Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN MENINGITIS DI RUANG DAHLIA TIMUR


RSUD BUDHI ASIH

Disusun oleh:
Andrianus Atu Rani

(201617002)

Linda

(201617014)

Margareta E. Solin

(201617016)

Nisa Apriani

(201617025)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus


Program Profesi Keperawatan A
Semester I / 2016-2017
Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Meningitis bakteri merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP), terutama
menyerang anak usia < 2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia 618 bulan (Novariani et al., 2008) Meningitis adalah radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh
virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Gejala meningitis yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala,
pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat
lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan
menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya
menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan
nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan
kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan. (Japardi,
Iskandar., 2002)
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan
droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan
cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port dentree utama
pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain
melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan
yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan
serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan
peradangan pada selaput otak dan otak.(Anonim., 2007)
Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki laki lebih
sering

dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lain ruptur

membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.Sedangkan


faktor

imunologinya

adalah

immunoglobulin (Smeltzer,2001)

defisiensi

mekanisme

imun,defisiensi

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
a) Meningitis adalah peradangan pada meningen otak yang merupakan hasil
dari masuknya pathogen ke SSP yang kemudian menyebabkan terjadinya
respon toksik dan merupakan hasil dari komplikasi pembedahan saraf ,
trauma, infeksi sistemik, sinus atau infeksi telinga. (Susan, dkk. 2013)
b) Meningitis ditandai dengan peradangan pada meningen , membrane yang
melapisi otak dan sumsum tulang belakang. Bakteri, virus, jamur, dan
organism parasit semua dapat menyebabkan meningitis, tetapi meningitis
bakteri yang paling umum terjadi. (Black & jane, 2009)
2. Anatomi Fisiologis

Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi


25% oksigen dan menerima 1,5 % curah jantung. Otak dibagi menjadi 3
bagian besar : serebrum, batang otak, dan serebelum. Semua berada dalam
satu bagian struktur tulang yang disebut tulang tengkorak, yang juga
melindungi otak dari cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk
tulang tengkorak : tulang frontal, parietal, temporal, dan oksipital. Pada dasar
tengkorak terdiri dari tiga bagian fossa fossa. Bagian fossa anterior berisi

lobus frontal serebral bagian hemisfer; bagian tengah fossa berisi lobus
parietal. temporal, dan oksipital, dan bagian fossa posterior berisi batang otak
dan medulla. (Brunner & Suddarth, 2004)
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi otak
dan struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi
sejenis cairan, yaitu cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal merupakan
cairan yang ada didalam rongga cranium yang dihasilkan oleh plexus
choroidalis yang berfungsi untuk melindungi otak daro trauma.
Meningen merupakan selaput atau membrane yang terdiri dari connective
tissue yang melapisi dan melindungi otak, terdiri atas tiga (3) bagian, yaitu :
a) Pia Mater
Merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi
permukaan otak dan membentang ke dalam sulkus, fisura, dan sekitar
pembuluh darah diseluruh otak. Pia mater juga membentang ke dalam
fisura tranversalis dibawah corpus collosum. Ditempat ini pia mater
membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan
bergabung dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus
untuk membentuk fleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Jika
terjadi peransangan pada bagian ini maka akan menimbulkan sakit kepala
yang hebat. (Fitriani, 2007).
b) Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan pia mater dan dura mater,
mengandung cairan serebrospinalis, pembuluh darah, serta jaringan
penghubung yang mempertahankan posisi araknoid terhadap pia mater
dibawahnya.
c) Dura Mater
Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
ikat yang tebal dan kuat. Duri kranialis atau pachymeninx adalah struktur
fibrosa yang kuat dengan lapisan dalam (meningen) dan lapisan luar
(periosteal). Dura mater lapisan luar melekat pada permukaan dalam
cranium dan juga membentuk periosteum. Diantara kedua hemispher
terdapat invaginasi yang disebut falx cerebri yang melekat pada crista
galli dan meluar ke crista frontalis ke belakang sampai ke protuberantra
occipitalis interna, tempat dimana dura mater bersatu dengan tentorium
cerebella yang meluas kedua sisi.

3. Patoflowdigram (Terlampir)
B. Tumbuh Kembang Anak
1. Tumbuh Kembang menurut Sigmund Freud
- Tahap oral (lahir 18 bulan), kesenangan bayi berpusat pada
mulutnya. Kepuasan pokok berada/berasal mulut seperti makanan,
sehingga segala sesuatu yang dimasukan ke dalam mulut akan
dimakan.

Pada

tahap

ini

timbul

rasa

ketergantungan

pada

ibu/pengasuh, karena mereka yang member makan, melindungi dan


merawat. Ketidakpuasan pada tahap ini dapat terjadi kemunduran
(regresi) seperti menghisap jempol.
2. Tumbuh Kembang menurut Erik Erikson
- Tahap Trust vs Mistrust (0 1 tahun. Kepercayaan vs Kecurigaan)
Pada tahap ini pengembangan rasa percaya kepada orang lain selain
kedua orang tuanya. Apabila bayi membangun rasa percaya kepada
orang lain/penjaganya, maka dia akan merasa aman dan terlindungi.
Kegagalan pada tahap ini dapat menyebabkan bayi merasa takut,
ketidaknyamanan sehingga bayi akan merasa curiga dengan orang
lain.
3. Tumbuh Kembang menurut Piaget
- Tahap sensorimotor (0 2 tahun)
Bayi membangnun pemahaman

mengenal

dunia

dengan

mengkoordinasikan pengalaman sensoris dengan tindakan fisik. Bayi


mulai

mengalami

kemajuan

dari

tindakan

reflex

sampai

menggunakan pikiran simbolis hingga akhir tahap. (Ayriza, 2012).


C. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan Anak Berdasarkan Gordon
a) Persepsi kesehatan :
- riwayat persalinan
- Riwayat luka terbuka atau trauma
- Riwayat penyakit infeksi : ISPA, OMA, sinusitis
- Riwayat operasi
- Vaksinasi
b) Persepsi kognitif
- Mudah terangsang
- Fotofobia
- Disorientasi (coma)
- Nyeri kepala
c) Nutrisi Metabolik
- Muntah
- Anoreksia
- Demam
d) Aktivitas & Latihan

Malaise, tremor, Kejang


Menangis
Kaku kuduk

2. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko ketidakefektifan pola napas b.d infeksi
b) Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK
c) Resiko injuri b.d adanya infeksi, kejang sekunder, dan edema serebral
d) Nyeri b.d proses inflamasi
e) Perubahan proses keluarga b.d penyakit serius pada anak
f) Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
g) Resti kekurangan cairan dan elektrolit
3. Discharge Planning
a) Motivasi agar terus menstimuli perkembangan
b) Pantau tanda kekambuhan
c) Pemberian obat teratur
d) Ajarkan orang tua penanganan awal pada saat terjadi kejang
e) Anjurkan orang tua untuk memperhatikan nutrisi
f) Ajarkan orang tua untuk mobilisasi bayi

BAB III
PENGAMATAN KASUS
A.
B.
C.
D.

Resume Asuhan Keperawatan (Terlampir)


Pengkajian Sesuai Format (Terlampir)
Analisa Sintesa (Terlampir)
Format Asuhan Keperawatan Anak (Terlampir)

BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan pada kasus ini, dilihat dari pengkajian awal sesuai dengan teori yaitu
pertama pada pola persepsi kesehatan ditemukannya penyakit ispa pada anak
sebelum masuk rumah sakit, lalu anak juga mendapatkan vaksin lengkap sampai usia
9 bulan. Kedua, pada pola nutrisi metabolik ditemukannya kondisi anak demam dan
muntah dengan status gizi berdasarkan nchs adalah sedang. Ketiga, pada pola
aktivitas dan latihan ditemukannya kondisi anak kaku kuduk, dengan menangis
lemah. Keempat, pada pola persepsi kognitif dikaji anak sempat koma atau tidak
sadarkan diri dirumah sampai masuk rs keadaan somnolen.
Kesadaran pasien saat masuk rumah sakit yaitu somnolen dan sempat henti nafas.
Lalu dengan adanya penurunan tekanan darah maka diberikannya terapi dobutamin.
Terapi dobutamin diberikan agar meningkatkan tekanan darah, terapi ini diberikan
sampai 6 hari masa perawatan, selanjutnya tekanan darah pasien stabil dalam batas
normal.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Meningitis adalah peradangan pada meningen otak yang merupakan hasil dari
masuknya pathogen ke SSP yang kemudian menyebabkan terjadinya respon
toksik dan merupakan hasil dari komplikasi pembedahan saraf , trauma,
infeksi sistemik, sinus atau infeksi telinga. (Susan, dkk. 2013) meningitis
disebabkan oleh virus, jamur, bakteri, trauma terbuka, menurunnya imunologi
pada anak.
Tanda gejala yang biasa ditemukan pada pasien meningitis yaitu demam,
kejang, malaise, kernig sign (+), brudzinski sign (+), mual muntah,
penurunan kesadaran, nyeri kepala. Insiden terjadinya meningitis secara
tumbuh kembang sering terjadi pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun.
Komplikasi yang dapat terjadi pada meningitis yaitu edema otak,
hidrosefalus, herniasi, syok kardiogenik, penurunan kesadaran.
B. SARAN

Dengan adanya makalah ini penulis dapat lebih memahami tentang


bagaimana penyakit meningitis dan dapat melakukan perawatan yang baik
serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik dengan adanya hasil
makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah
wawasan dari ilmu yang telah di dapatkan dan lebih baik lagi dari
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Subcommittee on Infection Disease, Meningitis, Pediatrics Journal,


20: 417-31.
Bherman,dkk. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Japardi, I., 2002, Meningitis meningococcus, Fakultas Kedokteran Bagian Bedah,
Universitas Sumatera Utara.
Lumongga, F. (2007). Meninges Dan Cerebrospinal Fluid. USU Repository , 2.
Novariani M., Herini E. S., S. Y. Patria, 2008, Faktor Risiko Sekuele Meningitis
Bakterial pada Anak, Sari Pediatri, 9: 342-7.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Wilson & Hockenberry. (2007). Wongs nursing care of infants and children. Canada:
Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai