: Tn. A
Usia
: 65 tahun
Jenis kelamin
: Laki - Laki
Alamat
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
No. RM
: 064826
MRS
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan : Mata kiri os terasa ada yang mengganjal, pedih, sering berair, gatal,
banyak belek berwarna kehijauan dan kelopak mata terasa lengket terutama saat pagi hari.
Riwayat perjalanan penyakit : Os mengatakan keluhan ini terjadi 6 hari sebelum masuk RS .
Awal nya os mengatakan pernah kelilipan seperti debu saat sedang bekerja. Awalnya hanya
terasa pedih, lalu tak berapa lama mata kiri terlihat merah dan gatal, os mengucek matanya dan
keesokan hari mata kirinya tersebut terasa lengket dan mengeluarkan banyak belek berwarna
kehijauan.
III.
IV.
V.
Riwayat alergi
1
Riwayat pengobatan
Belum berobat kemanapun sebelum ke RS
VII.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
VIII.
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Nadi
: 80 x/ menit
Suhu
: 36,6
Pernapasan
: 26 x/ menit
Kepala
: Normocephali
Mata
: Status oftalmologis
THT
Mulut
Leher
Torak Abdomen
Ekstremitas
Status Oftalmologi
2
OD
Inspeksi
OS
OD
OS
Edema -
Edema (-)
Lakrimasi (-)
Lakrimasi (+)
Sekret (-)
Hiperemis (-),injeksio
Hiperemis (+),injeksio
konjungtiva (-)
konjungtiva (+)
Arkus senilis
Arkus senilis
Coa
Sedang
Sedaang
Iris
Pupil
Palpebra
Apparatus
lakrimalis
Silia
Konjungtiva
Kornea
Lensa
Gerakan Bola Mata
-
ODS
OD
OS
Keruh
Keruh
Ke segala arah
Ke segala arah
A. TONOMETRI
B. VISUS
: VOD = 20 / 200
VOS = 5 / 60
IX.
Resume
Pasien laki-laki, umur 65 tahun, datang ke RS Pertamina Bintang Amin
dengan keluhan utama merah pada mata kiri yang dialami sejak 5 hari yang
lalu,disertai rasa mengganjal (+), rasa perih (+), air mata berlebih (+), kotoran
mata berlebih (+), kelopak mata kiri terasa lengket pada pagi hari saat bangun
tidur (+), gatal (+),Riwayat kontak dengan penderita dengan penyakit yang sama
(-).
Pada pemeriksaan oftalmologi, inspeksi didapatkan edema palpebra (+),
lakrimasi (+), sekret (+) mukopurulen, konjungtiva hiperemis (+), injeksio
konjungtiva (+) Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan pembesaran kelenjar
preaurikuler. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD: 20/200 , VOS: 5/60.
Dekstra
Sinistra
20/200
Visus
5/60
Hiperemis (-)
Conjungtiva bulbi
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Sklera
Mix injeksi,
Cornea
X.
Diagnosa Kerja
Konjungtivitis OS e.c susp Bakteri
XI.
Diagnosa Banding
1. Konjungtivitis OS e.c susp virus
2. Konjungtivitis OS ec susp jamur
3. Konjungtivitis OS e.c susp klamidial
XII.
Prognosa
- Quo ad vitam: Dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
XIII. Anjuran pemeriksaan
- Pemeriksaan slit lamp
- Pemeriksaan flouresein
- Pemeriksaan gram
XIV. Penatalaksaan
Antibiotiktopikal
seperti
tetes
mata
polymixin
combination
drops,
atau
gatifloxacin)
drops,
atau
salep
bacitracin
atau
ciprofloxacin
DISKUSI
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis oftalmologi.
Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan utama merah pada mata
kiri yang dialami sejak 5 hari yang lalu, disertai rasa mengganjal (+), rasa perih (+),
air mata berlebih (+), kotoran mata berlebih (+), kelopak mata terasa lengket pada
pagi hari saat bangun tidur (+), gatal (+).
Pada pemeriksaan oftalmologi, inspeksi didapatkan edema palpebra (+), lakrimasi
(+), sekret (+) mukopurulen, konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+).
Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan pembesaran kelenjar preaurikuler. Pada
pemeriksaan visus didapatkan VOD: 20/200 , VOS: 5/60.. Pada pemeriksaan
penyinaran oblik didapatkan OD: konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva
(+). Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan SLOD: konjungtiva hiperemis (+),
injeksio konjungtiva (+), sekret (+). Berdasarkan temuan klinis yang ada pasien ini
didiagnosis sebagai konjungtivitis bakteri.
Hiperemia konjungtiva pada konjungtivitis bakteri lebih berat. Hiperemia
konjungtiva dapat terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah (dilatasi arteri
yang memperdarahi konjungtiva) atau berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan vena konjungtiva. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah
juga dapat terjadi akibat pecahnya salah satu pembuluh darah di konjungtiva dan
darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva.6
Lakrimasi pada konjungtivitis lebih ringan dibandingkan konjungtivitis alergi.
