Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

KATARAK

DISUSUN OLEH:
Derryl Komala Putra
406148043

PEMBIMBING:
dr. Faozan, Sp.M

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 18 JULI 2016 20 AGUSTUS 2016

LAPORAN KASUS
\
LAPORAN PENGESAHAN

Nama

: Derryl Komala Putra

NIM

: 406148043

Fakultas

: Kedokteran Umum

Tingkat

: Program Pendidikan Profesi Dokter

Periode Kepanitraan Klinik

: 18 Juli 2016 20 Agustus 2016

Judul Kasus

: Katarak

Diajukan

: Juli 2016

Pembimbing

: dr. Faozan, Sp.M

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL:

Mengetahui,

dr. Faozan, Sp.M


Pembimbing Ilmu Penyakit Mata
RS Bhayangkara Semarang

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 2

LAPORAN KASUS
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

STATUS PASIEN

Dokter Muda
Nama Dokter Muda
NIM
Tanggal
Rumah Sakit
Gelombang Periode

Derryl Komala Putra


406148043
25 Juli 2016
Bhayangkara Semarang
18 Juli 20 Agustus 2016

Nama Pasien
Umur
Alamat
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Pendidikan
Status Pernikahan
No. RM
Diagnosis

Tn W
50 tahun
Gabahan Tanjungharjo 016/003 Grobogan
Laki laki
Petani
Islam
SMA
Menikah
16.07.133936
OD Katarak Senilis Matur

ANAMNESIS (25 Juli 2016)


Keluhan Utama
Keluhan Tambahan

Penglihatan tampak kabur


Penglihatan tampak berkabut, kadang terasa silau dan mudah
lelah
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang kepoli mata Rs. Bhayangkara Semarang
dengan keluhan pengilhatan kabur pada mata kanan,
dirasakan bertambah parah sejak dua bulan terakhir. Pasien
mengeluhkan penglihatannya berkabut, terkadang terasa silau
jika melihat cahaya, dan tidak nyaman untuk melihat
sehingga sering terasa lelah. Mata gatal, kemerahan, dan
lengket disangkal oleh pasien. Sebelumnya sudah diobati
dengan obat tetes, namun tidak membaik. Mata kiri pasien
telah dilakukan operasi katarak 1 tahun yang lalu, dan
sekarang tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penglihatan buram pada mata kiri, sudah
dioperasi 1 tahun yang lalu
Riwayat menggunakan kacamata (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Melitus (-)
Riwayat Penyakit Keluarga Terdapat riwayat katarak pada ibu dan saudara kandung
pasien
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 3

LAPORAN KASUS

Kebiasan/Lingkungan

Pasien sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dan selalu


terpapar matahari langsung.
Dalam bekerja pasien jarang menggunakan pelindung
mata atau topi.

Anamnesis Sistem
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Cerebrospinal
Cor.
Pulmo
Abdomen
Urogenital
Extremitas/
muskuloskeletal

Dalam batas normal


Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal

Kesimpulan Anamnesis:

Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur dan berkabut, sering merasa silau
dan tidak nyaman
Mata kiri pasien telah dilakukan operasi katarak 1 tahun sebelumnya
Pasien bekerja sebagai petani dan sering terpapar matahari dalam waktu lama
Dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari pasien tidak pernah menggunakan
pelindung mata atau topi.
Terdapat riwayat katarak pada orang tua dan saudara kandung pasien

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (25 JULI 2016)


Pemeriksaan

OD

OS

Visus jauh
Refraksi
Koreksi
Visus dekat
Proyeksi sinar
Persepsi warna
(merah, hijau)

3/60

0.6

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 4

Penilaian
Dikerjakan
Tidak

LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN OBYEKTIF (25 JULI 2016)
NO

Pemeriksaan

OD

OS

1
2

Posisi mata
Gerakan bola mata

Lapang pandang

Kelopak mata
(superior et inferior)
Benjolan
Edema
hiperemis
ptosis
lagopthalmus
ectropion
entropion
corpus alienum
Bulu mata
trikiasis
madarosis
krusta
Aparatus lakrimalis
Sakus lakrimalis
hiperemis
edem
fistel
Punctum lakrimalis
eversi
discharge
Konjungtiva
Kunjungtiva bulbi
warna
Transparan
vaskularisasi
nodul
edema
corpus alienum
-

