Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPRAWATAN

KASUS INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

I.

Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih

II.

(ISK)
Tujuan Khusus
a. Menguraikan anatomi dan fisiologi ISK
b. Menjelaskan patofisiologi ISK
c. Menjelaskan pengkajian pada klien dengan ISK
d. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan ISK
e. Menyusun rencana Asuhan keperawatan
f. Mengimplementasikan rencana keperawatan
g. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
h. Mendemonstrasikan pengkajian fisik pada klien dengan ISK

III.

Anatomi Fisiologi
A. Anatomi
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih) (Speakman, 2008).
Susunan sistem perkemihan terdiri dari:
1) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
2) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih),
3) satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra urin
dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi, 2010).

Gambar 2.l. Anatomi Saluran Kemih


1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua
sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal
seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena
adanya lobus hepatis dextra yang besar.
Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zatzat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
Fascia renalis

Fascia renalis terdiri dari:


a) fascia (fascia renalis),
b) jaringan lemak perirenal, dan
c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan
erat pada permukaan luar ginjal.
Stuktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan
korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
yang disebut papilla renalis (Panahi, 2010).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk
corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau
tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua
atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak
nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron
dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa
henle, tubulus distal dan tubulus urinarius (Panahi, 2010).
2. Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan urin
a. Proses filtrasi, di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat
glomerulus.
b. Proses reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada
tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Rodrigues, 2008).
Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis
bercabang menjadi arteri interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta.
Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang manjadi arteriole
aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang
meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen gromerulus yang kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 201l).
Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry,
2011).
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya 25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:

a)

Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b)

Lapisan tengah lapisan otot polos

c)

Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

3. Vesika urinaria (kandung kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet.
4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira
13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a)

Uretra pars prostatika

b)

Uretra pars membranosa

c)

Uretra pars spongiosa.

Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra terletak
di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya
sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).
B. Fisiologi Infeksi saluran kemih

Gambar 2.2. Fisiologi Sistem Perkemihan


Lower Urinary Tract Symptom (LUTS)
Gejala saluran kemih bawah dapat dibagi menjadi dua yaitu : gejala
berkemih dan gejala penyimpanan, dan laki-laki mungkin hadir dengan
kombinasi dua kelompok gejala tersebut.
Gejala berkemih mencakup aliran urin yang lemah, keraguan, dan tidak
lengkap mengosongkan atau mengejan dan biasanya karena pembesaran
kelenjar prostat. Gejala penyimpanan meliputi frekuensi, urgensi dan nokturia
dan mungkin karena aktivitas yang berlebihan otot detrusor. Pada pria lansia
yang hadir dengan gejala saluran kemih bawah, indikasi untuk rujukan awal
untuk ahli urologi termasuk hematuria infeksi berulang, batu kandung kemih,
retensi urin dan gangguan ginjal. Dalam kasus tanpa komplikasi, medis terapi
dapat dilembagakan dalam pengaturan perawatan pertama. Pilihan untuk
terapi medis termasuk alpha blocker untuk mengendurkan otot polos prostat,

inhibitor 5 alfa reduktase untuk mengecilkan prostat, dan antimuscarinik


untuk mengendurkan kandung kemih.
International Prostate Score Symptom (IPSS) adalah bermanfaat dalam
menilai gejala dan respon terhadap pengobatan. Jika gejala kemajuan
meskipun dengan terapi medis atau pasien tidak dapat mentoleransi terapi
medis, rujukan urologi dibenarkan (Arianayagam et al, 2011).
Penurunan keadaan umum termasuk menurunnya fungsi persarafan pada usia
tua proses ini akan merangsang timbulnya LUTS. Timbulnya LUTS didasari
oleh 2 keadaan :
1) Perubahan fungsi buli-buli yang menyebabkan instabilitas otot detrusor atau
penurunan pemenuhan buli-buli sehingga terjadi gangguan pada proses
pengisian. Secara klinis menunjukkan gejala : frekuensi, urgensi dan nokturia.
Pada tahap lanjut menyebabkan gangguan kontraktilitas otot detrusor sehingga
terjadi gangguan pada proses pengosongan. Secara klinis menunjukkan gejala:
penurunan kekuatan pancaran miksi, hesitensi, intermitensi dan bertambahnya
residu urin. Urin.
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a)

Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan


(intake) cairan dan faktor lainnya.

b)

Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

c)

Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan


sebagainya.

d)

Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

e)

Berat jenis 1,015-1,020.

f)Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada


diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
a) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

b) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak

dan

kreatinin.
c) Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
d) Pigmen (bilirubin dan urobilin).
e) Toksin.
f) Hormon (Velho, 2013).
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a)

Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada dindingnya


meningkat melampaui nilai ambang batas, keadaan ini akan mencetuskan
tahap ke-2.

b)

Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan


kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord
(tulang belakang). Sebagian besar pengosongan diluar kendali tetapi
pengontrolan dapat dipelajari latih. Sistem saraf simpatis : impuls
menghambat vesika urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis :
impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter
relaksasi terjadi mikturisi (Roehrborn, 2009).

Ciri-ciri urin normal.


a)

Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.

b)

Warnanya bening tanpa ada endapan.

c)

Baunya tajam.

d)

Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6 (Velho,


2013).

IV.

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Definisi
ISK adalah invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian
saluran kemih. (Adhie Djohan Utama, 2006).
ISK adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme dedalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung
bakteri, virus, mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012).
B. Etiologi
Menurut . M. Clevo Rendy dan Margareth TH 2012 dibagi menjadi 2 :
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
Adanya hambatan pada aliran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
C. Tanda gejala
Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh
bakteri yang mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita
tidak menyadari adanya infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan
gejala biasanya :
Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung
kemih yang tidak tuntas.
Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low
back pain.

Spasme kandung kemih.


Warna urine yang keruh.
Hematuri pada keadaan lanjut.
Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.
ISK pada bagian bawah (sistitis):

Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih


Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi
ISK bagian atas (pielonefritis)

Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah
.( M. Clevo Rendy dan Margareth TH,2012)
D. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH 2012, jenis infeksi kandung

kemih dapat diklasifikasikan:


1) Berdasarkan letak peradangan yaitu :
a. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik urin dari uretra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
b. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis
non gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria

gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea


plasma urelytikum.
c. Prostat (prostatitis)
d. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri
pada ginjal,tubulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua
ginjal.
2) Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :
a. Infeksi Saluran Kemih Uncomplicated ( Simple )
Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan
saluran kencing baik, anatomik maupun fungsional normal. Infeksi
saluran kemih ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita
dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
b. Infeksi Saluran Kemih Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit diberantas , kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika , sering terjadi bakterimia, sepsis dan
shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan
sebagai berikut :
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter
kandung kemih menetap dan prostatitis.
Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
Gangguan daya tahan tubuh.
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus
yang memproduksi urease.
E. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal
mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi

infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi
sehingga timbul demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi
jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan
mikroorganisme

masuk

melalui

urethra

secara

asenden.

Masuknya

mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu


berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak
antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke
vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi
meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika
urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan
sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena
saat membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk
bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama
dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada
vesika urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang
kurang, menyebabkan urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine
normal untuk membawa sisa metabolisme adalah 1400 1900 ml. Minum
yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak dapat
di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih
mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih
mudah berkembang.

Hal-hal

yang

terjadi

di

atas

dapat

menimbulkan

penyebaran

mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine


yang menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih,
ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini
memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan
urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus
dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas
dari pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika
urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke
dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine,
dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri
(pada selaput lendir urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga
bila saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang
keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme
kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi
hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth
TH, 2012).
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens,
yaitu menyebabkan :
1.

Pyelonefritis

Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2.

Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal
baik secara akut dan kronik.
(M. Clevo Rendy dan Margareth TH, 2012).

