Anda di halaman 1dari 30

All About Geologi

kita hanya punya satu bumi maka jagalah


D esem ber 11, 2014
Proposal Pemetaan Geologi Daerah Lompo Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan dari suatu individu dalam mengimplimentasikan teori yang di dapat selama
perkuliahan ke lapangan atau daerah penelitian merupakan indikator penilaian dari dosen untuk
menentukkan kelulusan dari matakuliah Pemetaan Geologi yang diajarkan pada Program Studi
Teknik Geologi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Kemampuan
dalam menguasai teori yang digunakan dalam mengembangkan keilmuan yang telah dimilikinya
serta kemampuan praktis yang digunakan dalam mengimplementasikan keilmuan itu sendiri
dilapangan sewajarnya berjalan beiringan.
Dunia pendidikan, yang dalam hal ini diwakili oleh dunia perguruan tinggi, sudah
seharusnya mempersiapkan diri dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggulan yang
nantinya dapat bersaing dengan SDM yang lain, baik dari dalam maupun dari luar negri dalam
mengembangkan teknologi masa depan dan bursa ketenagakerjaan.
Oleh sebab itulah dilakukan penelitian pada daerah Daerah Lompo Kecamatan Lamuru
Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan, guna untuk mengumpulkan data-data geologi berupa
data geomorfologi, stratigrafi, struktur dan jenis litologinya, serta data-data lain yang dianggap
perlu. Data kemudian diolah dan dirangkum dalam bentuk laporan yang nantinya dapat berguna
untuk kepentingan pengembangan wilayah dan pengembangan keilmuan kedepannya .
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian pada Daerah Daerah Lompo Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone
Provinsi Sulawesi Selatan ini adalah untuk melakukan pemetaan geologi permukaan secara
umum dengan menggunakan peta dasar skala 1 : 25.000
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

untuk mengetahui jenis litologi daerah penelitian

2.

untuk mengetahui kondisi geomorfologi daerah penelitian

3.

untuk mengetahui tatanan stratigrafi daerah penelitian

4.

untuk mengetahui struktur geologi daerah penelitian

5.

untuk mengetahui potensi bahan galian daerah penelitian

6.

membuat sejarah geologi daerah penelitian.

1.3 Batasan Masalah


Penelitian geologi ini dilakukan dengan membatasi masalah pada penelitian yang
berdasarkan aspek- aspek geologi dan terpetakan pada skala 1 : 25.000. Aspek-aspek geologi
tersebut mencakup geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi, dan bahan galian.
1.4 Waktu, Letak, dan Kesampaian Daerah
Secara administratif daerah penelitian termasuk dalam wilayah Daerah Lompo
Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan dan secara geografis terletak
pada koordinat 119o5700 BT 1200100 BT dan 043300 LS 043600 LS (Gambar
1.1).
Daerah penelitian termasuk dalam Lembar Lalebata, nomor 2011-34 dan Lembar Taccipi
nomor 2111-13 Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000 yang diterbitkan BAKOSURTANAL
edisi I tahun 1991 (Cibinong, Bogor). Daerah penelitian mencakup luas wilayah kurang
lebih 41,07 km.

Gambar 1.1 Peta tunjuk lokasi penelitian.


Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan transportasi darat dari Makassar
menuju Kabupaten Bone menggunakan kendaraan bermotor beroda dua atau beroda empat yang
ditempuh sekitar kurang lebih 4 jam.
1.5 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan penelitian ini di bagi atas
dua, yaitu yang akan digunakan pada lapangan dan yang akan di gunakan saat pengolahan data
atau analisis laboratorium.
Alat dan bahan yang digunakan di lapangan terdiri dari:

peta topografi bersekala 1 : 25.000 yang merupakan hasil pembesaran dari peta rupa bumi sekala
1 : 50.000 terbitan Bakosurtanal
Global Positioning System (GPS)
Kompas geologi
Palu geologi
Komparator
Buku catatan lapangan
Loupe perbesaran 10x
Larutan HCl ( 0,1 N )
Kamera digital
Pita meter
Kantong sampel
Clipboard
Alat tulis menulis
Ransel lapangan
Busur dan penggaris
Roll meter
Perlengkapan pribadi
Sedangkan alat dan bahan yang akan digunakan selama pengolahan data dan analisis
laboratorium, adalah sebagai berikut:
Mikroskop polarisasi untuk analisis petrografi
Mikroskop binokuler untuk analisis mikropaleontologi
Penuntun dan referensi yang berhubungan dengan penelitian
Ayakan (Mesh 175/200)
Preparat fosil
Tabel deskripsi
Table Michael Levy
Sayatan tipis batuan
Alat tulis-menulis dan gambar
Foto sayatan tipis dan negatif film
1.6 Peneliti Terdahulu
Beberapa ahli geologi yang pernah mengadakan penelitian di daerah ini yang sifatnya
regional diantaranya adalah sebagai berikut :
Van Bemmelen (1949), melakukan penelitian geologi umum di Indonesia, termasuk Sulawesi
Selatan.
Rab Sukamto (1975), penelitian pulau Sulawesi dan pulau-pulau yang ada disekitarnya dan
membagi kedalam tiga mandala geologi.
Rab Sukamto (1975), penelitian perkembangan tektonik sulawesi dan sekitarnya yang
merupakan sintesis yang berdasarkan tektonik lempeng.
Sartono Astadireja (1981), Mengadakan penelitian geologi Kuarter Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara.

Van Leeuwen, T.M. (1981), The Geology of Southwest Sulawesi with special reference to The
Biru area, In: Barber, A.J & Wiryosujono, S. (eds), The Geology and Tectonics of Eastern
Indonesia, GRDC, Bandung, Spec. Publ., No.2, 277-304.
Hasan Ngabito (1990), membuat Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian Propinsi Sulawesi
Selatan, Skala 1 : 500.000.

BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geomorfologi Regional


Di

daerah

Lembar

Pangkajene

dan

Watampone

Bagian

Barat

terdapat

dua barispegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisahkan
oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang barat menempati hampir setengah luas daerah,
melebar di bagian selatan (50 km) dan menyempit di bagian utara (22 km). Puncak tertingginya
1694 m, sedangkan ketinggian rata-ratanya 1500 m. Pembentuknya sebagian besar batuan
gunungapi. Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kras,
penceminan adanya batugamping. Di antara topografi kras di lereng barat terdapat daerah
pebukitan yang dibentuk oleh batuan Pra-Tersier. Pegunungan ini di baratdaya dibatasi oleh
dataran Pangkaiene-Maros yang luas sebagai lanjutan dari dataran di selatannya.
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rerdah, dengan puncaknya ratarata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga pegunungan ini sebagian besar berbatuan
gunungapi. Bagian selatannya selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke utara meyempit dan
merendah, dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone.
Bagian utara pegunungan ini bertopografi kras yang permukaannya sebagian berkerucut.
Batasnya di timurlaut adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati hampir
sepertiga bagian timur.
Lembah Walanae yang memisahkan kedua pegunungan tersebut di bagian utara selebar 35Km.
tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Di tengah tendapat Sungai Walanae yang mengalir ke utara
Bagian selatan berupa perbukitan rendah dan di bagian utara terdapat dataran aluvium yang
sangat luas mengelilingi D. Tempe.

2.2 Stratigrafi Regional

Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan ularabasa, batuan
malihan dan batuan melange. Batuannya terbreksikan dan tergerus dan mendaun, dan
sentuhannya dengan formasi dl sekitarnya berupa sesar atau ketidselarasan. Penarikhan
radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta tanun Kemungkinan menunjukkan peristiwa
malihan akhir pada tektonik Zaman Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh
endapan flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan
berumur Kapur Akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itudengan bukti adanya sisipan
lava dalam flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5- 63,0 it), dan diendapkan dalam lingkungan
laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur Akhir. Batuan sedimen Formasi
Malawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak
selaras batuan gunangai Paleosen dan batuan flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa ini
secara berangsur beralih ke endapan karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara menerus
dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen Tengah. Tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000
m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen
klastika Formasi Salo Kalupang yang Eosen sampai Oligosen bersisipan batugamping
dan mengalasi batuan gunungapi Kalamiseng Miosen Awal di timur.
4
Sebagian besar pegunungan, baik yang di barat maupun yang di timur, berbatuan gunungapi. Di
pegunungan yang timur, batuan itu diduga berumur Miosen Awal bagianatas yang membentuk
batuan Gunungapi Kalamiseng Di lereng timur bagian utara pegunungan
yang barat, terdapat batuan Gunungapi Soppeng yang diduga juga berumur Miosen Awal. batuan
sedimen berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi
yang berumur antara 8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba
yang tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari Formasi
Camba ini yang menindih tak selarasFormasi Tonasa.
Selama Miosen akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah Walanae di
endapkan sedimen klastika Formasi Walanae. Batuan itu tebalnya sekitar 4500 m, dengan
bioherm batugamping koral tumbuh di beberapa tempat (batugamping Anggota Taccipi).
Formasi,

Walanae

berhubungan

menjemari

dengan

bagian atas Formasi

Camba.

Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahanbagi
Formasi Walanae. Kegiatan gunungapi yang masih terjadi di beberapa tempat selama

Pliosen, dan menghasilkan batuan gunungapi Parepare (4,25-4,95 juta tahan) danBaturapeCindako, juga merupakan sumber bagi formasi itu.
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat dengan
kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill dan retas, bersusunan beraneka dari
basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit. dan berumur berkisar dari 8.3 sampai 19 2
juta tahun.
Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah ini, dan juga
tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara Pangkajene dan di beberapa tempat di tepi
Sungai Walanae,

rupanya

terjadi

selama Pliosen.

Endapan

Holosen yang

luasberupa aluvium terdapat di sekitar D. Tempe, di dataran Pangkajene-Maros dan di bagian


utara dataran Bone.
Endapan Permukaan
Qpt ; ENDAPAN

UNDAK : kerikil,

pasir

dan

lempung,

membentuk

dataran

rendahbergelombang di sebelah utara Pangkajene. Terutama berasal dari batua pra-tersier di


sebelah timur Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium
yang lebih muda. Satuan ini barangkali dapat dinasabahkan dengan endapan undak di dekat
sungai Walanae yang mengandung tulang gajah purba yang berumur Plistosen; tidak terpetakan.
Lempung, pasir dan kerikil yang tidak terpetakan di daerah tata-sungai Walanae mungkin
termasuk satuan ini.
Qc ; TERUMBU KORAL : batugamping terumbu, dibeberapa tempat di sepanjang
pantai terangkat membentuk singkapan kecil. Yang dipetakan hanya ditemukan di selatan Marek.
Di dangkalan Spermonde terumbuh koral muncul ke atas muka laut, melampar kira-kira
60 km di lepas pantai ke arah barat, dan kira-kira 50 km di lepas pantai ke arah timur di bagian
selatan Lembar.
5
Qac ; ENDAPAN ALUVIUM, DANAU DAN PANTAI : lempung, lanau. lumpur pasir dan
kerikil di sepanjang sungai besar, di sekitar lekuk Danau Tempe, dan di sepanjang pantai.
Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral (Qc). Sisipan
lempung laut yang mengandung moluska (Arca,. Trocbus dan Cypraea) dan buncak besi terdapat
di sekitar Danau Tempe (tHoen & Ziegler, 1915). Undak sungai yang berumur Plistosen (tak
terpetakan) di Kampung Sompoh, dekat Sungai Walanae, mengandung tulang gajah purba yang
dikenali sebagai Archidiscodon celebensis (Hooijer, 1949).

Batuan Sedimen dan Bautan Gunungapi


Kb ; FORMASI BALANGBARU : sedimen tipe flysch; batupasir berselingan dengan
batulanau, batulempung dan serpih bersispan konglomerat, batupasir konglomeratan. tufa dan
Lava; batupasirnya bersusunan grewake dan arkosa. sebagian tufaan dan gampingan: pada
umumnva menunjukkan struktur turbidit; di beberapa tempat di temukan konglomerat dengan
susunan basal, andesit, diorit. serpih, tufa terkersikkan, sekis,kuarsa, dan bersemen batupasir;
pada umumnya padat dan sebagian serpih terkersikkan. Di bawah mikroskop, batupasir dan
batulanau terlihat mengandung pecahan batuan beku, metasedimen dan rijang radiolaria. Daerah
baratlaut mengandung banyak batupasir dan ke arah tenggara, lebih banyak batulempung dan
serpih.
Baru-baru ini Labaratorium Total CTF mengenali Globotruncana pada serpih -lanauan
dari sebelah timur Bantimala, dan pada grewake dari jalan antara Padaelo Tanetteriaja yang
berumur Kapur Akhir (P.F Burollet, hubungan tertulis, 1979). Formasi ini tebalnya sekitar 2000
m; tertindih tak selaras batuan Formasi Mallawa dan BatuanGunungapi Terpropilitkan, dan
menindih tak selaras Kompleks Tektonik Bantimala.
Km ; FORMASI

MARADA :

(van Leeuwen.

1974):

sedimen

bersifat

flysch;

perselingan batupasir, batulanau, arkosa, grewake. serpih dan konglomerat; bersisipan batupasir
dan batulanau gampingan, tufa. lava dan breksi yang tersusun oleh basal, andesit dan trakit.
6
Batupasir dan batulanau berwarna kelabu muda sampai kehitaman; serpih berwarna kelabu tua
sampai coklat tua: konglomerat tersusun oleh kerikil andesit dan basal: lava dan breksi
terpropilitkan kuat dengan mineral sekunder berupa karbonat, silikat, serisit, klorit dan epidot.
Fosil Globotruncana dari batupasir gampingan yang dikenali oleh PT Shell menunjukkan umur
Kapur Akhir dan diendapkan di lingkungan neritik dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis.
1978). Formasi ini tebalnya lebih dari 1000 m.
Teos ; FORMASI SALO KALUPANG : batupasir, serpih dan batulempung. berselingan
dengan konglomerat gunungapi, breksi dan tufa bersisipan lava, batugamping dan napal,
batulempung. serpih dan batupasir di beberara tempat tercirikan oleh warna merah, coklat,
kelabu dan hitam; setempat mengandung fosil moluska dan foraminifera, terutama di dalam
lapisan batugamping dan napal pada umumnya gampingan. padat dan sebagian dengan urat
kalsit, sebagian serpihnya sabakan; kebanyakan lapisan terlipat kuatdengan kemiringan antara
20 - 57. penampang di Salo Kalupang memperlihatkan lebih banyak konglomerat di bagian
barat, dengan komponen andesit dan basal. Di sebelah timur Palatae tersingkap lebih banyak

tufa dan batupasir

daripada

banyak singkapan

di

SaLo

serpih daripada

Kalupang. Ditimur

Samaenre

di tempat lain;batuannya

terdapat

berwarna

lebih
coklat

kemerahan dan kelabu berselingan dengan batugampingberlapis (Teol) dan batupasir.


Fosil foraminifera

yang

dikenali

1971 dan 1974).dan lokasi

oleh D. Kadar (hubungan tertulis,

A.29.b.

Tc.239.b dan Tc.239.d

yang, di antaranya Discocyclina javana(VERBEEK), Nummulites sp. , N. gizehensis FORSKAL.


V pengaronensis (VERBEEK),Heterostegina sp, Catapsydrax unicavus BOLLI-LOEBLICHTAPPAN, Globorotalia opimaBOLLI. Globigerina binaensis KOCH, Gn. tripartita BOLLI. Gn.
tapuriensis BLOW & BANNER,Gn. venezuelana HEDBERG, ganggang dan lithothamnium.
menunjukkan kisaran umur Eosen Awal - Oligosen Akhir. Tebal satuan ini diperkirakan
tidak kurang dari 4500 m.
Tem

; FORMASI

batulempung. dannapal,

dengan

MALAWA : batupasir, konglomerat,


sisipan

lapisan

atau

batulanau.

lensa batubara dan

batulempung;

Batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa, ada pula yang arkosa, grewake. dan tufaan,
umumnya berwarna kelabu muda dan coklat muda; pada umumnya bersifat rapuh, kurang padat;
konglomeratnya sebagian kompak; batulempung. batugamping dan napal umumnya mengandung
moluska yang belum diperiksa, dan berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa
lensa setebal beberapa sentimeter dan berupa lapisan sampai 1,5 m.
7
Penelitian palinologi terhadap sisipan batubara telah dilakukan oleh Asrar Khan (M.E - Scrutton,
Robertson
Research, hubungan tertulis, 1974) dan oleh Robert H. Tschudy (Don E. Wolcort, USGS,
hubungan tertulis, 1973). Sepuluh buah contoh dari singkapan B.32 (a-f) dan B.54 (a-c, dan
RR.10), daerah Tanetteriaja, dan sebuah dari dekat galian lempung di Tonasa mengandung fosil
mikroflora

sbb.: Acritarchs sp.,

Anacolosidites sp.,

Anno daceae

sp.

Barringtonia sp,Betulaceae pollen,


Bombacaceae sp., Compositae sp. Cyatbidites sp., Dicolpopollis
verrucate, D.
Gunnerasp., Intratriporopollenites,

cf , D.

kalewesis,

D.

smooth, Dinoflagellates sp., Florscbuetzia trilobata,


Leotriletes sp., Monosulcate

pollen,

Monosulites

sp.,Myricaceae pollen, Olacacea sp., Palmea pollen, Psilamonoletes sp,.Retitricolpitesantonii.


Retikutcbensis (VENKATCHALA

&

KAR.

1968),Sapotaceoidacpollenites sp., Sterculiaceae sp., Syncolporate


Tetraporina sp.,Tricolpate pollen,

Tricolpate

verrucate

pollen,

pollen,
Triporate

pollen.

Verrucatosporites sp.,Verrustriletesmajor. dan Verrutricolporites sp. Berdarsarkan fosil tersebut


A . Khan danR.H. Tschudy memperkirakan umur Paleogen dengan lingkungan paralas sampai
dangkal.
Berdasarkan fosil Ostrakoda dari contoh batuan B.45/e. E. Hazel memperkirakan, umur
Eosen (DL. Wolcort. USGS, hubungan tertulis. 1973). Fosil Ostracoda yang dikenali
adalah: Bairdiiac sp,. Cytberella sp,. Cytberelloidea sp,.1 Cytberelloidea sp.2, Cytboropteron
sp.1, Cytboropteron sp.2, Kritbinids sp,. Loxoconcba sp,. Paijenborcbella sp, Pokornyella sp,
Traciryleberis sp, Dan xestoberis sp. Tebal formasi ini tidak kurang dari 400 m ; tertindih selaras
oleh batugamping Temt. dan menindih tak Selaras batuan sedimen Kb dan batuan gunungapi
Tpv.
Temt ; FORMAST TONASA : batugamping

koral

pejal

sebagian

terhablurkan.

Berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit. Berwarna putih coklat
muda dan kelabu muda. sebagian berlapis baik, berselingan dengan napal globigerina tufaan;
bagian bawahnya

mengandung

batugamping

berbitumen,

setempat

bersisipan

breksi batugamping dan batugamping pasiran; di dekat, Malawa, daerah Camba terdapat
batugamping yang mengandung glaukonit, dan di beberapa tempat di daerah Ralla ditemukan
batugamping yang mengandung banyak sepaian sekis dan batuan ultramafik; batugamping
berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera besar, napalnya banyak mengandung
foraminifera

kecil

dan

beberapa lapisan

napal pasiran

mengandung

banyak

kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda) besar.


Batugamping pejal pada umumnya terkekarkan kuat; di daerah Tanetteriaja terdapat
tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur barugamping berlapis. Fosil daribatuan Formasi
Tonasa telah dikenali oleh D. Kadar (Hubungan tertulis 1971, 1973), Reed & Malicoat (M.W.
Konts, hubungan tertulis, 1972), Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973,1974), dan oleh
Sudiyono (hubungan tertulis, : 1973). Contoh batuan yang dianalisa dari lokasi: A.46, A.112,
B.28.b. B.29. B30. B.33, P.58, B. 129, C.8, C51, D.30, Ta.72, Ta.79. Ta.81, Ta.90. Ta.131,
Ta.134.d, Ta.186.a.

Ta.452,

Ta.506.

Tb.2.

Tc.65.a.

Tc.94,

Tc.100,

Tc.134,

Td.6,

Td.20. Td.63, Td.70. Td.101, Td.112, Td.116, Te.121, Te.216.a, Ti.1, Ti.3, dan Ti.9. Fosil yang
dikenali

termasuk: Dictyoconus sp., Asterocydina sp., An.

matanzensisCOLE, Biplanispira sp., Discocyclina sp., Nummulites sp., N.


atacicus LEYMERIE. N.
DORBIGNY, Alveolinella

pangaronensis (VERBEEK), Fasciolites sp., F. oblonga


sp.,

Orbitolites sp., Pellatispira sp., P. madaraszi HANTKEN, P.

orbitoidae PROVALE.

P.provaleae YABE, Spiroclypeus sp., S.

tidoenganensis VAN DER

VLERK. S. verinicularis TAN,Globorotalia sp., Gl. centralis CUSHMAN & BERMUDEZ, Gl,
mayeri CUSHMAN &
STAINFORTH. Gl.

ELLISOR,Gl. obesa BOLLI, Gl


siakensis (LE

ROY),Globoquadrina

preamenardii CUSHMAN

&

altispira (CUSHMAN

&

JARVIS), Gn. dehiscens (CHAPMAN-PARR

COLLINS)

Hantkenina alabamensis CUSHMAN, Heterostegina sp., H.

bornensis VAN

DER

VLERK,Austrotrillina bowcbini (SCHLUMBERGER), Lepidocyclina sp., L. cf. Omphalus TAN,


L.

Ephippioides JONES,

L,

sumatrensis (BRADY), L.

parva

OPPENOORTH, Iniogypsina sp.,Globigerina sp., G. venezuelana HEDBERG, Globigerinoides s


p., Gd. altiaperturus BOLLI,

Gd. immaturus LE ROY, Gd. Subquadratus BRONNI-

MANN, Gd. trilobus (REUSS), Orbulinabilobata (DORBIGNY). O. suturalis BRONNIMANN


, O. universa DORBIGNY, Opercuna sp.,Amphistegina sp. dan Cycloclypeus sp. Gabungan fosil
ini menunjukkan kisaran umur dari Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf), dan
lingkungan neritik dangkal hingga dalam dan laguna. Tambahan pulah ditemukan fosil-fosil
foraminifera yang lain. ganggang, koral dan moluska dalam formasi ini.
Tebal formasi ini diperkirakan tidak kurang dari 3000 m; menindih selaras batuan
Formasi Malawa, dan tertindih tak selaras batuan Formasi Camba; diterobos oleh sill,retas, ban
stok batuan beku yang bensusunan basal, trakit, dan diorit.
9
Tmc ; FORMASI CAMBA : batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi;
batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau dan batulempung; bersisipan
dengan napal, batugamping konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara,
berwarna beraneka, putih , coklat, merah, kuning, kelabu muda sampai kehitaman: umumnya
mengeras kuat dan sebagian kurang padat; berlapisan dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm.
Tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna,merah mengandung banyak
mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan
ukuran antan 2 cm dan 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung
pecahan koral dan moluska: batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram
kecil dan moluska; sisipan batubara setebal 40 cm ditemukan di S. Maros. Pada
umumnya berlapis baik, terlipat lemah dengan kemiringan sampai 30.
Fosil dari Formasi Camba telah dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis. 1971, 1973,
1974). A.F Malicoat (M.W. Kontz, hubungan tertulis, 1972), dan oleh Purnamaningsih
(hubungan tertulis, 1974), dari contoh batuan: B.27, B.73, B.134. C.43, C.44. Ta.57. Ta.153.
Ta.243. Ta.275, Ta.276, Tc.48. Tc.416. Td.46, Td.182. Td.332, dan Ti.15. Fosil-fosil yang
dikenali

termasuk: Lepidocyclina cf.