Ortoforia

Tidak ada
penyempitan
S
I

Ortoforia

Dikerjakan

Tidak ada
penyempitan
S
I

Transparan
-

K. Tarsal Superior
warna
vaskularisasi
nodul
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 5

Penilaian
Tidak
-

LAPORAN KASUS
edema
corpus alienum
K. Tarsal Inferior
warna
vaskularisasi
nodul
edema
corpus alienum
8
Sklera
warna
inflamasi
9
Kornea
kejernihan
ukuran
permukaan
limbus
infiltrat
defek
edema
10
Camera oculi
anterior
kedalaman
hifema
hipopion
11
Iris
warna
sinekia
iridodenesis
neovaskularisasi
12
Pupil
ukuran
bentuk
tepi
simetriss
reflek direk
reflek indirek
13 Lensa
Kejernihan
luksasio
afakia
IOL
14
Reflek fundus
15
Korpus vitreum

putih
-

putih
-

Jernih
12 mm
Rata

Jernih
12 mm
Rata

arcus senilis
-

arcus senilis
-

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Cukup
-

Cukup
-

Coklat
-

Coklat
-

3 mm
Bulat
Rata
Simetris
+
+

3 mm
Bulat
Rata
Simetris
+
+

Keruh
(-)

Jernih
+
(+)terang

Page 6

LAPORAN KASUS
16

Tekanan intra
okuler dengan
palpasi

Normal

Normal

KESIMPULAN PEMERIKSAAN:
OD
Terdapat arcus senilis
Terdapat kekeruhan pada lensa
Refleks fundus (-)

OS
Terdapat arcus senilis
Terdapat IOL

VOD : 3/60 PH 5/60

VOD : 0,6 PH 0.7

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 7

LAPORAN KASUS
RESUME:
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 50 tahun dengan keluhan penglihatan mata kanan
terasa kabur sejak dua bulan sebelum masuk rumah sakit. Pada mata kanan penglihatan
tampak berkabut, sering terasa silau dan tidak nyaman. Riawayat mata merah, sering berair,
dan lengket disangkal oleh pasien. Sebelumnya pasien menggunakan obat tetes untuk keluhan
nya,namun tidak mengalami perbaikan. Mata kiri pasien telah dilakukan operasi katarak pada
1 tahun yang lalu, dan sekarang tidak ada keluhan. Pasien tidak menderita DM, hipertensi,
tidak pernah mengunakan kacamata sebelumnya, tidak ada riwayat trauma pada mata. Ibu
pasien dan saudara kandung pasien juga menderita katarak.
Pada pemeriksaan ketajaman penglihatan didapatkan VOD 3/60 dan VOS 0.6. Pada
pemeriksaan mata kanan teradapat kekeruhan pada lensa, dan refleks fundus tidak
didapatkan. Pada mata kiri terdapat intra ocular lens.
Diagnosa Kerja :
OD Katarak Senilis Matur

OS Pseudofakia

Diagnosa Banding:
OD katarak traumatik
OD katarak komplikata
Tatalaksana:
Non-farmakologi
o Edukasi mengenai penyakit katarak, yaitu kekeruhan pada lensa mata, yang
dapat disebabkan oleh multifaktorial, salah satunya karena faktor usia,
pekerjaan, dan keturunan
o Edukasi mengenai tatalaksana dari katarak berupa tindakan operasi (EKEK) dan
pemasangan lensa buatan
o Setelah operasi disarankan untuk tidak menggosok mata, tidak membungkuk
terlalu dalam, tidak membawa beban yang berat, tidak mengejan, dan tidak
berbaring miring pada sisi mata kanan yang dioperasi.
Farmakologi
o Pemberian obat tetes mata pada mata kanan sebagai pembersih
Cendo xytrol ED 4x2 tetes OD
Prognosis :

Ad visam
Ad vitam
Ad sanationam
Ad fungtionam
Ad kosmetikam

: dubia ad bonam
: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 8

LAPORAN KASUS
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA1,2


Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di antara iris
dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan ketebalan 3,5 mm 5
mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat
zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari
kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana
permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua
permukaan ini bertemu di bagian ekuator. Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks
refraksi sebesar 1,39, dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya
usia, kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan
menurun.
Struktur lensa dapat diurai menjadi :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun
dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk
mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada
bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian
tengah kutub posterior (3um).
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan
selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi
serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif untuk
membentuk serat lensa baru.
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur
adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk korteks dari
lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk
ke tengah lensa.
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa,
sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 9

LAPORAN KASUS
pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum
suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.

