STRATIGRAFI INDONESIA
Oleh :
Guntara Denovan
270110120002
Kelas A
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cekungan sedimen merupakan tempat dimana permukaan bumi mengalami
subsiden untuk selang waktu yang relatif lama. Berbagai proses terjadi sehingga
menyebabkan adanya cekungan yang dapat terisi oleh endapan sedimen. Mekanisme
yang memicu subsidensi itu ujung-ujungnya berkaitan dengan proses-proses yang
bekerja pada bagian bumi yang relatif tegar dan dingin yang disebut litosfer. Litosfer
disusun oleh sejumlah lempeng yang bergerak satu terhadap yang lain. Dengan
demikian, cekungan sedimen lahir dan berkembang pada lingkungan tektonik
lempeng
tertentu.
Pergerakan
lempeng-lempeng
tektonik
mempengaruhi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pembentukan Cekungan Sedimen
Secara umum suatu cekungan sedimen terbentuk dalam tahap-tahap sebagai
berikut ini.
Crustal thinning
Gaya ektensional atau tarikan, erosi selama terjadi pengangkatan, dan
magmatic withdrawal.
Mantle-lithosperic thickening
Pendinginan dari litosfer baik dikarenakan proses tarikan atau pemanasan
oleh peleburan adiabatic dari pencairan astenosferik
Subcrustal loading
Flexure pada litosfer selama terjadi proses underthrusting pada suatu
litosfer yang padat.
Astenosferik flow
Efek dinamik dari aliran astenosferik, pada umumnya dikarenakan proses
delaminasi dari litosfer yang mengalami subduksi.
Penebalan Krustal
Bertambahnya densitas dari suatu kerak dikarenakan perubahan tekanan
atau temperatur dan proses emplacement dari cairan dengan densitas lebih
tinggi yang menuju kerak dengan densitas lebih rendah.
Peregangan Litosfer
Kerak benua relatif tebal, dengan ketebalan berkisar mulai dari 30 hingga 70
km (rata-rata sekitar 35 km). Dahulu, kerak benua diperkirakan terdiri dari dua
lapisan yang masing-masing memiliki komposisi dan densitas yang khas.
Lapisan-lapisan itu adalah sebagai berikut.
1. Lapisan atas dengan sifat-sifat fisik yang mirip dengan sifat-sifat fisik
granit, granodiorit, atau diorit yang ditutupi oleh selaput tipis batuan
sedimen. Lapisan yang dinamakan "lapisan granitik" ("granitic layer") ini
memiliki ketebalan 20-25 km dan densitas 2500-2700 kg/m3. Walau
demikian, perlu dicamkan bahwa istilah "granitik" dalam nama tersebut di
atas sebenarnya menyesatkan karena densitas lapisan ini sebenarnya lebih
tinggi daripada densitas granit.
2. Lapisan bawah yang terutama disusun oleh material basaltik. Walau
demikian, tekanan dan temperatur pada kedalaman lebih dari 2,5 km
mengimplikasikan bahwa material itu berupa granulit atau batuan yang
ekivalen dengannya, namun dapat berkembang pada temperatur dan
tekanan yang lebih tinggi, yakni eklogit atau amfibolit. Densitas lapisan
bawah ini 2800-3100 kg/m3.
Kedua lapisan tersebut di atas pada kenyataannya tidak terpisahkan secara
tegas dan perubahan dari satu lapisan terhadap lapisan yang lain mungkin
sebenarnya berlangsung secara berangsur.
Di beberapa tempat yang mengalami pelemahan dapat ditemukan kerak
dengan sifat-sifat dan ketebalan kerak samudra dengan sifat-sifat dan ketebalan
kerak benua. Hal itu mungkin terjadi akibat injeksi intrusi padat, metamorfisme,
atau proses-proses lain yang berasosiasi dengan peregangan (stretching).
