Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STRATIGRAFI INDONESIA

Oleh :
Guntara Denovan
270110120002
Kelas A

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cekungan sedimen merupakan tempat dimana permukaan bumi mengalami
subsiden untuk selang waktu yang relatif lama. Berbagai proses terjadi sehingga
menyebabkan adanya cekungan yang dapat terisi oleh endapan sedimen. Mekanisme
yang memicu subsidensi itu ujung-ujungnya berkaitan dengan proses-proses yang
bekerja pada bagian bumi yang relatif tegar dan dingin yang disebut litosfer. Litosfer
disusun oleh sejumlah lempeng yang bergerak satu terhadap yang lain. Dengan
demikian, cekungan sedimen lahir dan berkembang pada lingkungan tektonik
lempeng

tertentu.

Pergerakan

lempeng-lempeng

tektonik

mempengaruhi

keterbentukan cekungan sedimen.


Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembentukan cekungan sedimen?
2. Apa material pengisi cekungan sedimen?
3. Bagaimana kontrol yang terdapat pada suatu cekungan sedimen?
Tujuan
1. Mengetahui pembentukan cekungan sedimen
2. Mengetahui material pengisi cekungan sedimen
3. Mengetahui kontrol yang ada pada suatu cekungan sedimen

BAB II

PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pembentukan Cekungan Sedimen
Secara umum suatu cekungan sedimen terbentuk dalam tahap-tahap sebagai
berikut ini.

Crustal thinning
Gaya ektensional atau tarikan, erosi selama terjadi pengangkatan, dan
magmatic withdrawal.

Mantle-lithosperic thickening
Pendinginan dari litosfer baik dikarenakan proses tarikan atau pemanasan
oleh peleburan adiabatic dari pencairan astenosferik

Sedimentary and volcanic loading


Kompensasi isostatik local dari suatu kerak dan flexure litosfer regional,
tergantung dari kerapatan flexural dari litosfer bagian bawah, selama
terjadi overthrusting dan underpulling.

Subcrustal loading
Flexure pada litosfer selama terjadi proses underthrusting pada suatu
litosfer yang padat.

Astenosferik flow
Efek dinamik dari aliran astenosferik, pada umumnya dikarenakan proses
delaminasi dari litosfer yang mengalami subduksi.

Penebalan Krustal
Bertambahnya densitas dari suatu kerak dikarenakan perubahan tekanan
atau temperatur dan proses emplacement dari cairan dengan densitas lebih
tinggi yang menuju kerak dengan densitas lebih rendah.

Peregangan Litosfer

Kerak benua relatif tebal, dengan ketebalan berkisar mulai dari 30 hingga 70
km (rata-rata sekitar 35 km). Dahulu, kerak benua diperkirakan terdiri dari dua
lapisan yang masing-masing memiliki komposisi dan densitas yang khas.
Lapisan-lapisan itu adalah sebagai berikut.
1. Lapisan atas dengan sifat-sifat fisik yang mirip dengan sifat-sifat fisik
granit, granodiorit, atau diorit yang ditutupi oleh selaput tipis batuan
sedimen. Lapisan yang dinamakan "lapisan granitik" ("granitic layer") ini
memiliki ketebalan 20-25 km dan densitas 2500-2700 kg/m3. Walau
demikian, perlu dicamkan bahwa istilah "granitik" dalam nama tersebut di
atas sebenarnya menyesatkan karena densitas lapisan ini sebenarnya lebih
tinggi daripada densitas granit.
2. Lapisan bawah yang terutama disusun oleh material basaltik. Walau
demikian, tekanan dan temperatur pada kedalaman lebih dari 2,5 km
mengimplikasikan bahwa material itu berupa granulit atau batuan yang
ekivalen dengannya, namun dapat berkembang pada temperatur dan
tekanan yang lebih tinggi, yakni eklogit atau amfibolit. Densitas lapisan
bawah ini 2800-3100 kg/m3.
Kedua lapisan tersebut di atas pada kenyataannya tidak terpisahkan secara
tegas dan perubahan dari satu lapisan terhadap lapisan yang lain mungkin
sebenarnya berlangsung secara berangsur.
Di beberapa tempat yang mengalami pelemahan dapat ditemukan kerak
dengan sifat-sifat dan ketebalan kerak samudra dengan sifat-sifat dan ketebalan
kerak benua. Hal itu mungkin terjadi akibat injeksi intrusi padat, metamorfisme,
atau proses-proses lain yang berasosiasi dengan peregangan (stretching).
Pelenturan Kerak Bumi
Subsidensi tektonik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu ekstensional
dan pembebanan fleksur (flexural loading). Laju subsidensi itu menentukan
volume sedimen yang terakumulasi dalam cekungan, setelah dimodifikasi oleh

