Anda di halaman 1dari 21

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
I. Identitas Pasien
Nama

: Tn. A

Usia

: 65 tahun

Jenis kelamin

: Laki - Laki

Alamat

: Ds. Sinar Jaya Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah

Pekerjaan

: Buruh

Agama

: Islam

No. RM

: 064826

MRS

: 11 April 2016 Pukul 13.00

II. Anamnesis
Keluhan Utama

: Mata kiri merah sejak 5 hari yang lalu

Keluhan Tambahan : Mata kiri os terasa ada yang mengganjal, pedih, sering berair, gatal,
banyak belek berwarna kehijauan dan kelopak mata terasa lengket terutama saat pagi hari.
Riwayat perjalanan penyakit : Os mengatakan keluhan ini terjadi 6 hari sebelum masuk RS .
Awal nya os mengatakan pernah kelilipan seperti debu saat sedang bekerja. Awalnya hanya
terasa pedih, lalu tak berapa lama mata kiri terlihat merah dan gatal, os mengucek matanya dan
keesokan hari mata kirinya tersebut terasa lengket dan mengeluarkan banyak belek berwarna
kehijauan.
III.

Riwayat penyakit dahulu


Tidak ada yang memiliki penyakit lain dan tidak memiliki penyakit ini sebelumnya.

IV.

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien

V.

Riwayat alergi
1

Tidak memiliki alergi makanan, maupun obat obatan


VI.

Riwayat pengobatan
Belum berobat kemanapun sebelum ke RS

VII.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:

VIII.

Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi

: 80 x/ menit

Suhu

: 36,6

Pernapasan

: 26 x/ menit

Kepala

: Normocephali

Mata

: Status oftalmologis

THT

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Mulut

: Tidak dilakuakn pemeriksaan

Leher

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Torak Abdomen

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

: Tidak dilakukan pemeriksan

Status Oftalmologi
2

OD
Inspeksi

OS
OD

OS

Edema -

Edema (-)

Lakrimasi (-)

Lakrimasi (+)

Sekret (-)

Sekret (+), mukopurulen

Hiperemis (-),injeksio

Hiperemis (+),injeksio

konjungtiva (-)

konjungtiva (+)

Arkus senilis

Arkus senilis

Coa

Sedang

Sedaang

Iris

Coklat, kripte utuh (+)

Coklat, kripte utuh (+)

Pupil

Bulat, sentral , RC (+)

Bulat, sentral , RC (+)

Palpebra
Apparatus
lakrimalis
Silia
Konjungtiva

Kornea

Lensa
Gerakan Bola Mata
-

ODS

OD

OS

Keruh

Keruh

Ke segala arah

Ke segala arah

A. TONOMETRI

: Tidak dilakukan pemeriksaan

B. VISUS

: VOD = 20 / 200
VOS = 5 / 60

IX.

Resume
Pasien laki-laki, umur 65 tahun, datang ke RS Pertamina Bintang Amin
dengan keluhan utama merah pada mata kiri yang dialami sejak 5 hari yang
lalu,disertai rasa mengganjal (+), rasa perih (+), air mata berlebih (+), kotoran
mata berlebih (+), kelopak mata kiri terasa lengket pada pagi hari saat bangun
tidur (+), gatal (+),Riwayat kontak dengan penderita dengan penyakit yang sama
(-).
Pada pemeriksaan oftalmologi, inspeksi didapatkan edema palpebra (+),
lakrimasi (+), sekret (+) mukopurulen, konjungtiva hiperemis (+), injeksio
konjungtiva (+) Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan pembesaran kelenjar
preaurikuler. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD: 20/200 , VOS: 5/60.
Dekstra

Sinistra

20/200

Visus

5/60

Hiperemis (-)

Conjungtiva bulbi

Hiperemis (+)

Hiperemis (-)

Sklera

Mix injeksi,

Jernih, arcus senilis (+)

Cornea

Jernih, arcus senilis (+)

X.

Diagnosa Kerja
Konjungtivitis OS e.c susp Bakteri

XI.

Diagnosa Banding
1. Konjungtivitis OS e.c susp virus
2. Konjungtivitis OS ec susp jamur
3. Konjungtivitis OS e.c susp klamidial

XII.

Prognosa
- Quo ad vitam: Dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
XIII. Anjuran pemeriksaan
- Pemeriksaan slit lamp
- Pemeriksaan flouresein
- Pemeriksaan gram
XIV. Penatalaksaan

Antibiotiktopikal

seperti

tetes

mata

polymixin

combination

drops,

aminoglikosida, atau fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, levofloxacin,


moxifloxacin,

atau

gatifloxacin)

drops,

atau

salep

bacitracin

atau

ciprofloxacin

Artificial Tears ED 6 dd gtt 1 OS


5

Anti inflamasi non steroid

DISKUSI
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis oftalmologi.
Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan utama merah pada mata
kiri yang dialami sejak 5 hari yang lalu, disertai rasa mengganjal (+), rasa perih (+),
air mata berlebih (+), kotoran mata berlebih (+), kelopak mata terasa lengket pada
pagi hari saat bangun tidur (+), gatal (+).
Pada pemeriksaan oftalmologi, inspeksi didapatkan edema palpebra (+), lakrimasi
(+), sekret (+) mukopurulen, konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+).
Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan pembesaran kelenjar preaurikuler. Pada
pemeriksaan visus didapatkan VOD: 20/200 , VOS: 5/60.. Pada pemeriksaan
penyinaran oblik didapatkan OD: konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva
(+). Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan SLOD: konjungtiva hiperemis (+),
injeksio konjungtiva (+), sekret (+). Berdasarkan temuan klinis yang ada pasien ini
didiagnosis sebagai konjungtivitis bakteri.
Hiperemia konjungtiva pada konjungtivitis bakteri lebih berat. Hiperemia
konjungtiva dapat terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah (dilatasi arteri
yang memperdarahi konjungtiva) atau berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan vena konjungtiva. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah
juga dapat terjadi akibat pecahnya salah satu pembuluh darah di konjungtiva dan
darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva.6
Lakrimasi pada konjungtivitis lebih ringan dibandingkan konjungtivitis alergi.
Lakrimasi diakibatkan adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau gatal.
Transudasi ringan dari pembuluh darah konjungtiva yang berdilatasi akan menambah
jumlah air mata.3
6

Eksudasi (sekret) pada konjungtivitis bakteri biasanya mukopurulen sampai


purulen, sekret yang berlebihan ini menyebabkan palpebra saling melengket terutama
saat setelah bangun tidur. Biasanya terdapat krusta kekuningan pada margo palbebra
akibat sekret yang mengering. Sedangkan pada konjungtivitis virus sekretnya serous
(watery), konjungtivitis alergi sekretnya serous sampai mukoid, putih, dan
melengket.2,3
Edema palpebra sering terjadi, tetapi biasanya ringan pada kasus
konjungtivitis bakteri. Edema palpebra berat biasanya terjadi pada infeksi
N.gonorrhoeae.2
Pada konjungtivitis ketajaman penglihatan (visus) biasanya normal, tapi dapat
menurun akibat adanya sekret dan debris pada tear film.2
Pada

konjungtivitis

bakteri

jarang

ditemukan

pembesaran

kelenjar

preaurikuler. Pembesaran kelenjar preaurikuler lazim ditemukan pada konjungtivitis


virus.3,6
Riwayat kontak dengan penderita yang terinfeksi konjungtivitis penting untuk
ditanyakan, karena konjungtivitis akibat infeksi (virus, bakteri) mudah menular.
Penularannya dapat melalui kontak mata tangan (eye hand contact), handuk,
saputangan, linen, lensa kontak dan kacamata.

KONJUNGTIVITIS BAKTERI

A. Pendahuluan
Radang konjungtiva (konjungtivitis) merupakan penyakit mata paling umum
di

dunia.Konjungtivitis

merupakan

suatu

keadaan

dimana

konjungtiva

mengalami suatu inflamasi yang mengakibatkan dilatasi pembuluh darah


konjungtiva sehingga mata tampak merah.Gejala penting konjungtivitis adalah
sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau panas, sensasi penuh disekitar
mata, gatal, dan fotofobia.Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, air
mata berlebih, eksudasi, pseudoptosis, hipertropi papiler, kemosis, folikel,
pseudomembran, granuloma, dan adenopati preaurikuler.Penyebanya umumnya
eksogen, namun dapat endogen. Ada tiga tipe utama, yakni konjungtivitis infeksi,
alergi, dan kimia.1,2
Konjungtivitis

