Anda di halaman 1dari 39

JURNAL TAMBAHAN

1. HUBUNGAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA IBU HAMIL


TERHADAP PARTUS PREMATUR DI RSUD Dr. ADJIDARMO
LEBAK BANTEN PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2010
A. ABSTRAK
Nama
: Miftahul Jannah
Program Studi
: Pendidikan Dokter
Judul
: Hubungan infeksi saluran kemih pada ibu hamil
terhadap partus prematur di RSUD Dr.adjidarm lebak
Banten periode januari hingga desember 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi saluran
kemih pada ibu hamil terhadap partus prematur. Penelitian ini dilakukan
pada 109 pasien yang pernah melahirkan di RSUD Adjidarmo
Kabupaten Lebak Banten Januari-Desember 2010 merupakan studi
korelasi

dengan

rancangan

penelitian

cross-sectional

dengan

menggunakan sampel sebanyak 109 pasien yang pernah melahirkan,


kemudian dilakukan analisis bivariat. Hasil penelitian dengan
menggunakan uji Chi square didapatkan 32 dari 73 pasien dengan
persalinan prematur pernah mengalami infeksi saluran kemih saat
kehamilan (82,1%), sedangkan 41 pasien dengan tidak pernah
mengalami infeksi saluran kemih saat kehamilan (58,6%). Dari analisis
bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ISK pada ibu
hamil terhadap persalinan prematur (p-value = 0,022) dan juga
memiliki resiko 3,22 lebih besar untuk melahirkan dengan persalinan
prematur dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak pernah mengalami
ISK selama kehamilan (OR=3,23; 95%CI=1,25-8,33)
Kata kunci:
Infeksi Saluran Kemih, Persalinan Prematur.
ABSTRACT
Nama
Study Program

: Miftahul Jannah
: Medical Education

Title

: Urinary Tract Infection Pregnancy Relationship with


Premature Labour at Dr. adjidarma Hospital of Lebak
Banten in January to December 2010

This research aims to determine urinary tract infection relationship with


premature labour. This research was conducted on 109 women sample
of labour history patient at Dr.Adjidarma Hospital of Lebak Banten in
January to December sample using crosssectional correlation study
design, and then performed bivariate analysis. Research results with use
Chi-Square test obtained 32 from 73 patient with premature labour had
urinary tract infection during pregnancy (82,1%), while 42 patient had
not urinary tract infection during pregnancy (58,6%). Based on bivariat
analisys the results showed urinary tract infection during pregnancy was
associated with premature labour with (pvalue = 0,022) and also have
more 3,22 pregnancy outcome preterm labour risk compared for those
who didnt suffered UTI during pregnancy . (OR=3,23; 95%CI=1,258,33)
Key words:
Unrinary tract infection during pregnancy ,prematurity.
B. Latar Belakang
Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Besaran
angka kematian bayi di negara-negara ASEAN dan SEARO antara 2,4
dan 88. Indonesia memiliki angka kematian bayi 34 per 1.000 kelahiran
hidup dan berada di peringkat 10 diantara 18 negara tersebut,1 angka
yang masih tergolong tinggi.
Jumlah kematian bayi ini dapat merupakan indikator keberhasilan
ataupun kegagalan dari pelayanan obstetri terhadap wanita hamil.
Penyebab kematian bayi yang terbanyak karena pertumbuhan janin
yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) sebesar 38,94 %. Penyebab lainnya yang
cukup banyak terjadi adalah asfiksia 27,97 %, hal ini menunjukkan

bahwa 66,91% kematian bayi dipengaruhi oleh kondisi ibu hamil


selama kehamilan.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa prematuritas merupakan
suatu keadaan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
perinatal, walaupun segala usaha telah diupayakan agar mengatasi serta
mencegah semua keadaan yang menyebabkan prematuritas.
Dari beberapa literatur dan hipotesis telah dikemukakan bahwa
salah satu faktor presdiposisinya adalah akibat infeksi, termasuk disini
infeksi saluran kemih. Meskipun masih kontroversi, konversi
bakteriuria telah dihubungkan pada beberapa penelitian yaitu Schieve
dan collegues tahun dalam analisis multivariatnya mengenai perinatal
outcome dengan desain kohort pada 25,476 pasangan ibu dan anak,
melaporkan bahwa terjadi peningkatan resiko BBLR, kelahiran
prematur, hipertensi atau preeklamsia, dan anemia pada ibu.
Sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang meningkatkan
resiko kejadian Infeksi Saluran Kemih,10,17,21 Oleh karena itu peneliti
memilih Lebak sebagai lokasi penelitian dikarenakan Lebak merupakan
kabupaten dengan sosial ekonomi yang rendah. Sehingga penulis
mengangkat topik infeksi saluran kemih terhadap kejadian prematur.

C. Definisi
a) Definisi Persalinan Prematur
Persalinan prematur adalah persalinan yang berangsung
pada umur kehamilan 28 minggu sampai kurang dari 37
minggu.
b) Definisi Infeksi saluran kemih
Istilah
umum
yang

menunjukkan

keberadaan

mikroorganisme dalam urin, dikatakan bakteriuria yaitu


menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni > 105 colony
forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Jika bakteriuria
bermakna tanpa disertai dengan manifestasi klinis maka di sebut
dengan konfersi bakteriuria (asimptomatik bakteriuria), tetapi

jika disertai dengan manifestasi klinik maka ia disebut


bakteriuria simptomatik
D. Epidemiologi
1) Insidensi Partus Prematurus
Angka kejadian persalinan prematur sangat bervariasi. Di
Amerika Serikat (1981-1989) sekitar 9-11%. Di Kalifornia (1996)
sekitar 7,4%. Di Indonesia berkisar antara 10-20%. Hanya 1,5 %
persalinan terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan
0,5 % pada kehamilan kurang dari 28 minggu (imatur). Namun
kelompok ini merupakan duapertiga dari penyebab kematian.
Umur kehamilan dan berat badan lahir saling berhubungan dengan
resiko kematian perinatal. Pada kehamilan umur 32 minggu dengan
berat badan bayi lebih dari 1.500 gram keberhasilan hidup sekitar
85 %, sedang pada umur kehamilan sama dengan berat janin
kurang dari 1.500 gram angka keberhasilan sebesar 80 %. Pada
umur kehamilan kurang dari 32 minggu dengan berat lahir kurang
dari 1.500 gram angka keberhasilan tindakan persalinan hanya
sekitar 59%.
Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan persalinan
preterm tidak hanya tergantung dengan umur kehamilan, tetapi
juga berat bayi lahir.
2) Insidensi Infeksi Saluran Kemih saat kehamilan
15 % wanita akan mengalami ISK selama hidupnya.
Diakibatkan dari struktur anatomi dan perubahan hormonal, wanita
hamil lebih memiliki resiko untuk menjadi ISK. ISK merupakan
masalah kesehatan yang besar, dilaporkan 20% akan menjadi
penyebab morbiditas. Bakteriuria simptomatik dan asimptomatik
dilaporkan sebanyak 17,9% dan 13% nya adalah wanita hamil.
Dikatakan juga bahwa frekuensi bakteriuria asmiptomatik kira-kira
4-7 %,dan 20-40 % akan berkembang menjadi pielonefritis akut
simptomatik.

Di negara US frekuensi ISK pada wanita hamil berkisar


0,3-1,3 % hal ini juga sama untuk wanita yang tidak hamil.
Sedangkan di Indonesia angka kejadian ISK pada wanita hamil
baik simptomatik dan asimptomatik sebesar 7-12%
E. Metodologi Penelitian
1} Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan studi korelasi dengan
rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional.
2} Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi

: Rumah Sakit Adjidarma kabupaten Lebak-Banten

WaktuPenelitian : Periode Januari hingga Desember 2010


3} Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
Seluruh pasien yang melahirkan dengan status prematur
dan aterm di Rumah Sakit Umum Daerah Adji Darma
kabupaten Lebak Provinsi Banten periode Januari-Desember

2010
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang melahirkan
dengan status prematur dan aterm di Rumah Sakit Umum
Adjidarmo Keabupaten Lebak Provinsi Banten yang berjumlah
96 yang diperoleh dari hasil perhitungan besar sampel dengan
enggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi berikut:
2
1 p

2
p1 [ 1p 1 ]+ p
1 p
1a /2 2 P [ 1P ] + Z
{Z

Keterangan :
N
= Jumlah sampel yang dibutuhkan

Z 1 a / 2 Z = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-/2 atau


derajat kepercayaan pada uji dua sisi (two
Z 1 P
P
P1

tail), yaitu sebesar 5% = 1,96


= Nilai Z pada kekuatan uji 1-, yaitu 80% = 0,84
= Proporsi rata-rata (P1-P2)/2)
= Probabilitas dari pasien dengan infeksi saluran kemih

yang mengalami partus prematurus [a/(a+b) ]


P2 = Probabilitas dari pasien dengan infeksi saluran kemih yang
tidak mengalami partus prematurus [ c/(c+d) ]
(Nilai P1 dan P2 berasal dari Tesis Yanto, 2001)
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel
sebanyak 96 yang kemudian ditambahkan 10% sehingga jumlah
sampel menjadi 109.
Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode sampel acak sistematik, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Pasien yang terdiagnosis partus prematur dan aterm di catat
nomor rekam mediknya, nomor rekam medik in diambil
dari ruang Verlos Kamer
b) Penentuan sampling dengan cara membuat gulungan kertas
yang berlebel 1 hingga 109, lalu di acak nomor yang akan
diambil untuk pengambilan sampel pertama, lalu untuk
sampel selanjutnya diambil sesuai kelipatan
c) Adapun kerangka sampelnya adalah nomor urut rekam medik
yang telah tercatat di Verlos Kamer sesuai dengan waktu
kedatangan pasien
d) Peneliti mengambil rekam medik sesuai dengan nomor rekam
medik sesuai dengan metode sampel acak sistematik dari
kerangka sampel yang telah di buat
e) Peneliti mencatat nomor rekam medik, nama, umur, status
paritas, berat badan, tinggi badan, diagnosis dan hasil
pemeriksaan leukosis urin.

f) Peneliti menyalin di dalam buku induk besar yang telah di


tabelkan hingga sampel terpenuhi
Kriteria sampel
1. Kriteria Inklusi
a) Pasien ibu hamil yang melahirkan dengan usia kehamilan
28-36 minggu di rumah sakit Adjidarma Lebak Kabupaten
Banten periode Januari-Desember 2010
b) Pasien ibu hamil yang melahirkan dengan usia kehamilan
lebih dari 36 minggu (aterm) di rumah sakit Adjidarma
Lebak Kabupaten Banten Periode Januari- Desember 2010
c) Pasien Ibu hamil yang terdiagnosis Infeksi saluran kemih
Kriteria Ekslusi
Pasien ibu hamil dengan infeksi sifilis, tifoid, malaria,
pneumonia, dan hepatitis.
4} Alur penelitian

Ruang Verlas Kamer


RS ADJIDARMO
Lihat buku induk
Januari desember 2010
No RM pasien dengan
diagnosa partus prematur

No RM pasien dengan
diagnosa partus matur
Sistematic random sampling
Lihat hasil pemeriksaan
laboratorium patologi klinik

Normal
Leukosit < 10 LPB

ISK
Leukosit > LPB
Tabulasi dan input ke
SPS 16
Analisa data

Bagan 3.1 Alur Penelitian


Hubungan Infeksi Saluran Kemih pada Ibu hamil terdapar Partus
Prematur
5} Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data
sekunder. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti yang
berjumlah 1 orang mahasiswa semester 5 jurusan Pendidikan
Dokter. Dalam pengumpulannya, data sekunder diperoleh dari
arsip status rekam medik Pasien Rawat jalan Rumah sakit
Adjidarma lebak Banten
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting
dalam penelitian. Oleh karena itu harus dilakukan dengan baik
dan benar. Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah
melakukan proses editing yaitu memeriksa data hasil pengisian
pencatatan oleh peneliti. Setelah proses editing selesai, tahap
selanjutnya adalah proses mengentry data ke perangkat lunak
computer lalu dilakukan coding yaitu mengkatagorikan data
serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan
kesalahan data yang dimasukkan.6 Setelah data benar-benar
bersih, baru dilakukan analisa lebih lanjut terhadap data dengan
menggunakan perangkat lunak pengolah data. Berikut bagan
yang menjelaskan proses pengolahan data :
Data

Editing
Entry Data
Coding
Data
Ke
komputer
Bagan 3.2 Proses Pengolahan DataData
Analisis Data
- Analisis univariat
Analisis ini bertujuan untuk

Cleaning
Data

menggambarkan

jumlah pasien yang melahirkan dengan status prematur,


tidak prematur, serta pasien yang pernah terdiagnosa infeksi
-

saluran kemih dengan menyajikan data dalam bentuk tabel.


Analisis Bivariat

Analisis ini merupakan suatu analisis untuk melihat


hubungan antara variabel dependen dan independen dengan
melakukan uji chi square. Uji chi square dilakukan untuk
menganalisis

hubungan

variabel

dependen

(partus

prematur) dengan variabel independen infeksi saluran


kemih pada ibu hamil), dimana kedua variabel ini bersifat
kategorik.
Dengan Rumus Chi Square:
2
[ OE ]
x2 =
E
dF = (k - 1)(b - 1)
Keterangan:
x2
= Chi square
O
= Nilai observasi
E
= Nilai ekspektasi
k
= Jumlah kolom
b
= Jumlah baris
Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p,
dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan
sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan
bermakna jika mempunyai nilai p 0,05 yang berarti Ho
ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika
mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha
ditolak.
Jika variabel independen terdiri dari dua kategori dan
dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari nilai
fisher exact. Jika tidak dijumpai nilai E<5, maka nilai p
dapat dilihat dari nilai continuity correction. Untuk variabel
independen yang lebih dari dua kategori, maka nilai p dapat
dilihat dari nilai pearson chi square.
F. Hasil Dan Pembahasan
Hasil penelitian diambil dari 109 sampel yang telah di dapat dari
rancangan sampel acak sistematik. Penelitian ini dilakukan di instalasi
rekam medik RSUD Adjidarma Lebak Jakarta pada bulan Februari

2011. Pada penelitian ini, data yang didapat adalah rekam medik pasien
persalinan di RSUD Adjidarma Lebak Januari-Desember 2010
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara infeksi
saluran kemih terhadap kejadian prematur di RSUD Adjidarma Lebak
tahun 2010.
1} Analisis Univariat
Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen
maupun independen. Selanjutnyan hasil analisis univariat akan
dijelaskan pada sub-bab berikut ini:
Partus Prematur dan tidak prematur
Distribusi ibu hamil yang melahirkan prematur dan tidak
prematur di Rumah Sakit Adjidarma Lebak-Banten periode
Januari-Desember 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Ibu hamil
di Rumah Sakit Adjidararma Lebak-Banten periode 2010
Status Prematur
N
%
Ya
73
67, 0
Tidak
36
33,0
Total
109
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel diketahui bahwa lebih banyak ibu hamil
yang melahirkan dengan persalinan prematur (67,0%) daripada
yang tidak prematur (32,0%).
Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada
bayi prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan
maturitas organ pada bayi lahir seperti paru, otak, dan
gastrointestinal. Di negara Barat sampai 80 % dari kematian
neonatus adalah akibat prematuritas, dan bayi yang selamat 10
% mengalami permasalahan dalam jangka panjang seperti
serebral palsi, retinopati, retradasi mental, dan juga disfungsi
neurobehavior dan prestasi sekolah yang kurang baik.10-12 Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian kami yang menggambarkan

bahwa masih tingginya angka persalinan prematur di RSUD


Adjidarma Lebak selama tahun 2010 yaitu sebanyak 67,0%
Anantyo dalam bukunya ilmu kebidanan Sarwono
Prawiroharjo menyebutkan angka persalinan prematur pada
umumnya adalah sekitar 6-10%. Hanya 1,5 % persalinan terjadi
pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan 0,5 % pada
kehamilan kurang dari 28 minggu. Namun kelompok ini
merupakan duapertiga dari kematian neonatal. Kesulitan
utamanya adalah perawatan bayi prematur itu sendiri, yang
semakin muda usia kehamilan seseorang maka semakin besar
morbiditas dan mortalitas, salah satunya berimplikasi terhadap
AKB.
Drive & Magowan mengatakan bahwa 35% prematur
terjadi tanpa diketahui penyebab yang jelas, 20 % dikarenakan
persalinan elektif,10 % akibat kehamilan ganda dan sebagian
lainnya akibat kondisi ibu dan janin
Karena permasalahan pada persalinan prematur bukan
hanya terbatas kepada kematian perinatalnya saja, melainkan
kelainan-kelainan yang akan dialami oleh perinatal. Dengan
melihat permasalahan yang dapat terjadi pada bayi prematur,
alngkah baiknya menunda persalinan prematur bila mungkin
sehingga memberi suatu keuntungan yaitu menurunkan angka

morbiditas & mortalitas baik ibu maupun janinnya.