G. Pemeriksaan diagnostic
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur
urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk
pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik
transportasi sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan.
(Sukandar, E., 2004)
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin,
harus berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan
untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK.Renal imaging procedures untuk investigasi faktor
predisposisi ISK termasuklah ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos
perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop scanning. (Sukandar,
E., 2004)
H. Terapi farmakologi
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:

a.
b.
c.
d.

Terapi antibiotika dosis tunggal


Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan

infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi,


factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera
ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis
rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole

(TMP/SMZ,

bactrim,

septra),

kadang

ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap


bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a.
b.
c.
d.
I.
1.
a.
b.

Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan


Interansi obat
Efek samping obat
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui

ginjal. (Elin, S 2008)


Asuhan Keperawatan
Identitas
Identitas Klien
Nama
: Ny. M
Umur
: 26 tahun
Tanggal Lahir
: tidak terkaji
Agama
: tidak terkaji
Suku Bangsa
: tidak terkaji
No Medrek
: tidak terkaji
Tanggal Masuk RS : tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : 9 Juni 2016
Diagnosa Medis
: ISK SISTITIS
Ruangan/Kamar
: tidak terkaji
Alamat
: tidak terkaji
Identitas orang tua / keluarga

Nama
Umur
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Hubungan dg klien
Alamat

: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji

c. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam
d. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Dengan keluhan demam. Dari anamnesa dengan pasien diperoleh data klien
mengeluh nyeri didaerah pubis, nyeri saat berkemih, urine keluar hanya
sedikit dan pedih. Mual kadang disertai muntah, pasien juga mengatakan nyeri
dipunggung.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Sejak 2 hari yang lalu, dengan keluhan demam. Sebelumnya klien berobat ke
puskesmas dan diberikan paracetamol, hct dan amoksilin. Namun sehari
sebelum dibawa ke RS pasien kambuh lagi. Pasien tidak bisa tidur dengan
nyenyak selalu terbangun dimalam hari karena adanya keinginan untuk

f)

berkemih.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
tidak terkaji
d) Genogram (2 generasi atas klien )
tidak terkaji
e) Riwayat PsikoSosial Spiritual dan Budaya
tidak terkaji
Data Biologis
Pola Kehidupan Sehari-hari (ADL)
No

Pola Kehidupan sehari- Saat Sehat

Saat Sakit

hari
1

Nutrisi (makan)
- Frekuensi
- Jenis

Tidak terkaji
Tidak terkaji

Tidak terkaji
Tidak terkaji

Porsi
Pantangan
Keluhan

Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji

Tidak terkaji
Tidak terkaji
Mual kadang
disertai
muntah

Nutrisi (minum)
- Frekuensi
- Jenis
- Porsi
- Pantangan
- Keluhan

Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji

Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Mual kadang
disertai
muntah

Eliminasi fecal (BAB)


- Frekuensi
- Konsistensi
- Warna
- Bau
- Keluhan

Eliminasi fecal (BAK)


- Frekuensi
- Konsistensi
- Warna
- Bau
- Keluhan

Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji

Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji

Tidak terkaji

Tidak terkaji

Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji

Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Klien
mengeluh
nyeri didaerah
pubis,

nyeri

saat berkemih,
urine

keluar

hanya

sedikit

dan pedih

Istirahat dan Tidur


- Kuantitas
Tidak terkaji
- Kualitas
Tidak terkaji
- Kebiasaan sebelum Tidak Terkaji
Tidak terkaji
tidur dan saat tidur
Tidak Terkaji
- Keluhan

Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Pasien
tidak
bisa

tidur

dengan
nyenyak selalu
terbangun
dimalam

hari

karena adanya
keinginan
untuk
berkemih
6

2.
1)
a.
b.
c.
d.
2)

Personal Hygiene
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Keramas

Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji

Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)