infeksi

biasanya

disebabkan

oleh

virus

dan

bakteri.Konjungtivitis bakteri merupakan infeksi bakteri yang melibatkan


membran mukosa pada permukaan mata. Kondisi ini biasanya mengalami remisi
sendiri (self-limiting illness) pada kasus yang ringan, namun kadang-kadang
dapat menjadi berat atau mendasari terjadinya penyakit sistemik.2
B. Anatomi Fisiologi
Konjungtiva adalah membran mukosa yang tipis dan trasparan yang
menutupi permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sclera (konjungtiva bulbaris).Konjungtiva mengandung epitel
squamous non keratinosit dengan sejumlah sel goblet dan subtansia propria yang
tipis, kaya pembuluh darah, dan mengandung pembuluh limfe, sel plasma,
makrofag, dan sel mast.Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi
kelopak

(mucocutaneus

junction)

dan

dengan

epitel

kornea

di

limbus.Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel

Goblet.Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Di bawah


konjungtiva bulbi terdapat episklera dan sklera.3,4,5,6

Gambar 1.Anatomi mata dan kelopak mata4

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu: kunjungtiva palpebralis, konjungtiva


bulbi, dan konjungtiva forniks. Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan
posterior kelopak mata dan melekat erat pada tarsus.Di tepi superior dan inferior
tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan
menutupi jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.Konjungtiva
forniks, merupakan tempat peralihan konjungtiva palpebralis dengan konjungtiva
bulbi.Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan
di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.3,5,6
Konjungtiva bulbi, melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan
melipat berkali-kali.Lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus -duktus kelenjar
lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior. Kecuali di limbus (tempat
kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris
melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera di bawahnya.Konjungtiva bulbaris
yang lunak, mudah bergerak dan tebal (plika semiulnaris) terletak di canthus
medial. Struktur epidermoid yang kecil semacam daging (karunkula) menempel

superfisial ke bagian dalam plika semiulnaris dan merupakan zona transisi yang
mengandung elemen kulit dan membran mukosa.3
Histologis
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel
silinder bertingkat, superfisisal, dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat
limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi
kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.Sel-sel epitel superfisial
mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus.Mukus
mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata
secara merata di seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dari
pada sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.3
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan
satu lapisan fibrosa (profundus).Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa
sentrum germinativum.Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang
melekat pada lempeng tarsus.Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada
radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.3
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar
kelenjar krause berada di forniks superior, dan sedikit ada di forniks inferior.
Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas tarsus superior.3
Suplai Darah, Limfe, dan Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis.Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan -bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya-membentuk jaringanjaringan vaskuler konjungtiva yang banyak sekali.Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superfisisal dan lapisan profundus dan bersambung
dengan

pembuluh

limfe

kelopak

mata

hingga

membentuk

pleksus

10

limfatikus.Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V


(nervus oftalmikus). Saraf ini hanya sedikit mempunyai serat nyeri.3
C. Etiologi
Bentuk konjungtivitis bakterial di kelompokkan menjadi konjungtivitis
hiperakutdan subakut, akut catarrhal, dan menahun.Penyebab paling sering dari
konjungtivitis hiperakut adalah N. Gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis.
Konjungtivitis subakut disebabkan oleh Haemophilus influenzae, sedangkan
konjungtivitis