Infeksi Saluran Kemih saat kehamilan
Distribusi ibu hamil yang mengalami infeksi saluran kemih
di Rumah Sakit Adjidarma Lebak-Banten periode Januari
Desember 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:
Status ISK
Ya
Tidak
Total
Data primer

N
39
7/
109

%
35, 8
64, 2
100

Berdasarkan tabel diketahui bahwa banyak ibu hamil yang


tidak mengalami infeksi saluran kemih (64,2%) daripada yang
mengalami infeksi saluran kemih (35,8%).
Hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak ibu hamil
yang tidak mengalami infeksi sebanyak 64,2% dibandingkan
dengan ibu hamil yang mengalami infeksi saluran kemih. Hal
ini tidak sejalan dengan El-Sokkary mengenai insiden
Asimtomatik bakteriuria 23.5% dan yang tidak 16.9%. Hal ini
juga di katakan oleh I gede putu surya yang menyebutkan
bahwa ibu hamil sangat peka dengan infeksi dari berbagai
mikrorganisme. Secara fisiologis sistem imun pada ibu hamil
menurun, hal ini kemungkinan diakibatkan oleh toleransi sistem
imun pada ibu terhadap bayi yang merupakan jaringan semialogenik, meskipun tidak memberikan pengaruh secara klinik.
Ketika wanita hamil telah terjadi beberapa perubahan
diantaranya dari segi anatomi dan fisiologi ibu hamil seperti
misalnya

pada

ginjal

dan

saluran

kencing

sehingga

mempermudah terjadinya infeksi.


Meskipun hasil penelitian kami menyatakan penderita
infeksi saluran kemih pada ibu hamil masih rendah hanya 35,8%
ini sesuai dengan teori bahwa dilaporan prevalensi bakteriuria
Hooton and colleagues menyebutkan insiden bakteriuria pada
kehamilan 2 7 % yang tergantung dari paritas, ras, dan status
sosialekonominya.10 Begitu juga dengan Shahira R. Dimetry,
Hanan M. El-Tokhy dalam penelitiannya Urinary Tract Infection
and Adverse Outcome of Pregnancy bahwa insiden ISK pada
ibu hamil sebanyak 31.3% yaitu 78 dari 249 sampel pasien.
Rendahnya kejadian dari infeksi saluran kemih di akibatkan
karena pasien sendiri tidak menjalani pemeriksaan rutin selama
kehamilan dengan alasan ekonomi serta masih banyak infeksi
lain yang terjadi yaitu infeksi menuar seksual sehingga infeksi
saluran kemih kurang diperhatikan.

2} Analisis Bivariat
Analisis bivariat

digunakan

untuk

melihat

kemungkinan

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen


dengan menggunakan analisis uji Chi Square. Melalui uji statistik
chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini
digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua
variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p 0,05 yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna
jika mempunyai nilai p >0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha
ditolak. Selanjutnyan hasil analisis bivariat akan dijelaskan pada
sub-bab berikut ini:
Hubungan Infeksi Saluran Kemih dengan Partus Prematur
Infeksi saluran kemih adalah komplikasi umum yang
banyak terjadi selama kehamilan, serta merupakan kelompok
yang tersering yang menyebabkan komplikasi kehamilan.
Meskipun insiden ISK tidak begitu meningkat pada
kehamilan, tapi dianggap penting karena ini akan progresi
menjadi pielonefritis dan berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin. El- Sokkary dalam Journal of
American Science 7 menyebutkan prevalensi asimptomatik
bakteriuria pada wanita hamil di Kairo menyebabkan
komplikasi

yang

serius

seperti

pielonefritis,

penyakit

hipertensi, BBLR, kelahiran prematur, dan anemia, dimana hal


ini akan menyebabkan tingginya morbiditas ibu dan janin.
Hasil analisis bivariat antara Infeksi Saluran Kemih dengan
Partus prematur di Rumah Sakit Adjidarma Kabupaten Lebak
Banten periode Januari hingga Desember 2010 dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4.3
Hubungan Partus Prematur dengan Infeksi Saluran Kemih
Prematur
Ya
ISK

N
32

%
82,1

Tidak
N
%
7
17,9

Total
N

Odd Ratio
95 % Cl

39

35,8

3,233

pvalue
0,02

Tidak ISK

41

Total

73

58,6
104,
7

29

41,4

70

64,2

36

59,3

109

100

1,25-8,33

Sumber ;Data Primer


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 73 pasien yang
mengalami prematur 32 pasien pernah mengalami infeksi saluran
kemih saat kehamilan, sedangkan 41 pasien tidak memiliki riwayat
infeksi saluran kemih. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai
p =0,022 (p < 0,05).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara
infeksi saluran kemih pada wanita hamil dengan kejadian prematur.
Hal ini sejalan dengan Yanto dalam tesisnya yang berjudul
hubungan ISK asimptomatik terhadap persalinan prematur
menyatakan bahwa kejadian ISK lebih banyak terdapat pada pasien
yang mengalami partus prematur, sehingga ada hubungan positif
antara kejadian ISK dengan terjadinya partus prematurus atau
partus prematurus imminens dengan p value = 0,047. Selain itu ElSokkary M dalam tulisannya Prevalence of Asymptomatic
Bacteriuria in Antenatal Women with Preterm Labor at an Egyptian
Tertiary Center,7 hasil dari studi ini menjelaskan bahwa pasien
dengan bakteriuria asimptomatik akan lebih berpotensi terjadinya
persalinan prematur daripada ibu hamil yang sehat.
Hal ini juga sejalan dengan peneliti Shahira R. Dimetry, Hanan
M. El-Tokhy, Nagla M. Abdo, Moustafa A. Ebrahim, dan
Mohamed Eissa dalam Urinary Tract Infection and Adverse
Outcome of Pregnancy menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang sangat signifikan ISK terhadap persalinan dengan didapatinya
nilai p-value < 0.001.
Hal ini dijelaskan pula oleh Urinary tract infection in pregnancy
yaitu sekitar 90 % wanita hamil mengalami dilatasi uretra yang
disebabkan oleh hormon progesterone timbul pada 6 minggu
kehamilan dan mencapai puncaknya selama minggu ke 22-24
kehamilan. Peningkatan volume kandung kemih, penurunan tonus

kandung kemih yang sejalan dengan penurunan tonus ureter


sehingga uretra menjadi statis. Keadaan ini di hubungakan dengan
faktor mekanik yang timbul pada uterus ibu hamil yang
mempermudah infeksi traktus bagian bawah naik sehingga
meningkatkan kecenderungan pielonefritis pada kehamilan.
Shahira R. Dimetry, Hanan M. El-Tokhy dalam tulisan Urinary
Tract Infection and Adverse Outcome of Pregnancy menyatakan
bahwa probabilitas persalinan prematur bagi ibu dan BBLR pada
bayinya terlihat sangat jelas meningkat pada orang yang punya
riwayat ISK selama kehamilan, ini sesuai dengan hasil penelitian
kami bahwa ibu yang memiliki infeksi saluran kemih memiliki
peluang 3,23 kali untuk mengalami persalinan prematur dari pada
yang tidak ada riwayat ISK selama kehamilan (OR=3,23;
95%CI=1,25-8,33). Ini pula dianalisis dengan metode kohort
Sahira menyatakan hubungkan ISK merupakan salah satu dari
kontributor terhadap persalinan prematur yaitu ibu dengan ISK
pada masa kehamilan akan memiliki resiko persalinan prematur 2,2
kali daripada yang tidak ada riwayat ISK selama kehamilan (RR =
2,2 ; 95% CI=1,35-3,58).
2. MANFAAT