Keadaan Umum
Penampilan : Tidak terkaji
Kesadaran
: compos mentis
Orientasi
: Tidak terkaji
Vital sign
:
BB
: Tidak terkaji -kg
TB
: Tidak terkaji -cm
Tekanan darah
: 110/80 mmhg
Nadi
: Tidak terkaji
Respirasi
:Tidak terkaji
Suhu
: 37,80C
Kulit dan kuku
Inspeksi, palpasi : Tidak terkaji

Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji

3) Mata
Inspeksi, palpasi : Tidak terkaji
4) Telinga
Inspeksi, palpasi :Tidak terkaji
5) Hidung
Inspeksi, palpasi :Tidak terkaji
6) Mulut
Inspeksi, palpasi :Tidak terkaji
7) Leher
Inspeksi, palpasi :Tidak terkaji
8) Dada Paru-paru
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi : tidak terkaji
9) Jantung
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi : tidak terkaji
10) Payudara dan ketiak
Inspeksi, palpasi : Tidak terkaji
11) Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi : hati limfe lambung dan usus :
adanya distensi abdominal
12) Genetalia
a. Alat kelamin wanita/pria : Tidak terkaji
b. Anus
: Tidak terkaji
13) Ekstremitas : Tidak terkaji
a. Otot
b. Tulang
c. Sendi
3. Data Psikologis
Tidak Terkaji
4. Data Sosial Dan Spiritual
Tidak terkaji
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang pada urine : urine bau menyengat, berwarna
keruh, terdapat lekosiuria +++++,
6. Informasi tambahan
Terapi saat ini diberikan terapi cefotaxime 3 x 1gr, profenid supp 3 x 1,
infus dekstrose 5% 20 tts/menit.
3. Analisa Data

Data

DS :
nyeri didaerah
pubis, nyeri saat
berkemih, urine
keluar hanya
sedikit dan
pedih, tidak
bisa tidur
dengan nyenyak
selalu

Etiologi/pathway

Masalah

Faktor resiko

keperawatan
Nyeri akut

(infeksi
mikroorganisme,
penggunaan steroid
dalam jangka
panjang, usia
lanjut, anomaly
saluran kmih,
cidera uretra dan
riwayat ISK)

terbangun
dimalam hari
karena adanya
keinginan untuk

berkemih
DO :
distensi
abdominal,
Hasil
pemeriksaan

Makanan
terkontaminasi
mikroorganisme
masuk lewat mulutlambung
Mikroorganisme
berkembang hidup
di lambung-usus

penunjang pada

Usus terutama pleg

urine : urine

player

bau menyengat,
berwarna keruh,
terdapat

Kuman
mengeluarkan
endotoksin

lekosiuria ++++
+

Bakteremia primer
Bakteri tidak

difagosit
Bakterimia
sekunder
Peradangan
Peningkatan
frekuensi/dorongan
kontraksi uretral
Depresi saraf
perifer
Nyeri
-

DS :
tidak bisa tidur
dengan nyenyak
selalu
terbangun
dimalam hari
karena adanya
keinginan untuk
berkemih
DO :

Faktor resiko

Gangguan

(infeksi

eliminasi urine

mikroorganisme,
penggunaan steroid
dalam jangka
panjang, usia
lanjut, anomaly
saluran kmih,
cidera uretra dan
riwayat ISK)

Hasil
pemeriksaan
penunjang pada
urine : urine
bau menyengat,
berwarna keruh,

Makanan
terkontaminasi
mikroorganisme
masuk lewat mulutlambung

terdapat

Mikroorganisme

lekosiuria ++++

berkembang hidup

+,

di lambung-usus
Usus terutama pleg
player
Kuman
mengeluarkan
endotoksin
Bakteremia primer
Bakteri tidak
difagosit
Bakterimia
sekunder
Ureter
Iritasi ureteral
Oliguria
Gangguan

DS :
- urine keluar hanya
sedikit dan pedih,
selalu terbangun
dimalam hari
karena adanya
keinginan untuk

eliminasi urine
Faktor resiko (infeksi
mikroorganisme,
penggunaan steroid dalam
jangka panjang, usia
lanjut, anomaly saluran
kmih, cidera uretra dan
riwayat ISK)

