I.
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih
II.
(ISK)
Tujuan Khusus
a. Menguraikan anatomi dan fisiologi ISK
b. Menjelaskan patofisiologi ISK
c. Menjelaskan pengkajian pada klien dengan ISK
d. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan ISK
e. Menyusun rencana Asuhan keperawatan
f. Mengimplementasikan rencana keperawatan
g. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
h. Mendemonstrasikan pengkajian fisik pada klien dengan ISK
III.
Anatomi Fisiologi
A. Anatomi
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih) (Speakman, 2008).
Susunan sistem perkemihan terdiri dari:
1) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
2) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih),
3) satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra urin
dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi, 2010).
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada
tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Rodrigues, 2008).
Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis
bercabang menjadi arteri interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta.
Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang manjadi arteriole
aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang
meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen gromerulus yang kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 201l).
Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry,
2011).
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya 25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a)
b)
c)
b)
c)
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra terletak
di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya
sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).
B. Fisiologi Infeksi saluran kemih
b)
Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c)
d)
Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e)
b) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak
dan
kreatinin.
c) Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
d) Pigmen (bilirubin dan urobilin).
e) Toksin.
f) Hormon (Velho, 2013).
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a)
b)
Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
b)
c)
Baunya tajam.
d)
IV.
A. Definisi
ISK adalah invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian
saluran kemih. (Adhie Djohan Utama, 2006).
ISK adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme dedalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung
bakteri, virus, mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012).
B. Etiologi
Menurut . M. Clevo Rendy dan Margareth TH 2012 dibagi menjadi 2 :
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
Adanya hambatan pada aliran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
C. Tanda gejala
Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh
bakteri yang mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita
tidak menyadari adanya infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan
gejala biasanya :
Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung
kemih yang tidak tuntas.
Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low
back pain.
Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah
.( M. Clevo Rendy dan Margareth TH,2012)
D. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH 2012, jenis infeksi kandung
infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi
sehingga timbul demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi
jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan
mikroorganisme
masuk
melalui
urethra
secara
asenden.
Masuknya
Hal-hal
yang
terjadi
di
atas
dapat
menimbulkan
penyebaran
Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2.
Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal
baik secara akut dan kronik.
(M. Clevo Rendy dan Margareth TH, 2012).
G. Pemeriksaan diagnostic
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur
urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk
pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik
transportasi sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan.
(Sukandar, E., 2004)
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin,
harus berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan
untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK.Renal imaging procedures untuk investigasi faktor
predisposisi ISK termasuklah ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos
perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop scanning. (Sukandar,
E., 2004)
H. Terapi farmakologi
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a.
b.
c.
d.
(TMP/SMZ,
bactrim,
septra),
kadang
Nama
Umur
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Hubungan dg klien
Alamat
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: tidak terkaji
c. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam
d. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Dengan keluhan demam. Dari anamnesa dengan pasien diperoleh data klien
mengeluh nyeri didaerah pubis, nyeri saat berkemih, urine keluar hanya
sedikit dan pedih. Mual kadang disertai muntah, pasien juga mengatakan nyeri
dipunggung.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Sejak 2 hari yang lalu, dengan keluhan demam. Sebelumnya klien berobat ke
puskesmas dan diberikan paracetamol, hct dan amoksilin. Namun sehari
sebelum dibawa ke RS pasien kambuh lagi. Pasien tidak bisa tidur dengan
nyenyak selalu terbangun dimalam hari karena adanya keinginan untuk
f)
berkemih.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
tidak terkaji
d) Genogram (2 generasi atas klien )
tidak terkaji
e) Riwayat PsikoSosial Spiritual dan Budaya
tidak terkaji
Data Biologis
Pola Kehidupan Sehari-hari (ADL)
No
Saat Sakit
hari
1
Nutrisi (makan)
- Frekuensi
- Jenis
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Porsi
Pantangan
Keluhan
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Mual kadang
disertai
muntah
Nutrisi (minum)
- Frekuensi
- Jenis
- Porsi
- Pantangan
- Keluhan
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Mual kadang
disertai
muntah
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Klien
mengeluh
nyeri didaerah
pubis,
nyeri
saat berkemih,
urine
keluar
hanya
sedikit
dan pedih
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Tidak terkaji
Pasien
tidak
bisa
tidur
dengan
nyenyak selalu
terbangun
dimalam
hari
karena adanya
keinginan
untuk
berkemih
6
2.
1)
a.
b.
c.
d.
