Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu organ manusia yang terekspos dengan dunia
luar yang mau tidak mau akan rentan untuk mendapatkan trauma dari luar.
Berbagai trauma pada mata tentu saja akan mengakibatkan penyulit hingga dapat
mengganggu fungsi penglihatan. Trauma dapat berupa trauma tumpul, tembus,
kimia maupun radiasi dimana hal ini dapat mengenai semua jaringan mata
tergantung berat ringannya trauma yang terjadi. Trauma yang terjadi selain bisa
merusak jaringan mata juga bisa menyebabkan komplikasi-komplikasi lain yang
mungkin terjadi akibat benda asing (corpus alienum) yang tertinggal di dalam
mata.1
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab
terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.
Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius.
Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi
infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu
cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata
untuk kemudian mengeluarkannya.2,3
Kejadian corpus alienum adalah penyebab paling sering dari kunjungan
pada kasus mata. Corpus alienum superfisial lebih sering ditemui dibandingkan
corpus alienum intraocular. Kejadian corpus alienum lebih sering dijumpai pada
laki-laki dan biasanya terjadi pada usia kurang dari 40 tahun.4
Gejala yang ditimbulkan oleh adanya corpus alienum dapat berupa nyeri,
sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan mata berair. Penatalaksanaannya
adalah

dengan

mengeluarkan

benda

asing

tersebut

dari bola mata yang

dapat dilakukan dengan cara ekstraksi benda asing dengan cotton bud/needle
disposable spuit.3,6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kornea

Gambar 1. Anatomi mata


Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis :2,5
1. Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 550 m dan
berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea
berakhir pada epitel ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan
sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel
cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa
hari tanpa membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman
Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis
yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan
2

bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan
berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen
yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.
Di antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis
yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih
70%. Kadar air dalam stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel
endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka
akan terjadi kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea).
Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga
kornea

yang

transparan

atau

jernih.

Bila

memberikan

gambaran

terjadi gangguan dari susunan

serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan
mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh
4. Membran Descement
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan
bening, terletak di bawah stroma. Lapisan ini merupakan

pelindung atau

barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.


5. Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk
mempertahankan kejernihan kornea. Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan
di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila
terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau
terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular.Usia lanjut akan
mengakibatkan jumlah endotel berkurang. Kornea tidak mengandung pembuluh
darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media
penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V.

Gambar 2 Lapisan kornea


2.2 Fisiologi kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
berkas cahaya
mata,

yang

menuju

retina.

harus

dilalui

Kornea
cahaya,

merupakan

bagian

dalam perjalanan

anterior

dari

pembentukan

bayangan di retina. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior


dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil
apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama
bila letaknya di daerah pupil.3
2.3 Corpus Alienum
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab
terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.
Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius.
Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi
infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu
cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata
untuk kemudian mengeluarkannya.4

2.4 Epidemiologi
Kejadian corpus alienum adalah penyebab paling sering dari kunjungan pada
kasus mata. Corpus alienum superfisial lebih sering ditemui dibandingkan corpus
alienum intraocular. Kejadian corpus alienum lebih sering dijumpai pada laki-laki
dan biasanya terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Faktor risiko dari corpus
alienum yaitu sering pada pekerja mekanik mobil atau pekerja kayu.4
2.5 Etiologi
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga; benda bukan
logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian, binatang, ranting pohon; benda

inert,

adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi
jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu fungsi
mata, misalnya emas, platina, batu, kaca, dan porselin; benda reaktif, terdiri dari
benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga mengganggu
fungsi mata, misalnya timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga. 3,4
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari
besarnya corpus alienum, ada atau tidaknya proses infeksi, jenis bendanya.
2.6 Patofisiologi
Trauma benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja, dan biasanya
terjadi tanpa disengaja. Beberapa benda yang dapat mengenai mata yaitu serpihan
kayu, logam, plastic, serpihan daun, atau pasir. Trauma biasanya terjadi pada
cuaca berangin atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan angin.
Untuk benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan,
memerlukan perhatian khusus karena dapat meningkatkan resiko infeksi serta
bersifat antigenic yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kornea sehingga perlu
dilakukan follow up untuk komplikasi infeksi.
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata
ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila
benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar.
5

Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan


dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata,
konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan
reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak
dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.
Defek pada epitel kornea merupakan tempat masuknya mikroorganisme ke
dalam lapisan stroma kornea yang akan menyebabkan ulserasi. Selama fase
inisial, sel epitel dan stroma pada area defek akan terjadi udem dan nekrosis. Selsel neutrophil mengelilingi ulkus dan menyebabkan nekrosis lamella stroma.
Difusi sitokin ke posterior (kamera okuli anterior) menyebabkan terbentuknya
hipopion. Toksin dan enzim yang dihasilkan bakteri dapat merusak substansi
kornea. Bakteri yang umumnya dijumpai adalah Streptococcus, Pseudomonas,
Enterobactericeae, dan Staphylococcus sp.3,7
2.7 Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia,
mata merah dan mata berair. Rasa nyeri yang muncul biasanya menandakan
kornea juga terkena. Mata tampak merah dapat terjadi akibat dari dilatasi
pembuluh darah. Sedangkan mata berair (lakrimasi berlebihan) terjadi sebagai
respons terhadap sensasi benda asing dan iritan.6
2.8 Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan anamnesa dan
pemeriksaan oftalmologi. Anamnesis berdasarkan keluhan pasien biasanya
didapatkan keluhan berupa mata merah, nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, dan
mata berair. Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata untuk melihat tajam
penglihatan normal atau menurun. Pemeriksaan segmen mata anterior untuk
melihat keadaan palpebra, konjungtiva, skera, kornea, segmen mata anterior, iris,
pupil, dan lensa. Pasien dengan corpus alienum biasanya didapatkan injeksi
konjungtiva, injeksi silier, dan tampak benda asing di mata. Untuk pemeriksaan
segmen posterior pada pasien dengan corpus alienum biasanya dalam batas
normal. 6,7
6

2.9 Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek
dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral
dimana focus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi
visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai
kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa
timbul jika menembus bagian mata yang cukup dalam.3
Komplikasi lain dari corpus alienum, yaitu dapat terjadi rust ring apabila benda
asing tersebut adalah besi dan dapat dihilangkan dengan bantuan slit lamp dan
menggunakan jarum; infeksi kornea, terjadi jika dibiarkan lebih dari 2-4 hari,
menyebabkan terbentuknya ulkus dan jaringan parut, sehingga memerlukan terapi
antibiotic topical dan penanganan lebih lanjut oleh dokter mata; perforasi bola
mata pada trauma yang disebabkan oleh logam atau kecepatan tinggi, atau ulkus
yang tidak ditangani sehingga memerlukan terapi pembedahan.
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah

dengan

mengeluarkan

benda

asing

tersebut

dari bola mata yang dapat dilakukan dengan cara ekstraksi benda asing dengan
cotton bud/needle disposable spuit. Selain itu dapat diberikan pula antibiotik tetes
mata untuk mencegah infeksi dari bakteri karena defek pada epitel kornea
merupakan faktor risiko mudah masuknya mikroorganisme ke dalam lapisan
stroma kornea. Pada kasus corpus alienum biasanya diberikan pula artificial tears
tetes mata untuk mecegah kekeringan mata, analgetik bila nyeri, vitamin C 10002000 mg/hari. Pasien juga diberikan konseling dan edukasi agar tidak menggosok
matanya agar tidak memperberat keluhan, menggunakan alat/kacamat pelindung
pada saat bekerja atau berkendara, serta apabila keluhan bertambah berat setelah
dilakukan tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak, atau disertai dengan
penurunan visus maka segera kontrol kembali.6

2.11 Prognosis
7

Bila ukuran corpus alienum tidak besar, inflamasi ditangani secepatnya,


serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi maka prognosis bagi pasien
adalah baik (dubia ad bonam).3
2.12 Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam
bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung.8

BAB III
LAPORAN KASUS
8

3.1

Identitas Pasien

Nama

: IMP

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tanggal Lahir

: 10 Februari 2000

Umur

: 16 tahun

Agama

: Hindu

Suku

: Bali

Kewarganegaraan

: Indonesia

Pekerjaan

: Pelajar

Status

: Belum Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 21 Juni 2016


3.2

Anamnesis

Keluhan utama
Merah pada mata kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP Sanglah dengan keluhan mata kanannya
kemasukan serangga sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit saat bepergian
mengendarai motor. Awalnya pasien mengeluh mata merah disertai rasa
mengganjal seperti kelilipan, dan berair pada mata kanan. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri dan penglihatan tidak terganggu. Pasien juga mengatakan
sering menggosok-gosokkan matanya karena rasa mengganjal tersebut, sehingga
mata pasien menjadi lebih merah akibat digosok-gosokkan dengan tangan. Pasien
mengatakan mata kanan berair. Pasien belum sempat menggunakan obat tetes dan
obat-obatan lain untuk mengurangi keluhan pada kedua matanya.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan
yang sama.
9

Riwayat Sosial
Pada riwayat sosial pasien, pasien merupakan seorang pelajar sekolah menengah
atas. Dua hari sebelum pemeriksaan pasien mengatakan kemasukan serangga saat
bepergian mengendarai motor. Keluhan ini dikatakan cukup mengganggu aktivitas
sehari-hari pasien.
3.3

Pemeriksaan Fisik
Status Present
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kesan umum
Kesadaran
GCS
Tekanan darah
Nadi
Laju respirasi
Suhu aksila

: Baik
: Compos mentis
: E4V5M6
: 120/80 mmHg
: 80 x/menit, regular, isi cukup
: 16 x/menit, regular
: 36,5o C

Status Generalis
a. Mata
b. THT
- Telinga
- Hidung
- Tenggorok
c. Mulut
d. Leher
e. Thoraks

sesuai status ophthalmology

: bentuk normal, tanda radang (-/-), bekas luka (-)


: bentuk normal, tanda radang (-), ekskoriasi (-),
kongesti (-)
: hiperemis (-), kesan tenang
: sianosis (-), atrofi lidah (-)
: pembesaran kelenjar (-)
: simetris (+)

Cor

: S1 S2 tunggal reguler murmur (-)

Pulmo

: vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

f. Abdomen
g. Ekstremitas

: distensi (-), bising usus (+) normal


: hangat + +
edema
- + +
- -

Status Ophthalmology
OD
6/6
Normal
CVI (+),
PCVI (+)
Corpus alienum (+)

Visus
Palpebra

OS
6/6
Normal

Konjungtiva

Tenang

Kornea

Jernih
10

Normal
Bulat, regular
Refleks Pupil (+)
Jernih
Normal
Refleks fundus (+)
n/palpasi

Bilik mata depan


Iris
Pupil
Lensa
Vitreous
Funduskopi
TIO

Normal
Bulat, regular
Refleks Pupil (+)
Jernih
Normal
Refleks fundus (+)
n/palpasi

3.4

D
i
a
g
n
o
s
i

s Kerja dan Diagnosis Banding (Assessment)


OD Corpus Alienum Kornea
3.5

Penatalaksanaan
a) Non farmakologi
Ekstraksi Corpus Alienum dengan spuite 1 cc
b) Farmakologi
Floxa eye drop 6x1 OD
Eyefresh eye drop 6x1 OD
Becom C tab 1x1
Natrium Diclofenac 2x50 mg
c) Monitoring
Kontrol ke poliklinik mata RSUP Sanglah 3 hari lagi
d) KIE
11

Jaga kebersihan (higienitas) mata, jangan menggosok-gosok mata


Menggunakan kacamata saat berkendara
Istirahat dan makan yang cukup

BAB IV
PEMBAHASAN
Corpus alienum cornea adalah adanya benda asing pada kornea. Benda
yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu benda
logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga; benda bukan logam,
seperti batu, kaca, bahan pakaian, binatang, ranting pohon; benda inert, adalah
benda

yang

terbuat dari

bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi

jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu fungsi
mata, misalnya emas, platina, batu, kaca, dan porselin; benda reaktif, terdiri dari
benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga mengganggu
fungsi mata, misalnya timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga. Beratnya
kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus
alienum, ada atau tidaknya proses infeksi, jenis bendanya.

12

Jenis corpus alienum pada pasien ini adalah benda bukan logam, yaitu
serangga. Untuk benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan,
memerlukan perhatian khusus karena dapat meningkatkan resiko infeksi serta
bersifat antigenic yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kornea sehingga perlu
dilakukan follow up untuk komplikasi infeksi.
Corpus alienum yang masuk ke mata dapat menyebabkan lesi pada mata.
Lesi yang murni pada epitel sering sembuh dengan cepat dan tanpa jaringan parut,
sementara lesi yang menembus hingga lapisan Bowman lebih cenderung
meninggalkan bekas luka permanen.
Gejala yang biasa dijumpai pada corpus alienum kornea adalah mata
merah, nyeri saat terkena sinar, silau (fotofobia), mata berair, dan adanya sensasi
benda asing. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan
berupa mata kanannya kemasukan serangga sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit saat bepergian mengendarai motor. Pasien juga mengeluh mata merah
disertai rasa mengganjal seperti kelilipan, dan berair pada mata kanan.
Setelah anamnesis dilakukan, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.
Pada pasien dengan corpus alienum biasanya didapatkan CVI (+), PCVI (+), dan
adanya benda asing pada kornea. Berdasarkan pemeriksaan fisik pada pasien ini
didapatkan radang konjungtiva bulbi hiperemi berupa pelebaran pembuluh darah
atau CVI (conjunctival vascular injection) dan peri corneal vascular injection
(PCVI) ditandai dengan warna kemerahan pada bola mata kanan. Adanya benda
asing pada konjungtiva menyebabkan hipersekresi pada kelenjar lakrimal. Mata
tampak merah dapat terjadi akibat dari dilatasi pembuluh darah. Pada pemeriksaan
juga didapatkan adanya corpus alienum pada kornea. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik pasien ini memenuhi kriteria diagnosis OD corpus alienum
kornea.
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu dilakukan ekstraksi corpus alienum
dengan spuite 1 cc dan diberikan pula terapi medikamentosa berupa Floxa eye
drop 6x1 OD, Eyefresh eye drop 6x1 OD, Becom C tab 1x1, dan natrium
diclofenac 2x50 mg. Hal ini sesuai dengan pedoman penatalaksanaan corpus
alienum kornea yaitu menghilangkan benda asing asing penyebab dengan
13

dilakukan dengan ekstraksi benda asing dengan cotton bud/needle disposable


spuit, antibiotic tetes mata karena defek pada kornea merupakan factor risiko
mudah masuknya mikroorganisme ke kornea, artificial tears tetes mata untuk
mencegah kekeringan pada mata, analgesik bila ada keluhan nyeri, dan vitamin C
1000-2000 mg/hari untuk mempercepat penyembuhan epitel kornea.
Pasien juga diberikan konseling dan edukasi agar tidak menggosok
matanya agar tidak memperberat keluhan, menggunakan alat/kacamat pelindung
pada saat bekerja atau berkendara, serta apabila keluhan bertambah berat setelah
dilakukan tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak, atau disertai dengan
penurunan visus maka segera kontrol kembali.
Prognosis pada penderita ini baik, didukung oleh kepustakaan yang
mengatakan bahwa kebanyakan kasus corpus alienum memiliki prognosis dubius
ad bonam karena ditangani secepatnya serta tidak menimbulkan sikatrik pada
media refraksi.

BAB V
KESIMPULAN
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya
cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun
kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu
corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang
hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Gejala yang ditimbulkan oleh
adanya corpus alienum dapat berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata
merah dan mata berair. Penatalaksanaannya adalah
benda

asing

tersebut

dengan

mengeluarkan

dari bola mata yang dapat dilakukan dengan cara

ekstraksi benda asing dengan cotton bud/needle disposable spuit. Selain itu dapat
diberikan pula antibiotik tetes mata untuk mencegah infeksi dari bakteri karena
defek

pada

epitel

kornea

merupakan

faktor

risiko

mudah

masuknya
14

mikroorganisme ke dalam lapisan stroma kornea. Pada kasus corpus alienum


biasanya diberikan pula artificial tears tetes mata untuk mencegah kekeringan
mata, analgetik bila nyeri, vitamin C 1000-2000 mg/hari. Pasien juga diberikan
konseling dan edukasi agar tidak menggosok matanya agar tidak memperberat
keluhan, menggunakan alat/kacamat pelindung pada saat bekerja atau berkendara,
serta apabila keluhan bertambah berat setelah dilakukan tindakan, seperti mata
bertambah merah, bengkak, atau disertai dengan penurunan visus maka segera
kontrol kembali.

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Sasono

Wimbo,

Laksono

Bagus

Sasmito,

Miftakhur

Rochmah.

Intralenticular Foreign Body In Penetrating Injury. Jurnal Oftalmologi


Indonesia. 2008:6(3), 196 - 199
2. Ilyas, S. Yulianti, SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014
3. Harabiti Rolan. Corpus Alienum Kornea. Surabaya: Universitas Wijaya
Kusuma. 2015
4. Bashour, M.

Corneal

Foreign

Body.

2016.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/1195581-overview#a5.

at

Akses

tanggal 22 Juni 2016


5. Moore, KL. Agur, AM. Dalley, AF. Anatomi Klinis Dasar. 2003
6. Panduan Praktik Klinis SMF Ilmu Kesehatan Mata 2014. Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
7. Masjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
FK UI;2000.
8. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika,
Jakarta, 2000: Hal 17-20

16

Anda mungkin juga menyukai