Retensi urine

berkemih.
DO :
distensi
abdominal,

Makanan terkontaminasi
mikroorganisme masuk
lewat mulut- lambung
Jaringan parut- total
tersumbat
Obstruksi saluran kemih
yang bermuara ke vesika
urinarius
Peningkatan vesika
urnarius
Penebalan dinding vesika
urnarius
Penurunan kontraksi otot
vesika urnarius
Kesulitan berkemih

DS :
-dengan keluhan
demam
DO :
S= 37,80C

Retensi urin
Faktor resiko (infeksi
mikroorganisme,
penggunaan steroid dalam
jangka panjang, usia
lanjut, anomaly saluran
kmih, cidera uretra dan
riwayat ISK)
Makanan terkontaminasi
mikroorganisme masuk

Hipertermi

lewat mulut- lambung


Mikroorganisme
berkembang hidup di
lambung-usus
Usus terutama pleg player
Kuman mengeluarkan
endotoksin
Bakteremia primer
Bakteri tidak difagosit
Bakterimia sekunder
Hipotalamus
Menekan termoreguler
Hipertermia
Faktor resiko (infeksi

DS :
Mual kadang
disertai muntah

mikroorganisme,
penggunaan steroid dalam
jangka panjang, usia
lanjut, anomaly saluran
kmih, cidera uretra dan
riwayat ISK)
Makanan terkontaminasi
mikroorganisme masuk
lewat mulut- lambung
Mikroorganisme
berkembang hidup di

Kekurangan
Volume Cairan

lambung-usus
Usus terutama pleg player
Kuman mengeluarkan
endotoksin
Bakteremia primer
Bakteri tidak difagosit
Bakterimia sekunder
Reinteraksi abdominal
Obstruksi
Mual muntah
Kekurangan
volume cairan
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih sruktur
traktus urinarius
2) Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain
3) Retensi urine b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung
kemih
4) Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme dan prose penyakit
5) Kekuranagan volume cairan b.d kehiangan caiaran aktif ditanda
dengan mual, muntah
5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa

NOC

Keperawatan
Nyeri akut b.d

Setelah dilakukan

inflamasi dan infeksi

tindakan keperawatan

uretra, kandung kemih

selama 7x24 jam

NIC
Pain management
1. Monitor tand-tanda
vital

sruktur traktus

diharapkan nyeri

urinarius

terkontrol

lokasi, karacteristik,

Dengan kriteria hasil:

frekuensi,

Mampu mengontrol
nyeri ( tahu
penyebab nyeri,
mampu

2. Monitor

nyeri

kualitas,

intensitas
3. Observasi

tentang

ketidaknyamanan
4. Anjurkan

pasien

menggunakan

mengungkapkan

teknik non

pengetahuan

farmakologi untuk

keyakinan

mengurangi nyeri

nyeri

mencari bantuan )
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan

dan
tetntang

5. Latih untuk relaksasi


nafas dalam
Kolaborasi
pemberian analgetik

menggunakan
-

management nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah

Gangguan eliminasi

nyeri berkurang
Setelah dilakukan

urine b.d obstruksi

tindakan keperawatan

1. Monitor intake

mekanik pada

selama 7x24 jam

kandung kemih

diharapkan eliminasi

dan output
2. Monitor

ataupun struktur

urin lancar

traktus urinarius lain

Dengan kriteria hasil :

Urinary retention care

penggunaan obat
antikolionergik

Kandung kemih

kosong secara penuh


Tidak ada residu

urine > 100-200 cc


Bebas dari ISK
Tidak ada spasme
bladder

3. Monitor tanda
dan gejala ISK
(panas,
hematuria,
perubahan bau
dan konsistensi
urine)
4. Sediakan privacy
untuk eliminasi
5. Stimulasi reflek
bladder dengan
kompres dingin
pada abdomen
6. Memantau
tingkat distensi
kandung kemih
dengan palpsi
dan perkusi
Urinary retention care

