellia sinensis
Young Leaves
Withered
Steamed
Steamed / fired
Withered
ruised by shaking
Rolled
Inactivation)
Rolled/shaped
Partially oxidized
Fully oxidized
(10-80%)
Dried
Dried
White Tea
Green Tea
Fired/Dried
Oolong
Fired/Dried
Black Tea
Catechin
72
2.8.4
73
b. Substansi Pektin
Pektin dapat terurai menjadi asam pektat dan metil alkohol dengan bantuan
enzim pektin metal esterase. Metil alkohol akan menguap dan sebagian diubah
menjadi asam organik yang akan menghasilkan aroma khas (Rohdiana, 2009).
c. Alkaloid
Alkaloid pada teh memiliki sifat penyegar. Alkaloid yang utama dalam teh
adalah kafein. Kafein akan bereaksi dengan ketekin dan menimbulkan rasa segar
pada seduhan teh (Alamsyah, 2006).
d. Klorofil dan Zat warna lain
Warna hijau pada daun teh disebabkan adanya klorofil. Dalam proses
inaktivasi enzim terjadi pemanasan senyawa klorofil yang menyebabkan perubahan
warna hijau segar menjadi hijau tua/zaitun karena klorofil diubah menjadi feofitin.
Jika terjadi suasana sangat asam feofitin akan diubah menjadi feoforbid yang
berwarna hijau kecoklatan (Alamsyah, 2006).
e. Protein dan Asam amino
Asam amino, karbohidrat dan katekin akan membentuk senyawa aromatis.
Asam amino yang berpengaruh adalah alanin, fenil alanin, valin, leusin, dan
isoleusin. Seluruh kandungan protein dan asam amino bebas adalah 1,4-5% dari
berat daun kering. Reaksi asam amino dengan katekin pada temperature tinggi
menghasilkan aldehida yang membuat aroma pada teh (Alamsyah, 2006).
74
f. Substansi resin
Kandungan resin sekitar 3% dari berat daun kering. Peranan resin adalah
menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap kondisi beku (Alamsyah, 2006).
g. Vitamin
Daun teh mengandung beberapa vitamin, yaitu vitamin C,K,A,B1, dan B2.
Kandungan vitamin C pada teh sebesar 100-250 mg. kandungan sebesar itu hanya
terdapat pada teh hijau dan teh putih. Vitamin K dalam teh hijau dan teh putih
sebanyak 300-500 IU/g (Alamsyah, 2006)
h. Substansi mineral
Kandungan mineral dalam daun teh cukup banyak. Mineral berfungsi dalam
pembentukan enzim didalam tubuh, sumber mineral yang penting dalam proses
metabolisme. Kandungan mineral dalam daun teh :
- Magnesium
Berfungsi membantu proses metabolisme protein, reaksi seluler, mengatur
elektrolit tubuh, hormone reseptor, metabolisme vitamin D (Rohdiana, 2009).
- Flourida
Berfungsi menguatkan gigi agar terhindar dari karies, pembentukan plak gigi
dan membunuh bakteri penyebab pembengkakan gusi (Alamsyah, 2006).
- Natrium
Berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit untuk mencegah menurunnya
cairan seluler akibat tekanan osmotik.
75
- Kalsium
Berfungsi membantu pembentukan tulang dan gigi, transmisi impuls syaraf,
kontraksi otot dan meningkatkan efektifitas kerja enzim.
- Seng
Berperan dalam metabolisme tubuh, sintesis vitamin A, peningkatan sistem
kekebalan tubuh dan membentuk enzim pemusnah radikal bebas.
3. Substansi Penyebab Aroma
Aroma teh berasal dari likosida yang terurai menjadi gula sederhana dan
senyawa yang beraroma atau dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa
yang mudah menguap (aldehida dan keton tak jenuh). Substansi penyebab aroma
meliputi klorofil, karotenoid, dan senyawa volatil.
4. Enzim
Berfungsi sebagai biokatalisator pada reaksi kimia pada daun teh. Enzim yang
terkandung dalam daun teh invertase, amylase, glukosidase, oximetilase, protease,
peroksidae dan polifenol oksidase (Alamsyah, 2006).
2.9 Teh Putih
Teh putih berasal dari pucuk daun Camelia sinensis yang sangat muda dan masih
menggulung, mempunyai rambut-rambut sangat halus berwarna putih keperakan, dan
pada saat dipetik dihindari dari sinar matahari. Pada saat pembudidayaan daun teh muda
tersebut dilindungi dari sinar matahari untuk mencegah terbentuknya formasi klorofil.
Sehingga memberikan penampakan berwarna putih pada daun teh muda tersebut (Dias
et al., 2013). Teh putih di Indonesia dikembangkan di Gambung, Jawa Barat, teh ini
76
diproduksi menjadi teh unggulan yang diberi nama Exellent Gamboeng White tea,
Premium Tea of Indonesia, oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Bandung.
77
Teh putih mempunyai kandungan polifenol yang lebih tinggi dibanding teh
lainnya karena tidak melalui proses fermentasi dan oksidasi. Polifenol utama pada teh
putih terutama derivat dari katekin merupakan antioksidan poten yang mempunyai
manfaat positif bagi kesehatan. Sifat antioksidan dari teh putih dapat mencegah radikal
bebas dan menginhibisi stres oksidatif dan inflamasi. Pada saat ini stres oksidatif dan
inflamasi berkaitan dengan bermacam penyakit antara lain penyakit obesitas,
dislipidemia, diabetes, kardiovaskular, neurodegeneratif dan kanker (Dias et al., 2013).
2.9.1
Sejak jaman dahulu teh telah dikenal sebagai minuman yang menyegarkan dan
mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Seperti halnya jenis teh yang lain teh putih
juga bermanfaat bagi kesehatan. teh putih telah digunakan untuk mengobati obesitas dan
penyakit penyerta. Banyak studi yang dilakukan untuk mengidentifikasi komposisi dari
teh putih (Unachukwu, 2010; Van der hooft , 2012).
Manfaat teh putih dapat sebagai proteksi terhadap penyakit kardiovaskular,
kanker, diabetes melitus, obesitas, sistem saraf pusat, dan penyakit infeksi. Proteksi
terhadap penyakit kardiovaskular didapat dari sifat teh putih sebagai antitrombogenik,
aktivitas hipotensif, anti inflamansi, aktivitas hipokolesterolemia, aktivitas lipolitik, dan
anti angiogenik (Dias et al., 2013). Manfaat teh putih dapat dilihat pada tabel 2.4.
78
Tabel 2.4 Potensial protektif efek dari teh putih Dias et al., 2013)
Protective Effects of White Tea
Cardiovask
uler
Cancer
diseases
AntiAnti-mutagenic
thrombogen
activity
ic activity
(Battacharya
as et
U et al., 2011)
al.,2013)
Anti-diabetic
activity
(Albofathi
AA. et al.,
2012)
Hypotensiv
e activity[
(
Green DJ
et al., 2011)
Hypoglycemi
c activity
(MackenzieT.
et al., 2007)
Anticarcinogenic
activity
(
Carvalho M et
al., 2010)
AntiAntiinflammato inflammatory
ry activity
activity
(Stang V et (Deka A, et al.,
al., 2006)
2011)
Antioxidant DNA damage
activity
reduction
(
(Cheng To
Sharangi A.,
et al., 2000)
2009)
Antioxidant
activity
( Han
MK.,2003)
Anti
Angiogenic
Activity
(Sharangi A.,
2009)
Diabetes
mellitus
Obesity
Stimulasion
of hepatic
lipid
metabolisme
(Murase T et
al., 2002)
Inhibition of
lipase
(Chantre P et
al., 2002)
Insulin
Thermogenic
resistance
activity
reduction
(Dulloo A et
(Islam M.,
al., 2000)
2011)
Antioxidant
Modulasion
activity
of appetite
(Song EK et
(Liao S.,
al., 2003)
2001)
Hypocholesterolemic activity
( Maron DJ et al., 2003)
Hypolypidemic Activity
(Huang et al., 2012)
Central
nervous
system
Anti-stress
acticity
(Kimura K
et al., 2007)
Microorgani
sme induced
diseases
Antimicrobial
activity
(Wang X et
al., 2010)
Stimulant
activity
(Liu K et
al., 2011)
Anti-fungal
activity
(Hirasawa et
al., 2004)
Antidepresant
activity
(Zhu WL et
al., 2011)
Antioxidant
activity
(Lopez V et
al., 2011)
Anti-viral
activity
(Weber JM et
al., 2003)
79
2.9.2
Banyak penelitian mempelajari komposisi kimia dari daun teh putih (camellia
sinensis). Komposisi utama meliputi protein, polisakarida, polifenol, mineral, trace
element, asam amino organik, lignan dan metilxantin yaitu kafein, teofilin dan
teobromin (Seeram et al., 2006 ; Moderno et al., 2009).