kataralis

akut

biasanya

disebabkan

oleh

Streptococcus

pneumoniae, Staphylococcus aureus, Haemophilus aegyptus. Konjungtivitis


bakterial kronik disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Moraxella lacunata,
Pseudomonas, Enterobacteriaceae dan Proteus spp. Dari kesemuanya, tiga
patogen yang paling umum menyebabkan konjungtivitis bakteri adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus
aureus.1,4,7,8
D. Patofisiologi
Mata mempunyai mekanisme petahanan terhadap invasi bakteri. Mekanisme
pertahanan primer terhadap infeksi berupa lapisan epitel yang menutupi
konjungtiva dan pertahanan sekunder melibatkan mekanisme imun hematologik
yang dibawa oleh pembuluh darah konjungtiva, lisozim bakteriostatik,
immunoglobulin pada tear film, kedipan mata, dan bakteri non patogenik yang
berkolonisasi pada mata dan berkompetisi dengan organisme yang mencoba
menginvasi. Apabila salah satu dari mekanisme pertahanan ini terganggu, maka
infeksi bakteri patogen dapat terjadi.2,9
Infeksi bakteri dan eksotoksin yang mereka produksi akan dikenali sebagai
antigen. Hal ini akan menginduksi reaksi antigen-antibodi dan menyebabkan
terjadinya inflamasi. Pada orang yang sehat, mata akan berusaha untuk kembali
ke kondisi homeostasis, dan bakterinya akan dieradikasi. Namun, invasi bakteri
yang berat bisa menjadi sangat sulit untuk di lawan, dan menyebabkan terjadinya

11

infeksi konjungtiva dan yang selanjutnya dapat meluas ke kornea dan bagian
mata lainnya.9
Konjungtivitis bakteri terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dan infiltrasi
bakteri pada lapisan epitel konjungtiva dan kadang-kadang pada substansia
propria.Sumber infeksinya adalah kontak langsung dengan sekret individu yang
terinfeksi, biasanya melalui kontak mata tangan (eye-hand contact) atau
penyebaran infeksi dari organisme yang berkoloni pada mukosa nasal dan sinus
pasien sendiri. Pada orang dewasa dengan konjungtivitis bakteri unilateral,
sistem nasolakrimal sebaiknya diperiksa karena obstruksi duktus nasolakrimalis,
dakriosistitis, dan kanalikulitis dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri
unilateral.7
E. Gejala Klinik
Secara umum, gejala yang biasa timbul pada konjungtivitis bakteri antara
lain:
- Mata merah akibat dilatasi pembuluh darah konjungtiva
- Injeksi konjungtiva
- Sekret konjungtiva mukopurulen sampai purulen
- Edema kelopak mata
- Rasa tidak nyaman; perih, panas, sensasi benda asing, rasa berpasir.
- Nyeri tidak ada atau minimal
- Epifora (air mata berlebih)
- Fotofobia biasanya tidak ada atau ringan.
- Kelopak mata sulit dibuka saat bangun tidur, melengket satu sama lain karena
-

adanya sekret (glue eye)


Penglihatan biasanya normal. Penglihatan kabur dapat disebabkan adanya

discharge (sekret) atau debris pada tear film.


Biasanya bilateral. Mulai pada satu mata kemudian dapat menyebar dengan
mudah ke mata sebelah.

12

Gambar 2. Konjungtivitis Bakteri9

1. Konjungtivitis Bakterial Hiperakut (dan subakut)


Konjungtivitis bakteri hiperakut merupakan suatu keadaan infeksi yang berat
dan membutuhkan penanganan optalmik yang cepat.Onsetnya tiba-tiba (12-24
jam) dan ditandai dengan adanya sekret purulen kuning kehijauan yang
berlebihan disertai edema kelopak mata, hiperemia, chemosis (utamanya di
limbus), dan sering terdapat limfadenopati preaurikuler. Dapat juga terjadi
perkembangan menjadi keratitis yang ditandai dengan fotofobia, penurunan
visus, dan fluorescein uptake. Penyebabnya adalah N. Gonorrhoeae dan N.
Meningitidis, dimana causa oleh N. Gonorrhoeae lebih sering terjadi. Infeksi dari
kedua jenis ini mempunyai gejala yang mirip, dan hanya dapat dibedakan melalui
pemeriksaan mikrobiologi.1,4,10
Infeksi okuler gonokokkal biasanya dialami oleh neonatus (ophtalmia
neonatorum) dan pada dewasa muda. Pada bayi, penyakit ini umunya ditandai
dengan adanya discharge bilateral tiga sampai empat hari setelah di lahirkan
(gambar 3). Penularannya biasanya terjadi dari ibu ke bayi saat persalinan. Pada
dewasa,penularannya biasanya dari genitalia ke tangan kemudian ke mata
(berkaitan dengan penyakit menular seksual).4
Konjungtivitis bakterial subakut yang biasanya disebabkan oleh H.
Influenzae ditandai dengan adanya eksudat berair, tipis, atau berawan.