efek pembebanan, kompaksi dan guntara. Extensional basin dapat terbentuk pada
berbagai tatanan tektonik lempeng, namun umumnya terbentuk pada tepi lempeng
konstruktif. Dalam extensional basin, laju perubahan subsidensi tektonik
berlangsung secara sistematis dari waktu ke waktu. Subsidensi pada cekungan ini
diawali oleh perioda subsidensi awal yang berlangsung cepat akibat peneraan
isostatis, kemudian diikuti oleh perioda subsidensi termal yang berlangsung
lambat dan berangsur (60-100 juta tahun) akibat pendinginan astenosfer.
Perubahan yang sistematis dari laju subsidensi tektonik sangat mempengaruhi
geometri endapan pengisi cekungan
Asosiasi Deformasi Strike-Slip
Hubungan strike-slip, offest dan bifurkasi di dalam sesar strike slip
menyebabkan area kompresi dan tarikan. Transtensional akan menghasilkan pull
apart basin/cekungan sedangkan transpressional akan menghasilkan push up,
deretan pegunungan. Hubungan sistem ekstensional di penampang crosssection,
sesar geser biasanya menunjukkan kemiringan yang curam dari PDZ (principle
displacement zone) yang mana berhubungan dengan sesar sampai cabang sesar ke
arah luar dari dasar yang curam sampai permukaan. Pada mekanisme pure shear,
Reider shear akan mendominasi. Di sepanjang PDZ akan menghasilkan cekungan
sedimen yang bisa membentuk struktur bunga. Belokan PDZ merupakan zona
lemah dari lapisan subhorisontal yang membentuk detachment bagian atas yang
disebut sesar cembung ke atas (palm structure), sedangkan kombinasi gaya
transform dengan tensional akan menghasilkan tulips structure, dengan bentuk
sesar cekung ke bawah.

B. Sedimentary Basins-fill

Kontrol Stratigrafi di Cekungan


Muka air laut relatif (relative sea-level) diukur dari muka air laut hingga suatu
datum lokal yang dapat berubah-ubah posisinya, misalnya batas atas batuan dasar
(basement) atau sebuah bidang di dalam tumpukan sedimen dasar laut.
Perubahan relatif muka air laut akan mengakibatkan pola stratigrafi regresi
dan transgresi. Regresi adalah majunya garis pantai ke arah laut yang
mengakibatkan pola stratigrafi mengkasar kearah atas. Transgresi adalah
mundurnya garis pantai ke arah darat dan mengakibatkan pola stratigrafi
menghalus ke atas. Ada 2 tipe regresi yaitu sebagai berikut.

Regresi normal, dimana suplai sedimen lebih besar dibandingkan dengan


akomodasi. Muka air laut konstan, suplai sedimen besar.

Regresi yang dipaksakan, dimana muka air laut turun tanpa adanya erosi.
Muka air laut turun, sedimen konstan.

Siklus sedimentasi yang dikenal adalah siklus regresi-transgresi yang selalu


terulang dalam pola stratigrafi. Ada dua kemungkinan penyebab siklus ini yaitu
sebagai berikut.

Autocyclic
Autocyclic adalah proses pembelokan/pemindahan delta yang berlangsung
selama proses penurunan dasar cekungan sehingga menghasilkan
penumpukkan siklus regresi-transgresi.

Allocyclic
Pembentukan silkus regresi-transgresi oleh adanya perubahan muka air
laut.

Hal yang terpenting untuk memisahkan satu siklus dengan siklus yang lain
adalah munculnya lapisan tipis batuserpih yang melampar luas secara horisontal
dan diendapkan saat banjir maksimum (maximum flooding surface/MFS).

Depositional Styles and Systems


Model pengendapan semakin meningkat digunakan untuk mengetahui
lebih baik tentang pengisian cekungan dan pengaruh berbagai parameter
pengisian cekungan seperti pasokan sedimen, besar butir, kecepatan
penurunan cekungan, dan perubahan muka laut.
Laju pemasokan sedimen mengontrol volume akomodasi yang terisi
serta bagian-bagian mana saja yang akan terisi. Interaksi antara pasokan
sedimen dengan subsidensi akan menentukan apakah fasies yang terbentuk
dalam akomodasi berprogradasi ke arah cekungan atau beretrogradasi ke arah
darat. Kaliber sedimen yang diangkut sangat mempengaruhi tipe fasies yang
terbentuk dalam akomodasi.
Ketidakselarasan telah mengalami masa hiatus dimana pengendapan
sedimen telah terhenti dalam waktu yang cukup lama dan baru diendapkan
kembali setelah masa hiatus tersebut. Indikasi hiatus tersebut terlihat dengan
adanya bidang erosi yang menjadi batas antara lapisan muda dan lapisan tua.
Dalam hal ini lapisan tersebut berupa suatu paket pengendapan sedimen.
Model pengendapan pemasokan sedimen terbagi menjadi sebagai
berikut.
a. Progradasi
Progradasi adalah pengendapan lateral perlapisan dengan arah
basin-ward dan memiliki nilai rate of deposition lebih dari satu.
b. Agradasi
Agradasi adalah pengendapan vertikal perlapisan dengan nilai rate
of deposition sama dengan satu.
c. Retrogradasi
Retrogradasi adalah pengendapan lateral perlapisan berarah basinforward dengan nilai rate of deposition kurang dari satu.

Syn-depositional adalah sedimentasi bersamaan dengan subsidence, jenis


facies sedimen pengisi cekungan akan dipengaruhi oleh perubahan

akomodasi, pola penyebaran facies dapat diprediksi; di bagian pinggiran


facies dangkal, di tengah cekungan facies yang lebih dalam.
Post-depositional merupakan cekungan terbentuk lebih belakangan
dibandingkan dengan sedimentasi yang lebih dulu terjadi. Pola penyebaran
facies sedimen-sedimen yang lebih tua tidak dikontrol oleh morfologi
cekungan yang terbentuk belakangan tapi mengikuti cekungan yang terbentuk
lebih awal.
Pre-depositional adalah cekungan terbentuk lebih dulu, lalu subsidence
terjadi dengan cepat karena tektonik sehingga lokasi depocentre dalam banget,
baru kemudian sedimen masuk ke cekungan setelah tektonik berhenti.

BAB III

KESIMPULAN
Secara umum suatu cekungan sedimen terbentuk dalam tahap-tahap sebagai
berikut ini.

Crustal thinning

Mantle-lithosperic thickening

Sedimentary and volcanic loading

Subcrustal loading

Astenosferik flow

Penebalan Krustal

Perubahan relatif muka air laut akan mengakibatkan pola stratigrafi regresi
dan transgresi. Regresi adalah majunya garis pantai ke arah laut yang
mengakibatkan pola stratigrafi mengkasar kearah atas. Transgresi adalah
mundurnya garis pantai ke arah darat dan mengakibatkan pola stratigrafi
menghalus ke atas.
Model pengendapan pemasokan sedimen terbagi menjadi sebagai
berikut.
a. Progradasi
b. Agradasi
c. Retrogradasi

DAFTAR PUSTAKA
Boggs, Sam, J. R., 1995, Principles of Sedimentology and Stratigraphy, University of
Oregon, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.
Hartono,2007. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Citra Praya, Bandung.
Nichols, Gary, 1999. Sedimentology and Stratigraphy. Blackwell Science Ltd.
SOEJONO, M, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 25.

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah
    Makalah
    Dokumen9 halaman
    Makalah
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • GSDM
    GSDM
    Dokumen7 halaman
    GSDM
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen9 halaman
    Bab Ii
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Makalah Si
    Makalah Si
    Dokumen11 halaman
    Makalah Si
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Makalah Si
    Makalah Si
    Dokumen11 halaman
    Makalah Si
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Geologi Migas
    Geologi Migas
    Dokumen10 halaman
    Geologi Migas
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1 Fi
    Tugas 1 Fi
    Dokumen6 halaman
    Tugas 1 Fi
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • TUGAS 1 Vulkano
    TUGAS 1 Vulkano
    Dokumen7 halaman
    TUGAS 1 Vulkano
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Tugas Geodas
    Tugas Geodas
    Dokumen5 halaman
    Tugas Geodas
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Tugas Geokimia
    Tugas Geokimia
    Dokumen3 halaman
    Tugas Geokimia
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Mapping of Reservoir Properties
    Mapping of Reservoir Properties
    Dokumen1 halaman
    Mapping of Reservoir Properties
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Karto Kuliah 2
    Karto Kuliah 2
    Dokumen38 halaman
    Karto Kuliah 2
    Ammar Saifurrohman
    Belum ada peringkat
  • Makalah Geothermal
    Makalah Geothermal
    Dokumen8 halaman
    Makalah Geothermal
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Kegiatan Geomorfologi Dan Tektonik Di Jabar1
    Kegiatan Geomorfologi Dan Tektonik Di Jabar1
    Dokumen11 halaman
    Kegiatan Geomorfologi Dan Tektonik Di Jabar1
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Facies Batubara
    Facies Batubara
    Dokumen33 halaman
    Facies Batubara
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • BAB 2-Pola Aliran
    BAB 2-Pola Aliran
    Dokumen11 halaman
    BAB 2-Pola Aliran
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Geologi Kelautan
    Geologi Kelautan
    Dokumen67 halaman
    Geologi Kelautan
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Gelombang Elastis
    Gelombang Elastis
    Dokumen20 halaman
    Gelombang Elastis
    Guntara Denovan
    100% (2)
  • Makalah Ti
    Makalah Ti
    Dokumen10 halaman
    Makalah Ti
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • UAS Geostataaaaaa
    UAS Geostataaaaaa
    Dokumen3 halaman
    UAS Geostataaaaaa
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Tremolite
    Tremolite
    Dokumen3 halaman
    Tremolite
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Perkuliahan Ke-7 Bivalvia
    Perkuliahan Ke-7 Bivalvia
    Dokumen23 halaman
    Perkuliahan Ke-7 Bivalvia
    Maulana Khalilullah Ibrahim
    Belum ada peringkat
  • SoalTI UAS2013
    SoalTI UAS2013
    Dokumen4 halaman
    SoalTI UAS2013
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • 2 - Populasi Dan Sampel
    2 - Populasi Dan Sampel
    Dokumen14 halaman
    2 - Populasi Dan Sampel
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Genesa Mineral
    Genesa Mineral
    Dokumen5 halaman
    Genesa Mineral
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • UTS Filsafat2013
    UTS Filsafat2013
    Dokumen2 halaman
    UTS Filsafat2013
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • 2 Pengantar Petrologi
    2 Pengantar Petrologi
    Dokumen7 halaman
    2 Pengantar Petrologi
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat
  • Museum Geologi
    Museum Geologi
    Dokumen3 halaman
    Museum Geologi
    Guntara Denovan
    Belum ada peringkat