Polifenol pada teh yang merupakan derivat utama dari katekin adalah
epicatechin
(EC),
epigallocatechin
(EGC),
epicatechin-3-gallate
epigallocatechin-3-gallate (EGCG).
(ECG),
dan
80
Hasil analisa kadar polifenol, katekin serta kafein pada teh putih dibandingkan
dengan teh hijau (Hillal, 2007) dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Hasil Analisis Polifenol, Katekin dan Kafein
(sumber : Hillal, 2007)
Teh Putih
Rata Rata
Teh Hijau
Rata Rata
Total Polifenol
16.23 25.95
21.54
13.7 - 24.7
19.18
Total katekin
7.94 16.56
13.22
9.89 17
12.95
Kafein
3.35 5.74
4.85
1.67 3.90
2.90
Epigalokatekin gallat
5.23 9.49
8.00
4.40 9.6
6.75
Epigalokatekin
0.24 2.64
1.11
1.94 4.07
2.84
Flavonol glikosida
0.06 1.44
0.61 (1.25)
0.64 2.02
1.1 (2.27)
81
hipertrigliseridemia. Pemberian ekstrak teh putih yang mengandung EGCG dan kafein
dapat menurunkan TNF- sehingga oksidasi asam lemak pada hepar meningkat,
menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar serta meningkatkan sensitivitas insulin.
Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein
lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktivitas CETP (Kersshaw dan Flier,
2004).
CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl ester dari
HDL ditukar dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL maupun kilomikron,
sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL menjadi kaya akan
trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat
memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari
82
TNF
FFA
Trigliserida
Sensivitas Insulin
Sintesis Kolesterol
Kolesterol
Lipoprotein Lipase
FFA
Clearing VLDL
Trigliserida
CETP
HDL
83
84
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Classis
: Mammalia
Subclassis
: Placentalia
Ordo
: Rodentia
Familia
: Muridae
Genus
: Rattus
Species
: Rattus norvegicus
Terdapat beberapa galur tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain
galur Wistar Albino dengan kepala besar, telinga panjang dan ekor pendek, galur
Sprague Dawley yang albino putih berkepala kecil dan ekor panjang, dan galur Long
Evans yang memiliki badan berwarna putih, sedangkan kepala dan ekstremitas
85
berwarna hitam. Galur Sprague Dawley dan Long Evans berasal dari pengembangan
galur Wistar (Hubrecht dan Kirkwood, 2010).
Panjang badan tikus diukur dari ujung hidung sampai pertengahan anus,
sedangkan panjang ekor diukur dari pertengahan anus sampai ujung ekor. Tikus Wistar
memiliki panjang ekor yang selalu lebih pendek daripada panjang badan, sedangkan
tikus Sprague Dawley memiliki panjang ekor yang sama atau lebih dari panjang badan
(Krinke, 2000).
Tabel 2.6 Data Biologis Tikus Wistar
Berat badan lahir
4,5 6 gram
Betina
Usia maksimum
2 4 tahun
Usia reproduksi
8 10 minggu
Konsumsi makanan
15 30 g/ hari
20 45 g/hari
Defekasi
9 13 g/ hari
Produksi urin
10 15 ml/ hari
(Sumber: Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat
tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika
dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di
86
laboratorium. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain. Tikus
tidak dapat muntah, karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus
bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Krinke,
2000).
Untuk tikus pada laboratorium, makanan dan air minum sebaiknya diberikan
secara ad libitum, dan pencahayaan ruangan diatur sebagai 12 jam terang dan 12 jam
gelap. Tikus, terutama tikus albino, sangat sensitif terhadap cahaya, maka intensitas
cahaya laboratorium sebaiknya tidak melebihi 50 lux (Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
Kondisi optimal tikus di laboratorium (Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
antara lain :
a.
Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali
seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan gigitan dan
hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air pada
umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi.
b.
Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis
tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari).Suhu ruangan yang baik sekitar 2022C, sedangkan kelembaban udara
sekitar 50%,.
c.
Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram luas lantai tiap ekor tikus adalah 600
cm2, tinggi 20 cm. Jumlah maksimal tikus per kandang adalah 3 ekor.
87
d.
Transportasi jarak jauh sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan stres pada
tikus.
Jika kondisi diatas tidak terpenuhi, maka tikus menjadi sakit. Beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk menilai apakah tikus sehat atau sakit adalah (Hubrecht dan
Kirkwood, 2010):
Penampilan umum.
Pada tikus yang sakit dapat terlihat piloereksi, bulu rontok, kulit kendur, berat
badan menurun, kelopak mata tertutup.
Feses.
Feses yang lembek dan diare menunjukkan terjadinya gangguan pada saluran
pencernaan.
Tingkah laku.
Tikus yang sakit akan menjadi lebih agresif awalnya, namun lambat laun akan
menjadi pasif.
Postur.
Umumnya tikus yang sakit akan sering tiduran di lantai kandang, dengan posisi
kepala menyentuh abdomen.
Pergerakan.
Pergerakan pada tikus yang sakit sangat berkurang.
Suara.
Tikus yang sakit akan lebih banyak mencicit ketika dipegang.
88
Fisiologi.
Dapat terjadi bersin, hipotermia, serta penampilan yang pucat.
89
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
90
ekstrak teh putih dapat mencegah dislipidemia pada tikus yang diberikan diet tinggi
lemak.
Faktor Eksogen:
Faktor Endogen:
Pola makan
Fisiologi
Aktivitas fisik
Hormonal
Obat-obatan
Genetik
Penyakit
Status gizi
Umur
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
91
92
BAB IV
METODE PENELITIAN
P1
P
O2
P2
O3
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan :
P
= Populasi
= Sampel
= Randomisasi
93
P0
= Perlakuan pada Kelompok Kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta
plasebo (akuades 1cc).
P1
= Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta
ekstrak teh putih 14,4 mg/200gr tikus dalam volume1cc.
P2
= Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 2 yang diberikan diet tinggi lemak serta
ekstrak teh putih 28,8 mg/ 200gr tikus dalam volume 1cc.
O1
O2
O3
Tempat Penelitian
Pembuatan dan analisis ekstrak teh putih dilakukan di Laboratorium Teknik
94
4.2.2
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 36 hari:
Satu hari untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan
kolesterol HDL.
Kriteria Sampel
Sehat .
4.3.2
Besar Sampel
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini didasarkan pada rumus
Federer (2008)
(n-1) x (t-1) 15
95
Keterangan :
n = jumlah replikasi
t = jumlah perlakuan
untuk
cadangan bila terjadi kematian atau sakit pada saat dilakukan penelitian, maka jumlah
sampel ditambah minimal 10 persen, menjadi 9,9 dibulatkan menjadi 10
Maka total tikus yang digunakan adalah 30 (tiga puluh) ekor.
4.3.3
dengan berat 180 - 200 gram dan sehat, kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok
secara random.
Identifikasi Variabel
- Variabel bebas.
- Variabel tergantung.
- Variabel kendali.
4.4.2
-
Klasifikasi Variabel
Variabel bebas : Ekstrak Teh putih
96
2. Kolestrol LDL
3. Trigliserida
4. Kolestrol HDL
- Variabel kendali : Jenis kelamin, usia, berat badan, diet tinggi tinggi lemak.
4.4.3
1. Ekstrak teh putih adalah ekstrak teh putih yang berasal dari daun teh putih
gambung yang mengandung polifenol (EGCG).
2. Tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar adalah hewan percobaan. berusia34 bulan dengan berat 180-200 gram, sehat.
3. Berat badan, diukur dengan timbangan tikus merk Tanita.
4. Diet tinggi lemak adalah bahan makanan yang distandardisasi untuk memenuhi
syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning
telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standar sampai
100%. Dipersiapkan juga air minum yang matang.
5. Plasebo yang digunakan pada kelompok kontrol adalah akuades 1ml 1 kali
sehari melalui sonde.
6. Profil lipid adalah kadar kolestrol total, kolestrol LDL, dan kolestrol HDL darah
tikus yang diukur dengan metode CHOD-PAP (enzymatic photometric test)
sedangkan pada trigliserida darah tikus dengan metode GPO-PAP (post test)
(Dachriyanus et al., 2007)
7. Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu overproduksi
ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu. Dislipidemia dapat bermanifestasi
97
98
11. HDL adalah High Density Lipoprotein, merupakan lipid plasma yang terikat
pada albumin, yang mengandung lipoprotein. HDL mengandung lebih banyak
protein dibandingkan dengan VLDL ataupun LDL, bersifat kardioprotektif.
Kadar normal pada tikus: 82,47 mg/dL (Lilis, 2010).
4.4.4
Variabel bebas
Variabel tergantung
-Kolesterol total
- Kolesterol LDL
- Trigliserida
- Kolestrol HDL
Variabel kendali
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Berat badan
4. Diet tinggi lemak
99
4.5
4.5.1
Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan adalah:
4.5.2
Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah :
4.6
Prosedur Penelitian
1. Prosedur pembuatan ekstrak teh putih:
a. Teh putih yang digunakan dicuci bersih.
b. Ekstraksi dilakukan dengan memasukkan teh putih ke dalam alat blender.
100
c. Hasil blender direndam dalam etanol 96% dengan perbandingan 1:1 pada
suhu 60C selama 30 menit, kemudian didinginkan selama 4 jam (RomeroPerez et al., 2001).
d. Kemudian dilakukan 2x penyaringan, yakni pertama dengan kain kasa, dan
kemudian dengan kertas saring Whatman no2.Penyaringan dibantu dengan
mesin vakum.
e. Dilakukan evaporasi dengan Rotary Evaporator.
f. Hasilnya berupa ekstrak kasar (crude extract).
g. Dari 100 gram teh putih didapatkan 2 gram ekstrak teh putih .
h. Ekstrak teh putih ditimbang, dan didapatkan 1 ml ekstrak teh putih = 1 gram
ekstrak teh putih.
i. Ekstrak teh putih 14,4 mg didapatkan dengan melarutkan 14,4 mg ekstrak
teh putih dengan akuades 1cc.
j. Ekstrak teh putih 28,8 mg didapatkan dengan melarutkan 28,8 mg ekstrak
teh putih dengan akuades 1 cc.
2. Perlakuan Pada Tikus
a. Dipilih 30 ekor tikus Wistar jantan, usia 3-4 bulan dengan berat 180-200
gram dan sehat.
b. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm
dan diaklimatisasi selama 1 minggu di Laboratory Animal Unit Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
101
c. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok secara random. Setelah itu diberikan
perlakuan:
P0
P1
P2
d. Selama masa adaptasi 7 hari, tikus diberi makan dan minum sesuai dengan
standar makanan tikus, yaitu dengan standar kadar protein 20 25%, lemak
5%, Karbohidrat 45-40%, serat kasar kira-kira 5%, abu 4-5%. Makanan juga
harus mengandung vitamin dan mineral. Makanan ini dikonsumsi setiap hari
sebanyak 12-20 gr. Dan tikus juga diberi minum secara ad libitum ( John ,
1998)
e. Pemberian diet tinggi lemak secara ad libitum, yaitu tiap tikus diberikan
makanan 30 gram, 1x/hari selama 28 hari. Sisa makanan ditimbang keesokan
harinya. Air minum diberikan secara ad libitum.
f. Jika tikus sakit selama penelitian, maka dikeluarkan dari penelitian (drop
out). Tikus yang sakit kemudian dikonsulkan ke dokter hewan untuk
102
103
4.7
Alur Penelitian
Tikus
(30 Ekor)
Adaptasi
(7 hari)
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
10 ekor
10 ekor
10 ekor
Plasebo 1ml
(Akuades)
+
Diet tinggi
lemak
Sisa Makanan
Ekstrak Teh
Putih 14,4 mg /
200 gr tikus ,
1 cc
+
Diet tinggi
lemak
Ekstrak Teh
Putih 28,8 mg /
200 gr tikus ,
1 cc
+
Diet tinggi
lemak
Sisa Makanan
Sisa Makanan
Perlakuan
(28 hari)
Setiap hari
(28 hari)
Puasa 18 jam
Analisis Data
Laporan
Posttest
(Hari ke-29)
104
4.8
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah sebagai berikut :
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis).
Untuk mengetahui karakteristik data mean kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
trigliserida dan kolesterol HDL.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas data diuji dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel per
kelompok kurang dari 30. Data pada penelitian ini berdistribusi normal dengan
p>0,05
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data diuji dengan Levenes Test. Varian data dinyatakan homogen
dengan p>0,05
4. Uji Komparasi
Karena data penelitian ini berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji
One Way Anova. Kemudian dilakukan uji Least Significant Difference (LSD).
105
BAB V
HASIL PENELITIAN
106
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL dan HDL
Kelompok Subjek
Kolesterol total control
Kolesterol total perlakuan 1
Kolesterol total perlakuan 2
Trigliserida kontrol
Trigliserida perlakuan 1
Trigliserida perlakuan 2
LDL kontrol
LDL perlakuan 1
LDL perlakuan 2
HDL kontrol
HDL perlakuan 1
HDL perlakuan 2
n
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
P
0,888
0,951
0,657
0,955
0,883
0,982
0,818
0,942
0,900
0,888
0,883
0,828
Ket.
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tabel 5.2
Homogenitas Data Kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL antar Kelompok
Perlakuan
Variabel
Kolesterol total
Trigliserida
HDL
LDL
F
2,425
2,744
2,335
1,190
p
0,107
0,082
0,116
0,320
Keterangan
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
107
Kelompok Subjek
Rerata Kolesterol
Total
SB
(mg/dl)
236,36
6,04
Kontrol
10
Perlakuan 1
10
156,65
3,27
Perlakuan 2
10
137,31
3,55
1383,00
0,001
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol total kelompok kontrol
adalah 236,366,04 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 156,653,27, dan rerata
kelopok perlakuan 2 adalah 137,313,55. Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1383,00 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti
bahwa rerata kolesterol total pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan
berbeda secara bermakna (p<0,05).
108
Tabel 5.4
Analisis Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Kelompok
Beda Rerata
Interpretasi
79,70
0,001
Berbeda
99,05
0,001
Berbeda
19,35
0,001
Berbeda
109
bermakna dengan
5.5 Trigliserida
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata trigliserida antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5
Perbedaan Rerata Kadar Trigliserida Antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet
Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
Rerata
Trigliserida
(mg/dl)
SB
Kontrol
10
134,05
4,63
Perlakuan 1
10
100,01
3,46
Perlakuan 2
10
77,29
2,32
Kelompok Subjek
631,72
0,001
110
111
Tabel 5.6
Analisis Komparasi Trigliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Kelompok
Beda Rerata
Interpretasi
34,03
0,001
Berbeda
56,76
0,001
Berbeda
22,73
0,001
Berbeda
bermakna dengan
5.6
Koleterol HDL
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol HDL antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.7 berikut.
112
Tabel 5.7
Perbedaan Rerata Kadar kolesterol HDL Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
n
Rerata HDL
(mg/dl)
SB
Kontrol
10
18,11
2,11
Perlakuan 1
10
44,31
2,36
Perlakuan 2
10
63,39
3,83
Kelompok Subjek
628,87
0,001
Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol HDL kelompok kontrol
adalah 18,112,11 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 44,312,36, dan rerata
kelopok perlakuan 2 adalah 63,393,83. Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova menunjukkan bahwa nilai F = 628,87 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa
rerata kolesterol HDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda
secara bermkna (p<0,05).
113
Beda Rerata
Interpretasi
26,21
0,001
Berbeda
45,29
0,001
Berbeda
Perlakuan 1 dan
19,08
0,001
Berbeda
Perlakuan 2
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:
2. Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok
perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih tinggi daripada rerata kelompok
kontrol).
3. Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan
kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata
kelompok kontrol).
4. Rerata kolesterol HDL kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan
kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata
kelompok perlakuan 1).
114
Rerata LDL
(mg/dl)
SB
Kontrol
10
95,29
2,48
Perlakuan 1
10
75,12
2,56
Perlakuan 2
10
53,58
3,49
Kelompok Subjek
524,06
0,001
Tabel 5.9 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol LDL kelompok kontrol
adalah 95,292,48 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 75,122,56, dan rerata
kelopok perlakuan 2 adalah 53,583,49. Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova menunjukkan bahwa nilai F = 524,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa
rerata kolesterol LDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda
secara bermkna (p<0,05).
115
Tabel 5.10
Analisis Komparasi Kolesterol LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Kelompok
Beda Rerata
Interpretasi
20,18
0,001
Berbeda
41,72
0,001
Berbeda
21,54
0,001
Berbeda
116
bermakna dengan
117
Tabel 5.11
Perbedaan Rerata Pakan yang Dimakan antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet
Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
Kontrol
10
Perlakuan 1
10
9,95
0,22
Perlakuan 2
10
8,69
0,13
Kelompok Subjek
SB
0,32
285,40
0,001
Tabel 5.12 di atas, menunjukkan bahwa rerata pakan yang dimakan kelompok
kontrol adalah 11,240,32 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 9,950,22, dan
rerata kelopok perlakuan 2 adalah 8,690,13 Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova menunjukkan bahwa nilai F = 285,40 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa
rerata pakan yang dimakan pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda
secara bermkna (p<0,05).
Gambar 5.5
118
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan
uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah
ini.
Tabel 5.12
Analisis Komparasi Pakan yang Dimakan Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Kelompok
Beda Rerata
Interpretasi
1,29
0,001
Berbeda
2,55
0,001
Berbeda
1,26
0,001
Berbeda
119
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1
Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak teh putih oral mencegah peningkatan
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan penurunan kolesterol HDL, maka
dilakukan penelitian eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design,
menggunakan 30 ekor tikus (Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang sehat dengan
berat badan 180- 200 gram, umur 3-4 bulan sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3
(tiga) kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta plasebo
(akuades 1cc), kelompok perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh
putih 14,4mg/200grBB tikus 1cc, dan kelompok perlakuan 2 yang diberikan diet tinggi
lemak dan ekstrak teh putih 28.8 mg /200 grBB tikus dalam volume 1 cc . Penelitian ini
dilakukan selama 28 hari.
6.2
kolesterol HDL, sebelum dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan
variannya. Untuk uji distribusi digunakan uji Shapiro Wilk, yaitu untuk mengetahui
normalitas data dan uji homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis
didapatkan bahwa masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p >
0,05).
120
6.3
tinggi
lemak
dapat
mengakibatkan
pada pemberian diet tinggi lemak selama 28 hari kepada 30 ekor tikus jantan galur
wistar didapatkan kenaikan kolesterol total dari 110,85 mg/dl menjadi 236,36 mg/dl
atau sebesar 113.32 persen, kenaikan trigliserida dari 69,63 mg/dl menjadi 134,05
sebesar 92.51 persen, kenaikan kolesterol LDL dari 20,39 mg/dl menjadi 95,29 mg/dl
atau sekitar 367,33 persen dan penurunan kolesterol HDL dari 82,47 mg/dl menjadi
11,18 mg/dl atau sekitar 86,44 persen.
Data dari
menyatakan diet tinggi lemak, kolesterol dan rendah lemak tidak jenuh akan
meningkatkan kadar kolesterol total ( Willett, 2002 ). Lemak jenuh akan merangsang
hati untuk memproduksi banyak kolesterol dan menyebabkan pengurangan pembuangan
kolesterol LDL dalam darah.
Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol menyebabkan jaringan adiposa
patogenik (Adiposopathy) yang menstimulasi peningkatan TNF-. Adanya peningkatan
TNF- menyebabkan meningkatnya oksidasi asam lemak pada hepar sehingga terjadi
hipertrigliseridemia,
peningkatan
sintesis
kolesterol
sehingga
terjadi
121
lipase dan clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat,
meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga lipolisis meningkat dan terjadi
hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan meningkatkan aktivitas dari CETP
(Cholesterol ester transfer protein). Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL
kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000).
6.4
pemberian ekstrak teh putih oral pada kelompok perlakuan dan akuades pada kelompok
kontrol dengan menggunakan uji One Way Anova, didapatkan rerata kolesterol total
kelompok kontrol adalah 236,36 mg/dl 6,04 dan rerata kelompok perlakuan 1 yang
biberi ekstrak teh putih 14,4 mg adalah 156,65 mg/dl 3,27, dan rerata kelompok
perlakuan 2 yang diberi ekstrak teh putih 28,8 mg adalah 137,31 mg/dl 3,55. Analisis
kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1383,00 dan
nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol total pada ketiga kelompok
sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
Rerata trigliserida kelompok kontrol adalah 134,05 mg/dl 4,63 dan rerata
kelompok perlakuan 1 adalah 100,01 mg/dl 3,46, dan rerata kelompok perlakuan 2
adalah 77,29 mg/dl 2,32.
menunjukkan bahwa nilai F = 631,72 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata
trigliserida pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna
(p<0,05).
122
Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol adalah 18,11 mg/dl 2,11 dan rerata
kelompok perlakuan 1 adalah 44,31 mg/dl 2,36, dan rerata kelompok perlakuan 2
adalah 63,39 mg/dl 3,83. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 628,87 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata
kolesterol HDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
bermakna (p < 0,05).
Rerata kolesterol LDL kelompok kontrol adalah 95,29mg/dl 2,48 dan rerata
kelompok perlakuan 1 adalah 75,12 mg/dl 2,56, dan rerata kelompok perlakuan 2
adalah 53,58 mg/dl 3,49. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 524,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata
kolesterol LDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
bermakna (p < 0,05).
6.5
tinggi lemak dan ekstrak teh putih pada kelompok perlakuan terjadi penurunan profil
lipid dimana terjadi penurunan pada kolesterol total , trigliserida, kolesterol LDL dan
peningkatan kolesterol HDL secara bermakna dibandingkan pada kelompok tikus
kontrol yang diberi diet tinggi lemak dan akuades 1cc (p < 0,05). Diketahui bahwa diet
tinggi lemak menyebabkan keadaan adiposopathy yang menstimulasi pelepasan sitokin
berupa TNF- . (Bays et al., 2013).
Pemberian ektrak teh putih mencegah dislipidemia melalui mekanisme anti-
123
inflamasi dari interaksi derivat katekin yang utama yaitu Epigallocatechin 3-gallate
(EGCG) dan kafein yang bekerja secara sinergis menghambat enzim COMT.
Penghambatan pada COMT, menyebabkan reduksi degradasi norepinefrin , sehingga
menghasilkan penambahan kerja norepinefrin pada sistem saraf simpatis.
Aktivasi pada sistem saraf simpatis akan menstimulasi pengeluaran energi
dengan
al.,2007 ; Belza et al .,2009). Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) dengan sifat antiinflamasinya menurunkan TNF- sehingga terjadi inhibisi sintesis fatty acid dan
meningkatkan regulasi reseptor enzim yang berperan pada beta oksidasi fatty acid di
hepar dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan
meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta
menghambat aktifitas CETP (Kersshaw dan Flier, 2004; Brazilia dan Rudin, 2005),
sehingga menyebabkan penurunan kadar kolesterol Total, trigliserida, koleterol LDL
dan peningkatan kolesterol HDL ( Liu Di et al., 2009 ).
Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan efek teh putih menurunkan stress
oksidatif dan kadar trigliserida pada percobaan terhadap 40 ekor mencit C57BL/6 yang
diinduksi 30 hari menjadi obes kemudian pada kelompok perlakuan diberi ekstrak teh
putih 0,5 % dan akuades pada kelompok kontrol. Setelah perlakuan selama 8 minggu
didapatkan penurunan stress oksidatif dan kadar trigliserida secara bermakna pada
kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak teh putih (Teixeira et al., 2012). Penelitian
lainnya adalah penelitian pada tikus wistar yang diberi diet aterogenik selama 30 hari,
kemudian diberikan ECGC 100 mg/kgBB pada kelompok perlakuan dan larutan saline
124
pada kelompok kontrol. Setelah perlakuan selama 7 hari dan 15 hari didapatkan
perurunan profil lipid yaitu terjadi penurunan kolesterol total, trigliserida, kolesterol
LDL,VLDL dan peningkatan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan yang diberikan
EGCG (Ramesh et al., 2008).
Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut sejalan dengan hasil pada
penelitian ini karena setelah perlakuan selama 28 hari pada tikus wistar jantan yang
diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 14,4 mg dan 28,8 mg sudah didapatkan
perbedaan bermakna dari profil lipid, dimana terjadi penurunan kolesterol total,
trigliserida, kolesterol LDL dan peningkatan kolesterol LDL (p<0,05 ). Jadi hasil pada
penelitian ini membuktikan polifenol derivat katekin yaitu EGCG dan kafein dari teh
putih mempunyai sifat antihiperkolesteremik.
Penelitian ini menunjukkan ekstrak teh putih 14,4 mg dan 28,8 mg yang
diberikan satu kali sehari dapat mencegah peningkatan profil lipid pada tikus jantan
galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. Pada penelitian ini didapatkan dosis ekstrak
teh putih 28,8 mg memiliki sifat anti-hiperkolesteremik yang lebih efektif dibanding
dosis ekstrak teh putih 14,4 mg .
Hasil
yang
didapatkan
pada
penelitian
ini
membuktikan
sifat
anti
hiperkolestremia dari ekstrak teh putih. Dimana polipenol derivat katekin yaitu EGCG
dan kafein dari ekstrak teh putih bekerja secara sinergis sebagai agen
anti
125
putih mempunyai kandungan polifenol yang lebih tinggi dibanding teh lainnya karena
teh putih tidak melalui proses fermentasi dan oksidasi. Polifenol utama pada teh putih
terutama derivat dari katekin merupakan antioksidan poten yang mempunyai manfaat
positif bagi kesehatan. Komposisi utama teh putih meliputi protein, polisakarida,
polifenol, mineral, trace element, asam amino organik, lignan dan metilxantin yaitu
kafein, teofilin dan teobromin (Seeram et al., 2006; Moderno et al., 2009).Sifat
antioksidan dari teh putih dapat mencegah radikal bebas, menginhibisi stres oksidatif
dan inflamasi.
Pada saat ini stres oksidatif dan inflamasi berkaitan dengan terjadinya
bermacam penyakit antara lain penyakit obesitas, dislipidemia, diabetes, kardiovaskuler,
neurodegeneratif dan kanker (Dias et al., 2013). Sejak jaman dahulu teh telah dikenal
sebagai minuman yang menyegarkan dan mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan.
Seperti halnya jenis teh yang lain teh putih juga bermanfaat bagi kesehatan. Teh putih
telah digunakan untuk mengobati obesitas dan penyakit penyerta. Beberapa studi telah
dilakukan untuk mengidentifikasi komposisi dari teh putih (Unachukwu et al., 2010;
Van der hooft et al., 2012).
6.6
standar (84%), kuning telur (5%), lemak babi (10%), dan minyak goreng Bimoli (1%).
Makanan standar yang digunakan adalah pakan ayam Hyprovite 594, yang memiliki
komposisi protein (17,5 19,5%), lemak (3%), serat (8%), kalsium (0,9%), dan fosfor
126
(0,6%). Kandungan pakan ayam Hyprovite 594 adalah jagung dedak, tepung ikan,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, pecahan gandum, dan bungkil kacang tanah.
Pada penelitian ini didapatkan penurunan asupan makanan pada kelompok tikus
yang diberikan ekstrak teh putih, dibanding kelompok kontrol yang hanya diberi
akuades, perbandingan antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukan
bahwa terdapat perbedaan bermakna rerata asupan makanan sesudah perlakuan antara
Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan 1, antara Kelompok Kontrol dengan
Kelompok Perlakuan 2 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa asupan makanan
Kelompok Perlakuan 2 lebih sedikit daripada Kelompok Perlakuan 1, dan asupan
makanan Kelompok Perlakuan 1 lebih sedikit daripada Kelompok Kontrol.
Maka hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian ekstrak teh putih dapat
menurunkan asupan makanan. Dimana penurunan Asupan makanan disebabkan oleh
kandungan derivat katekin EGCG dan kafein pada ekstrak teh putih. Ada penelitian
sebelumnya telah membuktikan pemberian EGCG dan kafein pada tikus dapat
menurunkan asupan makanan.
Mekanisme yang mendasarinya karena ECGC menyebabkan peningkatan
lipolisis, serta terhambatnya absorpsi makanan, sehingga tikus terasa kenyang (Belza et
al., 2009).Derivat katekin ECGC dan kafein menstimulasi sistim saraf pusat, karena
aktivasi sistim saraf pusat simpatis akan menekan rasa lapar, memperlambat rasa
kenyang dan menstimulasi pembakaran (Diepvens et al., 2007) sehingga terjadi
penekanan pada asupan makanan. ECGC dan kafein ini bekerja secara sinergis pada
pengurangan asupan makanan dan sebagai agen anti imflamasi menekan sitokin yaitu
127
tnf- yang menurunkan profil lipid, sehingga penurunan profil lipid menjadi sangat
signifikan.
Hormon insulin berperan dalam meregulasi kadar gula darah serta menghambat
nafsu makan pada tingkat sistem saraf pusat (Pliquett et al., 2006 ; Belza et al., 2009),
dimana pada pemberian ekstrak teh putih dapat meningkatkan sensitivitas hormon
insulin sehingga menghambat nafsu makan pada kelompok tikus yang diberi ektrak teh
putih karena kandungan EGCGnya yang tinggi. Hasil pada penelitian ini menunjukan
adanya dose-effect relationship, yaitu asupan
penurunan profil lipid semakin banyak apabila dosis ekstrak teh putih ditingkatkan.
6.7
128
kolesterol
LDL
dan
penurunan
kolesterol
HDL
tetap
harus
6.8
Kelemahan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dosis ekstrak teh putih 14,4 mg
dislipidemia yang lebih baik daripada dosis ekstrak teh putih 14,4 mg. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi dosis ekstrak teh putih untuk
mengetahui dosis optimal yang dapat diberikan tanpa menyebabkan efek samping yang
membahayakan.
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 28 hari dan belum didapatkan efek
samping dari pemberian ekstrak teh putih. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dalam jangka waktu yang lebih lama untuk mengetahui efeksamping yang
dapat terjadi pada konsumsi jangka panjang sebagai suplemen untuk mencegah
dislipidemia.
129
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
1.1.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak teh putih didapatkan simpulan
sebagai berikut:
5. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol total tikus jantan galur
wistar yang diberi diet tinggi lemak.
6. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus jantan galur
wistar yang diberi diet tinggi lemak.
7. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus jantan galur
wistar yang diberi diet tinggi lemak.
8. Ekstrak teh putih mencegah penurunan kadar kolesterol HDL tikus jantan galur
wistar yang diberi tinggi lemak.
7.2
Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
2. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal
pemberian ekstrak teh putih terhadap penurunan kolesterol total, trigliserida,
kolesterol LDL, dan peningkatan kolesterol HDL.
3. Perlu dilakukan uji klinik terhadap khasiat ekstrak teh putih pada manusia dalam
mencegah dan mengobati dislipidemia.
130
DAFTAR PUSTAKA
Abolfathi A. A, Mohajeri D, Rezaie A, Nazeri M. 2012. Protective Effects of Green Tea Extraxt
Against Hepatic Injury in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Evidences-Based
Complementary and Alternative Medicine.
ACC/AHA, 2013. Guideline on Treatment of Blood Cholesterol to Reduce Atherosclerotic
Cardiovascular Risk in Adults. Available at http://content.onlinejacc.org/on11/13/2013.
Adam I, 2011. Peran Kolesterol HDL Dalam Mencegah Penyakit Arteri Koroner pada Penderita
Diabetes. Artikel Penyakit Dalam. Universitas Hasanudin, Makasar, 1 Februari.
Alberti, K. G., Zimmet,P., and Shaw, J. 2005. IDF Epidemiology Task Force Consensus Group.
The Metabolic Syndrom-A New Wordwide Definition. Lancet 366 (9491):1059-1062.
Alcazar. 2007. Differentiation of green, white, black, Oolong, and Pu-erh teas according to their
free amino acids content. Journal of Agricultural and Food Chemistry, v.55, n. 15, p.
5960-5. Available from http://dx.doi.org /10.1021/jf070601a.
Almajano M. P., Carbo R., Jimenez JAL, Gordon MH. 2008. Antioxidant and Antimicrobial
activities of tea infusions. Food Chemical., 108 (1): 55 - 63.
Almanjano, M. P., Villa, I., Gines, S. 2011. Neuroprotective effects of white tea against
oxidative stress-induced toxicty in striatal cells. Neurotoxicity Research, v. 20, p. 372-8.
Available from http://dx.doi.org/10.1038/ sj.bjp. 0706255.
Anderson R. A., Polansky M.M. 2002. Tea enchances insulin activity. journal of Agriculture
and Food Chemistry 50(24) : 7182 -7186.
Andi Nur Alamsyah. 2006. Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta : Agro Medika
Pustaka. Hal. 34-36, 46-58, 59-60.
Anynomous (a). 2014. Camellia sinensis. Available from http://en.wikipedia.org/
wiki/Camellia_sinensis. Accessed. 10 februari 2014.
Anynomous (b). 2014. White Tea. Available at http://en.wikipedia.org/wiki /White_tea.
Accessed : 10 februari 2014.
Appleton and Lange. Biochemistry. Ed 26. 2003.. P. 160-191, 268-297.
Arora, B. P. 2008. Anti - Ageing Medicine . Indian Journal of Plastic Surgery; 41(Suppl):
S130S133.
131
132
Dias, T. R., Tomas, G., Teixeira, N. F., Alves, M. G., Oliveira, P. F., & Silva, B. M. 2013.
White Tea (Camellia Sinensis (L.)): Antioxidant Properties and Beneficial Health
Effects.
Diepvens, K., Westerterp, K. R., Westerterp-Platenga, M. S. 2007. Obesity and thermogenesis
related to the consumption of caffeine, ephedrine, capsaicin, and green tea. AJP-Regu
Physiol January 2007 vil. 292 no. 1 R77-R85. Available from :
http://ajpregu.physiology.org/content/ 292/1/R77.full. Accesed January 20th 2014.
Dominiczak, M. H. 2005. Lipids and lipoproteins. Medical Biochemistry. Second Edition.
Philadelphia : Elseiver Murby. h. 225-243.
Dwisusilo. 2008. Manfaat Isoflavon. [cited 2014 February, 10]. Available from :
http://www.dwisusilo.web.id/2014/05/manfaat-isoflavon-yang-terkandung -dalam.html
Eckardstein, A.V. Nover, J.R. Assmann , G. 2010. High Density Lipoprotein and
Arteriosclerosis. Arterioscler Thromb Vasc Biol 21 : 13-27.