2)
Personal Hygiene
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Keramas
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
Tidak terkaji
Tidak Terkaji
3) Mata
Inspeksi, palpasi : Tidak terkaji
4) Telinga
Inspeksi, palpasi :Tidak terkaji
5) Hidung
Inspeksi, palpasi :Tidak terkaji
6) Mulut
Inspeksi, palpasi :Tidak terkaji
7) Leher
Inspeksi, palpasi :Tidak terkaji
8) Dada Paru-paru
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi : tidak terkaji
9) Jantung
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi : tidak terkaji
10) Payudara dan ketiak
Inspeksi, palpasi : Tidak terkaji
11) Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi : hati limfe lambung dan usus :
adanya distensi abdominal
12) Genetalia
a. Alat kelamin wanita/pria : Tidak terkaji
b. Anus
: Tidak terkaji
13) Ekstremitas : Tidak terkaji
a. Otot
b. Tulang
c. Sendi
3. Data Psikologis
Tidak Terkaji
4. Data Sosial Dan Spiritual
Tidak terkaji
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang pada urine : urine bau menyengat, berwarna
keruh, terdapat lekosiuria +++++,
6. Informasi tambahan
Terapi saat ini diberikan terapi cefotaxime 3 x 1gr, profenid supp 3 x 1,
infus dekstrose 5% 20 tts/menit.
3. Analisa Data
Data
DS :
nyeri didaerah
pubis, nyeri saat
berkemih, urine
keluar hanya
sedikit dan
pedih, tidak
bisa tidur
dengan nyenyak
selalu
Etiologi/pathway
Masalah
Faktor resiko
keperawatan
Nyeri akut
(infeksi
mikroorganisme,
penggunaan steroid
dalam jangka
panjang, usia
lanjut, anomaly
saluran kmih,
cidera uretra dan
riwayat ISK)
terbangun
dimalam hari
karena adanya
keinginan untuk
berkemih
DO :
distensi
abdominal,
Hasil
pemeriksaan
Makanan
terkontaminasi
mikroorganisme
masuk lewat mulutlambung
Mikroorganisme
berkembang hidup
di lambung-usus
penunjang pada
urine : urine
player
bau menyengat,
berwarna keruh,
terdapat
Kuman
mengeluarkan
endotoksin
lekosiuria ++++
+
Bakteremia primer
Bakteri tidak
difagosit
Bakterimia
sekunder
Peradangan
Peningkatan
frekuensi/dorongan
kontraksi uretral
Depresi saraf
perifer
Nyeri
-
DS :
tidak bisa tidur
dengan nyenyak
selalu
terbangun
dimalam hari
karena adanya
keinginan untuk
berkemih
DO :
Faktor resiko
Gangguan
(infeksi
eliminasi urine
mikroorganisme,
penggunaan steroid
dalam jangka
panjang, usia
lanjut, anomaly
saluran kmih,
cidera uretra dan
riwayat ISK)
Hasil
pemeriksaan
penunjang pada
urine : urine
bau menyengat,
berwarna keruh,
Makanan
terkontaminasi
mikroorganisme
masuk lewat mulutlambung
terdapat
Mikroorganisme
lekosiuria ++++
berkembang hidup
+,
di lambung-usus
Usus terutama pleg
player
Kuman
mengeluarkan
endotoksin
Bakteremia primer
Bakteri tidak
difagosit
Bakterimia
sekunder
Ureter
Iritasi ureteral
Oliguria
Gangguan
DS :
- urine keluar hanya
sedikit dan pedih,
selalu terbangun
dimalam hari
karena adanya
keinginan untuk
eliminasi urine
Faktor resiko (infeksi
mikroorganisme,
penggunaan steroid dalam
jangka panjang, usia
lanjut, anomaly saluran
kmih, cidera uretra dan
riwayat ISK)
Retensi urine
berkemih.
DO :
distensi
abdominal,
Makanan terkontaminasi
mikroorganisme masuk
lewat mulut- lambung
Jaringan parut- total
tersumbat
Obstruksi saluran kemih
yang bermuara ke vesika
urinarius
Peningkatan vesika
urnarius
Penebalan dinding vesika
urnarius
Penurunan kontraksi otot
vesika urnarius
Kesulitan berkemih
DS :
-dengan keluhan
demam
DO :
S= 37,80C
Retensi urin
Faktor resiko (infeksi
mikroorganisme,
penggunaan steroid dalam
jangka panjang, usia
lanjut, anomaly saluran
kmih, cidera uretra dan
riwayat ISK)
Makanan terkontaminasi
mikroorganisme masuk
Hipertermi
DS :
Mual kadang
disertai muntah
mikroorganisme,
penggunaan steroid dalam
jangka panjang, usia
lanjut, anomaly saluran
kmih, cidera uretra dan
riwayat ISK)
Makanan terkontaminasi
mikroorganisme masuk
lewat mulut- lambung
Mikroorganisme
berkembang hidup di
Kekurangan
Volume Cairan
lambung-usus
Usus terutama pleg player
Kuman mengeluarkan
endotoksin
Bakteremia primer
Bakteri tidak difagosit
Bakterimia sekunder
Reinteraksi abdominal
Obstruksi
Mual muntah
Kekurangan
volume cairan
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih sruktur
traktus urinarius
2) Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain
3) Retensi urine b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung
kemih
4) Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme dan prose penyakit
5) Kekuranagan volume cairan b.d kehiangan caiaran aktif ditanda
dengan mual, muntah
5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
NOC
Keperawatan
Nyeri akut b.d
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
NIC
Pain management
1. Monitor tand-tanda
vital
sruktur traktus
diharapkan nyeri
urinarius
terkontrol
lokasi, karacteristik,
frekuensi,
Mampu mengontrol
nyeri ( tahu
penyebab nyeri,
mampu
2. Monitor
nyeri
kualitas,
intensitas
3. Observasi
tentang
ketidaknyamanan
4. Anjurkan
pasien
menggunakan
mengungkapkan
teknik non
pengetahuan
farmakologi untuk
keyakinan
mengurangi nyeri
nyeri
mencari bantuan )
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
dan
tetntang
menggunakan
-
management nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah
Gangguan eliminasi
nyeri berkurang
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1. Monitor intake
mekanik pada
kandung kemih
diharapkan eliminasi
dan output
2. Monitor
ataupun struktur
urin lancar
penggunaan obat
antikolionergik
Kandung kemih
3. Monitor tanda
dan gejala ISK
(panas,
hematuria,
perubahan bau
dan konsistensi
urine)
4. Sediakan privacy
untuk eliminasi
5. Stimulasi reflek
bladder dengan
kompres dingin
pada abdomen
6. Memantau
tingkat distensi
kandung kemih
dengan palpsi
dan perkusi
Urinary retention care
Setelah dilakukan
peningkatan tekanan
tindakan keperawatan
1. Monitor intake
kandung kemih
diharapkan eliminasi
dan output
2. Monitor
lancar
Dengan kriteria hasil :
-
Kandung kemih
penggunaan obat
antikolionergik
3. Monitor tanda
dan gejala ISK
(panas,
hematuria,
perubahan bau
dan konsistensi
urine)
4. Sediakan privacy
untuk eliminasi
5. Stimulasi reflek
bladder dengan
kompres dingin
pada abdomen
6. Kolaborasi
Kateterisai jika
perlu
Temperature regulation
Hipertermia b.d
Setelah dilakukan
peningkatan laju
tindakan keperawatan 1.
selama 5x24 jam
Monitor TTV
2.
diharapkan suhu tubuh
Monitor temperature setiap 2
menurun
jam sekali s
3.
Dengan kriteria hasil
Monitor warna kulit dan suhu
- Tanda-tanda
vital
kulit
dalam batas normal4.
RR : 16 20
Kolaborasi
pemberian
antipiretik
x/menit
N : 80 100 (paracetamol)
metabolisme dan
prose penyakit
x/menit
TD :
120/90
mmHg
S : 35 37C
-
Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak
Kekuranagan volume
ada pusing
Setelah dilakukan
Fluid management
1. Pertahankan
tindakan keperawatan
output yang
melakukan
-
Fluid balance
Hydration
Nutrional status :
food and fluid intake
Dengan kriteria
hasil :
Mempertahankan
urine output sesuai
dengan ussia dan
BB, BJ urine
normal, HT normal
Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal
Tidak ada dehidrasi,
elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
akurat
2. Monitor status
hidrasi
(kelembaban
membran
mukosa, nadi
adekuat, tekanan
darah ortostatik)
jika di perlukan
3. Monitor vital sign
4. Monitor masukan
makanan/ cairan
dan hitung intake
kalori harian
5. Monitor stsatus
nutrisi
6. Kolaborasikan
pemberian cairan
IV
V.
Berfikir Kritis
a. Studi kasus
Ny. M Berusia 26 tahun masuk ruang Bougenvile sejak 2 hari yang lalu,
dengan keluhan demam. Dari anamnesa dengan pasien diperoleh data
klien mengeluh nyeri didaerah pubis, nyeri saat berkemih, urine keluar
hanya sedikit dan pedih. Mual kadang disertai muntah, pasien juga
4.
tersebut?
a.
Tourniquet test
b.
Rontgen
c.
Pemeriksaan darah lengkap
d.
Pemeriksaan EKG
e.
Urin
Seorang klien dirawat dengan diagnose ISK, kondisi klien menunjukan Nyeri
yang sering dan rasa panas ketika berkemih, Spasame pada area kandung
kemih dan suprapubis, Hematuria, Nyeri punggung dapat terjadi. Merupakan
5.
ISK apa ?
2.
Kandung kemih (sistitis)
3.
Uretra (uretritis)
4.
Prostat (prostatitis)
5.
Ginjal (pielonefritis)
Seorang perawat
memberikan
penyuluhan
pada
6.
perindukan nyamuk.
c. Tidak menahan buang air kecil
d. Menjaga lingkungan sekitar rumah
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh DS : anak saya gatal-gatal,
menggaruk-garuk tangan dan kakinya dan sesekali, dia gelisah
DO : Kulit kering, terdapat luka,kulit teraba kasar.
Masalah keperawatan apa yang bisa ditegakan dari data tersebut
8.
9.
10.
diagnose tersebut :
a.An jurkan pasien untuk banyak istirahat (bedrest)
b. Lakukan pemeriksaan ct-scan
c.Kompres air hangat
d. Beri makan sedikt tapi sering
e.Anjurkan dilakukan transfuse darah
Apakah komplikasi yang bisa terjadi apabila klien ISK
tidak mendapatkan perawatan yang optimal?
VIII.
a.
Syok
3. Sepsis
b.
Ensefalopati
4. Gagal Ginjal
Daftar Pustaka
laju