13

Gambar 3. Konjungtivitis hiperakut neonatal yang di sebabkan oleh N. Gonorrhoeae4

2. Konjungtivitis Bakterial Kataralis Akut


Konjungtivitis ini sering terdapat dalam bentuk epidemic atau disebut mata
merah oleh orang awam. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemia
konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang. Gejala lainnya
adalah rasa terbakar, iritasi, dan air mata keluar. Pasien sering mengeluhkan
kedua kelopak matanya melengket saat bangun dari tidur. Pembengkakan
konjungtiva dan edema kelopak mata ringan dapat timbul. Gejala dari
konjungtivitis akut ini lebih ringan, dan progresifitasnya lebih rendah
dibandingkan dengan konjungtivitis hiperakut.1,4

Gambar 4. Konjungtivitis bakterial akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae4

3. Konjungtivitis Bakterial Kronik


Konjungtivitis ini biasanya terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis dan dakriosistitis menahun, yang biasanya unilateral. Infeksi ini
juga dapat menyertai blefaritis bacterial menahun atau disfungsi kelenjar
meibom. Pada beberapa kasus, konjungtivitis bakterial kronik juga berhubungan
dengan seboroik facial.1,4
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis : gejala yang dialami pasien, penyakit pasien yang lain, pekerjaan,
riwayat alergi, terekspos zat kimia, perjalanan penyakit, riwayat keluarga.
14

Pemeriksaan fisik:
a. Injeksi konjungtiva dapat muncul secara segmental atau difus, sekret
yang muncul lebih purulen, kelopak mata sering melengket satu sama lain
terutama saat bangun tidur. Pembesaran nodus limfatikus preaurikuler
jarang ditemukan pada konjungtivitis bakteri, namun biasanya ditemukan
pada konjungtivitis bakteri yang berat. Dapat terjadi pembengkakan
kelopak mata yang ringan, refleks pupil normal.2,10
b. Dengan menggunakan slit lamp, inflamasi dari konjungtiva dapat terlihat
berbentuk follikular atau papilar. Pola follikular pembuluh darahnya
tampak disekitar dasar dari lesi kecil yang timbul, dimana hal ini biasanya
nampak pada infeksi viral. Pada infeksi bakteri, polanya adalah papilar

dimana pembuluh darah berada pada pusat lesi kecil yang timbul.2
Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva
dengan pewarnaan Gram atau Giemsa: banyak netrofil polimorfonuklear,
kultur dari sekret konjungtiva.
Pewarnaan gram dan kultur konjungtiva tidak diperlukan pada kasus ringan
(uncomplicated), tetapi harus dilakukan pada situasi berikut:
Host yang memiliki kerentanan yang tinggi,

seperti

neonatus,individudengan immunocompromised.
Kasus konjungtivitis purulen berat, untuk membedakannya dari
konjungtivitis hiperpurulen, yang pada umumnya membutuhkan

terapi sistemik.
Kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi awal.7,8
Pemeriksaan radiologi: pemeriksaan radiologi tidak biasa dilakukan pada
konjungtivitis bakteri, kecuali dicurigai adanya sinusitis dapat di lakukan
pemeriksaan CT-Scan dan MRI. CT scan orbita diindikasikan untuk
menyingkirkan kemungkinan abses orbital atau pansinusitis, atau jika
konjungtivitis berkaitan dengan selulitis orbitalis.2

G. Diagnosis Differensial
Adapun diagnosis differensial konjungtivitis bakteri ini antara lain:4,5,6
- Konjungtivitis Virus
- Konjungtivitis Alergi
15

- Konjungtivitis Klamidial
- Keratitis
- Uveitis
- Episkleritis
- Skleritis
- Blefaritis
- Glaukoma
Berikut algoritma yang dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
dengan keluhan mata merah, termasuk konjungtivitis bakteri:

Algoritma diferensial diagnosis untuk mendiagnosis penyakit optalmik


dengan keluhan mata merah4

16

17

Tabel1 .Differensial Diagnosis Mata Merah dengan Visus Normal ataupun Turun 6
Gejala

Konjungtivitis

Keratitis / Ulkus

Uveitis (Iritis)