PEMAKAIAN

PEMBALUT

HERBAL

UNTUK

MENCEGAH INFEKSI SALURAN KEMIH


A. ABSTRAK
Imtiyazi Nabila
"Manfaat Pemakaian Pembalut Herbal Untuk Mencegah Infeksi Saluran
Kemih (Evaluasi Pada Mahasiswi Kedokteran yang Belum Menikah"
Latar Belakang: Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan istilah umum
yang dipakai dalam menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam
urin. Kelompok wanita yang beresiko tinggi mengalami ISK adalah
wanita yang sedang mengalami menstruasi. Di Indonesia, hanya sebagian
kecil wanita yang menggunakan pembalut herbal selama menstruasi.
Untuk itu peneliti ingin memperdalam pengaruh pemakaian pembalut

herbal terhadap kejadian ISK dengan menilai profil urin sebagai indikator
penegakkan diagnosis ISK.
Metode Penelitian: Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah intervention study dengan desain cross over. Untuk menentukan
jumlah sampel tidak bisa menggunakan rumus karena belum ada
penelitian sebelumnya. Jadi, sebagai penelitian pendahuluan diambil
jumlah sampel sebanyak 30 orang.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 subjek
penelitian dengan leukosit >15 pasca menggunakan pembalut non herbal
dan nitrit negatif berdasarkan hasil pemeriksaan urinalisis dengan
menggunakan dipstcik urine test.
Kesimpulan: 1. Didapatkan 1 subjek penelitian yang mengalami
peningkatan jumlah leukosit pasca menggunakan pembalut non herbal. 2.
Tidak didapatkan perbedaan nitrit urin pasca menggunakan pembalut
herbal dibandingkan dengan pembalut non herbal
ABSTRACT
Imtiyazi Nabila
"Benefits of Using Herbal Pads To Prevent Urinary Tract Infections
(Evaluation At the Medical Student Not Married"
Background: Urinary Tract Infection (UTI) is a general term used to
indicate the presence of microorganisms in the urine. A group of women
at high risk for UTI is women who are menstruating. In Indonesia, only a
small proportion of women who use herbal sanitary napkins during
menstruation. To the researchers wanted to deepen the effect of the use of
herbal pads on the incidence of UTI by assessing the profile of urine as
indicators of the diagnosis of UTI
Methods: The method used in this study is the intervention study with
cross-over design. To determine the number of samples can not use
formula because no previous studies. Thus, as the number of samples
taken preliminary study of 30 people. Results: The results showed that
the first subject of research with leukocytes >15 after the use of non
herbal pads and negative nitrite based on the results of urinalysis using
dipstcik urine test.

Conclusion: 1. Obtained 1 research subjects who experienced an increase


in the number of leukocytes after the use of non herbal pads. 2. There
were no differences in urinary nitrite after using herbal pads compared
with non-herbal pads.

B. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan istilah umum yang
dipakai dalam menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin.
Adanya bakteri dalam urin disebut bakteriuria. Bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105 colony
forming units (CFU) pada biakan urin.1 Bakteriuria bermakna tanpa
disertai manifestasi klinis ISK disebut bakteriuria asimptomatik.
Sebaliknya, bakteriuria bermakna disertai manifestasi klinis disebut
bakteriuria simptomatik. Infeksi saluran kemih dibagi berdasarkan
lokasinya yaitu saluran kemih atas dan bawah.
Setiap individu beresiko mengalami infeksi bakteri pada saluran
kemihnya, terutama wanita dewasa. Kelompok wanita yang beresiko
tinggi adalah wanita yang sedang mengalami masa menstruasi.
Menstruasi merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya ISK
karena pengaruh dari sistem endokrin, yaitu hormon estrogen. Selain itu
didukung juga dari faktor anatomi sistem urinary wanita yaitu panjang
uretra wanita yang hanya berkisar antara 3-4 cm dan letaknya yang
berdekatan dengan sistem reproduksi, ostium vagina dan anus. Sehingga,
wanita mempunyai risiko lebih besar mengalami ascending infection dari
daerah perineum dan sekitarnya.
Penyakit ISK merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia
yang perlu mendapatkan perhatian serius. Pada anak yang baru lahir
hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di 2,7% laki-laki dan 0,7% di
perempuan. Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens bakteriuria di
perempuan bertambah menjadi 4,5% sementara berkurang di laki-laki
menjadi 0,5%. Menjelang remaja, insidens ISK bertambah secara

signifikan pada wanita muda mencapai 20%, sementara konstan pada


laki-laki muda.
Pemakaian pembalut wanita selama menstruasi juga merupakan
salah satu faktor pemicu terjadinya ISK. Dalam penelitian sebelumnya
yang dilakukan selama menstruasi merupakan hal yang paling penting
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan seperti
infeksi saluran reproduksi, infeksi saluran kemih, dan bau tidak sedap
pada organ reproduksi dan saluran kemih.
Selain itu, Datta dkk (2012) mendapatkan higienitas selama masa
menstruasi merupakan komponen terpenting pada wanita, higienitas yang
rendah dapat menjadi penyebab terjadinya infeksi saluran kemih, infeksi
saluran reproduksi, penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS.
Pembalut wanita terdiri dari dua jenis yaitu, pembalut herbal dan
pembalut non herbal. Hal yang membedakan diantara kedua jenis
pembalut tersebut adalah komposisi herbal alami yang terkandung di
dalam pembalut herbal yang tidak hanya berfungsi menyerap darah haid
tetapi juga berfungsi sebagai antiseptik.
Huo GZ, et al (1995) dan Alankar (2009)5 yang dirujuk oleh
Rachma dijelaskan beberapa komposisi herbal alami beserta fungsinya
yang terkandung dalam pembalut herbal. Mai Fang Shi, dengan nama
latin Maifanitum/Mai Fang Stone/Talcum, berkhasiat mengurangi bau
busuk. Hal ini dikarenakan bahan ini dapat mencegah perkembangan
virus dan bakteri. Peppermint dengan nama latin Menthae Herb,
berfungsi untuk mengurangi nyeri dan memberikan sensasi dingin pada
luka. Selain itu, manfaat peppermint pada proses penyembuhan luka
antara lain sebagai antibiotik dan analgesik. Ming Fang (Alumen),
berfungsi sebagai antiseptik dan membunuh kuman pada vagina
sekaligus pembersih darah beku dalam rahim. Bing Pian, dengan nama
latin Borneol/Borneolum, sebagai salah satu bahan yang terkandung
dalam pembalut herbal yang dapat mengatasi peradangan, meningkatkan
permeabilitas epitel, dan menekan pertumbuhan bakteri. Kuai Mu You,
dengan nama latin Agrilariae Lignum, berfungsi mengurangi sakit pada

otot dan sendi, mengurangi sakit pinggang dan punggung, mencegah


penyakit kulit, meningkatkan sistem peredaran darah, dan mengandung
Phytoncide yang membantu menstabilkan emosi terutama saat haid.
Selain itu, pembalut herbal juga mengandung kapas murni (Gossypium)
sebagai bahan penyerap utama dan tidak memicu timbulnya kanker
serviks.
Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan pemeriksaan urin.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan urinalisis dan pemeriksaan kultur
urin. Pada urinalisis dicari kemungkinan adanya sel leukosit, eritrosit,
ataupun

bakteri.

Pemeriksaan

kultur

urin

dimaksudkan

untuk

menentukan keberadaan bakteri, jenis bakteri, dan sekaligus menentukan


jenis antibiotik yang tepat untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.
Meskipun kultur urin merupakan standar baku emas untuk penegakkan
diagnosis ISK, akan tetapi kelemahan utama dari pemeriksaan kultur urin
adalah hasil yang didapat memerlukan waktu yang lama, sekitar 3-5 hari
dan dibutuhkan biaya yang cukup mahal, sedangkan penyakit ISK ini
sendiri perlu penegakkan diagnosis yang cepat untuk tata laksana
selanjutnya.
Dalam penelitian ini, pemeriksaan yang dilakukan sebagai
indikator untuk penegakkan diagnosis ISK adalah dip-stick urine test.
Dip-stick urine test merupakan pemeriksaan alternatif yang dapat
dilakukan sebelum dilakukan atau didapatkan hasil dari pemeriksaan
kultur urin.
Di Indonesia, hanya sebagian kecil wanita yang menggunakan
pembalut

herbal

selama

menstruasi.