Lakrimasi diakibatkan adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau gatal.
Transudasi ringan dari pembuluh darah konjungtiva yang berdilatasi akan menambah
jumlah air mata.3
6
konjungtivitis
bakteri
jarang
ditemukan
pembesaran
kelenjar
KONJUNGTIVITIS BAKTERI
A. Pendahuluan
Radang konjungtiva (konjungtivitis) merupakan penyakit mata paling umum
di
dunia.Konjungtivitis
merupakan
suatu
keadaan
dimana
konjungtiva
infeksi
biasanya
disebabkan
oleh
virus
dan
(mucocutaneus
junction)
dan
dengan
epitel
kornea
di
superfisial ke bagian dalam plika semiulnaris dan merupakan zona transisi yang
mengandung elemen kulit dan membran mukosa.3
Histologis
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel
silinder bertingkat, superfisisal, dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat
limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi
kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.Sel-sel epitel superfisial
mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus.Mukus
mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata
secara merata di seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dari
pada sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.3
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan
satu lapisan fibrosa (profundus).Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa
sentrum germinativum.Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang
melekat pada lempeng tarsus.Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada
radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.3
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar
kelenjar krause berada di forniks superior, dan sedikit ada di forniks inferior.
Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas tarsus superior.3
Suplai Darah, Limfe, dan Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis.Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan -bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya-membentuk jaringanjaringan vaskuler konjungtiva yang banyak sekali.Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superfisisal dan lapisan profundus dan bersambung
dengan
pembuluh
limfe
kelopak
mata
hingga
membentuk
pleksus
10
kataralis
akut
biasanya
disebabkan
oleh
Streptococcus
11
infeksi konjungtiva dan yang selanjutnya dapat meluas ke kornea dan bagian
mata lainnya.9
Konjungtivitis bakteri terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dan infiltrasi
bakteri pada lapisan epitel konjungtiva dan kadang-kadang pada substansia
propria.Sumber infeksinya adalah kontak langsung dengan sekret individu yang
terinfeksi, biasanya melalui kontak mata tangan (eye-hand contact) atau
penyebaran infeksi dari organisme yang berkoloni pada mukosa nasal dan sinus
pasien sendiri. Pada orang dewasa dengan konjungtivitis bakteri unilateral,
sistem nasolakrimal sebaiknya diperiksa karena obstruksi duktus nasolakrimalis,
dakriosistitis, dan kanalikulitis dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri
unilateral.7
E. Gejala Klinik
Secara umum, gejala yang biasa timbul pada konjungtivitis bakteri antara
lain:
- Mata merah akibat dilatasi pembuluh darah konjungtiva
- Injeksi konjungtiva
- Sekret konjungtiva mukopurulen sampai purulen
- Edema kelopak mata
- Rasa tidak nyaman; perih, panas, sensasi benda asing, rasa berpasir.
- Nyeri tidak ada atau minimal
- Epifora (air mata berlebih)
- Fotofobia biasanya tidak ada atau ringan.
- Kelopak mata sulit dibuka saat bangun tidur, melengket satu sama lain karena
-
12
13
Pemeriksaan fisik:
a. Injeksi konjungtiva dapat muncul secara segmental atau difus, sekret
yang muncul lebih purulen, kelopak mata sering melengket satu sama lain
terutama saat bangun tidur. Pembesaran nodus limfatikus preaurikuler
jarang ditemukan pada konjungtivitis bakteri, namun biasanya ditemukan
pada konjungtivitis bakteri yang berat. Dapat terjadi pembengkakan
kelopak mata yang ringan, refleks pupil normal.2,10
b. Dengan menggunakan slit lamp, inflamasi dari konjungtiva dapat terlihat
berbentuk follikular atau papilar. Pola follikular pembuluh darahnya
tampak disekitar dasar dari lesi kecil yang timbul, dimana hal ini biasanya
nampak pada infeksi viral. Pada infeksi bakteri, polanya adalah papilar
dimana pembuluh darah berada pada pusat lesi kecil yang timbul.2
Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva
dengan pewarnaan Gram atau Giemsa: banyak netrofil polimorfonuklear,
kultur dari sekret konjungtiva.
Pewarnaan gram dan kultur konjungtiva tidak diperlukan pada kasus ringan
(uncomplicated), tetapi harus dilakukan pada situasi berikut:
Host yang memiliki kerentanan yang tinggi,
seperti
neonatus,individudengan immunocompromised.
Kasus konjungtivitis purulen berat, untuk membedakannya dari
konjungtivitis hiperpurulen, yang pada umumnya membutuhkan
terapi sistemik.
Kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi awal.7,8
Pemeriksaan radiologi: pemeriksaan radiologi tidak biasa dilakukan pada
konjungtivitis bakteri, kecuali dicurigai adanya sinusitis dapat di lakukan
pemeriksaan CT-Scan dan MRI. CT scan orbita diindikasikan untuk
menyingkirkan kemungkinan abses orbital atau pansinusitis, atau jika
konjungtivitis berkaitan dengan selulitis orbitalis.2
G. Diagnosis Differensial
Adapun diagnosis differensial konjungtivitis bakteri ini antara lain:4,5,6
- Konjungtivitis Virus
- Konjungtivitis Alergi
15
- Konjungtivitis Klamidial
- Keratitis
- Uveitis
- Episkleritis
- Skleritis
- Blefaritis
- Glaukoma
Berikut algoritma yang dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
dengan keluhan mata merah, termasuk konjungtivitis bakteri:
16
17
Tabel1 .Differensial Diagnosis Mata Merah dengan Visus Normal ataupun Turun 6
Gejala
Konjungtivitis
Keratitis / Ulkus
Uveitis (Iritis)
Kornea
Akut
Glaukoma Akut
Injeksio
Konjungtiva
Siliar
Siliar
Episkleral
Kornea
Jernih
Fluoresein
Presipitat
Edema
+/+++
+++
- / Ringan
+++
+++
++
Menurun
Menurun
Menurun
Kekeruhan
kornea
Fotofobia
Halo
Tajam
Penglihatan
Normal, atau
suram ringan
karena sekret
Sekret
Rasa nyeri
++
++
++/+++
+/-
+/-
++
+/-
Normal
Normal
Normal
Dangkal
Normal
Normal
Rendah
Tinggi
Normal
Normal/Miosis
Miosis ireguler
Midriasis nonreaktif
Siliar
Pleksus siliar
Episkleral
Antibiotik/antivira
Antibiotik,
Steroid,
sikloplegik
sikloplegik
Gatal
Fler
Bilik mata
depan
Tekanan
intraokuler
Pupil
Vaskularisasi
Pengobatan
a.konjungtiva
posterior
+ Miotika diamox +
18
Konjungtivitis
Konjungtivitis
Konjungtivitis
Konjungtivitis
dan Sitologi
Bakteri
Virus
Klamidial
Alergi
Umum (berat)
Umum (sedang)
Umum (sedang)
Umum (sedang)
Minimal
Minimal
Minimal
Hebat
Lakrimasi
Sedang
Banyak
Sedang
Sedang
Hemoragik
Hiperemia
Gatal
Banyak
Eksudasi
(mukopurulen
Banyak (mukoid
Minimal (serous)
sampai purulen)
sampai
mukopurulen)
Minimal (serous
sampai mukoid,
putih, berserabut,
lengket)
Kemosis
++
+/-
+/-
++
Papil
+/-
+/-
++
+/-
Folikel
+/Pseudomembran
(Streptococcus,
C.diphterica)
Panus
Hanya sering
Adenopati
Preaurikuler
Jarang
Sering
pada
konjungtivitis
Tidak ada
inklusi
Pewarnaan
Bakteri, PMN
Monosit
Eosinofil
kerokan dan
19
eksudat
badan inklusi
Disertai sakit
tenggorokan dan
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Tidak pernah
Tidak pernah
demam
H. Terapi
Kebanyakan kasus konjungtivitis akut dapat ditangani dengan terapi
antibiotik empirik. Terapi awal konjungtivitis bakteri akut ringan sedang
meliputi antibiotiktopikal seperti tetes mata polymixin combination drops,
aminoglikosida, atau fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, levofloxacin,
moxifloxacin, atau gatifloxacin) drops, atau salep bacitracin atau ciprofloxacin.
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai
dengan terapi antimikroba spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen,
harus dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi Neisseria
gonorrhoeae dan N. Meningitidis. Terapi sistemik dan topikal harus segera
dilaksanakan setelah bahan (sampel) untuk pemeriksaan laboratorium telah
diperoleh.1,2,5,7,10
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus conjungtivae
harus dibilas dengan larutan garam fisiologis agar dapat menghilangkan sekret
konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga
diminta memperhatikan higiene pribadi dan menghindari kontak erat dengan
individu yang terinfeksi. Individu yang telah terinfeksi sebaiknya sering cuci
tangan dan menghindari penggunaan handuk, linen, sapu tangan, pakaian,
kacamata atau make-up secara bersama-sama untuk mencegah penularan.1,2,12
Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotic setelah 3-5 hari
maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.
Apabila tidak ditemukan kuman pada sediaan langsung, maka diberikan
antibiotic spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4
20
sampai 5 kali sehari. Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi
salep mata (sulfasetamid 10-15% atau kloramfenikol). Apabila tidak sembuh
dalam satu minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan
defisiensi air mata, atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimalis.6
I. Perjalanan dan Prognosis
Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,
infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai, 1-3
hari, kecuali konjungtivitis Staphylococcus(yang dapat berlanjut menjadi
blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis
gonokokkus (yang bila tidak diobati berakibat ulkus kornea, abses kornea,
perforasi kornea, dan endoftalmitis). Konjungtivitis bakterial menahun mungkin
tidak
dapat
sembuh
sendiri
dan
menjadi
masalah
pengobatan
yang
menyulitkan.1,11,12
21