Anda di halaman 1dari 55

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 SINAR X
Sinar x merupakan gelombang elektro magnetik didefenisikan sebagai suatu
gelombang yang terdiri atas gelombang listrik dan gelombang magnit. Pada gambar 2
berikut ditunjukkan keluarga gelombang elektro-magnetik, di mulai dari gelombang
radio, cahaya tampak, sinar-x, hingga sinar kosmik. Pengelompokan tersebut
dibedakan atas tingkat energi atau panjang gelombangnya.

Gambar 2.2. Tingkat energi gelombang elektromagnetik


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL(2006)

Satuan panjang gelombang sinar-X adalah dan nm.


1 = 10

-10

-9

m, 1 nm = 10 = 10 m

Panjang gelombang sinar-X dalam kisaran 0,5 -2,5 .(lihat gambar 2.2)
Sinar X terjadi bila elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi tiba-tiba
terhenti karena menubruk suatu bahan misalnya suatu plat logam. Sebagai sumber
elektron adalah filamen yang dipanaskan dan plat logam adalah anodanya. Elektron15
Universitas Sumatera
Utara

elektron yang terjadi pada pemanasan filamen dipercepat dengan menggunakan


tegangan tinggi antara filamen dan anoda. Sinar-X yang terjadi karena proses
pengereman diatas disebut juga Bremsstrahlung. Spektrum sinar-X yang dihasilkan
proses ini adalah kontinu.

Gambar 2.3. Proses pembentukan sinar X bremsstrahlung.


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL(2006)
Sebagian kecil elektron-elektron yang dipercepat itu akan menubruk elektron
pada kulit atom, akibatnya elektron pada kulit atom itu akan terpental sehingga
tempat tersebut kosong. Kekosongan ini segera diisi oleh elektron dari kulit bagian
atasnya disertai dengan pemancaran photon. Photon yang dihasilkan dengan dengan
cara ini disebut sinar-x karakteristik. Bila elektron yang terpental dari kulit K maka
sinar x yang terjadi dari pengisian kulit L disebut K, seterusnya. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa sinar x yang terjadi dari suatu
generator sinar x akan berupa sinar x kontinu dam sinar x karakteristik.

Gambar 2.4. Proses pembentukan sinar X karakteristik.


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL(2006)
16
Universitas Sumatera

Utara

Dalam radiografi tegangan antara anoda dan katoda di perlukan sekitar 50 kV


sampai 2 MV, tetapi yang sering dipakai adalah 50kV sampai 300kV.
Panjang gelombang sinar x tergantung pada kecepatan elektron yang menubruk
anoda, jadi tergantung pada beda tegangan antara katoda dan anoda yang digunakan.
Distribusi panjang gelombang berkas sinar x dari suatu tabung sinar x di tunjukkan
pada gambar 5.
Panjang gelombang minimum (min) dirumuskan oleh Duane-Hunt sebagai berikut :

min =

12 ,5
4
V x10 (mm)

(1)

Dimana, V = beda tegangan antara anoda dan katoda.


Pada umumnya spektrum sinar x terdiri dari spektrum kontinu ini ada beberapa
spektrum garis yaitu karakteristik bahan target dari tabung sinar x. lihat pada (gambar
2.5)

Gambar 2.5. Grafik distribusi panjang gelombang-intensitas pada


pemancaran sinar X yang terdiri dari sinar X kontinu dan karakteristik.
(M. Syukur,1974)
Bentuk kurva pada gambar 2.5 tergantung pada banyak faktor misalnya distribusi
tenaga dari berkas elektron, tebal dari target tabung, penyaringan tabung sinar x dan
tegangan sesungguhnya.
17
Universitas Sumatera
Utara

Banyak elektron tergantung pada arus listrik yang melalui filamen dan temperatur.
Karena arus mudah dikontrol maka dalam sinar x ada dua kontrol yaitu kontrol
intensitas oleh arus dan kontrol tenaga oleh tegangan. Tenaga elektron hampir
seluruhnya diubah menjadi panas sedang yang menjadi sinar x hanya 1% maka
anoda yang berupa logam tungsten perlu dihubungkan dengan blok tembaga
pendingin. Ada juga sinar x yang tak mempunyai pendingin tetapi hanya dilengkapi
dengan switch.

Gambar 2.6. Tabung sinar X


( M. Syukur,1974)
Dengan

A = Blok tembaga pendingin


B = Silinder untuk memfokus elektron
C = Tabung kaca
D = Tegangan tinggi
E = Filamen
F = Target (tungsten)

SIFAT-SIFAT SINAR X
Ada pun sifat sifat dari sinar x adalah sebagai berikut :
a Daya tembus
18
Universitas Sumatera
Utara

Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang
sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau
kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.
b. Pertebaran (Hamburan)
Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar
tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
gambar radiografi dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh.
Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka diantara subjek dengan diletakkan
timah hitam (grid) yang tipis.
c. Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat
atomnya makin besar penyerapannya.
d. Efek fotografi
Sinar x dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses
secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
e. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstan atau zink
sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun
radiasi sinar x sudah dimatikan (after glow).

19
Universitas Sumatera
Utara

f. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.
g. Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
(Sjahrial Rasad, 2005).

2.2 PEMBANGKIT SINAR X


Pada saat ini terdapat cukup banyak peralatan yang digunakan sebagai
pembangkit radiasi sinar-X. Akan tetapi dalam bagian ini hanya dapat akan dibahas
pembangkit yang paling popular yaitu pesawat sinar-X atau juga sering disebut mesin
Rontgen.
KONSTRUKSI

Gambar 2.7. Konstruksi sinar X


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL(2006)

20
Universitas Sumatera
Utara

Beberapa bagian yang paling penting adalah sebagai berikut :


1 Filament yang terdapat pada katoda dihubungkan dengan sumber arus (mA).
Katoda dihubungkan ke kutub negative dari sumber tegangan(kV).
2 Target terletak pada anoda, yang dihubungkan ke kutub positif sumber tegangan
(kV).
2.3 PRINSIP KERJA TABUNG SINAR X
1) Arus listrik (mA) akan memanaskan filamen (katoda) sehingga akan terjadi
awan elektron disekitar filamen (proses emisi termionik)
2) Tegangan (kV) diantara katoda (negative) dan anoda (positif) akan
menyebabkan elektron-elektron bergerak ke arah anoda .
3) Fokus (focusing cup) berfungsi untuk mengarahkan pergerakan elektronelektron (berkas elektron) menuju target.
4) Ketika berkas elektron menubruk target akan terjadi proses eksitasi pada atomatom

target,

sehingga

pembelokan/pemantulan

akan

dipancarkan

elektron

sehingga

sinar

karakteristik,

akan

dipancarkan

sinar

dan
X

bremstrahlung.
5) Berkas sinar X yang dihasilkan, yaitu sinar X karakteristik bremstrahlung,
dipancarkan keluar tabung melalui window.

