BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang dibawa
melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Penyakit DBD sampai saat ini masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia
dan sering menimbulkan angka Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian
yang besar. Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah tempat
penampungan air
reservoir, tempayan, bak mandi,/wc dan ember, tempat penampungan air bukan
untuk keperluan sehari-hari, seperti: tempat minum burung, vas bunga,
perangkap semut tampungan air dibelakang lemari es, dan barang-barang bekas
(ban, botol, kaleng, plastik dan lain lain) serta tempat penampungan air alamiah
seperti: lobang pohon, lobang batu, pelempah daun, tempurung kelapa, pelempah
pisang dan potongan bambu (Soegijanto, 2004).
Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan
kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate
(CFR) = 41,3%. Sejak itu penyakit DBD menunjukkan kecenderungan
peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit. Seluruh wilayah Indonesia
mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD, kecuali daerah yang memiliki
ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Penyakit DBD
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk,
adanya kontainer buatan ataupun alami ditempat pembuangan akhir sampah
(TPA) ataupun ditempat sampah lainnya, penyuluhan dan perilaku masyarakat,
antara lain : pengetahuan, sikap, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),
fogging, abatisasi, dan pelaksanaan 3M+T (menguras, menutup, mengubur dan
taburkan) (Marlinda 2005) diakses tanggal 02 Oktober 2010.
Penanganan yang paling efektif untuk pencegahan penyakit DBD sesuai juga
dengan yang disampaikan oleh DepKes RI (2005)
adalah meningkatkan
oleh
karena:
antara
rumah
jaraknya
berdekatan,
yang
angka kesakitan dan kematian dapat terus berkurang atau diminimalisir serendah
mungkin.
Merebaknya kembali kasus pnyakit DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai
kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran
masyarakat akan keberhasilan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena
pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini (Litbang kes,
2004).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan dari latar belakang dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik
untuk
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran perilaku keluarga
terhadap pencegahan penyakit DBD di lingkungan rumah di Kelurahan
Baleendah Kecamatan Baleendah.
2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penyakit
DBD.
b) Mengidentifikasi sikap keluarga terhadap pencegahan penyakit DBD.
c) Mengidentifikasi tindakan keluarga terhadap pencegahan penyakit
DBD.
d) Mengidentifikasi perilaku keluarga terhadap pencegahan penyakit DBD
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Peneliti
Menambah pengetahuan dan informasi tentang penyakit DBD dan proses
penelitian memperoleh gambaran perilaku keluarga terhadap pencegahan
penyakit DBD di lingkungan rumah di Kelurahan Baleendah Kecamatan
Baleendah.
2. Puskesmas
Data awal bagi puskemas dalam melakukan program kerja di Kelurahan
Baleendah Kecamatan Baleendah, sehingga dapat menjadi perhatian serius
bagi Puskesmas dalam pencegahan penyakit DBD dan pengembangan sasaran
pelayanan kesehatan kepada masyarakat di masa mendatang.
3. STIK Immanuel Bandung
Diharapkan dapat memberi kontribusi dalam proses belajar bagi mahasiswa
STIK Immanuel Bandung, baik dalam belajar maupun dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
10
(valuting),
dan
bertanggung
jawab
(responsible)
(Notoatmodjo, 2003).
d. Tindakan
Tindakan atau praktik adalah suatu perbuatan nyata untuk melaksanakan
atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (Notaotmodjo,
2007)
e. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam suatu keadaan ketergantungan
(Depkes RI, 1998).
f. Pencegahan Penyakit DBD
Pencegahan adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
penyakit melalui suatu usaha yang dilakukan secara berkala untuk
mendeteksi suatu penyakit secara dini (Effendy, 1998). Pencegahan
dilakukan oleh masyarakat di lingkungan rumah dengan melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) (Depkes RI, 1998).
10
2. Defenisi Operasional
Tabel 1. Definisi operasional
Variabel
Perilak keluarga
Sub variabel
terhadap a. Pengetahuan
Defenisi Operasional
Alat
Pengetahuan adalah sesuatu yang Angket
keluarga
tentang
tahu
(C1),
memahami
(C2)
dan
mengaplikasikan
(C3)
yang
meliputi:
Tahu
(Know)
pengertian
mengetaui
penyakit
DBD,
Hasil Ukur
Baik
:
Skala ukur
apabila Ordinal
Kurang
apabila
11
b. Sikap
Mendukung
penelitian
ini
atau
(Favorable) apabila
pendapat
keluarga
terhadap
didapatkan: Nilai T
Ordinal
keluarga
penilaian
terhadap
pencegahan DBD
pencegahan DBD yang meliputi
mean T
Tidak
mendukung
(Unfavorable)apabil
a didapatkan: Nilai T
Tindakan dalam penelitian ini Observasi
< mean T
Mendukung
keluarga terhadap
apakah
(Favorable) apabila
pencegahan DBD
program
c. Tindakan
keluarga
melaksanakan
pencegahan
penyakit
didapatkan: nilai T
Ordinal
12
mean T
Tidak
mendukung
(Unfavorable)apabil
a didapatkan: nilai T
2.
Menutup
< mean T
penampun
gan air
3.
Mengubu
r barangbarang
bekas
4.
Menyingkirkan
pakaian-
13
tidur
siang,
maupun
yang
semprot.
7. Memelihara ikan pemakan
jentik
14
15
F. Kerangka Pikir
G. Pencegahan penyakit menular khususnya demam berdarah melalui upaya
penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat serta melakukan
tindakan pengasapan (fogging). Upaya dari pihak masyarakat yang dalam hal
ini diwakili oleh para orang tua. Kesadaran masyarakat tercermin dari perilaku
kesehatannya yang sangat ditentukan oleh peran aktif para orang tua dalam
menanamkan perilaku sehat bagi keluarganya.
H.
I.
16
dan diiringi sikap yang posotif maka akan tercapai upaya pencegahan penyakit
DBD yang lebih baik.
L.
M. Menurut Lewrence Green 1980 (dalam Notoatmodjo, 2003), bahwa
perilaku kesehatan dipengaruhi atau terbentuk dari tiga faktor yaitu : faktor
predisposisi (Predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, nilai-nilai dan keyakinan. Faktor pendukung (Enabling factor),
yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas kesehatan atau
sarana kesehatan. Faktor pendorong (Reinforcing factor), yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh masayarakat (Notoatmodjo, 2003)
N. Perilaku keluarga dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu
diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal atau faktor dari
dalam dipengaruhi oleh : umur, jenis kelamin, pendidikan dan sosial dan
ekonomi. Faktor eksternal atau faktor dari luar didapat dari sumber-sumber
informasi seperti informasi dari petugas kesehatan, informasi media cetak :
buku, majalah, informasi dari media elektronik : TV, Radio.
17
T.
PENCEGAHAN
DBD
U.
Baik
> 60%-100%
Kurang Baik < 60%
Favorable
mean T
Unfavorable T <
V.
-
W.
X.
Y.
Faktor Pendorong/Reinforcing
Dukungan Petugas
Kesehatan
Z.
Penyuluhan Kesehatan
AA.
Favorable
mean T
Unfavorable T <
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
18
AB.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
AC.
A. Perilaku
1. Defenisi Perilaku
AD.
hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada
dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi
kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan
diantaranya kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan,(Marlinda,2004).
AE.
dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari, Robert Kwick (1974 dalam
Notoadmodjo, 2007). Menurut Skinner (1938 dalam Notoadmodjo, 2007)
menyatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang,
(stimulus), tanggapan dan respon. Aspek prilaku yang dikembangkan dalam
proses pendidikan meliputi tiga ranah yaitu: ranah kognitif (pengetahuan),
ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotor (ketrampilan). Bloom (1908,
dalam Notoadmodjo, 2007)
19
AF.
20
a. Faktor
prediposisi
(predisposing
factors)
pengetahuan,
sikap,
sumber/fasilitas.
c. Faktor memperkuat atau mendorong (reinforcing factors) : sikap dan
perilaku
AJ.
4. Klasifikasi perilaku
AK.
21
b. Perilaku sakit
c. Perilaku peran sakit
AL.
5. Perilaku Kesehatan
AM.
22
erat kaitannya
dengan
semakin
hubungan
transfortasi
serta
23
24
Pertama
adalah
peningkatan
permeabilitas
vaskuler
yang
pada
hemostatis
yang
mencakup
perubahan
vaskuler,
25
26
AZ.
5. Diagnosa
BA. Diagnosis penyakit DBD biasa dilakukan secara klinis (WHO, 1999):
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara
disertai gagal ginjal tidak spesifik, seperti: lisis. Demam berkisar 3940C anoreksi, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dan
kepala.
b. Manifestasi perdarahan, seperti uji torniquet positif, petekie, pirpura,
ekimosis, epistaksia, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.
c. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.
d. Dengan/tanpa syok. Syok yang terjadi pada saat demam biasanya
mempunyai prognosis yang buruk.
e. Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.
f. Adanya ruam-ruam pada kulit.
g. Leukopenia
27
Kriteria Laboratorium:
28
29
5% (1:3)
dipasang dengan tetesan rumatan sesuai berat badan. Di samping itu perlu
dlakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 6 jam dan trombosit setiap 6-12 jam.
Apabila pada tindak lanjut telah terjadi perbaikan klinis dan laborantorium,
pasien dapat dipulangkan, tetapi bila kadar Ht cenderung naik dan trombosit
menurun, maka infuse caiaran diganti dengan ringer
agar
nyamuk
tak
dapat
berkembang
biak
lagi.
30
karena vaksin belum tersedia. Saat ini satu-satunya cara yang efektif untuk
menghindari infeksi virus Dengue adalah menghindari gigitan dari nyamuk
yang terinfeksi (Marlinda, 2004).
BN.
8. Perilaku keluarga terhadap pencegahan penyakit DBD
BO. Dalam masalah ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya
pencegahan penyakit DBD dengan memutus mata rantai penularannya
dengan pemberantasan vektor penyakit demam berdarah dengue. Namun
yang terdepan dan strategis dalam pelaksanaan pencegahan DBD ini adalah
perilaku keluarga dalam memutuskan mata rantai penularan penyakit DBD
di lingkungannya (Depkes RI, 2005).
BP.
BQ. Perilaku keluarga yang dimaksud dalam pencegahan penyakit DBD
adalah keterlibatan tanggung jawab mental dan emosional. Keterlibatan
tanggung jawab meliputi penyediaan sarana kesehatan lingkungan yang
memenuhi syarat kesehatan misalnya penyediaan tong sampah, pengelolaan
sarana yang diadakan agar tetap terjamin dan terpelihara sehingga tidak
menjadi perindukan vektor penyakit DBD misalnya memelihara parit dengan
tidak membuang sampah kedalamnya, pemantauan dan pengawasan
31
BT.
vas
bunga
burungseminggu sekali.
3) Menutup rapat tempat penampungan air.
dan
tempat
minuman
32
1) Pengasapan/fogging
berguna
untuk
mengurangi
kemungkinan
33
34
35
CG.
CH.
CI.
CJ.
CK.
CL.
CM.
CN.
CO.
CP.
BAB III
METODE
PENELITI
AN
CQ.
A. Desain Penelitian
1. Desain penelitian
36
CR.
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2005). Variabel penelitian adalah perilaku keluarga terhadap
pencegahan penyakit DBD di lingkungan rumah di Kelurahan Baleendah
Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.
CU.
3. Sub Variabel Penelitian
CV.
37
CW.
1. Populasi
CX.
Populasi
adalah
keseluruhan
objek
penelitian atau
objek
yang
diteliti
(Notoatmodjo,
2002). Sebagai
populasi dalam
penelitian
ini
adalah seluruh
keluarga
di
Kelurahan
Baleendah
Kecamatan
Baleendah.
Jumlah
keluarga
di
38
Kelurahan
Baleendah
adalah
11996
keluarga.
CY.
2. Sampel
CZ.
Sampel
adalah sebagian
atau wakil yang
diteliti
(Arikunto,
2002).
Tehnik
pengambilan
sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah diambil
secara
Area
Probability
sample.
Dilakukan
dengan
39
mengambil
wakil
dari
setiap wilayah
yang
terdapat
dalam populasi.
Cara
menentukan
besarnya
sampel
dari
masing-masing
wilayah
di
Kelurahan
Baleendah
digunakan
teknik
Proposional
Rondom
Sample.
Cara
pengambilan
banyaknya
seimbang dari
tiap-tiap
40
wilayah
dan
diambil secara
acak.
Besar
sampel
dalam
penelitian
ini
ditentukan oleh
rumus Cochran
(1991), yaitu:
DA.
n=
DB.
N
2
1+ N ( d )
Keteranga
n:
DC.
n = Besar
Sampel
Minimum
DD.
N
Jumlah
Populasi
DE.
d
Kesalahan
(absolute) yang
dapat di tolerir
41
pada penelitian
ini yaitu (0.1)
DF.Besarnya
proporsi jumlah
sampel
dari
setiap wilaya di
tentukan
dengan
menggunakan
rumus :
DG.
n=
DH.
X
xS
n
Keteranga
n:
DI. n =
sempel
Jumlah
dalam
setiap wilayah
DJ.X=
Jumlah
populasi dalam
setiap wilayah
DK.
N= Jumlah
total populasi
42
DL.
S= Ukuran
sampel total
DM.
Tabel
Proporsi
Sampel Setiap
Rw
HM.
Setelah
dilakukan
perhitungan
43
dengan
diketahui
jumlah
populasi 11996
keluarga
di
Kelurahan
Baleendah
Kecamatan
Baleendah,
maka
didapat
besar
sampel
sebanyak
keluarga.
HN.
C. Kriteria Sampel
HO.
99
44
HP.
D. Variabel Penelitian
HQ.
Variabel Penelitian adalah suatu atribut, sifar, atau nilai dari orang,
objek kegiana yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari, atau kemudian ditarik kesimpulan (sugiyono, 2006).
1. Variabel Pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit DBD
2. Variabel Sikap keluarga terhadap pencegahan penyakit DBD
3. Variabel Tindakan keluarga pencegahan penyakit DBD
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
HR.
45
memperoleh data atau informasi dari responden tentang hal-hal yang ingin
diketahui (Arikunto, 2003). Angket yang digunakan berbentuk angket tertutup,
artinya jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih
jawaban yang telah ada. Komponen angket terdiri dari aspek pengetahuan,
sikap keluarga terhadap pencegahan penyakit DBD. Alasan penggunaan angket
tertutup adalah untuk memungkinkan jawaban lebih terarah.
HU.
HV.
46
IA.
IB.
r bis(i)=
(x ix t )
St
Keterangan :
{ }
Pi
Qi
47
IC.
r bis(i)=
ID.
x i=
soal nomor i
IE.
x t=
IF.
S t =
IG.
Pi=
IH.
Qi=
II.
IJ.
Sedangkan untuk uji validitas instrument sikap yang berupa skor yang
48
n X 2
nY 2
n xy( x)( y)
rxy=
IK.
IL.
Keterangan :
IM.
rxy
IN.
= Jumlah sampel
IO.
IP.
= Skor total
IQ.
IR.
49
H. Reliabilitas
IT.
IX.
K
( K1
)( V V pq )
t
r 11 =
IY.
Keterangan :
IZ.
r 11 =
JA.
Reabilitas instrument
50
JB.
V t = Varians total
JC.
JD.
JE.
JF.
JG.
[ ][
a=
S2
k
1 2 i
k1
Sx
Keterangan :
JH.
JI.
JJ.
JK.
JL.
51
I. Pengumpulan data
1. Pengolahan Data
JN.
52
komputer.
JS.
JT.
2. Analisa Data
JU.
a. Analisa Univariat
JV.
distribusi frekuensi.
1) Pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit DBD
53
JW.
penyakit
pertanyaan diberi skor. Untuk setiap item yang dijawab benar diberi
nilai satu (1), dan jika salah satu jawaban tidak diisi diberi nilai nol
(0). Untuk variabel pengetahuan teknik analisa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan rumus proporsi. Rumusnya adalah :
JX.
JY.
x
P= x 100
n
JZ.
Keterangan :
KA.
P = Persentase
KB.
KC.
KD.
54
KE.
KF.
<60%
= Kurang
KG.
KH.
KI.
KJ.
Keterangan :
KK.
: Persentase klien
KL.
KM.
Dari
hasil
KN.
KO.
perhitungan
kemudian
100%
: Seluruh klien
diinterprestasikan
55
KQ.
80% - 90%
KR.
60% - 79%
KS.
40% - 59%
KT.
20% - 39%
KU.
1% - 19%
KV.
0%
KZ.
56
LA.
LB.
LC.
LD.
LE.
LF.
LG.
LH.
LI.
LK.
LL.
T =50+10
x
( x
SD )
57
LM.
Keterangan :
LN. T
LO. X
Skor
responden
diubah
LP.
menjadi skor T
LQ.
LR.
SD
= Standar deviasi
LS.
LT.
Kategori:
58
LV.
LW.
LX.
f
P= x 100
n
LY.
Keterangan :
LZ.
: Persentase klien
MA.
MB.
MC.
Dari
hasil
perhitungan
kemudian
diinterprestasikan
100%
: Seluruh klien
ME.
80% - 90%
MF.
60% - 79%
MG.
40% - 59%
59
MH.
20% - 39%
MI.
1% - 19%
MJ.
0%
Untuk
mengukur
pencegahan penyakit
variabel
Tindakan
keluarga
tentang
tindakan responden benar (+) atau tidak benar (-) digunakan skor T:
MM. Interprestasi data menggunakan rumus Skor T (Azwar 2008)
T =50+10
MN.
x
( x
SD )
MO.
MP.
Keterangan :
MQ. T
= Skor responden
MR. X
hendak diubah
60
MS.
menjadi skor T
MT.
MU.
SD
= Standar Deviasi
MV.
MW.
Penentuan
skor T dilakukan
pada
setiap
item
Kategori:
61
f
P= x 100
n
NA.
NB.
NC.
ND.
Keterangan :
NE.
: Persentase klien
NF.
NG.
NH.
Dari
hasil
perhitungan
kemudian
diinterprestasikan
100%
: Seluruh klien
NJ.
80% - 90%
NK.
60% - 79%
NL.
40% - 59%
NM.
20% - 39%
62
NN.
1% - 19%
NO.
0%
T =50+10
NR.
NS.
x
( x
SD )
Keterangan :
NT. T
= Skor responden
NU. X
hendak diubah
NV.
menjadi skor T
63
NW.
NX.
SD
NY.
= Standar Deviasi
Penentuan
skor T dilakukan
pada
setiap
item
Kategori:
OC.
OD.
f
P= x 100
n
64
OE.
OF.
OG.
Keterangan :
OH.
: Persentase klien
OI.
OJ.
OK.
Dari
hasil
perhitungan
kemudian
diinterprestasikan
100%
: Seluruh klien
OM.
80% - 90%
ON.
60% - 79%
OO.
40% - 59%
OP.
20% - 39%
OQ.
1% - 19%
OR.
0%
65
OS.
J. Prosedur penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Memilih lahan penelitian
b. Melakukan studi pendahuluan dan pengambilan data untuk menentukan
masalah
c. Melakukan studi kepustakaan tentang hal yang berkaitan dengan
penelitian
d. Menyusun proposal penelitian
e. Konsultasi proposal penelitian
f. Seminar proposal penelitian
g. Perbaikan proposal
h. Permohonan ijin peneitian
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan uji coba instrument
66