Pelenturan Kerak Bumi
Subsidensi tektonik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu ekstensional
dan pembebanan fleksur (flexural loading). Laju subsidensi itu menentukan
volume sedimen yang terakumulasi dalam cekungan, setelah dimodifikasi oleh
efek pembebanan, kompaksi dan guntara. Extensional basin dapat terbentuk pada
berbagai tatanan tektonik lempeng, namun umumnya terbentuk pada tepi lempeng
konstruktif. Dalam extensional basin, laju perubahan subsidensi tektonik
berlangsung secara sistematis dari waktu ke waktu. Subsidensi pada cekungan ini
diawali oleh perioda subsidensi awal yang berlangsung cepat akibat peneraan
isostatis, kemudian diikuti oleh perioda subsidensi termal yang berlangsung
lambat dan berangsur (60-100 juta tahun) akibat pendinginan astenosfer.
Perubahan yang sistematis dari laju subsidensi tektonik sangat mempengaruhi
geometri endapan pengisi cekungan
Asosiasi Deformasi Strike-Slip
Hubungan strike-slip, offest dan bifurkasi di dalam sesar strike slip
menyebabkan area kompresi dan tarikan. Transtensional akan menghasilkan pull
apart basin/cekungan sedangkan transpressional akan menghasilkan push up,
deretan pegunungan. Hubungan sistem ekstensional di penampang crosssection,
sesar geser biasanya menunjukkan kemiringan yang curam dari PDZ (principle
displacement zone) yang mana berhubungan dengan sesar sampai cabang sesar ke
arah luar dari dasar yang curam sampai permukaan. Pada mekanisme pure shear,
Reider shear akan mendominasi. Di sepanjang PDZ akan menghasilkan cekungan
sedimen yang bisa membentuk struktur bunga. Belokan PDZ merupakan zona
lemah dari lapisan subhorisontal yang membentuk detachment bagian atas yang
disebut sesar cembung ke atas (palm structure), sedangkan kombinasi gaya
transform dengan tensional akan menghasilkan tulips structure, dengan bentuk
sesar cekung ke bawah.
B. Sedimentary Basins-fill
Regresi yang dipaksakan, dimana muka air laut turun tanpa adanya erosi.
Muka air laut turun, sedimen konstan.
Autocyclic
Autocyclic adalah proses pembelokan/pemindahan delta yang berlangsung
selama proses penurunan dasar cekungan sehingga menghasilkan
penumpukkan siklus regresi-transgresi.
Allocyclic
Pembentukan silkus regresi-transgresi oleh adanya perubahan muka air
laut.
Hal yang terpenting untuk memisahkan satu siklus dengan siklus yang lain
adalah munculnya lapisan tipis batuserpih yang melampar luas secara horisontal
dan diendapkan saat banjir maksimum (maximum flooding surface/MFS).
BAB III
KESIMPULAN
Secara umum suatu cekungan sedimen terbentuk dalam tahap-tahap sebagai
berikut ini.
Crustal thinning
Mantle-lithosperic thickening
Subcrustal loading
Astenosferik flow
Penebalan Krustal
Perubahan relatif muka air laut akan mengakibatkan pola stratigrafi regresi
dan transgresi. Regresi adalah majunya garis pantai ke arah laut yang
mengakibatkan pola stratigrafi mengkasar kearah atas. Transgresi adalah
mundurnya garis pantai ke arah darat dan mengakibatkan pola stratigrafi
menghalus ke atas.
Model pengendapan pemasokan sedimen terbagi menjadi sebagai
berikut.
a. Progradasi
b. Agradasi
c. Retrogradasi
DAFTAR PUSTAKA
Boggs, Sam, J. R., 1995, Principles of Sedimentology and Stratigraphy, University of
Oregon, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.
Hartono,2007. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Citra Praya, Bandung.
Nichols, Gary, 1999. Sedimentology and Stratigraphy. Blackwell Science Ltd.
SOEJONO, M, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 25.