2.4 PENGATURAN PESAWAT SINAR X


Terdapat 2 pengaturan (adjustment) pada pesawat sinar X yaitu pengaturan arus
filamen (mA) dan pengaturan tegangann diantara anoda dan katoda (kV). Pengaturan
arus mA akan menyebabkan perubahan jumlah elektron yang dihasilkan filamen dan
intensitas berkas elektron sehingga mempengaruhi intensitas sinar X.
Semakin besar mA akan menghasilkan intensitas sinar X yang semakin besar.
21
Universitas Sumatera
Utara

Pengaturan tegangan kV akan menyebabkan perubahan gaya tarik anoda terhadap


elektron sehingga kecepatan elektron menuju(menubruk) target akan berubah. Hal ini
menyebabkan energi sinar X dan intensitas sinar X yang dihasilkan akan mengalami
perubahan.
Semakin besar kV akan menghasilkan energi dan intensitas sinar X yang semakin
besar.

Gambar 2.8. Spektrum sinar X yang dipancarkan


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL(2006)

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa bila arus (mA) dinaikkan (gambar kanan)
maka spektrum sinar X akan semakin tinggi intensitasnya dengan puncak pada energi
atau panjang gelombang yang tetap. Bila tegangan (kV) dinaikkan (gambar kiri) maka
intensitas semakin tinggi dan puncaknya bergeser ke kiri, panjang gelombang
mengecil atau energi membesar.

2.5 INTERAKSI SINAR-X DENGAN MATERI


Beberapa peristiwa yang menyebabkan terjadinya sinar X telah dibahas pada
bagian sebelum ini, sedangkan pada bagian ini akan dibahas proses atau interaksi
yang terjadi bila radiasi sinar X tersebut mengenai materi.
22
Universitas Sumatera
Utara

A. Intensitas Radiasi
Sinar X sebagaimana radiasi gelombang elektromagnetik yang lain memancar ke
segala arah secara merata. Jumlah radiasi per satuan waktu per satuan luas (Intensitas)
disuatu tempat sangat tergantung pada tiga hal yaitu jumlah radiasi yang dipancarkan
oleh sumber, jarak antara tempat tersebut dan sumber radiasinya, serta medium
diantaranya.
Hubungan antara intensitas radiasi terhadap jarak mengikuti persamaan inverse
square law (hukum kuadrat terbalik) sebagaimana berikut.

r2

I
1

=r2

Dimana

(2)

I1 = intensitas di titik 1
I2 = intensitas di titik 2
r1 = jarak antara titik 1 dan sumber
r2 = jarak antara titik 2 dan sumber

Salah satu prinsip proteksi radiasi eksterna adalah menjaga jarak, semakin jauh posisi
seseorang dari sumber radiasi maka intensitas radiasi yang diterimanya akan semakin
kecil, mengikuti hukum kuadran terbalik diatas.
B. Atenuasi Sinar X
Intensitas radiasi sinar X setelah melalui bahan dengan tebal tertentu akan mengalami
pelemahan atau atenuasi(lihat gambar 9) mengikuti persamaan berikut :

I =I 0 eX

.(3)

Dimana I0, I = intensitas sebelum dan sesudah menembus bahan.


X = tebal bahan yang diperiksa
23
Universitas Sumatera
Utara

= koefisien absorbsi linier tergantung dari jenis bahan dan tenaga


sumber yang digunakan.

Gambar 2.9. Atenuasi intensitas radiasi setelah melalui bahan


(M. Syukur, 1974)
HVL (Half value layer) adalah tebal bahan yang dapat menyerap intensitas radiasi
menjadi separonya, sedangkan
TVL (Tenth value layer) adalah tebal bahan yang dapat menyerap intensitas radiasi
menjadi seper-sepuluhnya.

Gambar 2.10. Kurva Intensitas radiasi setelah melalui bahan.


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL(2006)
Nilai HVL dan TVL suatu bahan dapat dihitung dari koefisien serap linier () nya
dengan persamaan berikut :
24
Universitas Sumatera

Utara

=ex .. (4)

ln

I0

=x . (5)

1 I
2

ln

I0

=x .. (6)

ln 2 =x . (7)
0,693 =x . (8)

0,693

x=

HVL =

TVL =

, x=0 .. (9)

0,693

2,303

; .(10)

.(11)

Contoh :
Koefisien serap suatu bahan adalah 0,1386/mm. Bila bahan tersebut digunakan
sebagai penahan radiasi sinar X maka tebal yang dibutuhkan untuk menurunkan
intensitas radiasi dari 10 mR/jam menjadi 2,5 mR/jam adalah :
HVL bahan = 0,693 / 0,1386 = 5 mm
Ix/I0 = 2,5 / 10 =
Tebal yang diperlukan adalah 2 x HVL = 2 x 5 mm =10 mm
(satu HVL menurunkan nya maka diperlukan 2 HVL untuk menurunkan nya).

25
Universitas Sumatera
Utara

Tabel 2.1 Jumlah HVL dengan jumlah IX/I0


Jumlah HVL

Ix / I0

1/2

1/4

1/8

1 / 16
5

1 / 32

Dst.
Tabel 2.2 Jumlah TVL dengan jumlah IX/I0
Jumlah TVL

IX / I0

1 / 10

1 / 100

1 / 1000
Dst

C. Mekanisme Interaksi
Mekanisme interaksi sinar X ketika mengenai materi adalah efek fotolistrik, efek
Compton dan produksi pasangan

26
Universitas Sumatera
Utara

1. Efek fotolistrik

Gambar 2.11. Proses efek foto listrik


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL(2006)
Dalam proses efek fotolistrik, sinar X menubruk salah satu elektron dan
memberikan seluruh energinya sehingga elektron tersebut lepas dari lintasannya.
Elektron yang dilepaskan dalam proses ini disebut fotoelektron, yang mempunyai
energy sebesar energy sinar X yang mengenainya.
2. Hamburan Compton

Gambar 2.12. Proses hamburan compton


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL(2006)
Dalam proses hamburan Compton, sinar X seolah-olah menubruk salah satu
elektron dan kemudian terhambur kea rah yang lain. Sebagian energi sinar X
27
Universitas Sumatera

Utara

diberikan ke elektron sehingga lepas dari lintasannya, sedangkan sisanya dibawa


oleh sinar X hamburan.
3. Produksi pasangan
Proses produksi pasangan hanya terjadi bila energy sinar X lebih besar dari 1,02
Mev dan sinar X tersebut berhasil mendekati inti atom. Sinar X tersebut akan
lenyap dan berubah menjadi sepasang elektron-positron. Positron adalah partikel
yang identik dengan elektron tetapi bermuatan positif.

Gambar 2.13. Proses produksi pasangan


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL(2006)

2.6 PRINSIP-PRINSIP SUATU RADIOGRAFI


Radiografi adalah gambaran suatu bahan (objek) pada film photografis yang
dihasilkan dengan melewatkan sinar X atau sinar melalui bahan tersebut. Jadi dasar
radiografi adalah mendioteksi perbedaan suatu kerapatan bahan yang digambarkan
sebagai gelap dan terang pada film. Bagian gelap sesuai dengan bahan yang
mempunyai kerapatan () rendah, karena m dari kerapatan yang tinggi.

28
Universitas Sumatera
Utara

A. Kualitas radiografi
Kualitas radiografi adalah kemampuan radiografi dalam memberikan informasi yang
jelas mengenai objek atau organ yang diperiksa. Kualitas radiografi ditentukan oleh
beberapa komponen antara lain: densitas, kontras, ketajaman, dan detail
Kualitas radiografi meliputi, sebagai berikut :
1. Densitas
Gambaran hitam pada hasil radiografi ditetapkan sebagai densitas. Hasil densitas
yang semakin baik terdapat pada area yang dimana sinar-x ditangkap oleh film
dan dikonversikan ke warna hitam, silver metalik.
Karakteristik fisik bahan yang paling ditemui di x-ray imaging dibandingkan
dalam tabel berikut.
Tabel 2.3. Karakteristik Fisik Bahan Kontras
Nomor Atom

Density

Efektif (Z)

(gr/cm )

Air

7,42

1,0

Otot

7,46

1,0

Lemak

5.92

0.91

Udara

7.64

0.00129

Kalsium

20.0

1.55

Iodine

53.0

4.94

Barium

56.0

3.5

Material

(P. Sprawls, Ph.D, 2010)


Tabel 2.4.berikut menunjukkan hubungan antara jumlah cahaya yang
ditransmisikan dan densitas film dihitung.
29

Universitas Sumatera Utara

Transmitansi
(It/I0)

Persen
transmitansi

Invers transmitansi
(I0/It)

Densitas film
(Log(I0/It))

1.0

100%

0.1

10%

10

0.01

1%

100

0.001

0.1%

1000

0.0001

0.01%

10000

0.00001

0.001%

100000

0.000001

0.0001%

1000000

0.0000001

0.00001%

10000000

(P. Sprawls, Ph.D, 2010)


Dari gambar di atas jelas dapat kita simpulkan apabila 1.0 adalah 100% transmisi
sinar X dan transmisi terbaliknya adalah 1 tercatat sebagai densitas dengan
menggunakan densitometer adalah 0 dan seterusnya.
2. Kontras
Yang dimaksud dengan kontras adalah perbedaan dalam densitas dibeberapa
tempat pada radiografi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontras adalah:
o Relatifitas transparansi sinar-x terhadap beberapa struktur pada radiografi
o Tipe film yang digunakan,
o Pemerosesan film yang digunakan,
o Intensfying screen,
o

Tegangan (kV) dan

Pemecahan sinar radiasi

Tegangan yang lebih rendah menghasilkan kontras yang tinggi dan tegangan
yang lebih tinggi menghasilkan kontras yang rendah.

30
Universitas Sumatera
Utara

Perbedaan derajat kehitaman dirumuskan dengan:

C =D2 D1 (12)
Dengan :
C = menyatakan kontras
D2 = Densitas pada daerah ke
2 D1 = Densitas pada daerah 1
Tabel 2.5 Efek mA, kVp & Waktu Eksposur Terhadap Densitas Film dan Kontras
Densitas Film

Kontras

kVp

Ya

Ya

mA

Ya

Tidak

Waktu (s)

Ya

Tidak

3. Sharpness (Ketajaman gambar)


Ketajaman gambar pada radiograf mengindikasikan penandaan yang tajam pada
beberapa struktur yang terekam. Radiografi dikatakan memiliki ketajaman
optimum apabila batas antara bayangan satu dengan bayangan lain dapat terlihat
jelas. Ketidaktajaman radiografi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Faktor geometri
Seperti yang di uraikan di atas karena bentuk sumber bukan beberapa titik
tetapi mempunyai beberapa garis tengah maka sering terjadi gangguan pada
bayangan sesungguhnya.
Adapun gangguan pada radiografi yang disebabkan oleh faktor geometri
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

31
Universitas Sumatera
Utara

Gambar 2.14. Gangguan (P) karena sumber bukan berupa titik


(M. Syukur, 1974)
Dimana :
F = Diameter sumber
A= Jarak sumber ke film
B= jarak cacat ke film
P= besarnya gangguan (penumra) unsharpness
Dengan menggunakan segitiga sebangun maka :
P : B =F : (A B) .(13)

Atau

P = FxB
(14)
(A B)

Gangguan juga dapat ditimbulkan dari hamburan yang sampai pada film
baik dari benda yang diperiksa maupun dari benda-benda lain yang berada
dibelakang film.

32

Universitas Sumatera Utara

Gangguan semacam ini dapat di atasi dengan penghalang (screen) timbal,


dimuka maupun di belakan film. selain itu penghalang ini akan mempercepat
terjadinya bayangan pada film karena terbentuknya elektron sekunder dari
timbal setelah menerima radiasi.
Gangguan ini biasa disebut ketidaktajaman (unsharpness), gangguan ini dapat
di atasi dengan cara sebagai berikut :
15 Sumber harus sejauh mungkin dengan bahan yang diperiksa jadi sumber
hampir mendekati sumber titik.
Film harus sedekat mungkin dan sejajar dengan benda yang diperiksa

o Letak sumber sedemikian rupa sehingga sinar jatuh tegak lurus


kepermukaan film.
2) Faktor sistem perekaman bayangan
3) Efek paralak, karakteristik film dan
4) Faktor pergerakan
4. Detail
Detail merupakan kualitas radiografi berdasarkan ketajaman dilihat dari garis
luar yang membentuk gambar dan kontras antara beberapa struktur yang
terekam. Jika garis luar yang membentuk gambar sangat jelas dilihat dan
kejernihan detail ini dapat dikatakan bagus.
Detail radiografi menggambarkan ketajaman dengan struktur-struktur terkecil
dari radiografi. Faktor-faktor yang berpengaruh pada detail adalah faktor
geometri antara lain ukuran focal spot, FFD (Focus Film Distance) dan FOD
(film Object Distance). (M` Obrian, 2009)
B. GANGGUAN PADA CITRA RADIOGRAFI
b.1 Artefak
Artefak merupakan suatu gangguan pada tampilan citra radiografi akibat
berbagai kesalahan. Baik itu kesalahan akibat pencucian, noda pada IS, dan lain3
3
Universitas Sumatera
Utara

lain. Dalam banyak situasi artefak tidak mempengaruhi keakuratan visibilitas


obyek dan diagnostik. Tapi artefak dapat mengaburkan bagian gambar atau dapat
ditafsirkan sebagai fitur anatomi. Berbagai faktor yang terkait dengan setiap
metode imaging dapat menyebabkan artefak gambar.
b.2 Blur Summery (Kekaburan)
Kekaburan mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil.
Sehingga kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detil gambar.
Kekaburan menurunkan penampakan struktur kecil dari kontras obyek. Dan hal
ini sering terjadi pada citra medik. Bila kekaburan kecil maka obyek yang besar
masih dapat kita lihat. Tetapi apabila kekaburan semakin besar maka bukan
hanya obyek kecil yang tidak bisa kita lihat, obyek yang besar juga akan sulit
kita amati. Gambar 2.15 bawah ini akan dapat menjelaskan kepada kita
bagaimana besarnya efek kekaburan terhadap kenampakan detail atau ketajaman
pada gambaran radiografi.

Gambar 2.15. Tingkatan efek blur pada citra medik.


(A. Jauhari, 2010)
Tiga Pengaruh dari Kekaburan
Ada tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu:
1 Sebagaimana yang telah kita amati, kekaburan mengakibatkan penurunan
kemampuan untuk memperlihatkan detail anatomi obyek. Padahal hal tersebut
sangat penting dalam penggambaran citra medik.
34
Universitas Sumatera
Utara

1 Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra


medik Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai
pengganti istilah kekaburan (blurring)
b.3 Efek dari Noise
Setiap kolom pada gambar di bawah ini mempunyai seri rentang kontras dari
mulai yang tinggi (bagian bawah) sampai yang mempunyai kontras rendah
(bagian atas). Terdapat tiga tingkatan (rendah, medium dan tinggi) noise pada
ketiga kolom gambar disamping. Ingat! Efek dari noise adalah untuk
menurunkan visibilitas dari obyek yang memiliki dengan kontras rendah.

Gambar 2.16. Tingkatan efek noise pada citra medik


(A. Jauhari, 2010)

Membandingkan Efek dari Noise dan Kekaburan (Blur)


Baik blur maupun noise sebenarnya merupakan ciri umum unsur yang tidak
diinginkan pada citra medik karena bisa menurunkan visibilitas obyek tertentu.
Ilustrasi gambar dibawah menunjukkan diagram kontras-detail. Obyek dirancang
menurut penurunan ukuran (detail) dari kiri ke kanan, dan menurut penurunan
kontras dari bawah ke atas. Bagian yang besar dan tinggi nilai kontras obyek di
3
5
Universitas Sumatera

Utara

dalam wilayah kiri bawah harus terlihat sebagai gambaran umum kondisi citra
medik yang semestinya. Anggaplah noise dan kekaburan (blur) adalah dua hal
yang secara bersama menghasilkan tabir ketidaktampakan (curtain of
invisibility)".
Noise menurunkan visibilitas obyek dengan kontras rendah. Sedangkan blur
menurunkan visibilitas obyek yang ukurannya kecil. Biasanya, kebanyakan obyek
dengan ukuran anatomi yang kecil akan mempunyai nilai kontras yang relatif
rendah dan visibilitasnya menurun karena faktor noise dan blur.

Gambar 2.17. Efek noise dan blur


(A. Jauhari, 2010)
2.7 GRID (KISI)
Grid radiografi terdiri dari serangkaian strip foil timbal(Pb) yang dipisahkan oleh
celah dari strip timah tersebut(lihat gambar 23). Hal ini ditemukan oleh Dr.
Gustave Bucky pada tahun 1913(lihat gambar 18), dan masih merupakan cara
yang paling efektif untuk menghilangkan radiasi scatter (radiasi hambur) agar
tidak sampai ke film rontgen di bidang radiografi. Bahan dari grid ini dapat
berupa kertas atau aluminium, tapi dalam grid modern biasanya terbuat dari serat
karbon, Strip timah hitam(Pb).

36
Universitas Sumatera
Utara

Radiasi primer berorientasi pada sumbu yang sama dengan strip timah dan
melewati di antara strip timah tersebut untuk sampai ke film. radiasi hambur
muncul dari berbagai titik dari pasien dan yang meliputi dari segala arah (multi
arah), sehingga sebagian besar diserap oleh timah (grid) dan hanya sejumlah kecil
sinar X yang lewat dan sampai ke film (lihat gambar 24).

Gambar 2.18. Dr Gustave Bucky


(W. J. Blvd,2003)
Grid terdiri dari atas lajur-lajur lapisan tipis timbal (Pb) atau Dapat juga
dijelaskan pada saat mengambil gambar radiografi semua sinar primer jatuh pada
jaringan yang tidak dapat terlewati. Beberapa sinar dapat melewati jaringan beberapa
sinar terrefleksikan dalam berbagai tingkatan ketebalan jaringan dan sinar yang
tertinggal terabsorbsi oleh jaringan. Sinar yang terrefleksikan menyebabkan radiasi
yang terpecah. Radiasi yang terpecah tersebut jatuh ke film bersamaan dengan sinar
primer menghasilkan gambar yang buram pada film. Untuk menghindari pemecahan
sinar diperlukan sebuah alat yang dinamakan grid yang digunakan dalam radiografi.
Penggunaan grid diperlukan untuk jaringan dengan ketebalan 11 sentimeter. Grid
ditempatkan diantara bagian yang terekspose dan pada kaset.

37
Universitas Sumatera
Utara

Gambar 2.19. Penyerapan Selektif Radiasi hambur oleh sebuah Grid


(P. Sprawls, Ph.D, 2010)

JENIS-JENIS GRID (KISI)


1. Grid diam (stationary grid atau lisholm)
Grid ini mempunyai macam-macam ukuran sesuai dengan ukuran kaset. Dan
grid ini bisa dibawa atau bersifat mobile.
2. Grid bergerak (moving grid atau bucky)
Grid bergerak (moving grid) diciptakan oleh Dr Hollis E. Potter pada tahun 1920
dan selama bertahun-tahun, grid bergerak itu disebut grid PotterBucky. Dalam
beberapa tahun terakhir nama telah disingkat menjadi grid Bucky, yang sangat
disayangkan, karena nama penemu dihilangkan. Grid digerakkan untuk
mengaburkan bayangan strip timah hitam (lajur grid)
Biasanya grid ini di gerakkan oleh motor yang berada dibawah meja
pemeriksaan atau tepatnya terletak diatas film(gambar 20). sehingga disaat

38

Universitas Sumatera Utara

exposure dengan cepat grid bergerak sehingga pada hasil gambar radiografi strip
tidak lagi terlihat (gambar 21)

Gambar 2.20. Grid berkgerak (Bucky)


(D. Ogilvie, 2007)
Adapun perbedaan hasil radiografi dengan menggunakan radiografi dengan grid dan
grid bergerak terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.21. Hasil radiografi grid diam(kiri) dan grid bergerak (kanan)
(Gyunggi-Do, 2010)
Sebuah grid tersusun atas strip dan materi radiotransparen seperti kayu atau
aluminium teratur pada saat focal spot diposisikan tepat ditengah grid, strip pada
grid disejajarkan dengan tumbukan primer. Contoh familiar alat yang dapat kita
temui adalah grid yang dapat bergerak yaitu Potter-Bucky Diafragma (atau
Bucky). Grid ini tetap bergerak selama waktu terjadinya pemaparan sinar. Pada
39
Universitas Sumatera

Utara

saat grid yang tidak bergerak digunakan strip pada grid akan tergambar pada
radiografi. Untuk menghindari hasil dari strip ini maka digunakan strip yang
bergerak.

Gambar 2.22. Gambar susunan lempeng(Pb)


(UPSTATE Medical University, 2010)

Grid Ratio
Grid ratio adalah perbandingan antara tinggi lempengan timbal dengan jarak
antara lempeng.
Grid ratio =D

(15)

Semakin tinggi grid ratio semakin banyak hamburan yang diserap oleh grid, faktor
eksposi yang digunakan semakin besar.
Grid dengan ratio 8:1 atau 10:1 grid sering digunakan di dalam pemeriksaan
thorak dsb. Grid ratio 5:1 akan menyerap radiasi 85% di mana grid ratio
16:1penyerapan radiasi sebesar 97%.
40
Universitas Sumatera
Utara

Rasio grid didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi dari strip dengan jarak
seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.23. Karakteristik grid


(UPSTATE Medical University, 2010)

Atau,

Grid frekuensi =t + D (16)

Cara kerja grid (kisi) :


Grid digunakan untuk meningkatkan kontras dengan menyerap radiasi sekunder
sebelum mencapai film. grid ideal akan menyerap semua radiasi sekunder dan bukan
radiasi primer. Itu akan memberikan kontras film maksimum tanpa peningkatan yang
tidak perlu dalam eksposur pasien.
Kontruksi grid dirancang sedemikian rupa agar dapat menyekat radiasi hambur yang
menuju ke film. Adapun prinsip kontruksinya adalah sebagai berikut :

41
Universitas Sumatera
Utara

Hamburan akan diserap oleh lempengan timbal,sinar akan dilewatkan oleh


lempengan timbal tersebut. Diantara beberapa lempengan timbal tersebut terdapat
jarak ( interspace = D ) dan juga terdapat tinggi lempeng timbal tersebut ( tinggi lead
strip = h ) seperti pada gambar 2.23.
Sebagai sinar X (a=radiasi primer) akan tersebar ke segala arah pada waktu
mengenai suatu benda.(lihat gambar 2.24). Sinar tersebar ini dinamakan sinar
hambur (radiasi sekunder atau scatter radiation). Dari gambar dibawah ini dapat di
lihat bahwa radiasi sekunder bisa menimbulkan gangguan sehingga berpengaruh
kepada hasil radiografi dikarenakan adanya pantulan dari objek (benda) yang dilalui
oleh sinar-X..
Sinar hambur ini harus ditiadakan dengan menggunakan grid

Gambar 2.24. Peletakan dan fungsi grid


(H. Aichinger, 2004)
1 = radiasi primer
2 = radiasi hambur

42
Universitas Sumatera
Utara

Dari susunannya dibagi dalam :


Linier

: Jalur lempeng

(Pb) yang satu dengan yang lain

sejajar (lihat

gambar 2.27).
Focused

: Jalur lempeng (Pb) berangsur tambah miring dari pusat ke tepi,

disusun oleh sedemikian rupa mengikuti arah sinar


Crosed grid

: Dua grid diletakkan satu atas yang lain (bersilang), crossed grid

sebagian pusat sinar X terus tepat ditengah grid.


Grid linier
strip atau susunan grid linier

mengarah sejajar satu sama lain

dalam sumbu

longitudinal (gambar 2.27). Keunggulan utama grid ini adalah susunan strip timah
hitamnya memungkinkan kita untuk sudut tabung x-ray sepanjang grid tanpa
kehilangan radiasi primer dari grid cutoof. (lihat gambar 2.25).
Cutoff Grid adalah hilangnya berkas radiasi primer karena ketidaktepatan angulasi
antara tube dan strip timah dan menimbulkan perbesaran strip pada gambar rontgen
seperti terlihat pada gambar 2.26.

Gambar 2.25. Grid Cut off


(Meredith.W.J., and Massey 1986)
Dan macam-macam grid cut off pada hasil gambaran radiografi di gambar kan
sebagai berikut :
43
Universitas Sumatera
Utara

Gambar 2.26. Bayangan cut off pada film karena penyudutan tabung sinar x
(Gyunggi-Do, 2010)

Gambar 2.27. Grid linier


(Meredith.W.J., and Massey 1986)
Jadi grid(kisi) yang memenuhi syarat adalah:
1) Dapat menyerap sinar hambur 80-90 %
2) Dapat menyerap sinar primer 10-15%
3) Dapat menaikkan kontras
Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa semakin besar daya grid
menyerap radiasi hambur maka semakin baik pula radiografi yang dihasilkan.
Penambahan kontras dapat di ukur dengan faktor perbaikan kontras (K), dengan

K =kontras Sinar X dengan grid


kontras sin ar X non grid

44

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.6. Dibawah ini bisa kita liat tabel faktor perbaikan kontras (K), sebagai
berikut
Grid
no.

Lead content/Isi timah hitam


Grid Ratio

Faktor perbaikan
kontras

(mg/cm )

(K)

170

1.95

310

1.95

3.4

2 x 3.1

11

340

2.1

390

2.1

460

2.35

15

460

2.6

2x7

680

2.95

15

900

2.95

NB : Crossed grid

2.8 FILM DAN JENIS JENIS FILM YANG DIGUNAKAN UNTUK


PENCATATAN BAYANGAN RADIOGRAFI
Film berfungsi untuk mencatat bayangan pada gambaran radiografi. Film ini
terdiri dari beberapa lapisan yang di antaranya :
1. Supercoat : Untuk melindungi emulsi film
2. Emulsi film : Emulsi silver-bromideyang terdiri atas AgBr, AgCI, dan AgJ. Tebal
emulsi ini adalah 0,001 inc (0,0025cm).
45
Universitas Sumatera
Utara

3. Substratum berfungsi sebagai perekat antara emulsi ke alas film


4. Alas film (Film base) : Terdiri atas polyester base (gambar 2.28).

Gambar 2.28. Lapisan film


(N. Oldnall, 2000)

2.9 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHITAMAN FILM


Kehitaman (density) tergantung pada jumlah radiasi yang diserap oleh emulsi film.
Jumlah radiasi ini tergantung dari kekuatan sumber, bagian radiasi yang menembus
benda dan penghalang yang mungkin depergunakan. Jumlah radiasi yang
dipancarkan oleh sinar X tergantung dari arus, tegangan yang dipakai dan lamanya
penyinaran. Apabila arus yang dirubah sedang tegangan tetap dan waktu tetap maka
intensitas akan sebanding dengan arus (miliampere) dan tak ada penambahan
panjang gelombang (gambar 2.29).

Gambar 2.29. Efek perubahan miliampere pada intensitas


(M. Syukur, 1974)
1. Miliampere rendah
2. Miliampere tinggi
46
Universitas Sumatera

Utara

Jadi tidak ada penambahan daya tembusnya. Berbeda dengan gambar dibawah ini
yang menunjukkan tentang perubahan panjang gelombang.

Gambar 2.30. Efek perubahan tegangan pada tabung sinar X


(M. Syukur, 1974)
1. Tegangan rendah
2. Tegangan tinggi
3. Penambahan
Pada gambar di atas dapat kita simpulkan jika arus tetap dan tegangan dirobah maka
tidak hanya intensitas yang berubah tetapi juga kualitasnya. Pada waktu tegangan
dan dinaikkan akan terjadi penambahan panjang gelombang seperti pada daerah
yang di arsir (3), maka daya tembusnya bertambah.
Penyinaran (Exposure) pada sinar X dapat dirumuskan sebagai berikut :
E =M x t ... (17)
Dimana :
E = Penyinaran (exposure)
M = Miliampere (aktifitas)
t = Waktu penyinaran
47
Universitas Sumatera
Utara

Bila jarak berubah maka jumlah radiasi yang dipancarkan sebanding terbalik dengan
kwadrat jaraknya, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

E=

Mxt

d2 (18)

dimana : d = jarak sumber ke film


jadi exposure dapat ditentukan dari ketiga variable diatas.

2.10 SIFAT-SIFAT FILM RADIOGRAFI


Film yang digunakan untuk radiografi terdiri dari emulsi perak halida yang diletakkan
di atas gelatin dan dilapisi oleh tin yang transparan untuk memberikan kecepatan dan
kekontrasan yang optimal. Emulsi ini sensitif terhadap sinar X,, cahaya dan lainlain. Bila salah satu radiasi ini mengenai emulsi itu, maka terjadi bayangan latent.
Perubahan ini tak dapat dideteksi secara fisis tetapi bila film yang sudah teradiasi itu
dicelupkan ke larutan developer, maka terjadi reaksi yang menyebabkan logam perak
menjadi hitam. Perak yang mengendap dalam glatine inilah yang menimbulkan
bayangan.
Jenis-jenis film rontgen adalah sebagai berikut :
1. Screen film : Film yang dalam penggunaannya selalu menggunakan intensifying
screen.
2. Non-Screen film : Film yang penggunaannya tanpa intensifying screen
seperti : Film gigi, (dental film), mammographyc film.
3. Menurut sensifitasnya film juga dibagi atas Blue sensitive dan Green sensitive
Ada tiga golongan film menurut kepekaannya terhadap macam-macam warna
cahaya diantaranya :
a) Orthochromatic film
48
Universitas Sumatera
Utara

Yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap warna hijau sampai violet, jenis
ini digunakan untuk film green sensitive pada pemeriksaan radiografi.
2) Monochromatic film
Yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap satu jenis warna, yaitu warna
biru saja. Jenis ini biasanya digunakan untuk film x ray blue sensitive.
3) Panchromatic film
Yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap semua warna pencahayaan.
Jenis ini digunakan dalam film fotografi.

2.11 DAERAH KERJA FILM


Untuk mendapatkan kekontrasan yang baik maka suatu film perlu ditentukan daerah
kerjanya. Daerah ini dapat ditentukan dengan membuat grafik antara E, D dimana D
adalah densitas film dan E adalah exposure (penyinaran).
Densitas film adalah ukuran kegelapan suatu film, makin besar ukuran butir perak
persatuan luas pada film tersebut makin gelap. Makin gelap film tersebut makin
tinggi densitasnya.
Density (D) didefenisikan sebagai perbandingan log intensitas cahaya datang
sebelum dan sesudah melewati film (gambar 2.31) dan dapat dirumuskan sebagai
berikut :

I
D =log

I1

..(19)

Dimana : I0 = intensitas cahaya sebelum jatuh ke film


I1 = intensitas cahaya sesudah jatuh ke film
49
Universitas Sumatera
Utara

Gambar 2.31. Density (D) didefenisikan sebagai perbandingan log intensitas


cahaya datang sebelum dan sesudah melewati film.
(N. Oldnall, 2000)

Density (D) ini terdiri dari 2 komponen yaitu :


1. Fog density (D0) yaitu kegelapan yang memang sudah ada pada film. Jadi
dapat disamakan dengan backgraund .
2. Density D1, kegelapan karena penyerapan sinar X oleh emulsi film
Maka emulsi dapat ditulis sebagai berikut :
D =D0 +D1 (20)
Grafik antara E dan D biasanya disebut juga dengan kurva karakteristik film
seperti terlukis pada gambar dibawah ini :

50

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.32. Kurva karakteristik film.


(N. Oldnall, 2000)
Density film karena radiasi menuruti hubungan berikut
D =C1 x I x t P ..(21)
Dimana, C = suatu faktor yang tergantung dari tenaga sinar datang dan macam
film yang dipakai
I = Intensitas sinar datang
t = lamanya film disinari (waktu exposure)
p = index yang berhubungan dengan sensitivitas dari film terhadap radiasi
yang diterima
karena daerah kerja film terletak pada garis yang linear, maka rumus yang
diatas menjadi :
D =C1 I t .(22)
Koefisien arah dari tiap-tiap titik pada grafik disebut kekontrasan dari film tersebut
dan dinyatakan sebagai
51

Universitas Sumatera Utara

tg=

D
(23)
= D
log exp osure log t

Dalam radiografi t ditentukan dengan meradiasi bahan yang akan diperksa pada
ketebalan yang berbeda-beda dengan suatu jarak tertentu dan waktu yang berbedabeda.

2.12 PROSES PENCUCIANN FILM


Ada dua cara yang digunakan untuk memprocessing film, yaitu :
1. Secara manual
Yaitu cara memprocessing film dengan menggunakan tenaga manusia. Pada cara
manual ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Tahap developing
Fungsinya untuk membangkitkan bayangan laten menjadi banyangan tampak
pada daerah yang terkena exposi
2. Tahap pembilasan (rinshing)
Fungsinya agar sisa-sisa larutan developer yang melekat pada film tidak masuk
ke dalam fixer
3. Tahap penetapan (fixer)
Ini bertujuan untuk menetapkan gambaran yang terbentuk pada film
4. Tahap pembersihan (washing)
Fungsinya membersihkan sisa-sisa larutan fixer pada film yang dapat
mempengaruhi hasil gambaran.
5. Tahap pengeringan
Merupakan tahap akhir dari processing yaitu pengeringan film.

52
Universitas Sumatera
Utara

Gambar 2.33. Manual processing


(M. Syukur, 1974)
2. Secara otomatis
Yaitu cara memprocessing film dengan menggunakan processing film yang dapat
bekerja secara otomatis (menggunakan mesin)
1. Film feeding system (tempat pemasukan film)
2. Roller trasport, adalah alat yang menjalankan/ menggerakkan film dengan
kecepatan konstan yang digerakkan oleh motor.
3. Water system, fungsinya untuk mencuci film sebagai stabilizer temperatur
developer.
4. Developer recirculatory system, berfungsi untuk mengaduk penambahan
replenisher, agitasi dan memlihara kesamaan temperatur.
5. Fixer recirculatory system.
6. Replenaishment system, berfungsi sebagai penambah larutan developer dan
fixer yang dipompakan secara otomatis kedalam mesin bila volume developer
dan fixer berkurang.
7. Air circulation system, merupakan pemanas udara (pengering) yang
0

mempunyai suhu 40 .
(Sjahriar Rasad, 2005)

53

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.34. tahapan pencucian pada automatic


processing. (N. Oldnall, 2000)

2.13 GRAFIK EXPOSURE


Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya penyinaran adalah :
1. Jenis sumber yaitu tegangan (tenaga) dan arus (aktivitas)
2. Jarak sumber ke film
3. Jenis benda dan tebalnya
4. Densitas yang diinginkan
5. Jenis film
6. Proses pencucian
Disini kita dapat membahas grafik exposure yang menunjukkan hubungan antara
tebal bahan, tenaga yang dipakai dan lamanya exposure. Grafik ini digunakan untuk
menentukan waktu penyinaran (exposure) dari bahan dasar yang uniform. Grafik ini
dapat dilihat pada gambar 2.35 dibawah ini.

54

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.35. Grafik umum penentuan waktu exposure


(M. Syukur, 1974)

Pada sinar X biasanya grafik ini biasanya sudah dibuat dari pabrik yang
mengeluarkannya, karena itu grafik ini berbeda untuk tipe pembangkit sinar X
(pesawat sinar X) yang lain. Dalam laboratorium grafik ini sering dibuat lagi untuk
sinar X maupun sinar , karena film yang dipakai berlainan dengan film yang
dicantumkan dari pabrik dan juga karena film juga mendekati masa berlakunya atau
penyimpanannya kurang sempurna.

2.14 PEMBUATAN GRAFIK EXPOSURE


Karena pada sinar X dapat diatur maka dan sinra berbeda. Pada pembuatan grafik harus
dicantumkan jarak dari sumber ke
film yang dipakai.
PEMBUATAN GRAFIK EXPOSURE UNTUK SINAR X
Ada beberapa cara pembuatan grafik exposure untuk sinar X tetapi yang dibahas
hanya berdasarkan hukum pelemahan

55

Universitas Sumatera Utara

HUKUM PELEMAHAN
Hukum pelemahan adalah
I =I0eX (24)

It =I0 .eX .(25)


Dimana t adalah waktu penyinaran, sehingga It sama dengan exposure (E). jadi
persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut :
ln E0 =ln E +x .(26)
Yang berlaku untuk satu tegangan. Untuk suatu tegangan intensitas radiasi yang
dipancarkan sebanding dengan arus filamen. Jadi grafiknya adalah antara log
miliamper-menit terhadap tebal : Grafik linier. Bila tegangan dinaikkan maka
makin kecil dan kemiringan garis bertambah.
Cara melakukan percobaan adalah dengan menggunakan stepwedge atau bahan
yang tebalnya berbeda di radiografi dengan dua waktu penyinaran yang berbeda dan
masing-masing dengan tegangan yang berbeda, tetapi jarak sumber ke film tetap.
Setelah film dicuci film diukur densitasnya untuk setiap ketebalan densitometer.
Pembacaan densitas ini digambarkan terhadap ketebalan untuk tiap exposure, lihat
gambar dibawah ini.

56
Universitas Sumatera
Utara

Gambar 2.36. Grafik antara tebal bahan dan densitas film untuk 2 tegangan yang
berbeda dengan exposure yang berbeda.
(M. Syukur,1974)
Pilih density 2 atau density yang sesuai pada film yang digunakan. Kemudian
exposure (mAm) digambarkan terhadap ketebalan pada kertas semilog. Masingmasing grafik diperoleh dari 2 titik dengan tegangan yang sama. Untuk memperoleh
grafik exposure yang lain harus digunakan tegangan yang lain pula.

Gambar 2.37. Grafik exposure untuk dua tegangan dalam kontras semi log
(M. Syukur,1974)

57

Universitas Sumatera Utara

2.15 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN SUMBER, WAKTU DAN JARAK


Dari grafik exposure tampak bahwa untuk suatu sumber radiasi ada 4 faktor yang
menentukan exposure yaitu : miliampere (mA), waktu (t), dan jarak.
Hubungan ketiga variable ini dapat dilihat dari persamaan berikut, yaitu :

E= d2

(27)

Karena density film dipilih tetap maka E akan tetap untuk setiap perubahan M, t dan
d. sehingga E1 = E2. Jadi ada 3 hubungan yaitu :
M
1

1.

2.

1 =

t2
3.

t
1

M
=

d22

M2
t

d2

d2
d22

t 2 M1
Dari hubungan diatas jelas bahwa walaupun grafik exposure hanya berlaku untuk
suatu jarak tertentu tetapi dapat digunakan juga untuk jarak yang lain.

2.16 KEPEKAAN
Tidak semua ukuran cacad dapat terlihat pada film, jadi radiografi mepunyai batas
kepeakaan atau kemampuan pemberian informasi pada film radioggrafi. Kepekaan
dalam radiografi dilakukan dengan jalan memilih sumber radiasi atau film yang
dipakai. Untuk pemilihan tinggal memilih ukuran perak yang halus sedang untuk
pemilihan tenaga radiasi dilakukan sebagai berikut :
Menurut hukum pelemahan,
5
8
Universitas Sumatera
Utara

I1 =I0ex
untuk jelasnya lihat gambar dibawah ini

Gambar 2.38. Intensitas setelah menembus bahan dengan cacad


(M. Syukur,1974)
I0 = Intensitas sinar datang
I1 = Intensitas setelah menembus bahan tanpa cacad
I2 = Intensitas setelah menembus bahan dengan cacad

I2 =I0e

( (X X ) + X )
1

(28)

Dimana : 1 = koefisien absorbsi linier cacad


X = tebal cacad
Cacad tersebut akan terlihat bila ada perbedaan antara I1 dan I2, atau
I2
I1

=e( 1)X

...(29)
59
Universitas Sumatera
Utara

Jadi I2 harus lebih besar dari I1.


Dari defenisi density film didapat
I 2 = D2 D1

...(30)

D1 D0

I1

Dari perobahan 29 dan 30 diperoleh :

D0
(
D D 0 =e
2

1)X

.(31)

Atau

D =(D D )e( 1)X (32)

D
2

D D=

D =(D

D )(e( 1)X 1) .(33)


0

D
ln(
X

D D
1

min

Dimana

+1)
0

1
D

=.konstan(35)

k=

D D

ln(k +1) (34)

min

Untuk mata normal kmin = 0,02 dan cacad biasanya berisi udara atau hampa, jadi 1 =
0.
ln 1,02
Xmin = ..(36)
Maka dapat dilihat bahwa makin kecil tenaga sumber makin besar maka
radiografinya makin peka artinya makin kecil cacat yang dilihat.

6
0
Universitas Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai