BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan dari suatu individu dalam mengimplimentasikan teori yang di dapat selama
perkuliahan ke lapangan atau daerah penelitian merupakan indikator penilaian dari dosen untuk
menentukkan kelulusan dari matakuliah Pemetaan Geologi yang diajarkan pada Program Studi
Teknik Geologi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Kemampuan
dalam menguasai teori yang digunakan dalam mengembangkan keilmuan yang telah dimilikinya
serta kemampuan praktis yang digunakan dalam mengimplementasikan keilmuan itu sendiri
dilapangan sewajarnya berjalan beiringan.
Dunia pendidikan, yang dalam hal ini diwakili oleh dunia perguruan tinggi, sudah
seharusnya mempersiapkan diri dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggulan yang
nantinya dapat bersaing dengan SDM yang lain, baik dari dalam maupun dari luar negri dalam
mengembangkan teknologi masa depan dan bursa ketenagakerjaan.
Oleh sebab itulah dilakukan penelitian pada daerah Daerah Lompo Kecamatan Lamuru
Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan, guna untuk mengumpulkan data-data geologi berupa
data geomorfologi, stratigrafi, struktur dan jenis litologinya, serta data-data lain yang dianggap
perlu. Data kemudian diolah dan dirangkum dalam bentuk laporan yang nantinya dapat berguna
untuk kepentingan pengembangan wilayah dan pengembangan keilmuan kedepannya .
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian pada Daerah Daerah Lompo Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone
Provinsi Sulawesi Selatan ini adalah untuk melakukan pemetaan geologi permukaan secara
umum dengan menggunakan peta dasar skala 1 : 25.000
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
peta topografi bersekala 1 : 25.000 yang merupakan hasil pembesaran dari peta rupa bumi sekala
1 : 50.000 terbitan Bakosurtanal
Global Positioning System (GPS)
Kompas geologi
Palu geologi
Komparator
Buku catatan lapangan
Loupe perbesaran 10x
Larutan HCl ( 0,1 N )
Kamera digital
Pita meter
Kantong sampel
Clipboard
Alat tulis menulis
Ransel lapangan
Busur dan penggaris
Roll meter
Perlengkapan pribadi
Sedangkan alat dan bahan yang akan digunakan selama pengolahan data dan analisis
laboratorium, adalah sebagai berikut:
Mikroskop polarisasi untuk analisis petrografi
Mikroskop binokuler untuk analisis mikropaleontologi
Penuntun dan referensi yang berhubungan dengan penelitian
Ayakan (Mesh 175/200)
Preparat fosil
Tabel deskripsi
Table Michael Levy
Sayatan tipis batuan
Alat tulis-menulis dan gambar
Foto sayatan tipis dan negatif film
1.6 Peneliti Terdahulu
Beberapa ahli geologi yang pernah mengadakan penelitian di daerah ini yang sifatnya
regional diantaranya adalah sebagai berikut :
Van Bemmelen (1949), melakukan penelitian geologi umum di Indonesia, termasuk Sulawesi
Selatan.
Rab Sukamto (1975), penelitian pulau Sulawesi dan pulau-pulau yang ada disekitarnya dan
membagi kedalam tiga mandala geologi.
Rab Sukamto (1975), penelitian perkembangan tektonik sulawesi dan sekitarnya yang
merupakan sintesis yang berdasarkan tektonik lempeng.
Sartono Astadireja (1981), Mengadakan penelitian geologi Kuarter Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara.
Van Leeuwen, T.M. (1981), The Geology of Southwest Sulawesi with special reference to The
Biru area, In: Barber, A.J & Wiryosujono, S. (eds), The Geology and Tectonics of Eastern
Indonesia, GRDC, Bandung, Spec. Publ., No.2, 277-304.
Hasan Ngabito (1990), membuat Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian Propinsi Sulawesi
Selatan, Skala 1 : 500.000.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
daerah
Lembar
Pangkajene
dan
Watampone
Bagian
Barat
terdapat
dua barispegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisahkan
oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang barat menempati hampir setengah luas daerah,
melebar di bagian selatan (50 km) dan menyempit di bagian utara (22 km). Puncak tertingginya
1694 m, sedangkan ketinggian rata-ratanya 1500 m. Pembentuknya sebagian besar batuan
gunungapi. Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kras,
penceminan adanya batugamping. Di antara topografi kras di lereng barat terdapat daerah
pebukitan yang dibentuk oleh batuan Pra-Tersier. Pegunungan ini di baratdaya dibatasi oleh
dataran Pangkaiene-Maros yang luas sebagai lanjutan dari dataran di selatannya.
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rerdah, dengan puncaknya ratarata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga pegunungan ini sebagian besar berbatuan
gunungapi. Bagian selatannya selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke utara meyempit dan
merendah, dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone.
Bagian utara pegunungan ini bertopografi kras yang permukaannya sebagian berkerucut.
Batasnya di timurlaut adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati hampir
sepertiga bagian timur.
Lembah Walanae yang memisahkan kedua pegunungan tersebut di bagian utara selebar 35Km.
tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Di tengah tendapat Sungai Walanae yang mengalir ke utara
Bagian selatan berupa perbukitan rendah dan di bagian utara terdapat dataran aluvium yang
sangat luas mengelilingi D. Tempe.
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan ularabasa, batuan
malihan dan batuan melange. Batuannya terbreksikan dan tergerus dan mendaun, dan
sentuhannya dengan formasi dl sekitarnya berupa sesar atau ketidselarasan. Penarikhan
radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta tanun Kemungkinan menunjukkan peristiwa
malihan akhir pada tektonik Zaman Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh
endapan flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan
berumur Kapur Akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itudengan bukti adanya sisipan
lava dalam flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5- 63,0 it), dan diendapkan dalam lingkungan
laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur Akhir. Batuan sedimen Formasi
Malawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak
selaras batuan gunangai Paleosen dan batuan flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa ini
secara berangsur beralih ke endapan karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara menerus
dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen Tengah. Tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000
m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen
klastika Formasi Salo Kalupang yang Eosen sampai Oligosen bersisipan batugamping
dan mengalasi batuan gunungapi Kalamiseng Miosen Awal di timur.
4
Sebagian besar pegunungan, baik yang di barat maupun yang di timur, berbatuan gunungapi. Di
pegunungan yang timur, batuan itu diduga berumur Miosen Awal bagianatas yang membentuk
batuan Gunungapi Kalamiseng Di lereng timur bagian utara pegunungan
yang barat, terdapat batuan Gunungapi Soppeng yang diduga juga berumur Miosen Awal. batuan
sedimen berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi
yang berumur antara 8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba
yang tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari Formasi
Camba ini yang menindih tak selarasFormasi Tonasa.
Selama Miosen akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah Walanae di
endapkan sedimen klastika Formasi Walanae. Batuan itu tebalnya sekitar 4500 m, dengan
bioherm batugamping koral tumbuh di beberapa tempat (batugamping Anggota Taccipi).
Formasi,
Walanae
berhubungan
menjemari
dengan
Camba.
Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahanbagi
Formasi Walanae. Kegiatan gunungapi yang masih terjadi di beberapa tempat selama
Pliosen, dan menghasilkan batuan gunungapi Parepare (4,25-4,95 juta tahan) danBaturapeCindako, juga merupakan sumber bagi formasi itu.
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat dengan
kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill dan retas, bersusunan beraneka dari
basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit. dan berumur berkisar dari 8.3 sampai 19 2
juta tahun.
Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah ini, dan juga
tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara Pangkajene dan di beberapa tempat di tepi
Sungai Walanae,
rupanya
terjadi
selama Pliosen.
Endapan
Holosen yang
UNDAK : kerikil,
pasir
dan
lempung,
membentuk
dataran
MARADA :
(van Leeuwen.
1974):
sedimen
bersifat
flysch;
perselingan batupasir, batulanau, arkosa, grewake. serpih dan konglomerat; bersisipan batupasir
dan batulanau gampingan, tufa. lava dan breksi yang tersusun oleh basal, andesit dan trakit.
6
Batupasir dan batulanau berwarna kelabu muda sampai kehitaman; serpih berwarna kelabu tua
sampai coklat tua: konglomerat tersusun oleh kerikil andesit dan basal: lava dan breksi
terpropilitkan kuat dengan mineral sekunder berupa karbonat, silikat, serisit, klorit dan epidot.
Fosil Globotruncana dari batupasir gampingan yang dikenali oleh PT Shell menunjukkan umur
Kapur Akhir dan diendapkan di lingkungan neritik dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis.
1978). Formasi ini tebalnya lebih dari 1000 m.
Teos ; FORMASI SALO KALUPANG : batupasir, serpih dan batulempung. berselingan
dengan konglomerat gunungapi, breksi dan tufa bersisipan lava, batugamping dan napal,
batulempung. serpih dan batupasir di beberara tempat tercirikan oleh warna merah, coklat,
kelabu dan hitam; setempat mengandung fosil moluska dan foraminifera, terutama di dalam
lapisan batugamping dan napal pada umumnya gampingan. padat dan sebagian dengan urat
kalsit, sebagian serpihnya sabakan; kebanyakan lapisan terlipat kuatdengan kemiringan antara
20 - 57. penampang di Salo Kalupang memperlihatkan lebih banyak konglomerat di bagian
barat, dengan komponen andesit dan basal. Di sebelah timur Palatae tersingkap lebih banyak
daripada
banyak singkapan
di
SaLo
serpih daripada
Kalupang. Ditimur
Samaenre
di tempat lain;batuannya
terdapat
berwarna
lebih
coklat
yang
dikenali
A.29.b.
; FORMASI
batulempung. dannapal,
dengan
lapisan
atau
batulanau.
batulempung;
Batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa, ada pula yang arkosa, grewake. dan tufaan,
umumnya berwarna kelabu muda dan coklat muda; pada umumnya bersifat rapuh, kurang padat;
konglomeratnya sebagian kompak; batulempung. batugamping dan napal umumnya mengandung
moluska yang belum diperiksa, dan berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa
lensa setebal beberapa sentimeter dan berupa lapisan sampai 1,5 m.
7
Penelitian palinologi terhadap sisipan batubara telah dilakukan oleh Asrar Khan (M.E - Scrutton,
Robertson
Research, hubungan tertulis, 1974) dan oleh Robert H. Tschudy (Don E. Wolcort, USGS,
hubungan tertulis, 1973). Sepuluh buah contoh dari singkapan B.32 (a-f) dan B.54 (a-c, dan
RR.10), daerah Tanetteriaja, dan sebuah dari dekat galian lempung di Tonasa mengandung fosil
mikroflora
Anacolosidites sp.,
Anno daceae
sp.
cf , D.
kalewesis,
D.
pollen,
Monosulites
&
KAR.
Tricolpate
verrucate
pollen,
pollen,
Triporate
pollen.
koral
pejal
sebagian
terhablurkan.
Berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit. Berwarna putih coklat
muda dan kelabu muda. sebagian berlapis baik, berselingan dengan napal globigerina tufaan;
bagian bawahnya
mengandung
batugamping
berbitumen,
setempat
bersisipan
breksi batugamping dan batugamping pasiran; di dekat, Malawa, daerah Camba terdapat
batugamping yang mengandung glaukonit, dan di beberapa tempat di daerah Ralla ditemukan
batugamping yang mengandung banyak sepaian sekis dan batuan ultramafik; batugamping
berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera besar, napalnya banyak mengandung
foraminifera
kecil
dan
beberapa lapisan
napal pasiran
mengandung
banyak
Ta.452,
Ta.506.
Tb.2.
Tc.65.a.
Tc.94,
Tc.100,
Tc.134,
Td.6,
Td.20. Td.63, Td.70. Td.101, Td.112, Td.116, Te.121, Te.216.a, Ti.1, Ti.3, dan Ti.9. Fosil yang
dikenali
orbitoidae PROVALE.
VLERK. S. verinicularis TAN,Globorotalia sp., Gl. centralis CUSHMAN & BERMUDEZ, Gl,
mayeri CUSHMAN &
STAINFORTH. Gl.
ROY),Globoquadrina
preamenardii CUSHMAN
&
altispira (CUSHMAN
&
COLLINS)
bornensis VAN
DER
Ephippioides JONES,
L,
sumatrensis (BRADY), L.
parva
mayeri CUSHMAN
COLLINS) Globerinaoides
PARR-
obliquas BOLLI, Gd. Sacculifer(BRADY, Gd. Subquadratus BRONNIMANN. Gd. Trilobus (RE
USS), Orbulina universaDORBIGNY, Biorbulina bilobata (DORBIGNY), Operculina sp.,
Cycloclypeus
sp.,
Hastigerina
subdehiscens BLOW.
Gabungan
fosil
ini
menunjukkan
umur berkisar
Penarikan Kalium Argon pada batuan basal dari lokasi 7 menghasilkan 17,7 juta tahun
(Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis, 1972), dasit dan andesit dari lokasi 1 dan 2 masingmasing
9,29
juta tahun
(ET.D.
Obradovich,
hubungan
tertulis, 1974), dan basal dari Birru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. vaan Leeuwen, hubungan
tertulis,
1978).
Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan sepaian koral.
Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasirlempungan,
napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera.
Fosil yang dikenali oleh Sudiyono dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973, 1974)
dari lokasi Td.7 dan Td.338 adalah Globigerina venezuelana (HEDBERG), Globorotalia
mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl. menardii (DORBIGNY), Gl. siakensis (LEROY). Gl.
acostaensis BLOW, Gl.
Cf.
dutertrei,
&
maupun data radiometri menunjukkan jangka umur Miosen Tengah - Miosen Akhir.
Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan laut neritik sebagai fasies
gunungapi Formasi Camba,
dan batuanFormasi
Malawa;
menindih
tak
sebagian
selaras
terbentuk
lingkungan
darat,
menyerupaikaldera, dan juga di beberapa tempat yang lain, tercirikan oleh limpahan kandungan
leusit.
Tmcl, Anggota Batugamping, batugamping, batugamping tufaan, batugampingpasiran,
setempat dengan sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan sarang, berbutir halus sampat kasar;
putih, kelabu, kelabu kecoklatan, coklat muda dan coklat; sebagianmengandung glaukonit: fosil
terutama foraminifera, dan sedikit moluska dan koral.
Fosil
yang
dikenali
oleh
D.
Radar
Ta.58.a,
(hubungan
Td.104
tertulis,
1973)
dan
dan Td.105,
adalah: Lepidocyclina sp., L. cf) omphalus TAN,L. sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki (NEWTON
& HOLLAND), Mogypsina
sp.,
M.thecidaeforinis
globosa BOLLI, Globigerinoides sp., Gd. immaturus LEROY. Gd. sacculifer (BRADY) Gd.
subquadratus BRONNIMANN, Biorbulina
bilobata (DORBIGNY), Orbulina suturalis BRONNIHANN,
O.
universa
kochi
obesa
(DORBIGNY), Gl.
lobataBERMUDEZ, Gl.
crassula CUSHMAN
&
STEWART,Gl.
merotumida BLOW & BANNER Gl. Tumida (BRADY;, Globoquadrina altispira (CUSHMAN
&
JARVIS), Globigerinoides
conglobatus,
BRADY. Gd.
trilobus(REUSS). Orbulina
Extremus BOLLI,
aequilateralis (BRADY),Sphaeroidinellopsizs
seminulina (SCHWACER), Ep. subdehiscens BLOW, Pulleniatina
obiquiloculata (PARKER
& JONES), Amphistegina sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur
Miosen Tengah - Pliosen (N.9-N.20). Lagi pula ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain,
moluska, ganggang dan koral dalam formasi ini.
Satuan batuan ini tersebar luas di sepanjang lembah S. Walanae, di timur D. Tempe dan
sekitar Watampone; pada umumnya terlipat lemah, dengan kemiringan lapisan kurang dan 15,
pelipatan kuat terjadi di sepanjang lajur sesar, dengan kemiringan sampai 60. Bagian bawah
formasi ini diperkirakan menjemari dengan Formasi Camba, dan bagian atasnya menjemari
dengan Batuan Gunungapi Parepare; telal diperkirakan tidak kurang dari 4.500 m.
Tmpt ; Anggota Tacipi : batugamping koral dengan sisipan batugamping berlapis, napal,
batulempung, batupasir, dan tufa: putih, kelabu muda, dan kelabu kecoklatan; sebagian sarang
dan sebagian pejal. setempat berstruktur breksi dan konglomerat; setempat mengandung banyak
moluska.
13
Fosil foram yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1974), dan lokasi E.755 dan Ta. 157
adalah : Amphistegina sp., Operculina sp., Orbulina sp., Rotalia sp., dan Gastropoda.Satuan ini
di banyak tempat membentuk pebukitan kerucut, dan beberapa membentuk punggungan yang
sejajar dengan pantai timur, yaitu di barat Watampone; di lembah S. Walanae, dan di utara Tacipi,
batugamping Anggota Tacipi tarsingkap di sana-sini di dalam batuan Formasi Walanae; tebal
satuan ini dperkirakan tidak kurang dan 1700 m.
Batuan Gunungapi
Tpv ; BATUAN GUNUNGAPI
TERPROPILITKAN : breksi,
lava dan tufa. di bagianatas lebih banyak tufa, sedangkan di bagian bawah lebih banyak lava:
umumnya
bersifat
andesit,
sebagian trakit
komponen
breksi
dan
basal;
beraneka,
bagian atas
dari
bersisipan
beberapa
cm
serpih
sampai
melebihi 50 cm, terekat tufa yang jumlahnya kurang dari 50%; lava dan breksi berwarna kelabu
tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan terpropilitkan, mengandung banyak
karbonat dan silikat.
Penarikhan Kalium/Argon pada basal dan timur Bantimala (lokasi 5)- menghasilkan umur 58,5
juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis. 1974), dan penarikhan jejak belah pada tufa
dari bagian bawah Batuan Gunungapi Langi menghasilkan umur 63 + 2 juta tahun (T.M.
van Leeuwen. hubungan tertulis 1978).
Satuan ini tebalnya sekitar 400 m; sebagai lanjutan dan yang tersingkap di Birru,
dilembar Ujung Pandang, Benteng & Sinjai, yang oleh van Leeuwen (1974) disebut batuan
Gunungapi Langi; ditindih takselaras oleh batuan Eosen Formasi Tonasa dan Formasi Malawa;
diterobos oleh batuan granodiorit dan basal.
Tmkv ; BATUAN GUNUNGAPI KALAMISENG : lava dan breksi, dengan sisipan
tufa, batupasir, batulempung dan napal; kebanyakan bersusunan basal dan sebagian andesit;
kelabu tua hingga kelabu kehitaman, umumnya tansatmata, kebanyakan terubah, amidaloid
dengan mineral sekunder karbonat dan silikat; sebagian lavanya menunjukkanstruktur bantal.
Satuan batuan ini tersingkap di sepanjang daerah pegunungan di timur lembah Walanae,
terpisahkan oleh lajur sesar dari batuan sedimen dan karbonat yang berumur Eosen dibagian
baratnya diterobos oleh retas dan stok basal, ansdesit dan diorit.
Satuan batuan ini berumur lebih muda dari batugamping Eosen dan lebih tua dariFormasi
Camba Miosen Tengah, mungkin Miosen Bawah; dan tebalnya tidak kurang dari 4.250 m.
14
Tmsv ; BATUAN GUNUNGAPI SOPPENG : breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa
berbutir pasir sampai lapili, dan batulempung; di bagian utara lebih banyak tufa danbreksi,
sedangkan di bagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basalpiroksen dan
sebagian basal leusit, kandungan leusitnya makin banyak ke arah selatan: sebagian lavanya
berstuktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm - 50
cm; warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan.
Batuan gunungapi ini pada umumnya terubah sangat kuat, amigdaloid dengan
mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat; diterobos oleh retas (0,5 m - 1 m) dansil
trakit dan andesit, dengan arah umum retas timurlaut-baratdaya. Satuan ini ditaksir setebal 4.000
m, menindih takselaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih; selarasbatuan Formasi
Camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
Tpbv ; BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE CINDAKO : lava dan breksi, dengan
sisipan sedikit tufa dan konglomerat; bersusunan basal, sebagian besar ponfiri dengan fenokris
piroksen sampai 1 cm panjangnya, dan sebagian tansatmata; kelabu tua kehijauan hingga hitam;
lava sebagian berkekar meniang dan sebagian berkekar lapis; pada umumnvabreksi
berkomponen kasar, 15 cm - 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, terekat oleh tufa, Dasit
pasir sampai lapili, mengandung banyak sepaian piroksen. Satuan batuan ini tebalnya tidak
kurang dari 1250 m di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai setelah selatan daerah lembar
ini menindih
Camba (Tmcv);
mungkin berumur
Pliosen Akhir
Tppv ; SATUAN GUNUNGAPI PAREPARE : tufa, berbutir halus sampai lapili, breksi
dan konglomerat gunungapi , setempat dengan sisipan lava dan batupasir tufaan: terutama
bersusunan
trakit
dan
andesit,
pemeriksaan petrografi
menunjukan
andesit
trakit,
beberapa lapisan tufa mengandung banyak biotit; umumnya memakas lemah dansebagian repih;
berwarna putih keabuan hingga kelabu; setempat terlihat lapisan silang-siur dan sisa tumbuhan.
Sebagian
dari batuan,
gunungapi
ini
di daerah
mengandung
timur terdiriterutama
banyak biotit.
Satuan
dari
ini
ditaksir setebal 500 m, menindih batuan Formasi Camba dan kemungkinan menjemaridengan
bagian atas Formasi Walanae. Umurnya Pliosen, berdasarkan penarikhan radiometri pada
trakit dan tufa dari
timurlaut
Parepare
(Lembar
Majene-Palopo), yang
masing-masing
menghasilkan 4,25 dan 4,95 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974)
Batuan Terobosan
gd ; GRANODIORIT : terobosan granodiorit, berwarna kelabu muda, dengan
miksoskop batuannya
terlihat
mengandung
piroksen dan
horenblenda, dengan mineral ikutan zirkon, apatit dan magnetit; mengandung senolit bersusunan
diorit dan diterobos oleh aplit; beberapa bagian yang bersusunan diorit terkaolinkan.
Batuan terobosan ini terdapat dibagian tenggara Lembar, tersingkap luas disekitar Birru,
di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai. menerobros batuan Formasi Marada (Km)
dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak ada santuhandengan batugamping
Formasi Tonasa Temt).
Penarikhan jejak belah percontoh granodiorit menghasilkan umur 19 + 2 juta tahun, dan
memberikan dugaan batuan terobosan ini ditempatkan selama Miosen (T.M. van Leeuwen,
hubungan tertulis. 1978).
d ; DIORIT GRANODIORIT : terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok
dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfir, berwarna kelabu muda sampai kelabu.
Diorit yang tersingkap di sebelah utara Bantimala dan di sebelah timur Birru menerobos batu
pasir Formasi Balangbaru dan batuan ultramafik; terobosan yang terjadi di sekitar Camba
sebagian terdiri dari granodiorit porfir, dengan banyak fenokris berupa biotit dan amfibol, dan
menerobos batugamping Formasi Tonasa dan batuan Formasi Camba. Penarikan Kalium/Argon
granodiorit dari timur Camba (lokasi 8) pada biotit menghasiikan 9.03 juta tahun (J.D.
Obradovich, hubungan tertulis 1974).
t ; TRAKIT: terobosan trakit
berupa
stok,
sil
dan
retas;
bertekstur
porfir
kasardengan fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai kelabu
muda. Di sekitar Bantimala dan Tanetteriaja trakit menerobos batugamping FormasiTonasa, dan
di utara Soppeng menerobos batuan gunungapi Soppeng (Tmsv). Penarikan Kalium/Argon
trakit ; dari barat Bantimala (lokasi 3 dan 4 menghasilkan : pada felspar 8,3 juta tahun, dan pada
biotit 10.9 juta tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
b ; BASAL : terobosan basal berupa sil, stok dan retas, kebanyakan bertekstur porfir
dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, dan sebagian putih tansatmata;
berwarna kelabu tua kehitaman sampai kehijauan, sabagian dicirikan oleh srtuktur kekar
meniang bersegi enam, beberapa di antaranya bertekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Tonasa
membentuk sil di dalam batugamping Formasi Tonasa dan terobosan yang terjadi di sekitar
Malawa kebanyakan membentuk retas dalam batuan Formasi Malawa. Penarikan Kalium/Argon
pada batuan basal dari lokasi 7, di timur Tonasa 1, menunjukkan umur 17,7 juta tahun (Indonesia
Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
Kompleks Tektonika Bantimala
Ub ; BATUAN ULTRABASA : peridotit, sebagian besar terserpentinkan, berwarnahijau
tua sampai hijau kehitaman; kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui sesai naik ke arah
baratdaya; pada bagian yang pejal terlihat struktur berlapis, dan di beberapa tempat mengandung
buncak dan lensa kromit; satuan ini tebalnya tidak kurang dan 2500 m, dan mempunyai
sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
s ; BATUAN
megaskopikterlihat
MALIHAN : sebagian
mineral
di
besar sekis
dan
sedikit genes;
secara
klorit;
di bawahmikroskop tHoent & Ziegler (1915) dan Subroto & Saefudin (hubungan tertuis. 1972)
mengenali
sekis
glaukofan,
eklogit,
sekis
garnet,
sekis
amfibol,
sekis
kiorit,
Baruan
malihan
ini
umumnya
berpendaunan
miring
ke
arah
timurlaut,
sebagianterbreksikan, dan tersesarkan naik ke arah baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak
kurangdari 2000 m dan bersentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya. Penarikhan
Kalium/Argon pada sekis di timur Bantimala (lokasi 5) menghasilkan umur 111 juta tahun (J.D.
Obradovich. hubungan tertulis, 1974).
17
m ; KOMPLEK MELANGE : batuan campur aduk secara tektonik terdiri dari grewake,
breksi, kongomerat, batupasir; terkersikkan, serpih kelabu, serpih merah, rijang radiolaria merah,
batusabak, sekis, ultramafik, basal, diorit dan lempung; himpunan batuan ini mendaun,
kebanyakan miring ke arah timurlaut dan tersesarkan naik ke arah baratdaya; satuan ini tebalnya
tidak kurang dari 1750 m, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
2.3 Struktur Geologi Regional
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan stratigrafi dan tektonikanya adalah
sedimen flych Formasi
Balangbaru
dan Formasi
Marada; bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih
takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang
terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus, terdaunkan dan sebagian
tercampur menjadi melange. Oleh karena itu komplek batuan ini dinamakan Komplek Tektonik
Bantimala. Berdasarkan himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada
itu merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur Akhir. Gejala ini
menunjukkan, bahwa melange di Daerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada Kala Paleosen, yang hasil erupsinya terlihat
di timur Bantimala dan di daerah Birru (lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai). Pada Kala
Eosen Awal, rupanya daerah di barat berupa tepi
daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Malawa; sedangkan
di daerah timur, berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan klastika bersisipan
karbonat Formasi Salo Kalupang. Pengendapan Formasi Malawa kemungkinan hanya
berlangsung selama awal Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupangberlangsung sampai Oligosen
Akhir.
Di barat diendapkan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas sejak Eosen Akhir
sampai Miosen
Awal. Gejala
ini
menandakan
bahwa
selama
waktu
itu terjadi paparan lautdangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan adanya
pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal, sedangkan
di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi selama Miosen Awal, yang diwakili
oleh Batuan Gunungapi Kalamiseng dan Soppeng (Tmkv dan Tmsv).
Akhir kegiatan ganungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan
terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat pembentukan
Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awalMiosen Tengah, dan
menurun
perlahan
selama sedimentasi
sampai
Kala Pliosen.
Menurunnya
Terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya
nampak hingga sekarang di sebelah timur, dan sesar Soppeng yang hanyatersingkap tidak
menerus di sebelah barat.
Selama terbentuknya terban Walanae, di timur kegiatan gunungapi terjadi hanyadi bagian
selatan sedangkan
di
barat
terjadi
kegiatan
gunungapi yang
hampir merata
dariselatan ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen. Bentuk kerucut gunungapi
masih dapat
diamati di daerah
Tondongkarambu.
Suatu
tebing
sebelah
melingkar
mengelilingi
G.
Benrong,
di
utara
G.
Keberhasilan dari suatu penelitian pada awalnya ditentukan oleh persiapan yang matang.
Persiapan dan perencanaan dari suatu metode dan tahapan penelitian yang akan dilakukan pada
suatu penelitian akan membantu kelancaran dari penelitian tersebut. Berikut adalah metode dan
tahapan penelitian yang dipakai pada penelitian ini (lihat gambar 3.1).
sedimen
atau
piroklastikdihancurkan terlebih
dahulu
sampai
hancur
kemudian dicuci dengan detergen, laludirendam dengan air. Material ini kemudian disaring
menggunakan ayakan dengan ukuran tertentu untuk memisahkan material sedimen dengan fosil.
Material tersebut kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler untuk
mengidentifikasi jenis fosil yang di jumpai pada setiap sampel yang di analisa. Tujuan dari
analisa fosil ini adalah untuk menentukkan lingkungan pengendapan dan umur relatif dari
batuan.
3.2 Tahapan Penelitian
Untuk mencapai target yang maksimal dalam kegiatan penelitian dan penyusunan
tulisan akhir kegiatan lapangan ini maka dilakukan beberapa tahapan sistematis dan
terencana yang terdiri atas :
3.2.1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan pendahuluan sebelum melakukan pengambilan
data lapangan dan pemetaan detail. Adapun tahap persiapan ini terdiri atas beberapa sub tahapan
kegiatan, yaitu :
pemetaan
geologi.
Pembuatan
proposal
kepada
pihak
Pemerintah
Daerah
Kabupaten Bone sebagai syarat untuk memperoleh izin melakukan pengambilan data pada
wilayah pemerintah Daerah Kabupaten Bone.
3.2.1.2 Tahap pengurusan administrasi
Pengurusan masalah administrasi meliputi pengurusan perizinan kegiatan penelitian,
yang terdiri atas pengurusan perizinan kepada pihak :
1. Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.
2. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3. Pemerintahan Propinsi Tk. I melalui sub bagian BALITBANGDA Propinsi Sulawesi Selatan.
4. Pemerintah Daerah Tk II melalui sub bagian Kesbang Kabupaten Bone.
5. Pemerintah Daerah tingkat Kecamatan Lamuru.
6. Kepala desa tempat daerah penelitian.
3.2.1.3 Tahap studi pendahuluan
Tahap ini merupakan tahap pendahuluan sebelum melakukan penelitian dan pengambilan
data di lapangan, meliputi studi regional daerah penelitian untuk mengetahui gambaran umum
tentang data geologi pada daerah penelitian. Studi pendahuluan ini juga termasuk studi literatur
yaitu untuk mempelajari karakteristik dari setiap data secara langsung di lapangan sehingga
mempermudah dalam kegiatan penelitian.
3.2.1.4 Tahap pengadaan database
Tahap ini meliputi pengadaan peta dasar untuk ploting terhadap pengambilan data di
lapangan. Prosedur pengadaan peta dasar ini yaitu dengan membuat peta topografi dengan skala
1 : 25.000 pada koordinat geografis koordinat 119o5700 BT 1200100 BT dan 043300
LS 043600 LS, yang merupakan hasil perbesaran dari Lembar Lalebata, nomor 2011-34 dan
Lembar Taccipi nomor 2111-13 Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000 yang diterbitkan
BAKOSURTANAL edisi I tahun 1991 (Cibinong, Bogor). Data ini diambil dari peta digital
Sulawesi Selatan yang diolah menggunakan software Arc GIS 10.Pengolahan data base
selanjutnya akan dilakukan setelah tahap pengambilan data lapangan, pengolahan data, dan tahap
analisa data.
1.
2.
kondisi
morfologi
dengan
menggunakan
kamera; pengukuran
data
lapangan
geologi
secara
detail
dimaksudkan
untuk
memperoleh
data
geologi
yang lebih rinci. Secara teknis urutan pengambilan data dan pengukuran yang dilakukan,
adalah :
Penentuan titik pengamatan pada peta dasar, 1: 25.000
Pengamatan kondisi singkapan dan hubungannya dengan batuan sekitar
Pengamatan dan pengambilan data geomorfologi
Pengamatan sifat fisik batuan, meliputi : warna, tekstur batuan, struktur batuan, dan komposisi
mineral penyusun.
Penentuan dan pengukuran unsur-unsur struktur geologi.
Pengambilan contoh batuan untuk analisa laboratorium
Pengamatan bahan galian yang ada pada daerah penelitian.
Pengambilan dokumentasi berupa sketsa dan foto
Pengecekan lapangan perlu dilakukan untuk mengevaluasi hasil penelitian pemetaan detail dan
untuk melengkapi data yang dianggap kurang.
3.2.3
3.2.4
3.2.6
3.2.7
ini laporan yang telah disusun dalam bentuk skripsi dipresentasekan dalam bentuk ujian
seminar hasil
dan
ujian
akhir
di
depan
dosen
penguji.
BAB IV
PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA PENELITIAN
Rp 50.000,Rp. 50.000,-
B. Operasional Lapangan
1. Transportasi ke lokasi penelitian PP (Makassar Bone)
3 kali @ Rp.250.000
Rp. 750.000,2. Akomodasi
Rp 1.000.000,3. Sewa Peralatan lapangan
GPS 3 x @ Rp.100.000
Rp. 300.000,
Palu Geologi 3 x Rp.50.000
Rp 150.000,
Kompas Geologi 3 x Rp.50.000
Rp. 150.000,-
C. Analisa Laboratorium
1.
2.
3.
Rp.1.000.000,-
Rp. 500.000,Rp.6.000.000,-
BAB V
PENUTUP
Demikian proposal ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Penelitian
Pemetaan Geologi pada Daerah Daerah Lompo Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi
Sulawesi Selatan. Proposal ini diajukan sebagai bahan pertimbangan dan semoga mendapat
perhatian dan dukungan dari berbagai pihak.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi Kabupaten Bone
pada umumnya dan Daerah Daerah Lompo Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi
Sulawesi Selatan secara khusus bagi pengembangan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan
dimasa yang akan datang.
2014 (1)
Desember (1)
Proposal Pemetaan Geologi Daerah Lompo Kecamatan L...
2012 (1)
Mengenai
Saya
sutrisno tryz
Lihat profil
lengkapku
Template Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.