Untuk

itu

peneliti

ingin

memperdalam pengaruh pemakaian pembalut herbal terhadap kejadian


ISK dengan menilai profil urin sebagai indikator penegakkan diagnosis
ISK.
Sampai saat ini belum ada penelitian untuk mengetahui peran
penggunaan pembalut herbal untuk mencegah ISK pasca menstruasi.
Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan hal
tersebut.

C. Definisi
1} Pembalut Wanita
Pembalut wanita adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh
wanita di saat menstruasi, berfungsi untuk menyerap darah dari
vagina. Selain saat menstruasi, pembalut juga digunakan pada saat
setelah melahirkan, sesudah aborsi, setelah pembedahan vagina,
maupun situasi lainnya yang membutuhkan pembalut untuk menyerap
setiap cairan yang berupa perdarahan pada vagina.
Pembalut dipakai ketika wanita sedang mengalami periode
menstruasi dengan tujuan untuk menyerap darah yang keluar.
Pembalut digunakan sebagai pemakaian luar, diantara vulva dan
pakaian dalam wanita.
2} Jenis Pembalut Wanita
Pembalut wanita terdiri dari dua jenis yaitu, pembalut herbal dan
pembalut non herbal. Hal yang membedakan diantara kedua jenis
pembalut tersebut adalah komposisi herbal alami yang terkandung di
dalam pembalut herbal yang tidak hanya berfungsi menyerap darah
haid tetapi juga berfungsi sebagai antiseptik.
3} Kandungan Pembalut Herbal
Huo GZ, et al (1995) dan Alankar (2009)5 yang dirujuk oleh Rachma
dijelaskan beberapa komposisi herbal alami beserta fungsinya yang
terkandung dalam pembalut herbal. Komposisi yang terkandung
dalam pembalut herbal yaitu Mai Fang Shi, dengan nama latin
Maifanitum/Mai Fang Stone/Talcum, Peppermint dengan nama latin
Menthae Herb, Ming Fang (Alumen), Bing Pian, dengan nama latin
Borneol/Borneolum, Kuai Mu You, dengan nama latin Agrilariae
Lignum, Selain itu, pembalut herbal juga mengandung kapas murni
(Gossypium) sebagai bahan penyerap utama.
4} Fungsi Kandungan Pembalut Herbal
Mai Fang Shi, dengan nama latin Maifanitum/Mai Fang
Stone/Talcum, berkhasiat mengurangi bau busuk. Hal ini dikarenakan

bahan ini dapat mencegah perkembangan virus dan bakteri.


Peppermint dengan nama latin Menthae Herb, berfungsi untuk
mengurangi nyeri dan memberikan sensasi dingin pada luka. Selain
itu, manfaat peppermint pada proses penyembuhan luka antara lain
sebagai antibiotik dan analgesik. Ming Fang (Alumen), berfungsi
sebagai antiseptik dan membunuh kuman pada vagina sekaligus
pembersih darah beku dalam rahim. Bing Pian, dengan nama latin
Borneol/Borneolum, sebagai salah satu bahan yang terkandung dalam
pembalut herbal yang dapat mengatasi peradangan, meningkatkan
permeabilitas epitel, dan menekan pertumbuhan bakteri. Kuai Mu
You, dengan nama latin Agrilariae Lignum, berfungsi mengurangi
sakit pada otot dan sendi, mengurangi sakit pinggang dan punggung,
mencegah penyakit kulit, meningkatkan sistem peredaran darah, dan
mengandung Phytoncide yang membantu menstabilkan emosi
terutama saat haid. Selain itu, pembalut herbal juga mengandung
kapas murni (Gossypium) sebagai bahan penyerap utama dan tidak
memicu timbulnya kanker serviks.
5} Anatomi Pembalut Herbal

Gambar 1. Anatomi Pembalut Herbal


6} Perbandingan Pembalut Herbal dan Non Herbal

Gambar 2. Perbandingan Pembalut Herbal dan Non Herbal


7} Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan istilah umum yang
dipakai dalam menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin.
Adanya bakteri dalam urin disebut bakteriuria. Bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105
colony forming units (CFU) pada biakan urin.1 Bakteriuria bermakna
tanpa disertai manifestasi klinis ISK disebut bakteriuria asimptomatik.
Sebaliknya, bakteriuria bermakna disertai manifestasi klinis disebut
bakteriuria simptomatik. Infeksi saluran kemih dibagi berdasarkan
lokasinya yaitu saluran kemih atas dan bawah.

E. Metodelogi Penelitian
1} Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah intervention study
dengan desain cross over.

2} Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015 Oktober
2015 dengan pengambilan sampel dilaksanakan dari April 2015
Juli 2015.

Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan

di

laboratorium

Patologi

Klinik,

laboratorium Biologi dan laboratorium Biokimia Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, jl. Kertamukti No. 05,
Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3} Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita dengan rentang usia

18-25 tahun.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah mahasiswi PSPD UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
- Kriteria Inklusi

a} Wanita dengan rentang usia 18-25 tahun


b} Siklus menstruasi teratur
c} Bersedia menjadi sampel penelitian
-

Kriteria Eksklusi
a} Riwayat ISK dalam 1 bulan terakhir
b} Sudah menikah
c} Riwayat penggunaan pembalut herbal dalam 2 bulan
terakhir.

Urin yang digunakan adalah urin segar pagi hari porsi tengah
(midstream urine), hari pertama, hari kedua, dan hari ketiga pasca
menstruasi. Urin diperoleh dari mahasiswi PSPD UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang dan terbagi
menjadi dua kelompok, kelompok I dengan pemakaian pembalut
herbal dan kelompok tanpa pemakaian pembalut herbal.
Untuk menentukan jumlah sampel pada setiap kelompok
penelitian, digunakan rumus sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jumlah sampel beda rerata perubahan leukosit
digunakan rumus mencari beda rerata kelompok berpasangan
dengan rumus :
[ za + z p ] x S d
d
n=

Sd
: SD of mean difference
D
: minimal clinically important difference
2. Untuk mencari beda proporsi nitrit urin positif dengan dan tanpa
penggunaan pembalut herbal digunakan rumus mencari beda
proporsi pada kelompok berpasangan dengan rumus sebagai
berikut :
np

[ za f + z p f d ]2
2

d2

Alternative
[ za + z ]2 f
np
=
d2
b

Np
f

: Number of pairs
: Proportion of participants pair with discordant response

(literature, pilot study)


d : (P1 P2)
Dengan desain cross over, maka percontoh dan kontrol adalah pada
subjek penelitian yang sama. Karena penelitian seperti ini belum pernah
dilakukan sebelumnya, maka dilakukan penelitian pendahuluan dengan
besar sampel 30 subjek penelitian. 30 subjek penelitian terpilih diambil

karena jumlah sampel tersebut sudah mencukupi untuk dilakukan


analisis data dan hasil dari penelitian dapat diaplikasikan.

4} Cara Kerja Penelitian

Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pot urin
beserta label yang telah tersedia dan dip-stick urine test.

Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah urin segar
pagi hari porsi tengah (midstream urine), hari pertama, hari
kedua, dan hari ketiga pasca menstruasi yang diperoleh dari
mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengukuran Sampel
- Urin
Pengambilan urin dilakukan satu kali sehari selama tiga hari
berturutturut, yaitu saat hari pertama pasca menstruasi, hari
kedua pasca menstruasi, dan hari ketiga pasca menstruasi.
Pengambilan urin dilakukan dengan memberikan pot urin
sebanyak 3 buah pada mahasiswi yang sedang mengalami
menstruasi.

Sebelum

pengambilan

urin,

mahasiswi

dipastikan terlebih dahulu menggunakan pembalut jenis


apa, pembalut herbal atau non herbal. Hal ini dilakukan
untuk

menyingkirkan

terjadinya

kerancuan

pada

pengambilan data. Urin ditampung di pot urin dan diukur


dengan menggunakan dip-stick urine test. Pengukuran
tersebut dilakukan untuk mengukur kadar leukosit dan ada
tidaknya bakteri dalam urin.

Dipstick Urine Test


Cara Kerja
1. Urin segar pagi hari porsi tengah (midstream urine) pasca
menstruasi pada pot urin.
2. Pindahkan urin segar pagi hari porsi tengah (midstream
urine) pasca menstruasi dari dalam pot urin ke dalam
tabung reaksi.
3. Masukkan strip reagent ke dalam tabung reaksi yang
sudah berisi urin hingga mengenai semua permukaan
kertas indikator atau strip reagen test.
4. Amati reaksi yang terjadi dengan melihat perubahan pada
kertas indikator atau strip reagen test.
5. Tiriskan, letakkan pada selembar tissue.
6.Membaca hasil dalam ruang yang terang, membandingkan
dengan standar yang tertera pada tabung dipstick urine
atau menggunakan alat semiotomatik atau otomatik.
Hasil pembacaan diberi penilaian secara semi kuantitatif.

5} Pengolahan dan Analisa Data


Data hasil pemeriksaan urin dengan menggunakan dip-stick urine
test yang terkumpul dilakukan pengolahan dan pengujian data secara
komputerisasi menggunakan program statistik.
6} Alur penelitian
Percontohan atau subjek penelitian
yang memenuhi kriteria inklusif
Cek profil urin menjelang siklus
menstruasi
Kelompok 1

Kelompok 1
Pembalut herbal

Cek profil urin 3 hari


berturut-turut pasca
menstruasi

Pembalut nonherbal
Cek profil urin 3 hari
berturut-turut pasca
menstruasi

1 bulan berikutnya
1 bulan berikutnya
Pembalut herbal
Cek profil urin 3 hari
berturut-turut pasca
menstruasi

Pembalut nonherbal
Cek profil urin 3 hari
berturut-turut pasca
menstruasi

Desain Cross Over


30 subjek penelitian terpilih yang memenuhi krtieria inklusi
terbagi menjadi dua kelompok, kelompok I dengan pemakaian
pembalut herbal dan kelompok II tanpa pemakaian pembalut
herbal. Setiap individu di setiap kelompok ditanyakan hari
pertama haid terakhir dengan tujuan untuk menentukan tanggal
pengambilan urin pre menstruasi yaitu seminggu sebelum
jadwal haid sesuai dengan siklus setiap individu.
Pada jadwal haid yang telah ditentukan, kelompok I
menggunakan pembalut herbal dan kelompok II menggunakan
pembalut non herbal selama menstruasi. Setelah selesai masa
haid, keesokan harinya dari setiap kelompok diambil urin segar
pagi hari porsi tengah 3 hari berturut-turut pasca menstruasi.
Bulan depannya sesuai dengan siklus sebelumnya, dilakukan
metode cross over yaitu kelompok I menggunakan pembalut non
herbal dan kelompok II menggunakan pembalut herbal. Dan
dilakukan pengambilan kembali urin segar pagi hari porsi
tengah 3 hari berturut-turut pasca menstruasi.

F. Hasil dan pembahasan


Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2015 sampai dengan Juli
2015 dengan mahasiswi PSPD Angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta sebagai subjek penelitian. Kuesioner disebarkan pada 60


mahasiswi untuk mendapatkan percontoh yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi penelitian, sehingga didapatkan 30 subjek penelitian.
Seluruh responden telah menerima segala bentuk informasi mengenai
intervensi

yang

akan

diberikan

dalam

penelitian

dan

telah

menandatangani surat persetujuan menjadi responden penelitian.


Identitas responden dituliskan dalam bentuk inisial nama dan tiga angka
terakhir pada nomor induk mahasiswa untuk menjaga kerahasiaan dan
privasi responden.
Tabel 4.1 Karakteristik responden kuesioner dan subjek penelitian
Responden kuosioner

Subjek penelitian {%}

{%} n = 60

n = 30

1 [ 1,6 % ]

Konsumsi kafein { sehari }


1- 3 kali
4 - 6 kali
6 kali
Tidak pernah

47 [ 78,3 % ]
13 [ 21,6 % ]

24 [ 80 % ]
6 [ 20 % ]

Konsumsi air mineral


1 3 gelas [ 200 ml 600 ml ]
4 6 gelas [ 800 ml 1200 ml ]
6 gelas [ > 1200 ml ]

13 [ 21,6 % ]
36 [ 60 % ]
11 [18,3 % ]

7 [ 23,3 % ]
15 [ 50 % ]
8 [ 26,6 % ]

Siklus menstruasi teratur


Ya
Tidak

47 [ 78,3 % ]
13 [ 21,6 % ]

30 [ 100 % ]
-

Lama [hari] menstruasi


3 4 hari
4 7 hari
7 hari

2 [ 3,3 % ]
45 [ 75 % ]
13 [ 21,6 % ]

2 [ 6,6 % ]
22 [ 73,3 % ]
6 [ 20 % ]

Variabel
Riwayat penggunaan pembalut
herbal

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel 1 mengenai karakteristik


responden kuesioner dan subjek penelitian, didapatkan bahwa 1 orang
pernah menggunakan pembalut herbal dengan riwayat pemakaian
pembalut herbal selama satu bulan terakhir. Pada 47 responden kuesioner
(78,3%) dan 24 subjek penelitian (80%) didapatkan bahwa frekuensi
mengkonsumsi kafein (ex. Kopi dan teh) adalah sebanyak 1-3 kali sehari.
Pada 13 responden kuesioner (21,6%) dan 7 subjek penelitian (23,3%)
didapatkan bahwa frekuensi mengkonsumsi air mineral sebanyak 1-3
gelas (200ml-600ml).
Frekuensi mengkonsumsi kafein dalam sehari penting untuk
ditanyakan karena akan menjadi faktor perancu, karena efek dari
mengkonsumsi kafein berkaitan dengan salah satu gejala klinis ISK yaitu
poliuria. Hal ini karena mengkonsumsi kafein dalam jumlah berlebih
dapat meningkatkan frekuensi berkemih dalam sehari.
Kafein merupakan salah satu stimulan yang paling luas
penggunaannya, termasuk di kalangan remaja. Kebiasaan konsumsi dapat
membentuk suatu pola sikap yang dapat terjadi berulang-ulang dalam
mengonsumsi pangan tertentu. Dalam penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Dewi (2009)8 menyatakan bahwa trimetilsantin yang
terkandung di dalam kopi dan teh dapat menyebabkan ketagihan dan
peningkatan frekuensi buang air kecil (BAK). Konsumsi kafein
khususnya kopi dan teh harus dibatasi yaitu tidak lebih dari 100 mg/hari
untuk menjaga kesehatan tubuh. Sensitifitas seseorang terhadap kafein
dapat

berbedabeda

sehingga

terdapat

kemungkinan

kopi

tidak

menimbulkan pengaruh apapun meskipun mengandung 60 mg kafein.


Selain konsumsi kafein, konsumsi air mineral yang cukup banyak
atau lebih dari jumlah minimal dalam sehari, sekitar >8 gelas (>1600ml)
sehari dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan
frekuensi berkemih.

Konsumsi air mineral dalam kehidupan sehari-hari sangatlah


penting. Jumlah minimal konsumsi air mineral sehari adalah 8 gelas
(1600ml). Kurangnya asupan air harian berhubungan dengan risiko
terjadinya batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih. Asupan air yang
kurang menyebabkan peningkatan osmolalitas plasma dan penurunan
volume arteri efektif. Hasil akhirnya menurunnya volume urin dan
ekskresi natrium.
Adanya penurunan volume urin akan meningkatkan osmolalitas
urin dengan kata lain meningkatkan konsentrasi solut di urin. Sesuai
dengan patogenesisnya, menurunnya volume urin serta kecepatan aliran
urin akan meningkatkan saturasi zat pembentuk batu. Volume urin
berperan dalam penanggulangan terbentuknya batu kalsium, dan
disarankan minimal volume urin 2 liter/24 jam.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Izhar (2007)
menjelaskan bahwa subjek penelitian yang memiliki kebiasaan minum
kurang (<1,5 liter/hari) memiliki risiko terjadinya sedimen kalsium
oksalat sebesar 4,3 kali dibandingkan dengan subjek yang minum 1,5
liter/hari atau lebih.
Minum air 1,5 liter/hari merupakan salah satu pencegahan
supersaturasi garam-garam yang tidak larut di dalam urin dan sebagai
bagian dari fungsi transportasi zat-zat di dalam tubuh. Meningkatnya
intake cairan akan mengakibatkan bertambahnya volume urin sehingga
menyebabkan tingkat saturasi (kejenuhan) kalsium oksalat menurun dan
mengurangi kemungkinan pembentukan kristal. Intake cairan yang
sedikit menurunkan jumlah urin sehingga mengakibatkan peningkatan
kalsium dan oksalat dan pengurangan aliran urin.
Tabel 4.2 Gambaran hasil pemeriksaan urinalisis dengan menggunakan
dipstick urine test