Federer, W. 2008. Statistics and society: data collection and interpretation. Edisi ke-2. New
York: Marcel Dekker.
Forester SC, Lambert JD .2011. The role of antioksidant versus prooxidant effect of green tea
polyphenols in cancer prevention. Mol.Nutr. Food Res., 55(6): 844-854.
Galleano M, Oteiza PI, Fraga CG,. 2009. Cocoa, Chocolate and cardiovascular disease. Journal
of Cardiovascular Pharmacology 54(6) : 483.
Gekinger J. M, Li R, Spiegelman D, Anderson KE, Albanes D. 2012. Coffee, tea, and sugarsweetened carbonated soft drink intake and pancreatic cancer risk : a pooled analysis of
14 cohort studies. Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention 21(2):305-318.
Goldenberg, A. C., Dislipidemia. Available from : http: www. merck.com/mmpe/
sec12/ch159/cj159b.html. Accessed : 10 februari 2014.
Goldenberg, A. C., Dislipidemia. Available from http://www.merck.com/mmpe/
sec12/ch159/ch159b.html Accessed : 30 Januari 2014
Goldman, R. and Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia: Printmate Sdn.
Bhd. p. 19-25. Grundy, 2004.
Goldstein, B.J., Bittner-Kowalczyk, A., White, M.F., and Harbeck, M. 2000. J. Biol. Chem.
275, 4283-4289.
133
Goldstein, Joseph L., Michael S. Brown. 2009. Artericlerosis, Thrombosis and Vascular
Biology. 29 : 431 - 438 doi: 10.1161/ATVBAHA.108.179564.
Gordon, P.M. 2003. Hyperlipidemia and Dyslipidemia. In Ehrman JK. Clinical Exercise
Physiology. Champaign: Human Kinetics. p. 169-184.
Green DJ, Jones H, Thijssen D, Cables NT, Atkinson G. 2011. Flow-medicated dilation and
cardiovascular event prediction : does nitric oxide matter ? Hypertension 2011 March
57(3) : 363 - 9.
Grundy, S. M. 2006. Nutrition in the Management of Disorder of serum Lipids and Lipoprotein.
Modern Nutrition in Heath and Disease. 10th Ed. Lippincott Williams and Wilkins:
Baltimore. P. 1076-1094.
Guyton, A. C., Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerjemah: Setiawan I,
Tengadi LMAKA, Santoso A, Jakarta: EGC. Hal: 86. 52
Halim, H. Majalah Kedokteran Damianus. V.01, No.3 September 2006.
Halliwell, B., Gutteridge, J.M.C. 2007. Free Radicals in Biology and Medicine. 4th Ed, Oxford
University Press: New York.
Han MK. 2003. Epigallocatechin gallate, a consistuent of green tea, suppresses cytokineinduced pancreatic beta-cell damage. Experimental and Molecular Medicine 35(2):136139.
Handoko D. 2007. Pengaruh Tekanan dan Suhu Pada Kondisi Evaporasi Ekstrak Daun Teh
Hijau. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Harold E. Bays. MD, FNLA, Chair, Peter P. Toth, MD, PhD, FNLA, Co-Chair, Penny M., KrisEtherton, PhD, RD, FNLA, Co-Chair, Nicola Abate, MD, Louise J. Aronne, MD, W.
Virgil Brown, MD, FNLA, J. Michael Gonzales-Campoy, MD, PhD, Steven R. Jones,
MD, FNLA, Rekha Kumar, MD, Ralph La Forge, MSc, FNLA, Varman T. Samuel,
MD, PhD. 2013. Obesity, adiposity, and dyslipidemia : A consensus statement from
National Lipid Association.
Hilal, Y; Engelhardt, U. 2007. Characterisation of white tea Comparison to green and black
tea. J. Verbr. Lebensm. 2 (2007): 414 421.
Hirawasa M, Takada K. 2004 Multiple effects of green tea catechin on a the antifungal activity
of antimycotics against Candida albicans. Journal of Antimicrobal Chemotheraphy
53(2) : 225-9.
134
Hubrecht, R. and Kirkwood, J. 2010. The UFAW Handbook of The Care and Management of
Laboratory and Other Research Animals. Edisi ke-8. Universities Federation for Animal
Welfare. p. 311-324.
Illingworth, D. R. 2007. Lipid Lowering Drugs : An Overview of Indications and Optimum
Theraupetic Use. Drugs 33: 259-79.
Indahwati, Limarta. 2012. Pemberian Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L)
Memperbaiki Profil Lipid Tikus Wistar dengan Displidemia.
Islam M. 2011. Effects of the aqueous extract of white tea (Camellia Sinesis) in a
streptozotocin-induced diabetes models of rats. Phytomedicine 19(1) : 25-31.
Jellinger, Paul S., MD, MACE; Donald A. Smith, MD, FACE; Adi E. Mehta, MD.FRCP (C),
FACE; Om Ganda, MD, FACE, Yehuda Handelsman, MD, FACP, FACE; Helena W.
Rodbard, MD, FCAP, MACE; Mark D. Shepherd, MD, FACE; John A. Seibel, MD,
MACE. 2012. The AACE Task Force for Management of Dyslipidemia and Prevention
of Atherosclerosis.
John B. Smith B. V. Sc. Soesanto Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia UI Press.
Kersshaw, E.E., and Flier, J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of
Clinical Endocrinology & Metabolism 89 p. 2548-2556.
Kimura K, Ozeki M, Juneja LR, Ohira H. 2007. L-Theanin reduces psychological and
physiological stress responses. Biological Physcology 74(1) : 39-45.
Krinke, G. J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals. Academic
Press. p. 3-56.
Kumar, M. 2012. Protective effects of green and white tea against benzo (a) pyrene induced
oxidative stress and DNA damage in murine model. Nutrition and Cancer, v. 64, n.2, p.
300-6, available from http://dx.doi.org/ 10.1080/01635581.
Lichtenstein, A. H. and Jones, P.J.H. 2006. Lipids Absorption and Tranport. In Present
Knowledge in Nutrition. 8th Ed. p 93-103. ILSI Press,Washington DC.
Lilis. 2010. Pemberian Astaxanthin Oral Memperbaiki Profil Lipid darah Tikus Putih jantan
(Albino Rat) Dislipidemia.
Liu Di, Xu Jia-Ying, Jiao Yang. 2012. Effects of Puer Tea Aqueous Extracts and Green Tea
Polyphenols on the Expression of Longevity Related Gene CETP. Chinese Journal of
Gerontology 2012-02.
135
Liu K, Liang X, Kuang W. 2011. Tea consumption maybe an effective active treatment for adult
attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Longo D, Fauci A., Kasper D., Hauser S., Jameson J., Joseph Loscalzo J. 2011. Harrison's
Principles of Internal Medicine, 18th Edition.
Lopez, V.; Calvo, M.I. 2011. White tea (Camellia Sinensis Kuntze) exerts neuroprotection
against hydrogen peroxide-induced toxicity in PC12 cells. Plant Food for Human
Nutrition, v. 66, n. 1,p. 22-6. Available from http://dx.doi.org/10.1007/s11130-0100203-3.
Mackenzie T, Leary L, Brooks WB. 2007. The effect of an extract of green tea on glucose
control in adult with type 2 diabetes mellitus : double-blind randomized study.
Metbolism 56(10) : 1340-1344.
Mahan, L. K, Stump, S. M., Janice L. Raymond. 2012. Krause's Food and the Nutrition Care
Process Edition 13.
Mahley, R. W., Weisgraber, K.H., and Farese, R.V. 2003. Disorder of Lipid Metabolism. In
William Textbook of Endocrinology. 10th Ed. Saunders : Philadelphia P. 1642 - 1680.
Marczyk. G., Matteo, D., and Festinger, D. 2005. Essentials of Research Design and
Methodology. New Jersey: John Wiley & Sons. p.105.
Maron D. J, Lu G. P, Cai N. S, Wu Z. G, Li Y. H. 2003. Cholesterol-lowering effect of a
theaflavin-enriched green tea extract : a randomized controlled trial. Archives of
internal medicine 163(12) : 1448.
Mayes P. A, Botham KM. 2003. Lipid Transport and Storage. Harper's illustrated Biochemistry.
26 th ed. USA. Mc Graw Hill. 205-18.
Medical Books/Mc Graw-Hill. 2003. p 205-218.Methinson dan Ball.
Miller, P. L., Reinagel, M., Life Extension Foundation. 2005. The New Science of Growing
Older without Aging.A Lynn Sonberg Book, Bantam Books Montgomery, 2001.
Moderno P, Carvalho M, Silva B. 2009. Recent patents on Camellia sinesis : source of health
promoting compounds. Recent Patents on Food, Nutrition and Agriculture 1(13) : 182.
Murray R. , Bender D., Botham K. M, Kennelly P.J. , Rodwell V., Weil P.A., 2012. Harpers
illustrated biochemistry. 29th Ed. New York : Lange
136
Murray, K., R., Granner, K. D., Mayes, A. P., Rodwell, W. V. 2003. Harpers Biochemistry. 26
th Ed. Appleton & Lange Medical Books.p.160-191.
Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Metode Uji Toksisitas.
Nugroho. 2009. Respirasi Seluler.[cited 2011 March 2]. Available from http://biodas.
files.wordpress.com/2007/09/04-respirasi-sel.ppt.
Ong E. K, Hur H., Han M. K. 2003. Epigallocatechin gallate prevents autoimmune diabetes
induced by multiple low doses of streptozotocin in mice. Archives of Pharmacal
Research 26 (7).
Ong E. K, Hur H., Han M. K. 2003. Epigallocatechin gallate prevents autoimmune diabetes
induced by multiple low doses of streptozotocin in mice. Archives of Pharmacal
Research 26(7).
Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas
Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Hal : 8-17.
Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan Sehat. Cetakan ke-1. Jakarta :
Penerbit Buku Kompas. Hal: 1-3, 9-10, 36-40.
Perez-Jimenez, A. . 2012. The effect of hypoxia on intermediary metabolism and oxidative
status in gilthead sea bream (Sparus aurata) fed on diets supplemented with methionine
and white tea. Comparative Biochemistry and Physiology Part C : Toxicology &
Pharmacology, v. 155, n. 3, p. 506-16. Available from
http://dx.doi.org/10.1016/j.cbpc.2011.12.005.
Perez-Jimenez, A.. 2011. The effect of dietary methionine and white tea on oxidative status of
gilthead sea bream (Sparus aurata). British Journal of Nutrition, p. 1-8. Available from
http://dx.doi.org/10.1017/s00071145 11006556.
Pliqueet, R. U., Fuhrer, D., Falk, S., Zysset, S., Von Cramon, D.Y., Stumvoll, M.2006. The
effects of Insulin on the Centrl Nervous system Focus on Appetite Regulation.
Hormone and Metabolic research; 38: 442-446.
Rader, D. J. And Hobbs, H.H. 2005. In Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th Ed. p
2286-2298. McGraw-Hill. New York.
Rain T. M., Agarwal S., Maki KC.2011. Antiobesity effect of green tea catechins: a mechanistic
review. J. Nurt. Biochem., 22(1): 1-7.
137
Rohdiana D., 2009. Teh ini Menyehatkan Telaah Ilmiah Populer. Bandung. Penerbit Alfabeta.
hal. 70-74, 9-17, 41-49.
Seeram N. P., Henning S.M., Yantao N., Lee R., Scheuller H.S., Heber D.2006. Catechin and
Caffeine content of green tea dietary supplements and correlation with antioxidant
capacity. J. Agric. Food Chem., 54(5): 1599-1603.
Shulman, G. I. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistence. J. Clin. Invest.106,171.
Smith, J. B., dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), hal: 30
32 , 43-44, 54,57.
Sohle J, Knott A, Holtzmann U, Siegner R, Groniger E. 2009. White tea extract induces lipolitic
activity and inhibits adipogenesis in human subcutaneous (pre)-adipocytes. Nutr Metab
(Lond) 6 : 20.
Stangl V, Lorenzo M, Stangl K. 2006. The Role of tea and tea flavonoids in cardiovascular
health. Molecular Nutrition & Food Research 50(2) : 218 228.
Sujayanto. G., 2008. Khasiat Teh untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial Oktober (I) :
hal 34-38.
Suryohudoyo. P., 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler, Jakarta : Sagung Seto, hlm.
31-47.
Teixeira, Gonalves L., Lages P. C., Jascolka T. L., Aguilar E.C., Soares F. L. P. , Pereira S. S.,
Beltrao N. R. M., Matoso R., Nascimento A., Castilho R.O , Leite J. I. A., 2012. White
tea (Camellia sinensis) extract reduces oxidative stress and triacylglycerols in obese
mice. Cincia e Tecnologia de Alimentos vol.32 no.4 Campinas Dec. 2012
Thring, T. S.; Hili, P.; Naughton, D. P. 2009. Anti-Collagenase, anti-elastase and anti-oxidant
activities of extract from 21 plants. BMC Complementary and Alternative Medicine, v.
9, n. 27.
Thring, T. S.; Hili. P., Naughton, D. P. 2011. Antioxidant and potential anti-inflammatory
activity of extracts and formulations of white tea, rose and witch hazel on primary
human dermal fibroblast cells. Journal Inflammation, v.8, n. 1, p. 27, available from
http://dx.doi.org/10.1186/1476-9255-8-27.
Unachukwu, U. J. 2010. White and green teas (Camellia sinensis var.sinensis): variation in
phenolic, methylxanthine, and antioxidant profiles. Journal of Food Science, v. 75, n. 6,
p. C541-8. Available from http://dx.doi.org/ 10.1111/j.1750-3841.2010.01705.x.
138
University of Maryland Medical Center (UMMC). 2010. Green Tea. Available from :
http://www.umm.edu/altmed/articles/green-tea-00255.htm. Accesed April 29th, 2014.
Van Der Hooft, J. J. 2012. Structural Annotation and Elucidation of Conjugated Phenolic
Compounds in Black, Green, and White Tea Extracts. Journal of Agricultural and Food
Chemistry. Available from http://dx.doi.org/10.1021 /jf300297y.
Verlag G. T. 2005. Color Atlas of Biochemistry. USA : Thieme
Von S. M., Pilosof A. M. R., Jagus RJ. 2011. Antioxidant and antimicrobial performance of
different Argentinean green tea varieties as affected by whey proteins. Food Chemistry
125(1) : 186 - 192.
Wang, R. 2008. Protective versus promotional effects of white tea and caffeine on PhIP-induced
tumorigenesis and beta-catenin expression in the rat. Carcinogenesis., v.29, n. 4, p. 8349 available from http://dx.doi.org/ 10.1093/carcin/bgn051.
Weber J. M, Ruzidana-Umunyana A, Imbeault L, Sircars S. 2003. Inhibition of adenovirus
infection and adenain by green tea cathechins. Antiviral Research 58(2) : 167-173.
Wibowo. 2003. The Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder. Jakarta :
FKUI. hal.11-17.
Widowati, W. Peran Antioksidan Sebagai Agen Hipokolesterolemia, Pencegah Oksidasi Lipid
dan Aterosklerosis. Majalah Kedokteran Damianus. Vol. 6, No. 3 Septermber 2007.
Willet, W. C. Optimal Diets for Prevention of Coronary Heart Disease. JAMA 2002;288:25692578.
Xiao. J., Chen. X, Zhang. L, Talbot. S.G, Li G.C, Xu M. 2008. Investigation of the Mechanism
of Enhanced Effect of EGCG on Huperzine As inhibition of Acetylcholinesterase
Activity in Rats by a Multispectroscopic method. J. Agric. Food Chem., 56(3): 910-915.
Yang C. S, Wang. 2011. Mechanistic issues concerning cancer prevention by tea catechins.
Mol. Nurt. Food Res., 55(6): 819-831.
Zhu W. L, Shi H. S, Wei Y. M, Wang S. J, Sun C. Y. 2011. Green tea polyphenols produces
antidepressant-like effects in adult mice. Pharmacological Research. Available from
http://www.nhlbi.nih.gov/health/ dci/Diseases/Hbc /HBC_WhatIs.html
139
Lampiran 1
Keterangan Kelaikan Etik
140
Lampiran 2.
Hasil Analisis Teh Gambung
Lampiran 3.
141
Lampiran 3..
Pengelolaan Hewan Coba pada penelitian dengan judul :
EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA SINENSIS) ORAL MENCEGAH
DISLIPIDEMIA PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR
WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK.
Sesuai dengan saran dari Komisi Etik Penelitian FK Unud maka hewan coba yang
dipilih sebagai sampel diperlakukan dengan baik agar kenyamanan hewan yang telah
berkorban untuk kepentingan kemanusian tetap terjamin.
Perlakuan sebelum penelitian :
Tikus yang akan dipilih sebagai sampel harus homogen. Tikus yang dipakai adalah hasil
peternakkan sendiri dari kandang yang dibuat nyaman. Luas kandang adalah 30 kali 20
kali 20 sentimeter. Selama masa adaptasi 7 hari tikus dipelihara dengan sangat
memperhatikan suasana kandang yang nyaman yang meliputi kebersihan, sirkulasi
udara, dan penyedian makan dan minum. Untuk keperluan ini peneliti menugaskan
seorang petugas kandang untuk mengamati keadaan hewan coba didalam kandang
kandang. Penerangan didalam kandang diatur 12 jam gelap 12 jam terang. Kesehatan
tikus di monitor dengan memakai konsultan dokter hewan.
Perlakuan selama penelitian :
Selama penelitian tikus-tikus ditaruh sangat teratur dengan nomor urut sesuai kelompok
. Tikus ditaruh secara individu . Makanan dimonitor. Jumlah makanan ditakar agar
sesuai kebutuhan dan dijaga agar selalu bersih . Minuman ditaruh ditempat minum tikus
diatas kandang. Suhu dan ventilasi serta kelembaban kandang dijaga ketat. Bila ada
tikus yang sakit dikonsulkan ke dokter hewan untuk diberikan pengobatan yang sesuai.
Untuk mengetahui berat tikus dilakukan penimbangan dengan timbangan Tanita .
142
Setelah 28 hari ,tikus dipuasakan 18 jam ,lalu diambil darah dari medial kantus sinus
orbitalis ,tikus dianestesi secara intra muscular terlebih dahulu sebelum diambil
darahnya..Kemudian dielus-elus supaya rasa sakitnya minimal dan merasa nyaman.
Darah yang diambil 1cc .
Setelah pengambilan darah tikus akan dikembalikan kekandangnya dan diperlakukan
secara baik dan dibuat nyaman .
Perlakuan setelah penelitian :
Tikus dikembalikan ke Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
143
Lampiran 4
Foto-foto Penelitian
Pemeliharaan Hewan Coba
144
Obat Anastesi
Tabung EDTA
145
Pengambilan Darah
Penampungan Darah
146
Kode Tabung
147
Lampiran 5
Data Sisa Pakan
148
Lampiran 6
Data Penelitian Profil Lipid
Kelompok
Total kolesterol
Mg/dl
Trigliserida
mg/dl
HDL
mg/dl
HDL
mg/dl
K.1
K.2
K.3
K.4
K.5
K.6
K.7
K.8
K.9
K.10
231,27
240,73
237,82
232,73
224,73
233,45
230,55
232,73
242,18
245,09
131,14
136,26
133,33
140,66
130,40
131,87
129,67
126,01
137,73
139,19
19,08
17,67
16,96
14,13
16,25
18,37
19,79
18,37
20,49
21,20
94,98
96,99
100,33
93,65
96,32
94,31
92,98
91,64
94,31
96,99
A.1
A.2
A.3
A.4
A.5
A.6
A.7
A.8
A.9
A.10
154,18
152,73
156,36
152,00
157,09
154,91
157,82
160,00
162,18
159,27
97,44
95,24
98,90
93,77
101,10
98,17
102,56
104,03
10623
96,70
44,52
45,94
42,40
47,35
40,99
43,11
41,70
45,23
48,06
43,82
74,25
72,91
76,25
70,90
78,26
74,92
79,60
73,58
76,25
74,25
B.1
B.2
B.3
B.4
B.5
B.6
B.7
B.8
B.9
B.10
138,18
133,82
135,27
133,09
138,91
141,09
132,36
137,45
140,36
142,55
75,46
79,12
73,26
77,66
76,92
79,12
76,19
75,46
78,39
81,32
61,48
67,14
65,02
68,55
62,90
60,78
67,84
63,60
56,54
60,07
55,52
50,84
52,17
49,50
56,86
58,86
48,16
54,18
52,84
56,86
149
Lampiran 7
Analisis Data Statistik
Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df
Sig.
Kolesterol_total Kontrol
.190
10
Perlakuan 1 .103
10
Perlak uan 2 .137
10
Trigliserida
Kontrol
.112
10
Perlakuan 1 .128
10
Perlakuan 2 .115
10
HDL
Kontrol
.150
10
Perlakuan 1 .101
10
Perlakuan 2 .136
10
LDL
Kontrol
.154
10
Perlakuan 1 .132
10
Perlakuan 2 .126
10
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
.200*
.200*
.200*
.200*
.200*
.200*
.200*
.200*
.200*
.200*
.200*
.200*
Shapiro-Wilk
Statistic df
Sig.
.970
.978
.949
.978
.969
.984
.970
.969
.964
.963
.976
.971
.888
.951
.657
.955
.883
.982
.888
.883
.828
.818
.942
.900
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Kelompok Statistic df
Sig.
*
Sisa_pakan Kontrol
.133
10
.200
Perlakuan
.189
10
.200*
1
Perlakuan
.258
10
.058
3
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Shapiro-Wilk
Statistic df
Sig.
.972
10
.912
.931
10
.453
.903
10
.234
150
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
2.425
2.744
2.335
1.190
2
2
2
2
27
27
27
27
.107
.082
.116
.320
151
Uji One Way Anova Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL antar
Kelompok Perlakuan
Descriptives
N
Kolesterol_ Kontrol
total
Perlakuan
1
Perlakuan
2
Total
Trigliserida Kontrol
Perlakuan
1
Perlakuan
2
Total
HDL
Kontrol
Perlakuan
1
Perlakuan
2
Total
LDL
Kontrol
Perlakuan
1
Perlakuan
2
Total
Mean
95%
Confidence
Interval for Mean
Std.
Lower
Upper
Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
10 236.3570 6.04326
1.91105
245.09
10 156.6540 3.27332
1.03511
162.18
10 137.3070 3.54552
1.12119
142.55
245.09
140.66
10 100.0140 3.45653
1.09305
106.23
10 77.2900
.73463
81.32
140.66
21.20
10 44.3120
2.35736
.74546
48.06
10 63.3920
3.82734
1.21031
68.55
30 41.9370
10 95.2940
19.08258 3.48399
2.48391 .78548
68.55
100.33
10 75.1170
2.56259
.81036
79.60
10 53.5790
3.48943
1.10345
58.86
30 74.6633
17.54601 3.20345
100.33
2.32310
152
ANOVA
Sum of
Squares
df
Mean Square F
55125.924
538.257
55664.181
16320.546
348.773
16669.320
10338.266
221.934
10560.199
8703.793
224.215
8928.008
2
27
29
2
27
29
2
27
29
2
27
29
27562.962
19.935
1.383E3 .000
8160.273
12.918
631.721 .000
5169.133
8.220
628.865 .000
4351.897
8.304
524.057 .000
Sig.
153
Dependent
Variable
(I)
(J)
Kelompok Kelompok
Kolesterol_to Kontrol
tal
Perlakuan
1
Perlakuan
2
Trigliserida
Kontrol
Perlakuan
1
Perlakuan
2
HDL
Kontrol
Perlakuan
1
Perlakuan
2
LDL
Kontrol
Perlakuan
1
Perlakuan
2
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error
Sig.
95%
Interval
Lower
Bound
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
75.6060
94.9530
-83.8000
15.2500
-103.1470
-23.4440
30.7360
53.4600
-37.3320
19.4260
-60.0560
-26.0220
-28.8358
-47.9158
23.5742
-21.7108
42.6542
16.4492
17.5327
39.0707
-22.8213
18.8937
-44.3593
-24.1823
Confidence
Upper
Bound
83.8000
103.1470
-75.6060
23.4440
-94.9530
-15.2500
37.3320
60.0560
-30.7360
26.0220
-53.4600
-19.4260
-23.5742
-42.6542
28.8358
-16.4492
47.9158
21.7108
22.8213
44.3593
-17.5327
24.1823
-39.0707
-18.8937
154
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Kelompok
Statistic
pakan_yang_dimaka Kontrol
n
Perlakuan 1
Perlakuan 2
df
Shapiro-Wilk
Sig.
.133
.189
.258
Statistic
df
Sig.
10
.200*
.972
10
.912
10
10
.931
.903
10
10
.453
.234
.200
.058
Descriptives
pakan_yang_dimakan
95% Confidence Interval
for Mean
N
Kontrol
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Total
10
10
10
30
Std.
Deviation
Mean
11.2400
9.9500
8.6900
9.9600
Std.
Error
.32387
.22236
.12867
1.08361
Lower
Bound
.10242
.07032
.04069
.19784
Upper
Bound
11.0083
9.7909
8.5980
9.5554
Minimu Maximu
m
m
11.4717
10.1091
8.7820
10.3646
10.60
9.60
8.50
8.50
11.80
10.30
8.90
11.80
df1
df2
2.211
Sig.
27
.129
ANOVA
pakan_yang_dimakan
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
32.514
16.257
1.538
27
.057
34.052
29
F
285.396
Sig.
.000
155
(J)
Kelompok
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 1
Kontrol
Perlakuan 2
Perlakuan 2
Kontrol
Perlakuan 1
Mean
Difference (IJ)
Std. Error
.10674
.000
1.0710
1.5090
.10674
.000
2.3310
2.7690
.10674
.000
-1.5090
-1.0710
.10674
.000
1.0410
1.4790
.10674
.000
-2.7690
-2.3310
.10674
.000
-1.4790
-1.0410
1.29000
2.55000
-1.29000
1.26000
-2.55000
-1.26000