borneensis PROVALE. Lephippioides JONES &

CHAPMAN. L. sumatrensis (BRADY) Iniogypsina sp., Globigerina venezuelana HEDBERG ,G


loborotalia baroemoenensis LEROY. Gl.

mayeri CUSHMAN

& ELISOR, Gl menardii(DORBIGNY. Gl lenguaensis BOLLI. Gl.


lobata BERMUDEZ. G.l obesa BOLLI, Gl.peripheroacuta BLOW
& BANNER. Gl. praemenardii CUSHMANN & STAINFORTH. Gl.siakensis (LEROY) Globoq
udrina altispira (CUSHMAN

JARVIS,, Gn dehiscens (CHAPMAN

COLLINS) Globerinaoides

PARR-

immaturus LEROY. Gd.

obliquas BOLLI, Gd. Sacculifer(BRADY, Gd. Subquadratus BRONNIMANN. Gd. Trilobus (RE
USS), Orbulina universaDORBIGNY, Biorbulina bilobata (DORBIGNY), Operculina sp.,
Cycloclypeus

sp.,

Hastigerina

Praesiphonifera BLOW, Sphaeroidinellopsis seminulina (SCEWAGER), Sp. kochi (CAUDRIE),


dan Sp.

subdehiscens BLOW.

Gabungan

fosil

ini

menunjukkan

umur berkisar

dari MiosenTengah sampai Miosen Akhir (N.9N.15), dan lingkungan neritik.


Lagi pula ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain, ganggang dan koral dalam formasi
ini. Kemungkinan sebagian dari Formasi Camba diendapkan dekat daerah pantai. Secara
setempat ditemukan pula fosil berumur Pliosen Awal, seperti yang di sebelah utara Ujung
Pandang.
Satuan ini tebalnya sekitar 5000 m, menindih tak selaras batugamping dari Formasi
Tonasa (Temt) dan batuan dari Formasi Malawa (Tem), mendatar berangsur berubah jadi bagian
bawah dari pada Formasi Walanae (Tmpw); diterobos oleh retas, Sil dan stok bersusunan basal
piroksen, andesit dan diorit.
Tmcv, Anggota Batuan Gunungapi; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi
gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapili; bersisipan
batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping
dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal; umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian
terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang diterobosoleh retas, sill dan stok bersusunan
basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat.
Pemeriksaan petrografi menunjukkan fonolit nefelin, porfiri sienit nefelin, diabas
hipersten, tufa batuan basa andesit, andesit, andesit trakit dan basal leusit (Subroto dan
Saefuddin, hubungan tertulis, 1972): dan tefrit leusit basanit leusit, leusitit dan dasit (von Steiger,
1913).

Penarikan Kalium Argon pada batuan basal dari lokasi 7 menghasilkan 17,7 juta tahun
(Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis, 1972), dasit dan andesit dari lokasi 1 dan 2 masingmasing

menghasilkan umur 8,93 dan

9,29

juta tahun

(ET.D.

Obradovich,

hubungan

tertulis, 1974), dan basal dari Birru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. vaan Leeuwen, hubungan
tertulis,

1978).

Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan sepaian koral.
Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasirlempungan,
napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera.
Fosil yang dikenali oleh Sudiyono dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973, 1974)
dari lokasi Td.7 dan Td.338 adalah Globigerina venezuelana (HEDBERG), Globorotalia
mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl. menardii (DORBIGNY), Gl. siakensis (LEROY). Gl.
acostaensis BLOW, Gl.

Cf.

dutertrei,

Globoquadrin.a altispira (CUSHMAN

&

JARVIS),Globigerinoides extremus BOLLI. Gd immaturus LEROY, Gd. obliqus BOLLI. Gd.


ruber(DORBIGNY) Gd.
aequilateralis

sacculifer (BRADY), Gd.

trilobus (REUSS), Hastigerina

(BRADY), dan Sphaerodinellopsis subdehiscens (BLOW).

Baik gabungan fosil

maupun data radiometri menunjukkan jangka umur Miosen Tengah - Miosen Akhir.
Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan laut neritik sebagai fasies
gunungapi Formasi Camba,
dan batuanFormasi

Malawa;

menindih

tak

sebagian

selaras
terbentuk

batugamping Formasi Tonasa


dalam

lingkungan

darat,

setempat breksi gunungapi mengandung sepaian batugamping seperti yang ditemukan di S.


Paremba; tebal diperkirakan tidak kurang dari 4000 m.
Tmca : Basal di

sekatar G. Gatarang yang dikelilingi tebing melingkar

menyerupaikaldera, dan juga di beberapa tempat yang lain, tercirikan oleh limpahan kandungan
leusit.
Tmcl, Anggota Batugamping, batugamping, batugamping tufaan, batugampingpasiran,
setempat dengan sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan sarang, berbutir halus sampat kasar;
putih, kelabu, kelabu kecoklatan, coklat muda dan coklat; sebagianmengandung glaukonit: fosil
terutama foraminifera, dan sedikit moluska dan koral.
Fosil

yang

dikenali

contoh batuanTa.37, Ta.52,

oleh

D.

Radar

Ta.58.a,

(hubungan
Td.104

tertulis,

1973)

dan

dan Td.105,

adalah: Lepidocyclina sp., L. cf) omphalus TAN,L. sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki (NEWTON
& HOLLAND), Mogypsina

sp.,

M.thecidaeforinis

(RUTTEN), M. cf. cupulaeforinis (ZUFFARDI-COMERCY), Globorotalia sp.,Gl. Mayeri


CUSHMANN & ELLISOR, Gl. lobata BERMUDEZ, Gl. praemenardii CUSHMANN &
STAINFORTH. Gl praescitula BLOW, Gl.

siakensis (LEROY), Globorotaloides

variabilis BOLLI,Globoquadrina altispira (CUSHMAN

& JARVIS), Gn.

globosa BOLLI, Globigerinoides sp., Gd. immaturus LEROY. Gd. sacculifer (BRADY) Gd.
subquadratus BRONNIMANN, Biorbulina
bilobata (DORBIGNY), Orbulina suturalis BRONNIHANN,

O.

universa

DORBIGNY, Hastigerina siphonifera (DORBIGNY), Sphaeroidinellopsis

kochi

(GAUDRIE), Sp.Seminulina (SGHWAGER), Operculina sp., Amphistegina sp., Cyclocypeus sp.,


dan ganggang. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf; N.9 - N. 13).
Tmpw ; FORMAS1 WALANAE : batupasir berselingan dengan batulanau, tufa, napal,
batulempung. konglomerat dan batugamping : Sebagian memakas dan sebagian repih ;
umumnya berwarna muda, putih keabuan, kecoklatan dan kelabu muda. Batupasir berbutir halus
sampai kasar, umumnya tufaan dan gampingan, terdiri terutama darisepaian batuan beku dan
sebagian mengandung banyak kuarsa. Komponen batuan gunungapi jumlahnya bertambah secara
berangsur ke arah barat dan selatan, terdiri dari butiran abu hingga lapili, tufa kristal, setempat
mengandung banyak batuapung dan biotit. Konglomerat ditemukan lebih banyak di bagian
selatan dan barat, tersusun terutama dari kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal. Ke arah
utara dan timur jumlah karbonat dan klastika bertambah; di sekitar Tacipi batugamping
berkembang jadi anggota Tacipi; di daerah sekitar Watampone ditemukan lebih banyak
batugamping pasiran berlapis yang berselingan dengan napal. batulempung, batupasir dan tufa.
Fosil foram kecil banyak ditemukan di dalam napal dan sebagian batugamping; setempat
moluska ditemukan melimpah di dalam batupasir, napal dan batugamping; di daerah selatan
setempat ditemukan ada tumbuhan di dalam batupasir silangsiur dan beberapa lensa batubara di
dalam batulempung; batutahu ditemukan di dalam batupasir dekat Pampanua dan Sengkang,
daerah utara.
Fosil foraminifera yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1973. 1974), oleh
Pumarnaningsih dan M. Karmini (hubungan tertulis, 1974) dan contoh batuan Ta.150. Ta.157,
Ta.168. Ta.192. Ta.219. Ta. 24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan Te.75, adalah:Lepidocyclina sp.,
Katacyclocypeus sp., Miogypsina sp.. Globigerina bulloides DORBIGNY,G. nephentes DODD,
Globorotalia

obesa

Scitula (BRADY), Gl.

BOLLI. Gl. dutertrei


acostaensis BLOW. Gl.

(DORBIGNY), Gl.

lobataBERMUDEZ, Gl.

crassula CUSHMAN

&

STEWART,Gl.

merotumida BLOW & BANNER Gl. Tumida (BRADY;, Globoquadrina altispira (CUSHMAN
&

JARVIS), Globigerinoides

Gd. immaturusLEROY. Gd.


obliquus BOLLI, Gd.

conglobatus,

BRADY. Gd.

ruber (DORBINY) Gd.

trilobus(REUSS). Orbulina

Extremus BOLLI,

sacculifer (BRADY). Gd.

universa DORBIGNY, Hastigerina

aequilateralis (BRADY),Sphaeroidinellopsizs
seminulina (SCHWACER), Ep. subdehiscens BLOW, Pulleniatina

obiquiloculata (PARKER

& JONES), Amphistegina sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur
Miosen Tengah - Pliosen (N.9-N.20). Lagi pula ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain,
moluska, ganggang dan koral dalam formasi ini.
Satuan batuan ini tersebar luas di sepanjang lembah S. Walanae, di timur D. Tempe dan
sekitar Watampone; pada umumnya terlipat lemah, dengan kemiringan lapisan kurang dan 15,
pelipatan kuat terjadi di sepanjang lajur sesar, dengan kemiringan sampai 60. Bagian bawah
formasi ini diperkirakan menjemari dengan Formasi Camba, dan bagian atasnya menjemari
dengan Batuan Gunungapi Parepare; telal diperkirakan tidak kurang dari 4.500 m.
Tmpt ; Anggota Tacipi : batugamping koral dengan sisipan batugamping berlapis, napal,
batulempung, batupasir, dan tufa: putih, kelabu muda, dan kelabu kecoklatan; sebagian sarang
dan sebagian pejal. setempat berstruktur breksi dan konglomerat; setempat mengandung banyak
moluska.
13
Fosil foram yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1974), dan lokasi E.755 dan Ta. 157
adalah : Amphistegina sp., Operculina sp., Orbulina sp., Rotalia sp., dan Gastropoda.Satuan ini
di banyak tempat membentuk pebukitan kerucut, dan beberapa membentuk punggungan yang
sejajar dengan pantai timur, yaitu di barat Watampone; di lembah S. Walanae, dan di utara Tacipi,
batugamping Anggota Tacipi tarsingkap di sana-sini di dalam batuan Formasi Walanae; tebal
satuan ini dperkirakan tidak kurang dan 1700 m.
Batuan Gunungapi
Tpv ; BATUAN GUNUNGAPI

TERPROPILITKAN : breksi,

lava dan tufa. di bagianatas lebih banyak tufa, sedangkan di bagian bawah lebih banyak lava:
umumnya

bersifat

andesit,

merah dan batugamping;

sebagian trakit

komponen

breksi

dan

basal;

beraneka,

bagian atas
dari

bersisipan

beberapa

cm

serpih
sampai

melebihi 50 cm, terekat tufa yang jumlahnya kurang dari 50%; lava dan breksi berwarna kelabu
tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan terpropilitkan, mengandung banyak
karbonat dan silikat.

Penarikhan Kalium/Argon pada basal dan timur Bantimala (lokasi 5)- menghasilkan umur 58,5
juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis. 1974), dan penarikhan jejak belah pada tufa
dari bagian bawah Batuan Gunungapi Langi menghasilkan umur 63 + 2 juta tahun (T.M.
van Leeuwen. hubungan tertulis 1978).
Satuan ini tebalnya sekitar 400 m; sebagai lanjutan dan yang tersingkap di Birru,
dilembar Ujung Pandang, Benteng & Sinjai, yang oleh van Leeuwen (1974) disebut batuan
Gunungapi Langi; ditindih takselaras oleh batuan Eosen Formasi Tonasa dan Formasi Malawa;
diterobos oleh batuan granodiorit dan basal.
Tmkv ; BATUAN GUNUNGAPI KALAMISENG : lava dan breksi, dengan sisipan
tufa, batupasir, batulempung dan napal; kebanyakan bersusunan basal dan sebagian andesit;
kelabu tua hingga kelabu kehitaman, umumnya tansatmata, kebanyakan terubah, amidaloid
dengan mineral sekunder karbonat dan silikat; sebagian lavanya menunjukkanstruktur bantal.
Satuan batuan ini tersingkap di sepanjang daerah pegunungan di timur lembah Walanae,
terpisahkan oleh lajur sesar dari batuan sedimen dan karbonat yang berumur Eosen dibagian
baratnya diterobos oleh retas dan stok basal, ansdesit dan diorit.
Satuan batuan ini berumur lebih muda dari batugamping Eosen dan lebih tua dariFormasi
Camba Miosen Tengah, mungkin Miosen Bawah; dan tebalnya tidak kurang dari 4.250 m.
14
Tmsv ; BATUAN GUNUNGAPI SOPPENG : breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa
berbutir pasir sampai lapili, dan batulempung; di bagian utara lebih banyak tufa danbreksi,
sedangkan di bagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basalpiroksen dan
sebagian basal leusit, kandungan leusitnya makin banyak ke arah selatan: sebagian lavanya
berstuktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm - 50
cm; warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan.
Batuan gunungapi ini pada umumnya terubah sangat kuat, amigdaloid dengan
mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat; diterobos oleh retas (0,5 m - 1 m) dansil
trakit dan andesit, dengan arah umum retas timurlaut-baratdaya. Satuan ini ditaksir setebal 4.000
m, menindih takselaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih; selarasbatuan Formasi
Camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
Tpbv ; BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE CINDAKO : lava dan breksi, dengan
sisipan sedikit tufa dan konglomerat; bersusunan basal, sebagian besar ponfiri dengan fenokris
piroksen sampai 1 cm panjangnya, dan sebagian tansatmata; kelabu tua kehijauan hingga hitam;
lava sebagian berkekar meniang dan sebagian berkekar lapis; pada umumnvabreksi
berkomponen kasar, 15 cm - 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, terekat oleh tufa, Dasit

pasir sampai lapili, mengandung banyak sepaian piroksen. Satuan batuan ini tebalnya tidak
kurang dari 1250 m di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai setelah selatan daerah lembar
ini menindih

takselaras batuan gunungapi Formasi

Camba (Tmcv);

mungkin berumur

Pliosen Akhir
Tppv ; SATUAN GUNUNGAPI PAREPARE : tufa, berbutir halus sampai lapili, breksi
dan konglomerat gunungapi , setempat dengan sisipan lava dan batupasir tufaan: terutama
bersusunan

trakit

dan

andesit,

pemeriksaan petrografi

menunjukan

andesit

trakit,

beberapa lapisan tufa mengandung banyak biotit; umumnya memakas lemah dansebagian repih;
berwarna putih keabuan hingga kelabu; setempat terlihat lapisan silang-siur dan sisa tumbuhan.
Sebagian

dari batuan,

gunungapi

lava (Tppl), bersusunan trakit,

ini

di daerah

mengandung

timur terdiriterutama

banyak biotit.

Satuan

dari
ini

ditaksir setebal 500 m, menindih batuan Formasi Camba dan kemungkinan menjemaridengan
bagian atas Formasi Walanae. Umurnya Pliosen, berdasarkan penarikhan radiometri pada
trakit dan tufa dari

timurlaut

Parepare

(Lembar

Majene-Palopo), yang

masing-masing

menghasilkan 4,25 dan 4,95 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974)
Batuan Terobosan
gd ; GRANODIORIT : terobosan granodiorit, berwarna kelabu muda, dengan
miksoskop batuannya

terlihat

mengandung

felspar. kuarsa, biotit, sedikit

piroksen dan

horenblenda, dengan mineral ikutan zirkon, apatit dan magnetit; mengandung senolit bersusunan
diorit dan diterobos oleh aplit; beberapa bagian yang bersusunan diorit terkaolinkan.
Batuan terobosan ini terdapat dibagian tenggara Lembar, tersingkap luas disekitar Birru,
di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai. menerobros batuan Formasi Marada (Km)
dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak ada santuhandengan batugamping
Formasi Tonasa Temt).
Penarikhan jejak belah percontoh granodiorit menghasilkan umur 19 + 2 juta tahun, dan
memberikan dugaan batuan terobosan ini ditempatkan selama Miosen (T.M. van Leeuwen,
hubungan tertulis. 1978).
d ; DIORIT GRANODIORIT : terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok
dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfir, berwarna kelabu muda sampai kelabu.
Diorit yang tersingkap di sebelah utara Bantimala dan di sebelah timur Birru menerobos batu
pasir Formasi Balangbaru dan batuan ultramafik; terobosan yang terjadi di sekitar Camba
sebagian terdiri dari granodiorit porfir, dengan banyak fenokris berupa biotit dan amfibol, dan

menerobos batugamping Formasi Tonasa dan batuan Formasi Camba. Penarikan Kalium/Argon
granodiorit dari timur Camba (lokasi 8) pada biotit menghasiikan 9.03 juta tahun (J.D.
Obradovich, hubungan tertulis 1974).
t ; TRAKIT: terobosan trakit

berupa

stok,

sil

dan

retas;

bertekstur

porfir

kasardengan fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai kelabu
muda. Di sekitar Bantimala dan Tanetteriaja trakit menerobos batugamping FormasiTonasa, dan
di utara Soppeng menerobos batuan gunungapi Soppeng (Tmsv). Penarikan Kalium/Argon
trakit ; dari barat Bantimala (lokasi 3 dan 4 menghasilkan : pada felspar 8,3 juta tahun, dan pada
biotit 10.9 juta tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
b ; BASAL : terobosan basal berupa sil, stok dan retas, kebanyakan bertekstur porfir
dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, dan sebagian putih tansatmata;
berwarna kelabu tua kehitaman sampai kehijauan, sabagian dicirikan oleh srtuktur kekar
meniang bersegi enam, beberapa di antaranya bertekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Tonasa
membentuk sil di dalam batugamping Formasi Tonasa dan terobosan yang terjadi di sekitar
Malawa kebanyakan membentuk retas dalam batuan Formasi Malawa. Penarikan Kalium/Argon
pada batuan basal dari lokasi 7, di timur Tonasa 1, menunjukkan umur 17,7 juta tahun (Indonesia
Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
Kompleks Tektonika Bantimala
Ub ; BATUAN ULTRABASA : peridotit, sebagian besar terserpentinkan, berwarnahijau
tua sampai hijau kehitaman; kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui sesai naik ke arah
baratdaya; pada bagian yang pejal terlihat struktur berlapis, dan di beberapa tempat mengandung
buncak dan lensa kromit; satuan ini tebalnya tidak kurang dan 2500 m, dan mempunyai
sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
s ; BATUAN
megaskopikterlihat

MALIHAN : sebagian
mineral

di

besar sekis

dan

sedikit genes;

secara

antaranya glaukofan, garnet, epidot, mika dan

klorit;

di bawahmikroskop tHoent & Ziegler (1915) dan Subroto & Saefudin (hubungan tertuis. 1972)
mengenali

sekis

glaukofan,

eklogit,

sekis

garnet,

sekis

amfibol,

sekis

kiorit,

sekismuskovit, sekis muskovit-tremoilit-aktinolit, sekis muskovit-aktinolit, genes albit-ortoklas,


dan genes kuarsa-felspar; eklogit tidak ditemukan berupa singkanan, melainkan berupa
sejumlah bongkah besar di daerah batuan malihan; di lokasi Te. 149.a sekisnya mengandung
grafit;, berwarna kelabu, hijau, coklat dan biru.

Baruan

malihan

ini

umumnya

berpendaunan

miring

ke

arah

timurlaut,

sebagianterbreksikan, dan tersesarkan naik ke arah baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak
kurangdari 2000 m dan bersentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya. Penarikhan
Kalium/Argon pada sekis di timur Bantimala (lokasi 5) menghasilkan umur 111 juta tahun (J.D.
Obradovich. hubungan tertulis, 1974).
17
m ; KOMPLEK MELANGE : batuan campur aduk secara tektonik terdiri dari grewake,
breksi, kongomerat, batupasir; terkersikkan, serpih kelabu, serpih merah, rijang radiolaria merah,
batusabak, sekis, ultramafik, basal, diorit dan lempung; himpunan batuan ini mendaun,
kebanyakan miring ke arah timurlaut dan tersesarkan naik ke arah baratdaya; satuan ini tebalnya
tidak kurang dari 1750 m, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
2.3 Struktur Geologi Regional
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan stratigrafi dan tektonikanya adalah
sedimen flych Formasi

Balangbaru

dan Formasi

Marada; bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih
takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang
terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus, terdaunkan dan sebagian
tercampur menjadi melange. Oleh karena itu komplek batuan ini dinamakan Komplek Tektonik
Bantimala. Berdasarkan himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada
itu merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur Akhir. Gejala ini
menunjukkan, bahwa melange di Daerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada Kala Paleosen, yang hasil erupsinya terlihat
di timur Bantimala dan di daerah Birru (lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai). Pada Kala
Eosen Awal, rupanya daerah di barat berupa tepi
daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Malawa; sedangkan
di daerah timur, berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan klastika bersisipan
karbonat Formasi Salo Kalupang. Pengendapan Formasi Malawa kemungkinan hanya
berlangsung selama awal Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupangberlangsung sampai Oligosen
Akhir.
Di barat diendapkan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas sejak Eosen Akhir
sampai Miosen

Awal. Gejala

ini

menandakan

bahwa

selama

waktu

itu terjadi paparan lautdangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan adanya

pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal, sedangkan
di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi selama Miosen Awal, yang diwakili
oleh Batuan Gunungapi Kalamiseng dan Soppeng (Tmkv dan Tmsv).
Akhir kegiatan ganungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan
terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat pembentukan
Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awalMiosen Tengah, dan
menurun

perlahan

selama sedimentasi

sampai

Kala Pliosen.

Menurunnya

Terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya
nampak hingga sekarang di sebelah timur, dan sesar Soppeng yang hanyatersingkap tidak
menerus di sebelah barat.
Selama terbentuknya terban Walanae, di timur kegiatan gunungapi terjadi hanyadi bagian
selatan sedangkan

di

barat

terjadi

kegiatan

gunungapi yang

hampir merata

dariselatan ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen. Bentuk kerucut gunungapi
masih dapat

diamati di daerah

Tondongkarambu.

Suatu

tebing

sebelah

barat ini, di antaranya

melingkar

mengelilingi

G.

Puncak Maros danG.

Benrong,

di

utara

G.

Tondongkarambu, mungkn. merupakan sisa suatu kaldera.


Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh
sampai setelah Pliosen. Pelipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama
diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya, tekanan mendatar berarah kira-kira timutbarat pada waktu sebelum akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pulaadanya sesar
sungkup lokal yang menyesarkan batuan pra-kapur Akhir di Daerah Bantimala yang kemudian
tertekan melawati batua tersier. Penyesaran yang relarif lebih kecil di bagian timur Lembar
Walanae dan di bagian barat pegunungan barat yang berarah baratlaut - tenggara dan merencong,
kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.
BAB III
METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN

Keberhasilan dari suatu penelitian pada awalnya ditentukan oleh persiapan yang matang.
Persiapan dan perencanaan dari suatu metode dan tahapan penelitian yang akan dilakukan pada
suatu penelitian akan membantu kelancaran dari penelitian tersebut. Berikut adalah metode dan
tahapan penelitian yang dipakai pada penelitian ini (lihat gambar 3.1).

3.1 Metode Penelitian


Penelitian dan pemetaan geologi lapangan ini dilakukan dengan metodeorientasi
langsung dan pemetaan geologi permukaan yaitu dengan cara pengamatan langsung di lapangan
dan di laboratorium. Pada lintasan pengambilan data di lapangan diusahakan mengarah tegak
lurus dari jurus perlapisan batuan agar litologi yang dijumpai bervariasi. Pengukuran kedudukan
batuan menggunakan kompas Brunton dan pengambilan sampel batuan di lapangan dengan
menggunakan palu geologi yang nantinya sampel batuan ini akan digunakan untuk pengamatan
petrografi.
Pengamatan di laboratorium terdiri dari pengamatan petrografi dan fosil. Pengamatan
petrografi dilakukan pembuatan sayatan tipis dengan ukuran 0,03 mm mencakup setiap jenis
litologi yang dijumpai di lapangan. Selanjutnya masing-masing keping sayatan diamati dengan
menggunakan mikroskop polarisasi untuk penentuan jenis batuan secara petrografis. Sedangkan
pada pengamatan fosil sampel fosil makro dalampengamatan paleontologi diidentifikasi dengan
mendeskripsi sampel tersebut yang sudah dibersihkan terlebih dahulu, sedangkan fosil
mikro, batuan

sedimen

atau

piroklastikdihancurkan terlebih

dahulu

sampai

hancur

kemudian dicuci dengan detergen, laludirendam dengan air. Material ini kemudian disaring
menggunakan ayakan dengan ukuran tertentu untuk memisahkan material sedimen dengan fosil.
Material tersebut kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler untuk
mengidentifikasi jenis fosil yang di jumpai pada setiap sampel yang di analisa. Tujuan dari
analisa fosil ini adalah untuk menentukkan lingkungan pengendapan dan umur relatif dari
batuan.
3.2 Tahapan Penelitian
Untuk mencapai target yang maksimal dalam kegiatan penelitian dan penyusunan
tulisan akhir kegiatan lapangan ini maka dilakukan beberapa tahapan sistematis dan
terencana yang terdiri atas :
3.2.1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan pendahuluan sebelum melakukan pengambilan
data lapangan dan pemetaan detail. Adapun tahap persiapan ini terdiri atas beberapa sub tahapan
kegiatan, yaitu :

3.2.1.1 Tahap pembuatan proposal penelitian


Tahap ini meliputi kegiatan pembuatan proposal penelitian kepada pihak jurusan Teknik
Geologi Universitas Hasanuddin, dimana proposal ini sebagai syarat untuk dapat melakukan
kegiatan

pemetaan

geologi.

Pembuatan

proposal

kepada

pihak

Pemerintah

Daerah

Kabupaten Bone sebagai syarat untuk memperoleh izin melakukan pengambilan data pada
wilayah pemerintah Daerah Kabupaten Bone.
3.2.1.2 Tahap pengurusan administrasi
Pengurusan masalah administrasi meliputi pengurusan perizinan kegiatan penelitian,
yang terdiri atas pengurusan perizinan kepada pihak :
1. Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.
2. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3. Pemerintahan Propinsi Tk. I melalui sub bagian BALITBANGDA Propinsi Sulawesi Selatan.
4. Pemerintah Daerah Tk II melalui sub bagian Kesbang Kabupaten Bone.
5. Pemerintah Daerah tingkat Kecamatan Lamuru.
6. Kepala desa tempat daerah penelitian.
3.2.1.3 Tahap studi pendahuluan
Tahap ini merupakan tahap pendahuluan sebelum melakukan penelitian dan pengambilan
data di lapangan, meliputi studi regional daerah penelitian untuk mengetahui gambaran umum
tentang data geologi pada daerah penelitian. Studi pendahuluan ini juga termasuk studi literatur
yaitu untuk mempelajari karakteristik dari setiap data secara langsung di lapangan sehingga
mempermudah dalam kegiatan penelitian.
3.2.1.4 Tahap pengadaan database
Tahap ini meliputi pengadaan peta dasar untuk ploting terhadap pengambilan data di
lapangan. Prosedur pengadaan peta dasar ini yaitu dengan membuat peta topografi dengan skala
1 : 25.000 pada koordinat geografis koordinat 119o5700 BT 1200100 BT dan 043300
LS 043600 LS, yang merupakan hasil perbesaran dari Lembar Lalebata, nomor 2011-34 dan
Lembar Taccipi nomor 2111-13 Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000 yang diterbitkan
BAKOSURTANAL edisi I tahun 1991 (Cibinong, Bogor). Data ini diambil dari peta digital
Sulawesi Selatan yang diolah menggunakan software Arc GIS 10.Pengolahan data base
selanjutnya akan dilakukan setelah tahap pengambilan data lapangan, pengolahan data, dan tahap
analisa data.

3.2.1.5 Tahap persiapan perlengkapan lapangan


Tahap persiapan perlengkapan ini meliputi persiapan kelengkapan alat-alat yang akan
digunakan dalam penelitian di lapangan, peminjaman alat lapangan kepada pihak Jurusan Teknik
Geologi, kelengkapan format tabel untuk pengambilan data lapangan dan persiapan
perlengkapan pribadi.
3.2.2

Tahap Penelitian Lapangan


Setelah tahap persiapan telah dilakukan maka, kegiatan selanjutnya yaitu tahap
penelitian lapangan. Tahap penelitian lapangan ini juga dibagi ke dalam beberapa metode
pengambilan data yaitu :

1.

Pengambilan data dengan cara pencatatan data lapangan


Pengambilan data dengan cara pencatatan ini yaitu semua data yang dijumpai di lapangan di
rekam dengan tulisan dalam buku catatan lapangan, baik data yang dilihat secara langsung
ataupun data yang diperoleh dengan pengukuran.

2.

Pengambilan data lapangan dengan alat


Pengambilan data dengan alat ini meliputi kegiatan pengambilan rekaman gambar singkapan,
batuan,

kondisi

morfologi

dengan

menggunakan

kamera; pengukuran

data

lapangan

menggunakan kompas untuk pengukuran arah kedudukan batuan;pengambilan contoh batuan


dengan menggunakan palu geologi.
Pemetaan

geologi

secara

detail

dimaksudkan

untuk

memperoleh

data

geologi

yang lebih rinci. Secara teknis urutan pengambilan data dan pengukuran yang dilakukan,
adalah :
Penentuan titik pengamatan pada peta dasar, 1: 25.000
Pengamatan kondisi singkapan dan hubungannya dengan batuan sekitar
Pengamatan dan pengambilan data geomorfologi
Pengamatan sifat fisik batuan, meliputi : warna, tekstur batuan, struktur batuan, dan komposisi
mineral penyusun.
Penentuan dan pengukuran unsur-unsur struktur geologi.
Pengambilan contoh batuan untuk analisa laboratorium
Pengamatan bahan galian yang ada pada daerah penelitian.
Pengambilan dokumentasi berupa sketsa dan foto

Pengecekan lapangan perlu dilakukan untuk mengevaluasi hasil penelitian pemetaan detail dan
untuk melengkapi data yang dianggap kurang.
3.2.3

Tahap Pengolahan Data Lapangan


Tahap pengolahan data ini meliputi tahapan setelah pengambilan data lapangan
dilakukan dimana meliputi pengolahan data struktur meliputi pengolahan data kekar, kedudukan
batuan; data geomorfologi meliputi pengolahan data kelerengan, tipe genetik sungai, jenis pola
aliran; data stratigrafi meliputi perhitungan ketebalan satuan, pembuatan penampang stratigrafi
terukur dan lain-lain.

3.2.4

Tahap Analisa Data


Setelah tahap pengolahan data dilakukan maka tahap selanjutnya yaitu analisa
data baik data hasil pengolahan dan data analisa laboratorium. Pada tahap ini mulai dilakukan
intepretasi terhadap data yang telah diolah, melakukan rekontruksi dan penarikan kesimpulan
berdasarkan data data yang diperoleh.
Tahap analisa data yang dilakukan yaitu analisis setelah data lapangan diolah
untuk mempermudah penarikan kesimpulan, terdiri atas:

3.2.4.1 Analisa Geomorfologi


Tahap ini meliputi analisa dalam pembagian satuan bentang alam pada daerah
penelitian. Sumber data yang digunakan untuk analisis geomorfologi ini yaitu data kelerengan,
data pola aliran sungai, tipe genetik sungai, data litologi, serta data-data lain yang direkam dalam
bentuk foto ataupun catatan lapangan.
3.2.4.2 Analisa Mikropaleontologi
Analisa yang bertujuan untuk mengetahui umur dan lingkungan pengendapan dari
kandungan fosil dalam batuan.
3.2.4.3 Analisa Petrografi
Analisis petrografi dimaksudkan untuk melihat secara rinci kenampakan mikroskopis
batuan pada sayatan tipis, meliputi ; jenis, tekstur, struktur batuan, ukuran, komposisi, dan
presentase mineral penyusun batuan. Sehingga dapat menentukan penamaan batuan secara
petrografis dan interpretasi petrogenesis.

3.2.4.4 Analisa Stratigrafi


Analisis stratigrafi dilakukan untuk mengelompokkan satuan batuan yang menyusun
daerah penelitian, dengan bersendikan litostratigrafi tidak resmi.
3.2.4.5 Analisa Struktur Geologi
Analisis struktur geologi, dilakukan untuk mengetahui jenis struktur yang bekerja pada
daerah penelitian, sehingga dapat menceritakan mekanisme pembentukan struktur geologi daerah
penelitian.
3.2.5

Tahap Pembuatan Peta


Pada tahap ini dilakukan pembuatan peta stasiun, peta geologi, peta geomorfologi, peta
struktur, dan peta potensi bahan galian dengan sekala 1:25.000.

3.2.6

Tahap Penyusunan Laporan


Setelah dilakukan pengolahan data, analisa data, interpretasi data dan penarikan
kesimpulan terhadap aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi, dan
potensi bahan galian maka dilanjutkan dengan penulisan skripsi yaitu dimana semua data data
yang telah diolah dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah.

3.2.7

Tahap Presentase Laporan


Tahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian. Pada tahap

ini laporan yang telah disusun dalam bentuk skripsi dipresentasekan dalam bentuk ujian
seminar hasil

dan

ujian

akhir

di

depan

Penelitian Geologi Permukaan


Akumulasi semua data yang telah diolah dan penarikan kesimpulan
Tahapan Penelitian
Pembuatan Proposal
Administrasi
Studi Pendahuluan

dosen

penguji.

Data Base (Peta 1:25.000)


Persiapan Perlengkapan Lapangan
Persiapan
Data Geomorfologi
Data Stratigrafi
Data Struktur Geologi
Data Bahan Galian
Penelitian Lapangan
Data Kekar
Data Kelerengan
Data Petrologi Batuan
Pengolahan Data
Analisa Geomorfologi
Analisa Petrografi
Analisa Mikropaleontologi
Analisa Stratigrafi
Analisa Struktur Geologi
Analisa Data
Pembuatan Peta
Persentase Laporan
Penyusunan Laporan
Metode Persiapan

BAB IV
PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA PENELITIAN

4.1. Perencanaan Waktu


Kegiatan penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai
dari penyusunan proposal bulan Januari 2014 sampai dengan seminar hasil bulan Juni
2014.

Tabel 4.1 Tabel Perencanaan Waktu Penelitian

4.2 Perincian Biaya Penelitian


Total perincian anggaran biaya yang dibutuhkan selama jangka waktu penelitian mulai
dari pembuatan proposal, pengurusan perizinan (masalah administrasi) kegiatan penelitian
hingga penyusunan skripsi dan seminar hasil penelitian, tersebut adalah Rp. 5.950.000,- (Lima
juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah).
A. Administrasi
1. Persuratan
2. Pengadaan Proposal

Rp 50.000,Rp. 50.000,-

B. Operasional Lapangan
1. Transportasi ke lokasi penelitian PP (Makassar Bone)
3 kali @ Rp.250.000
Rp. 750.000,2. Akomodasi
Rp 1.000.000,3. Sewa Peralatan lapangan

GPS 3 x @ Rp.100.000
Rp. 300.000,
Palu Geologi 3 x Rp.50.000
Rp 150.000,
Kompas Geologi 3 x Rp.50.000
Rp. 150.000,-

C. Analisa Laboratorium
1.
2.
3.

Pembuatan Sayatan Tipis 20 buah @ Rp. 30.000


Analisa Ukuran Butir
Analisa Fosil
D. Pembuatan Laporan
1. Kertas HVS
2. Cuci Cetak Film
3. Tinta Printer
4. Penggandaan Laporan Pemetaan

Rp. 300.000,Rp. 200.000,Rp. 250.000,Rp. 550.000

E. Persentase Laporan dan Seminar Pemetaan


F. Biaya Tak
Terduga
Total

Rp. 600.000,Rp. 200.000,Rp. 150.000,-

Rp.1.000.000,-

Rp. 500.000,Rp.6.000.000,-

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode dan Tahapan Penelitian

BAB V
PENUTUP

Demikian proposal ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Penelitian
Pemetaan Geologi pada Daerah Daerah Lompo Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi
Sulawesi Selatan. Proposal ini diajukan sebagai bahan pertimbangan dan semoga mendapat
perhatian dan dukungan dari berbagai pihak.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi Kabupaten Bone
pada umumnya dan Daerah Daerah Lompo Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi
Sulawesi Selatan secara khusus bagi pengembangan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan
dimasa yang akan datang.

Diposkan oleh sutrisno tryz


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog

2014 (1)
Desember (1)
Proposal Pemetaan Geologi Daerah Lompo Kecamatan L...

2012 (1)
Mengenai

Saya

sutrisno tryz
Lihat profil
lengkapku
Template Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai