Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEPATUHAN KLIEN DM DALAM MENJALANKAN
PROGRAM TERAPI DM DI POLI ENDOKRIN
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

1.1

Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren

glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan ,


kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes
di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang
dikenal dengan Pentalogi Terapi DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdiri dari : a) Penyuluhan Kesehatan, b)Diet Diabetes, c)
Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, Yang terdiri dari : a) Obat Hipoglikemi
Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan
baik(Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien
dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan
penggunaan obat-obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak
patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat,
jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150
juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang
lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di
Indonesia atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah
penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta
dan 2020 = 6,5 juta .
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang
komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari
setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksi
instruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan
baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter
selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya
sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan keluhan tersebut maka kepatuhannya
untuk berobat berkurang.

Ketidakpatuhan

ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor

[ 1991]. La Greca & Stone

[ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi

pengobatan yang dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat
ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Walaupun

pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak

pasien tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain : pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet
dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM
suatu

proses

yang berkesinambungan

diperlukan

dan sesuai dengan prinsip-prinsip

penatalaksanaan DM. Prinsip tersebut meliputi :


1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.
2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi
Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis,
jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi
penyuluhan difocuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti
diabetik secara realistis. Ketiga hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan program
terapi DM.
Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktorfaktor

yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program

terapi, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat
khususnya dalam menberikan asuhan keperawatan pada pasien DM.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian

sebagai berikut :
1.2.1 Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kepatuhan klien DM dalam
menjalankan program terapi ?
1.2.2 Faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan klien DM
dalam menjalankan program terapi ?
1.3

Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien
DM dalam menjalankan program terapi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1..3.2.1 Mengidentifikasikan

pengaruh

umur terhadap kepatuhan

menjalankan program terapi


1..3.2.2 Mengidentifikasikan pengaruh jenis kelamin terhadap kepatuhan
pasien DM menjalankan program terapi.
1.3.2.3

Mengidentifikasi

pengaruh status perkawinan

terhadap

kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi.


1.3.2.4

Mengidentifikasi

pengaruh

tingkat

pendidikan

terhadap

kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi.


1.3.2.5 Mengidentifikasi pengaruh pekerjaan terhadap kepatuhan pasien
dalam menjalankan program terapi.
1.3.2.6 Mengidentifikasi

pengaruh penghasilan terhadap kepatuhan

pasien DM dalam menjalankan program terapi.


1.3.2.7 Mengidentifikasi pengetahuan pasien tentang DM.
1.4 Manfaat
1.4.1 Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang fakror-faktor
yang berpengaruh terhadap kepatuhan pasien DM dalam menjalankan
program terapi.
1.4.2

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

masukan bagi tempat

pelayanan dalam meningkatkan pelayanan..


1.4.3 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk melaksanakan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan keptauhan pasien dalam
menjalankan program terapi.
1.4

Relevansi
Diabetes merupakan suatu kelainan metabolik yang menahun , bila tidak diobati

dengan baik maka dapat menimbulkan

kecacatan yang jarang reversibel

dan

seringkali memerlukan pertolongan darurat dan perawatan di Rumah Sakit yang lama.
Proses pengobatan Diabetes merupakan suatu proses yang berlangsung 24 jam dan
seringkali berhubungan dengan perubahan gaya hidup. Oleh sebab itu kepatuhan
berobat merupakan harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM
sanggup melaksanakan instruksiinstruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit
DM nya dapat dikontrol dengan baik. Pada umumnya penderita DM patuh berobat
selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya
sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan keluhan tersebut maka kepatuhannya
untuk berobat sangat berkurang. Perawat sebagai anggota tim kesehatan(anggota
eduktor Diabetes ) dapat menjalankan perannya sehingga kegagalan pengobatan

karena kurangnya kepatuhan pasien terhadap program Terapi dapat di kurangi.


1.6 Landasan Teori
Pada bab ini akan disajikan tentang konsep dasar DM dan kepatuhan. Konsep
dasar DM meliputi : definisi, etiologi, tipe/jenis dan penatalaksanaan, sedangkan
konsep kepatuhan meliputi : definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
1.6.1 Kosep Dasar DM.
1.6.1.1 Definisi.
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik metabolik yang komplek
melibatkan gangguan metabolik

karbohidrat, protein dan lemak dan

perkembangan komplikasi secara microvaskuler, macrovaskuler serta neuropati .


Diabetes Melitus merupakan kelainan heterogen , ditandai dengan sirkulasi
glukosa , lipid dan asam amino berkadar tinggi, karena tidak memadainya
insulin dalam memenuhi tuntutan metabolisme tubuh(Keith, 1996).
1.6.1.2 Etiologi
1. Tidak diketahui
2.

Pada IDDM biasa karena tidak adekuat produksi insulin oleh


pankreas.

3. Pada NIDDM karena terjadi peningkatan kebutuhan insulin


4. Etiologi lain : panktreatitis, tumor pankreas, obesitas, hiperthiroid,
akromegali, kehamilan, infeksi.
1.6.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan
anjuran lklasifikasi DM American Diabetes Association ( ADA ) 1997.
Klasifikass Etiologi Diabetes Melitus (ADA 1997 ) :
1. Diabetes Tipe 1 ( destruksi sel beta , umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut)
2. Diabetes Tipe 2 ( berpariasi mulai yang terutama dominant resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin).
3. Diabets Tipe Lain
a. Defek Relatif fungsi sel beta
-

Maturity onset Diabetes of the young (MODY).

DNA mitichondria

b. Defek Negatif Kerja Insulin


c. Penyakit eksokrin pankreas.
-

Pankreatitis

Tumor pankreatektomy

Pankreatopati Fibrokalkulus

d. Endokrinopaty
-

Akromegali

Sindrom Cushing

Feokrositoma

Hiperthiridisme

e. Karena Obat zat kimia


-

Vacor, pentamidin,asam nikotinat

Glukkokortikoid, hormon thiroid

Tiazid, Dilantin, interferon alfa dll

f. Infeksi
-

Rubella, Kongenital, Cyto-Megalo- Virus ( CMV)

g. Sebab Imonologi yang jarang


-

Antibodi anti insulin

h. Sindrom Genetik lain yang berkalitan dengan DM


-

Sindrom Down , Sindrom Klinefelter, Sindrpm Turner, dll.

4. Diabetes Melitus Gestasional ( DMG).


1.6.1.4 Pengelolaan DM
1. Penyuluhan ( edukasi DM)
2. Perencanaan makan
3. Latihan Jasmani
4. Obat berhasiat Hipoglikemi
DM tan pa dekompensasi metabolik dimulai dengan pengaturan makan disertai
dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu ( 4-8 minggu ).
Bila kadar glukosa darah masih belum memenuhi kadar sasaran metabolik yang
diinginkan baru diberikan obat hipoglikemi oral ( OHO ) atau suntikan insulin
sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik, misalnya
Ketoacidosis, DM dengan stress berat. Berat badan yang menurun dengan
cepat, insulin atau obat berhasiat hipoglikemi dapat segera diberikan.
1. Penyuluhan ( Edukasi Diabetes )
Edukasi Diabetes merupakan suatu proses pendidikan dan pelatihan
tentang pengetahuan Diabetes dan ketrampilan yang dapat menunjang
perubahan perilaku yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal, penyesuaian psikologis dan kualitas hidup yang lebih baik secara
berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukakan beberapa kali

pertemuan untuk menyegarkan, mengingatkan kembali prinsip penatalaksanaaan


Diabetes sehingga dapat merawat dirinya secara mandiri. Hidup sehat dengan
diabetes memerlukan adaptasi Psikososial yang positif, dan penatalaksanaan
mandiri yang afektif terhadap penyakit ini. Untuk mencapai penatalaksanaan
mandiri yang efektif penderita dengan diabetes harus mengetahui, memepunyai
sikap, dan terampil melakukan perawatan mandiri yang berhubungan dengan
pengendalian penyakit kronis ini. Pengalamam mengatakan bahawa edukasi
terncana seperti akan lebih efektif bila diberikan oleh edukator diabetes yang
berkualitas . Edukasi diabetes dianggap sebagai salah satu cara terapi dan
merupakan bagian integral keperawatan orang dengan diabetes.
Beberapa prinsip[ yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes :
1. Berikan dukungan dan nasehat yang positif dan hindari terjadinya
kecemasan.
2. Sampaikan informasi secara bertahap jangan berikan beberapa hal sekaligus.
3. Mulailah dengan hal yang sederhan baru kemudian dengan hal yang lebih
komplek.
4. Gunakan alat bantu dengan dengar-pandang ( Audio-visual AID).
5. Utamakanlah pendekatan dengan mengatasi masalah dan lakukan simulasi.
6. Berikan pengobatan yang sederhana agar kepatuhan mudah dicapai.
7. Usahakanlah kompromi dan negosiasi, jangan paksakan tujuan
8. Berikanlah motivasi dan penghargaan dan diskusikanlah hasil laboratorium.
Edukator diabetes didefinisikan sebagai tenaga kesehatan profesional yang
menguasai inti pengetahuan dan mempunyai pengetahuan dalam ilmu biologi,
sosial,komunikasi, konseling, dan telah berpengalaman dalam merawat orang
dengan diabetes.
Tanggung jawab utama edukator diabetes adalah pendidkan orang dengan DM ,
keluarganya dan sistem pendukungnya yang menyangkut penatalaksanaan
mandirri dan masal;ah-masalah yang berhubungan dengan DM. Proses edukasi
ini sebaiknya terdiri dari topik topik berikut ini .
1, Patofisiologi DM
2. Pengelolaan Nutris dan diet.
3. Intervensi Frmakologik
4. Aktifitas dan olah raga
5. Pemantauan mandiri kadar glukosa darah
6. Pencegahan dan pengelolaan komplikasi akut dan kronik.
7. Penyesuaian Psikososial
8. Ketrampilan mengatasi masalah
9. Pengelolaan stress

10. Penggunaan sistem pelayanan kesehatan.


Masing-masing profesi kesehatan melaksanakan pendidikan diabetes
menurut bidang profesinya sendiri sehingga mempunyai pusat perhatian yang
mungkin berbeda dan dapat berpengaruh pada proses pendidikan.
Edukasi diabetes berlangsung dalam berbagai keadaan tergantung pada
kebutuhan pasien,lingkungan kerja edukator dan lingkungan. Edukasi diabetes
sebaiknya merupakan suatu kegiatan yang direncanakan, disesuaikan keadaan
individu dan dievaluasi dimanapun diadakan.
II. Perencanaan makan.
Standar yang digunakan adalah makanan dengan komposisi seimbang :
Karbohidrat 60 %
Protein

10 15 %

Lemak

20 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan :


1. Petumbuhan
2. Status gizi
3. Umur
4. Stress akut
5. Kegiatan jasmani untuk mencapai

dan mempertahankan berat badab

idaman.
Untuk kepentingan klinik praktis

dan menghitung jumlah kalori .

Penentuan status gizi memanfaatkan Rumus Broca, yaitu BB idaman = ( TB


100 ) 10 %
Status gizi :
- Berat badan kurang < 90 % BB idaman
- Berat badan normal = 90 110 % BB idaman
- Berat badan lebih
-

= 110 120 %BB idaman

Gemuk >120 BB idaman.

Jumlah kalori yang dibutuhkan berat badan idaman, dikalikan kebutuhan kalori
basal ( 30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita).
Ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas (10 30 %).
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar untuk pagi ( 20 % ), siang ( 30 % ), dan
sore ( 25 % ) serta 2-3 porsi ( makanan ringan, 10 15 % ).
Untuk kelompok ekonomi rendah , makanan dengan komposisi karbihidrat
sampai 70 75 % juga memberi hasil yang baik.
Jumlah kandungan kolesterol , diusahakan lemak dari sumber lemak tidak jenuh
dan menghindari asam lemak jenuh.
Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan serat laut.

Untuk mendapatkan kepatuhan terhadap pengaturan makan yang baik , adanya


pengetahuan mengenai bahan penukar akan sangat membantu pasien.
Pada saat ini ada 11 ( sebelas ) macam diet diabetes di Surabaya ialah : Diet B,
Diet B1, Diet B puasa dan B1 Puasa, B2,B3,Be,, Diet-M,Diet-M Puasa,
Diet-G dan Diet KV .
III. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama
kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous ,
rhythmical,interval,progressive,endurance training ). Sedapat mungkin
mencapai zone sasaran 78- 85 % denyut nadi maksimal

( 220

umur ) disesuaikan dengam kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.


Manfaat latihan jasmani ( olah raga ) pada pasien DM :
-

Menurunkan konsentrasi gula darah selama dan sesudah latihan.

Menurunkan konsentrasi insulin basal dan post prandial

Memperbaiki sensitifitas insulin

MenurunkanHbA1c

Memperbaiki profil lemak

Memperbaiki hipertensi ringan sampai sedang

Memperbaiki pengeluaran tenaga

Memelihara kardiovaskuler

Meningkatkan kekuatan fleksibelitas otot

Meningkatkan sense of well-being dan kwalitas hidup.


(Horton,1991)

Jenis Olah raga .


Olah raga yang baik bagi penderita DM adalah olah raga yang sesuai dengan
keadaan umum penderita dan dapat meningkatkan kesegaran jasmani.
IV. Obat Berkhasiat Hipoglikemik
Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang
teratur namun pengendalian kadar glukosa darahnya belum tercapai,
dipertimbangkan pemakaian obat-obat berkhasiat hipoglikemik

(oral

insulin )
1. Obat Hipoglikemik Oral ( OHO )
Sulfonilurea: obat golongan ini mempunyai efek

utama meningkatkan

sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Merupakan pilihan utama untuk apsien
dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan pada
ppasien dengan berat badan lebih. Pada pasien usia lanjut obat golongan
Sulfonilurea dengan waktu kerja panjang sebaiknya dihindari.
Biguanid ( Metformin) :

Obat golongan ini mempunyai efek utama :


1) Mengurangi produksi glukosa hati
2) Memperbaiki ambilan glukosa perifer. Obat golongan ini dianjurkan
dipakai sebagai obat tunggal pada pasien gemuk. Biguanid merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati
pasien-pasien dengan kecendrungan hipoksemia

( misalnya pasien

dengan penyakit Serebro Cardiovaskular ). Obat Biguanid dapat


memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut
dapat diberikan bersamaan atau sesudah makan.
Inhibitor Glukosidase Alfa ( Acarbase )
Obat golongan ini memp[unyai efek utama menurunkan puncak glikemik
sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar glukosa darah puasa
yang masih normal. Dimulai dengan dosis 2 kali 50 mg setelah suapan
pertama waktu makan. Dosis dapat dinaikan m,enjadi 3 kali 100 mg. Pasien
yang menggunakan acarbose jangka panjang perlu pemantauan faal ginjal
dan hati secara serial, terutama pada pasien yang sudah mengalami faal hati
dan ginjal
2. Insulin
Indikasi penggunaan pada DM tipe 2 :
1) a. Ketoasidosis
b.Koma Hiperosmolar
c.Asidosis laktat
2) Stress berat ( infeksi sistemik, operasi berat )
3) Berat badan yang menurun dengan cepat.
4) Kehamilan / DM Gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
maka
5) Tidak berhasil dikelola dengan OHO dosis maximal atau ada
kontraindiksi OHO.
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikan sesuai dengan kadar glukosa darah pasien. Kalu dengan
Sulfonirea atau Metformin samapai dosis maximal ternyata sasaran glukosa
darah belum tercapai perlu dipikirkan kombinasi 2 kelompok obat
hipoglikemi oral yang berbeda.Kombinasi OHO dosis

kecil dapat pula

digunqakan efek samping masing-masing kelompok obat. Dapat pula


diberikan kombinasi ketiga kelompok OHO bila belum juga mencapai
sasaran yang diinginkan. Kalau dengan dosis OHO maximal baik sendirisendiri maupun secara kombinasi sasaran glukosa darah belum tercapai,
dipikirkan adanya kegagalan pemakaian OHO, pada keadaan demikian dapat

dipakai kombinasi OHO dan insulin.


1.6.2 Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan

dan

perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lainnya, Sarafino [1990]
dikutip dari Psikologi Kesehatan [1994].
Pada umumnya perawat tidak mampu membedakan antara pasien yang
patuh dan yang patuh dan yang tidak atas nasihet /advice dan pengobatan yang
diberikan . Davis (1966), melaporkan kebanyakan dokter-dokter berkeyakinan
bahwa pasien yang diberi pengobatan akan mematuhi nasihat/perintah , tetapi
pada kenyataannya berdasarkan empiris hal tersebut tidak realistis dan over
estimasion.Ketidak patuhan terjadi apabila klien

membuat kesalahan dalam

dosis obat atau waktu pemakaiannyaserta menggunakan obat lain yang efeknya
lebih membahayakan. Tingkat ketidak patuhan berkisar antara 4-92 % dengan
media sekitar 45 % . Walau bukan hal yang vital apabila klien tidak mematuhi
nasehat namun ada anggapan bahwa klien harus mematuhi nasehat dan biula
tidak berarti klien itu salah, anggapan ini hanya berlaku apabila doketr bersifat
otoriter. Namun akhir-akhir ini hubungan ini lebih dianggap sebagai kompromi.
Pasien tidak selalu harus mematuhi nasehat dokter . Bahkan dalam beberapa hal
tindakan ini merupakan hal yang rasional untuk dilakukan. Dalam hal ini
kepatuhan dipakai sebagai contoh bahwa sukses tidaknya komunikasi dokter
dan pasien tergantung dari kepedulian dokter terhadap kliennya . Dari sudut
pandang lain kepatuhan berpengaruh terhadap kesehatan , hal ini dapat terjadi
dirumah-rumah sakit dimana resiko terjadinya infeksi dan ketergantungan pada
satu obat tertentu dapat mengakibatkan efek samping yang membahayakan .
Hare dan Wilcok (1967) , melaporkan bahwa ketidak patuhan ditemukan hanya
19 % pada pasien rawat inap. 37 % pada pasien sehari-hari dan 49 % pada
pasien rawat jalan. Hasil ini menyimpulkan dengan mengajarkan pengobatan diri
sendiri saat di rumah sakit meningkatkan kepatuhan pasien rawat jalan
( Kent dan Dalgleish,1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah :
a. Faktor Situasi ( Situational faktors)
Dukungan yang diberikan kepada pasien dan kesulitan yang dihadapi
keluarganya adalah relevan, mematuhi anjuran dokter mengakibatkan biaya
dan juga keuntungan.
b. Metode Perawatan ( The Treatment Regime), frekuensi dan jumlah obat
yang diberikan memiliki pengaruh, demikian juga dengan pandangan pasien
mengenai efek samping dan kemanjuran keperawatan.

c. Sumber Penyakit ( Nature of the illness), pandangan pasien tentang


keparahan penyakit dan konsekuensi

ketidak patuhan adalah penting,

ketidak patuhan menurun dengan lamanya sakit dan perkembangan


kesehatan.
d. Pengertian ( Understanding), pasien tidak dapat diharapkan untuk mematuhi
rekomendasi dokter apabila mereka tidak mengerti , ketidak jelasan dan
sulitnya informasi yang diberikan kepada pasien sering diremehkan.
e. Pengingatan (Remembering), banyak pasien tidak mematuhi hanya karena
mereka tidak dapat mengingat instruksi dokter. Beberapa pemecahan masalah
ini termasuk memberikan instruksi penting terlebih dahulu, mengurangi
jumlah instruksi hingga minimun dan memperjelas rekomendasi.
f. Hubungan dokter pasien ( The doctor-payient relationship), kualitas
hubungan dihubungkan dengan kepatuhan, pasien yang puas dengan aspek
interpersonal perawatan mereka akan lebih mungkin mengikutri saran dokter.
g. Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan adalah :
Kepercayaan pasien (patient believe), tentang kemanjuran suatu
perawatan atau pengobatan. Salah satunya adalah masalah diagnosis, seorang
pasien tidak akan mengikuti nasehat dokter apabila ia tidak yakin bahwa
dokter itu telah mengenali dengan tepat kondisinya.
Becker,at all,(1972), menemukan adanya level keyakinan Dimana
semakin tinggi level ini maka pasien akan lebih mematuhi nasehat
dokter(Kent dan Dalgleish,1986).
Menurut Gordis dan Dumbar (1979) kepatuhan pasien atas peraturan
pengobatan, perjanjian klinik dinilai cukup tinggi apabila dibandingkan
dengan kepatuhan pasien atas pemeriksaan laboratorium urine maupun darah,
pasien cendrung untuk tidak patuh.
Beberapa hal yang dapat mendorong penderita agar mematuhi program olah
raga dengan baik adalah sebagai berikut :
1. Olah raga menyenangkan penderita dan memilih sendiri olah raga yang
digemari.
2. Waktu dan tempat yang cocok bagi pasien adalah dekat dengan rumah atau
tempat bekerja.
3. Ada dorongan dari keluarga dan petugas medis terhadap perilaku penderita
untuk olah raga
4. Menggunakan petunjuk kwantitatif untuk umpan balik kemajuan
berolahraga.
5. Jangan menetapkan tujuan olah raga yang berdaya guna tinggi tetapi tiudak

realistik.
Kepatuhan pasien untuk menerapkan petunjuk diet dan penggunaan obat
hipoglikemi secara tetap memerlukan pengertian dan motivasi yang tinggi, yang
harus diusahakan melalui pendidikan yang dapat menghasilkan perubahan
perilaku.(Krall Lp, 1985).
1.7

Metodologi
1.7.1 Desain penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
timbul selama proses penelitian (Burns & Grove,1991:171). Berdasarkan tujuan
penelitian desain penelitian yang di: cross sectional . Peneliti melakukan
observasi dan pengumpulan variabel sesaat. Artinya subyek diobservasi satu kali
dan pengukuran variabel independent dan dependent dilakukan pada saat
pemeriksaan atau pengkajian data(Sastro Asmori & Ismael,1985).
1.7.2 Frame Work
Faktor-faktor yang

Kepatuhan dalam

mempengaruhi

menjalankan
program terapi

Pasien DM

Umur

Jenis
Kelamin

Status
Perkawinan

Status
dalam keluarga

Pendi
dikan

Pekerj
aan

Pengh
asilan

Latih
an Fisik

Peny
uluhan

Obat
Hipoglikemi

1.7.3 Populasi
Popolasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah
yang diselidiki (Nursalam dan Siti Pariani,2000). Populasi penelitian ini adalah
seluruh pasien DM di Ruang Interne RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.7.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu
untuk bisa memenuhi populasi ( Nursalam dan Siti Pariani,2000). Kriteria inklusi
adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau yang layak untuk
diteliti.
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :
-

Pasien DM bersedia untuk diteliti

Pasien DM yang berusia diatas 20 tahun

Pasien DM tanpa komplikasi ( ganggren)

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :


-

Pasien DM yang tidak bersedia diteliti

Pasien DM dengan komplikasi ganggren

Pasien DM usia dibawah 20 tahun

Besar

sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel

(Chandra,1995:41). Sehubungan dengan keterbatasan biaya dan waktu yang


dimiliki peneliti sehingga tidak memungkinkan mengambil semua populasi
terjangkau . Oleh karena itu kami mengambil sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 orang .
1.7.4 Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari sampel untuk
dapat mewakili populasi (Burns & Grove,1991;37). Penelitian ini menggunakan
purposive sampling , yaitu suatu yehnik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya ( Burns & Grove,1991).
1.7.5 Identifikasi Variabel
1.7.5.1 Variabel independen
Variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi variabel dependen (Nursalam dan Siti Pariani, 2000
dikutif dari Srikandi, 1997). Yang dimaksud variabel independen dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap


kepatuhan dalam menjalankan program terapi pasien DM di Ruang Interne
RSUD Dr Soetomo Surabaya diantaranya:
1. Status Demografi meliputi :
1) Umur Pasien
-

20-30 tahun

31-40 tahun

41-50 tahun

51-60 tahun

Lebih dari 60 tahun

2) Jenis Kelamin
-

Laki-laki

Perempuan

3) Status Perkawinan
-

Belum menikah

Sudah menikah

Janda

Duda

2. Status Sosial meliputi :


1) Pendidikan Pasien
-

SD

SMP

SMA

Akademi

PT

2) Pekerjaan Pasien
-

Buruh / Pegawai tidak tetap

Swasta

PNS / ABRI

Tidak bekerja

3) Penghasilan
-

Kurang dari Rp. 100.000,- / bulan

Rp. 100.000,- - Rp. 200.000,- / bulan

Rp. 200.000,- - Rp. 300.000,- / bulan

Rp. 300.000,- - Rp. 400.000,- / bulan

diatas Rp. 400.000,- / bulan

1.7.5.2 Variabel dependen


Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas (
Yang termasuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan
dalam menjalankan program terapi. Yang dimaksud Kepatuhan adalah
bagaimana pasien mentaati program terapi yang sebut dengan pentaloka
Terapi DM meliputi :
1. Penyuluhan Kesehatan
2. Diet Diabetes
3. Latihan Fisik
4. Obat Hipoglikemi ( Oral Anti Diabetik)
Definisi Operasional
1. Faktor-faktor adalah kondisi atau ciri seorang klien yang membedakan
klien yang satu dengan klien yang lainnya, yang diukur meliputi status
demografi : Umur, jenis kelamin, status perkawinan ; status sosial :
pendidikan , pekerjaan, penghasilan ; pengatahuan tentang hak dan
kewajiban dan penanggung biaya pengobatan.
- Usia adalah lamanya kihidupan seseorang yang dihitung sejak lahir
sampai dilakukan penelitian.
-Jenis kelamin adalah jenis kelamin klien yaitu pria atau wanitia.
-Status perkawinan : status klien dalam perkawinan.
-Pendidikan : pendidikan formal terakhir klien.
-Pekerjaan : pekerjaan sehari-hari klien.
-Penghasilan : pendapatan dalam keluarga sebulan.
2.Kepatuhan klien : ketaatan didalam melaksanakan program terapi DM,
meliputi diet, latihan fisik,penyuluhan dan obat hipoglikemi : oral dan
insulin.
1.7.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner yang

disebarkan pada responden. Kuesioner adalah usaha untuk mengumpulkan


informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab
secara tertulis pula oleh responde ( Nawawi,1991).
Dari hasil pengisian kuesioner dilakukan pengolahan data dengan cara
deskriptif dengan menggunakan tabel distribusio yang dikonfirmasi dalam
bentukprosentasi. Kemudian dilakukan tabulasi silang (Singrimbun,1989).
Untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi kepatuhan pasien DM
dalam menjalankan program terapi diuji dengan uji chi-square dengan derajat
kemaknaan p 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara 2 variabal,

maka H0 ditolak.
1.7.7 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomndasi dari FK Unair dan
ijin dari panitia eti RSUD Dr Soetomo Surabaya . Penelitian dimulai dengan
melakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian
meliputi:
(1) Lembar persetujuan sebagai subyek
Yang berisi pernyataan persetujuan sebagai subyek, yang diisi secara sukarela
oleh subyek. Tujuannya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian
serta dampak selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti , peniliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
(2) Anomanity
Pada lembar pengumpulan data tidak mencantumkan nama subyek, lembar
pengumpulan data cukup diisi nomer kode.
(3) Confidentialy
Menjaga kerahasiaan lansia yang dijadikan subyek penelitian.
1.7.8 Keterbatasan
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian ( Burns
& Grove,1991). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
(1) Sampel yang digunakan terbatas pada pasien DM dengan yang dsg dirawat
di Ruang Interne RSUDDr. Soetomo Surabaya, sehingga hasilnya mungkin
kurang representatif sebagai generalisasi secara keseluruhan di Jawa Timur.
(2) Tehnik samplingnya menggunakan non probability , yang pada dasarnya
kurang objektif karena dipilih menurut perkiraan peneliti.
(3) Pengumpulan data menggunakan kuesioner, memungkinkan

responden

menjawab pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak mengerti pertanyaan


yang dimaksud sehingga menimbulkan beda persepsi.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam dan Siti Pariani.(2000) Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan,


Surabaya, Universitas
Horton ES.(1991) Exercise , in : Lebovitz HE (Ed), Therapy for Diabetes Mellitus
and Related Disorders, American Diabetes Association, Inc,Alexandria,
Virginia,USA
Zinman B,at all.(1984) Vomparosson of the Acute and long-Term-Effects of Exercise
on Glukosa Control in Tipe I Diabetes, Diabetes Care.
Sidartawawan S. (1999) Peran Edukator Diabetes dalam Perawatan Mandiri, Dalam
buku; Surabaya Diabetes Update-VI 1999.
Tjokroprawiro A.(1999),Aplikasi Diet Diabetes di RSUD Dr Soetomo ( 11 Paket Diet
dan Sosialisasi Diet G dan Diet KV) , Pelatiahan Pedoman Diet Diabetes
Mellitus bagi pelaksanaan Gizi RS Sejawa Timur, Surabaya.
i.
Patrick , at all.(1986) , Medical Surgicl Nursing Pathofisiologycal Concepts,
Philadelphia East Washington Square, J.B.Lippincott.
American Diabetes Association, Exercise, In : Phycians Guide to insulin Dependen
(Tipe-I) Diabetes : Diagnosis and Treatment, Amerika Diabetes.

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN KLIEN DM


DALAM MENJALANKAN PROGRAM TERAPI
Oleh:
I GUSTI AYU KARNASIH

Kami adalah Mahasiswa Program Studi Ilmi Keperawatan

Fakultas Kedokteran

UNAIR Surabaya.Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam


menyelesaikan tugas akhir Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Surabaya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
klien DM dalam menjalankan program terapi di Ruang Interna RSUD Dr Soetomo
Surabaya.
Partispasi saudara dalam penelitian ini mungkin kurang bermanfaat bagi diri saudara,
tetapi akan membawa dampak postip dalam upaya meningkatkan peran perawat di
masyarakat
Kami mengharapkan tanggapan / jawaban yang saudara berikan sesuai dengan
pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi orang lain . Kami menjamin kerahasian
pendapat dan identita saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan digunakan
untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan digunakan untuk meksudmaksud lain.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat volunter (bebas), saudara bebas
untuk ikut atau tidak tanpa adanya sanksi apapun.
Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini , silakan saudara menandatangani
kolom dibawah ini.

Tanda tangan
Tanggal
No. Register

: ..
: ..
: ..

LEMBAR KUESIONER

Ya

Tidak

I.

Data Demografi
1. Umur
1) 20 30 tahun
2) 31 40 tahun
3) 41 51 tahun
4) 51 60 tahun
5) lebih dari 61 tahun
2. Jenis kelamin
1) Laki-laki
2) Perempuan
3. Status Perkawinan
1) Belum kawin
2) Sudah kawin
3) Janda
4) Duda
4. Status dalam keluarga
1) Suami
2) Istri
3) anak
5. Pendidikan
1) SD
2) SMP
3) SMA
4) Akademi
6. Pekerjaan
1) Buruh
2) Swasta
3) PNS/ABRI
4) Tidak bekerja
7. Penghasilan
1) Kurang dari Rp.100.000.00
2) Rp. ( 100.000,00 .300.000.00 )
3) Rp. ( 300.000.00 500.000.00 )
4) Lebih dari Rp. 500.000.00

II.

Program Terapi
1. Diet
1) Apakah makanan yang disediakan
dari RS selalu dihabiskan
2) Apakah ada makan makanan selain
yang disediakan dari RS.
3) Apakah makanan itu
a. Roti / kue-kue manis

b. Nasi
c. Pisang
d.Buah lain (.)
2. Latihan Fisik
1) Apakah selama di RS selalu berbaring
ditempat tidur
2) Apakah rutin olah raga pagi atau
3)

sore di sekitar ruangan


Apakah selalu dibantu

dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari :


a. Makan dan minum
b. Mandi
c. ..
3. Penyuluhan
1) Apakah ikut

dalam

program

penyuluhan yang diselenggarakan


di RS atau di Tempat lain ?
2) Apakah selalu mengikuti setiap
program yang dijadwalkan?
3) Apakah sudah mendapatkan materi
penyuluhan tentang
a. Diet
b. Latihan Fisik
c. obat
4) Apakah

materi

penyuluhan

bermanfaat ?
4. Obat Hipoglikemi
1) Apakah obat yang didapat berupa
obat yang ;
a. di minum
b. disuntik
2) Apakah obat yang diminum selalu
diberikan oleh perawat ?
3) Apakah ada minum obat tanpa resef
dokter untuk penyakit diabetesnya
4) Apakah tetap minum obat walaupun
tidak ada keluhan ?

Kegiatan fisik yang teratur

meningkatkan kesensitifan insulin

dan memperbaiki

toleransi glukosa [ simmet P.,1992 ]


Kegiatan fisik tertali dengan penyusuttan resiko NIDDM [ Helmrich SP et al,1991].
Peningkatkan masukan makanan berlemak

dan penurunan

masukan makanan

berserat dapat berakibat menurunnya kesensitifan insulin dan ketidak normalan


toleransi glukosa [ simmet P., 1992]
Perubahan diet dan olah raga berguna sebagai landasabn penegahan diabetes dan
pengobatan orang-orang yang telah sakit.

Anda mungkin juga menyukai