Gambar Anatomi Lensa


FISIOLOGI LENSA1,2
1. Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel
yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar
lensa dengan membangun low resistance gap junction antar sel.
2. Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk
mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi
akibat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris
berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih
cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi
dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan, kemampuan
akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena terjadinya kekakuan pada
nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 10

LAPORAN KASUS

Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi


Akomodasi

Tanpa akomodasi

M. Silliaris

Kontraksi

Relaksasi

Ketegangan serat zonular

Menurun

Meningkat

Lebih cembung

Lebih pipih

Tebal axial lensa

Meningkat

Menurun

Dioptri lensa

Meningkat

Menurun

Bentuk lensa

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung; jernih atau
transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di tempatnya. Lensa
dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada
bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous
humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan
kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia.
Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan kornea.

DEFINISI KATARAK1,3,4
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin Cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut blur dimana seperti tertutup air terjun

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 11

LAPORAN KASUS
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, proses penuaan.
Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga
penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka
mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila
kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.

Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara
instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu secara
tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang
lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen mungkin
meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka
pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan pada > 90% kasus.sisanya
mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat pemulihan daya pandang.
ETIOLOGI4
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi,
katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Faktor keturunan
Cacat bawaan sejak lahir
Masalah esehatan, misalnya diabetes
Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
Gangguan pertumbuhan
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
Asap rokok
Operasi mata sebelumnya

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 12

LAPORAN KASUS
i. Trauma (kecelakaan) pada mata
j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui
PATOFISIOLOGI3,4
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis.
Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada
di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini
akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.
Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut tersebut
semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan
triptofan disbanding normal.
d. Korteks tidak berwarna karenai

kadar

asam

askorbat tinggi

dan

menghalangi foto oksidasi.


Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus
multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi,
sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 13

LAPORAN KASUS

KLASIFIKASI KATARAK3,4
A. Menurut kejadian
1. Katarak Developmental
2. Katara Degeneratif
B. Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. katarak juvenil
3. katarak senil
C. Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
D. Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
E. Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
F. Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
KATARAK DEVELOPMENTAL3,4
Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian) dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya.
Katarak kongenital bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 14

LAPORAN KASUS
dominan) atau bisa disebabkan oleh infeksi kongenital, seperti campak Jerman,
berhubungan dengan penyakit anabolik, seperti galaktosemia. Katarak kongenital
dianggap sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit misalnya Diabetes Melitus. Jenis katarak ini jarang sering terjadi. Faktor
risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit metabolik yang diturunkan,
riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam
kandungan.

Gambar 7. Katarak Kongenital


Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain :
o Katarak Hialoidea yang persisten
Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang
memberi makan pada lensa. Pada usia 6 bulan dalam kandungan, arteri
hialoidea mulai diserap sehingga pada keadaan normal, pada waktu bayi lahir
sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang penyerapan tidak berlangsung
sempurna, sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih dibelakang lensa,
berbentuk ekor yang dimulai di posterior lensa. Gangguan terhada visus tidak
begitu banyak. Visus biasanya 5/5, kekeruhannya statisioner, sehingga tidak
memerlukan tindakan.
o Katarak Polaris Anterior
Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu
disebut juga katarak piramidalis anterior. Puncaknya dapat kedalam atau
keluar. Keluhan terutama mengenai penglihatan yang kabur waktu terkena
sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga sinar terhalang oleh
kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu,
karena pada cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang
dapat masuk. Pada umumnya tiddak menimbulkan gangguan stationer,
sehingga tidak memerlukan tinakan operatif. Dengan pemberiann midriatika,
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 15

LAPORAN KASUS
seperti sulfas atropin 1% atau homatropin 2% dapat memperbaiki visus,
karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi terjadi pula kelumpuhan dari Mm.
Siliaris, sehingga tidak dapat berakomodasi
o Katarak Polaris Posterior
Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan
katarak polaris anterior. Juga stationer, tidak menimbulkan banyak ganggan
visus, sehingga tidak memerlukan tindakan operasi. Tindakan yang lain sama
dengan katarak polaris anterior.
o Katarak Aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama
dengan katarak polaris posterior
o Katarak Zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih
padat, tersusun sebagai garia-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan
disebut riders, merupakan tanda khas untuk katarak zonularis. Paling sering
terjadi pada anak-anak, kadang herediter dan sering disertai anamnesa kejangkejang. Kekeruhannya berupa cakram (diskus), mengelilingi bagian tengah
yang jernih.
o Katarak Stelat
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa
bertemu, yang merupakan huruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di
belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu visus, sehingga tidak
memerlukan pengobatan.
o Katarak kongenital membranasea
Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa dapat
keluar dan di serap, maka lensa semakin menadi tipis dan akhirnya timbul
kekeruhan seperti membran.
o Katarak kongenital total
Katarak kongenital total disebabkan gangguan pertumbuhan akibat
peradangan intrauterin. Katarak ini mungkin herediter atau timbul tanpa
diketahui sebabnya. Lensa tampak putih, rata, keabu-abuan seperti mutiara.
Katarak Juvenil
Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk kedalam
katarak Developmental, karena terjadi pada waktu masih terjadinya perkembangan
serat-serat lensa. Konsistensinya lembek seperi bubur disebut juga soft cataract
.katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 16

LAPORAN KASUS
Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus dikerjakan pada
bulan pertama, sejarak katarak itu diketahui pada kedua mata. Katarak unilateral
lengkap biasanya akibat trauma. Tindakan pembedahan harus dilakukan jangan
melebihi 6 bulan setelah katarak itu diketahui, untuk menghindari ambliopia dan
terjadinya strabismus.
KATARAK DEGENERATIF4
Katarak degeneratif dibagi menjadi dua, yaitu primer dan komplikata.
Katarak Primer
Katarak primer menurut usia terbagi menjadi katarak presenile biasanya pada usia
40-50 tahun dan katarak senilis, usia lebih dari 50 tahun.
a) Katarak Senilis
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
diatas usia 50 tahun keatas
Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya gejala
adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini
biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin
meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan
pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara definitif akan memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus. Sisanya (10%) mungkin telah
mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan
epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan visual.
Perubahan lensa pada usia lanjut :
o Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia,
bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
o Epitel: sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
o Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown
slerosis nucleus , sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa,
korteks tidak bewarna.
Secara klinis katarak seniis dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu :

Stadium Insipien
Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus pada
stadium ini bisa normal atau 6/6 6/20. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5
5/6. Kekeruhan terutamaterdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 17

LAPORAN KASUS
seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks anterior, sedangkan
aksis masih terlihat jernih. Gambaran ini disebut Spokes of wheel, yang nyata
bila pupil dilebarkan.

Stadium Imatur
Sebagian lensa keruhtetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus
pada stadium ini 6/60 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian
posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di
lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan.
Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang
mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek
pemantulan cahaya pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat
bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test
(+).
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan
lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya
bertambah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi.
Dengan mencembungnya lensa iris terdorong kedepan, menyebabkan sudut
bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan
glaukoma sebagai penyulitnya.

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 18

LAPORAN KASUS

Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar
yang melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa.
Kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan klasifikasi lensa.
Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman
normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga
uji bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa seperti
mutiara.

Stadium Hipermatur
Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut yang dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi
keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, bewarna kuning dan
kering. Visus pada stadium ini 1/300 1/~. Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan
terus sehingga berhubungan dengan zonula zinii menjadi kendur. Bila proses
kekeruhan berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihtkan
bentuk sebagai sekantung susu disertai dengan nukleus yang terbenam di
dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.

Insipien
Visus

6/6

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Perbedaan derajat kekeruhan katarak


Imatur
Matur
(6/6 1/60)

Page 19

(1/300-1/~)

Hipermatur
(1/300-1/~)

LAPORAN KASUS

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan Lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik Mata Depan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut Bilik Mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow Test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopositif

Penyulit

Glaukoma

Uveitis + Glaukoma

Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear, kortikal
dan subkapsularis posterior.
1. Katarak Nuklear
Beberapa tingkat sklerosis nuclear dan kekuningan pada lensa adalah normal pada
pasien dewasa yang telah melewati usia pertengahan. Secara umum, kondisi ini hanya
mempengaruhi fungsi visual secara minimal.Penghambuaran cahaya dan kekuningan
yang

parah

disebut

sebagai

katarak

nuklear,

yang

menyebabkan

opasiti

sentral.Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih
menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan
progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak
terjadi.Meskipun biasanya bilateral, namun biasanya asimetris.Pandangan jauh lebih
dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca
dapat menjadi lebih baik yang disebut juga sebagai second sight., sulit menyetir pada
malam hari.Perubahan kekuningan dan kecoklatan yang progresif pada lensa
menyebabkan diskriminasi warna yang buruk, khususnya terhadap spectrum warna
biru sehingga penderita mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna
biru dan ungu.
2. Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai
timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Katarak kortikal
biasanya bilateral tetapi sering asimetris.Terdapat wedge-shape opacities/cortical
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 20

LAPORAN KASUS
spokes atau gambaran seperti ruji.Banyak pada penderita DM.Keluhan yang biasa
terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.
3. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis
posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan
katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya
cepat. Pada keadaan awal, katarak subkapsular posterior adalah salah satu dari tipe
utama katarak yang berhubungan dengan penuaan.Bagaimanapun, ini bisa juga terjadi
sebagai akibat dari trauma, penggunaan kortikosteroid jangka panjang (sistemik,
topical, atau intraokuler), inflamasi, paparan radiasi ion, dan alkholisme.Katarak ini
Gejala Klinis Katarak Senilis (6)
a. Subyektif
Kemunduran visus
Tajam penglihatan akan menurun, penglihatan buram atau berkabut.
Tergantung tebal tipisnya kekeruhan serta lokalisasi kekeruhan, makin
tebal kekeruhan lensa, tajam penglihatan makin mundur, jika kekeruhan
terletak di sentral maka penderita akan merasa kabur dibandingkan
dengan kekeruhan di perifer.
Tampak adanya bercak putih pada lapang pandang yang tidak ikut
bergerak dengan pergerakan mata (stasioner), yang mana harus
dibedakan dengan kekeruhan di korpus vitreus (bercak bergerak-gerak).
Pada stadium permulaan terjadi artificial myope sehingga jika
penderita melihat jauh kabur dan akan merasa lebih enak membaca dekat
tanpa kacamata. Hal ini terjadi karena proses pembentukan katarak
sehingga lensa menjadi cembung dan kekuatan refraksi mata meningkat,
akibatnya bayangan jatuh di depan retina.

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 21

LAPORAN KASUS
Kekeruhan di subkapsular posterior menyebabkan penderita mengeluh
silau dan penurunan penglihatan pada keadaan terang.
Penderita mengeluh melihat dua bayangan atau lebih (diplopia
monokuler). Keluhan ini disebabkan adanya refraksi ireguler dari lensa.
Akibat kelainan ini penderita mengeluh silau dan pusing.
b. Obyektif
Leukokoria : pupil berwarna putih pada katarak matur
Test iris shadow : positif pada katarak imatur dan negatif pada katarak
matur
Refleks fundus warna jingga akan menjadi gelap (negatif) pada katarak
matur
Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi
Diagnosis
a.

b.

Optotip snellen
Untuk mengetahui tajam penglihatan. Pada stadium insipien dan imatur bisa
dicoba dikoreksi dengan lensa kacamata terbaik.
Lampu senter
Reflek pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal. Tampak kekeruhan
lensa terutama

jika pupil dilebarkan, berwarna keabu-abuan yang harus

dibedakan dengan refleks senil. Diperiksa proyeksi iluminasi dari segala arah
c.

pada katarak matur untuk mengetahui fungsi retina secara garis besar.
Oftalmoskopi
Untuk pemeriksaan ini sebaiknya pupil dilebarkan. Pada stadium insipien dan
imatur tampak kekeruhan kehitam-hitaman dengan latar belakang jingga,

d.

sedangkan pada stadium matur didapatkan reflek fundus negatif.


Slit lamp biomikroskopik
Dengan alat ini dapat dievaluasi luas, tebal, dan lokasi kekeruhan lensa.

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 22

LAPORAN KASUS

TATALAKSANA
Tata laksana satu satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah katarak dimana
lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular. (3,5)
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsular / Extracapsular Catarak Extraction (ECCE)
Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada tehnik ini, bagian depan kapsul
dipotong dan diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian
belakang. Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut.
Kejadian komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.

Gambar 2.7
Ekstraksi katarak ekstrakapsular
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler / Intra capsular cataract extraction (ICCE)
Teknik operasi ini sekarang jarang dilakukan lagi. Teknik ICCE adalah dengan
mengangkat lensa dan kapsul secara in toto, yakni dalam kapsulnya melalui insisi limbus
superior 140 sampai 160. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh atau
berdegenerasi dan mudah putus. Ekstraksi katarak ini tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien usia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 23

LAPORAN KASUS
hialoidea kapsuler. Saat ini sudah tidak dilakukan lagi, karena sangat beresiko untuk
pasien.

Gambar 2.8
Ekstraksi katarak intrakapsuler
c. Fakoemulsifikasi
merupakan teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran getaran
ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi lumbus yang kecil (2-5
mm), sehingga mempermudah dan penyembuhan pasca operasi, teknik ini bermanfaat
pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakana kasus pada katarak senilis. Teknik
ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat.

d.

SICS

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 24

LAPORAN KASUS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
sembuh dan murah.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
kacamata afakia yang tebal lensanya
lensa kontak
lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat
pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.
Persiapan pre operasi
1

Uji anel positif, dimana tidak terjadi obstruksi fungsi ekskresi saluran lakrimal

sehingga tidak ada dakriosistitis.


Tidak ada infeksi disekitar mata seperti keratitis, konjungtivitis, blefaritis,

hordeolum dan kalazion


3 Tekanan bola mata normal
4 Tekanan darah tidak boleh tinggi
5 Gula darah telah terkontrol
6 Tidak batuk terutama pada saat pembedahan
Komplikasi durante operasi :
1. Perdarahan : dapat terjadi pada saat melakukan insisi kornea
2. Prolaps korpus siliar : akibatnya iris tertarik ke atas sehingga tidak terlihat

Komplikasi pasca operasi:


1 Prolaps vitreous, jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi, maka
gel vitreous masuk kedalam bilik anterior yang merupakan resiko terjadinya
2
3
4
5
6
7

glaukoma atau traksi pada retina


Prolaps iris
Endoftalmitis
Astigmatismus paska operasi
Edema makular sistoid
Ablasio retina
Opasifikasi kapsul posterior

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 25

LAPORAN KASUS
8

Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan dapat
lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan

iritasi atau infeksi


Perawatan pasca operasi (6)
1. Hindari peregangan atau mengangkat benda berat sekitar 1 bulan
2. Balut mata selama beberapa hari, tetapi bila mata terasa nyaman balutan bisa
dibuang satu hari pasca operasi
3. Memakai pelindung mata (kacamata)

PENUTUP

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit
mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Berdasarkan usia dapat diklasifikasikan dalam : Katarak kongenital , Katarak yang
sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia
1 tahun, dan Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun
UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 26

LAPORAN KASUS
Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti: Berkabut, berasap , perubahan daya
lihat warna, sering meminta ganti resep kaca mata, melihat ganda, baik melihat dekat pada
pasien rabun dekat ( hipermetropia), gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata ini.
Pada pemeriksaan klinis, ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter
tangan, kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya saat pupil berdilatasi. Dengan
penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan
mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ).
Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang
diberikan biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan proses degenerasi
lensa..

DAFTAR PUSTAKA
1.

Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol. 2011.

2.

Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-Hill;
2007.

3.

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th ed. China: Elsevier :
2011. (e-book)

4.

Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Hal : 200-10.

5. Akmam, S.M. Azhar, Zainal, 1981, Katarak dan Perkembangan Operasinya, Bagian Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta.
6. Victor V.D et all, 2012, Senile Cataract, http://emedicine.medscape.com/article/1210914overview#a0104

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 27

Anda mungkin juga menyukai