Indikato
r
Leukosit
Nitrit

Pre

Pembalut

Pembalut

Leukosit < 15

menstruasi
30

herbal
30

non herbal
29

Leukosit > 15
Nitrit +

1
-

30

30

30

Interpretasi

Nitrit -

Berdasarkan hasil pemeriksaan urinalisis dengan menggunakan


dipstick urine test yang dilakukan saat pre menstruasi dan pemeriksaan
urin pasca menstruasi menggunakan pembalut herbal didapatkan hasil
leukosit < 15 pada seluruh subjek penelitian.
Pada saat pemeriksaan urin pasca menstruasi menggunakan
pembalut non herbal didapatkan 1 subjek penelitian dengan leukosit >
15. Kadar leukosit > 15 yang didapatkan pada satu subjek penelitian
setelah menggunakan pembalut non herbal menunjukkan tidak adanya
hubungan dengan riwayat higienitas personal (di luar siklus menstruasi)
dan riwayat kebiasaan selama menstruasi.
Berdasarkan hasil kuesioner, subjek penelitian tidak mengeluh
adanya tanda-tanda atau gejala yang mengarah ke infeksi saluran kemih.
Dan dari riwayat higienitas personal (di luar siklus menstruasi) dan
riwayat kebiasaan selama menstruasi, subjek penelitian juga selalu
memperhatikan higienitas personal. Hal ini tidak menutup kemungkinan
bahwa subjek penelitian memiliki risiko mengalami infeksi pada saluran
kemih. Perlu dilakukannya pemeriksaan kultur urin yang merupakan gold
standar untuk menegakkan diagnosis ISK. Pemeriksaan kultur urin ini
sendiri membutuhkan waktu dua sampai tiga hari untuk mengetahui
bakteri penyebab infeksi.
Kemungkinan lain yang dapat mengakibatkan hasil pemeriksaan
urinalisis dengan menggunakan dipstick urin test menunjukkan positif
palsu adalah kesalahan dari subjek penelitian ketika mengumpulkan urin

segar pagi hari porsi tengah dan jenis pembalut non herbal yang
digunakan selama menstruasi, pembalut non herbal yang tidak sesuai
dapat mengakibatkan iritasi dan inflamasi pada daerah kewanitaan.
Proses inflamasi yang terjadi dapat menunjukkan hasil positif palsu pada
pemeriksaan urin.
Berdasarkan hasil pemeriksaan urinalisis dengan menggunakan
dipstick urine test didapatkan indikator penilaian untuk mengukur
keberadaan nitrit di dalam urin didapatkan hasil nitrit (-) pada seluruh
pemeriksaan urinalisis, baik saat pre menstruasi, pasca menstruasi
menggunakan pembalut herbal dan non herbal. Hasil pemeriksaan nitrit
(-) menginterpretasikan bahwa tidak adanya bakteri yang terdapat di
dalam urin.
I. Keluhan Berkemih
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai sebaran keluhan berkemih
dengan 13 variabel pertanyaan, didapatkan 21 orang mengalami gejala
yang mengarah ke infeksi saluran kemih dan 9 orang tidak memiliki
gejala sama sekali.
Gejala yang banyak dikeluhan berdasarkan urutan terbanyak
jumlah subjek penelitian adalah urgency setiap kali ingin berkemih
(46,6%), perasaan tidak tuntas setiap kali selesai berkemih (30%),
kadang-kadang tidak dapat menahan rasa ingin berkemih sebelum tiba
di toilet (13,3%), merasakan urin keluar ketika sedang tertawa, bersin,
batuk, loncat, atau berlari (10%), buang air kecil (BAK) >8 kali dalam
sehari, terbangun pada malam hari untuk berkemih 3-4 kali, perlu
untuk sedikit mengejan ketika ingin berkemih, merasa urin cukup
lama keluar ketika ingin berkemih (3,3%).
Untuk menegakkan diagnosis pasti infeksi saluran kemih pada
seluruh subjek penelitian yang mengalami gejala tersebut perlu
dilakukannya pemeriksaan dengan kultur urin untuk mengetahui

bakteri penyebab terjadinya infeksi. Pemeriksaan kultur urin


merupakan pemeriksaan yang cukup mahal dan membutuhkan waktu
24-48 jam untuk mendapatkan hasil dari pemeriksaan.
Berdasarkan pedoman praktik klinik infeksi saluran kemih,
sensitivitas dari pemeriksaan kultur urin bervariasi, dari 50% sampai
95% tergantung dari derajat infeksi. Sama hal nya dengan
spesifisitasnya, dari 85% sampai dengan 99%. Pemeriksaan kultur
urin tidak direkomendasikan pada pasien dengan infeksi saluran
kemih tanpa komplikasi karena sensitivitas dari pemeriksaan ini
rendah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada pasien
dengan infeksi saluran kemih tanpa komplikasi cukup dilakukan tata
laksana sederhana tanpa harus menunggu hasil dari kultur urin.
Lapisan korneum kulit pada daerah kewanitaan secara fisiologis
berbeda dari daerah tubuh yang lainnya. Daerah kewanitaan seringkali
mengalami friksi ketika berjalan dan peningkatan temperatur karena
faktor anatomi. Maka dari itu, perubahan dari komposisi flora vagina
tidak

sepenuhnya

merupakan

penyebab

terjadinya

penyakit.

Semuanya bergantung pada interaksi antara virulensi mikroba, jumlah


mikroba, dan respon dari sistem imun.
II.Perilaku Higienitas Personal Diluar Siklus Menstruasi
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai higienitas personal diluar
siklus menstruasi meliputi 16 variabel pertanyaan dengan keterangan
angka 2 menunjukkan faktor risiko tertinggi, angka 1 sedang, dan
angka 0 tidak sama sekali. Keterangan angka tersebut disesuaikan
dengan jenis pertanyaan yang ditanyakan dalam kuesioner.
Didapatkan 6 orang memiliki faktor risiko ringan sampai sedang
(skor <30) dan 14 orang memiliki faktor risiko sedang sampai berat
(skor >30). Faktor risiko higienitas personal (di luar siklus menstruasi)
yang banyak dilakukan berdasarkan urutan tiga terbanyak jumlah

subjek penelitian adalah frekuensi mengganti pakaian dalam <3 kali


sehari (93,2%), frekuensi membersihkan tubuh (mandi) 1-2 kali sehari
(90%), jenis pakaian dalam yang digunakan yaitu bahan cotton dan
synthetic (nylon) (40%).
Selain itu, urutan terbanyak selanjutnya adalah frekuensi
membersihkan bagian dalam dari labia mayora <3 kali dalam
seminggu dan tidak mengeringkan daerah kewanitaan setiap kali
selesai berkemih (33,3%), mengeringkan daerah kewanitaan setiap
kali

selesai

berkemih

dengan

menggunakan

handuk

(nondisposable/tidak sekali pakai) dan mencuci pakaian dalam secara


terpisah dari pakaian yang lain (23,3%), frekuensi membersihkan
daerah kewanitaan <3 kali dalam seminggu dan cara membersihkan
bagian rektum dan vagina setelah buang air besar (BAB) dari
belakang ke depan (19,9%).
Didapatkan juga, membersihkan daerah kewanitaan dengan
menggunakan sabun mandi (16,6%), kadang-kadang membersihkan
bagian dalam dari labia mayora (dibersihkan dengan air atau
menggunakan

sabun)

dan

mencuci

pakaian

dalam

dengan

menggunakan sabun (13,3%), membersihkan rambut pubis pada


daerah kewanitaan dengan menggunakan air (10%), kadang-kadang
membersihkan daerah kewanitaan, membersihkan bagian dalam dari
labia mayora dengan menggunakan sabun, dan tidak mengeringkan
pakaian

dalam

dibawah

sinar

matahari

(6,6%),

frekuensi

membersihkan rambut pubis >2 bulan sekali (3,3%).