Kornea

Akut

Glaukoma Akut

Injeksio

Konjungtiva

Siliar

Siliar

Episkleral

Kornea

Jernih

Fluoresein

Presipitat

Edema

+/+++

+++

- / Ringan

+++

+++

++

Menurun

Menurun

Menurun

Kekeruhan
kornea
Fotofobia
Halo
Tajam
Penglihatan

Normal, atau
suram ringan
karena sekret

Sekret

Rasa nyeri

++

++

++/+++

+/-

+/-

++

+/-

Normal

Normal

Normal

Dangkal

Normal

Normal

Rendah

Tinggi

Normal

Normal/Miosis

Miosis ireguler

Midriasis nonreaktif

Siliar

Pleksus siliar

Episkleral

Antibiotik/antivira

Antibiotik,

Steroid,

sikloplegik

sikloplegik

Gatal
Fler
Bilik mata
depan
Tekanan
intraokuler
Pupil
Vaskularisasi

Pengobatan

a.konjungtiva
posterior

+ Miotika diamox +

18

Tabel 2. Differensial Diagnosis Konjungtivitis1,5,6


Temuan Klinik

Konjungtivitis

Konjungtivitis

Konjungtivitis

Konjungtivitis

dan Sitologi

Bakteri

Virus

Klamidial

Alergi

Umum (berat)

Umum (sedang)

Umum (sedang)

Umum (sedang)

Minimal

Minimal

Minimal

Hebat

Lakrimasi

Sedang

Banyak

Sedang

Sedang

Hemoragik

Hiperemia
Gatal

Banyak
Eksudasi

(mukopurulen

Banyak (mukoid
Minimal (serous)

sampai purulen)

sampai
mukopurulen)

Minimal (serous
sampai mukoid,
putih, berserabut,
lengket)

Kemosis

++

+/-

+/-

++

Papil

+/-

+/-

++

+/-

Folikel

+/Pseudomembran

(Streptococcus,
C.diphterica)

Panus

Hanya sering
Adenopati
Preaurikuler

Jarang

Sering

pada
konjungtivitis

Tidak ada

inklusi
Pewarnaan

Bakteri, PMN

Monosit

PMN, plasma sel

Eosinofil

kerokan dan

19

eksudat

badan inklusi

Disertai sakit
tenggorokan dan

Kadang-kadang

Kadang-kadang

Tidak pernah

Tidak pernah

demam

H. Terapi
Kebanyakan kasus konjungtivitis akut dapat ditangani dengan terapi
antibiotik empirik. Terapi awal konjungtivitis bakteri akut ringan sedang
meliputi antibiotiktopikal seperti tetes mata polymixin combination drops,
aminoglikosida, atau fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, levofloxacin,
moxifloxacin, atau gatifloxacin) drops, atau salep bacitracin atau ciprofloxacin.
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai
dengan terapi antimikroba spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen,
harus dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi Neisseria
gonorrhoeae dan N. Meningitidis. Terapi sistemik dan topikal harus segera
dilaksanakan setelah bahan (sampel) untuk pemeriksaan laboratorium telah
diperoleh.1,2,5,7,10
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus conjungtivae
harus dibilas dengan larutan garam fisiologis agar dapat menghilangkan sekret
konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga
diminta memperhatikan higiene pribadi dan menghindari kontak erat dengan
individu yang terinfeksi. Individu yang telah terinfeksi sebaiknya sering cuci
tangan dan menghindari penggunaan handuk, linen, sapu tangan, pakaian,
kacamata atau make-up secara bersama-sama untuk mencegah penularan.1,2,12
Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotic setelah 3-5 hari
maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.
Apabila tidak ditemukan kuman pada sediaan langsung, maka diberikan
antibiotic spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4
20

sampai 5 kali sehari. Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi
salep mata (sulfasetamid 10-15% atau kloramfenikol). Apabila tidak sembuh
dalam satu minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan
defisiensi air mata, atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimalis.6
I. Perjalanan dan Prognosis
Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,
infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai, 1-3
hari, kecuali konjungtivitis Staphylococcus(yang dapat berlanjut menjadi
blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis
gonokokkus (yang bila tidak diobati berakibat ulkus kornea, abses kornea,
perforasi kornea, dan endoftalmitis). Konjungtivitis bakterial menahun mungkin
tidak

dapat

sembuh

sendiri

dan

menjadi

masalah

pengobatan

yang

menyulitkan.1,11,12

21

Anda mungkin juga menyukai