Retensi urine b.d

Setelah dilakukan

peningkatan tekanan

tindakan keperawatan

1. Monitor intake

ureter, sumbatan pada

selama 7x24 jam

kandung kemih

diharapkan eliminasi

dan output
2. Monitor

lancar
Dengan kriteria hasil :
-

Kandung kemih

kosong secara penuh


Tidak ada reidu

urine > 100-200 cc


Bebas dari ISK
Tidak ada spasme
bladder

penggunaan obat
antikolionergik
3. Monitor tanda
dan gejala ISK
(panas,
hematuria,
perubahan bau
dan konsistensi

Balance cairan seimbang

urine)
4. Sediakan privacy
untuk eliminasi
5. Stimulasi reflek
bladder dengan
kompres dingin
pada abdomen
6. Kolaborasi
Kateterisai jika
perlu
Temperature regulation

Hipertermia b.d

Setelah dilakukan

peningkatan laju

tindakan keperawatan 1.
selama 5x24 jam
Monitor TTV
2.
diharapkan suhu tubuh
Monitor temperature setiap 2
menurun
jam sekali s
3.
Dengan kriteria hasil
Monitor warna kulit dan suhu
- Tanda-tanda
vital
kulit
dalam batas normal4.
RR : 16 20
Kolaborasi
pemberian
antipiretik
x/menit
N : 80 100 (paracetamol)

metabolisme dan
prose penyakit

x/menit
TD :

120/90

mmHg
S : 35 37C
-

Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak

Kekuranagan volume

ada pusing
Setelah dilakukan

Fluid management
1. Pertahankan

cairan b.d kehiangan

tindakan keperawatan

catatan intake dan

caiaran aktif ditanda

diharapkan pasien dapat

output yang

dengan mual, muntah

melakukan
-

Fluid balance
Hydration
Nutrional status :
food and fluid intake
Dengan kriteria

hasil :
Mempertahankan
urine output sesuai
dengan ussia dan
BB, BJ urine

normal, HT normal
Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam

batas normal
Tidak ada dehidrasi,
elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,

akurat
2. Monitor status
hidrasi
(kelembaban
membran
mukosa, nadi
adekuat, tekanan
darah ortostatik)
jika di perlukan
3. Monitor vital sign
4. Monitor masukan
makanan/ cairan
dan hitung intake
kalori harian
5. Monitor stsatus
nutrisi
6. Kolaborasikan
pemberian cairan
IV

tidak ada haus


berlebihan

V.

Berfikir Kritis
a. Studi kasus
Ny. M Berusia 26 tahun masuk ruang Bougenvile sejak 2 hari yang lalu,
dengan keluhan demam. Dari anamnesa dengan pasien diperoleh data
klien mengeluh nyeri didaerah pubis, nyeri saat berkemih, urine keluar
hanya sedikit dan pedih. Mual kadang disertai muntah, pasien juga

mengatakan nyeri dipunggung. Sebelumnya klien berobat ke puskesmas


dan diberikan paracetamol, hct dan amoksilin. Namun sehari sebelum
dibawa ke RS pasien kambuh lagi. Pasien tidak bisa tidur dengan nyenyak
selalu terbangun dimalam hari karena adanya keinginan untuk berkemih.
Terapi saat ini diberikan terapi cefotaxime 3 x 1gr, profenid supp 3 x 1,
infus dekstrose 5% 20 tts/menit.
6. Pertanyaan terkait kasus
1. Masalah Kesehatan yang terjadi ?
2. Gejala yang akan muncul pada masalah tersebut ?
3. Komplikasi apa yang bisa terjadi apabila masalah tersebut tidak segera
ditangani?
4. Terapi apa yang harus diberikan pada klien ?
5. Masalah keperawatan apa yang dialami klien?
6. Buat rencana intervensi dari masing masing diagnose yang ditegakan ?
VI.
Keterampilan Klinik
Pemasangan Catether
VII.
Evaluasi
1. Seorang laki-laki berusia 34 tahun mengalami demam,pusing, mual muntah,
rasa terbakar pada saat berkemih,urin sedikit tapi sering, urine berwarna
keruh merupakan tanda gejala dari penyakit ?
a. Gagal ginjal akut
b. Gagal ginjal kronis
c. Hernia inguinalis
d. Infeksi Saluran kemih (ISK)
2. Seorang wanita usia 20 tahun dirawat di rumah sakit hari ke 3, keluhan yang
masih dirasakan klien adalah nyeri yang sering dan panas ketika berkemih,
mual muntah,pusing, malaise. Diagnose keperawatan apa yang paling tepat
ditegakan pada klien tersebut ?
a. Kekuranagan volume cairan b.d kehiangan caiaran aktif ditanda dengan
mual, muntah
b. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme dan prose penyakit
c. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih sruktur
traktus urinarius
d. Retensi urine b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung
kemih

e. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi mekanik pada kandung kemih


ataupun struktur traktus urinarius lain
3. Seorang wanita 45 tahun mengeluh demam sejak 2hari yang lalu, klien
mengeluh nyeri didaerah pubis, nyeri saat berkemih, urine keluar hanya
sedikit dan pedih. Mual kadang disertai muntah, pasien juga mengatakan nyeri
dipunggung. Sebelumnya klien berobat ke puskesmas dan diberikan
paracetamol, hct dan amoksilin. Namun sehari sebelum dibawa ke RS pasien
kambuh lagi.Pemeriksaan apa yang lebih lanjut harus dilakukan pada klien

4.

tersebut?
a.
Tourniquet test
b.
Rontgen
c.
Pemeriksaan darah lengkap
d.
Pemeriksaan EKG
e.
Urin
Seorang klien dirawat dengan diagnose ISK, kondisi klien menunjukan Nyeri
yang sering dan rasa panas ketika berkemih, Spasame pada area kandung
kemih dan suprapubis, Hematuria, Nyeri punggung dapat terjadi. Merupakan

5.

ISK apa ?
2.
Kandung kemih (sistitis)
3.
Uretra (uretritis)
4.
Prostat (prostatitis)
5.
Ginjal (pielonefritis)
Seorang perawat

memberikan

penyuluhan

pada

keluarga klien ISK, apakah tindakan pencegahan yang paling kurang


disarankan oleh perawat
a. Selalu menjaga kebersihan diri
b. Menutup dan mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat

6.

perindukan nyamuk.
c. Tidak menahan buang air kecil
d. Menjaga lingkungan sekitar rumah
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh DS : anak saya gatal-gatal,
menggaruk-garuk tangan dan kakinya dan sesekali, dia gelisah
DO : Kulit kering, terdapat luka,kulit teraba kasar.
Masalah keperawatan apa yang bisa ditegakan dari data tersebut

a. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan


cairan aktif
b. Hipertermi
c. Perubahan perfusi jaringan
d. Kerusakan intergritas kulit
e. Intoleransi aktifitas
7.

8.

Apakah intervensi yang bisa dilakukan pada diagnose tersebut


a. Observasi intake dan output cairan
b. Kompres hangat
c. Pemberian O2
d. Perawatan luka
e. Tirah baring
Diagnose
Hipertermia
b.d
peningkatan

9.

metabolisme dan prose penyakit apabila terdapat gejala:


a. suhu tubuh nya meningkat S= 37,80C
b. nyeri saat berkemih
c. tidak dapat tidur nyenyak
d. tidak nafsu makan
e. merasa cepat lelah
Inervensi Keperawatan apa yang bisa dilakukan pada

10.

diagnose tersebut :
a.An jurkan pasien untuk banyak istirahat (bedrest)
b. Lakukan pemeriksaan ct-scan
c.Kompres air hangat
d. Beri makan sedikt tapi sering
e.Anjurkan dilakukan transfuse darah
Apakah komplikasi yang bisa terjadi apabila klien ISK
tidak mendapatkan perawatan yang optimal?

VIII.

a.

Syok

3. Sepsis

b.

Ensefalopati

4. Gagal Ginjal

Daftar Pustaka

laju

Anda mungkin juga menyukai