Frekuensi mengganti pakaian dalam dalam sehari berkaitan dengan
faktor risiko untuk terjadinya infeksi, baik infeksi saluran kemih
maupun infeksi pada saluran reproduksi. Apabila dikaitkan dengan
hasil kuesioner, terdapat 6,6% dari 60 responden kuesioner dan 6,6%
dari 30 subjek penelitian memiliki resiko untuk terjadinya infeksi pada

saluran kemih karena frekuensi mengganti pakaian dalam yang <3 kali
dalam sehari.
Apabila pakaian dalam yang digunakan merupakan bahan yang
tidak dapat menyerap keringat atau air (ex. Synthetic (nylon)), maka
hal ini dapat meningkatkan risiko ISK. Tapi apabila jenis bahan
pakaian dalam yang digunakan adalah bahan yang dapat menyerap
keringkat (ex. Cotton), maka faktor predisposisi untuk terjadinya ISK
dapat berkurang namun erat hubungannya dengan frekuensi
mengganti pakaian dalam dalam sehari. Jenis pakaian dalam seperti
bahan synthetic (nylon) yang tidak menyerap keringat lebih banyak
seperti bahan cotton, dapat menyebabkan perineum menjadi lembab
dan meningkatkan resiko untuk terjadinya infeksi pada saluran kemih.
Mengeringkan pakaian dalam dibawah sinar matahari merupakan
salah satu cara untuk mematikan kuman atau bakteri. Maka apabila
pakaian dalam yang sudah dicuci tidak dikeringkan dibawah sinar
matahari dapat menciptakan kondisi yang lembap dan memicu
pertumbuhan bakteri.
Minimal waktu yang dianjurkan untuk membersihkan rambut pubis
terutama dengan cara memotong rambut pubis yaitu 40 hari sekali
atau kurang lebih satu bulan sekali. Karena apabila tidak dibersihkan,
dapat meningkatkan risiko terjadinya ISK. Frekuensi memotong dan
membersihkan rambut pubis setiap dua bulan sekali, satu bulan sekali,
atau kurang dari satu bulan sekali dapat menurunkan resiko infeksi
pada saluran kemih.12 Anjuran untuk memotong rambut pubis juga
terdapat dalam hadis :
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda :

Fitrah ada lima : khitan, mencukur bulu kemaluan, memendekkan


kumis, potong kuku, dan mencabut bulu ketiak. (HR. Ahmad,
Bukhari, Muslim, dan yang lainnya).
Secara tegas hadis ini menganjurkan kaum muslimin untuk mencukur
bulu kemaluan. Kemudian terdapat riwayat dari Anas bin Malik
radhiyallahu anhu, bahwa beliau mengatakan :
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan batas waktu
kepada kami untuk memendekkan kumis, potong kuku, mencabut bulu
ketiak, dan mencukur bulu kemaluan, agar tidak kami biarkan lebih
dari 40 hari. (HR. Ahmad, Muslim, Nasai, Abu Daud, dan yang
lainnya).
Keterangan hadis-hadis diatas tidak memberikan batasan harus
dilakukan setiap kali suci dari haid. Karena batasan waktu yang
diberikan berdasarkan rentang 40 hari. Dan ini berlaku baik bagi lakilaki maupun wanita.
Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa 2 (3,3%) dari 60 responden
kuesioner dan 1 (3,3%) dari 30 subjek penelitian memiliki resiko
untuk terjadinya infeksi pada saluran kemih.
Mengeringkan daerah kewanitaan dengan menggunakan handuk
nondisposable atau tidak sekali pakai merupakan salah satu faktor
predisposisi untuk terjadinya ISK, apabila penggunaan handuk
tersebut diikuti dengan frekuensi mengganti handuk yang jarang.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sevil (2013)12
menyatakan bahwa tingginya frekuensi infeksi saluran reproduksi
pada wanita yang menggunakan kain (non-disposable) untuk
mengeringkan daerah kewanitaan. Mengeringkan daerah kewanitaan
setelah BAK merupakan salah satu tindakan preventif untuk

mencegah terjadinya lingkungan yang basah dan lembab pada daerah


kewanitaan yang dapat meningkatkan proliferasi bakteri.
III. Perilaku Kebiasaan Selama Menstruasi
Berdasarkan

hasil

kuesioner

mengenai

kebiasaan

selama

menstruasi meliputi 8 variabel pertanyaan dengan keterangan angka 2


menunjukkan faktor.
Didapatkan 21 orang memiliki faktor risiko ringan sampai sedang
(skor <14) dan 9 orang memiliki faktor risiko sedang sampai berat
(skor >14). Faktor risiko kebiasaan selama menstruasi yang banyak
dilakukan berdasarkan urutan terbanyak jumlah subjek penelitian
adalah frekuensi mengganti pembalut yang digunakan ketika sedang
menstruasi (rata-rata selama menstruasi) <3 kali (86,6%), frekuensi
membersihkan tubuh (mandi) 1-2 kali dalam sehari (80%),
membersihkan daerah kewanitaan dengan menggunakan sabun selama
menstruasi (26,6%), membersihkan daerah kewanitaan selama
menstruasi dengan cara dari belakang ke depan (3,3%).
Frekuensi mengganti pembalut selama menstruasi ini sendiri
sangat erat kaitannya untuk terjadinya infeksi, baik infeksi saluran
reproduksi maupun infeksi saluran kemih. Dalam penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ocaktan (2010) menyatakan bahwa
mengganti pembalut setiap 3 sampai 4 jam sekali selama menstruasi,
dapat menurunkan resiko infeksi pada saluran kemih.
Berdasarkan

hasil

kuesioner,

didapatkan

bahwa

frekuensi

mengganti pembalut selama menstruasi sebanyak > 3 kali sehari tidak


sampai setengahnya dari keseluruhan responden kuesioner dan subjek
penelitian. Hal ini apabila dibandingkan dengan teori, seluruh
responden kuesioner dan subjek penelitian memiliki resiko untuk
terjadinya infeksi pada saluran kemih. Namun ada beberapa faktor lain
yang ikut berpengaruh untuk terjadinya infeksi pada saluran kemih

yang berkaitan dengan frekuensi mengganti pembalut dalam sehari


selama menstruasi, yaitu : lamanya pajanan yang berhubungan dengan
seberapa lama kebiasaan mengganti pembalut < 3 kali dalam sehari
selama menstruasi, jenis pembalut yang digunakan, dan kebiasaan
membersihkan daerah kewanitaan selama menstruasi.
Faktor lain yang berkaitan untuk terjadinya infeksi selain frekuensi
mengganti pembalut selama menstruasi adalah frekuensi mandi dalam
sehari. Frekuensi mandi disini secara tidak langsung berkaitan dengan
frekuensi membersihkan organ reproduksi. Jadi semakin tinggi
frekuensi mandi dalam sehari, dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin tinggi juga frekuensi untuk membersihkan organ reproduksi
selama menstruasi dalam sehari. risiko tertinggi, angka 1 sedang, dan
angka 0 tidak sama sekali. Keterangan angka tersebut disesuaikan
dengan jenis pertanyaan yang ditanyakan dalam kuesioner.
Penggunaan sabun mandi untuk membersihkan daerah kewanitaan
dalam frekuensi yang sering dan dalam waktu yang cukup lama dapat
mengubah kondisi lingkungan pada daerah kewanitaan, salah satunya
adalah dapat mengubah pH vagina yang dapat meningkatkan risiko
kejadian ISK.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sevil (2013)
menyatakan bahwa tingginya frekuensi infeksi saluran reproduksi
pada wanita yang menggunakan sabun atau shampo untuk
membersihkan daerah kewanitaan (genital). Berdasarkan hasil
kuesioner jika dibandingkan dengan teori yang dikemukakan dalam
penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa 31,6% dari 60
responden kuesioner dan 16,6 % dari 30 subjek penelitian memiliki
resiko untuk terjadinya infeksi pada saluran kemih.
Tekhnik yang salah ketika membersihkan daerah perineum dan
daerah kewanitaan yaitu dari belakang ke depan dapat meningkatkan

resiko infeksi pada saluran kemih, akibat dari pindahnya bakteri dari
anus ke vagina. Rata-rata seluruh responden kuesioner dan subjek
penelitian sudah melakukan cara atau tekhnik yang benar ketika
membersihkan daerah perineum dan daerah kewanitaan, yaitu dengan
cara membersihkan dari depan ke belakang. Walaupun masih
didapatkan satu subjek penelitian membersihkan daerah perineum dan
daerah kewanitaan dengan cara dari belakang ke depan (3,3%).

Anda mungkin juga menyukai